contoh revisi ujian
-
Upload
ramzsya-ramz -
Category
Documents
-
view
89 -
download
1
description
Transcript of contoh revisi ujian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gigi dan rongga mulut merupakan salah satu alat vital yang harus
mendapatkan perhatian khusus karena bagian ini dapat mempengaruhi kondisi
kesehatan seseorang. Salah satu cara terbaik untuk mendukung sehatnya gigi
dan rongga mulut adalah dengan melakukan perawatan sejak dini. Dengan
cara ini kelainan dan gangguan gigi yang timbul dapat dihindari. Lebih lanjut
lagi, gigi akan tampak sehat, teratur, rapi dan indah (Rina, 2000).
Gigi merupakan satu kesatuan dengan anggota tubuh kita yang lain,
kerusakan pada gigi dapat mempengaruhi kesehatan anggota tubuh lainnya,
sehingga akan mengganggu aktifitas sehari-hari (Pratiwi, 2009). Kerusakan
gigi seperti karies (gigi berlubang) pada anak Indonesia terutama anak Todller
sangat memprihatinkan (Kusumaningsih, 1999). Menurut Depkes (2000)
hampir 9-10 anak menderita karies dengan 7 dari 20 gigi yang rusak pada
tahun 1999.
Salah satu faktor yang dapat merusak gigi adalah makanan dan
minuman, yang mana ada yang menyehatkan gigi dan ada pula yang merusak
gigi (Pratiwi, 2009). Upaya kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek
lingkungan, pengetahuan, pendidikan dan kesadaran masyarakat serta
penanganan kesehatan gigi termasuk pencegahan dan perawatan. Namun
sebagian besar orang mengabaikan kondisi kesehatan gigi secara keseluruhan.
1
Perawatan gigi dianggap tidak terlalu penting padahal manfaatnya sangat vital
dalam menunjang kesehatan dan penampilan (Pratiwi, 2007).
Mulut yang sehat sangat penting bagi kesejahteraan buah hati, senyum
cerah dan penuh percaya diri akan membantu disepanjang hidupnya.
Perawatan gigi tidak berarti hanya memperhatikan gigi sikecil saja tetapi juga
merawat gusi sama pentingnya, karena semuanya merupakan dasar gigi yang
kuat. Selain melakukan kunjungan teratur kedokter gigi dan pola makan
seimbang, cara terbaik untuk mendapatkan mulut sehat adalah dengan
menetapkan kegiatan kebersihan menyeluruh secara rutin sejak bayi (Walters,
2002).
Anak toddler adalah anak usia 1-3 tahun, usia toddler adalah masa
lucu-lucunya anak, tetapi sekaligus masa yang melelahkan bagi orang tua.
Banyak hal yang harus diketahui kita sebagai orang tua karena tingkah laku,
dalam upaya kesehatan gigi anak toddler perlu perawatan gigi yang baik,
supaya gigi tumbuh sehat (Supartini, 2004). Perawatan gigi pada anak sangat
sulit memerlukan waktu dan dana tidak sedikit, oleh sebab itu pencegahan
terhadap karies atau kerusakan gigi yang lama jauh lebih baik dari pada
merawat kerusakan gigi (Suwelo, 1995).
Menurut Handayani (2010) pencegahan kerusakan gigi dapat
dilakukan dengan menyikat gigi setiap habis makan, sehingga membantu
untuk mencegah terjadinya pewarnaan gigi. Berkumur-kumur dengan air
setelah minum-minuman seperti kopi, teh, atau cola ataupun meminumnya
dengan cara menggunakan sedotan sehingga minum-minuman tadi tidak
2
mengenai permukaan gigi depan. Pembersihan gigi rutin, yaitu dengan skeling
dan pemolesan gigi juga bisa mencegah terjadinya pewarnaan pada permukaan
gigi. Pengatahuan pencegahan kerusakan gigi penting bagi ibu.
Pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi akan sangat menentukan status
kesehatan gigi anaknya kelak (Notoatmodjo, 2003). Ibu memegang peranan
penting dalam keluarga, sebagai seorang istri dan ibu dari anak-anaknya. Figur
pertama yang dikenal anak begitu ia lahir adalah ibunya. Maka dari itu,
perilaku dan kebiasaan ibu dapat dicontoh oleh sang anak (Pratiwi, 2009).
Namun tahu saja tidak cukup, perlu diikuti dengan peduli dan bertindak.
Kadang anak yang masih berusia 1-3 tahun sangat sulit untuk disuruh
menyikat gigi sehingga peran ibu sangat penting bagi anak usia toddler
(Pratiwi, 2009). Sekadar perintah mungkin tidak mampu untuk membuat anak
mau menyikat gigi. Tapi kalau ibu mengajak si anak bersama-sama menyikat
gigi, maka anak dapat memperhatikan dan mencontoh kebiasaan ibu (Pratiwi,
2009).
Notoatmodjo cit Fankari (2004), menjelaskan bahwa penyebab
timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat salah satunya
adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Hal
tersebut dilandasi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan
gigi dan mulut. Anak masih sangat tergantung pada orang dewasa dalam hal
menjaga kebersihan dan kesehatan gigi karena kurangnya pengetahuan anak
mengenai kesehatan gigi dibanding orang dewasa. Anak usia antara 6-12
tahun atau anak usia sekolah masih kurang mengetahui dan mengerti
3
memelihara kebersihan gigi dan mulut, terbukti pada angka nasional untuk
karies gigi usia 12 tahun mencapai 76,62% dengan indeks DMF-T (Decay
Missing Filled-Teeth) rata-rata 2,21 (Depkes, 1999).
Holt RD, dkk melakukan penelitian tentang efek pendidikan kesehatan
gigi yang diberikan ibu kepada anaknya yang berusia 5 tahun di London tahun
2001. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa 69% dari anak-anak
yang ibunya memberikan oral health education di rumah memperlihatkan
bebas karies, dan angka gingivitis (radang gusi) yang lebih rendah daripada
anak-anak yang tidak dididik tentang kesehatan gigi dan mulut oleh ibunya
sehingga gigi menjadi sehat dan kuat. Dengan demikian penelitian ini
membuktikan peran ibu sangat penting dalam mencegah kerusakan gigi.
Hasil survey kesehatan rumah tangga survey kesehatan nasional
(SKRT-Surkesnas) tahun 2001, penyakit gigi dikeluhkan oleh 60% penduduk
indonesia. Dimana 40% penyakit gigi diderita anak-anak (Anonim, 2005).
Astuti (2001) menyatakan bahwa penyakit gigi dan mulut yang paling banyak
dijumpai pada anak-anak adalah karies serta masalah gusi. 90% anak
mengalami gigi berlubang dan 80% penyakit gusi. Penelitian yang dilakukan
pada 1000 orang anak balita di Jakarta yang bebas karies sebesar 14,1%
sedangkan anak yang memiliki karies lebih dari 85,9%.
Perawatan gigi pada anak sangat sulit memerlukan waktu dan dana
tidak sedikit, oleh karena itu diharapkan ibu mampu mengajarkan kebersihan
gigi pada anaknya supaya gigi anak tumbuh sehat dan kuat. Berdasarkan
temuan dan uraian diatas, penulis tertarik mengambil judul hubungan
4
pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan gigi pada anak usia toddler
di desa Surodadi Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang.
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 11-13
Oktober 2011 terdapat gangguan pertumbuhan gigi pada anak seperti
impacteo, caries gigi, calculus dan deposit, penyakit pulpa dan penyakit gusi
dan setiap bulan nya terdapat 45-47 pasien yang datang ke puskesmas.
Pengetahuan ibu tentang perawatan gigi pada anak toddler kurang sehingga
pertumbuhan gigi pada anak kurang pas dan kadang tejadi penyakit pada
giginya seperti caries gigi.
B. Rumusan Masalah
Masalah kesehatan gigi pada anak toddler merupakan masalah
kesehatan yang serius dimana ibu mempunyai peran penting untuk perawatan
gigi sehingga tidak terjadi kerusakan gigi pada anak seperti impacteo, caries
gigi, calculus dan deposit, penyakit pulpa dan penyakit gusi.
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 11-13
Oktober 2011 terdapat gangguan pertumbuhan gigi pada anak seperti
impacteo, caries gigi, calculus dan deposit, penyakit pulpa dan penyakit gusi
dan setiap bulan nya terdapat 45-47 ibu yang datang ke puskesmas untuk
memeriksakan gigi anaknya. Pengetahuan ibu tentang cara merawat gigi pada
anak toddler kurang sehingga terjadi penyakit pada gigi anak usia 1-3 tahun
seperti caries gigi.
5
Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan masalah hubungan
pengetahuan dengan sikap ibu tentang perawatan gigi pada anak usia toddler
di Desa Surodadi Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang
perawatan gigi pada anak usia toddler di Desa Sorodadi Kecamatan
Gringsing Kabupaten Batang.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang perawatan gigi pada anak
usia toddler.
b. Mengidentifikasi sikap ibu tentang perawatan gigi pada anak usia
toddler.
c. Menganalisa hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang
perawatan gigi pada anak usia toddler di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang
D. Manfaat Penelitian
1. Puskesmas
Membantu meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya
dalam bidang kesehatan gigi dan mulut sehingga pelayanan dipuskesmas
lebih optimal.
6
2. Ibu (Orang Tua)
Memberikan masukan atau informasi kepada ibu (orang tua)
mengenai kesehatan gigi dan mulut serta sikap yang seperti apa yang
seharusnya dilakukan perawatan gigi dan mulut pada anak usia todller,
sehingga perawatan gigi anak usia todler dapat maksimal.
3. Peneliti
Dapat menambah pengetahuan peneliti sehingga peneliti tahu cara
merawat gigi pada anak usia toddler dan menambah pengalaman tentang
perawatan gigi pada anak usia toddler.
4. Institusi pendidikan
Menambah referensi tentang perawatan gigi dan dapat digunakan
sebagai rujukan, referensi atau tambahan informasi untuk penelitian yang
sama yaitu perawatan gigi pada anak usia todler.
5. Tenaga kesehatan/perawat
Memberikan penyuluhan kesehatan tentang kesehatan gigi dan cara
merawat gigi pada anak usia toddler kepada orang tua sehingga tidak jadi
kerusakan gigi pada buah hatinya.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimiliki. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
2. Tingkat Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003)
Tingkat pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan, yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah di pelajari
sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Kata kerja yang mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasi
materi tersebut dengan benar. Orang yang telah paham terhadap objek
atau materi harus dapat menjelaskan, menyabutkan contoh,
8
8
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang
dipelajari.
c. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
d. Analisis (analisys)
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu
materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih
didalam suatu stuktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu
sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikais atau penilaian terhadap materi atau objek. Penilaian-
penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria yang sudah ada.
9
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain menuru
Notoatmodjo (2003)
a. Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan maka akan mudah menerima hal-hal
yang baru dan mudah menyesuaikan dengan hal-hal baru tersebut.
b. Informasi
Seseorang yang mempunyai informasi yang lebih banyak akan
memberikan pengetahuan yang lebih jelas.
c. Budaya
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan
seseorang karena informasi-informasi baru akan disaring kira-kira
sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.
d. Pengalaman
Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan
individu, maksudnya pendidikan yang tinggi, pengalaman akan lebih
luas.
10
4. Cara Memperoleh Pengetahuan.
Menurut Notoatmodjo (2003), cara memperoleh pengetahuan dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu :
a. Dengan cara tradisional atau non ilmiah.
1) Cara coba salah (trial and error).
Adalah cara yang paling tradisional, yang pernah digunakan
oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan. Cara coba salah ini
dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan
masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil, maka akan
dilakukan seterusnya sampai masalah itu dapat terpecahkan.
2) Cara kekuasaan atau otoritas.
Sumber pengetahuan dapat berupa pimpinan-pimpinan
masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang
pemerintahan, dan sebagainya. Dengan kata lain pengetahuan
diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi,
otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli
pengetahuan.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi.
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian kata pepatah.
Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu
merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
11
4) Melalui jalan pikiran.
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia,
cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah
mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuan. Dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran
pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya.
b. Cara modern atau cara ilmiah.
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada
dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut “Metode
Penelitian Ilmiah (Research Methodology)”, cara ini mula-mula
dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626).
5. Cara Pengukuran Pengetahuan
Cara pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara
wawancara atau dengan angket yang menanyakan tentang isi materi yang
ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman
pengetahuan yang ingin diketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan
dengan cara diatas (Notoatmodjo, 2003).
B.Sikap
1. Definisi Sikap dari beberapa ahli.
a. Menurut Allport (1935) mengemukakan bahwa sikap adalah
keadaan mental dan dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman
yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respons
12
individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya
(Sears, 2007)
b. Menurut Notoatmojo (2005) Sikap adalah respon tertutup
seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan
faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2005)
c. Menurut Camplell (1950) suatu sindroma atau kumpulan gejala
dalam merespons stimulus atau objek sehingga sikap itu melibatkan
pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain (Sears,
2007)
d. Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek, seperti halnya
pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan (Notoatmojo,
2003)
2. Komponen Sikap.
Menurut Allport (1954) sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok
yaitu:
a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. Artinya
bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap
objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek. Artinya
bagaimana penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang
tersebut terhadap objek.
13
c. Kecenderungan untuk bertindak. Artinya sikap merupakan komponen
yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka (Notoatmojo, 2003)
Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap
yang utuh. Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,
keyakinan dan emosi memegang peran penting. Seperti halnya
pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkatan–tingkatan berdasarkan
intensitasnya :
a. Menerima (receiving)
Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)
b. Menanggapi (responding)
Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan
terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
c. Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai
yang positif terhadap objek atau stimulus dalam arti membahasnya
dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau
menganjurkan orang lain merespons.
d. Bertanggungjawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatanya adalah bertanggung jawab
terhadap apa yang telah diyakininya (Notoatmodjo, 2005).
14
C.Perawatan Gigi Pada Anak Toddler
1. Masalah kesehatan gigi pada anak toddler
Penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama dari daftar 10
besar penyakit yang paling sering dikeluhkan masyarakat Indonesia.
Persepsi dan perilaku masyarakat Indonesia terhadap kesehatan gigi dan
mulut masih buruk. Ini terlihat dari masih besarnya angka karies gigi dan
penyakit mulut di Indonesia yang cenderung meningkat pada anak usia
toddle (Pratiwi, 2009).
Sementara ada dua penyakit mulut yang sering dialami masyarakat
yaitu karies gigi dan periodental, karies gigi adalah sebuah penyakit
infeksi yang merusak struktur gigi. Penyakit ini menyebabkan gigi
berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri,
penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya, dan bahkan
mematikan. Penyakit Periodental itu sendiri merupakan penyakit infeksi
yang disebabkan oleh bakteri yang terakumulasi didalam calculus (karang
gigi) yang biasanya terdapat pada leher gigi. Penyakit periodontal ini dapat
ringan seperti gingivitis (peradangan hanya pada gusi), biasanya gigi
bewarna merah dan mudah berdarah. Pada keadaan yang lebih berat dapat
terjadi kerusakan tulang pendukung gigi dan juga abses periodontal.
Penyakit (Pratiwi, 2009).
2. Penyebab masalah kesehatan gigi pada anak usia toddler
15
Penyebab masalah kesehatan gigi karies gigi dan periodontal
konsumsi makanan yang manis dan lengket, malas atau salah dalam
menyikat gigi, kurangnya memperhatikan kesehatan gigi dan mulut atau
bahkan tidak pernah sama sekali memeriksakan kesehatan gigi (Pratiwi,
2009).
Hal yang sangat mempengaruhi masalah tersebut yaitu faktor
pendidikan merupakan faktor kedua terbesar dari faktor sosial ekonomi
yang mempengaruhi terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku seseorang
untuk hidup sehat, sehingga diharapkan seseorang yang mempunyai
tingkat pendidikan yang lebih tinggi mampu memiliki pengetahuan dan
sikap yang baik tentang kesehatan. Dan alangkah baiknya berbagi dengan
masyarakat yang tingkat pendidikanya rendah, dan membutuhkan lebih
banyak lagi informasi.
3. Cara merawat gigi pada anak menurut Suwelo (1996)
Kesehatan gigi dan anak perlu diperhatikan sedini mungkin.
Pembentukan gigi pada anak sudah dimulai sejak ia masih dalam
kandungan (Pratiwi, 2009). Faktor gizi ibu hamil sangat menentukan
pertumbuhan dan perkembangan janin, tidak terkecuali bagian gigi dan
mulutnya (Rina, 2000). Kalsium, fluor dan fosfor adalah elemen penting
dalam pembentukan gigi janin. Begitu juga vitamin C dan D (Rina, 2000).
Karies gigi dapat terjadi sangat dini. Begitu gigi sudah tumbuh dan
terekspos ke lingkungan mulut maka ia berpotensi untuk mengalami karies
(Rina, 2000). Ibu dapat membantu membersihkan gigi anaknya yang
16
masih batita dengan menggunakan kasa atau kapas bersih yang disapukan
ke permukaan gigi (Rina, 2000). Untuk mengetahui apakah masih terdapat
plak di permukaan gigi, dapat dioleskan disclosing solution yang akan
memberi warna merah pada bagian permukaan yang ditutupi plak (Rina,
2000). Jadi bisa ketahuan apakah gigi memang sudah benar-benar bersih
atau belum.
Anak yang masih berusia di bawah 5 tahun sangat sulit untuk
disuruh menyikat gigi sehingga peran ibu sangat penting bagi anak usia
toddler (Pratiwi, 2009). Sekedar perintah mungkin tidak mampu untuk
membuat anak mau menyikat gigi. Tapi kalau ibu mengajak si anak
bersama-sama menyikat gigi, saat mandi misalnya, maka anak dapat
memperhatikan dan mencontoh kebiasaan ibu (Pratiwi, 2009).
a. Kurangi minuman manis
Anak-anak memang lebih suka menghisap atau meminum
minuman yang ada rasanya di banding air putih, tetapi orang tua harus
bisa membatasinya. Karena minuman manis tidak baik buat gigi dan
gula yang ada di dalam darah.
b. Minum dengan gelas
Minuman yang mengandung gula jika diberikan melalui botol,
akan menetes pada gigi secara konstan dan dalam waktu yang panjang.
Berbeda dengan jika diminum menggunakan sendok atau gelas yang
akan terteguk dan tertelan langsung. Juga jangan berikan susu dari
botol sambil ia beranjak tidur karena di malam hari, produksi saliva
17
berkurang sehingga tidak bisa melindungi gigi dari produksi asam.
Sebaiknya, selesaikan acara minum susu, lalu sikat gigi sebelum tidur.
c. Buat jadwal makan
Buat jadwal makan lima kali sehari yang meliputi sarapan,
cemilan pagi, makan siang, cemilan sore, dan makan malam.
d. Beri cemilan sehat
Kadang orang tua memberkan apa saja yang anak suka makan
dengan pemikiran "mumpung ia mau makan" atau "dari pada rewel"
tanpa menghitung kandungan gula dalam cemilannya itu. Misalnya
biskuit dengan filling atau topping gula atau cup cake dengan whipped
cream icing. Lebih baik beri ia keripik singkong, cracker keju atau
buah segar potong. Jika ingin memberi cemilan manis sesekali, pilih
cokelat dari pada permen. Dalam memberi makan, pastikan ia
mengunyah cepat dan langsung menelannya (tidak diemut).
e. Sikat gigi dua kali sehari
Ajari anak menyikat gigi nya, cara menyikat gigi yang baik
adalah dengan menaruh sedikit pasta gigi pada sikat. Sikat dengan
gerakan memutar dengan fokus satu bagian baru ke bagian berikutnya.
Sikat bagian belakang dan gigi sampai batas gusi. Ajari si kecil
meludah dan berkumur setelah selesai menggosok gigi.
f. Kunjungi dokter gigi
Sejak si kecil berumur satu tahun, mulailah membuat janji ke
dokter gigi setiap enam bulan sekali. Dengan pemeriksaan rutin,
18
masalah-masalah gigi dapat ditangani sejak dini agar ia bisa memiliki
gigi yang sehat seumur hidup
D.Toddler
1. Pengertian
Toddler adalah anak usia 1 – 3 tahun (Supartini, 2004).
Usia todler adalah masa lucu-lucunya anak, tetapi sekaligus masa
yang melelahkan bagi orang tua, banyak hal yang harus diketahui kita
sebagai orang tua karena tingkah laku “Todler” sangat beragam – seperti;
agresif, menarik rambut, banyak kemauan, berbohong, dan lain-lain, yang
bila kita salah menyikapinya maka akan berdampak tidak baik bagi anak
kita dalam perkembangan selanjutnya. Untuk itu kita perlu membuka
wawasan tentang bagaimana menyikapi “Todler” kita (Supartini, 2004)
Bagi anak usia todler, sakit adalah sesuatu yang menakutkan. Selain
itu, perawatan di rumah sakit dapat menimbulkan cemas karena anak
merasa kehilangan lingkungan yang dirasakanya aman, penuh kasih
sayang, dan menyenangkan. Anak juga harus meninggalkan lingkungan
rumah yang dikenalnya, permainan, dan teman sepermainannya (Supartini,
2004).
2. Pengertian perkembangan sosial usia todler
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial dan dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi,
19
meleburkan diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan
bekerjasama (Yusuf Syamsu, 2005).
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan
atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai
aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta
mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana
menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Yusuf
Syamsu, 2005).
3. Karakteristik perkembangan sosial anak usia toddler
Pada masa usia 1-3 tahun merupakan masa tahap perkembangan
yang benar-benar harus di bawah pengawasan orang tua, dimana
perkembangan itu nantinya akan sangat penting untuk perkembangan
tahap selanjutnya.
Pada umur 1 tahun anak tahu dan dapat membedakan apakah orang
lain benar-benar marah atau tidak. Bayi mengerjakan sesuatu bila terdapat
seseorang didekatnya. Tindakan ini dilakukan karena pengalaman dan
naluri. Anak akan bertindak ramah terhadap orang yang sudah lama
dikenalnya dan malu terhadap orang yang baru dikenal. Hubungan dengan
orang-orang yang selalu dilingkungannya lain daripada dengan orang yang
baru dijumpai. Terhadap golongan ini bayi pada umur setengah tahun
bertindak sama adil, tidak mencurigai, karena ia memerlukan mereka
untuk bermain. Anak berumur 2 tahun mengharapkan agar ia ditemani
terutama pada waktu bermain. Umur 3 tahun hubungan anak dengan orang
20
tua berubah. Perubahan ini mempunyai hubungan erat dengan
perkembangan kemauan (Soetjiningsih, 2005).
Pada anak berumur 1 tahun dapat bermain bersama-sama, namun
mereka tidak akan dapat bermain dalam waktu yang cukup lama, karena
mereka cepat bermain sendiri kembali. Saat umur 2 tahun mereka mulai
dapat bermain lama. Anak berumur 1-2 tahun hanya dapat mengikuti
rombongan yang terdiri dari 2 anak. Pada akhir 2 tahun ia mulai mengikuti
rombongan yang terdiri dari 3 orang selainitu anakmulai belajar mengenal
pekerjaan yang dilakukan dirumah. (Soetjiningsih, 2005).
4. Tingkah Laku Anak Usia Todler
a. Agresif – suka memukul, menggigit, dan tingkah agresif lainnya
b. Bandel (tidak punya perhatian) atau Hyperaktif
c. Suka Berteriak.
d. Persaingan Saudara (Sibling Rivalry) (Soetjiningsih, 2005).
5. Mengasuh Dan Membimbing Anak Usia Todler (1 – 3 Tahun) Yusuf
Syamsu (2005) adalah :
a. Ciri dan tuntutan perkembangan
Anak akan bergerak dan berbuat sesuatu sesuai dengan
kemauannya sendiri, sehingga ia seolah-olah ingin mencoba apa yang
dapat dilakukannya. Tak henti-hentinya ia berjalan kian kemari dengan
perasaan senang dan puas, tangannya pun akan meraih segala sesuatu
yang terjangkau olehnya.
Anak pun dapat menuntut atau menolak apa yang ia kehendaki
21
atau tidak ia kehendaki. Akan tertanam perasaan otonomi diri, yaitu
rasa kemampuan mengatur badannya dan lingkungannya sendiri. Hal
ini menjadi dasar terbentuknya rasa yakin pada diri dan harga diri di
kemudian hari.
b. Sikap orangtua
1) Doronglah agar anak dapat bergerak bebas dan berlatih melakukan
hal-hal yang diperkirakan mampu ia kerjakan, sehingga akan
menumbuhkan rasa kemampuan diri. Namun harus bersikap tegas
untuk melindungi dari bahaya, karena dorongan anak berbuat
belum diimbangi oleh kemampuan untuk melaksanakannya secara
wajar dan rasional.
2) Usahakan agar anak mau bermain dengan anak lainnya. Dengan
demikian ia akan belajar bagaimana mengikuti aturan permainan.
Namun jangan lupa bahwa dalam bermain atau berhubungan
dengan orang lain, anak masih bersifat egoistis, yaitu
mementingkan diri sendiri dan memperlakukan orang lain sebagai
obyek atau benda sesuai dengan kemauannya sendiri.
3) Banyaklah berbicara kepada anak dalam kalimat pendek yang
mudah dimengerti
4) Bacakan buku cerita atau dongeng kepada anak setiap hari, dan
doronglah agar ia mau menceritakan kepada anda apa yang ia lihat
atau dengar
5) Ajak anak ke taman, toko, kebun binatang, lapangan, atau tempat
22
lainnya
6) Usahakan agar anak membereskan mainannya setelah bermain,
membantu kegiatan rumah tangga yang ringan dan menanggalkan
pakaiannya tanpa dibantu. Hal ini akan melatih anak untuk
bertanggung jawab.
7) Latihlah anak dalam hal kebersihan diri, yaitu buang air kecil dan
buang air besar pada tempatnya, namun jangan terlalu ketat
8) Latihlah anak untuk makan sendiri memakai sendok dan garpu, dan
ajaklah ia makan bersama keluarga
9) Berilah alat permainan yang sederhana, dan doronglah agar anak
mau bermain balok-balok atau menggambar
10) Jangan terlalu banyak memberikan larangan. Namun orangtua pun
jangan terbiasa menuruti segala permintaan anak. Bujuk dan
tenangkanlah anak ketika ia kecewa dengan cara memeluknya dan
mengajaknya berbicara.
11) Gangguan dalam mencapai rasa otonomi diri akan berakibat
bahwa anak dikuasai oleh rasa malu dan keragu-raguan serta
pengekangan diri yang berlebihan. Sebaliknya, dapat juga terjadi
sikap melawan dan memberontak.
6. Gangguan atau penyimpangan yang dapat timbul pada tahap ini
a) Kesulitan makan, terutama bila ibu memaksa makan
b) Suka mengadat (ngambek atau tempertantrum)
c) Tingkah laku kejam
23
d) Tingkah laku menentang dan keras kepala
e) Gangguan dalam berhubungan dengan orang lain yang diwarnai oleh
sikap menyerang.
7. Pertumbuhan dan perkembangan psikososial anak
Merupakan perkembangan anak yang ditinjau dari aspek
psikososial, perkembangan ini dikemukakan oleh Erikson bahwa anak
dalam perkembanganya selalu dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan
untuk mencapai kematangan kepribadian anak perkembangan psikososial
anak dapat meliputi :
a. Tahap percaya dan tidak percaya pada usia 0-1
tahun (bayi).
b. Tahap kemandirian, rasa malu, dan ragu terjadi
pada usia 1-3 tahun (todler).
c. Tahap inisiatif, rasa bersalah terjadi pada usia 4-6
tahun (pra sekolah).
d. Tahap rajin dan rendah diri terjadi pada usia 6-12
tahun (sekolah).
e. Tahap identitas dan kebingunguan peran terjadi
pada masa adolescence.
f. Tahap keintiman dan pemisahaan terjadi pada masa
dewasa muda.
g. Tahap generasi dan penghentian terjadi pada masa
pertengahaan.
24
h. Tahap integritas dan keputusan terjadi pada masa
usia lanjut
i. Periode penggunaan lingkungan (Nursalam, 2005).
Anak Toddler adalah anak usia 1-3 tahun, tingkah laku Toddler sangat
beragam seperti, agresif, menarik rambut, banyak kemauan, dan kadang
berbohong. Anak usia toddler membutuhkan perhatian yang khusus seperti
menyikat gigi supaya menyikat gigi dengan baik dan benar.
Orang tua mempunyai peran yang penting untuk kesehatan gigi anak
toddler karena penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut adalah
faktor perilaku atau sikap orang tua yang mengabaikan kebersihan gigi dan
mulut pada anaknya. Hal tersebut dilandasi oleh kurangnya pengetahuan orang
tua tentang perawatan gigi anak toddler dalam pentingnya memelihara gigi
dan mulut. Karena anak masih tergantung pada orang tua dalam hal menjaga
kesehatan giginya.
Ibu harus mengajari anak toddler sikap gigi setiap mandi dan malam
sebelum tidur, mengurangi minuman yang manis, memberikan cemilan yang
sehat dan biasakan untuk mengajak anak periksa kedokter gigi minimal enam
bulan sekali supaya gigi anak tumbuh sehat dan kuat.
25
E.Kerangka Teori
Gambar 2.1 kerangka teori menurut Notoatmodjo, 2005 dan Suwelo, 1996
26
Yang mempengaruhi Pengetahuan - Pendidikan- Informasi- Budaya- Pengalaman
Sikap - menerima- menanggapi- menghargai- bertanggung
jawab
Pengetahuan ibu tentang perawatan gigi anak toddler:- masalah
kesehatan gigi pada anak
- penyebab masalah kesehatan gigi
- cara merawat gigi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Variabel independen Variabel dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan
penelitian (Nursalam, 2009). Berdasarkan rumusan masalah yang telah
diuraikan dapat ditarik hipotesis penelitian sebagai berikut:
27
Pengetahuan ibuSikap ibu terhadap
perawatan gigi anak todler
“Ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan gigi
pada anak usia toddler“
C. Desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional atau
penelitian hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau kelompok
subyek. Adapun rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional
yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara variabel
dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada
suatu saat (Notoatmodjo, 2005).
Dikatakan penelitian korelasional karena dalam penelitian ini bertujuan
untuk mencari hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu terhadap
perawatan gigi pada anak usia toddler.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah seluruh subjek dan objek dengan karakteristik
tertentu yang akan diteliti (Alimul, 2003). Populasi dalam penelitian ini
adalah ibu-ibu yang mempunyai anak usia toddler yang berada di Desa
Surodadi dan balita yang jumlah 45 orang.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel
28
22
27
dilakukan dengan menggunakan sampel jenuh (Sugiono, 2005). Jumlah
sampel dalam penelitian ini sebanyak 45 orang.
Penelitian ini kriteria sampel dapat meliputi kriteria inklusi dan
kriteria eksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat atau tidaknya
sampel yang akan digunakan (Alimul, 2003). Sampel dalam penelitian ini
adalah ibu yang mempunyai anak usia toddler yang berada di desa
Surodadi di wilayah Puskesmas Kecamatan Gringsing yang memenuhi
kriteria inklusi.
Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subyek penelitian dapat
mewakili dalam sampel penelitian yang mempunyai syarat-syarat menjadi
sampel (Alimul, 2003).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Ibu yang mempunyai anak usia toddler yang berada
di desa Surodadi di wilayah Puskesmas Kecamatan Gringsing.
b. Ibu yang bersedia menjadi responden.
c. Ibu yang berpendidikan minimal SD
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subyek penelitian tidak
dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel
penelitian, seperti adanya hambatan etis, menolak menjadi responden atau
suatu keadaan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penelitian
(Riwidigdo, 2008).
Kriteria eksklusi dalam penelitian
29
a. Ibu yang mempunyai anak usia toddler yang berada di desa Surodadi
di wilayah Puskesmas Kecamatan Gringsing saat penelitian tidak ada
b. Ibu yang mempunyai anak usia toddler yang berada di desa Surodadi
di wilayah Puskesmas Kecamatan Gringsing saat penelitian sedang
sakit.
c. Ibu yang mempunyai anak usia toddler yang berada di desa Surodadi
di wilayah Puskesmas Kecamatan Gringsing yang tidak bisa membaca
dan menulis
E. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Tempat penelitian akan dilakukan di desa Surodadi di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan mulai bulan Oktober sampai Maret 2012.
Adapun jadwal kegiatan penelitian terlampir
F. Definisi Operasional, Variabel Penelitian dan skala Pengukuran
VariabelDefinisi
OperasionalAlat ukur Hasil Ukur Skala
30
26
Variabel IndependenPengetahuan ibu tentang perawatan gigi
Sesuatu yang diketahui ibu tentang perawatan gigipada anak toddler, meliputi -masalah kesehatan pada gigi- penyebab masalah kesehatan pada gigi- cara merawat gigi
Kuesioner terdiri dari 15 pernyataan, dengan jawaban benar dan salah, favourabel jawaban ya= 1 salah = 0, sedangkan unfavourabel jawaban ya = 0 salah = 1
Data akan diuji normaliatas, baru dikategorkan apabila :Data normal:Baik > meanTdk Baik < meanData tdk normal :Baik > medianTdk Baik < median
Ordinal
Variabel TerikatSikap ibu dalam perawatan gigi
Perintah atau respon yang akan dilakukan ibu dalam merawat gigi anak, meliputi:- cara merawat gigi yang baik-mengajari menyikat gigi
Kuesioner terdiri dari 10 pertanyaan dengan jawaban ya dan tidak, favourabel jawaban ya= 1 salah = 0, sedangkan unfavourabel jawaban ya = 0 salah = 1
Data akan diuji normaliatas, baru dikategorkan apabila :Data normal:Baik > meanTdk Baik < meanData tdk normal :Baik > medianTdk Baik < median
Ordinal
G. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Dalam pengumpulan data terdapat 2 jenis data yaitu:
a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh melalui pengisian kuesioner atau angket
oleh responden. Yaitu data tentang jawaban dari responden yang
31
meliputi pengetahuan dan sikap ibu dalam merawat gigi anak usia
toddler.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari literatur yang relevan serta sumber-
sumber yang menunjang. Dalam penelitian ini data sekunder yaitu
jumlah ibu yang mempunyai anak usia todller didapat dari data dari
Puskesmas.
2. Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, dimana
responden diminta untuk mengisi kuesioner yang dibagikan dengan
memilih jawaban yang tersedia.
Kuesioner terdiri dari dua bagian yaitu
a. Kuesioner A pengetahuan, jumlah kuesioner ada 15 soal
menggunakan skala Guttman dengan jawaban benar dan salah.
b. Kuesioner B sikap ibu dalam merawat gigi anak usia toddler, jumlah
kuesioner 10 soal menggunakan skala Guttman dengan jawaban ya dan
tidak.
Kisi-kisi kuesioner
No
Parameter Favourabel Unfauvorabel No urut
1 Pengetahuan ibu tentang cara merawat gigi pada anak toddler
1,2,3,5,7,9,10,11,12,13,
4,6,8,14,15 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,
32
14,152 Sikap ibu dalam
merawat gigi pada anak toddler
1,2,5,8,9,10 3,4,6,7, 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10
3. Uji Instrumen Penelitian
Untuk menguji apakah instrumen ini dapat dipertanggung jawabkan
atau tidak terlebih dahulu di uji validitas dan reliabilitasnya. Agar
diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal, maka
instrument akan diuji cobakan (Notoatmodjo, 2005).
a. Uji validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Sebuah instrument
dikatakan valid bila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat
mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto,
2002).
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan dua cara. Pertama
dengan uji validitas konstruksi (construct validity) yaitu meminta
pendapat dari ahli (judgement experts) yang dibidangnya sesuai
dengan lingkup yang diteliti tentang instrument yang telah disusun
berdasarkan teori variabel yang diteliti. Uji expert akan dilakukan oleh
tenaga ahli sesuai dengan keilmuannya. Instrumen yang peneliti buat
akan di konsultasikan kepada perawat spesialis gigi, perawat spesialis
anak dan dokter gigi. Instrumen mungkin dapat digunakan tanpa
perbaikan, ada perbaikan atau dirombak total, dan jika itemnya
33
dinyatakan gugur atau tidak valid oleh expert maka item dalam lembar
kuesioner tidak akan diikutkan dalam penelitian. Instrumen setelah
disetujui oleh ahli kemudian dilakukan uji coba instrumen pada
sampel dimana uji validitas akan dilakukan untuk mencari suatu
instrumen yang valid. Uji validitas yang kedua dengan menggunakan
uji validitas isi (content validity) yaitu membandingkan antara isi
instrumen dengan isi teori setiap variabel yang diteliti (Sugiyono,
2007).
Uji validitas isi akan dilakukan di desa Banyuputih wilayah kerja
Puskesmas Kabupaten Batang pada bulan Desember kepada ibu yang
mempunyai anak usia toddler dengan jumlah responden untuk uji coba
20 responden.
Untuk mengetahui validitas instrumen dilakukan dengan cara
melakukan korelasi antar skor masing-masing variabel dengan skor
totalnya. Suatu variabel tersebut berkorelasi secara signifikan dengan
skor totalnya (Arikunto, 2002).
Teknik korelasi yang digunakan adalah korelasi Person
Product Moment, yaitu :
Rxy =
Keterangan :
N : jumlah responden
x : pertanyaan ke-n
y : skor total
34
xy : skor pertanyaan ke-n dikali skor total
Keputusan uji :
Item pertanyaan dikatakan valid apabila r hitung lebih besar
dari r tabel.
b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menyatakan sejauh mana alat ukur
dapat dipercaya atau diandalkan (Notoatmodjo, 2005). Uji reliabilitas
dalam penelitian ini menggunakan teknik alpha menggunakan rumus
(Arikunto, 2002).
r11 =
Keterangan :
r11 = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
= Jumlah varian butir
= Varian total
Keputusan uji :
Instrumen dikatakan reliabel bila nilai r alpha > 0,600 atau
mendekati 1
H. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
1. Teknik Pengolahan
35
Data yang telah dikumpulkan (data mentah) kemudian diolah.
Pengolahan data dimaksudkan sebagai suatu proses untuk memperoleh
data ringkasan dari data mentah dengan menggunakan cara atau rumus
tertentu. Data tersebut bisa berupa jumlah (total), rata-rata (average),
persentase (percentage), dan sebagainya (Hasan, I, 2002)
Dalam melakukan pengolahan data meliputi langkah-langkah
sebagai berikut
a. Pemeriksaan Data (Editing)
Bertujuan memeriksa kembali data yang dikumpulkan baik
berupa daftar pertanyaan. Apakah lembar kuesioner sudah lengkap.
Editing segera dilakukan di lapangan sehingga apabila ada kekeliruan
segera cepat dilengkapi.
b. Pemberian kode (Coding)
Untuk memudahkan analisa, maka data tersebut perlu diberi
kode angka. Pemberian kode pada data sangat penting jika
pengolahan data dilakukan dengan komputer.
c. Pemberian nilai (scoring)
Setelah pemberian angka selesai kemudian dilakukan scoring
sesuai dengan kriteria yang dibuat peneliti dengan memberikan nilai
pada hasil kuesioner yang telah diisi oleh peneliti.
d. Penyusunan data (tabulating)
Membuat tabulasi dalam kerja memproses data, membuat
tabulasi tidak lain adalah memasukkan data ke tabel-tabel dan
36
mengatur angka-angka sehingga dapat dihitung, jumlah kasus dalam
berbagai kategori (Arikunto, 2002)
2. Analisa Data
Analisis data menggunakan alat bantu data yang diperoleh kemudian
dianalisa dengan analisis univariate dan analisis bivariate sebagai berikut :
a. Analisis Univariate
Analisis yang digunakan untuk mendiskripsikan masing-masing
variabel, analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari
tiap variabel (Arikunto, 2002). Dalam penelitian ini analisa univariat
dilakukan pada variabel pendidikan, pekerjaan, umur, pengetahuan,
sikap ibu dalam merawat gigi anak usia toddler.
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan dua variabel
yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Penelitian ini menggunakan
analisis bivariat untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel
yaitu: pengetahuan dengan sikap ibu dalam merawat gigi anak usia
toddler.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan dan menguji
hipotesis antara dua variabel atau lebih, maka untuk menguji hipotesis
digunakan pengujian statistik dengan menggunakan chi-square atau
chi Kuadrat, yaitu :
X2 =
37
Dimana :
X2 : chi square (chi kuadrat)
fo : frekuensi yang diobservasi
fh : frekuensi yang diharapkan
I. Etika Penelitian
1. Informed consent (persetujuan)
Persetujuan ini diberikan kepada responden yang diteliti dan telah
memenuhi kriteria. Subyek yang menolak menjadi responden maka
peneliti tidak bisa memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama
responden dan hanya diberi kode.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok
data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian (Notoatmodjo,
2005)
J. Jadual Penelitian
Terlampir
38