Copy Of2 Proposal Perbaikan

30
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Istilah remaja (adolescence) menunjukkan suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa, yang ditandai oleh perubahan-perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu usia 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, dan usia 18-21 tahun merupakan masa remaja akhir (Mar’at, 2009 dalam Isnani, 2011: 19). Kualitas generasi muda khususnya para remaja yang merupakan sumber daya bagi pembangunan manusia seutuhnya didalam meningkatkan kesehatan dan kualias sumber daya manusia sangatlah perlu untuk diperhatikan karena remaja merupakan golongan dalam masyarakat yang relatif jarang mendapat perlakuan di dalam program pembinaan gizi dan

description

Proposal gizi

Transcript of Copy Of2 Proposal Perbaikan

20

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang MasalahIstilah remaja (adolescence) menunjukkan suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa, yang ditandai oleh perubahan-perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu usia 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, dan usia 18-21 tahun merupakan masa remaja akhir (Marat, 2009 dalam Isnani, 2011: 19).Kualitas generasi muda khususnya para remaja yang merupakan sumber daya bagi pembangunan manusia seutuhnya didalam meningkatkan kesehatan dan kualias sumber daya manusia sangatlah perlu untuk diperhatikan karena remaja merupakan golongan dalam masyarakat yang relatif jarang mendapat perlakuan di dalam program pembinaan gizi dan kesehatan. Padahal mereka sesungguhnya berada pada posisi transisi dari dunia anak-anak kedunia dewasa yang secara langsung atau tidak langsung memerlukan pembinaan dari perkembangan jasmani, intelektual atau kognitif, mental, psikologi, dan sosial (Depkes RI, 1997).

1Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja dapat berpengaruh terhadap kebiasaan makannya. Masalah harga diri secara intensif terjadi pada remaja putri karena proses kenaikan berat badan berjalan, meningkatnya persentase lemak tubuh, pertumbuhan tinggi badan, perkembangan payudara dan memperoleh hal-hal lain yang berkaitan dalam kematangan tubuh remaja putri. Sehingga remaja sangat rentan terhadap gangguan makan, seperti halnya remaja putri yang melakukan diet yang sebenarnya tidak perlu dilakukan ( Proverawati, 2010: 5).Berkaitan dengan perkembangan fisik, remaja adalah masa ketika seseorang mulai memperhatikan keadaan tubuhnya dan sering gelisah jika mendapati tubuh mereka ternyata tidak ideal. Banyak cara dilakukan oleh remaja untuk mendapatkan bentuk tubuh yang menurut mereka lebih bagus dan menarik. Banyak remaja akhirnya terjebak pada pola makan yang tidak sehat. Mereka mengurangi porsi makan, bahkan memangkas jadwal makan. Makan pun menjadi dua kali atau bahkan hanya satu kali sehari.Tuntutan memiliki tubuh ideal menciptakan suatu obsesi untuk terus memiliki keidealan tubuh, sehingga banyak cara dilakukan untuk merawat dan mempertahankannnya antara lain yaitu melalui olah raga senam. Obsesi ini membuat mereka mengevaluasi tubuh diri sendiri, dimana akan memunculkan rasa puas atau tidak puas terhadap kondisi raganya. Evaluasi terhadap diri ini merupakan pengalaman psikologis yang terfokus pada persepsi atau gambaran individu terhadap tubuhnya.Masa remaja adalah masa coba-coba dan ini termasuk dalam perilaku makan, dengan diiringi keinginan yang kuat dari remaja putri untuk menurunkan berat badannya agar menjadi langsing. Pada hasil penelitian Deni (2008), remaja putri SMA Negeri 1 Bogor sebanyak 40% merasa bahwa tubuhnya ideal atau normal, sebanyak 50% merasa tubuhnya kurus, dan 10% merasa tubuhnya gemuk. Padahal berdasarkan perhitungan antropometri, tidak ditemukan responden yang termasuk dalam status gizi gemuk/overweight. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian responden memiliki persepsi yang kurang benar terhadap tubuhnya sendiri. Mengenai kepuasan terhadap tubuh, sebanyak 60 % responden merasa kurang puas dengan bentuk tubuhnya sekarang.Gambaran seseorang mengenai kondisi fisiknya lebih bersifat subyektif. Apabila seseorang merasa bahwa keadaan fisiknya tidak sama dengan konsep idealnya, maka dia akan merasa memiliki kekurangan secara fisik meskipun mungkin dalam pandangan dan penilaian orang lain dia dianggap menarik secara fisik. Keadaan yang demikian, seringkali membuat seseorang tidak dapat menerima keadaan fisiknya secara apa adanya sehingga citra raganya menjadi negatif.Hasil penelitian Marasabessy (2006), sebagian besar remaja putri (87.5%) menunjukkan ketidakpuasan terhadap bentuk tubuhnya karena mereka merasa bentuk tubuhnya belum ideal. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Briawan et al. (2008), bahwa 72.0% wanita mempunyai persepsi bahwa tubuhnya masih belum ideal, dan kebanyakan merasa dirinya kegemukan. Adanya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat pada remaja sehingga sangatlah diperlukan makanan yang sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. Disisi lain perilaku yang salah banyak dijumpai pada remaja. Adanya kecenderungan untuk mengikuti pola gaya hidup modern membuat remaja lebih memilih untuk memiliki kebiasaan makan yang salah. Umumnya, jika remaja tahu berat badannya bertambah, maka mereka akan mengurangi porsi makan untuk menurunkan berat badan dan tidak makan pagi. Ada juga yang mengganti pola makan mereka dengan mengkonsumsi makanan yang tidak berlemak dan rendah karbohidrat. Hal ini akan menyebabkan keadaan gizi mereka tidak seimbang, bahkan bisa menimbulkan gangguan kesehatan (Khomsan, 2003).

Banyak remaja puteri ingin mempunyai bentuk tubuh yang langsing dan menarik. Sekitar 30% remaja putri berdiet secara aktif, tetapi sebagian besar akan berdiet pada suatu waktu. Berbagai macam diet mereka ikuti, dan seringkali dalam jangka waktu singkat. Semua diet ini memiliki masalah yang sama, yaitu tidak mendidik pesertanya untuk menerapkan kebiasaan makan baru yang lebih sehat (Barasi, 2007: 87). Studi pendahuluan yang peneliti lakukan terhadap 25 siswi di SMA Negeri 3 Bukittinggi terdapat 64% siswi yang jarang makan pagi karena takut tubuhnya menjadi gemuk dan tidak ideal. Berdasarkan hal yang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mempelajari lebih jauh hubungan persepsi remaja tentang tubuh ideal dengan kebiasan makan siswi SMA Negeri 3 Bukittinggi.

1.2 Rumusan MasalahSesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan persepsi remaja tentang tubuh ideal dengan kebiasan makan siswi SMA Negeri 3 Bukittinggi.

1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan umumUntuk mengetahui hubungan persepsi remaja tentang tubuh ideal dengan kebiasan makan siswi SMA Negeri 3 Bukittinggi.1.3.2 Tujuan Khusus1.3.2.1 Diketahuinya persepsi remaja tentang tubuh ideal siswi SMA Negeri 3 Bukittinggi.1.3.2.2 Diketahuinya kebiasaan makan siswi SMA Negeri 3 Bukittinggi.1.3.2.3 Diketahuinya hubungan persepsi remaja tentang tubuh ideal dengan kebiasaan makan siswi SMA Negeri 3 Bukittinggi.

1.4 Manfaat penelitian1.4.1 Manfaat praktisMemberi informasi bagi remaja puteri tentang tubuh ideal dan kaitannya dengan kebiasaan makan.1.4.2 Manfaat teoritis1.4.2.1 Menambah pengetahuan masyarakat tentang tubuh ideal dan kaitannya dengan kebiasaan makan.1.4.2.2 Menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman bagi penulis tentang tubuh ideal dan kaitannya dengan kebiasaan makan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis2.1.1. Kebiasaan Makan RemajaMenurut Marat (2009) dalam Isnani (2011: 19) istilah remaja (adolescence) menunjukkan suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa, yang ditandai oleh perubahan-perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu usia 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, dan usia 18-21 tahun merupakan masa remaja akhir. Masa remaja merupakan jalan panjang yang menjembatani periode kehidupan anak dan dewasa. Masa ini merupakan sebuah dunia yang lengang dan rentan dalam artian fisik, psikis, sosial, dan gizi. Pertumbuhan yang disertai dengan perubahan fisik, memicu berbagai kebingungan (Arisman 2004: 63). Menurut Proverawati (2010: 1) ciri utama pada masa remaja yaitu ditandai dengan adanya berbagai perubahan. Perubahan-perubahan tersebut antara lain adalah sebagai berikut.1. Perubahan fisikPada masa remaja ini terjadi pertumbuhan fisik yang cepat dan proses kematangan seksual. Beberapa kelenjar yang mengatur fungsi seksualitas pada masa ini telah mulai matang dan berfungsi.

62. Perubahan intelektualPerubahan intelektual merupakan peralihan dari masa konkrit-operasional yaitu seseorang remaja mampu berfikir sistematis terhadap hal-hal dan objek yang bersifat konkrit kepada masa formal-operasional yaitu telah mampu berfikir secar sistematis.3. Perubahan emosiPengaruh lingkungan pada masa remaja memberikan pengaruh yang kuat terhadap perubahan emosi dibandingkan pengaruh hormonal.4. Perubahan sosialRemaja cenderung untuk bergabung dengan teman sebaya dan membentuk sebuah kelompok. 5. Perubahan moralPada masa ini remaja akan mengalami kegoyahan tingkah laku moral, namun masih dapat dikatakan wajar sejauh kegoyahan itu tidak terlalu menyimpang dari moralitas yang berlaku.Berkaitan dengan perkembangan fisik, remaja adalah masa ketika seseorang mulai memperhatikan keadaan tubuhnya dan sering gelisah jika mendapati tubuh mereka ternyata tidak ideal. Banyak cara dilakukan oleh remaja untuk mendapatkan bentuk tubuh yang menurut mereka lebih bagus dan menarik. Banyak remaja akhirnya terjebak pada pola makan yang tidak sehat. Mereka mengurangi porsi makan, bahkan memangkas jadwal makan. Makan pun menjadi dua kali atau bahkan hanya satu kali sehari.WHO (2005) mengemukakan bahwa kerangka konseptual dan faktor penyebab masalah gizi pada remaja adalah kurang konsumsi pangan, faktor gaya hidup, penyakit infeksi dan masalah kesehatan lainnya. Kurang konsumsi pangan disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor psikologi dan faktor sosial ekonomi. Faktor psikologi adalah pola makan, kebiasaan makan, gangguan makan dan faktor sosial ekonomi seperti akses terhadap pangan dan ketersediaan pangan. Kurang konsumsi pangan menyebabkan kekurangan zat gizi makro dan mikro serta berbagai penyakit kronik yang menyertainya.Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja dapat berpengaruh terhadap kebiasaan makannya. Masalah harga diri lebih sering terjadi pada remaja putri karena terjadi proses kenaikan berat badan, meningkatnya persentase lemak tubuh, pertumbuhan tinggi badan, perkembangan payudara dan memperoleh hal-hal lain yang berkaitan dalam kematangan tubuh remaja putri. Sehingga remaja sangat rentan terhadap gangguan makan, seperti halnya remaja putri yang melakukan diet yang sebenarnya tidak perlu dilakukan ( Proverawati, 2010: 5)Kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok individu memilih pangan apa yang dikonsumsi sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis dan sosial budaya. Kebiasaan makan bukan bawaan sejak lahir tetapi merupakan hasil belajar. Menurut Heimberg (2005: 1), kebiasaan makan yang baik adalah kebiasaan mengkonsumsi makanan baik dari jenis dan jumlahnya sesuai dengan kebutuhun tubuh. Makanan yang baik adalah makanan yang mengandung semua zat gizi, yakni karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.Pertumbuhan remaja meningkatkan partisipasi dalam kehidupan sosial dan aktivitas remaja sehingga dapat menimbulkan dampak terhadap apa yang dimakan remaja tersebut. Remaja sudah mulai bisa membeli dan mempersiapkan makanan mereka sendiri. Kebiasaan makan yang salah dan dilakukan secara berulang-ulang dapat menyebabkan gangguan makan sehingga dapat membahayakan kesehatan fisik, emosional atau sosial. Proverawati (2010: 11) mengungkapkan bahwa gangguan makan yang paling banyak terjadi antara lain anorexia nervosa, bukimia nervosa, binge eating disorter, dan obesitas. Gangguan makan lain yang mulai muncul adalah orthorexia nervosa dan nocturnal eating syndrome (NES).

2.1.2. Tubuh IdealTubuh ideal ialah keseimbangan antara berat badan tubuh dengan tinggi badan. Tubuh ideal secara fisik dapat terlihat dan ternilai dari penampilan luar. Postur tubuh ideal dinilai dari pengukuran antropometri untuk menilai apakah komponen tubuh tersebut sesuai dengan standard normal atau ideal. Pengukuran antropometri yang paling sering digunakan adalah rasio antara berat badan (kg) dan tinggi badan (m) kuadrat, yang disebut Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai berikut (Damayanti, 2011: 15):IMT=BB (kg)

TB x TB (m)

Tabel 2.1Status GiziWanitaLaki-laki

Normal17 -2318 25

Kegemukan23 2725 27

Obesitas> 27> 27

Sumber : Damayanti, 2011

Keterangan :BB = Berat BadanTB = Tinggi Badan

Banyak remaja putri merasa tidak puas dengan bentuk tubuhnya, sehingga berusaha memperbaikinya dengan berdiet. Sekitar 30% remaja putri berdiet secara aktif, tetapi sebagian besar akan berdiet pada suatu waktu. Berbagai macam diet mereka ikuti, dan seringkali dalam jangka waktu singkat. Semua diet ini memiliki masalah yang sama, yaitu tidak mendidik pesertanya untuk menerapkan kebiasaan makan baru yang lebih sehat (Barasi, 2007: 87)Mendapatkan tubuh ideal juga harus dilengkapi dengan keadaan tubuh yang sehat fisik atau jasmani. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan zat gizi yang berasal dari konsumsi makanan sehari-hari. Zat gizi yang diperlukan oleh tubuh terdiri dari Hidrat-arang, protein, lemak, vitamin, mineral, air dan serat. Hidrat-arang, protein dan lemak disebut zat gizi makro dan vitamin serta mineral disebut sebagai zat gizi mikro. Kebutuhan zat gizi sehari tergantung dari umur, jenis kelamin, jenis aktivitas, suhu lingkungan dan kondisi tertentu.Kegiatan yang harus dilakukan agar seseorang dapat hidup sehat dan memperoleh tubuh ideal yang sehat adalah (Depkes RI 2005): 1. Makanlah aneka ragam makanan Makanan beragam memberikan manfaat yang besar terhadap kesehatan, menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya. 2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi Setiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup hidangan mengandung sumber tenaga agar dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari seperti bekerja, belajar, olahraga, berekreasi, kegiatan sosial. Kebutuhan energi dapat diperoleh dengan mengkonsumsi bahan makanan sumber karbohidrat, protein, dan lemak.3. Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi Makanan sumber karbohidrat kompleks merupakan sumber energi utama seperti nasi, jagung, ubi, dan sagu. Akan tetapi makanan sumber karbohidrat kompleks ini kurang memberikan zat gizi lain yang diperlukan tubuh. Sekitar 50-60% kebutuhan energi diperoleh dari karbohidrat kompleks atau setara dengan 3-4 piring nasi. Apabila energi yang melebihi 60% berasal dari karbohidrat kompleks maka biasanya kebutuhan protein, vitamin dan mineral sulit dipenuhi. 4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi Konsumsi lemak dan minyak secara berlebihan akan mengurangi konsumsi makanan lain, karena membuat mudah merasa kenyang. Akibatnya, kebutuhan zat gizi yang lain tidak terpenuhi. Dianjurkan konsumsi lemak dan minyak dalam makanan sehari-hari tidak lebih dari 25% dari kebutuhan energi. 5. Gunakan garam beryodium Garam beryodium bermanfaat untuk mencegah timbulnya gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY). Kelebihan konsumsi natrium dapat memacu timbulnya penyakit tekanan darah tinggi, untuk itu hindari konsumsi garam berlebihan, dianjurkan mengkonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram atau 1 sendok teh setiap harinya. 6. Makanlah makanan sumber zat besiZat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel darah merah. Makanan yang banyak mengandung zat besi yang mudah diserap dan nilai biologinya tinggi adalah makanan hewani, khususnya hati, daging ayam dan ikan. 7. Biasakan makan pagi Makan pagi sangat bermanfaat bagi setiap orang, bagi anak sekolah dapat memudahkan kosentrasi belajar, menyerap pelajaran, sehingga prestasi belajar menjadi lebih baik. Kebiasaan makan pagi juga membantu seseorang untuk memenuhi kebutuhan gizinya sehari-hari.

8. Minumlah air bersih, aman dan cukup jumlahnya Air minum harus bersih dan bebas kuman, konsumsi air minum sekurang-kurangnya 2 liter atau setara 8 gelas setiap harinya, agar proses faali dalam tubuh berlangsung lancar dan seimbang.9. Lakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur Kegiatan fisik dan olah raga secara teratur dan cukup dapat membantu mempertahankan derajat kesehatan yang optimal. Untuk mempertahankan berat badan normal, upayakan agar kegiatan fisik dan olah raga selalu seimbang dengan memasukkan energi yang diperoleh dari makanan. 10. Hindari minum-minuman beralkohol Minum-minuman beralkohol dapat menimbulkan berbagai dampak buruk, diantaranya ketagihan, mabuk, tidak mampu mengendalikan diri. Selain itu minum-minuman alkohol dapat menimbulkan penyakit hati. 11. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan Makanan yang aman adalah makanan yang tidak tercemar, tidak mengandung mikroorganisme atau bakteri, tidak mengandung bahan kimia berbahaya, telah diolah dengan tata cara yang benar sehingga fisik dan gizinya tidak rusak, serta tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat.12. Bacalah label pada makanan yang dikemas Peraturan perundang-undangan menetapkan bahwa setiap produk makanan yang dikemas harus mencantumkan keterangan pada labelnya mengenai bahan-bahan yang digunakan, susunan (komposisi) zat gizinya, tanggal kadaluwarsa, dan keterangan penting yang lain.

2.1.3. Persepsi Remaja tentang Tubuh IdealPersepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera. Namun proses ini tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan persepsi, karena proses persepsi tidak dapat terlepas dari proses penginderaan dan proses penginderaan merupakan proses pendahuluan dari proses persepsi (Walgito 2011: 99)Proses persepsi berupa stimulus tidak hanya dapat datang dari luar, tetapi juga dapat datang dalam diri individu sendiri. Namun demikian sebagian besar stimulus datang dari luar individu yang bersangkutan. Sekalipun persepsi dapat melalui macam-macam alat indera yang ada pada diri individu, tetapi sebagian besar persepsi melalui alat indera penglihatan( Walgito, 2011: 100)Persepsi individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus yang diterimanya, sehingga stimulus tersebut mempunyai arti bagi individu yang berssangkutan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa stimulus merupakan salah satu factor yang berperan dalam persepsi. Berkaitan dengan factor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan adanya beberapa factor, yaitu (Walgito, 2011: 101):1. Objek yang dipersepsiObjek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan dan langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagian reseptor.

2. Alat indera, syaraf dan pusat susunan syarafAlat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensorik sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagian alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motorik.3. PerhatianUntuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka pengadaan persepsi. Perhatian merupakan konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekelompok objek.Persepsi remaja tentang tubuh ideal dapat diukur dengan melihat pandangan remaja tentang bentuk tubuh yang ideal. Remaja dapat mengartikan berbeda apa yang dilihat dan yang dirasakan. Persepsi remaja tentang bentuk tubuhnya bisa berbeda dengan kenyataan bentuk tubuhnya, yaitu bisa menganggap tubuhnya kurus, sudah ideal bahkan bisa menganggap bentuk tubuhnya gemuk. Persepsi yang berbeda dari setiap remaja tentang bentuk tubuhnya juga dapat mempengaruhi kebiasaan makannya, tidak jarang persepsi yang salah tentang bentuk tubuhnya akan menyebabkan remaja tersebut merubah pola kebiasaan makan menjadi kebiasaan makan yang tidak baik.Persepsi tubuh merupakan suatu hal yang abstrak dan tidak dapat diukur secara langsung. Oleh karena itu diperlukan suatu instrumen yang dapat mengkongretkan persepsi tubuh sehingga dapat diukur secara langsung. Alat ukur yang digunakan menilai persepsi tubuh adalah dengan menggunakan metode Figure Rating Scale (FRS). FRS merupakan metode penilaian persepsi tubuh yang dikembangkan oleh Stunkard et al. pada tahun 1983. FRS meliputi sembilan skema gambar yang memiliki interval dari sangat kurus (gambar 1) sampai sangat gemuk (gambar 9). Skala tersebut digunakan untuk mengukur persepsi tubuh. Contoh diminta untuk memilih nomor mana yang sesuai dengan persepsinya. 2.2 Kerangka Konsep

Persepsi Remaja tentang Tubuh IdealKebiasaan Makan Remaja

2.3 HipotesisAda hubungan antara persepsi remaja tentang tubuh ideal dengan kebiasaan makan siswi SMA Negeri 3 Bukittinggi Tahun 2012

2.4 Definisi OperasionalVariabelDefinisiCara UkurAlat UkurHasil UkurSkala Ukur

Persepsi remaja tentang tubuh idealProses penginderaan oleh remaja tentang tubuhnya apakah sudah ideal atau belumWawancaraKuesioner,metode Figure Rating Scale (FRS)IdealTidak idealOrdinal

Kebiassaan makan remajaCara remaja memilih pangan apa yang dikonsumsi sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis dan sosial budayaWawancaraKuesionerBaikBurukOrdinal

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Disain PenelitianJenis penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan menggunakan desain cross sectional study karena variabel independent dan dependent di kumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

3.2 Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Bukittinggi mulai bulan Februari 2012

3.3 Populasi dan Sampel3.3.1 PopulasiPopulasi pada penelitian ini adalah 499 orang siswi SMA Negeri 3 Bukittinggi.3.3.2 SampelSampel penelitian untuk penelitian ini di ambil dari hasil perhitungan dengan rumus (Notoadmojo,2003: 91):n= Ket :n = Besar sampelN= Besar populasid = Presisi/ derajat akurasi 10% = Nilai kurva normal pada CI sebesar 95%P= Proporsi suatu kejadian untuk terjadi 64%

161-P = Proporsi suatu kejadian tidak terjadiDari hasil perhitungan menggunakan rumus finit diperoleh sampel sebanyak 118 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara Stratified Random Sampling yaitu dilakukan dengan cara mengidentifikasi karakteristik umum dari anggota populasi, kemudian menentukan strata atau lapisan dari jenis karakteristikunit-unit tersebut. Setelah ditentukan stratanya, kemudian dari masing-masing strata ini diambil sampel yang mewakili strata tersebut secara Simple Ramdom Sampling dimana dengan metode ini tiap unit dalam populasi, mempunyai peluang yang sama terpilih sebagai sampel.Pengambilan sampel kemudian diacak secara proporsional yang dihitung pada tiap kelas dengan menggunakan rumus:

ni= Jumlah sampel dalam satu kelasNi= Jumlah populasi dalam satu kelasN= Jumlah seluruh populasiN= Jumlah seluruh sampel

3.4 Cara Pengambilan Data3.5.1 Data PrimerData primer diperoleh melalui wawancara secara langsung kepada contoh yang dilakukan menggunakan kuesioner oleh peneliti meliputi persepsi tentang tubuh ideal dan kebiasaan makan.

3.5.2 Data SekunderData sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak sekolah yang memuat data tentang gambaran umum sekolah. Data sekunder digunakan sebagai data pendukung.

3.5 Cara Pengolahan Data dan Analisis Data3.5.1 Cara Pengolahan DataSetelah data terkumpul kemudian diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:3.5.1.1. Editing (pemeriksaan data)Setelah kuesioner diisi, maka setiap jawaban pada kuesioner diperiksa kelengkapan dan kesalahan dalam mengisi jawaban setiap pertanyaan.3.5.1.2. Coding (pemberian kode)Proses member kode dan skor pada item-item jawaban dilembar kuesioner dan kemudian dimasukkan kedalam master tabel.3.5.1.3. Tabulating (mengolah data dengan tabel)Mengolah data dengan table distribusi frekuensi.3.5.1.4. Cleaning (pembersihan data)Data yang sudah dimasukkan diteliti kembali untuk menghindari kemungkinan masih ada data ektrim.

3.5.2 Analisis Data3.5.2.1 UnivariatAnalisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi masing-masing variable yaitu persepsi tentang tubuh ideal dan kebiasaan makan.3.5.2.2 BivariatAnalisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variable independen dan variable dependen yaitu hubungan persepsi remaja tentang tubuh ideal dan kebiasaan makan uji statistic yang digunakan adalah uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95%. Apabilaq p value < 0.05 maka mendapat hubungan yang bermakna antara variable dependen dengan variable independen.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBIASAN MAKAN SISWI SMA NEGERI 3 BUKITTINGGI TAHUN 2012

Proposal Penelitian Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Karya Tulis Ilmiah Dasar D III Jurusan Gizi

Oleh :NELFI FITRIANIM 092113929

JURUSAN GIZIPOLITEKNIK KESEHATAN PADANGKEMENTERIAN KESEHATAN RITAHUN 2012