Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

94
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA ISPA PADA BALITA DI DESA KAYUAPAK KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir Dalam Rangka Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma III Keperawatan Oleh : LIS HARTANTI NIM.2011.1358 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

description

xdftyujmnbgfdesdfghj

Transcript of Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

Page 1: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

1

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PERTOLONGAN

PERTAMA ISPA PADA BALITA DI DESA KAYUAPAK KECAMATAN

POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir Dalam Rangka

Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma III Keperawatan

Oleh :

LIS HARTANTI

NIM.2011.1358

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

Page 2: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

Penelitian dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang

Pertolongan Pertama ISPA Pada Balita Di Desa Kayuapak Kecamatan Polokarto

Kabupaten Sukoharjo ”, telah diperiksa dan disetujui untuk

diujikan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah

Program DIII Keperawatan STIKES PKU

Muhammadiyah Surakarta

Disusun oleh :

LIS HARTANTI

NIM.2011.1358

Pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 08 Juli 2014

Mengetahui,

Pembimbing I

Sugihartiningsih, A,M.Kes

NIDN.0601027102

Pembimbing II

Ratna Kusuma Astuti, S.Kep.,Ns

NIDN. -

Page 3: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

iii

LEMBAR PENGESAHAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PERTOLONGAN

PERTAMA ISPA PADA ANAK BALITA DI DESA KAYUAPAK

KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO

Disusun Oleh :

LIS HARTANTI

NIM.2011.1358

Usulan Penelitian telah diseminarkan dan diujikan

Pada tanggal : 08 Juli 2014

Susunan Tim Penguji :

Penguji I

Penguji II Penguji III

Cemy Nur Fitria, S.Kep., Ns., M.Kep.

NIDN. 0623087703

Siti Sarifah,S.Kep.,Ns.M.Kep

NIDN.0620047603

Sugihartiningsih, A, M.Kes.

NIDN. 0601027102

Mengetahui ,

Ketua STIKES

Weni Hastuti, S.Kep., M.Kes.

NIDN. 0618047704

Page 4: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa KaryaTulis Ilmiah dengan Judul:

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG

PERTOLONGAN PERTAMA PADA ANAK BALITA DI DESA

KAYUAPAK KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO

Dibuat untuk melengkapi Tugas Akhir Diploma Keperawatan STIKES PKU

Muhammadiyah Surakarta. Tugas Akhir ini merupakan Karya TulisI lmiah saya

sendiri (ASLI), dan dalam tugas akhir tidak terdapat karya yang pernah diajukan

oleh orang lain atau kelompok lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu

institusi Pendidikan, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya

atau pendapat yang pernah di publikasikan dan atau ditulis dan diterbitkan oleh

orang lain maupun di Perguruan Tinggi atau Instansi manapun, kecuali bagian

yang sumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.

Surakarta, 08 Juli 2014

LIS HARTANTI

NIM.2011.1358

Page 5: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan

rahmat, inayah dan hidayahnya. Dialah yang sesungguhnya Maha Pemberi

Petunjuk, yang memberi kekuatan, ketabahan dan kemudahan dalam berfikir

untuk menyelesaikan penelitian ini. Sholawat dan salam senantiasa terlimpahkan

kepada Nabi Muhammad SAW, seluruh keluarga, para sahabat dan segenap

pengikutnya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah

ini dengan lancar. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini mengambil judul ”

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pertolongan Pertama Pada Anak

Balita di Desa Kayuapak Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis mengalami banyak

kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan, arahan, dorongan serta bimbingan

dari berbagai pihal, maka kesulitan maupun hambatan tersebut dapat teratasi.

Untuk itu dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati, penulis menyampaikan

terima kasih kepada:

1. Weny Hastuti, S,Kep.,M.Kes, selaku Ketua STIKES PKU Muhammadiyah

Surakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan

pendidikan D III Keperawatan.

2. Cemy Nur Fitria, S.Kep.Ns,M.Kep selaku Ketua Progam Studi D III

Keperawatan di STIKES PKU Muhammadyah Surakarta.

Page 6: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

vi

3. Sugihartiningsih, A,M.Kes, selaku dosen pembimbing I dengan sabar dan

bijaksana membantu dan menyumbangkan ide – idenya dalam mengoreksi dan

merevisi serta melengkapi dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

4. Ratna Kusuma Astuti, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing II dengan sabar

dan bijaksana membantu dan menyumbangkan ide – idenya dalam mengoreksi

dan merevisi serta melengkapi dalam penyusunan karta tulis ilmiah ini.

5. Semua responden penelitan dan kader posyandu Mawar di desa Kayuapak

yang telah meluangkan waktu untuk membantu kelancaran penelitian ini.

6. Ibu, Bapak dan kakaku tercinta yang senantiasa membimbing dan mendoakan

keberhasilanku dalam menyelesaikantugas akhir ini.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penulis ini.

Penulis menyadari bahwa dalam keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan

waktu yang saya miliki, masih banyak kekurangandalam penulisan penelitian

ini. Untuk itu saran dan kritikyang membangun dari semua pihak sangat

penulis harapkan.Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak

– pihak yang terkait, kalangan akademis dan masyarakat yang berminat

terhadap ilmu keperwatan.

Surakarta, 08 Juli 2014

Penulis

Page 7: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

vii

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, apabila kamu selesai dari

suatu urusan dengan sungguh- sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada

Tuhanlah hendaklah kamu berharap”

(Q.S. Al-Insyirah: 6-8)

Bekerjalah untuk kepentingan duniamu

Seolah-olah engkau akan hidup selamanya dan

Beribadahlah untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah engkau

akan mati esok pagi

(Hadits Nabi)

“Rasa malas akan menghambat kita menuju sebuah keberhasilan dan kesuksesan

yang akan diraih diesok hari”

(Penulis)

Page 8: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

viii

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap rasa syukur dan

penuh cinta atas kehadirat Allah SWT, karya

sederhanaku ini kupersembahkan pada:

1. Bapak ibuku yang tercinta. Terima kasih

atas motivasi yang selalu

menyemangatiku, baik spiritual maupun

materiil sehingga studi ini dapat selesai

dengan lancar.

2. Kakaku Mbk Yuni dan Mas Haryanto

yang kusayangi yang telah memberikan

semangat dalam menyelesaikan studiku..

3. Teman-temanku seperjuangan tersayang,

Isna, Ika, Era, Riris, Lutfi, Ota, Fitri,

Mey, serta teman-temanku DIII

Keperawatan angkatan 2011 STIKES

PKU Muhammadiyah Surakarta

terimakasih banyak.

4. Almamaterku tercinta.

Page 9: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

ix

INTISARI

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PERTOLONGAN

PERTAMA ISPA PADA BALITA DI DESA KAYUAPAK KECAMATAN

POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO

Lis Hartanti1, Ratna Kusuma Astuti

2, Sugihartiningsih

3

Latar belakang: Sampai saat ini kejadian ISPA di Desa Kayuapak masih tinggi.

Kejadian ISPA pada balita dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti

lingkungan, status gizi ataupun tingkat pengetahuan orang tua dalam melakukan

perawatan balita yang mengalami ISPA. Pengetahuan yang baik akan membantu

ibu dalam melakukan tindakan pertolongan pertama secara baik agar anak dapat

diharapkan cepat sembuh.

Tujuan: Penelitian adalah mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang

pertolongan pertama ISPA pada Balita di Desa Kayuapak Kecamatan Polokarto

Kabupaten Sukoharjo.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif.

Sampel penelitian adalah 68 ibu yang mempunyai anak usia 1-5 tahun di bulan

Maret – April 2014 di Desa Kayuapak Kecamatan Polokarto Kabupaten

Sukoharjo, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan simple random

sampling. Instrument penelitian menggunakan kuesioner. Alat analisis data

menggunakan sentral tendensi dan penilaian tingkat pengetahuan sesuai definisi

operasional.

Hasil : Hasil penelitian diketahui nilai rata-rata pengetahuan responden adalah

14.03. Nilai terendah 7 dan nilai tertinggi adalah 18. sebanyak 34 orang (54%)

dengan tingkat pengetahuan sedang, 10 orang (15,9%) dengan tingkat

pengetahuan rendah dan 19 orang (30,1%) dengan tingkat pengetahuan tinggi.

Simpulan: Sebagian besar pengetahuan ibu dalam kategori sedang.

Kata kunci: Pengetahuan. Pertolongan Pertama, ISPA, Balita

1. Mahasiswa Program DIII keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah

Surakarta

2. Dosen Program DIII keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

3. Dosen Program DIII keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

Page 10: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

x

ABSTRACT

DESCRIPTIVE OF MOTHER’S KNOWLEDGE ON FIRST AID TO

TODDLERS IN KAYUAPAK VILLAGE SUB-DISTRICT POLOKARTO

OF SUKOHARJO

Lis Hartanti1, Ratna Kusuma Astuti

2, Sugihartiningsih

3

Background: Nowadays Acute Respiratory Infections (ARI) incident of toddler

in Kayuapak village is still high. ARI of toddlers can affected from environment,

nutrition status or parents‟ knowledge level in treatment for his son. Good

knowledge will help mother to do first aid hope her son to be better.

Objective: is to Descriptive of mother‟s knowledge on first aid to toddlers in

Kayuapak village sub-district Polokarto of Sukoharjo.

Method: This research is quantitative research by method descriptive. Samples

research is 68 mothers who has a child 1-5 year old in March- April 2014 period

in Kayuapak village sub-district Polokarto of Sukoharjo. Taking sample is using

simple random sampling. Instrument research is using a questionnaire. Instrument

analysis of data use central tendency and measure knowledge level based of

definition operational.

Result: Result of research is average respondent knowledge is 14.03. Lowest

score is 7 and the highest score is 18. There are 34 respondents (54%) with

fair knowledge, 10 people (15.9 %) with poor knowledge and 19 respondents

(30,1 % ) with high knowledge.

Conclusion: majority of mother‟s knowledge in fair category

Keywords: Knowledge, First aid, Acute Respiratory Infections, Toddler

1. The Student Nursing Diploma program PKU Muhammadiyah Surakarta

2. Lecturer Nursing Program DIII STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

3. Lecturer Nursing Program DIII STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

Page 11: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH .............. iv

KATA PENGANTAR ................................................................................... v

MOTTO ........................................................................................................ vii

PERSEMBAHAN .......................................................................................... viii

INTISARI ....................................................................................................... ix

ABSTRACT ..................................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ i

B. Rumusan Masalah ................................................................ 3

C. Tujuan .................................................................................... 4

D. Manfaat ................................................................................... 4

E. Keaslian Penelitian ................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori ....................................................................... 7

1. Pengetahuan ..................................................................... 7

2. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) ........................ 12

3. Balita .............................................................................. 25

B. Kerangka Teori ....................................................................... 28

C. Kerangka Konsep ................................................................... 29

Page 12: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

xii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian .................................................... 30

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 30

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .............. 31

D. Variabel Penelitian ................................................................. 33

E. Definisi Operasional ............................................................... 34

F. Instrumen Penelitian .............................................................. 34

G. Tahap penelitian .................................................................... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Lokasi Penelitian .......................................................... 39

B. Hasil Penelitian ....................................................................... 40

1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia ibu ...................... 40

2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Ibu ........... 40

3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Pekerjaan Ibu .. 41

4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Balita ............... 42

5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Balita .. 43

6. Distribusi pengetahuan ibu tentang pertolongan

pertama ISPA pada Balita ................................................ 44

C. Pembahasan ............................................................................ 45

1. Karakterisktik usia responden .......................................... 45

2. Karakterisktik tingkat pendidikan responden................... 46

3. Karakteristik status pekerjaan ibu .................................... 46

4. Pengetahuan responden tentang pertolongan pertama ISPA

pada Balita ........................................................................ 48

D. Keterbatasan Penelitian .......................................................... 50

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ................................................................................. 52

B. Saran ...................................................................................... 52

Page 13: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

xiii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

Page 14: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Teori ....................................................................... 28

Gambar 2.2. Kerangka Konsep ................................................................... 29

Gambar 4.1. Diagram batang usia responden ............................................. 40

Gambar 4.2. Diagram batangtingkat pendidikan responden ...................... 41

Gambar 4.3 Diagram batangstatus pekerjaan responden ........................... 42

Gambar 4.4 Diagram batang status pekerjaan responden .......................... 43

Gambar 4.5 Diagram batang status pekerjaan responden .......................... 43

Gambar 4.6. Diagram batang tingkat pengetahuan responden tentang

pertolongan pertama ISPA pada Balita .................................. 44

Page 15: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi usia responden ............................................... 40

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi pendidikan responden .................................... 40

Tabel 4.3. Distribusi frekuensi kategori pekerjaan responden ....................... 41

Tabel 4.4. Distribusi frekuensi berdasarkan usia balita ................................. 42

Tabel 4.5. Distribusi frekuensi berdasarkan Jenis kelamin balita .................. 43

Tabel 4.6 Nilai sentral tendensi pengetahuan ibu tentang pertolongan

pertama ISPA pada Balita ........................................................... 44

Tabel 4.7. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu tentang

pertolongan pertama ISPA pada Balita ....................................... 44

Page 16: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3. Kuesioner Pengetahuan Tentang ISPA

Lampiran 4. Data karakteristik responden

Lampiran 5. Data pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama ISPA balita

Lampiran 6. Hasil uji statistic penelitian

Lampiran 7. Tabel Jadwal Penelitian

Page 17: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran

pernapasan atas, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum

penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai

penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya,

faktor lingkungan dan faktor pejamu (WHO, 2007).

Hasil presentase tahun 2012 di Indonesia ISPA menduduki peringkat

pertama dari sepuluh besar penyakit yang ada. Ada 13 provinsi di Indonesia

yang memiliki prevalensi ISPA di atas rata-rata nasional, yaitu diatas 25,5%.

Provinsi itu adalah Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Bengkulu,

Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa

Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, Papua Barat dan Papua

(Depkes RI, 2013).

Kejadian ISPA erat terkait dengan pengetahuan orang tua tentang ISPA,

karena orang tua sebagai penanggung jawab utama dalam pemeliharaan

kesejahteraan anak. Pada masa balita masih sangat tergantung pada orang tua.

Karena itu diperlukan adanya penyebaran informasi kepada orang tua mengenai

ISPA agar orang tua dapat menyikapi lebih dini segala hal-hal yang berkaitan

dengan ISPA. ISPA mempunyai kontribusi 28% sebagai penyebab kematian

pada balita < 1 tahun, sebagai penyebab utama kematian pada balita diduga

Page 18: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

2

karena penyakit ini merupakan penyakit yang akut dan kualitas

penatalaksanaannya belum memadai (Wahyuti, 2011). Penelitian ini,

menyimpulkan bahwa pengetahuan ibu mempunyai hubungan dengan kejadian

ISPA pada bayi di wilayah kerja puskesmas Gatak Sukoharjo. Kejadian ISPA

pada bayi dapat disebabkan karena pengetahuan ibu yang kurang sehingga masih

kurang baik dalam pencegahan terjadinya ISPA.

Tahun 2013 hasil survey rekam medik di puskesmas Polokarto Desa

Kayuapak menduduki peringkat ke 5 tentang penyakit ISPA dari 12 kecamatan

yang ada di Kabupaten Sukoharjo. Hasil survey di puskesmas Polokarto

Kabupaten Sukoharjo ISPA menempati urutan pertama (DKK). Kejadian ISPA

di Desa Kayuapak Sukoharjo pada bayi usia 0-6 bulan antara bulan Oktober

sampai Desember 2013 sebanyak 68 balita dari 168 balita. Tingginya angka

kejadian ISPA di desa Kayuapak dikaitkan dengan pendapat Notoatmodjo

(2007), bahwa Kurangnya pengetahuan ibu dapat dipengaruhi faktor

pemahaman tentang ISPA, kurangnya informasi yang diterima tentang ISPA

seperti belum pernah menerima penyuluhan tentang ISPA. Menurut penelitian

Indirayani (2012), menyimpulkan bahwa ibu dengan pengetahuan yang rendah

menjadikan rendahya tindakan pencegahan terhadap agar tidak terkena ISPA.

Berdasarkan wawancara dengan petugas kesehatan Bidan Desa

Kayuapak, ISPA merupakan penyakit yang paling sering diderita anak atau

balita. Hal ini salah satunya dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu dalam

merawat, ataupun melakukan tindakan pertolongan pertama pada anak yang

menderita ISPA. Berdasarkan wawancara pada delapan ibu yang memilik balita

Page 19: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

3

ISPA (batuk, pilek dan demam) pada tanggal 20 Desember 2013 di Kayuapak,

didapatkan tiga orang ibu diantaranya menyatakan hanya meminumkan obat dari

puskesmas dan ketiga ibu tersebut membiarkan saja bila balitanya tidak mau

makan dengan anggapan bahwa balita yang sakit biasanya tidak nafsu makan.

Dua orang ibu yang lain merawat balitanya yang sakit dengan memberikan obat

dari warung karena selain mudah didapat, anak dapat sembuh dengan obat

tersebut sehingga tidak perlu berobat ke puskesmas. Dua ibu yang lain

mengatakan memberikan obat dari dokter dan bila anak tidak nafsu makan,

maka ibu memberikan susu lebih banyak sebagai pengganti makanan serta

memberikan madu agar anak cepat sembuh. Satu orang ibu yang mengatakan

bahwa balitanya dirawat di rumah tanpa diberikan obat, tetapi disertai dengan

pemberian makanan yang cukup dan bila anak dimandikan tidak dibasahi bagian

kepalanya.

Dari uraian di atas, maka penelitian tertarik untuk meneliti judul

Bagaimana Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Pertolongan Pertama ISPA pada

Balita di Desa Kayuapak Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah adalah

“Bagaimana Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Pertolongan Pertama

ISPA Pada Balita di Desa Kayuapak Kecamatan Polokarto Kabupaten

Sukoharjo?”.

Page 20: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat

pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama ISPA pada balita di Desa

Kayuapak Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui Karakteristik Responden tentang, umur, pekerjaan dan

pendidikan.

b. Mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Pertolongan Pertama ISPA

Pada Balita.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi responden

Menambah wawasan pengetahuan bagi para orang tua tentang ISPA, serta

tindakan pertolongan pertama pada anak ISPA secara baik dan benar.

2. Bagi penulis

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan responden tentang ISPA

pada balita dan tindakan pertolongan pertama saat anak mengalami ISPA.

3. Bagi Instansi kesehatan

Hasil penelitian ini dapat memberikan kemudahan dalam mengolah dan

mengumpulkan data tentang pengetahuan responden, sehingga petugas

kesehatan dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang ISPA pada

masyarakat setempat.

Page 21: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

5

E. Keaslian Penelitian

1. Aderita, N.I ( 2012). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu

dalam Pencegahan ISPA dengan Kejadian ISPA pada Anak Balita Didesa

Pucangan Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura I. Jenis penelitian

menggunakan penelitain kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif

korelasi. Jumlah sampel 31 orang. Isntrumen penelitian menggunakan

kuesioner pengetahuan ISPA. Analisis data menggunakan uji normalitas

Kolmogorov Smirnov. Hasil penelitian diketahui data tidak berdistribusi

normal yaitu (p<0,05). Kesimpulan penelitian ada hubungan antara tingkat

pengetahuan dan sikap ibu dalam pencegahan ispa dengan kejadian ispa pada

anak balita di Desa Pucangan Wilayah Kerja Puskesma Kartasura I.

Persamaan dari penelitian ini adalah menggunakan variabel pengetahuan,

Isntrumen penelitian, menggunakan kuesioner dan dengan metode penelitian

deskriptif. Sedanglan Perbedaanya adalah waktu, tempat, lokasi dan analisis

data menggunakan uji normalitas Kolmogorov Smirnov.

2. Wahiduddin (2012) Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian ISPA pada

anak Balita Di Desa Bontongan Kabupaten Enrekang. Sampel sebanyak 127

balita usia 1-5 tahun dengan teknik sampel menggunakan total sampling.

Pengumpulan Data diperoleh dengan dua cara yaitu data primer (wawancara

langsung kepada responden dan observasi). Analisis data menggunakan uji

Chi Square. Hasil penelitian diketahui faktor pengetahuan, ventilasi rumah

tidak ada hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian ISPA pada anak Balita

di Desa Bontongan Kabupaten Enrekang tahun 2012. Persamaanya adalah

Page 22: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

6

Hasil penelitian diketahui faktor pengetahuan, Pengumpulan Data diperoleh

dengan dua cara yaitu wawancara langsung kepada responden dan observasi.

Sedangkan Perbedaanya adalah waktu, lokasi, tempat serta sampel, teknik

sampel ini menggunakan total sampling.

3. Iddayat T (2010) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi

Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas

Cepogo Kabupaten Boyolali tahun 2009. Metode penelitian observasi

pendekatan rancangan cross sectional. Sampel penelitian adalah 53 balita

usia 0 – 5 tahun dengan teknik sampling menggunakan Simple Random

Sampling. Pengujian hipotesa menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian

menunjukkan faktor ventilasi, kepadatan penduduk, jenis lantai, jenis

dinding rumah berhubungan secara signifikan dengan kejadian ISPA pada

balita di wilayah kerja Puskesmas Cepogo Kabupaten Boyolali dengan

p <0,05. Persamaanya adalah menggunakan sampel usia balita, teknik

sampling ini menggunakan Simple Random Sampling. Sedangkan

Perbedaanya metode penelitian observasi pendekatan rancangan cross

menggunakan sectional, jumlah sampel berbeda, Pengujian hipotesa

menggunakan uji Chi Square, waktu, lokasi dan tempat penelitian berbeda.

Page 23: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia atau

hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya

(mata, hidung, mulut dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu

penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap obyek.

Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera

pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo,

2010).

b. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan sesorang terhadap obyek mempunyai intesitas atau

tingkat yang berbeda-beda, dimana pada setiap orang berbeda-beda.

Secara garis besar Notoatmodjo (2010), membagi tingakatan pengetahuan

tersebut menjadi 6 tingkatan, diantaranya:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang

telah ada sebelumya setelah mengamati sesuatu dan untuk mengetahui

atau mengukur bahwa orang tersebut tahu tentang sesuatu dan dapat

7

Page 24: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

8

mengajukan beberapa pertanyaan. Jika ia sudah memiliki pengetahuan

maka dengan mudah ia akan menjawab pertanyaan tersebut.

2) Memahami (comprehensif)

Memahami suatu obyek bukan sekedar tahu tentang obyek

tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus

dapat mengintrepretasikan secara benar tentang obyek yang diketahui

tersebut.

3) Aplikasi (applicataion)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami obyek

yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip

yang diketahui sesuai dengan kondisi yang terjadi.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau

memisahkan kemudian mencari hubungan antara komponen-

komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau obyek yang

diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang tersebut sudah

sampai tingkat analisis adalah bila seseorang sudah dapat

membedakan atau memisahkan, mengelompokkan dan membuat

diagram (bagan) dengan menggunakan pengetahuan terhadap obyek

tersebut.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang dimiliki,

Page 25: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

9

dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau terhadap suatu obyek tertentu. penilaian ini

dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau norma-norma yang berlaku.

c. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa cara dalam

memperoleh pengetahuan yaitu:

1) Cara tradisional

a) Cara coba salah (Try and error)

Cara ini dilakukan dengan cara coba-coba dalam

memecahkan masalah dan apabila tidak berhasil akan dicoba

kembali sampai masalah tersebut terpecahkan.

b) Secara Kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak

sengaja oleh orang yang bersangkutan.

c) Cara Kekuasaan atau otoritas

Kebiasaan-kebiasaan yang diwariskan turun temurun dengan

kata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas

atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintah maupun agama.

Page 26: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

10

d) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan untuk

memperoleh kebenaran. Hal ini diperoleh dengan cara mengulangi

kembali pengalaman dalam memecahkan permasalahan yang

dihadapi di masa lalu.

e) Cara akal sehat (common sense)

Akal sehat atau comon sense kadang-kadang dapat

menemukan teori atau kebenaran.

f) Melalui jalan pikiran

Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalaranya

dalam memperoleh pengetahuan baik melalui induksi maupun

deduksi.

2) Cara modern atau metodologi

Cara metodologi yaitu mula-mula ia mengadakan pengamatan

langsung tentang gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian

pengalaman tersebut dikumpulkan dan akhirnya diambil kesimpulan

umum yang berguna dalam pemecahan masalah.

3) Metode ilmiah

Metode ilmiah sebagai salah satu cara untuk memperoleh

kebenaran, ilmu pengetahuan ataupun pemecahan suatu masalah.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Wawan

dan Dewi (2010), adalah sebagai berikut :

Page 27: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

11

1) Faktor Internal

a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita

tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

b) Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama

untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.

Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan tetapi lebih banyak

merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan

banyak tantangan.

c) Usia

Usia adalah individu menghitung mulai usia sejak lahir sampai

berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari

segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa

dipercaya dari yang sebelum tinggi dewasanya.

2) Faktor Eksternal

a) Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar

manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

Page 28: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

12

b) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

c) Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Wawan dan Dewi M (2010) yang dikutip dari

Arinkunto, 2006 bahwa Pengetahuan seseorang dapat diketahui

dan diinprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif yaitu:

1) Baik : hasil presentase 76 % - 100%

2) Cukup : hasil presentase 56% - 75%

3) Kurang : hasil presentase <56%

2. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

a. Pengertian

Menurut WHO (2007), ISPA adalah penyakit saluran pernapasan

atas biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum

penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan

sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen

penyebabnya, faktor lingkungan dan faktor pejamu. Namun demikian, di

dalam pedoman ini, ISPA didefinisikan sebagai penyakit saluran

pernapasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang ditularkan dari

manusia ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu

beberapa jam sampai beberapa hari. Gejalanya meliputi demam, batuk,

sering juga nyeri tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, mengi atau

kesulitan bernapas. Contoh patogen yang menyebabkan ISPA yang

Page 29: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

13

dimasukkan dalam pedoman ini adalah rhinovirus, respiratory syncytial

virus, parainin fluenzaenza virus, severe acute respiratory

syndromeassociated coronavirus (SARS-CoV) dan virus Influenza.

b. Macam-macam ISPA

Menurut Hartono dan Rahmawati (2012), macam ISPA yaitu :

1) Acute Viral Nasopharyngiti

Nasopharyngitis akut (setara dengan “common cold”)

disebabkan oleh sejumlah virus, biasanya rhinoviruses, RSV,

adenovirus, virus influenza, atau virus parainfluenza.

Gejala nasopharyngitis lebih parah pada bayi dan anak-anak

dari pada dewasa. Pada umumya demam, terutama pada anak kecil.

Anak yang lebih besar memiliki demam ringan, yang muncul pada

waktu sakit. Pada anak-anak 3 bulan sampai 3 tahun, demam tiba- tiba

terjadi dan berkaitan dengan mudah dan marah, gelisah, nafsu makan

menurun dan penurunan aktivitas. Peradangan hidung dapat

menyebabkan sumbatan saluran, sehingga harus menbuka mulut

ketika bernafas. Muntah dan diare mungkin juga bisa muncul.

Gejala awal adalah kekeringan dan iritasi saluran hidung dan

faring, diikuti bersin, sensasi dingin, nyeri otot, keluar cairan hidung

menjengkelkan dan kadang-kadang batuk. Peradangan hidung dapat

menyebabkan penyumbatan. Terus menerus menyeka sekresi iritasi

kulit untuk hidung.

Page 30: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

14

Pencegahan: pencegahan pada nasopharyngitis menyebar

sangat luas pada masyarakat umum sehingga tidak mungkin untuk

mencegah. Anak-anak lebih rentan terhadap pilek karena mereka

belum mengembangkan resistansi terhadap berbagai jenis virus. Bayi

adalah subyek yang sangat relevan, karena itu upaya harus dilakukan

untuk melindungi mereka dari paparan.

2) Acute Streptococcal Pharyngitis

Group A B- hemolytic streptococcus (GABHS) infeksi saluran

napas bagian atas (radang tenggorokan) bukan merupakan penyakit

serius, tetapi efek bagi anak merupakan resiko serius. Acute rheumatic

fever (ARF) penyakit radang sendi, dan sistem saraf pusat dan Acute

glomerulonephiritis, infeksi akut ginjal kerusakan permanen dapat

dihasilkan dari ini gejala sisa terutama ARF (Hartono dan Rahmawati,

2012).

Manifestasi klinis: GABHS umumnya merupakan penyakit yang

relatif singkat yang bervariasi dari subklinis (tanpa gejala) untuk

toksisitas parah, awal mulanya sering tiba-tiba ditandai dengan

faringitis, sakit kepala, demam. (terutama pada anak kecil) sakit perut.

Amandel dan faring bisa meradang dan ditutup dengan eksudat (50%

sampai 80% penutupan) pecegahan: tidak ada imunisasi untuk

pencegahan penyakit sterptococcal. Organisme dapat menyebar jika

terdapat kontak dengan orang yang sedang terpapar penyakit ini.

Paparan langsung dari tetesan atau transfer fisik sekresi pernapasan

Page 31: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

15

yang megandung organisme. Penyebaran infeksi biasanya terjadi di

lingkungan keluarga, ruang kelas dan tempat penitipan anak. Anak

yang terkena infeksi streptococcal tidak menular kepada orang lain 24

jam setelah mulai terapi atibiotik.

3) Radang Amandel

Tonsil adalah bentuk dari jaringan lymphoid yang terletak di

rongga faring. Amandel menyaring dan melindungi saluran

pernapasan dan pencernaan dari serangan organisme patogen. Mereka

juga berperan dalam pembentukan antibodi. Meskipun ukuran

amandel bervariasi, anak-anak umumnya memiliki amendel

dibandingkan remaja atau orang dewasa. Perbedaan ini dianggap

sebagai mekanisme perlindungan karena anak-anak muda sangat

renran terhadap ISPA.

Patofisiologi: Beberapa bagian dari amandel adalah bagian dari

kelenjar limpa yang mengelilingi faring hidung dan mulut, dikenal

sebagai waldeyer tonsillar ring, palatine, otak faucial, tonsils,

terletak di kedua sisi dari orapharynx, dibelakang dan dibawah pilar

fauses (pembukaan dari mulut). Permukaan dari palatin tonsills

biasanya terlihat selama pemeriksaan mulut. Palatin tonsil merupakan

bagian yang dihilangkan dalam operasi amandel. Pharyngeal tonsils,

atau sering dikenal sebagai adenoid, adalah tonsil yang terletak diatas

palatine tonsil, pada dinding belakang nasophorynx. Kedekatanya

dengan nares dan saluran Eustachiar. Menyebabkan kesulitan

Page 32: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

16

(ketidaknyamanan) jika mengalami peradangan tinggi. Lingual tonsil,

terletak di pangkal lidah. Tubol Tonsil, dapat ditemukan didekat

dinding belakang nasophoryngeol membuka dari saluran custacius,

bukan merupakan bagian dari cincin wakdeyer tonsilar.

Etiologi: Radang amandel sering terjadi bersama pharyngitis

karena melimpahnya kelenjar getah bening dan frekuensi dari ISPA.

Radang amandel adalah penyakit yang biasa menyerang pada anak-

anak. Menyebabkan mungkin bisa di karenakan virus maupun bakteri.

(Hartono dan Rahmawati, 2012).

4) Influenza

Influenza atau “flu” disebabkan oleh tiga ortomyxoviruses,

dengan antigenik yang berbeda: Tipe-tipe A dan B yang menyebabkan

penyakit epiddemic dan tipe Cyang tidak penting secara

epidemiologis. Virus mengalami perubahan signifikan dari waktu ke

waktu. Perubahan utama terjadi pada interval biasanya 5 sampai 10

tahun yang disebut antigenic shift: variasi minor di dalam subtipe

yang sama antigenic drift, terjadi hampir setiap tahun. Karenanya,

antigenic drift dapat mempengaruhi virus, secara memadai yang

mengakibatkan kerentanan individu, ke jenis yang sebelum mereka

diimunisasi atau terinfeksi.

Manifestasi: Manifestasi klinis influenza mungkin subklinis,

ringan, sedang, atau berat. Dalam kebanyakan kasus tenggorokan dan

mukosa hidung menjadi kering dan ada batuk kering dan cenderung

Page 33: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

17

ke arah suara serak. Tiba-tiba mengalami demam dan mengigil

disertai dengan wajah memerah, fotofobio, miolgia, poresthesia dan

kadang-kadang lesu. Subglotic batuk disertai sesak nafas adalah

umum terutama pada bayi. Gejala berlangsung selam 4 sampai 5 hari

komplikasi termasuk radang paru-paru yang parah. Seperti otitis

media, sinusitis atau pneumonia.

Pencegahan: Vaksin virus influenza yang tidak aktif aman dan

efektif untuk pencegahan influenza asalkan antigen dalam vaksin

berkorelasi dengan virus influenza yang beredar.

5) Laring Akut

Infeksi laring akut adalah penyakit umum pada anak-anak dan

remaja. Bayi dan anak kecil memiliki keterlibatan yang lebih umum.

Virus adalah faktor yang biasa menyebabkan dan keluhan utama

adalah suara serak yang disertai dengan gejala pernapasan atas lainya

misalnya, (coryza, sakit tenggorokan, hidung tersumbat) dan

manifestasi sistemik (misalnya, demam, sakit kepala, myalgia).

Terapi keperawatan: LTB adalah jenis yang paling umum dari

batuk disertai sesak nafas yang dialami oleh anak-anak di perlukan

untuk rawat inap dan biasanya mempengaruhi anak-anak pada usia

kurang dari 5 tahun. (Hartono dan Rahmawati, 2012).

c. Etiologi

Menurut Jurnal terpadu ilmu kesehatan Interest Surakarta yang

disunting oleh Martono (2012), Banyak faktor yang dapat meningkatkan

Page 34: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

18

risiko terjadinya ISPA, antara lain: pemberian imunisasi yang tidak

lengkap, berat badan lahir rendah (BBLR), gizi buruk, faktor lingkungan

seperti kepadatan dalam rumah, terpapar polusi udara.

Menurut Rahmawati (2012) penyebab ISPA kebanyakan pada

anak-anak usia balita hal yang mempengaruhi adalah: Pertama adalah

Agen Penginfeksian, ini disebabkan oleh virus seperti respiratory synctial

virus (RSV), staphlococci, Haemopilus influenzae, Chlamydia

trachomatis, mycoplasma,dan pneumococci. Kedua adalah umur, bayi

umur dibawah 3 tahun mempunyai angka infeksi yang rendah karena

fungsi pelindung dari antibodi keibuan. Pada anak yang usia 5 tahun

infeksi pernapasan yang disebabkan oleh virus akan berkurang

frekuensinya. Ketiga adalah ukuran, ukuran anatomi mempengaruhi

respon infeksi sistem pernapasan. Diameter saluran pernapasan terlalu

kecil pada anak-anak akan menjadi sasaran radang selaput lendir dan

peningkatan produksi sekresi. Di samping itu jarak antara struktur dalam

sistem yang pendek pada anak-anak. Keempat adalah daya tahan,

kemampuan untuk menahan organisme penyerang dipengaruhi banyak

faktor. Kekurangan sistem kekebalan pada anak beresiko terinfeksi.

Kondisi lain seperti malnutrisi, anemia, kelelahan dan daya tubuh yang

menakutkan. Kelima adalah variasi musim banyaknya patogen pada

sistem pernapasan yang muncul dalam wabah selama bulan musim semi

dan dingin, tetapi infeksi mycoplasma sering muncul pada musim semi.

Page 35: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

19

Menurut Notoadmodjo (2007) faktor biologis sebagai berikut:

Status gizi, menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga mencegah

atau terhindar dari penyakit terutama penyakit ISPA. misal dengan

mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna dan memperbanyak minum

air putih, olah raga yang teratur serta beristirahat yang cukup. Karena

dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh akan semakin meningkat,

sehingga dapat mencegah virus (bakteri) yang akan masuk ke dalam

tubuh.

d. Tanda dan gejala

Berdasarkan golongan dan jenis tanda dan gejala dari ISPA sebagai

berikut:

1) Untuk penatalaksana ISPA yang tergolong ringan atau non pnemonia

adalah jika anak penderita ISPA ringan maka perawat cukup

melakukan di rumah tidak perlu dibawa ke dokter atau puskesmas.

Dirumah dapat diberikan obat penurun panas yang dijual di toko-toko

atau apotik, akan tetapi jika dalam 2 hari gejala belum hilang anak

harus segera dibawa ke dokter atau puskesmas terdekat. Selain itu juga

bisa dengan menggunakan cara tradisional yaitu dengan ½ sendok teh

jeruk nipis ditambah ½ sendok teh kecap manis atau madu

diminumkan pada anak 3-4 kali /hari diminumkan selama kurang lebih

2-3 hari jika bentuknya tidak kunjung sembuh dibawa ke dokter atau

puskesmas.

Page 36: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

20

2) Untuk penatalaksana ISPA yeng tergolong sedang atau pnemonia maka

harus diperiksakan pelayanan mendapatkan terapi obat anti

mikroba/antibiotika untuk membunuh virus dan bakteri yang ada dan

mendapatkan terapi oksigen di sebabkan 2 sampai 4 liter 1 hari.

3) Untuk penatalaksana ISPA yang tergolong berat atau pnemonia berat

harus dirawat di rumah sakit atau puskesmas, karena perlu

mendapatkan perawatan dengan perawatan khusus seperti oksigen dan

cairan infus (Depkes RI, 2007).

Menurut penelitian oleh Kusworo 2012 dalam Depkes (2003),

gejala-gejala ISPA antara lain:

1) Gejala ISPA Ringan

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan

gejala-gejala sebagai berikut: Batuk, sesak yaitu anak bersuara parau

pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada waktu bicara atau

menangis), pilek adalah mengeluarkan lendiratau ingus dari hidung,

panas atau demam dengan suhu tubuh lebih dari 37 atau jika dahi

anak diraba dengan punggung tangan terasa panas.

2) Gejala ISPA Sedang

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai

gejala sebagai berikut: pernapasan lebih dari 50x/menit pada umur

kurang dari 1 tahun atau lebih dari 40x/menit pada anak satu tahun

atau lebih, suhu lebih dari 390 C, tenggorokan berwarna merah, timbul

bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak, telinga sakit

Page 37: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

21

atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga, pernapasan berbunyi

seperti mendengkur, pernapasan berbunyi menciut-ciut.

3) Gejala ISPA Berat

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat gejala sebagai

berikut: bibir atau kulit membiru, lubang hidung kembang kempis

(dengan cukup lebar) pada waktu bernapas, anak tidak sadar atau

kesadaranya menurun, pernapasan berbunyi mengorok dan anak

tamapak gelisah, pernapasan berbunyi menciut dan anak tampak

gelisah, nadi cepat lebih dari 60 kali/menit atau tidak teraba,

tenggorokan berwarna merah.

e. Pertolongan Pertama

Cara mengatasi ISPA pada balita. Beberapa hal yang perlu

dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA

menurut Sutomo (2010) sebagai berikut:

1) Mengatasi panas (demam)

Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi dengan

memberikan parasetamol atau kompres, bayi di bawah 2 bulan dengan

demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam

untuk waktu 2 hari cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan

dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres,

dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air tiga kali sehari.

Page 38: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

22

2) Mengatasi batuk

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan

tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau

madu ½ sendok teh diberikan tiga kali sehari.

3) Pemberian makanan

Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi

berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika

mintah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusui tetap diteruskan.

4) Pemberian minuman

Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya)

lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak,

kekurangan cairan akan, menambah parah sakit yang diderita.

5) Lain-lain

Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu

tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek,

bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan

menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan

tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak

berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk

maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan.

Untuk penderita yang mendapatkan obat antibiotik, selain tindakan

diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan

benar 5 hari penuh dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik,

Page 39: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

23

usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas

kesehatan untuk pemeriksaan ulang.

f. Pencegahan ISPA

Menurut Depkes RI (2003), pencegahan ISPA antara lain: pertama

adalah menjaga kesehatan gizi agar tetap baik dengan menjaga kesehatan

gizi yang baik maka itu akan mencegah kita atau terhindar dari penyakit

yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya dengan

mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum air

putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu

akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat

maka kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat, sehingga dapat

mencegah virus/bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita.

Kedua adalah imunisasi pemberian imunisasi sangat diperlukan

baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Imunisasi dilakukan untuk

menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang berbagai

macam penyakit yang disebabkan oleh virus/bakteri. Ketiga adalah

menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan, membuat ventilasi udara

serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi polusi asap

dapur/asap rokok yang ada di dalam rumah, sehingga dapat mencegah

seseorang menghirup asap tersebut yang bisa menyebabkan terkena

penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi

udara (atmosfer) agar tetap segardan sehat bagi manusia. Keempat adalah

mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA ini disebabkan

Page 40: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

24

olehvirus/bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit

penyakit ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh.

Bibit penyakit ini biasanya berupa virus/bakteri di udara yang umumnya

berbentuk aerosol (suspensi yang melayang di udara). Adapun bentuk

aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan yang

dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang diudara), yang kedua

duet (campuran antara bibit penyakit). Keadaan gizi dan keadaan

lingkungan merupakan hal yang penting bagi pencegahan ISPA, selain itu

ada beberapa cara untuk mencegah ISPA diantaranya adalah :

1) Mengusahakan agar anak mempunyai gizi yang baik (Wantania, 2008)

a) Bayi harus disusui sampai usia dua tahun karena ASI adalah

makanan yang paling baik untuk bayi.

b) Bayi diberi makanan padat sesuai dengan umurnya.

c) Pada bayi dan anak makanan harus mengandung gizi cukup yaitu

mengandung cukup protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan

mineral.

d) Makanan yang bergizi tidak berarti makanan yang mahal. Protein

misalnya dapat diperoleh dari tempe dan tahu, karbohidrat dari nasi

atau jagung, sedangkan vitamin dan mineral dari sayuran dan buah-

buahan.

e) Bayi dan balita hendaknya secara teratur ditimbang untuk

mengetahui apakah beratnya sesuai dengan umurnya dan perlu

diperiksa apakah ada penyakit yang menghambat pertumbuhan.

Page 41: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

25

2) Mengusahakan kekebalan anak dengan imunisasi

Pemberian imunisasi campak yang efektif, sekitar 11% kematian

pneumonia balita dapat dicegah dengan imunisasi DPT, sekitar 6%

kematian pneumonia dapat dicegah.

3) Menjaga kebersihan lingkungan dan perorangan.

a) Tubuh anak dijaga agar tetap bersih.

b) Kondisi rumah harus bersih dan sehat.

c) Aliran udara dalam rumah harus cukup baik.

d) Asap tidak boleh berkumpul dalam rumah.

e) Orang dewasa tidak boleh merokok didalam rumah.

4) Mencegah anak berhubungan dengan pasien ISPA

Beberapa jenis kuman penyebab ISPA sangat menular terutama

jika pasiennya orang dewasa, oleh karena itu anak harus dicegah

berdekatan dengan orang yang sedang menderita ISPA. Jika ada orang

dewasa yang menderita ISPA dalam keluarga, hendaknya memakai

penutup hidung dan mulut untuk mencegah penularan pada anak-anak

dalam keluarga tersebut.

3. Balita

a. Pengertian

Balita adalah anak yang berusia 1-5 tahun. Pada anak balita ini

bisa melakukan penyesuaian sepanjang rentang hidup yaitu

mengembangkan ketrampilan dasar untuk membaca, menulis dan

berhitung, mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tata nilai,

Page 42: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

26

belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya sebagai

makhluk yang sedang tumbuh, mempelajari ketrampilan fisik yang

diperlukan untuk permainan yang umum, dan mencapai kebebasan

pribadi (Syafrudin dan Heri Pramono, 2009).

Menurut Uripi (2004), balita atau anak bawah umur lima tahun

adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bagi usia dibawah satu

tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun Faal (kerja alat tubuh)

bagi usia dibawah satu tahun berbeda dengan usia di atas tahun, maka

anak dibawah satu tahun tidak termasuk ke dalam golongan yang

dikatakan balita. Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih

atau dilepas menyusui sampai dengan pra-sekolah.

b. Karakteristik Balita

Menurut Sutomo dan Anggraeni (2010), balita adalah istilah

umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun).

Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk

melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.

Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun

kemampuan lain masih terbatas. Masa balita merupakan periode penting

dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan

di masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan

perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di

usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah

terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan.

Page 43: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

27

c. Ciri-ciri Balita Sehat

Menurut penelitian Kusworo 2012 dalam buku Sudarmoko (2011),

ciri-ciri balita sehat sebagai berikut:

1) Tumbuh dengan baik, yang dapat dilihat dari naiknya berat badan

secara teratur dan proposional (sesuai usianya) setiap bulanya.

2) Terlihat aktif, gesit dan gembira.

3) Bisa bermain dan belajar dengan antusias, nudah memahami setiap

hal yang diajarkan orang tua atau gurunya.

4) Mata bersih dan bersinar.

5) Nafsu makan cukup baik.

6) Bibir dan lidah tampak segar.

7) Pernapasan tidak berbau.

8) Kulit dan rambut tampak baik dan tidak kering.

9) Mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Page 44: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

28

B. Kerangka Teori

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak Diteliti

Gambar 2.1. Kerangka Teori

Sumber: Wawan dan Dewi (2010), Rahmawati (2012).

Pengetahuan Ibu

tentang ISPA :

1. Pengertian

2. Penyebab

3. Tanda dan gejala

4. Pencegahan ISPA

ISPA pada

balita

Tindakan pertolongan

pertama ISPA pada Balita.

1) Mengatasi panas

(demam)

2) Mengatasi batuk

3) Pemberian makanan

4) Pemberian minuman

1. Faktor Internal

a) Pendidikan

b) Pekerjaan

c) Usia

2. Faktor Eksternal

a) Faktor

Lingkungan

b) Sosial Budaya

Page 45: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

29

C. Kerangka Konsep

Variabel Bebas

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

Pengetahuan ibu

tentang ISPA

Pertolongan pertama ISPA

Pada Balita

Page 46: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran

tentang suatu keadaan secara obyektif, sitematis dan akurat yang terjadi di dalam

masyarakat. Peneliti ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah

pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan, membuat kesimpulan dan laporan.

Metode ini diharapkan seorang peneliti berusaha untuk memaparkan pemecahan

masalah yang ada sekarang berdasarkan data (Setiadi, 2007).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian dilaksanakan di Desa Kayuapak Kecamatan Polokarto

Kabupaten Sukoharjo.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai April 2014

bertempat di Posyandu Balita Mawar terdiri dari 4 posyandu yang ada. Pada

Hari Sabtu, 15 Maret 2014 Jam 10.00 WIB.

30

Page 47: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

31

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh subyek atau obyek dengan karakteristik

tertentu yang akan diteliti (Saryono, 2011). Populasi dalam penelitian ini

adalah semua ibu yang mempunyai anak usia 1-5 tahun di bulan April –

Maret 2014 di Desa Kayuapak Kecamatan polokarto Kabupaten Sukoharjo

sebanyak 168 orang.

2. Sampel

a. Besar sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008). Pengambilan sampel

menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Tingkat kesalahan (0,1)

responden

b. Teknik sampling

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik proportional

random sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan untuk

Page 48: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

32

menyempurnakan penggunaan teknik sampel berstrata atau sampel

wilayah (Arikunto, 2007). Pengambilan dengan proportional random

sampling sederhana menggunakan rumus sebagai berikut :

ni = x n

Keterangan :

ni = besar sampel untuk stratum

n = besar sampel

N= total populasi

Ni = total sub populasi dari stratum

Tabel 3.1.Jumlah sampel dari tiap-tiap posyandu di Desa Kayuapak

Nama posyandu Populasi Sampel

Posyandu Mawar I 39 15

Posyandu Mawar II 43 16

Posyandu Mawar III 51 19

Posyandu Mawar IV 35 13

Jumlah 168 63

c. Kriteria sampel penelitian

Menurut Notoadmodjo (2010), membagi dua kriteria yaitu kriteria inklusi

dan kriteria Eksklusi adalah anggita berikut ini pengelompokanya:

1) Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian

dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti

(Notoatmodjo, 2010). Kriteria inklusi pada penelitian ini meliputi :

a) Semua Ibu yang mempunyai Balita usia 1 – 5 tahun.

b) Bersedia menjadi Responden.

c) Ibu yang mampu membaca dan menulis.

Page 49: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

33

2) Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subyek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab, kriteria

eksklusi pada penelitian ini meliputi:

1) Ibu yang tidak mempunyai anak usia 1 – 5 tahun.

2) Ibu yang tidak bersedia menjadi responden.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah karkteristik yang diamati yang mempunyai variasi nilai

dan merupakan obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan

orang lain atau obyek yang lain (Setiadi, 2007).

Variabel Bebas adalah variabel lain, variabel bebas biasanya diamati

dan diukur untuk diketahui hubunganya atau pengaruhnya terhadap variabel

lain (Nursalam, 2011). Variabel dalam penelitian menggunakan variabel

bebas alah pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama ISPA pada balita.

Page 50: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

34

E. Definisi Operasional

Tabel 3.2 Definisi operasional

Variabel Devinisi

Operasional

Alat ukur Kategori Hasil ukur Skala

Pengetahuan

Pertolongan

Pertama

pada ISPA

Tingkat

pemahaman yang

dimiliki ibu-ibu

mengenai

pertolongan

pertama ISPA

pada Balita yang

berupa pengertian,

klasifikasi,

penyebab, tanda

dan gejala, cara

penularan, dan

perawatan

Kuesioner

dalam

bentuk

pilihan

ganda

Benar = 1

Salah = 0

Tinggi 76-100%

sedang 56-75%

rendah <56%

Ordinal

F. Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian yang diamati adalah gambaran tingkat pengetahuan

Ibu tentang pertolongan pertama pada balita yang usia 1 – 5 tahun. Alat ukur

yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah

pertanyaan yang sudah tertentu dengan baik dimana responden tinggal

memberikan jawaban atau memberikan tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo,

2010). Kuesioner ini berisi daftar pertanyaan yang diberikan kepada semua

orang tua yang mempunyai anak usia 1 – 5 tahun yang pernah dan belum

mengalami ISPA dan bersedia menjadi responden dengan permintaan peneliti

dan lembar kesediaan menjadi responden. Pembuatan kuesioner ini dengan

mengacu pada parameter yang sudah dibuat oleh oleh peneliti terhadap

penelitian yang akan dilakukan (Hidayat, 2011).

Page 51: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

35

1. Alat Pengumpulan Data

a. Kuesioner identitas subyek penelitian berisi karakteristik responden.

Pertanyaan yang berisi identitas responden yang meliputi: inisial, umur,

jenis pekerjaan dan pendidikan.

b. Kuesioner pengetahuan orang tua dalam pertolongan pertama ada ISPA.

kuesioner yang berjumlah 25 pertanyaan yang telah disusun oleh

peneliti berdasarkan teori. Pertanyaan disediakan 2 alternatif jawaban

yang berupa pertanyaan benar dengan nilai 1, salah dengan nilai 0 dan

dibuat dengan sifat favourable dan unfavourable

Tabel 3.3 Kisi pertanyaan pengetahuan

Kisi-kisi Item pertanyaan

Favourable unfavourable

Perngertian 1,2 3

Penyebab 4, 5 6

Tanda 7, 8, 9, 16

Gejala 10, 11,

Pencegahan 12, 14, 15, 18, 19

20

13, 17

Total 14 6

c. Kuesioner tindakan pertolongan pertama ibu pada ISPA balita.

Kuesioner pertolongan pertama pada ISPA balita dibuat dalam bentuk

favourbel sebanyak 14 pertanyaan dengan nilai ya diberi skor 1 dan

tidak diberi skor 0 dan bentuk unfavourbel sebanyak 6 pertanyaan

dengan nilai tidak diberi skor 1 dan tidak diberi skor 0.

2. Alat Pengolah Data

Alat Pengolah data dalam penelitian ini adalah komputer dengan

memakai progam SPSS Versi 17.0, Microsoft Excel, dan Microsoft Words.

Page 52: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

36

Proses pengolahan data pada penelitian ini melalui Tahapan – tahapan

sebagai berikut:

a. Penyusunan

Data yang sudah terkumpul selanjutnya disusun untuk memudahkan

pengolahan data.

b. Entry data

Data hasil dari jawaban responden kemudian di masukkan ke dalam

komputer untuk disusun sesuai dengan jenis dan juga ciri data tersebut

yang disini disebut entry data (memasukkan data )

c. Editing

Setelah di masukkan datanya kemudian di edit kembali yang disini

dilakukan mencocokan ulang dari data mentah yang didapatkan dari

responden dengan yang sudah di entry ke komputer agar tidak terjadi

kesalahan.

d. Coding

Data kemudian diolah melalui komputer dengan pertongan ISPA pada

usia 1 – 5 dengan jalan menghitung jumlah point yang benar di bagi

dengan jumlah pertanyaan kali seratus persen. Selanjutnya diberikan

kode apabila prosentase mencapai 76 – 100% kategori tinggi kode 1,

sedangkan apabila prosentase 56 – 75 % kode dan apabila prosentase

hanya mencapai < 56 % maka disebut kategori rendah atau kode 3.

Page 53: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

37

e. Tabulating

Setelah dilakukan pengkodean maka mulai disusun secara runtut

dengan tabel yang berfungsi untuk mengelompokkan data yang telah

dikoding antara yang baik, cukup dan kurang.

f. Analisa data

Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat yang bertujuan

untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap varibel

penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

distibusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo,

2010). Analisis data secara deskriptif terhadap semua variabel yang

diteliti adalah semua orang tua balita yang pernah menderita ISPA.

G. Tahap penelitian

Pengumpulan data dilakukan di Desa Kayuapak Kecamatan Polokarto

Kabupaten Sukoharjo dengan prosedur sebagai berikut:

1. Penelitian mengurus pembuatan perizinan untuk penelitian dari akademi.

2. Peneliti mengurus perizinan pada lokasi yang dilakukan peneliti di

Kelurahan Kayuapak

3. Peneliti melakukan penelitian di mulai tanggal 29 Maret- 29 April 2014.

Peneliti melakukan penelitian di posyandu balita Mawar I, Mawar II,

Mawar III, dan Mawar IV.

4. Peneliti yang telah mendapatkan data balita dari kader posyandu kemudian

mencatat nama-nama balita dalam kertas kecil dan digulung. Tujuan ini

Page 54: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

38

untuk mencari responden penelitian. Caranya adalah nama yang telah

ditulis dalam gulungan kertas kecil dan dimasukkan dalam botol. Botol

kemudian dikocok. Gulungan kertas yang muncul diambil dan dijadikan

responden penelitian. Jika nama balita tidak mengikuti kegiatan posyandu

pada saat acara diadakan, peneliti mendatangi rumah kerumah orang tua

balita. Kegiatan ini dilakukan untuk tiap-tiap posyandu.

5. Peneliti yang dibantu oleh kader posyandu memberikan penyuluhan kepada

ibu balita mengenai penyakit ISPA, melakukan imunisasi campak. Nama-

nama balita yang dijadikan data penelitian dan hadir dalam kegiatan

posyandu, maka peneliti memberikan lembar persetujuan kepada orang tua

balita. Tanda persetujuan orang tua dibuktikan dengan tanda tangan dalam

lembar persetujuan menjadi responden.

6. Peneliti memberikan kuesioner tentang tindakan pertolongan pertama ibu

saat anak mengalami ISPA. Jawaban yang terkumpul kemudian dijadikan

data penelitian. Data tersebut meliputi data usia, pendidikan ibu, pekerjaan

dan jawaban pengetahuan ibu.

7. Data yang terkumpul kemudian dimasukkan dalam tabel penelitian baik

dalam program Excel maupun program SPSS. Data kemudian

diintepretasikan dan dibuat pembahasan dalam bab IV dan bab V.

Page 55: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di posyandu mawar 3 Desa Kayuapak

Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo tepatnya di Dusun Kayuapak

wilayah RW 03. Posyandu ini di adakan setiap tanggal 15 dan memiliki beberapa

kegiatan yaitupenimbangan balita, pelayanan kesehatan masyarakat, pemeriksaan

ibu hamil, Pemberian Makanan Tambahan (PMT), dan penyuluhan Kesehatan.

Tim penggerak Posyandu ini adalah H. Isbandiah, Beliau sebagai ketua

Posyandu yang ada di kelurahan kayuapak. Banyak balita yang menimbangkan di

posyandu mawar 3. Posyandu balita di mawar 3 mempunyai Visi Misi:

1. Menciptakan Balita yang sehat dan bertumbuh kembang

2. Menghindari Gizi Buruk pada Balita

3. Meningkatkan Pemberian PMT dan imunisasi

4. Meningkatkan Pelayanan Posyandu Balita.

Penelitian ini dilakukan kepada 63 responden. Hasil penelitian disajikan

dalam bentuk distribusi frekuensi, narasi tabel dan diagram.

39

Page 56: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

40

B. Hasil Penelitian

1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia ibu

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi usia responden

No Usia Frekuensi Persentase (%)

1 <20 tahun 2 3.2

2 20-35 tahun 52 82.5

3 >35 tahun 9 14.3

Total 63 100 Sumber: Data primer diolah tahun2014

Berdasarkan data pada tabel 4.1 diketahui dari 63 responden, terdapat 52

responden (82,5%) berusia kurang dari 20-35 tahun, 9 responden (14,3%)

berusia >35 tahun, dan 2 responden (3,2%) berusia diatas <20 tahun. Data

tersebut mencerminkan responden mayoritas berusia antara 20-35 tahun,

untuk lebih jelasnya ditampilkan dalam tabel 4.1.

Gambar 4.1. Diagram batang usia responden

2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Ibu

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi pendidikan responden

No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1 Akademik / universitas 5 7.9

2 SMA 42 66.7

3 SMP 16 25.4

Total 63 100 Sumber: Data primer diolah tahun 2014

52

0

10

20

30

40

50

60

Frek

uen

si

Usia responden

<20 tahun

20-35 tahun

>35 tahun

Page 57: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

41

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui 42 responden (66,7%) berpendidikan

SMA, 16 responden (25,4%) berpendidikan SMP,dan 5 responden (7,9%)

berpendidikan Akademik/Universitas. Data tersebut menunjukkan mayoritas

responden berpendidikan SMA, untuk lebih jelasnya ditampilkan dalam

gambar 4.2

Gambar 4.2. Diagram batang tingkat pendidikan responden

3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Pekerjaan Ibu

Tabel 4.3. Distribusi frekuensi kategori pekerjaan responden

No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

1 Ibu rumah tangga 34 54.0

2 Pedagang 9 14.3

3 PNS 1 1.6

4 Swasta 19 30.2

Total 63 100.0 Sumber: Data primer diolah tahun 2014

Tabel 4.3. memperlihatkan data dari 63 responden, diketahui 34 responden

(54%) sebagai ibu rumah tangga, 19 responden (30,2%) sebagai swasta, 9

responden (14,3%) sebagai pedagang dan 1 responden (1,6%) sebagai PNS .

Data ini menunjukkan sebagian besar responden adalah ibu rumah tangga,

dan lebih jelasnya ditampilkan dalam gambar 4.3.

42

16

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Fre

kue

nsi

Pendidikan responden

akademik / universitas

SMA

SMP

Page 58: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

42

Gambar 4.3 Diagram batang status pekerjaan responden

4. Distribusi usia balitaFrekuensi Berdasarkan Usia Balita

Tabel 4.4. Distribusi frekuensi berdasarkan usia balita

No Usia balita Frekuensi Persentase (%)

1 12-24 bulan 10 15.9

2 25-36 bulan 30 47.6

3 37-48 bulan 16 25.4

4 49-60 bulan 7 11.1

Total 63 100.0 Sumber: Data primer diolah tahun 2014

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui 30 balita (47,6%) berusia antara 25-36 bulan,

16 balita berusia 37-48 bulan (47,6%), 10 balita berusia antara 12 -24 bulan

(15,9%) dan 7 balita berusia antara 49-60 bulan (11,1%). Data ini

menunjukkan sebagian besar anak responden berusia 25-36 bulan, dan lebih

jelasnya ditampilkan dalam gambar 4.4.

34

9

1

19

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Fre

kue

nsi

Pekerjaan responden

Ibu rumah tangga

Pedagang

PNS

Swasta

Page 59: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

43

Gambar 4.4 Diagram batang status pekerjaan responden

5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Balita

Tabel 4.5. Distribusi frekuensi berdasarkan Jenis kelamin balita

No Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)

1 Laki-laki 29 46.0

2 Perempuan 34 54.0

Total 63 100.0 Sumber: Data primer diolah tahun 2014

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui 34 balita berjenis kelamin perempuan (54%)

dan 29 balita berjenis kelamin laki-laki (46%). Data ini menunjukkan

sebagian besar balita berjenis kelamin perempuan, dan lebih jelasnya

ditampilkan dalam gambar 4.5.

Gambar 4.5 Diagram batang status pekerjaan responden

10

30

16

7

0

5

10

15

20

25

30

35

Fre

kue

nsi

usia balita

12-24 bulan

25-36 bulan

37-48 bulan

49-60 bulan

29

34

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

Fre

kue

nsi

Jenis kelamin balita

Laki -laki

Perempuan

Page 60: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

44

6. Distribusi pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama ISPA pada

Balita

Tabel 4.6 Nilai sentral tendensi pengetahuan ibu tentang pertolongan

pertama ISPA pada Balita

Rata-rata SD Median Modus Minimal Maksimal

14.03 2.43 14 14 7 18 Sumber: Data primer diolah tahun 2014

Berdasarkan hasil penelitian diketahui nilai rata-rata pengetahuan responden

adalah 14.03±2.43. Nilai tengah atau median adalah 14. Modus atau nilai

yang sering muncul adalah 14. Nilai terendah 7 dan nilai tertinggi adalah 18.

Berdasarkan hasil nilai yang diperoleh responden, kemudian dibuat kategori

tingkat pengetahuan berdasarkan definisi operasional, yaitu pengetahuan

tinggi dengan nilai 16-20, pengetahuan sedang nilai 12-15 dan pengetahuan

rendah dengan nilai dibawah 0-11.

Tabel 4.7. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu tentang pertolongan

pertama ISPA pada Balita

No Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

1 Rendah 10 15.9

2 Sedang 34 54.0

3 Tinggi 19 30.1

Total 63 100 Sumber: Data primer diolah tahun 2014

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui sebagian besar responden mempunyai tingkat

pengetahuan sedang sebanyak 34 orang (54%), tingkat pengetahuan rendah

sebanyak 10 orang (15,9%) dan tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 19

orang (30,1%). Untuk lebih jelasnya dapat ditampilkan dalam gambar 4.6.

Page 61: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

45

Gambar 4.6. Diagram batang tingkat pengetahuan responden tentang

pertolongan pertama ISPA pada Balita

C. Pembahasan

1. Karakterisktik usia responden

Hasil penelitian ini diketahui usia responden sebagian besar antara 20-35

tahun (82,5%). Menurut Supartini (2004), rentang usia tertentu adalah baik untuk

menjalankan peran pengasuhan dan perawatan. Apabila terlalu muda atau tua, maka

mungkin tidak dapat menjalankan peran tersebut secara optimal karena diperlukan

kekuatan fisik dan psikologis. Hal ini sesuai dengan Mubarak (2009) menyatakan

bahwa salah satu yang mempengaruhi pengetahuan dan perilaku seseorang adalah

usia. Usia sangat mempengaruhi masyarakat dalam memperoleh informasi yang

lebih banyak secara langsung maupun tidak langsung sehingga dapat menambah

pengalaman, kematangan, dan pengetahuan. Pertambahan usia seseorang maka

kematangan berpikirnya meningkat, sehingga kemampuannya menyerap informasi

dan pengetahuan semakin meningkat pula termasuk dalam pengetahuan responden

dalam melakukan tindakan pertama pada saat balita mengalami ISPA.

10

34

19

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Fre

kue

nsi

pengetahuan responden

Rendah

Sedang

Tinggi

Page 62: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

46

2. Karakterisktik tingkat pendidikan responden

Tingkat pendidikan responden diketahui paling banyak lulusan SMA

sebanyak 42 orang (66,7%). Banyaknya responden lulusan SMA dapat

dipengaruhi oleh kemampuan orang tua responden untuk membiayai

pendidikan sampai tingkat SMA, sedangkan untuk melanjutkan ke jenjang

perguruan tinggi kemampuan ekonomi orang tua sangat terbatas. Undang-

undang Nomor 33 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menyebutkan bahwa tingkat pendidikan wajib belajar adalah 9 tahun yang

meliputi pendidikan SD selama 6 tahun dan pendidikan SMP selama 3 tahun.

Menurut Edelman and Midle (1994) dalam buku Perry dan Potter

(2005) menyatakan tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi

tingkat pengetahuan. Semakin tinggi pendidikan semakin baik pengetahuan

yang dimilikinya. Responden dengan pendidikan SMA sudah dianggap dapat

menerima berbagai informasi pengetahuan tentang masalah ISPA pada balita,

termsuk bagaimana tindakan yang harus dilakukan seorang ibu pada saat

balita mengalami ISPA melalui media pendidikan kesehatan seperti saat

mengikuti kegiatan posyandu, membaca buku kesehatan ataupun petugas

kesehatan dari puskesmas saat pemeriksaan kesehatan baik ibu maupun

balita.

3. Karakteristik status pekerjaan ibu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

sebagai ibu rumah tangga sebanyak 34 orang (54%). Ibu rumah tangga

dimasukkan dalam klasifikasi tidak bekerja. Sementara bekerja dikaitkan

dalam masalah ekonomi. Simamora (2004) menyatakan bahwa ekonomi

Page 63: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

47

adalah kegiatan menghasilkan uang di masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan hidup, termasuk dalam pembiayaan perawatan balita saat

mengalami ISPA seperti membeli obat. Namun meskipun responden sebagai

ibu rumah tangga disisi lain, bukan berarti responden kehilangan kesempatan

untuk meningkatkan ilmu pengetahuannya khususnya tentang penyakit ISPA.

Responden yang lebih banyak di rumah tetap dapat menambah pengetahuan

melalui berbagai media, seperti dari televisi, membaca koran tentang masalah

kesehatan, ataupun mengunjungi ke petugas kesehatan untuk memperoleh

informasi tentang penyakit ISPA.

Julia (2004) menyatakan bahwa pekerjaan berpengaruh terhadap

tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang.Berbagai informasi yang

diterima responden menjadikan pengetahuan ibu banyak dalam kategori

sedang.Hasil penelitian Dewi (2010) menyimpulkan variabel pekerjaan

menunjukkan bahwa status pekerjaan mempunyai hubungan dan pengaruh

terhadap perawatan ISPA pada balita di wilayah kerja puskesmas Karang

Malang, Sragen. Menurut Depkes RI (2008) status pekerjaan terdiri dari:

berusaha atau bekerja sendiri adalah mereka yang berusaha/bekerja atas risiko

sendiri dan tidak mempekerjakan pekerja keluarga maupun buruh. Berusaha

dibantu dengan buruh tidak tetap adalah status pekerjaan bagi mereka yang

bekerja sebagai orang yang berusaha atas resiko sendiri dan dalam usahanya

mempekerjakan buruh tidak tetap. Pekerja tidak dibayar adalah status

pekerjaan bagi mereka yang bekerja membantu memperoleh penghasilan atau

keuntungan seseorang dengan tidak mendapat gaji baik berupa uang maupun

barang. Contohnya Ibu rumah tangga.

Page 64: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

48

4. Pengetahuan responden tentang pertolongan pertama ISPA pada Balita

Berdasarkan hasil penelitain diketahui bawa terdapat 34 responden

(54%) yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang pertolongan ISPA

pada balita. Keadaan tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor social ekonomi.

Sebagai contoh, responden mengetahuai bahwa penyakit ISPA dapat terjadi

karena faktor kondisi rumah yaitu lantai yang belum diplester atau dikeramik,

namun secara social ekonomi belum mampu memperbaiki kondisi rumah

untuk dikeramik, maka kemampuan untuk bertindak mencegah terjadinya

ispa pada balita menjadi kurang efektif. Hasil penelitian Heriyanto (2005)

yang meneliti masalah studi tentang perawatan yang dilakukan oleh Ibu

Balita penderita ISPA Non pnemonia di Rumah tangga yang berkunjung ke

puskesmas trucuk II Kabupaten Klaten tahun 2005. Hasil penelitian tersebut

menyimpulkan bahwa pendidikan berpengaruh terhadap perawatan penderita

ISPA non pnemomia, semakin tinggi pendidikan ibu semakin baik perawatan

penderita ISPA non pnemomia.

Pengetahuan responden yang masuk dalam kategori cukup ini dapat

diperoleh dari berbagai sumber informasi seperti dari petugas kesehatan yang

memberikan penyuluhan saat dilakukan kegiatan posyandu balita. Informasi

mengenai bagaimana tindakan orang tua saat di rumah untuk mengatasi

ISPA. Tindakan seperti mengatasi panas (demam). Bagi responden yang

mempunyai balita demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau

dengan kompres. Pemberian obat parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam

untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya,

kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan

Page 65: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

49

menggunakan kain bersih, celupkan pada air matang. Tindakan seperti

mengatasi batuk dapat dilakukan dengan memberikan ramuan tradisional

yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok

teh , diberikan tiga kali sehari (Santosa, 2010). Selain memberikan kompres

dan obat, tindakan responden dilakukan dengan memberikan makanan yang

cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari

biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian minum juga sangat dianjurkan

dan juga buah. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan

akan menambah parah sakit yang diderita (Shaleh, 2008).

Hasil penelitian tingkat pengetahuan responden sebagian besar masuk

kategori sedang. Pada kuesioner yang diberikan peneliti Tingkat kesalahan

responden sebagian besar pada pertanyaan nomer 14 yaitu “ Sering

memberikan Es pada anak tidak menjadikan anak sakit pilek”. Tingkat

pengetahuan responden pada kategori cukup dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan responden, dan kemampuan daya ingat responden dalam

menjawab kuesioner yang diajukan.Wawan (2010) menyatakan pendidikan

adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan

perilaku positif yang meningkat. Orang yang memiliki pendidikan yang baik

memiliki kemampuan untuk menyerap dan memahami pengetahuan yang

diterimanya, sehingga semakin baik pendidikan seseorang, maka semakin

mudah ia untuk menyerap dan memahami pengetahuan yang ia terima.

Pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan. Semakin tinggi

pendidikan responden, diharapkan wawasan yang dimilikinya akan semakin

luas sehingga pengetahuanpun juga akan meningkat, sebaliknya rendahnya

Page 66: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

50

pendidikan responden, akan mempersempit wawasan sehingga akan

menurunkan pengetahuan.

Hasil penelitian Kusno (2007), menyatakan bahwa ibu yang

berpendidikan rendah dan kurang penyuluhan oleh petugas kesehatan akan

cenderung tidak tahu cara memberikan perawatan yang baik dan

meminumkan obat yang tepat dan benar pada anaknya yang menderita ISPA.

Hal tersebut didukung oleh pendapat Pintauli (2004) yang menyatakan

bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan terhadap kesehatan

adalah tingkat pendidikan. Orang yang memiliki pendidikan yang baik

memiliki kemampuan untuk menyerap dan memahami pengetahuan yang

diterimanya. Sehingga semakin baik pendidikan seseorang, maka semakin

mudah dalam menyerap dan memahami pengetahuan yang diterima.

Menurut Mishra (2005) perilaku ibu dalam pencegahan ISPA dapat

dilakukan seperti menjaga anak tetap dalam keadaan bersih, ibu melakukan

kebersihan rumah seperti menyapu lantai, membersihkan debu-debu di dalam

rumah, rutin mengganti sprei kasur dan sarung bantal secara teratur,

membuka jendela dan ventilasi udara agar sirkulasi udara tetap lancar serta

melarang anggota keluarga yang merokok. Tindakan responden dalam

mencegah terjadinya ISPA secara baik berdampak kesehatan balita.

D. Keterbatasan Penelitian

1. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan data responden cukup lama,

mengingat pada saat kegiatan posyandu balita, jumlah responden baru

Page 67: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

51

sebanyak 34 orang, sehingga peneliti mendatangi rumah responden sebanyak

29 orang.

2. Ada ibu yang kurang kooperatif selama proses penelitian, seperti ibu tidak

menyelesaikan jawaban dari kuesioner yang diberikan, sehingga peneliti

meminta kesediaan ibu untuk mengisi semua pertanyaan dalam kuesioner

penelitian.

Page 68: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

52

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti mengambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan ibu sebagian besar dalam kategori sedang sebanyak

(54%), pengetahuan rendah sebanyak (15,9%) dan pengetahuan tinggi

sebanyak (30,1%).

2. Tingkat Pendidikan ibu sebagian besar lulusan SMA sebanyak (66,7%),

berpendidikan Akademik (7,9%) dan berpendidikan SMP (25,4%).

3. Tingkat pekerjaan ibu sebagian besar IRT sebanyak (54,0%). pedagang

(14,3%), sebagai PNS (1,6%) dan bekerja di sektor swasta (30,2%).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian, maka disampaikan

beberapa saran sebagai berikut

1. Bagi responden

Diharapkan ibu untuk tetap bersedia meningkatkan pengetahuan tentang

ISPA dan tindakan yang lebih baik dengan cara aktif mengikuti kegiatan

posyandu anak, membaca buku kesehatan khususnya tentang ISPA sehingga

dapat meningkatkan kesadaran dalam hal pentingnya kesehatan bagi anak

agar anak tidak sampai terkena penyakit ISPA

Page 69: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

53

2. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan

Instansi pelayanan kesehatan, diharapkan semua petugas kesehatan di

wilayah kerja Puskesmas Polokarto Sukoharjo dapat terus memberikan

penyuluhan dan informasi lebih lanjut terhadap masyarakat terutama ibu-ibu

tentang perawatan ISPA pada balita dengan baik dan benar.

3. Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti lain diharapkan dapat mengembangkan lebih lanjut pada

penelitian sejenis, seperti membahas tentang cara memberikan obat, kondisi

lantai rumah, ventilasi jendela yang dapat mempengaruhi perawatan ISPA

pada balita dengan baik dan benar.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dengan penelitian ini dapat menambah referensi di

perpustakaan sehingga dapat dimanfaatkan bagi penelitian selanjutnnya.

Page 70: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

DAFTAR PUSTAKA

Aderita, N.I. 2012. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam

Pencegahan ISPA dengan Kejadian ISPA pada Anak Balita Didesa Pucangan

Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura I. Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas

Ilmu kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Arikunto, S. 2007. ManajemenPenelitian. Jakarta: Rieneka Cipta. Depkes RI, 2003. Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan Penanggulangannya. Ditjen PPM

& PLP Depkes RI: Jakarta.

Depkes RI. 2008. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007. Profinsi Jawa Tengah:

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan,

Republik Indonesia Desember 2008.

Dewi, S. 2010. Hubungan Karakteristik Ibu dengan Perawatan Ispa Pada Balita Di

Wilayah Kerja Puskesmas Karang Malang Sragen. Karya tulis Ilmiah.

Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan „Aisyiyah

Surakarta

Depkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) melalui

http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/4602. diakses 2014 jam 13.00

wib.

DKK Sukoharjo. Buku Sanitasi Lingkungan. melalui

http//:www.documentsukoharjo.co.id diakses Januari 2014 Diakses pada

Januari jam 14.00 wib.

Hidayat. 2007, Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba

Medika.

Heriyanto. 2001. Studi Tentang Perawatana Yang Dilakukan oleh Ibu Balita

Penderita ISPA Non Pneumonia di Rumah Tangga Yang Berkunjung Ke

Puskesmas Trucuk II Kabupaten Klaten Tahun 2001. Retrived Maret 2, 2010

Iddayat, T. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi

Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas

Cepogo Kabupaten Boyolali Tahun 2009. Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas

Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Indriani D. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA) Dengan Perilaku Pencegahan Pada Balita Di

Wilayah Kerja Puskesmas Tirto Ii Kabupaten Pekalongan. Skripsi. Tidak

diterbitkan. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Page 71: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

55

Kusworo, 2012. Hubungan Antara Peran Orang Tua Dalam Pencegahan ISPA

Balita Di Dusun Ngeledokesa Sendang Mulya, Tirtomoyo, Wonogiri. Tidak

dipublikasikan.

Kusno, I. Ismail, D. Kushadiwijaya, H. 2005. ”Tatalaksana oleh Petugas Kesehatan

dan Faktor Resiko Terjadinya Kegagalan Perawatan di Rumah Terhadap

Penderita Pneumonia Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kapan dan Nulle

Timor Tengah (TTS)”.Berita Kedokteran Masyarakat XIX (3).

Mishra, V., Smith, Kirk R., Retherford, Robert D. (2005).Effect Of Cooking Smoke

And Environmental Tobacco On Acut Respiratory Infection In Young indian

Children. Population And Environment 26.5, 375-396. Tersedia dalam

:http://search.proquest.com/docview/199028959/13415DE681B3E64DBB/2?

accountid=34598

Mubarak, Iqbal wahid & Chayatin Nurul. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori

dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam. 2011. Konsep dan penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Jakarta: Salemba medika

Notoatmodjo. S. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rieneka Cipta

.2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rieneka Cipta

Parera Giro, S. 2004. Sehat Suatu Pilihan Bebas. Diakses dari: http//

www.indomedia.com

Perry and Potter, 2005. Fundamental of Nursing Edisi 4.Jakarta : EGC

Pintauli, S. 2004. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Skor DMF-T pada Ibu-ibu

Rumah Tangga Berusia 20-45 Tahun di Kecamatan Medan Tuntungan. Http :

//journal. Um. Ac. Id.

Rahmawati. 2012. Gangguan pernafasan pada anak: ISPA. Yogyakarta: Nurha

Medika

Santosa, G.2010. Masalah Batuk pada Anak. Continuing Education Anak. FK-

UNAIR.

Saryono, 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan.Yogyakarta: Mitra Cendikiawan

Setiadi. 2007. Konsep dan penulisan Riset keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Page 72: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

56

Simamora. H. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Ke-3. STIE YKPN.

Yogyakarta. Sutomo & Anggraini. 2010. Pertolongan Pertama Saat anak Sakit, Jakarta: Demedia

Sugiono. 2010. Statisti kuntuk Penelitian. Bandung: Alfa beta

Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, EGC, Jakarta.

Syafrudin, 2009. Promosi kesehatan untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: CV

Trans Info Medika

Shaleh, A. 2008. Panduan Lengkap Mendeteksi, Memahami, dan Mengatasi

Masalah-Masalah Kesehatan Anak Secara Medis dan Psikologis. Jogjakarta:

DIVA Press.

Wahyuti. 2012. Hubungan Antara Pengetahuan Orangtua Tentang Ispa Dengan

Kejadian Ispa Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Gatak Sukoharjo.

Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Wahidudin. 2012. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian ISPA padan anak

Balita Disesa Bontongan Kabupaten Enrekang. Skripsi. Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Indonesia. Jakarta

Wawan, A. dan Dewi, M. 2010. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia,

Yogyakarta: Nuha Medika

WHO. 2007. Pencegahan Dan pengendalian Infeksi saluran pernafasan Akut (ISPA)

yang cenderung menjadi epidemic dan pandemic di fasilitasi pelayanan

kesehatan. Diakses http:///www.who.incsr/resources/publication/ diakses pada

Januari 2014.

Page 73: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

LAMPIRAN

Page 74: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

Lampiran 1

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Dengan hormat,

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa STIKES PKU

Muhammadiyah PRODI DIII Keperawatan :

Nama : LIS HARTANTI

NIM : 2011.1358

Dengan ini saya mohon kesediaan saudara-saudara untuk menjadi responden

dalam penelitian saya guna penyusunan penelitian dengan judul ”Gambaran

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pertolongan Pertama ISPA Pada Balita Di

Desa Kayuapak Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo”.

Jawaban ibu saya jamin kerahasiannya dan hanya untuk kepentingan

penelitian, maka semua hal yang menyangkut jawaban atas pertanyaan yang

ditanyakan oleh peneliti mohon jawaban yang betul-betul obyektif dan jujur.

Atas kesediaan dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya

(Lis Hartanti)

Page 75: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : ………………………………………………..

Alamat : ………………………………………………..

Setelah memperoleh penjelasan dari peneliti tentang maksud dan tujuan

pengumpulan data, maka saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang

berjudul”Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pertolongan Pertama

ISPA Pada Balita Di Desa Kayuapak Kecamatan Polokarto Kabupaten

Sukoharjo” oleh Lis Hartanti.

Demikian persetujuan ini saya berikan untuk dapat digunakan sebagimana

mestinya.

Surakarta, Maret 2014

Responden

( )

Page 76: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

Lampiran 3

KUESIONER PENGETAHUAN TENTANG ISPA

Pilihlah salah satu dari jawaban yang telah tersedia dengan cara memberi tanda ( )

pada jawaban yang ibu anggap paling sesuai.

No. Responden : ………………………………………...(tidak diisi)

Nama responden : ……………………………………………………

Pendidikan : □ SD □ SMP □ SMA □ PT

Pekerjaan : □ Ibu Rumah Tangga □ Wiraswasta

: □ Pegawai Swasta □ PNS

: □ Lain-lain, sebutkan …….

Umur : ………………………………………………. Tahun

Nama Anak : …………………………. Umur : …………… Tahun

Berat Badan anak : ………………………. Kg.

No Pertanyaan Jawaban

Benar Salah

1 Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan

penyakit infeksi yang terjadi pada saluran pernafasan.

2 Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh kuman

3 Penyakit ISPA merupakan penyakit yang tidak dapat menular

4 Asap rokok tidak dapat memicu terjadinya ISPA.

5 Lantai rumah berdebu dapat menjadi faktor penyebab

terjadinya ISPA.

6 Ventilasi rumah dan jendela yang tidak dibuka dapat sebagai

penyebab anak mengalami batuk

7 Penyakit ISPA dapat menular melalui percikan ludah.

8 Penyakit ISPA dapat ditandai dengan pilek yaitu keluarkan

ingus dari hidung.

Page 77: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

9 Anak yang menderita ISPA tidak menunjukkan gejala

demam

10 Bagiana tubuh yang dapat terserang penyakit ISPA adalah

hidung.

11 Tenggorokan termasuk bagian tubuh yang dapat terserang

ISPA.

12 Status gizi pada balita tidak berpengaruh terhadap penyakit

ISPA.

13 Sering memberikan es pada anak tidak menjadikan anak sakit

pilek

14 Penyakit ISPA dapat dicegah dengan memberikan Air Susu

Ibu (ASI) pada anak yang masih balita.

15 Pemberian makanan yang mengandung empat sehat lima

sempurna dapat mencegah penyakit ISPA.

16 Anak yang menderita penyakit ISPA bisa ke Demam

17 Seandainya anak sakit, selalu mengerok dada dan punggung

anak dengan minyak kayu putih.

18 Anak yang demam salah satunya mengganti baju.

19 Anak yang panas diukur dengan thermometer.

20 Seandainya anak sakit Kompres dengan air hangat.

21 Saat anak sakit Demam Bisa diberikan obat tablet

Parasetamol

22 Seandainya anak Batuk Bisa di buatkan obat tradisional

seperti contoh jeruk nipis ½

sendok teh dicampur dengan

kecap atau madu ½

sendok.

23 Pemberian Air Putih dan Air Buah atau Jus dapat membantu

mengencerkan dahak.

24 Anak yang dikatakan ISPA Ringan dengan suhu tubuh lebih

dari 37 derajat celsius

25 Saat anak Panas Bisa di berikan Bawang Merah dengan cara

di lembutkan dan di tempelkan di kepala anak

Page 78: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi
Page 79: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi
Page 80: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi
Page 81: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi
Page 82: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi
Page 83: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi
Page 84: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi
Page 85: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi

Lampiran 7

Tabel Jadwal Penelitian

No Kegiatan

Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan judul

2 Pembuatan dan

revisi proposal

3 Ujian proposal

4 Revisi proposal

penelitian dan

pengurusan

perijinan

5 Melakukan

penelitian

6 Pengumpulan

data

7 Pengolahan data

8 Penyusunan

laporan

9 Ujian KTI

Page 86: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi
Page 87: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi
Page 88: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi
Page 89: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi
Page 90: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi
Page 91: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi
Page 92: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi
Page 93: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi
Page 94: Contoh Kti Pengetahuan Ibu Pada Pencegahan Ispa Bayi