contohe

8
BAB III METODE MINI PROJECT III.1 Rancangan Mini Project Mini project ini dilakukan dengan pengumpulan data melalui wawancara terstruktur kemudian edukasi secara individual terutama pada subjek yang tidak mengerti tentang diabetes mellitus tetapi memiliki faktor resiko menderita penyakit tersebut. Pada mini poject ini ditujukan sebagai sarana mengaplikasikan pencegahan primer dalam penyakit diabetes mellitus. III.2 Waktu dan Tempat Mini Project 1

description

tetert

Transcript of contohe

Page 1: contohe

BAB III

METODE MINI PROJECT

III.1 Rancangan Mini Project

Mini project ini dilakukan dengan pengumpulan data melalui wawancara

terstruktur kemudian edukasi secara individual terutama pada subjek yang tidak

mengerti tentang diabetes mellitus tetapi memiliki faktor resiko menderita penyakit

tersebut. Pada mini poject ini ditujukan sebagai sarana mengaplikasikan pencegahan

primer dalam penyakit diabetes mellitus.

III.2 Waktu dan Tempat Mini Project

Mini project ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di Puskesmas

Ampenan dan wilayah sekitarnya.

III.3 Populasi Mini Project

Populasi mini project adalah masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah

Puskesmas Ampenan diambil secara acak yaitu masyarakat yang berobat ke

Puskesmas Ampenan (acak).

III.4 Subjek Mini Project

1

Page 2: contohe

Subjek mini project diambil dari masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah

Puskesmas Ampenan yang berobat ke Puskesmas dan diambil secara acak. Subjek

terdiri dari 12 orang laki-laki dan 88 orang perempuan. Subjek dengan usia 20-30

tahun berjumlah 26 orang, yang berusia > 30-40 tahun berjumlah 34 orang, yang

berusia > 40-50 tahun berjumlah 23 orang, yang berusia > 50-60 tahun berjumlah 10

orang dan > 60 tahun berjumlah 7 orang. Subjek mini project didapatkan dengan

teknik mengambil sampel secara acak dari pasien yang berobat di Puskesmas

Ampenan.

BAB IV

HASIL

Berdasarkan hasil yang diperoleh didapatkan bahwa dari total 88 orang subjek

perempuan dan 12 orang subjek laki-laki yang dilakukan wawancara terstruktur,

didapatkan bahwa 69 orang diantaranya tidak mengetahui apa itu diabetes mellitus/

kencing manis dan bagaimana gejalanya. Sementara itu, sejumlah 31 orang mengerti

apa itu diabetes mellitus/ kencing manis dan mengetahui gejala pernyertanya.

Seperti yang dibahas pada bab teori, disebutkan bahwa diabetes mellitus atau

kencing manis adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan metabolisme sehingga

kadar gula darah dalam tubuh melebihi normal. Diabetes mellirus memiliki gejala-

gejala, diantaranya sering buang air kecil terutama malam hari, sering haus, sering

lapar, luka tidak sembuh-sembuh, kesemutan, berat badan menurun meskipun nafsu

makan meningkat, sering mengantuk/ lemas, gatal-gatal terutama di daerah kemaluan,

dan impoten. Dari 31 orang subjek yang mengetahui gejala kencing manis, 15 orang

menyebutkan gejalanya adalah sering buang air kecil terutama pada malam hari, 12

orang menyebutkan lemas/mengantuk, 8 orang menyebutkan keluhan sering lapar

meskipun sudah banyak makan, 6 orang menyebutkan keluhan sering haus, 2 orang

menyebutkan keluhan luka yang tidak sembuh-sembuh, dan masing-masing 1 orang

2

Page 3: contohe

menyebutkan keluhan berat badan menurun, impoten, kesemutan, dan gatal di seluruh

tubuh terutama daerah kemaluan.

Menurut teori, banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya diabetes

mellitus. Salah satu faktor yang tidak dapat iubah adalah keturunan. Namun demikian,

yang paling menentukan seseorang mengidap diabetes mellitus atau tidak adalah

faktor pola makan dan aktivitas. Berdasarkan hasil wawancara dengan 100 orang

subjek di atas, didapatkan pada 31 orang subjek yang mengerti tentang penyakit

diabetes mellitus terdapat 14 orang subjek yang memiliki riwayat keluarga penderita

diabetes mellitus. Untuk faktor pola makan, dari 100 orang subjek yang diwawancara

menyebutkan bahwa sebanyak 36 orang mengaku tidak pernah berolah raga

(sedentary life style) dan 17 orang mengaku setiap hari setidaknya mengkonsumsi

gula 1 sendok makan, dan 14 orang diantaranya memiliki status gizi yang berlebih/

gemuk.

BAB V

DISKUSI

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes melitus

merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia

yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.

Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang,

dan disfungsi beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan

pembuluh darah.

Di Indonesia, prevalensi DM mencapai 15,9-32,73%, dimana diperkirakan

sekitar 5 juta lebih penduduk Indonesia menderita diabetes mellitus. Menurut

penelitian epidemiologi yang sampai saat ini dilaksanakan di Indonesia, kekerapan

diabetes di Indonesia berkisar antara 1,4 dengan 1,6%. Terjadi tendensi kenaikan

kekerapan diabetes secara global terutama disebabkan oleh karena peningkatan

kemakmuran suatu populasi, maka dengan demikian dapat dimengerti bila suatu saat

atau lebih tepat lagi dalam kurun waktu 1 atau 2 dekade yang akan datang kekerapan

DM di Indonesia akan meningkat dengan drastis. Indonesia akan menempati

peringkat nomor 5 sedunia dengan jumlah pengidap diabetes sebanyak 12,4 juta orang

pada tahun 2025, naik 2 tingkat dibanding tahun 1995. Pilar Pengelolaan DM, antara

3

Page 4: contohe

lain :

a ) Edukasi, meliputi : pemahaman tentang DM, obat-obatan, olahraga,

perencanaan makan dan masalah yang mungkin dihadapi.

b ) Perencanaan Makan dengan karbohidrat 45-60%, protein 10-20%, dan lemak

20-25%.

c ) Latihan jasmani 3 kali seminggu selama 30 menit disesuaikan dengan umur

dan status kesegaran jasmani.

d ) Farmakologis, apabila tidak berhasil dengan pengaturan makan dan olahraga.

Komplikasi diabetes mellitus yang dapat ditemukan, antara lain :

hipoglikemia, infeksi, komplikasi kronis penyakit jantung dan pembuluh darah,

kerusakan pada ginjal (nefropati), kerusakan saraf (neuropati), dan kerusakan pada

mata (retinopati).

Jika melihat dari segi teori di atas, bahwa jelas jika mencegah lebih baik

daripada mengobati. Hal ini juga dikarenakan banyak komplikasi yang terjadi pada

penyakit diabetes mellitus. Pada seseorang yang mengidap penyakit diabetes mellitus,

maka penatalaksanaan yang pertama kali dilakukan adalah edukasi tentang perjalanan

penyakitnya, olah raga dan perencanaan makan. Untuk itu, dalam hal ini peran

promosi kesehatan sangatlah penting dalam mencegah penyakit diabetes mellitus.

Dari total 88 orang subjek perempuan dan 12 orang subjek laki-laki yang

dilakukan wawancara, didapatkan bahwa 69 orang diantaranya tidak mengetahui apa

itu diabetes mellitus/ kencing manis dan bagaimana gejalanya. Sementara itu,

sejumlah 31 orang mengerti apa itu diabetes mellitus/ kencing manis dan mengetahui

gejala pernyertanya. Oleh karena itu, sangat diperlukan promosi kesehatan sebagai

usaha pencegahan primer terhadap penyakit diabetes mellitus. Mengingat jika

promosi kesehatan dilakukan secara serentak dengan mengumpulkan kader atau

masyarakat di suatu ruangan kurang efektif, maka perlunya dilakukan promosi

kesehatan secara individual terutama bagi masyarakat yang saat diwawancara sama

sekali tidak mengerti apa itu diabetes mellitus.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 100 orang subjek di atas, didapatkan

pada 31 orang subjek yang mengerti tentang penyakit diabetes mellitus terdapat 14

orang subjek yang memiliki riwayat keluarga penderita diabetes mellitus. Untuk

faktor pola makan, dari 100 orang subjek yang diwawancara menyebutkan bahwa

sebanyak 36 orang mengaku tidak pernah berolah raga (sedentary life style) dan 17

4

Page 5: contohe

orang mengaku setiap hari setidaknya mengkonsumsi gula 1 sendok makan, dan 14

orang diantaranya memiliki status gizi yang berlebih. Jika melihat hasil wawancara

ini, maka sebagian masyarakat di sekitar wilayah kerja Puskesmas Ampenan memiliki

faktor resiko diabetes mellitus. Oleh karena itu, penting jika dilakukan pencegahan

primer agar penderita diabetes mellitus di Indonesia tidak semakin meningkat.

Pendekatan populasi/masyarakat bertujuan untuk mengubah perilaku

masyarakat umum, antara lain mendidik masyarakat agar menjalankan cara hidup

sehat dan menghindari cara hidup beresiko. Upaya ini ditujukan tidak hanya untuk

mencegah diabetes tetapi untuk mencegah penyakit lain sekaligus oleh karena itu

penulis menganggap pentingnya dilakukan pendekatan individu, terutama pada

individu yang beresiko tinggi, yang berarti semua upaya pencegahan yang dilakukan

pada individu yang beresiko mengidap diabetes mellitus, antara lain umur > 40 tahun,

gemuk, hipertensi, riwayat keluarga DM, riwayat melahirkan bayi >4 kg, riwayat DM

pada saat kehamilan, dan dislipidemia.

Tetapi mengingat keterbatasan waktu dan lokasi, serta jumlah pasien yang

banyak penulis melakukan pendekatan individu tanpa memandang seseorang itu

beresiko atau tidak (dipilih secara acak) dengan maksud sasaran pencegahan primer

akan lebih sampai kepada setiap orang yang belum mengerti mengenai apa itu

diabetes mellitus dan bagaimana pencegahannya. Dengan begitu, penulis dapat

melakukan penyuluhan/ promosi secara individual tentang diabetes mellitus dan

mengedukasi jika menemukan keluarga/tetangga dengan gejala seperti itu segera

diperiksakan ke Puskesmas. Penulis melakukan promosi kesehatan dengan

menggunakan pamphlet bergambar agar lebih menarik dan memberikannya kepada

subjek yang sudah diedukasi. Dengan cara seperti ini diharapkan sasaran pencegahan

primer dan sekunder akan lebih berhasil karena menggunakan pendekatan individual.

Dalam mini project kali ini, penulis juga menemukan 2 orang subjek yang

menderita diabetes mellitus/ kencing manis tetapi tidak berobat secara rutin. Pada

kasus ini, penulis melakukan pencegahan sekunder berupa upaya untuk mencegah

komplikasi dengan edukasi agar rutin berobat, olah raga, dan pengaturan pola makan.

Diharapkan prevalensi diabetes mellitus kedepannya dapat ditekan jika seluruh

lapisan masyarakat ikut serta dalan pencegahan primer ataupun sekunder.

5