[COMPLETE] Daily Lives of High School Boy, Ch 2

8
Daily Lives of High School Boys A Naruto Fanfiction All Character of Naruto © Masashi Kishimoto-Senpai Danshi Koukousei no Nichijou © Yamauchi Yasunobu Original Story © Vanille Yacchan Warning : OOC, AU, TYPO(S), DLDR Rated T . . . [#2 Cowok-Cowok SMA dan Gadis Cantik] “Aaaah~ sepulang sekolah enaknya ngapain, ya?” Naruto merenggangkan tubuhnya yang terasa melelahkan. “Kenapa tidak ke kedai ramen tersayangmu saja?” Usul Kiba. “Ha! Benar juga!” Sebuah cengiran lebar terpatri di paras bodoh Naruto. Sedangkan Sasuke yang sedari tadi sibuk mengarahkan matanya ke arah buku bacaan yang menurutnya menarik hanya melirik Naruto bosan. “Nee~ Teme kau mau ikut tidak?” Tanya Naruto sembari menyikut Sasuke, yang dipanggil hanya menengadahkan kepalanya dan melayangkan tatapan I-WILL-CINCANG-YOU!! Naruto menelan ludahnya, gugup. Ia sangat tahu perangai Uchiha Sasuke, tidak suka diganggu apabila sedang melakukan perihal yang ia sukai. Naruto menghela napas pelan, ia menatap Kiba yang kini terkekeh pelan. Tak ayal sebuah geraman bak beruang coklat besar terdengar dari arah Naruto. “APA.YANG.KAU.TERTAWAKAN.DOGGY-FACE?”

description

My Anime Naruto Fanfiction

Transcript of [COMPLETE] Daily Lives of High School Boy, Ch 2

Page 1: [COMPLETE] Daily Lives of High School Boy, Ch 2

Daily Lives of High School Boys

A Naruto Fanfiction

All Character of Naruto © Masashi Kishimoto-Senpai

Danshi Koukousei no Nichijou © Yamauchi Yasunobu

Original Story © Vanille Yacchan

Warning : OOC, AU, TYPO(S), DLDR

Rated T

.

.

.[#2 Cowok-Cowok SMA dan Gadis Cantik]

“Aaaah~ sepulang sekolah enaknya ngapain, ya?” Naruto merenggangkan tubuhnya yang terasa melelahkan. “Kenapa tidak ke kedai ramen tersayangmu saja?” Usul Kiba.

“Ha! Benar juga!” Sebuah cengiran lebar terpatri di paras bodoh Naruto. Sedangkan Sasuke yang sedari tadi sibuk mengarahkan matanya ke arah buku bacaan yang menurutnya menarik hanya melirik Naruto bosan.

“Nee~ Teme kau mau ikut tidak?” Tanya Naruto sembari menyikut Sasuke, yang dipanggil hanya menengadahkan kepalanya dan melayangkan tatapan I-WILL-CINCANG-YOU!!

Naruto menelan ludahnya, gugup. Ia sangat tahu perangai Uchiha Sasuke, tidak suka diganggu apabila sedang melakukan perihal yang ia sukai. Naruto menghela napas pelan, ia menatap Kiba yang kini terkekeh pelan. Tak ayal sebuah geraman bak beruang coklat besar terdengar dari arah Naruto. “APA.YANG.KAU.TERTAWAKAN.DOGGY-FACE?”

Kiba yang pada dasarnya bukan seseorang yang mudah menerima penghinaan secara diam-diam, urat sarafnya mengencang dan ia balas berteriak. “APA MASALAHMU RUBAH?”

Tak perlu menunggu kiamat akan datang atau bahkan monyet bertelur, perang mulut diantara sepasang makhluk anjing dan rubah itu menggema seantero lapangan sepak bola Konoha Private School Boys.

Sasuke yang mulai menyadari —atau bahkan sudah menyadari— telinganya yang suci itu ternistakan oleh kalimat-kalimat yang tak seharusnya patut dikatakan, maka ia memutuskan untuk meninggalkan kedua makhluk yang kini beradu makian-geraman-dan tatapan penuh nafsu untuk menghabisi lawan di depan mereka.

Tak lama sang Uchiha satu ini telah berada di depan gerbang sekolahnya. Rupanya mereka tak menyadariku, pikirnya. Ia menutup buku bacaan yang selama beberapa tahun telah menemaninya itu dan memasukkannya kedalam tas berwarna dark bluenya.

Page 2: [COMPLETE] Daily Lives of High School Boy, Ch 2

Sasuke menghela napas perlahan sembari kakinya menjajaki jalan beraspal, ia tak habis pikir bagaimana bisa berteman dengan kedua makhluk tak jelas itu? Semua orang di sekolah ini merasa segan dengannya, hanya gara-gara ia pewaris kekayaan Uchiha. Lain halnya dengan kedua makhluk itu. Entah kenapa walaupun Sasuke itu tipikal irit bicara, ia selalu nyaman bersama Naruto dan Kiba. Apakah mungkin kau sudah menganggap mereka sebagai sahabat, hei Uchiha?

“HOIII SASUKE!!” Sebuah teriakan menembus pendengaran Sasuke. Orang yang dipanggil hanya cuek, tetap melanjutkan langkah kakinya. Maka tak lama kedua makhluk tempramen itu berlari dan menyamakan langkah mereka dengan Sasuke. Terengah-engah, Naruto nyengir dan berkata, “Pasti kau setuju ‘kan dengan ajakanku makan ramen?”

Sasuke menoleh dan menatap Naruto. “Hn!”

“Itu kuanggap sebagai ucapan ‘ya’!” ucap Naruto seraya mengangkat bahunya. Kiba menyeringai ketika melihat tampang Sasuke yang memerah karena menahan emosi tentunya.

Dan setelah itu keheningan melanda ketiga makhluk adam itu.

“Nee~ Kiba!” seru Naruto memecahkan keheningan, Kiba menoleh menatap Naruto sembari menguap. “Ya?”

Naruto tampak jijik melihat teman sepermainannya itu. “Kau itu nampak seperti si-malas-berambut-nanas, tahu?”

Kiba menghendikkan bahunya, “Biar saja!”

“Eeeto...” Naruto menggaruk pipinya, “waktu ujian bahasa inggris no. 5 apa jawabanmu, Kiba?” Tanya Naruto sembari menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

Satu alis Kiba terangkat, “Apa baiknya sih menyamakan jawaban? Gak ada gunanya!”

Naruto menghela napas dalam. Bertanya dengan Kiba ternyata tak ada gunanya. Maka hanya Sasukelah orang satu-satunya yang tepat dalam hal ini. Bukankah Uchiha itu pintar? Sekalian saja ia mengetes kepintaran seorang Uchiha di sebelahnya ini. Sebuah seringaian nampak di wajah Naruto.

Naruto fokus menatap Sasuke. Sasuke yang merasa diperhatikan, ia segera menoleh dan hal pertama yang ia dapati adalah tampang Naruto yang dipenuhi hasrat menggebu-gebu. Sasuke menelan ludahnya, gugup. “A-apa?” Akh! Kenapa aku gugup? Uchiha seharusnya GAK GUGUP!! SIAL!!

“Santai saja Sasuke! Kau seperti ketahuan mencuri celana dalam Itachi, saja!” Mata Sasuke melotot. “HELL!! APA MAKSUDMU, HAH?” Andai fanfiction ini tidak bersetting AU maka Sasuke akan membakar hangus Naruto.

Page 3: [COMPLETE] Daily Lives of High School Boy, Ch 2

Naruto tersenyum garing. “Hehe... hanya bercanda kawan!! Aku hanya ingin bertanya, apa jawaban ujian Bahasa Inggrismu no. 5 minggu lalu? Kulihat kau yang pertama kali mengumpulnya.”

“Hn!”

Kening Naruto mengerut dalam. Karena Naruto bukanlah makhluk yang mengerti dengan ucapan ambigu Sasuke maka ia bertanya untuk memastikan apa gerangan dibalik kata ‘hn’ itu. “Apa maksudnya itu?”

“Hn!”

“Apa sih maksudnya? Aku itu bukan makhluk yang tidak jelas sepertimu Sasuke!” Seru Naruto. Tak ayal hal itu membuat urat saraf Sasuke mengencang. Kiba yang menyadari hal itu, sesegera mungkin menghalau Naruto apabila tidak ingin korban jatuh hanya gara-gara Sasuke mengamuk. “Sudahlah Naruto, kenapa sih kau bersikeras menyamakan jawabanmu?”

“Kiba, ini penting!” Teriak Naruto.

“Baka!”

“HAH?” Naruto dan Kiba menoleh ke arah Sasuke yang kini buka mulut.

“Kau itu bodoh Naruto!”

Naruto menggeram, “Apa maksudmu?”

“Waktu ujian lalu aku meminta soalnya, kau lihat saja sendiri!” Sasuke menyerahkan lembar kertas berwarna putih ke arah Naruto. Dengan gesit Naruto meraih dan membacanya dengan seksama.

Naruto memucat.

Kiba menahan tawa.

Sedangkan Sasuke meneruskan perjalanannya yang sempat tertunda. Lalu tak lama terdengarlah sebuah teriakan yang akan membuat telingamu tuli sepanjang hayatmu.

Sasuke menyeringai ketika mengerling Naruto yang mencak-mencak dan Kiba yang tertawa terbahak-bahak. Dasar Bodoh, tahu saja ujian Bahasa Inggris minggu lalu hanya 4 soal, kenapa dia bersikeras menyamakan jawabannya di no. 5?

Sasuke menggelengkan kepalanya, menyayangkan sahabat kuningnya yang terlampau bodoh. Tak jauh dari tempatnya, ia mendengar sebuah suara isakan. Sasuke bergidik, tak mungkin siang bolong begini, kan? Pikirannya berkecamuk. Karena penasaran mengalahkan segalanya, maka ia berinisiatif mencari sumber suara tersebut.

Dengan perlahan Sasuke menyembulkan kepalanya ke sebuah semak-semak yang menghubungkan jembatan yang di bawahnya sebuah sungai mengalir dengan derasnya.

Page 4: [COMPLETE] Daily Lives of High School Boy, Ch 2

“Ah! Siapa gadis itu, Sasuke?” Bisik seseorang yang berada disebelahnya.

Sasuke terkejut, namun dengan segera ia menetralisir kekagetannya. Sejak kapan Naruto dan Kiba sudah berada disampingku? Aku bahkan tak menyadarinya!

“Ah! Jangan-jangan gadis itu ingin bunuh diri!” Seru Kiba.

Dengan gesit Kiba dan Naruto keluar dari persembunyiannya dan menghampiri gadis itu sedangkan Sasuke mendengus, ia tak suka mengurusi permasalahan orang yang tak ia kenal. Tetapi buktinya ia tetap menghampiri Naruto, Kiba , dan gadis yang tak dikenalnya itu.

“No-nona! Bunuh diri itu gak baik!” Nasihat Naruto, merasa ada yang menegurnya gadis itu berpaling dan menatap Naruto. Gadis itu masih terisak, bahkan air matanya mengalir deras.

Naruto yang menatap paras gadis itu tercekat, sungguh maha karya Tuhan yang luar biasa. Gadis itu begitu cantik, rambutnya yang lurus berwarna hitam panjang, bibir cherry tipisnya yang mungil, dan iris obsidiannya yang begitu memikat. Tapi mau-maunya ia ingin mengakhiri hidupnya dengan begitu mudahnya. Bukankah ia sudah diberi sebuah kecantikan luar biasa? Ah! Mungkin karena banyak yang iri akan kecantikannya maka dari itu dia tak tahan lagi dan ingin bunuh diri! Naruto menyimpulkannya dalam batinnya.

“Kau ingin bunuh diri?” Tanya Kiba seraya mengelus tengkuknya.

Oh Kiba! Untuk apa kau bertanya lagi? Bukankah sudah jelas? Untuk apa lagi seorang gadis menangis dan memerhatikan dalamnya sungai dari atas jembatan? Tentu saja untuk bunuh diri. Bodohnya kau!

Sasuke mendengus di belakang Naruto dan Kiba. Satu lagi orang bodoh yang kutemui.

Iris obsidian gadis itu berkaca-kaca, “Aku tak tahan lagi!” serunya terisak.

Naruto yang tak tahan melihat seorang gadis menangis mencoba menenangkan gadis itu, tapi usahanya tak membuahkan hasil, gadis itu tetap saja menangis. Gadis itu selalu mengatakan ‘aku tak tahan dengan hidupku.’

Karena kesal akhirnya Sasuke meneriakkan sesuatu yang membuat mata Naruto dan Kiba terbelalak ngeri. “Ya sudah! Kalau kau tak mau menyia-nyiakan hidupmu di dunia ini, lebih baik kau mati saja.”

“APA?!?” Teriak Naruto dan Kiba bersamaan.

“Kau gila Sasuke, membiarkan seseorang bunuh diri itu tidak baik.”

Sasuke mendecih.

Gadis itu menundukkan kepalanya, “Baiklah, aku juga sudah tidak ingin hidup.” ucap gadis itu parau.

Page 5: [COMPLETE] Daily Lives of High School Boy, Ch 2

“Setidaknya apa permintaan terakhirmu?” tanya Naruto dengan mimik kecewa. Gadis itu mendongak, iris obsidiannya berkilat cerah, gadis itu tersenyum sembari langkahnya menghantarkannya ke depan cowok blonde yang kini nampak bingung.

“Dari dulu aku ingin sekali mencium laki-laki yang berambut pirang.”

Serempak ketiga makhluk adam itu melotot tak percaya. Gadis itu mendekati Naruto, berjinjit mencium bibir Naruto sekilas. Akh!! Ciuman pertamaku!! Teriak Naruto histeris. Kiba dan Sasuke yang melihat kejadian itu tak membiarkan matanya berkedip sekali pun.

Gadis itu tersenyum, “Arigatou!” Rona merah menjalar di wajah pemuda rubah itu. “Ha-ha’i!”

“Eeeto...memangnya kenapa kau ingin bunuh diri?” tanya Kiba yang sedari tadi penasaran.

Wajahnya yang semula ceria kini berubah sedih, “Kedua orang tuaku... lalu keluargaku...” Gadis itu menjeda dengan efek dramatis. Naruto dan Kiba menelan ludah, gugup. Bahkan Sasuke yang berada di belakang Naruto dan Kiba mendengarkan dengan seksama. “anooo... mereka menentangku berpakaian dan berdandan seperti ini...”

Perlu beberapa saat mereka menanamkan ucapan gadis itu di dalam otak mereka.

.

.

.

Krik... krik...

.

.

.

Serempak ketiga pemuda itu memucat. It-itu artinya, dia... Batin ketiga pemuda itu.

Naruto bagai masuk ke sebuah lubang hitam yang dalam dan terhempas dengan kerasnya. Ci-ci-ci-ciuman pertamaku!?!? Dengan gesit ia berbalik memutar tubuhnya dan melangkahkan kakinya secepat mungkin meninggalkan tempat itu. Kiba dan Sasuke mengekor, sedangkan sang gadis yang merasa aneh dengan ketiga pemuda itu mengerutkan keningnya.

Kalau bisa aku saja yang ingin bunuh diri, daripada dicium banci itu. Pikir Naruto pahit.

.

.

-Owari-