CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA SEKTOR PERBANKAN DI...

35
PENGARUH ELEMEN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERHADAP PELAPORAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA SEKTOR PERBANKAN DI INDONESIA Oleh: Andriyati M. Sinaga Dosen Pembimbing: Prof. Drs. Imam Ghozali, Mcom., Akt., Ph.D ABSTRACK This research aimed to investigate the influence of Good Corporate Governance (GCG) elements on Corporate Social Responsibility (CSR) reporting on Indonesia’s banks. The Good Corporate Governance (GCG) elements that was applied in this research are Board of Commissioner size, proportion of Independent Commissioner, Number of Commissioner meetings, Audit Committee size, Audit Committee independence, Number of Audit Committee meetings, Firm’s size, Profitability, and Leverage ratio. Collecting data using a purposive sampling method for banks listed in Indonesian Banking Directory 2008. A total of 37 banks used as a sample. The method od analysis of this research used mulitiple regression. The results of this research indicate that the variables that affect Corporate Social Responsiblity (CSR) reporting of Indonesia’s banks are Board of Commissioner size, Number of Commissioner meetings, Audit Committee independence, Profitability, and Leverage ratio. Keywords: Good Corporate Governance, Coporate Social Responsibility, Board of Commissioner, dan Audit Committee.

Transcript of CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA SEKTOR PERBANKAN DI...

PENGARUH ELEMEN GOOD CORPORATE

GOVERNANCE (GCG) TERHADAP PELAPORAN

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA

SEKTOR PERBANKAN DI INDONESIA

Oleh:

Andriyati M. Sinaga

Dosen Pembimbing:

Prof. Drs. Imam Ghozali, Mcom., Akt., Ph.D

ABSTRACK

This research aimed to investigate the influence of Good Corporate Governance

(GCG) elements on Corporate Social Responsibility (CSR) reporting on Indonesia’s banks.

The Good Corporate Governance (GCG) elements that was applied in this research are

Board of Commissioner size, proportion of Independent Commissioner, Number of

Commissioner meetings, Audit Committee size, Audit Committee independence, Number of

Audit Committee meetings, Firm’s size, Profitability, and Leverage ratio.

Collecting data using a purposive sampling method for banks listed in Indonesian

Banking Directory 2008. A total of 37 banks used as a sample. The method od analysis of this

research used mulitiple regression.

The results of this research indicate that the variables that affect Corporate Social

Responsiblity (CSR) reporting of Indonesia’s banks are Board of Commissioner size, Number

of Commissioner meetings, Audit Committee independence, Profitability, and Leverage ratio.

Keywords: Good Corporate Governance, Coporate Social Responsibility, Board of

Commissioner, dan Audit Committee.

I. PENDAHULUAN

Salah satu informasi yang sering diminta untuk diungkapkan perusahaan saat ini

adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan yang dikenal dengan istilah

Corporate Social Responsibility (CSR). Corporate social responsibility (CSR) merupakan

klaim agar perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham

(shareholders), tapi juga untuk kemaslahatan pihak stakeholders dalam praktik bisnis, yaitu

para pekerja, komunitas lokal, pemerintah, LSM, konsumen, dan lingkungan. Global

Compact Initiative (2002) menyebut pemahaman ini dengan 3P (profit, people, planet), yaitu

tujuan bisnis tidak hanya mencari laba (profit), tetapi juga menyejahterakan orang (people),

dan menjamin keberlanjutan hidup (planet) ini (Nugroho, 2007). Tanggung jawab sosial

perusahaan itu sendiri dapat digambarkan sebagai ketersediaan informasi keuangan dan non-

keuangan berkaitan dengan interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan lingkungan

sosialnya, yang dapat dibuat dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan sosial terpisah

(Guthrie dan Mathews, 1985).

Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan tidak hanya pada perusahaan industri

yang menghasilkan dampak negatif pada lingkungan dan masyarakat, tetapi juga bagi sektor

perbankan (Djogo, 2005). Sektor perbankan diharapkan tidak hanya melaksanakan tugas-

tugas utama perbankannya melainkan juga diminta untuk tetap memiliki kepedulian terhadap

lingkungan (komunitas) sebagai wujud corporate social responsibility-nya (www.bi.go.id,

2007). Dan dalam dalam kenyataannya, sekarang ini sudah banyak bank melakukan dan

melaporkan CSR-nya. Apakah hal tersebut dilakukan sebagai realisasi kepedulian sektor

perbankan terhadap lingkungan dan masyarakat atau karena adanya motif yang lain?

Hal pentingnya menerapkan CSR pada perusahaan bank telah terbukti dari sejumlah

penelitian yang menunjukkan bahwa pelaksanaan CSR pada bank-bank di beberapa negara

sudah cukup banyak dilakukan. Berdasarkan studi empiris yang dilakukan oleh Branco

(2006) pada sejumlah bank-bank Portugis, diyakini bahwa corporate social responsibility

merupakan alat yang sangat penting bagi perusahaan untuk berkomunikasi dengan

stakeholders-nya. Hal ini sejalan dengan pernyataan McDonald and Rudle-Thiele (2008)

yang mengatakan bahwa program-program CSR yang dilaksanakan hampir seluruh bank-

bank ritel di dunia bertujuan untuk memperkuat reputasi bank dan hubungan dengan para

stakeholder. Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Gianna Zappi (2007) pada

industri perbankan di Italia dimana pandangan Italian Banking Association tentang CSR

adalah sebagai manajemen strategi perusahaan yang berorientasi pada pemberian nilai bagi

para stakeholder-nya.

Bank Mandiri, sebagai salah bank pemerintah telah merealisasikan Program Bina

Lingkungan 2007 di bidang kesehatan dengan melaksanakan khitanan massal bagi 5.000 anak

yang tersebar di 15 lokasi kota besar Indonesia. Kegiatan ini juga sebagai bentuk kepedulian

Bank Mandiri terhadap anak-anak tidak mampu. Menurut Bank Dunia, tanggungjawab sosial

perusahaan terdiri dari beberapa komponen utama: perlindungan lingkungan, jaminan kerja,

hak azasi manusia, interaksi dan keterlibatan perusahaan dengan masyarakat, standar usaha,

pasar, pengembangan ekonomi dan badan usaha, perlindungan kesehatan, kepemimpinan dan

pendidikan, bantuan bencana kemanusiaan. Banyak perusahaan di dunia yang makin

meyakini bahwa CSR adalah mutlak untuk membangun citra yang lebih baik dan kredibel,

dan bahwa inisiatif - inisiatif CSR berwawasan sosial dan lingkungan akan berdampak positif

bagi kinerja finansial dan menjamin sukses berkelanjutan bagi suatu perusahaan.( Sumber:

ikatan sarjana ekonomi Indonesia).

Dalam rangka economy recovery, pemerintah Indonesia dan International Monetary

Fund (IMF) mengintroduksi konsep Good Corporate Governance (GCG) sebagai tata cara

kelola perusahaan yang sehat (Sulistyanto & Lidyah, 2002). Sulit dipungkiri, selama sepuluh

tahun terakhir ini istilah Good Corporate Governance (GCG) kian populer. Tak hanya

populer, tetapi istilah tersebut juga ditempatkan di posisi terhormat. Hal itu, setidaknya

terwujud dalam dua keyakinan. Pertama, GCG merupakan salah satu kunci sukses

perusahaan untuk tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus

memenangkan persaingan bisnis global, terutama bagi perusahaan yang telah mampu

berkembang sekaligus menjadi terbuka. Kedua, krisis ekonomi dunia, di kawasan Asia dan

Amerika Latin yang diyakini muncul karena kegagalan penerapan GCG. Diantaranya, Sistem

regulatory yang payah, standar akuntansi dan audit yang tidak konsisten, praktik perbankan

yang lemah, serta pandangan Board of Directors (BOD) yang kurang peduli terhadap hak-

hak pemegang saham minoritas (www.madani-ri.com).

Konsep ini diharapkan dapat melindungi pemegang saham (stockholders) dan kreditur

agar dapat memperoleh kembali investasinya. Penelitian yang dilakukan oleh Asian

Development Bank (ADB) menyimpulkan penyebab krisis ekonomi di negara-negara Asia,

termasuk Indonesia, adalah (1) mekanisme pengawasan dewan komisaris (board of director)

dan komite audit (audit committee) suatu perusahaan tidak berfungsi dengan efektif dalam

melindungi kepentingan pemegang saham dan (2) pengelolaan perusahaan yang belum

profesional. Sehingga penerapan konsep GCG di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan

profesionalisme dan kesejahteraan pemegang saham tanpa mengabaikan kepentingan

stakeholders (re-searchengines.com).

Beberapa penelitian yang secara khusus menguji hubungan antara struktur Corporate

Governance dengan pengungkapan informasi telah dilakukan oleh Forker (1992), Ho dan

Wong (2000), dan Sabeni (2002) dalam Khomsiyah (2003). Penelitian dilakukan untuk

mengetahui penerapan prinsip-prinsip Corporate Governance, mengingat pentingnya peran

Corporate Governance dalam struktur pengelolaan bisnis dan ekonomi modern yang

ditopang oleh pasar modal dan pasar uang (Witherell, 2000; Oman, 2001 dalam Khomsiyah,

2003), meningkatkan kepercayaan publik pada perusahaan (Brayshaw, 2002 dalam

Khomsiyah, 2003). Penelitian Ho dan Wong (2000) dalam Khomsiyah (2003) menunjukkan

bahwa Indonesia, Thailand dan Jepang yang mempunyai tingkat transparansi yang rendah,

merupakan negara yang mengalami volatile shocks yang lebih besar dibandingkan dengan

negara yang mempunyai transparansi yang lebih tinggi (Hongkong, Singapura dan Taiwan).

Penelitian yang dilakukan Khomsiyah (2003) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

penerapan Corporate Governance dengan pengungkapan informasi dalam laporan tahunan

perusahaan. Semakin tinggi indeks implementasi Corporate Governance, semakin banyak

informasi yang diungkapkan oleh perusahaan dalam laporan tahunan.

Objek penelitian ini adalah seluruh bank-bank umum yang ada di Indonesia.

Penelitian ini memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian sebelumnya, antara lain

terdapat pada pengukuran (proxy) yang digunakan untuk mengukur variabel dewan komisaris

yang sebelumnya adalah mengukur proporsi dewan direksi non eksekutif. Variabel ukuran

Dewan Direksi tidak digunakan dalam penelitian ini karena disesuaikan dengan kondisi di

Indonesia, dimana perusahaan-perusahaan di Indonesia menerapkan sistem Dua Tingkat (Two

Tier Board System) yang memisahkan fungsi eksekutif (direksi) dan fungsi pengawasan

(komisaris). Dalam penelitian ini akan diukur mengenai ukuran dewan komisaris, proporsi

dewan komisaris independen dan frekuensi rapat Dewan Komisaris. Penelitian ini juga akan

mengukur variabel Komite Audit. Hal ini didasarkan pada keputusan Bapepam-LK Nomor

Kep-29/PM/2004 nomor IX.I.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja

Komite Audit. Variabel Komite Audit akan diukur dengan ukuran, independensi dan

frekuensi rapat Komite Audit.

BAB II TELAAH PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Meek (1995) adalah mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi pengungkapan sukarela di perusahaan-perusahaan multinasional di Amerika

Serikat, Inggris, dan Benua Eropa. Faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang menjadi

variabel independen penelitian Meek (1995) adalah ukuran perusahaan, negara (wilayah),

jenis industri, leverage, multinationality, profitabilitas, dan listing status, sedangkan yang

menjadi variabel dependennya adalah pengungkapan sukarela (dengan memperhatikan tiga

tipe informasi yaitu informasi strategi, informasi keuangan dan informasi non-keuangan).

Hasil penelitian yang menggunakan analisis regresi ini menunjukkan bahwa ukuran

perusahaan, negara (wilayah), dan listing status memiliki pengaruh signifikan terhadap

pengungkapan sukarela.

Arifin Sabeni & Norhadi (2002) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi luas

pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan go public di BEJ tahun 1999

mengenai mekanisme kepemimpinan manajerial, dewan komisaris, komite audit, dan size.

Hasil penelitian yang menggunakan uji regresi linier ini menunjukkan bahwa variabel

kepemilikan manajerial, dewan komisaris, size berpengaruh terhadap pengungkapan sosial.

Sebaliknya komite audit tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela.

Eddy Rismanda Sembiring (2005) meneliti mengenai size, profile, profitabilitas,

ukuran perusahaan, dewan komisaris, leverage terhadap praktek pengungkapan tanggung

jawab sosial perusahaan. Penelitian yang menggunakan regresi berganda ini menggunakan

sampel sebanyak 78 perusahaan yang dipilih dari seluruh perusahaan yang listing di BEJ

tahun 2001 melalui metode startified random sampling. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa size, profile perusahaan, ukuran perusahaan, dan dewan komisaris

berpengaruh terhadap pengungkapan sosial.

Penelitian yang dilakukan oleh Rosmasita (2007) adalah mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi pengungkapan CSR perusahaan manufaktur dengan jumlah sampel 113

perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2004-2005 yang diuji dengan regresi berganda.

Faktor- faktor tersebut adalah leverage, ukuran perusahaan, dan profitabilitas. Hasil

penelitian Rosmasita (2007) menunjukkan bahwa pengujian secara simultan menemukan

adanya pengaruh yang signifikan antara faktor-faktor perusahaan tersebut terhadap

pengungkapan CSR perusahaan.

Parsa dan Kouhy (2007) melakukan penelitian tentang pengungkapan informasi sosial

oleh perusahaan kecil dan menengah (UMKM) yang terdaftar pada Alternative investment

Market (AIM) Inggris. Ia menghubungkan variabel umur perusahaan, tipe industri, size, dan

gearing terhadap pengungkapan informasi sosial. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel tipe

industri, size, dan gearing terbukti signifikan mempunyai korelasi terhadap pengungkapan

informasi sosial. Umur perusahaan tidak terbukti berkorelasi.

Akhtaruddin (2009) dengan judul penelitian “Corporate Governance and Voluntary

Disclosure in Corporate annual reports of Malaysian Listed Firms” melakukan penelitian

dengan menggunakan variabel independen yang terdiri dari ukuran dewan (board size),

proporsi direktur non-eksekutif, kepemilikan saham luar (outside share ownership), family

control, dan persentasi anggota komite audit independen, sedangkan variabel dependennya

adalah pengungkapan sukarela. Hasil penelitian yang menggunakan analisis regresi ini

menunjukkan bahwa ukuran dewan dan proporsi direktur non-eksekutif memiliki pengaruh

signifikan terhadap pengungkapan sukarela.

Penelitian yang dilakukan oleh Khan (2010) bertujuan untuk meneliti pengaruh

elemen-elemen Corporate Governance pada pelaporan Corporate Social Responsibility

dengan setting di Bangladesh. Khan (2010) menggunakan populasi 30 PCB (Private

Commercial Banks) atau bank-bank umum milik swasta untuk periode tahun 2007-2008.

Penelitian tersebut meneliti tiga elemen Corporate Governance (CG) yaitu non-executive

director (direktur non eksekutif/ dewan komisaris), existence of foreign nationalities atau

keberadaan kebangsaan asing, dan keterwakilan perempuan pada dewan (board). Hasil

penelitian yang menggunakan analisis regresi berganda ini menunjukkan bahwa direktur non-

eksekutif (yang dalam hal ini adalah dewan komisaris) dan keberadaan kebangsaan asing

memiliki pengaruh signifikan terhadap pelaporan CSR di perusahaan perbankan Bangladesh.

Michelon (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “The effect of corporate

governance on sustainability disclosure” menguji hubungan corporate governance

(komposisi dewan direktur independen, karakteristik dewan, dualitas CEO, dan struktur

dewan) dengan sustainability disclosure (yang dalam hal ini menggunakan CSR). Penelitian

yang menggunakan perusahaan yang terdaftar di Dow Jones Global Index (perusahaan-

perusahaan di United State dan Eropa) dengan total sampel sejumlah 78 perusahaan ini

menghasilkan penelitian yang menunjukkan bahwa karakteristik dewan berpengaruh

signifikan terhadap pengungkapan CSR.

2.2 Pengembangan Hipotesis

2.2.1 Hubungan Ukuran Dewan Komisaris dengan Pelaporan CSR

Berkaitan dengan ukuran dewan komisaris, Coller dan Gregory (1999) dalam

Sembiring (2005) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka

akan semakin mudah mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin

efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial, maka tekanan terhadap

manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapkannya.

H1: Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap pelaporan tanggung jawab sosial

perusahaan.

2.2.2 Hubungan Komposisi Dewan Komisaris Independen dengan Pelaporan CSR

Keberadaan dewan komisaris independen akan semakin menambah efektifitas

pengawasan. Oleh karena itu, di Indonesia terdapat ketentuan yang mengatur tentang

keberadaan dewan komisaris independen. Ketentuan yang dimaksud adalah Ketentuan

Bapepam dan Peraturan Bursa Efek Indonesia No. 1-A tanggal 14 Juli tahun 2004. Ketentuan

ini memberikan pengaruh terhadap pengendalian dan pengawasan terhadap manajemen

dalam operasi perusahaannya, diantaranya adalah pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan. Maka hipotesis penelitian berikutnya yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

H2 : Komposisi dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap pelaporan

tanggung jawab sosial perusahaan.

2.2.3 Hubungan Frekuensi Rapat Dewan Komisaris dengan Pelaporan CSR

Dalam rangka menjalankan tugasnya, Dewan Komisaris mengadakan rapat-rapat rutin

untuk mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Dewan Direksi dan

implementasinya. Menurut penelitian Murniati (2010), frekuensi rapat dewan komisaris

mempengaruhi nilai kinerja pasar perusahaan. Hal ini membuktikan bahwa semakin sering

dewan komisaris melakukan pertemuan maka kinerja perusahaan akan semakin bagus. Dari

penjelasan di atas, didapat hipotesis sebagai berikut:

H3 : Frekuensi rapat dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pelaporan tanggung

jawab sosial perusahaan.

2.2.4 Hubungan Ukuran Komite Audit dengan Pelaporan CSR

Berdasarkan Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-29/PM/2004 disebutkan bahwa

Komite Audit yang dimiliki oleh perusahaan minimal terdiri dari tiga orang. Jumlah anggota

Komite Audit harus disesuaikan dengan besar kecilnya organisasi dan tanggung jawab.

Sejalan dengan kecenderungan internasional, persyaratan semacam ini juga telah ditetapkan

di Indonesia melalui pedoman Good Corporate Governance yang diterbitkan pada bulan Mei

2002. Komite audit memiliki peranan yang penting dalam mengawasi berbagai aspek

organisasi, berbagai ketentuan dan peraturan mengenai komite audit, seperti: Surat Edaran

Bapepam No. SE-03/PM/2000, yang merekomendasikan perusahaan-perusahaan publik

memiliki Komite Audit.

H4: Ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap pelaporan tanggung jawab sosial

perusahaan.

2.2.5 Hubungan Independensi Komite Audit dengan Pelaporan CSR

Dalam Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-29/PM/2004 yang termuat dalam

peraturan Nomor IX.I.5 disebutkan bahwa anggota Komite Audit sekurang-kurangnya 2

(dua) orang anggota yang berasal dari luar Emiten atau Perusahaan Publik. Bagi perusahaan

perbankan sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 dikatakan bahwa

Komisaris Independen dan Pihak Independen yang menjadi anggota Komite Audit paling

kurang berjumlah 51% dari jumlah anggota Komite Audit. Hal ini berarti independensi

komite audit dapat mempengaruhi kualitas pelaporan keuangan perusahaan, termasuk laporan

pengungkapan CSR-nya.

H5: Independensi Komite Audit berpengaruh positif terhadap pelaporan tanggung jawab

sosial perusahaan.

2.2.6 Hubungan Frekuensi Rapat Komite Audit dengan Pelaporan CSR

Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 telah diatur tentang rapat

Komite Audit bagi Bank Umum, dimana rapat komite audit diselenggarakan sesuai dengan

kebutuhan Bank. Hal yang ingin disampaikan dari penjelasan ini adalah bahwa rapat Komite

Audit sangat penting untuk dilaksanakan dalam melaksanakan kewajiban dan tanggung

jawabnya yang menyangkut soal sistem pelaporan keuangan. Melalui rapat Komite Audit,

maka akan diharapkan akan didapat koordinasi yang baik dalam menjalankan tugas dalam hal

mengawasi laporan keuangan, pengendalian internal, dan pelaksanaan Good Corporate

Governance.

H6: Frekuensi rapat komite audit berpengaruh positif terhadap pelaporan tanggung jawab

sosial perusahaan.

2.2.7 Hubungan Ukuran Perusahaan dengan Pelaporan CSR

Teori legitimasi memiliki alasan tentang hubungan ukuran dan pengungkapan.

Perusahaan yang lebih besar melakukan aktivitas yang lebih banyak sehingga memiliki

pengaruh yang lebih besar terhadap masyarakat. Hal ini karena perusahaan besar akan

menghadapi resiko politis yang lebih besar dibanding perusahaan kecil. Pengungkapan sosial

yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis bagi perusahaan (Hasibuan, 2001).

Dengan mengungkapkan kepedulian pada lingkungan melalui pelaporan keuangan, maka

perusahaan dalam jangka waktu panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat besar akibat

dari tuntutan masyarakat.

H7: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pelaporan tanggung jawab sosial

perusahaan.

2.2.8 Hubungan Profitabilitas dengan Pelaporan CSR

Donovan dan Gibson (2000) dalam Hasibuan (2003) menyatakan berdasarkan teori

legitimasi, salah satu argumen dalam hubungan antara profitabilitas dan tingkat

pengungkapan tanggung jawab sosial adalah ketika perusahaan memiliki laba yang tinggi,

perusahaan tidak perlu melaporkan hal-hal yang mengganggu informasi tentang suksesnya

keuangan perusahaan. Sebaliknya pada saat tingkat profitabilitas rendah, mereka berharap

para pengguna laporan akan membaca “good news” kinerja perusahaan. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa profitabilitas mempunyai hubungan negatif terhadap pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan. Dari penjelasan di atas, yang menjadi hipotesis penelitian

ini adalah sebagai berikut:

H8: Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan.

2.2.9 Hubungan Gearing (Leverage) dengan Pelaporan CSR

Dengan laba yang dilaporkan lebih tinggi akan mengurangi kemungkinan perusahaan

melanggar perjanjian utang. Manajer akan memilih metode akuntansi yang akan

memaksimalkan laba sekarang. Kontrak utang biasanya berisi tentang ketentuan bahwa

perusahaan harus menjaga tingkat leverage tertentu (rasio utang/ekuitas), interst coverage,

modal kerja dan ekuitas pemegang saham [Watt & Zimmerman (1990) dalam Scott (1997)].

Supaya laba yang dilaporkan tinggi maka manajer harus mengurangi biaya-biaya termasuk

biaya untuk mengungkapkan informasi sosial, sehingga praktek pengungkapan sosial yang

dilakukan perusahaan tidak maksimal.

H9: Gearing (Leverage) berpengaruh negatif terhadap pelaporan tanggung jawab sosial

perusahaan.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

3.1.1 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat pengungkapan CSR pada

laporan tahunan perusahaan yang dinyatakan dalam Corporate Social Responsibility

Disclosure Index (CSRDI) yang mengacu pada indikator GRI (Global Reporting Initiatives).

Pengukuran variabel ini dilakukan dengan cara mengamati ada atau tidaknya suatu item

informasi yang ditentukan dalam laporan tahunan, apabila item informasi tidak ada dalam

laporan keuangan maka diberi skor 0, dan jika item informasi yang ditentukan ada dalam

laporan keuangan tahunan maka diberi skor 1. Metode ini sering disebut Checklist data.

3.1.2 Variabel Independen

3.1.2.1 Ukuran Dewan Komisaris

Ukuran dewan komisaris yang dimaksud di sini adalah banyaknya jumlah anggota

dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Ukuran dewan komisaris diukur dengan cara

menghitung jumlah anggota dewan komisaris yang dimiliki perusahaan yang disebutkan

dalam laporan tahunan.

3.1.2.2 Komposisi Dewan Komisaris Independen (Independensi Dewan Komisaris)

Komisaris Independen merupakan anggota Dewan Komisaris yang tidak berasal dari

pihak terafiliasi. Komposisi Dewan Komisaris Independen yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah jumlah komisaris independen dalam suatu Dewan Komisaris perusahaan. Variabel

komposisi dewan komisaris independen ini diukur dengan rasio atau persentase jumlah

anggota dewan komisaris independen dengan jumlah total anggota dewan komisaris.

3.1.2.3 Frekuensi Rapat Dewan Komisaris

Jumlah Rapat Dewan Komisaris merupakan jumlah pertemuan atau rapat internal

yang dilakukan oleh Dewan Komisaris dalam waktu satu tahun. Jumlah rapat Dewan

Komisaris yang diukur dengan cara melihat jumlah rapat yang dilakukan Dewan Komisaris

pada laporan tahunan perusahaan yang tercantum pada laporan tata kelola perusahaan.

3.1.2.4 Ukuran Komite Audit

Ukuran Komite Audit merupakan jumlah anggota Komite Audit dalam suatu

perusahaan. Ukuran Komite Audit diukur dengan menghitung jumlah anggota Komite Audit

dalam laporan tahunan perusahaan yang tercantum pada laporan tata kelola perusahaan.

3.1.2.5 Independensi Komite Audit

Komite Audit Independen merupakan anggota Komite Audit yang tidak berasal dari

pihak terafiliasi. Independensi Komite Audit diukur dengan menghitung persentase jumlah

anggota Komite Audit Independen dengan jumlah total anggota Komite Audit.

3.1.2.6 Frekuensi Rapat Komite Audit

Jumlah Rapat Komite Audit merupakan jumlah pertemuan atau rapat internal yang

dilakukan oleh Komite Audit dalam waktu satu tahun. Jumlah rapat Komite Audit yang

diukur dengan cara melihat jumlah rapat yang dilakukan Komite Audit pada laporan tahunan

perusahaan yang tercantum pada laporan tata kelola perusahaan.

3.1.3 Variabel Kontrol

3.1.3.1 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah jumlah aktiva (aktiva tetap, aktiva tak berwujud dan aktiva

lain-lain), jumlah penjualan, atau jumlah tenaga kerja yang dimiliki perusahaan sampai akhir

periode pelaporan keuangan (Sembiring, 2005). Namun penelitian ini menggunakan proksi

total asset dalam pengukuran firm size. Penelitian variabel ukuran perusahaan diukur dengan

logaritma natural total asset.

3.1.3.2 Profitabilitas

Profitabilitas diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau

profit dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham. Variabel profitabilitas dalam

penelitian ini menggunakan skala pengukuran rasio dengan proksi return on equity (ROE)

seperti Hakston dan Milne (1996).

3.1.3.3 Gearing (Leverage)

Gearing atau Leverage adalah rasio antara jumlah total hutang dengan total modal

sendiri.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang ada di

Indonesia. Menurut Direktori Perbankan Indonesia tahun 2008 jumlah bank ada 123, yang

merupakan besarnya populasi dalam penelitian ini. Adapun kriteria yang digunakan untuk

sampel penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Merupakan bank umum yang memiliki annual report tahun 2008 yang dapat diakses dari

website masing-masing bank.

2) Mengungkapkan (disclosure) informasi tentang tanggung jawab sosial.

3) Data yang tersedia lengkap, baik data mengenai corporate governance perusahaan dan data

lain yang berkaitan dengan variabel-variabel yang digunakan peneliti.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang didapat dari:

1. Indonesian Capital Market Director,

2. laporan tahunan bank tahun 2008 yang dipublikasikan untuk umum yang diperoleh dari

situs web resmi masing-masing bank

3. jurnal, makalah, penelitian, buku, dan situs internet yang berhubungan dengan tema

penelitian ini.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi

dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengumpulkan seluruh

data sekunder dan seluruh informasi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada

dalam dokumen. Data yang dikumpulkan adalah data-data keuangan dalam laporan keuangan

perusahaan yang diterbitkan oleh emiten yang bersangkutan.

3.5 Metode Analisis Data

3.5.1 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik harus dilakukan dalam penelitian ini untuk menguji apakah data

memenuhi asumsi klasik. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya estimasi yang bias,

memgingat tidak pada semua data regresi dapat diterapkan. Pengujian yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah uji Normalitas, uji Multikolineraritas, uji Heteroskedastisitas, dan uji

Autokorelasi.

3.5.1.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dalam uji Normalitas ini ada dua cara

untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik

dan uji statistik (Ghozali, 2009). Alat uji yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan

analisis grafik histogram dan grafik normal probability plot dan uji statistik dengan

Kolmogorov-Smirnov Z (1-Sample K-S).

3.5.1.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolineraritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (Ghozali, 2009). Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau

tidaknya multikolineraritas, dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya variance inflation

factor (VIF).

3.5.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali,

2009). Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas.

3.5.1.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode (t-1).

Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama

lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu

observasi ke observasi yang lain.

3.5.2 Analisis Regresi Berganda

Penelitian ini menggunakan analisis regresi yang bertujuan untuk mengetahui pola

hubungan antara variabel independen (Ukuran dewan komisaris, independensi dewan

komisaris, frekuensi rapat dewan komsaris, ukuran komite audit, independensi komite audit,

frekuensi rapat komite audit) dengan variabel dependen (pelaporan tanggung jawab sosial).

Hubungan antara karakteristik GCG dengan pengungkapan CSR perusahaan diukur dengan

rumus sebagai berikut:

CSRDIi = 0+ 1 UKOM + 2 INKOM + 3 RAKOM + 4 UKODIT + 5 INKODIT

+ 6 RAKODIT + 7 SIZE + 8 ROE + 9 LEV +

Keterangan:

CSRDIi = Indeks pengungkapan CSR perusahaan i

UKOM = Ukuran Dewan Komisaris

INKOM = Komposisi Dewan Komisaris Independen (Independensi Dewan

Komisaris)

RAKOM = Frekuensi Rapat Dewan Komisaris

UKODIT = Ukuran Komite Audit

INKODIT = Independensi Komite Audit

RAKODIT = Frekuensi Rapat Komite Audit

SIZE = Ukuran Perusahaan

ROE = Return On Equity

LEV = Gearing (Leverage)

= error term

3.5.3 Pengujian Hipotesis

Statistik parametrik digunakan apabila peneliti mengetahui fakta yang pasti mengenai

sekelompok data yang menjadi sumber sampel (J. Supranto, 2001). Jika distribusi data

bersifat normal, maka digunakanlah uji statistik parametrik. Uji regresi merupakan salah satu

jenis uji statistik parametrik. Untuk menguji hipotesis yang diajukan peneliti, maka akan

dilakukan uji pengaruh simultan (F test), uji koefisien determinasi, dan uji pengaruh parsial (t

test).

IV. HASIL DAN ANALISIS

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Jumlah perusahaan sektor perbankan menurut Direktori Perbankan Indonesia pada

tahun 2008 adalah 123 perusahaan, dimana dari jumlah ini hanya 37 perusahaan yang

menjadi sampel, yaitu perusahaan yang telah mempublikasikan laporan keuangan (financial

report) dan laporan tahunan (annual report) 2008 pada website masing-masing perusahaan.

Penentuan sampel penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling, sebagai berikut:

Tabel 4.1

Populasi dan Sampel

Proses Penentuan Sampel

Total populasi 123

- Bank yang tidak memiliki website 41

- Bank yang memiliki website tapi

tidak mempublikasikan annual

report 2008

26

- Bank yang tidak memiliki data

lengkap yang terkait dengan

variabel penelitian pada annual

report

19

Jumlah bank yang tidak

memenuhi kriteria sampel

86

Total sampel penelitian 37

Sumber: Data sekunder yang telah diolah

4.2 Analisis Data

4.2.1 Statistik Deskriptif

Berdasarkan hasil analisis deskripsi statistik, maka berikut didalam Tabel 4.2 akan

ditampilkan karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi: jumlah

sampel (N), rata-rata sampel (mean), nilai maksimum, nilai minimum serta standar deviasi

(σ) untuk masing-masing variabel dengan menggunakan SPSS 17.0.

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation Skewness Kurtosis

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error

UKOM 37 2 8 4.68 1.780 .553 .388 -.904 .759

INKOM 37 .2500 1.0000 .587870 .1422246 1.010 .388 2.779 .759

RAKOM 37 3 51 13.27 12.110 1.822 .388 2.937 .759

UKODIT 37 2 6 3.65 1.033 1.095 .388 .872 .759

INKODIT 37 .3333 1.0000 .614414 .1480929 .545 .388 1.097 .759

RAKODIT 37 2 36 11.89 7.820 1.139 .388 1.955 .759

SIZE 37 .3010 4.2603 1.488401 1.1023177 1.604 .388 1.414 .759

ROE 37 .0020 .3253 .138908 .0936516 .276 .388 -.874 .759

LEV 37 2.2526 14.9646 9.337610 3.0413212 -.468 .388 .054 .759

CSRDI 37 .1392 .2785 .204584 .0336911 .096 .388 -.547 .759

Valid N

(listwise)

37

Sumber: Data yang telah diolah

Keterangan: UKOM (Ukuran dewan komisaris), INKOM (Independensi dewan komisaris),

RAKOM (Frekuensi rapat dewan komisaris), UKODIT (Ukuran komite audit), INKODIT

(Independensi komite audit), RAKODIT (Frekuensi rapat komite audit), SIZE (Ukuran

perusahaan), ROE (Profitabilitas), LEV (Leverage), CSRDI (Indeks Pengungkapan CSR).

4.2.2 Hasil Uji Asumsi Klasik

4.2.2.1 Hasil Uji Normalitas

Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data akan

dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data normal maka garis menggambarkan

data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya ( Imam Ghozali, 2009). Hasil pengujian

ini dapat dilihat bahwa titik titik menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya

mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penyebaran data

mendekati normal atau memenuhi asumsi normalitas. Hal ini didukung dengan tampilan

grafik histogram dan normal probability plot pada lampiran penelitian ini. Untuk lebih

memastikan apakah data residual terdistribusi secara normal atau tidak, maka dilakukan

pengujian one sample kolmogorov-smirnov.

Tabel 4.3

Hasil Uji Kolmogrov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 37

Normal

Parametersa,,b

Mean .0000000

Std. Deviation .01749415

Most Extreme

Differences

Absolute .096

Positive .079

Negative -.096

Kolmogorov-Smirnov Z .587

Asymp. Sig. (2-tailed) .881

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber: data yang telah diolah

Hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada tabel 4.3 juga menunjukkan nilai Kolmogorov-

Smirnov sebesar 0,587 dengan tingkat probabilitas signifikansi sebesar 0,881. Karena nilai

(p=0,881 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa data residual terdistribusi secara normal.

Dengan kata lain, model regresi yang digunakan memenuhi asumsi normalitas.

4.2.2.2 Hasil Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan matriks korelasi dengan melihat besarnya nilai

VIF (variance inflation factor) dan nilai tolerance. Jika antara variabel bebas ada korelasi

yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90), maka hal ini merupakan indikasiadanya

Multikolonieritas (Ghozali, 2009). Multikolinearitas terjadi jika nilai tolerance < 0,10 atau

nilai VIF > 10.

Tabel 4.4

Hasil Uji Multikolonieritas

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .046 .040

1.135 .267

UKOM .009 .003 .458 2.725 .011 .354 2.823

INKOM -.007 .030 -.028 -.223 .825 .633 1.580

RAKOM .001 .000 .332 2.228 .034 .449 2.225

UKODIT .007 .005 .230 1.397 .174 .369 2.707

INKODIT .076 .035 .333 2.159 .040 .420 2.380

RAKODIT .000 .001 -.114 -.757 .456 .440 2.271

SIZE .000 .003 .009 .077 .939 .813 1.229

ROE .108 .041 .302 2.634 .014 .762 1.313

LEV .003 .001 .258 2.267 .032 .771 1.298

a. Dependent Variable: CSRDI

Sumber: data yang telah diolah

Hasil uji multikolonieritas pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa tidak ada satupun

variabel bebas yang memiliki nilai tolerance dibawah 0,10 dan nilai Variance Inflation

Factor (VIF) di atas 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolonieritas antar

variabel bebas dalam model regresi ini.

4.2.2.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji ini dilakukan dengan mengamati pola tertentu pada grafik scatterplot, dimana bila

ada titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y serta tidak membentuk

pola maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Grafik scatterplot dapat dilihat pada halaman

lampiran. Hasil uji heteroskedastisitas dari gambar 4.3 menunjukkan bahwa grafik scatterplot

antara SRESID dan ZPRED menunjukkan pola penyebaran, dimana titik-titik menyebar di

atas dan di bawah 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas pada data yang akan digunakan.

4.2.2.4 Hasil Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2009), model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari

autokorelasi. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dengan uji Durbin-

Watson (DW). Berikut adalah hasil uji Durbin-Watson pada tabel 4.5.

Tabel 4.5

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .855a .730 .641 .0202005 2.307

a. Predictors: (Constant), LEV, ROE, UKODIT, SIZE, INKOM, INKODIT, RAKODIT, RAKOM, UKOM

b. Dependent Variable: CSRDI

Sumber: data yang telah diolah

Dari tabel Durbin-Watson dapat dilihat bahwa untuk jumlah sampel sebanyak 37 dan

variabel bebas sebanyak 9, maka d1 = 0,951 dan du = 2,112. Maka nilai D-W berada di (4-du

< d < 4-d) atau (1,888 < 2,307 < 3,049). Hal ini bermakna bahwa tidak ada korelasi negatif

(no decision) atau dengan kata lain penelitian ini mengandung autokorelasi.

4.2.3 Hasil Pengujian Hipotesis

4.2.3.1 Hasil Uji Koefisien Determinasi

Nilai koefisien determinasi ditunjukkan dengan nilai adjusted R-Square. Nilai

adjusted R- Square dari model regresi digunakan untuk mengetahui seberapa besar

kemampuan variabel bebas (independen) dalam menerangkan variabel terikat (dependen).

Nilai koefesien determinasi berkisar antara 0 ≤ R2

≤ 1. Bila nilai R2

semakin mendekati 1

maka variabel bebas yang ada semakin besar dalam menjelaskan variabel terikat, tetapi bila nilai

R2

mendekati 0 maka variabel bebas semakin kecil dalam menjelaskan variabel terikat.

Tabel 4.6

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .855a .730 .641 .0202005

a. Predictors: (Constant), LEV, ROE, UKODIT, SIZE, INKOM, INKODIT, RAKODIT,

RAKOM, UKOM

Sumber: data yang telah diolah

Dari hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai adjusted R2

pada tabel 4.6 adalah

sebesar 0,730, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel independen dapat

menjelaskan sebesar 73 persen terhadap variabel dependen, sedangkan sisanya sebesar 27

persen dijelaskan oleh faktor lain diluar model persamaan regresi.

Standar Error of the Estimate (SEE) menunjukkan nilai 0,0202005. Hal ini

menunjukkan nilai yang kecil, sehingga dapat disimpulkan model regresi layak digunakan

untuk memprediksi variabel dependen. Sementara itu, nilai R sebesar 0,855 menunjukkan

hubungan antara variabel dependen yaitu pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan

dengan variabel independen yaitu Ukuran Dewan Komisaris, Independensi Dewan

Komisaris, Frekuensi Rapat Dewan Komisaris, Ukuran Komite Audit, Independensi Komite

Audit, Frekuensi Rapat Komite Audit, Ukuran (size) perusahaan, Profitabilitas perusahaan,

dan rasio Leverage perusahaan cukup kuat.

4.2.3.2 Hasil Uji F- statistik (F test)

Dari uji Anova atau Uji F pada tabel 4.7, nilai F hitung 8,127 dengan probabilitas

signifikansi yang menunjukkan 0,000. Dengan menggunakan tingkat alfa = 0,05 maka H0

berhasil ditolak karena tingkat Nilai probabilitas pengujian yang lebih kecil dari = 0,05.

Hal ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama (simultan) pelaporan tanggung jawab

sosial dipengaruhi oleh Ukuran Dewan Komisaris, Independensi Dewan Komisaris,

Frekuensi Rapat Dewan Komisaris, Ukuran Komite Audit, Independensi Komite Audit,

Frekuensi Rapat Komite Audit, Ukuran (size) perusahaan, Profitabilitas perusahaan, dan rasio

Leverage perusahaan.

Tabel 4.7

Hasil Uji F ( F test )

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .030 9 .003 8.127 .000a

Residual .011 27 .000

Total .041 36

a. Predictors: (Constant), LEV, ROE, UKODIT, SIZE, INKOM, INKODIT, RAKODIT, RAKOM,

UKOM

b. Dependent Variable: CSRDI

Sumber: data yang telah diolah

4.2.3.3 Hasil Uji t- statistik (t test)

Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas dalam model regresi

berpengaruh secara individu terhadap variabel terikat. Untuk menentukan apakah hipotesis

diterima atau ditolak adalah dengan membandingkan t hitung dengan t tabel dan nilai

signifikansinya dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 0,05. Dalam hal ini,

nilai t tabel adalah sebesar 1,135.

Tabel 4.8

Hasil Uji t ( t test )

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .046 .040

1.135 .267

UKOM .009 .003 .458 2.725 .011

INKOM -.007 .030 -.028 -.223 .825

RAKOM .001 .000 .332 2.228 .034

UKODIT .007 .005 .230 1.397 .174

INKODIT .076 .035 .333 2.159 .040

RAKODIT .000 .001 -.114 -.757 .456

SIZE .000 .003 .009 .077 .939

ROE .108 .041 .302 2.634 .014

LEV .003 .001 .258 2.267 .032

a. Dependent Variable: CSRDI

Sumber: data yang telah diolah

4.3 Interpretasi Hasil

4.3.1 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Pelaporan CSR

Dikaitkan dengan pengungkapan informasi oleh perusahaan, kebanyakan penelitian

menunjukkan adanya hubungan positif antara berbagai karakteristik dewan komisaris dengan

tingkat pengungkapan informasi oleh perusahaan. Dalam penelitian ini, ukuran dewan

komisaris dinyatakan dengan jumlah anggota dewan komisaris, menunjukkan pengaruh yang

signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dengan nilai t = 2,725

dengan signifikansi 0,011. Hal ini berarti bahwa semakin banyak jumlah anggota dewan

komisaris dalam suatu perusahaan, maka pelaporan tanggung jawab sosial yang dibuat

perusahaan akan semakin luas.

4.3.2 Pengaruh Independensi Dewan Komisaris terhadap Pelaporan CSR

Menurut Kusumawati dan Riyanto (2005) keberadaan komisaris independen dalam

perusahaan cenderung tampak sekedar formalitas untuk memenuhi peraturan yang ada karena

50 persen sampel mempunyai persentase independensi minimal, yaitu sebesar 33%, bahkan

terdapat proporsi komisaris independen yang kurang dari persyaratan minimal 30 persen,

serta terdapat beberapa bank yang tidak memiliki komisaris independen. Padahal menurut

aturan Bapepam, proporsi komisaris independen terhadap total komisaris adalah sebesar 30

persen, dan menurut aturan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 menyatakan

bahwa dewan komisaris terdiri dari komisaris dan komisaris independen, di mana setidaknya

50 persen dari jumlah anggota dewan komisaris adalah komisaris independen.

4.3.3 Pengaruh Frekuensi Rapat Dewan Komisaris terhadap Pelaporan CSR

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Murniati (2010)

yang menyatakan bahwa frekuensi rapat dewan komisaris mempengaruhi nilai kinerja pasar

perusahaan. Berarti hal ini membuktikan bahwa semakin sering dewan komisaris melakukan

pertemuan maka kinerja perusahaan akan semakin bagus. Apabila kinerja perusahaan bagus,

maka perusahaan akan cenderung mempraktekkan dan melaporkan tanggung jawab sosial

perusahaan secara lebih lagi. Hal ini diduga karena diasumsikan perusahaan yang tingkat

pelaporan tanggung jawab sosialnya tinggi merupakan perusahaan yang memiliki kinerja

yang baik.

4.3.4 Pengaruh Ukuran Komite Audit terhadap Pelaporan CSR

Perusahaan perbankan di Indonesia yang telah memiliki jumlah komite audit sesuai

dengan proporsi yang telah ditetapkan pada peraturan yang berlaku mengenai pembentukan

komite (Surat Edaran BAPEPAM No. SE-03/PM/2000 dan No. Peng-4247/BEJ-PEM 09-

2002) atau berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 belum tentu dapat

meningkatkan kinerja perusahaan dengan baik termasuk dalam menerapkan dan melaporkan

tanggung jawab sosial perusahaan. Dari sini dapat terlihat bahwa komite audit yang ada di

perusahaan perbankan tidak dapat menjalankan tugas dengan semestinya dalam melakukan

pengawasan terhadap perusahaan dengan menjunjung prinsip corporate governance,

transparansi, fairness, tanggung jawab, dan akuntabilitas (NCCG, 2006) yang pada prosesnya

dapat meningkatkan nilai perusahaan maupun pelaporan tanggung jawab sosialnya.

4.3.5 Pengaruh Independensi Komite Audit terhadap Pelaporan CSR

Berdasarkan statistik deskriptif, ditunjukkan bahwa nilai maksimum independensi

komite audit adalah 1,000 yang artinya bahwa sangat memungkinkan semua anggota komite

audit dalam suatu bank merupakan komite audit independen. Dari hasil ini diketahui bahwa

keberadaan anggota komite audit independen mampu mengoptimalkan fungsi pengawasan

yang menjadi tanggung jawab penuh dari dewan komisaris. Hal ini dikarenakan Komite audit

merupakan butir-butir dalam penyelenggaraan Good Corporate Governance, sehingga

dengan meningkatnya kepatuhan dan kesadaran akan pentingnya Good Corporate

Governance maka akan menyebabkan proporsi komite audit independen semakin penting

untuk diperhitungkan.

4.3.6 Pengaruh Frekuensi Rapat Komite Audit terhadap Pelaporan CSR

Hasil penelitian ini menunjukkan temuan yang membuktikan bahwa berapapun

pertemuan komite audit yang dilakukan, tidak akan berpengaruh terhadap tingkat pelaporan

tanggung jawab sosial perusahaan. Kemungkinan lain yang menyebabkan hal tersebut terjadi

adalah karena kurangnya komitmen anggota komite audit untuk melakukan pertemuan karena

menganggap rapat tersebut sebagai formalitas saja, sehingga komite audit tidak lagi efektif

dalam menjalankan tugas pengawasannya.

4.3.7 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pelaporan CSR

Hasil penelitian ini berbeda dengan Fitriani (2001), Sembiring (2005), Kelly (1981)

dalam Hackston dan Milne (1996) yang menemukan adanya hubungan yang signifikan antara

ukuran perusahaan dengan jumlah informasi sosial yang diungkapkan, namun sejalan dengan

hasil penelitian Anggraini (2006) yang tidak menemukan adanya pengaruh signifikan dari

ukuran perusahaan terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan. Hal ini tidak sesuai

dengan beberapa alasan bahwa perusahaan tinggi cenderung mengungkapkan lebih banyak

informasi dibanding perusahaan yang kecil. Dengan demikian hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa pada perusahaan perbankan di Indonesia, besar-kecilnya ukuran

perusahaan tidak mempengaruhi jumlah informasi sosial yang dilaporkan.

4.3.8 Pengaruh Profitabilitas Perusahaan terhadap Pelaporan CSR

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil yang diperoleh Hossain dkk. (2006).

Dalam penelitiannya tentang pengungkapan CSR di Bangladesh menemukan bukti bahwa

faktor profitabilitas (dengan proksi net profit margin) mempunyai hubungan positif terhadap

pengungkapan CSR. Penelitian Hossain dkk. (2006) menggunakan net profit margin. Hasil

penelitian ini mendukung pendapat Bowman dan Haire (1976) dan Preston (1978) dalam

Hackston dan Milne (1996) yang menyatakan semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan

maka semakin besar pengungkapan informasi sosial (Anggraini, 2006).

4.3.9 Pengaruh Leverage Perusahaan terhadap Pelaporan CSR

Schipper (1981) dalam Fitriany (2001) berpendapat bahwa perusahaan dengan rasio

leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas

daripada perusahaan dengan rasio leverage yang rendah. Untuk mendukung kondisi tersebut,

maka manajemen juga akan berusaha mempraktekkan dan melaporkan tanggung jawab sosial

perusahaan secara lebih tinggi, berharap investor tertarik untuk mengambil keputusan

berinvestasi di perusahaan tersebut dengan melihat pertimbangan tadi.

V. KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian statistik secara parsial variabel karakteristik GCG

terhadap pelaporan CSR di Indonesia dengan menggunakan analisis regresi berganda, dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Ukuran Dewan Komisaris, Frekuensi Rapat Dewan Komisaris, Independensi Komite

Audit, Profitabilitas Perusahaan, dan Rasio Leverage Perusahaan memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap pelaporan CSR di perusahaan perbankan di Indonesia.

2. Proporsi Dewan Komisaris Independen (Independensi Dewan Komisaris), Ukuran

Komite Audit, Frekuensi Rapat Komite Audit, dan Ukuran Perusahaan tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap pelaporan CSR di perusahaan perbankan di

Indonesia.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan yang memerlukan

perbaikan dan pengembangan dalam penelitian-penelitian berikutnya. Keterbatasan-

keterbatasan penelitian ini adalah:

1. Periode pengamatan terbatas hanya satu tahun, yaitu pada tahun 2008, sehingga

mungkin kurang menggambarkan praktik dan pelaporan tanggung jawab sosial

perusahaan perbankan yang ada di Indonesia.

2. Jumlah sampel yang relatif terbatas, yaitu hanya 37 dari 123 bank yang terdaftar di

Direktori Perbankan Indonesia, dikarenakan kesulitan memperoleh data annual report

secara lengkap yang didownload dari website masing-masing bank.

3. Perbandingan yang jauh antara item-item pengungkapan yang dimiliki bank-bank

sampel dengan total item pengungkapan menurut GRI (Global Reporting Initiatives)

menghasilkan indeks pengungkapan CSR yang sangat kecil. Hal ini mungkin

dikarenakan belum adanya standar penilaian pengungkapan CSR yang khusus untuk

perusahaan yang bergerak di bidang perbankan.

5.3 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan di atas, maka saran yang dapat diberikan

dalam penelitian ini adalah:

1. Peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan jumlah sampel yang lebih besar atau

dengan periode waktu yang lebih lama.

2. Bagi pemerintah diharapkan dapat merumuskan standar pengungkapan tanggung

jawab sosial perusahaan yang khusus untuk perusahaan perbankan, karena tidak

semua item pengungkapan yang ada dalam Global Reporting Initiative (GRI) dapat

dipenuhi oleh bank.

3. Pihak perusahaan perbankan diharapkan memiliki website yang dapat diakses dan

mempublikasikan annual report-nya pada website masing-masing perusahaan

mengingat sulitnya memperoleh kelengkapan data atau informasi yang dibutuhkan

peneliti maupun stakeholders.

DAFTAR PUSTAKA

Akhtaruddin, M., M. Hossain, dan L. Yao. 2009. “Corporate Governance and Voluntary

Disclosure in Corporate Annual Reports of Malaysian Listed Firms”. JAMAR. Vol 7.

Number 1, hal. 1-20.

Anggraini, Fr. RR. 2006. “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan

(Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar pada Bursa Efek

Jakarta)”. Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang.

Alijoyo, F. Antonius. 2003. Seminar Nasional GCG “Keberadaan dan Peran Komite Audit

dalam Rangka Implementasi GCG”. Surabaya.

Beasley, Mark S., 1996. An Empirical Analysis of The Relation Between The Board of

Director Composition and Financial Statement Fraud. The Accounting Review,Vol.

71, No 4, Oktober: 443-465.

Boediono, Gideon S.B. 2005. “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate

Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Analisis Jalur.” Simposium

Nasional Akuntansi VIII, Solo, September.

Branco, M.C. and Rodrigues, L.L. 2006. “Communication of corporate social responsibility

by Portuguese banks; a legitimacy theory perspective”. Corporate Communications:

An International Journal, Vol 11 No. 3. pp. 232-248.

Bugshan, Turki. 2005. “Corporate Governance, Earing Management and the Information

Content of Accounting Earnings, Theoritical Model and Empirical Tests”. A

Dissertation, Bond University Quensland. Australia.

Chtourou, Marrakachi, Jean Bedard and Louucie Courteau. 2001. Corporate Governance and

Earning Management. Working paper. http:/papers,ssrn.com.

Daniri, Achmad. 2007. “ Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Bagian 1)”.

http://www.madani-ri.com/ (diakses pada tanggal 15 November 2010).

Daniri, Mas Achmad. 2008a. “Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Bag I)”.

www.madani-ri.com/2008/01/17/standarisasi-tanggung-jawab-sosialperusahaan- bag-

i/. Diakses tanggal 5 Juni 2008.

--------------. 2008b. “Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Bag II).”

www.madani-ri.com/2008/02/11/standarisasi-tanggung-jawab-sosialperusahaan- bag-

ii/. Diakses tanggal 5 Juni 2008.

--------------. 2008c. “Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Bag III - Finish)”.

www.madani-ri.com/2008/02/11/standarisasi-tanggung-jawab-sosialperusahaan- bag-

iii-finish/. Diakses tanggal 5 Juni 2008.

Deegan, C. 2002."Introduction: The Legitimising Effect of Social and Environmental

Disclosure a Theoretical Foundation". Accounting, Auditing and Accountability

Journal, Vol. 15, No. 3, pp. 282-311.

Djogo, T. 2005. “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility”.

http://www.beritabumi.com. Diakses tanggal 25 Agustus 2010.

Egon Zehnder International. 2000. Corporate Governance and the Role of the Board of

Directors.

Fama, E.F. and Jensen, MC. 1983. “ Sepration of Ownership and Control”. Journal of law

and Economics, Vol. 26, pp. 301-325.

FCGI, 2001. Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan. Edisi Ketiga, Jakarta.

Fitriany, 2001. “Signifikansi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Wajib dan

Sukarela pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik yang terdaftar di Bursa Efek

Jakarta”, Simposium Nasional Akuntansi IV, Bandung.

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). 2002. “Tata Kelola Perusahaan

(Corporate Governance). Jilid II “Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam

Melaksanakan Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan)”. Diambil dari

http://www.cic-fcgi .org /news /files /FCGI_Booklet_II.pdf.

Ghozali, Imam dan Chariri. Anis. 2007. Teori Akuntansi, Badan Penerbit Universitas

Diponegoro Semarang.

Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.. Edisi 4.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gray, R., Owen, D. dan Maunders, K. (1987), Corporate Social Reporting: Accounting and

Accountability, Prentice-Hall, London.

Gray, Rob, Reza Kouhy and Simon Lavers, 1995b, “Corporate Social and Environmental

Reporting; A Review Of The Literature and Longitudinal Study Of UK Disclosures”,

Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol.8 No.2 pp. 47-77.

GRI. 2002. Sustainability Reporting Guidelines, Global Reporting Initiatives.

www.globalreporting.org/guidelines/062002guidelines.asp.

Guthrie, J. dan Mathews, M.R. (1985), "Corporate social accounting in Australia" in Preston,

LE. (Ed.), Research in Corporate Social Performance and Policy, Vol. 7. Pp.251-77.

Hackston, D and Milne, M.J. 1996. “Some determinants of social and environmental

disclosures in New Zealand Companies”. Accounting, Auditing and Accountability

Journal, Vol. 9 No. 1. Pp. 77-108.

Hasibuan, Muhammad Rizal. 2001. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap

pengungkapan Sosial (Social Disclosure) Dalam Laporan Tahunan Emiten di BEJ dan

BES”, Tesis S2 Magister Akuntansi tidak dipublikasikan. Universitas Diponegoro.

Hasibuan, Chrysanti dan Sedyono (2002) “Etika bisnis, Corporate Social Responsibility

(CSR) dan PPM”. PPM Institute of Managemant, 27 November.

Hossain, M., K. Islam dan J. Andrew. 2006.”Corporate social and environmentaldisclosure in

developing countries; evidence from Bangladesh”. Faculty of commerce papers,

University of Wollongong.http://ro.uow.edu.au/commpapers/179. Diakses tanggal 25

November 2010.

http://www.bi.go.id/web/id/BI+dan+Publik/CSR/Berita.htm (2007) “Apa dan Mengapa

Program Corporate Social Responsibility (CSR) Bank Indonesia”. Diakses tanggal 25

Agustus 2010.

http://www.re-searchengines.com/sulistyanto1.html (2003).”Good Corporate Governance:

Bisakah Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat?”. Diakses tanggal 25 November

2010.

http://www.suarapembaharuan.com/News/2007/07/24/Editor/edit.05.htm (2007). “Kewajiban

Sosial Perusahaan.” Diakses tanggal 27 Agustus 2010.

Husnan, Suad. 2001. “Corporate Governance dan Keputusan Pendanaan: Perbandingan

Kinerja Perusahaan Dengan Pemegang Saham Pengendali Perusahaan Multinasional

dan Bukan Multinasional”. Jurnal Riset Akuntansi, Manajemen, Ekonomi, Vol. 1

No.1. Februari 2001:1-12.

IKAI. 2004. "Kiprah dan Dinamika Komite Audit dalam Penegakan Good Corporate

Governance".

http://komiteaudit.org/informasi_displayartikel.asp

Khan, Md. H.U.Z. 2010.”The Effect Of Corporate Governance Elements On Corporate

Social Responsibility (CSR) Reporting: Empirical Evidence from Private Commercial

Banks of Bangladesh”. International Journal of Law and Management, Vol.52 No. 2.

pp. 82-109.

Khomsiyah. 2003. “Hubungan Corporate Governance dan Pengungkapan Informasi:

Pengujian Secara Simultan”. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya.

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). 2006. Pedoman Umum Good Corporate

Governance di Indonesia. Jakarta.

Kotler, Philip dan Nancy Lee. 2005. Corporate Social Responsibility; Doing the Most

Good for Your Company and Your Cause. New Jersey; John Wiley & Sons, Inc.

Kusumawati, Dwi Novi dan Bambang Riyanto LS. 2005. Corporate Governance dan

Kinerja: Analisis Compliance Reporting dan Struktur Dewan Terhadap Kinerja.

Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII Solo.

Lipton, M., Lorsch, J., “A Modest Proposal for Improved Corporate Governance”, Business

Lawyer, Vol. 48, Issue 1, Nov92, pp. 59-78.

Martanti, Anastasia Dwifebri. 2009. “Corporate Social Responsibility (CSR) Seharusnya Ikut

Serta Perbaiki Perekonomian Bangsa”. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia.

Meek, Gary K., Clare B. Roberts & Sidney J. Gray. 1995. “Factors Influencing Voluntary

Annual Report Disclosures by U.S., U.K. and Continental Eropean Multinational

Corporations”. Journal of International Business Studies, 26 (5), 555-572.

Michelon, Giovanna & Antonio Parbonetti. 2010. “The Effect of Corporate

Governance on Sustainability Disclosure”. Journal of Management and

Governance.

Mizrawati, Alfathira. 2009. Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Transparansi Perusahaan

(Tinjauan dari Agency Theory dan Stewardship Theory)”. Skripsi Tidak

Dipublikasikan. Universitas Diponegoro.

Mizruchi, M. S. 1983. “Who Control Whom? An Examination of the Relation between

Management and boards of Directors in Large American Corporation”. Academy of

Management Review, 8, 426-435.

Murniati, Sri. 2010. “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan

Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi tidak

dipublikasikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

National Committee on Corporate Governance (NCCG). 2006. Indonesian Code for Good

Corporate Governance.

Novita dan Chaerul D. Djakman. 2008. “Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Luas

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) pada Laporan Tahunan

Perusahaan; Studi Empiris pada Perusahaan Publik yang Tercatat di Bursa Efek

Indonesia tahun 2006.” Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi

XI, Pontianak, 22 – 25 Juli 2008.

Nugroho, Yanuar. 2007. “Dilema Tanggung Jawab Korporasi”. http://www.mediaindo.co.id/

(diakses pada tanggal 15 November 2010).

O'Donovan, 2002. "Environmental Disclosure in the Annual Reports: Extending the

Applicability and Predictive Power of Legitimacy Theory". Accounting, Auditing

and Accountability journal, Vol. 15, No. 3, pp. 344-371 .

Parsa, Sepideh dan Reza Kouhy. 2007. “Social Reporting by Companies Listed on the

Alternative Investment Market”. Journal of Business Ethics (2008) 79:345–360.

http://www.springer.com. Diakses tanggal 4 Mei 2009.

Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanakan prinsip-prinsip Good

Corporate Governance bagi Bank Umum.

Putri, Anggi Miharsa. 2009. “Pengaruh Independensi dan Efektivitas Komite Audit terhadap

Manajemen Laba”. Skripsi tidak dipublikasikan. Universitas Diponegoro.

Rahma Yuliani. 2003. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Praktek pengungkapan

Sosial dan Lingkungan di Indonesia”. Tesis S2 Magister Akuntansi Tidak

Dipublikasikan. Universitas Diponegoro.

Rosmasita, H. 2007. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial (Social

Disclosure) Dalam Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Manufaktur Di Bursa

Efek Jakarta”. Skripsi tidak dipublikasikan. Universitas Islam Indonesia.

Sabeni, Arifin dan Norhadi. 2002. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luas

Pengungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Go Publik Di Bursa

Efek Jakarta”. Jurnal Maksi. Vol 1. Agustus 2002.

Sayekti, dan Wondabio. 2007. “Pengaruh CSR Disclosure Terhadap Earnings Response

Coefficient”. Seminar Nasional Akuntansi X, Makasar, 26-28 Juli 2007.

Scott, W.R. 1997. Financial Accounting Theory, Prentice Hall. Inc.

Supranto, J, MA. 2001, Statistik Teori dan Aplikasi, Jakarta, Erlangga.

Sembiring, Eddy Rismanda. 2003. “Kinerja Keuangan, Political Visibility, Ketergantungan

Pada Hutang, dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.” Makalah

disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya, 16 – 17 Oktober

2003.

Sembiring, Eddy Rismanda. 2005.” Karakteristik perusahaan dan pengungkapan tanggung

jawab sosial: study empiris pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta”.

SNA VIII Solo, pp. 379-395.

Siregar, Sylvia Veronica N.P. dan Siddharta Utama, 2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan,

Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance Terhadap Pengelolaan Laba

(Earnings Management) . Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI.

Suharto, Edi (2007a). Pekerjaan Sosial di Dunia Industri: Memperkuat Tanggungjawab

Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility).Bandung: Refika Aditama

Suharto, Edi (2008). “Corporate Social Responsibility: What is and Benefit for Corporate”.

Makalah yang disajikan pada Seminar Dua Hari, Corporate Social Responsibility:

Strategy, Management and Leadership, Intipesan, Hotel Aryaduta Jakarta 13-14

Februari.

Sulistyanto, H. Sri, dan Rika Lidyah. 2002. "Good Corporate Governance: Antara Idealisme

dan Kenyataan". Modus (Jurnal Ekonomi dan Bisnis FE UAJY). Vol.14 (1).

Suripto, Bambang. 1999. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan

Sukarela dalam Laporan Tahunan”. Simposium Nasioanal Akuntansi, Malang.

Surya, Indra., dan Ivan Yustiavananda. 2006. Penerapan Good Corporate Governance.

FHUI. Jakarta.

Utama, Sidharta. 2007. “Evaluasi Infrastruktur Pendukung Pelaporan Tanggung Jawab Sosial

dan Lingkungan di Indonesia”. www.ui.edu. Diakses tanggal 19 September 2010.

Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Fascho Publishing. Gresik.

Widjaya, I.G Rai. 2006. Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, h. 11. Jakarta. Kesaint

Blanc.

Yakup, Riawandi. 2004. Corporate Social Responsibility: Perilaku Korporasi dan Peran

Civil Society. http://online.ipdf.org.

Yuniarti Gunawan. 2000 “ Analisis pengungkapan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”,

Simposium Nasional Akuntansi III.

Zahra, S., Pearce, J., 1989, “Boards of directors and corporate financial performance: A

review and integrative model”, Journal of Management, Vol. 15, pp. 291-334.

LAMPIRAN

Hasil Analisis Regresi

Variables Entered/Removed

Model

Variables

Entered

Variables

Removed Method

1 LEV, ROE,

UKODIT, SIZE,

INKOM,

INKODIT,

RAKODIT,

RAKOM, UKOMa

. Enter

a. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .855a .730 .641 .0202005 2.307

a. Predictors: (Constant), LEV, ROE, UKODIT, SIZE, INKOM, INKODIT, RAKODIT,

RAKOM, UKOM

b. Dependent Variable: CSRDI

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .030 9 .003 8.127 .000a

Residual .011 27 .000

Total .041 36

a. Predictors: (Constant), LEV, ROE, UKODIT, SIZE, INKOM, INKODIT, RAKODIT, RAKOM,

UKOM

b. Dependent Variable: CSRDI

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value .150454 .283386 .204584 .0287931 37

Std. Predicted Value -1.880 2.737 .000 1.000 37

Standard Error of Predicted

Value

.006 .016 .010 .003 37

Adjusted Predicted Value .152996 .290464 .204599 .0301616 37

Residual -.0402184 .0330000 .0000000 .0174942 37

Std. Residual -1.991 1.634 .000 .866 37

Stud. Residual -2.109 1.824 .001 .991 37

Deleted Residual -.0485773 .0453712 -.0000152 .0231537 37

Stud. Deleted Residual -2.264 1.911 .000 1.020 37

Mahal. Distance 2.092 22.601 8.757 4.961 37

Cook's Distance .000 .221 .032 .043 37

Centered Leverage Value .058 .628 .243 .138 37

a. Dependent Variable: CSRDI

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 37

Normal Parametersa,,b

Mean .0000000

Std. Deviation .01749415

Most Extreme Differences Absolute .096

Positive .079

Negative -.096

Kolmogorov-Smirnov Z .587

Asymp. Sig. (2-tailed) .881

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Hasil Uji Hipotesis

Variables Entered/Removed

Model

Variables

Entered

Variables

Removed Method

1 LEV, ROE,

UKODIT, SIZE,

INKOM,

INKODIT,

RAKODIT,

RAKOM, UKOMa

. Enter

a. All requested variables entered.

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .855a .730 .641 .0202005

a. Predictors: (Constant), LEV, ROE, UKODIT, SIZE, INKOM,

INKODIT, RAKODIT, RAKOM, UKOM

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .030 9 .003 8.127 .000a

Residual .011 27 .000

Total .041 36

a. Predictors: (Constant), LEV, ROE, UKODIT, SIZE, INKOM, INKODIT, RAKODIT, RAKOM,

UKOM

b. Dependent Variable: CSRDI

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .046 .040 1.135 .267

UKOM .009 .003 .458 2.725 .011

INKOM -.007 .030 -.028 -.223 .825

RAKOM .001 .000 .332 2.228 .034

UKODIT .007 .005 .230 1.397 .174

INKODIT .076 .035 .333 2.159 .040

RAKODIT .000 .001 -.114 -.757 .456

SIZE .000 .003 .009 .077 .939

ROE .108 .041 .302 2.634 .014

LEV .003 .001 .258 2.267 .032

a. Dependent Variable: CSRDI