COATING LENSA FILTER ANTI JAMUR KAMERA DSLR …jurnal.umrah.ac.id/.../2017/08/SKRIPSI2.pdf ·...
Transcript of COATING LENSA FILTER ANTI JAMUR KAMERA DSLR …jurnal.umrah.ac.id/.../2017/08/SKRIPSI2.pdf ·...
COATING LENSA FILTER ANTI JAMUR KAMERA DSLR
BERBASIS MATERIAL ORGANIK DARI EDIBLE FILM
CHITOSAN
ISTIQOMAH
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
COATING LENSA FILTER ANTI JAMUR KAMERA DSLR
BERBASIS MATERIAL ORGANIK DARI EDIBLE FILM
CHITOSAN
ISTIQOMAH
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
ABSTRAK
ISTIQOMAH.Coating Lensa Filter Anti Jamur Kamera DSLR Berbasis Material
Organik dari Edible Film Chitosan. Jurusan Teknologi Hasil Perikanan Fakultas
Ilmu Kelutan dan Perikanan Pembimbing oleh R. Marwita Sari Putri S.Pi., M.Si
dan Azwin Apriandi S.Pi., M.Si
Coating lensa filter kamera DSLR merupakan suatu lapisan tipis pada
permukaan lensa. Lensa filter fotografi berfungsi sebagai pelindung elemen lensa
depan dari debu, kotoran, kelembapan dan potensi tergores, selain itu sebagai efek
yang efisien untuk menghasil foto yang dibidik DSLR. Beberapa penelitian
melaporkan bahwa kitosan mempunyai potensi untuk mengikat banyak komponen
seperti protein. Muatan positif dari gugus NH3+ pada kitosan dapat berinteraksi
dengan muatan negatif pada permukaan sel bakteri yang dapat membantu
mekanisme lensa filter kamera. Selama ini seperti yang kita ketahui limbah udang
di Indonesia hanya dimanfaatkan untuk pakan ternak, hidrolisat, protein, silase,
bahan baku terasi, petis, dan kerupuk udang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
elongasitas edible film kitosan dengan konsentrasi sorbitol 0,2%, 0,4%, 0,6%
mengalami peningkatan sebesar 4%, 5%, 10%, begitu juga ketebalan edible film
mengalami kenaikan seiring bertambahnya sorbitol yaitu sekitar 0,025, 0,028 dan
0,034 mm sementara untuk Kuat Tarik mengalami penurunan pada konsentrasi
sorbitol 0,6% yakni sebesar 0,0044 MPa. Uji anti jamur menunjukkan bahwa
jamur yang tumbuh pada Kamera DSLR tidak dapat tumbuh pada media PDA dan
Aplikasi edible film kitosan pada kamera DSLR belum menempel sempurna.
Kata kunci: coating,DSLR, edible film, jamur, kitosan
ABSTRACT
ISTIQOMAH. Coating Anti-fungal Lens Filter Organic Material-Based DSLR
Camera From Edible Film Chitosan. Technology of Fishery Product Department,
Faculty of Marine Sciences and Fisheries, Raja Ali Haji Maritime University.
Supervisor R. Marwita Sari PutriS.Pi., M.Si. andAzwin Apriandi S.Pi., M.Si.
Coating lens filter camera DSLR form certain coat of thin at the surface lens.
The funcion is to hold back reflection of the light and protection form various of
danger, for example is the fungus. Photogrhapy funcioned as a protector of elment
front, dust and dumpness. Organic material can be modification as filter lens is
chitosan. Contains positif group NH3+ at chitosan can be interaction with cotent
negative at the surface of sel bacteri have been to help mechanism to lens filter
camera. During the time, like we know waste the shrimp in Indonesia just can be
exploite to woof livestock, hydrolisat, protein, silase, material basic of fermented
of shrimp, petis and chips of shrimp. The result of research showed that
elongasitas edible film chitosan with consentrate sorbitol 0,2%, 0,4%, 0,6% has
ben upgrade equol 4%, 5% , 10% like a thickness edible film experience increase
in a row more sorbitol is arround 0,025mm, 0,028mm and 0,034 mm while to
strong pull experience taking down at contsentrate sorbitol 0,6% taht is more
0,0044 MPa. Test resisten of fungus showed that fungus have been grow at the
camera DSLR an not grow at the media PDA and aplication edible film chitosan
at camera DSLR not yet be right up next to perfectly.
Keyword :chitosan, coating, DSLR, edible film, fungy
© Hak cipta milik Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tahun 2017
Hak Cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Universitas Maritim Raja Ali Haji, sebagian atau seluruhnya dalam
betuk apa pun, fotokopi, microfilm, dan sebagainya
COATING LENSA FILTER ANTI JAMUR KAMERA DSLR
BERBASIS MATERIAL ORGANIK DARI EDIBLE
FILMCHITOSAN
ISTIQOMAH
NIM. 130254244005
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
2017
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kelimpahan
rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan
baik.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
GelarSarjana di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja
Ali Haji. Skripsihasil penelitian ini berjudul “Coating Lensa Filter AntiJamur
Kamera DSLR Berbasis Material Organik Dari Edible Film Chitosan”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telahmembantu penulis selama penyusunan skripsi ini , terutama kepada:
1. Ibu R. Marwita Sari Putri S.Pi., M.Si selaku dosen pembimbing utama,
atas segala dukungan, pengarahan serta dukungan kepada penulis.
2. Bapak Azwin Apriandi S.Pi., M.Si selaku dosen pembimbing
pendamping sekaligus kepala Jurusan Teknologi Hasil Perikanan.
3. Bapak Made Suhandana S.Pi., MSi dan Bapak Ginanjar Pratama S.Pi.,
M.Si selaku dosen penguji.
4. Ayah dan Ibu yang memberikan semangat, nasihat dan motivasi untuk
menyelesaikan laporan ini.
5. Kak Dewi Soviariani dan Kak Rahmad Ferdinanto A.Md yang
memberi motivasi dan Inspirasi.
6. Bapak Dian Wirdhana, S.Kom selaku fotografer sekaligus kepala
jurusan Multimedia SMK N 4 Tanjungpinang periode 2010-2013 yang
masih memberikan ilmunya hingga sekarang.
7. Ibu Fadilah, S.Pd guru bahasa Indonesia SMK N 4 Tanjungpinang
yang memberikan motivasi dan dukungan.
8. Rekan-rekan YISF (Youth Islamic Studies Forum) yang memberikan
semangat ilmuwan muslim yang menginspirasi, terutama penemu
kamera obscura ibnu Al-Haitsam. Salut serta kagum atas
penemuannya.
9. Kak Inggar Pradipta yang sudah berbagi ilmu tentang kepenulisan dan
sastra.
10. Teman-teman BDP, THP, Kimia angkatan 2013 dan 2014 terutama
sahabatku Yulaika Afriani, kakak senior Elza Septiani, Rully
Probondani, adik-adik yang saya banggakan Annisa, Kholijah dan
Permatasari yang memberikan masukan dan saran untuk penulis
menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Oleh karena itu diperlukan saran dan masukan yang membangun untuk
penyempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pihak-
pihak yang memerlukannya.
Tanjungpinang, Juli 2017
Istiqomah
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kijang, Bintan Timur pada tanggal 01 Juli 1995 dari
Ayah Achmadi dan Ibu Nurmaini. Penulis merupakan putri ke tiga dari empat
besaudara.
Tahun 2007 penulis menamatkan pendidikan formal di SD Negeri 009 Bintan
Timur, kemudian SMP Negeri 3 Bintan dan lulus tahun 2010, pada tahun 2013
penulis menamatkan pendidikan SMK Negeri 4 Tanjungpinang.
Pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas Maritim Raja Ali Haji
(UMRAH) melalui jalur mandiri. Penulis diterima pada Jurusan Teknologi Hasil
Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Martim Raja Ali
Haji (UMRAH).
Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam berbagai event ajang kompetisi
paper nasional diantaranya ialah lolos sebagai semifinalis dalam acara
“EXPLOSCIENCE 2017” di Institut Pertanian Bogor, lolos abstrak LKTInasional
2016 di UNJ dan Juara I LKTI Tingkat Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
serta juara II LKTI pada tahun 2015 tingkat Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Penulis menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan judul “Coating Lensa Filter
Anti Jamur Kamera DSLR Berbasis Material Organik Dari Edible Film
Chitosan.”
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .............................................................................................. i
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
Latar Belakang ............................................................................................ 1
Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
Tujuan ......................................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 4
2.1. Kitosan ................................................................................................. 4
2.2.Coating Lensa Filter Fotografi .............................................................. 5
2.3. Chitosan Sebagai Edible Film Anti Jamur ........................................... 6
BAB III. METODE PENELITIAN ......................................................... 8
3.1. Waktu dan Tempat ............................................................................... 8
3.2. Alat dan Bahan ..................................................................................... 8
3.3. Prosedur Edible Film............................................................................ 8
3.3.1. Pembuatan edible film ....................................................................... 8
3.4. Uji Fisik Edible Film ............................................................................ 11
3.4.1. Analisa Ketebalan ............................................................................. 11
3.4.2. Analisa Elongitas dan Kuat Regang Putus ........................................ 11
3.5. Uji Sifat Anti Jamur ............................................................................ 12
3.5.1. Analisa Coating Anti Jamur .............................................................. 12
3.5.2. Analisa Coating Edible Film Kamera DSLR .................................... 12
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 13
4.1. Edible film kitosan ............................................................................... 13
4.2. Hasil Uji ............................................................................................... 14
4.2.1. Ketebalan........................................................................................... 14
4.2.2. Elongasitas ........................................................................................ 16
4.2.3. Kuat Tarik ........................................................................................ 17
4.3. Uji Sifat Anti Jamur Pada Kamera DSLR ........................................... 18
4.3.1. Analisa Anti Jamur Edible Film ........................................................ 18
4.3.2. Aplikasi CoatingEdible Film Kamera DSLR ................................... 20
BAB V. PENUTUP .................................................................................... 24
5.1. Kesimpulan .......................................................................................... 24
5.2. Saran ..................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 25
LAMPIRAN ............................................................................................... 30
ii
DAFTAR GAMBAR
1. Struktur molekul kitin kitosan ................................................... 4
2. Lensa kamera dari resin sintesis ................................................ 5
3. Diagram alir proses pembuatan edible film kitosan .................. 10
4. Edible film kitosan .................................................................... 13
5. Grafik uji ketebalan edible film kitosan .................................... 14
6. Grafik hasil uji elongasitas edible film kitosan ......................... 16
7. Grafik hasil uji kuat tarik edible film kitosan ........................... 17
8. Edible film pada media PDA .................................................... 18
9. Edible film kitosan dibawah miroskop ..................................... 19
10. Edible film pada lensa UV kamera DSLR ................................ 20
11. Hasil pemotretan edible film kitosan ........................................ 22
iii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kitosan ............................................................................................ 30
2. Perhitungan Ketebalan .................................................................... 30
3. Perhitungan Elongasitas .................................................................. 30
4. Perhitungan Kuat Tarik ................................................................... 31
5. Proses Pembuatan Edible Film ....................................................... 33
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Limbah udang yang melimpah berpotensi menimbulkan pencemaran
lingkungan, karena sifatnya yang mudah terdegradasi secara enzimatik oleh
mikroorganisme. Selain itu, limbah juga memerlukan tempat tertutup yang luas
untuk menampungnya. Selama ini, sebagaimana kita ketahui limbah udang di
Indonesia hanya dimanfaatkan untuk pakan ternak, hidrolisat, protein,silase,
bahan baku terasi, petis dan kerupuk udang. Sementara itu, limbah udang di
negara-negara maju telah diisolasi kitinnya menjadi kitosan.Udang merupakan
komoditas sektor perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan menjadi
salah satu komoditas eksport unggulan (Arif, 2013). Data statistik Dirjen
Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan, produksi total udang
nasional tahun 2014 mencapai 592.219 ton dan jumlah ekspor udang dalam
bentuk beku tanpa kepala dan kulit tahun 2014 mencapai 250.000 ton ke pasar
dunia (DJPBKKP 2015).
Teknologi dibidang fotografi telah banyak mengalami perkembangan,
diantaranya ialah produksi lensa filter dengan kemampuan fluorescense sinar UV
(Pereira 2010), filter digunakan untuk mendapatkan efek-efek yang bermanfaat
untuk memanipulasi citra. Pengolahan citra secara digital juga telah diterapkan
dalam berbagai bidang dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya dalam bidang
fotografi dan perfilman, bidang teknologi dan komunikasi, bidang kedokteran, dan
lain-lain (Rohmah et al. 2014). Material organik yang sering digunakan
untukbahan lensa filter fotografi kamera DSLR (digital single lens reflect) ialah
resin, seperti yang dilansir dalamUnited States Patent Office (1940).
Material organik yang berasal dari perairan yang dapat dimanfaatkan sebagai
pengganti resin adalah kitosan. Kitosan merupakan biomaterial yang dapat
dimanfaatkan sebagai coating film lensa filter kamera DSLR. Beberapa penelitian
tentang kitosan sebagai coating film adalah mampu selektif permeabel terhadap
gas sehingga efektif dan mengontrol difusi berbagai gas yang berpotensi menjaga
lensa filter dari gangguan mikroba seperti jamur (Suptijah et. al., 2008). Menurut
Sejati (2014), bahwa kitosan dapat menyerap zat warna diantaranya ialah zat
2
warna direct black 38, zat warna procion red dan zat warna foron yellow yang
membantu mekanisme lensa filter fotografi sebagai penyerap gelombang warna
yang tajam.
Kitosandapat dimodifikasi dengan komponenlain (kompatibel) membentuk
gugus reaktif terhadap logam berat, diantaranyadibentuk komplek dengan logam
Cu yang dapat digunakan sebagai katalisdalamreaksi oksidasi ardenalin
(Suptijah2006). Hal ini dapat dimanfaatkan darikitosanyang dimodifikasi
sebagaicoatingfilmlensafilter fotografi kamera DSLR. Coating lensa filter kamera
DSLR merupakan suatu lapisan tipis pada permukaan lensa. Fungsinya menahan
pantulan cahaya dan melindungi lensa dari berbagai bahaya, misalnya jamur
(Dharmawan 2016). Sebagai terobosan baru pemanfataan limbah kulitudang
sebagai kitosan dapat menjadi solusi ramah lingkungan danterbarukan dalam
peningkatan di bidang fotografi.
1.2.Rumusan Masalah
Potensilimbah kulit udang masih dimanfaatkan sebagai kerupuk, silase,
hidrolisat, terasi, pakan ikan, kitin dan kitosan. Sebagai terobosan baru, maka
limbah kulit udang yang melimpah diharapkan mampu untuk dikembangkan
menjadi coating (lapisan) pelindung lensa filter kamera DSLR biomaterial yang
ramah lingkungan dan terbarukan. Lensa filter kamera DSLR masih rentan
terhadap jamur yang akan mempengruhi kualitas dan ketajaman gambar hasil
bidikan kamera DSLR, sehingga perlu penanganan lebih lanjut untuk mengatasi
hal tersebut. Coating merupakan perlindungan yang mungkin diterapkan, namun
perlu modifikasi sehingga lebih efektif dan efisiendalam melindungi lensa
kamera. Kitosan merupakan biomaterial yang menjanjikan untuk dilakukan
modifikasi dalam bentuk lembaran edible film sebagai coating lensa filter kamera
DSLR yang lebih efektif dan efisien serta ramah ingkungan.
1.3.Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari analisis sifat fisik edible film kitosan
2. Mempelajari analisis anti jamur dari edible film kitosan
3
3. Mempelajari aplikasi edible film pada kamera DSLR
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kitosan
Kitosan adalah polisakarida yang banyak terdapat di alam setelah selulosa.
Kitosan merupakan suatu senyawa poli (N-amino-2deoksi β-D-glukopiranosa)
atau glukosamin hasil deasetilasi kitin/poli (N-asetil-2 amino-2-deoksi β-D-
glukopiranosa) yang diproduksi dalam jumlah besar di alam, yaitu terdapat pada
limbah udang dan kepiting yang cukup banyak terdapat di Indonesia. Pemanfaatan
limbah kulit udang sebagai kitosan selain dapat mengatasi masalah lingkungan
juga dapat menaikan nilai tambah bagi petani udang (Ramadan et. al. 2010).
Kitosan mempunyai sifat spesifik yaitu adanya sifat bioaktif, biokompatibel,
pengkelat, antibakteri dan dapat terbiodegrasi. Kualitas kitosandapat dilihat dari
sifat intrinsiknya, yaitu kemurniannya, massa molekul, dan derajatdeasetilasi.
Umumnya kitosan mempunyai derajat deasetilasi 75-100% (Ramadan et. al.
2010). Massa molekul kitosan dan distribusinya berpengaruh terhadap sifat-
sifatfisiko-kimia polisakarida, seperti sifat reologikitosan, fleksibilitas rantai.
Derajat deasetilasi dan massa molekul kitosan hasil deasetilasi kitin pada dasarnya
dipengaruhi oleh konsentrasi alkali/basa,rasio larutan terhadap padatan, suhu dan
waktureaksi, lingkungan/kondisi reaksi selamadeasetilasi (Ramadan et. al. 2010).
Struktur kimia kitosan dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Strukur molekul kitin dan kitosan
Sumber : (Prayitna, 2009)
Gambar 1 Strukutur molekul kitin dan kitosan
(Prayitna, 2009)
5
Konsentrasi alkali, rasio padatan dan larutan yang tinggi dapat menfasilitasi
proses deasetilasi menghasilkan kitosan yang memiliki sifat fisiko-kimia yang
memenuhi syarat untuk berbagai aplikasi. Oleh karena itu, untuk memperoleh
informasi tentang metode deasetilasi kitin menjadi kitosan, telah dilakukan studi
tentang proses deasetilasi kitin menjadi kitosan secara bertahap dan pengaruhnya
terhadap derajat deasetilasi dan massa molekul kitosan.
2.2. Coating Lensa Filter Kamera
Coating lensa filter kamera DSLR merupakan suatu lapisan tipis pada
permukaan lensa. Fungsinya menahan pantulan cahaya dan melindungi lensa dari
berbagai bahaya, misalnya jamur (Dharmawan 2016). Lensa filter fotografi
berfungsi sebagai pelindung elemen lensa depan dari debu, kotoran, kelembapan
dan potensi tergores, selain itu sebagai efek yang efisien untuk menghasil foto
yang dibidik DSLR. Sejak permulaan penemuan filter fotografi telah
digunakannya resin sebagai coating lensa filter fotografi. Menurut Atkins, (1940)
filter cahaya yang digunakan dalam fotografi tergantung pada penggunaan gelatin
sebagai media filter, pewarna yang dilarutkan atau didispersikan dalam gelatin
untuk penyaringan cahaya. Penemuan-penemuan berlanjut dengan mengganti
gelatin sebagai media filter dengan resin sintesis. Senyawa ini, biasanya tidaklarut
dalam air, atas dasar inilah digunakan resin sebagai pembuatan bahan coating
lensa filter fotografi.(Gambar 2)
Gambar 2 Lensa filter kamera dari resin sintetsis
(Atkins, Mattehws 1940)
6
Resin adalah eksudat (getah) yang dikeluarkan oleh banyak jenis tetumbuhan,
terutama oleh jenis-jenis pohon runjung (konifer). Getah ini biasanya membeku,
lambat atau segera, dan membentuk massa yang keras dan, sedikit banyak,
transparan (Atkins, Mattehws 1940). Ini berarti komponen lensa filter fotografi
bersumber darimaterial organik dan mampu diadaptasi dari sumber organik lain
yang mampu menyerupai mekanismenya. Saat ini, bahan organik yang bersumber
dari perikanan ialah limbah kulit udang dan rajungan yang diekstraksi menjadi
kitin dan kitosan dimana memiliki potensi sebagai lensa kontak (M et al.
2016).Lensakontakbaik yang “hard lens” maupun yang “soft lens” dapat dibuat
dari polimer kitin karena kitin mempunyai sifat permeabilitas yang tinggi terhadap
oksigen (Katili et al. 2013). Selain itu pula, kitin dan kitosan dapat digunakan
sebagai pembungkus kapsul karena mampu melepaskan obatnya ke dalam tubuh
secara terkontrol. Kitin berbentuk kristal, tidak larut dalam pelarut biasa tetapi
larut dalam larutan asam kuat. Kitin mudah mengalami degradasi secara biologis,
tidak beracun, tidak larut dalam air, asam anorganik encer dan asam-asam organic
tetapi larut dalam larutan dimetil asetamida dan lithium klorida. Sifat lain dari
kitin adalah mampu mengikat logam seperti Fe, Cu, Cd dan Hg, serta mempunyai
sifat adsorpsi. Kitin sulit dicerna oleh tubuh, dapat mengikat racun, kolesterol dan
glukosa dalam tubuh (Ditjen Perikanan, 1989).Kitosan mempunyai bentuk kristal
rombik dengan struktur saling silang antar bentuk alfa, beta dan gamma.
Membentuk suatu matriks seperti resin sehingga cocok digunakan sebagai
adsorben atau agen amobilisasi. Senyawa tersebut dapat dipadukan dengan
komponen lain sehingga membentuk campuran yang mampu mengabsorpsi lebih
kuat dalam absorpsi logam berat (Kawamura, 1993).
2.3. KitosanSebagai Edible Film Anti Jamur Pada Lensa
Skurtys et al. (2009) mendefinisikan edible filmsebagai lapisan tipis yang
dapat dikonsumsidan digunakan sebagai pelapis ataupun penghalang
antara makanan dan lingkungan sekitarnya.Ediblefilm diklasifikasikan ke dalam
tiga kategoriberdasarkan sifat komponen yaitu hidrokoloid (proteindan
polisakarida), lemak (asam lemak, asilgliserolatau malam), dan komposit
(campuran hidrokoloid danlemak).Ediblefilm diklasifikasikan ke dalam tiga
7
ktegori berdasarkan sifat komponen yaitu hidrokoloid (proteindan polisakarida),
lemak (asam lemak, asilgliserolatau malam), dan komposit (campuran
hidrokoloiddan lemak) (Nurhayati, Agusman, 2011). Mekanisme utama
pembentukan film pada polisakarida adalah pemutusan segmen polimer dan
pembentukan kembali rantai polimer ke dalam matriks lapisan atau gel yang
biasanya dicapai dengan penguapan pelarut sehingga menciptakan ikatan hidrogen
yang hidrofilik maupun ikatan silang elektrolit dan ionik (Caneret
al.1998).Pembuatan edible film kitosan dilakukan dengan melarutkan kitosan
dalam pelarut asam (Nurhayati, Agusman 2011). Penggunaan asam pada
pelarutan kitosan telah dipelajari oleh Nadarajah et al. (2006) yang menggunakan
beberapa jenis asam, seperti asam asetat, laktat, formiat, malat, dan propionat
dalam pembentukan edible film.
Kitosan dan turunannya telah dimanfaatkan untuk berbagai bidang
misalnya pangan, mikrobiologi, kesehatan, pertanian dan sebagainya. Kitosan
memiliki keunggulan, yaitu memiliki struktur yang mirip dengan serat
selulosa yang terdapat pada buah dan sayuran ( Rahardiyani, 2011). Keunggulan
lain yang sangat penting adalah kemampuannya sebagai bahan pengawet yang
dapat mengahambat berbagai pertumbuhan mikroba perusak makanan,
kitosan juga dapat menghambat pertumbuhan berbagai mikroba penyebab
penyakit tifus yang resisten terhadap antibiotik yang ada (Rahardiyani, 2011).
Kitosan sebagai polimer film dari karbohidrat lainnya, memiliki sifat selektif
permeable terhadap gas-gas CO2 dan O2, tetapi kurang mampu
menghambat perpindahan air (Rahardiyani, 2011). Kitosan merupakan salah
satu jenis polisakarida turunan kitin mempunyai sifat dapat membentuk film yang
kuat, elastis, fleksibel dan sulit dirobek sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
bahan pengemas (Caner et al.,1998). Jenis kemasan yang banyak dibuat dari
kitosan adalah jenis edible film atau coating (Rahardiyani, 2011). Kitosan
memiliki sifat biodegradable dan biokompatibel, tidak mengandung racun
dan banyak digunakan dalam industri. Kitosan dan turunannya merupakan
antimikroba alami dan beberapa studi telah membuktikan kemampuan kitosan
sebagai antimikroba (Rahardiyani, 2011).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan dari tanggal 11 April- 15Juni 2017 di laboratorium
Marine BiotechnologyFakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim
Raja Ali Haji Tanjungpinang dan Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu
hasil Perikanan (LPPMHP) Tanjung Unggat.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang diperlukan dalam penelitian ini diantaranya ialah timbangan
analitik Ohaus , hot plateBiosan, gelas ukur iwaki 100 ml, beker gelas iwaki100
ml, pipet tetes iwaki 1 ml, thermometer, plat kaca ukuran 20 cm x 20 cm, Kemera
DSLR Nikon AFS nikkor 18-55mm, lensa filter UV Nikon, penjepit dan
micrometer secrup. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah kitosan 2 %
(w/v), sorbitol sebanyak 0,2%, 0,4% dan 0,6 % (w/w), asam asetat 1 % dan PDA
untuk menguji anti jamur pada edible film pada lensa filter UV kamera DSLR.
3.3.Prosedur Penelitian
Penelitian meliputi beberapa tahapan, tahap pertama pembuatan sampel, tahap
kedua analisa sifat fisik, dan anti jamur edible film kitosan sebagai lensa filter
kamera DSLR.
3.3.1. Pembuatan Edible Film
Proses pembuatan edible film kitosan adalah modifikasi metode Vojdani dan
Torres prosedur pembuatan telah dilakukan oleh Katili et al.,sebagai
berikut:Masing-masing kitosan sebanyak 2% dilarutkan dengan 100 ml asam
asetat 1 %. Proses pelarutan dilakukan dengansedikit demi sedikit supaya
terbentuk gel campuran kitosan dan asam asetat glasial secara sempurna. Larutan
kitosan dipanaskan pada suhu 50 oC diatas hot plate selama 60 meni dengan
pengdukan stirer. Proses ini menyempurnakan pembentukan gel campuran
kitosan dan asam asetat glasial. Larutan kitosan kemudian divakum dan disaring
dengan bantuan pompa vakum, agar gelembung udara dan kotoran yang
terperangkap di dalalarutan dapat hilang. Kemudian larutan kitosan dipanaskan
9
kembali dengan suhu 50 oCselama 15 menit, selama pemanasan dilakukan
pengadukan dan penambahan plasticizer sorbitol (0,2 %, 0,4%, dan 0,6%)
pengadukan dilakukan untuk mencegah pembentukan gumpalan kitosan. Selama
pencampuran dan pemanasan larutan film terjadi reaksi antara kitosan dan asam
asetat glasial dengan penambahan sorbitol.
Setalah batas waktu 15 menit tercapai, diharapkan campuran telah homogen.
Larutan edible film kitosan dituang kemedia cetak yang berupa akrlik (20 x 20
cm2) yang sebelumnya terlebih dahulu dibersihkan dengan alkohol 96 %.
Kemudian edible film yang telah siap didinginkan pada suhu kamar selama kurang
lebih 24 jam, pendinginan ini dimaksudkan agar larutan edible film kitosan
tersebut membeku dan membentuk lembaran edible kitosan. Lembaran edible
film kitosan kemudian dikelupas dari media cetak, untuk kemudian dilakukan
pengujian terhadap sifat fisik dari edible film kitosan tersebut alur proses
pembuatan edible film kitosan dapat dilihat pada Gambar 3.
10
Sumber: (Katili 2
Gambar 3 Diagram Alir Proses pembuatan edible film kitosan (Katili 2011)
Kitosan 2%
Pelarutan dalam 1% asam asetat 50oC, 1 jam
Penambahan 0,2%, 0,4%, 0,6% sorbitol sebagai plasticizer,
aduk sampai 15 menit
Penyaringan
Larutan Edible
Pencetakan larutan pada plat kaca ukuran 20 x 20 cm2
Pengeringan suhu ruang selama 24 jam
Edible film kitosan anti jamur
11
3.4.Uji Sifat Fisik Edible Film
Sifat fisik adalah sifat zat yang mengarah ke strukturnya Pengujian sifat fisik
dilakukan agar mengetahui nilai permeabilitas suatu edible film. Nilai ini perlu
diketahui karena digunakan untuk menentukan produk yang sesuai dengan coating
yang diharapkan (Coniwanti et. al. 2014).
3.4.1. Analisa Ketebalan
Pengujian ketebalan edible film dilakukan dengan metode Poeloengasih (2003),
dimana nilai ketebalan didapatkan dari rata – rata hasil pengukuran pada empat
titik yang berbeda pada sampel yaitu bagian setiap sudut dan tengah edible film.
Pengukuran ketebalan ini menggunakan alat micrometer scrup. Selanjutnya akan
di beri perlakuan ketebalan dengan variasi edible film, ketebalan edible film
dipengaruhi oleh plasticizer yang digunakan. Penambahan konsentrasi gliserol
sebagai plasticizer mengalami peningkatan ketebalan (Coniwanti et al. 2014).
Sehingga perbedaan sifat ketebalan pada edible film ditentukan banyaknya
konsentrasi sorbitol yang diperlukan.
3.4.2. Analisa Elongasitas dan Kuat regang putus
Pengujian Elongasitas dan kuat regang putus dilakukan secara sederhana, yakni
sebagai berikut : sampel edible film dipotong dengan ukuran (2 x 10) cm,
kemudian dikaitkan dengan penjepit secara horizontal yang dihubungkan dengan
beban total 1 kg (satuan 10 gram). Kekuatan tarik ditentukan dengan
melihatbeban maksimum pada saat film putus dan elongasi dilakukan pada
penambahan panjang film saat film putus. Untuk menghitungnya digunakan
rumus sebagai berikut:
Presentasi Elongasi dihitung menggunakan persamaan berikut :
Kuat Tarik = aya (Ne ton)
Luas sampel (mm2)
Elongasi (%) = panjang setelah putus-panjang a al
panjang a al 100
12
3.5. Uji Sifat Anti jamur Edible Film
3.5.1. Analisa Anti Jamur Edible Film Lensa Filter kamera DSLR
Pengujian aktivitas anti jamur secara kualitatif dilakukansesuai metode (Ström,
2005). Media yang digunakan adalahPDA dalam cawan yang ditambah dengan
spora jamur, spora jamur didapatkan dari jamur lensa Kamera DSLR. Sampel
edible film yangakan diuji dipotong menggunakan alat pembolong kertas.
Sebanyak 1 ml mikroba lensa kamera DSLR yang telah diencerkan menggunakan
larutan fisiologis dimasukkan ke dalam cawan petri. Kemudian di dalam cawan
petri tersebut dimasukkan PDA (Potatto Dextrose Agar).Setelah agar mengeras,
sampel edible filmkemudian ditanam ke dalam media. Sampelkemudian disimpan
di dalam inkubator dengan suhu 30 0C, selama 2 hari. Jika masih terdapat area
bening pada PDA maka dinggap memiliki aktivitas anti jamur Coniwanti (2014).
3.5.2.Analisa Coating Edible Film Kamera DSLR
Pengujian anti jamur pada kamera DSLR dilakukan dengan cara
mengamati hasil foto lensa filter biasa dan lensa filter dengan coating anti jamur
dari edible film kitosan dengan masing-masing ketebelan ediblefilm yang berbeda
diantaranya dengan ketebalan menggunakan konsentrasi sorbitol berkisar 0,2%,
0,4%, 0,6%. Edible film dilekatkan bagian depan lensa filter sebagai coating
kemudian dipasangkan pada kamera DSLR untuk memotret objek yang
diperlukan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Edible Film Kitosan
Film yang dihasilkan padapenelitian ini berwarna putih bening, penelitian
Suprioto (2010) mangungkapkan warna edible film dari kitosan murni cenderung
berwana kuning disebabkan oleh sifat alami bahan dan penggunaan plasticizer.
Karakteristik edible film kitosan meliputi ketebalan, elongasitas, kuat tarik,
aplikasi pada kamera dan analisa anti jamur. Berikut edible film kitosan
ditunjukkan pada Gambar 4.
a. b. c.
Gambar 4. Edible film kitosan
Gambar 4 Edible Film Kitosan
Keterangan: a. Edible film sorbitol konsentrasi 0,2 %, b. Edible film sorbitol konsentrasi 0,4 % dan
c. Edible film sorbitol konsentrasi 0,6%
Berdasarkan Gambar 4 edible film kitosan hasil penelitian, Gambar 4 a.
menunjukkan edible filmkitosan dengan konsentrasi sorbitol 0,2 % memiliki
permukaan yang tipis dan tidak rata, Gambar 4b. edible film kitosan dengan
konsentrasi 0,4% memiliki permukaan yang tebal dan permukaan rata sedangkan
Gambar 4c. edible film kitosan dengan konsentrasi sorbitol 0,6 % memiliki
permukaan yang lebih baik dibanding edible film kitosan dengan konsentrasi 0,2
% dan 0,4 % memiliki tekstur yang padat sehingga mudah dilepaskan pada
cetakan. Edible film memiliki daya rekat yang sangat kecil, karena semakin lama
penyimpanan edible film kitosan maka transmisi oksigen yang disimpan semakin
kecil (Katili 2013), sehingga edible film hanya bisa merekat dengan kelembapan
yang banyak mengandung oksigen. Struktur pembentukan edible film menyerupai
14
polimer plastik pengemas, plastik dibuat melalui proses polimerisasi, baik
kondensasi polimerisasi (polikondensasi). Jenis plastik yang umum digunakan
sebagai kemasan adalah plastik PE dan PET yang kegunaannya hanya untuk
mengemas dan tidak dapat merekat. KemasanPET mengandung asetaldehid
sebagai produk degradasi dari PET, sehingga dapat terjadi migrasi senyawa kimia
tersebut dari bahan kemasan keproduk pangan yang dikemas (Marsh dan Bugusu
2007) sedangkankomponen pembentuk lensa filter kamera yang telah dilakukan
untuk memproyeksikan cahaya ialah polivinil acetaldehyde (Atkins 1940).
4.2.Hasil Uji
4.2.1. Ketebalan
Ketebalan merupakan parameter penting dalam pembentukan edible film.
Ketebalan diperoleh dari empat titik yang berbeda lalu hasilnya dirata-ratakan
perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 2. Ketebalan filmmempengaruhi
kelarutannya, artinyasemakin tebal film maka semakin rendahdaya larutnya
karena kekompakan filmsebagai akibat dari meningkatnya ikatanhidrogen seiring
dengan meningkatnyaketebalan film (Widyaningsih et al. 2012). Dari hasil
penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa perlakuan penambahan
konsentrasi plasticizer sorbitol mempengaruhi ketebalan. Hasil analisis ketebalan
edible dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Hasil Uji Ketebalan Edible Film kitosan
0,005
0,009
0,013
0,017
0,021
0,025
0,029
0,033
0,037
0,2 0,4 0,6
Ket
ebala
n (
mm
)
Konsentrasi Sorbitol (b/b)
15
Berdasarkan data pada Gambar 5 dapat dilihat penggunaan sorbitol edible film
yang dihasilkan dengan perlakuan sorbitol 0,2 % ,0,4%,0,6% didapatkan
ketebalan edible film yaitu 0,025, 0,028 dan 0,034 mm. Semakin tinggi
konsentrasi sorbitol didapatkan ketebalan dari edible film yang semakin tebal. Hal
ini disebabkan karena semakin tinggi perlakuan konsentrasi plasticizer
akanmeningkatkan total padatan dalam larutan (Ningsih 2015). Peningkatan
jumlah total padatandalam larutan menyebabkan ketebalan dari edible film
semakinmeningkat. Hal inisesuai dengan pendapat Nugroho, et al. (2013) yang
menyatakan bahwapeningkatan jumlah padatan dalam larutan mengakibatkan
polimer-polimer yangmenyusun matriks edible film semakin banyak. Ketebalan
edible film juga dipengaruhi oleh ukuran cetakan yang digunakan sama yaitu 20 x
20 cm dengan ketebalan 5 mm (Katili et al, 2013).
Ketebalan edible film ini lebih tipis dibandingkan dengan beberapa hasil
penelitian edible film dengan bahanberbeda dan dengan plasticizer gliserol.Hasil
ini juga lebih tipis dari ketebalan yang terbaik berbahan ekstrak daun jati pada
konsentrasi gliserol 20% yaitu 0,18 mm (Kusnadi dan Budyanto, 2015).Hasil
inilebih tebal dibandingkan standar hasil ketebalan terbaik Huri danNisa (2014)
berbahan ekstrak kulit ampas apel dengan penambahan konsentrasigliserol 10 –
30% ketebalannya sekitar 0,015 – 0,020 mm.
Ketebalan akan berpengaruh pada permeabilitas, semakin tebal edible film
yang dihasilkan maka semakin kecil nilai permeabilitasnya dan akan melindungi
produk yang dikemasnya dengan lebih baik (Nurdiana, 2002). Lensa filter
kamera DSLR memiliki ketebalan 3,25 mm sebagai pelapis sinar UV. Filter ini
biasanya dibiarkan terpasang pada lensa yang tujuannya adalah menyaring sinar
ultraviolet agar warna yang ditangkap menjadi lebih cerah dan melindungi dari
goresan atau benturan (Dharmawan 2016). Ketebalan lensa kamera akan
mempengaruhi pada kualitas gambar yang dihasilkan. Lensa kamera DSLR
dengan ketebalan dan aksesoris tertentu akan menyebabkan gambar menjadi
vignette (Hajar, 2015). Vignette atau vignetting disebut juga "light fall-of" yang
merupakan masalah umum yang terjadi pada optik. Sederhananya bahwa vignette
ini adalah terjadinya penggelapan pada sudut-sudut frame, yang terlihat seperti
bingkai pada gambar (Hajar 2015).
16
4.2. 1. Uji Elongasitas
Pemanjangan merupakan perubahan panjang maksimum hingga edible film
terputus. Persen pemanjangan mempresentasikan kemampuan filmuntuk
meregang secara maksimum.Pada penelitian ini edible film kitosan dengan pelarut
asam asetat 1%mempunyai nilai persen pemanjangan antara 36 sampai 72 % nilai
perhitungan dapat dilihat pada lampiran 3, hasil dari penelitian edible film
ditunjukkan pada Gambar 6.
Gambar 6 Hasil Elongasitas edible film kitosan
Berdasarkan data pada Gambar 6. Penggunaan sorbitol edible film yang
dihasilkan dengan perlakuan sorbitol 0,2%,0,4%,0,6% didapatkan nilai
elongasitas 4%,5% dan 10%. Peran sorbitol sebagai plasticizer dapat
meningkatkannilai presentase pemanjangan edible film, inidikarenakan
kemampuannya untuk menurunkangaya antar molekul sehingga
meningkatkanmobilitas antar polimer, menyebabkan filmmenjadi lebih elastis dan
fleksibel. Hal ini dapatdiamati dari hasil data penelitian.Penambahansenyawa
plasticizersorbitol akan meningkatkanpersen elongasitas edible film,
karenakemampuannya untuk menghambat interaksiantar molekul sehingga
meningkatkanelastisitas film. Hal ini juga diungkapakan oleh Nurdiana, 2002
bahwa peningkatan persen pemanjangan edible film dengan sorbitol sebagai
plasticizer akibat pembentukan gaya konfigurasi rantai. Rantai yang bebas
bergerak akan melunakkan gaya-gaya yang terjadi antar polimer sehingga
elastisitas dari polimer tersebut akan tinggi.
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
0,2 0,4 0,6
Elo
ng
asi
tas
(%)
Konsentrasi Penambahan Sorbitol (b/b)
17
Nilai elastisitas yang tinggi jauh berbeda mungkin disebabkan karena sifat
dasar kitosan yang memiliki nilai yang sama dengan bahan pembentuk tekstur
sintesis seperti CMC (Karboksi Metil Selulosa) dan MC (Metil Selulosa) yang
merupkan jenis salah satu plasticizer umum yang digunakan sehingga
menyebabkan elastisitas alami dari kitosan tanpa harus digunakan plasticizer lain
(Nurdiana, 2002). Edible film dengan nilai pemanjangan yang rendah
mengindikasikanbahwa film tersebut kaku dan mudah patah. Umumnya struktur
film lebihlembut, kuat tarik menurun dan persen pemanjangan meningkat.
Persenpemanjangan yang lebih tinggi menunjukkan bahwa film lebih fleksibel
(Astuti 2008).
4.2.2. Uji Kuat Tarik
Kuat tarik merupakan gaya tarik maksimum yang dapat di tahan olehsebuah
film hingga terputus. Pada penelitian ini edible film kitosan dengan pelarut asam
asetat 1%mempunyai nilai kuat tarik antara 0,0044 sampai 0,00443 MPa, Grafik
nilai kuat tarik edible film kitosan dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Hasil Uji Kuat Tarik edible film kitosan
Berdasarkan data pada Gambar 7. Penggunaan sorbitol edible filmkitosan yang
dihasilkan dengan perlakuan sorbitol 0,2%,0,4%,0,6% didapatkan 0,00443 MPa,
0,00443 MPa dan 0,0044 MPa. Hal ini disebabkan oleh jumlah plasticizer yang
digunakan berpengaruh pada kuat tarik edible film yang digunakan, seperti yang
0,00438
0,0044
0,00442
0,00444
0,2 0,4 0,6
Ku
at
Ta
rik
(M
Pa
)
Konsentrasi Penambahan Sorbitol (b/b)
18
dikemukakan oleh Widyaningsih (2012) bahwa daya regang tanpa penambahan
sorbitol memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan adanya penambahan
sorbitol.
Kemudian karena sorbitol sebagai plasticizer merupakan molekul hidrofilik
kecil yang dapatdengan mudah masuk di antara rantai-rantaimolekul tersebut dan
membentuk ikatanhidrogen amida dengan protein (Irawan 2010). Plasticizer dapat
mengurangi ikatan hidrogen internalmolekul dan menyebabkan melemahnya gaya
tarik intermolekul rantai polimer yang berdekatan sehingga mengurangi daya
regang putus.
Penambahan plasticizer lebih dari jumlah tertentu akanmenghasilkan film
dengan kuat tarikyang lebih rendah (Lai et al. 1997). Hal ini juga
disebabkankarena sorbitol akan memecah ikatan intramolekul film sehingga
kekuatan film akan berkurang (Nurdiana 2002).
4.3. Uji Sifat Anti Jamur Pada Kamera DSLR
4.3.1. Analisa Anti Jamur Edible Film Lensa Filter kamera DSLR
Berdasarkan hasil kualitatif anti jamur yang telah dilakukan terhadap edible
film kitosan pada Gambar 8. Edible film kitosan memiliki kemampuan anti jamur
pada masing-masing edible film yang diinikubasi selama 2 hari menggunakan
media PDA dari tiap-tiap konsentrasi sorbitol edible film memiliki area bening
pada PDA yang menandakan bahwa area PDA tidak ditumbuhi jamur kamera
selama proses inkubasi.
.
a b c
Gambar 8 Edible film pada media PDA yang tidak ditumbuhi oleh jamur kamera.
Keterangan: a) sorbitol 0,2% b) sorbitol 0,4 % c) sorbitol 0,6 %
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Edible film kitosan dengan
konsentrasi sorbitol 0,2 %, 0,4 % dan 0,6 % tidak ditumbuhi jamur kamera, ini
19
diakibatkan karena kitosan memiliki nilai awberkisar 0,64 sedangkan pertumbuhan
jamur dapat meningkat dengan nilai aw0,80 (Zuhriyanti, 2016). Film berbahan
kitosan dengan penambahan sorbitol sebagai plasticizer memiliki permeabilitas
yang rendah terhadap uap air jika dibandingkan dengan glikol, gliserol, polietilen
glikol, maupun sukrosa pada konsentrasi yang sama (McHughdan Krochta, 1994),
sehingga permeabilitas rendah ini menyebabkan jamur tidak tumbuh pada edible
film kitosan. Artinya, penambahan konsentrasi sorbitol pada edible film tidak
mempengaruhi aktivitas anti jamur kamera DSLR menggunakan kitosan.
Edible film kitosan memiliki area bening PDA karena dalam edible film
tersebut terdapat kitosan yang juga dapat berfungsi sebagai antikapang. Sifat
kitosan sebagai antikapang disebabkan oleh interaksi gugus aktif dari kitosan (-
NH2+) dengan lipid di plasma membran yang menyebabkan perubahan morfologi
dan gangguan permukaan sel kapang (Chasanah, 2013). Pada Gambar 9 adalah
edible film kitosan yang telah diinkubasi menggunakan PDA selama 2 hari dilihat
dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10 kali, menunjukkan bahwa
proses inkubasi tidak terdapat aktivitas jamur yang tumbuh pada area edible film
kitosan, karena kitosan mengandung gugus amino bebas yang bermuatan positif,
yang dapat mengikat muatan negatif dari mikrobia (Mahatmanti et al.
2010).Keadaan ini menyebabkan inaktivasi enzim, sehingga sistem metabolisme
terganggu atau menjadi rusak dan akhirnya tidak ada aktivitas sel jamur.
Gambar 9 Edible film kitosan dibawah mikroskop
Penyimpanan kamera selama ini menggunakan silika gel, karena silika gel
mempunyai nilai kadar air paling rendah (Sartika , Poerwanto, 2009). Sillika
20
gel yang digunakan pada kamera atau lensa untuk menyerap kelembapan yang
berlebihan. Kelembapan berasal dari cuaca yang terlalu dingin dapat
mengakibatkan lensa kamera mudah sekali terkena jamur. Silika gel digunakan
sebagai penyerap uap air padapenyimpanan berbagai bahan yang bersifat
higroskopis sebelumnya telah dipanaskan untuk menghilangkan air dalam pori
(Sulastri, 2009). Menurut Atkins, Matthews (1940), lensa filter kamera DSLR
dari gelatin hewan bersifat sangat higroskopis, sehingga sangat mudah untuk
ditumbuhi jamur maka perlindungan untuk mengantisipasi tumbuhnya jamur
menggunakan silika gel. Namun, silika gel belum sepenuhnya optimal menjaga
lensa kamera dari jamur.
4.3.2. Aplikasi Coating Edible Film Kamera DSLR
Kitosan diketahui mempunyai kemampuanuntuk membentuk gel, film dan
fiber, karenaberat molekulnya yang tinggi dan solubilitasnyadalam larutan asam
encer (Trisnawati et al. 2013). Berikut adalah hasil edible film kitosan yang
menempel pada lensa UV kamera Nikon pada Gambar 10. yang menunjukkan
bahwa edible film kitosan memiliki kemampuan menempel pada lensa UV
kamera belum maksimal sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut, hal ini
disebakan kemampuan edible filmpada umumnya hanya sebagai pembungkus
makanan untuk mempertahankan masa simpan. Sementara, coating lensa filter
kamera biasanya sudah menyatu pada lensa dan memiliki kemampuan untuk
memanipulasi citra secara maksimal pada hasil foto bidikan kamera DSLR. Edible
film kitosan pada kamera DSLR dapat dimodifikasi menjadi lensa filter kamera
dengan tambahan bahan kimia lainnya yang dapat merekat pada kamera secara
maksimal seperti polivinil acetaldehid (Atkins 1940).
Gambar 10 Edible film pada lensa filter UV kamera DSLR
21
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, edible film kitosan dapat
merekat pada lensa filter UV kamera DSLR, perekatan edible filmcoating anti
jamur untuk kamera perlu peningkatan lebih lanjut karena seiring dengan lamanya
penyimpanan edible film kitosan memiliki daya rekat yang kecil. perekatan edible
film belum secara sempurna, karena semakin lama penyimpanan edible film
kitosan maka transmisi oksigen yang disimpan semakin kecil (Katili, 2013),
sehingga edible film hanya bisa merekat dengan kelembapan yang banyak
mengandung oksigen.
Hasil gambar foto DSLR dengan menggunakan edible film kitosan ditunjukkan
pada gambar 11. Yang memperlihatkan foto yang dipotret pada kamera DSLR
lensa filter UV yang direkatkan edible film kitosan, memiliki perbedaan
diantaranya ialah dapat dilihat dari komponen cahaya, area blur dan fokus. Cahaya
merupakan unsur penting dalam pengambilan gambar. Fokus dapat menampilkan
gambar yang penting lebih optimal. Melalui fokus akan terlihat apa yang menjadi
pokok pembicaraan dalam sebuah foto.
22
A. Dengan Edible film kitosan Tanpa edible film kitosan
.
B. Dengan Edible film kitosan Tanpa edible film kitosan
C.
C. Dengan Edible film kitosan Tanpa edible film kitosan
Gambar 11 Hasil pemotretan dengan menggunakan edible film kitosan
Keterangan: A. Konsentrasi sorbitol 0,2 % B. Konsentrasi sorbitol 0,4 % C. Konsentrasi sorbitol
0,2 %
23
Konsentrasi sorbitol 0,2%, intensitas cahaya lebih cerah area blur tidak terdapat
gumpalan akibat ketebalan edible film dan titik fokus masih terlihat jelas, namun
fokus seperti tertutup efek kabut. Kemudian untuk edible film konsentrasi
sorbitol 0,4 % intensitas cahaya yang masuk kedalam lensa filter biasa dan lensa
filter edible film kitosan hampir sama, pengaruh hasil foto menyerupai dengan
edible film konsentrasi sorbitol 0,2%, hanya saja edible film dengan konsentrasi
sorbitol 0,4% masih mengalami area blur sangat banyak akibat ketebalan edible
film dan untuk titik fokus masih terlihat samar.
Kemudian untuk konsentrasi sorbitol 0,6 % memiliki intensitas cahaya yang
hampir sama dengan lensa filter biasa, area blur banyak dipengaruhi edible film
sehingga titik fokus terlihat samar-samar. Edible film kitosan tidak mengalami
vignette atau masalah pemotretan dalam fotografi karena ketebalan lensa yang
ditambahkan edible film sebagai coating. Filter dapat terkena sedikit goresan,
serta partikel-partikel debu untuk itu dengan adanya edible film kitosan sebagai
coating dapat membantu mekanisme kerja lensa filter. Semakin banyak filter yang
digunakan maka semakin rendah pula kualitas gambarnya, maka perlu desain
khusus edible film kitosan agar ketebalan yang dicapai tidak mengganggu hasil
pemotretan. Setiap memakai filter maka cahaya yang masuk ke sensor akan
berkurang, apalagi 2 sekaligus untuk itu perlu adanya penyesuaian ketebalan
edible film kitosan agar tidak mengalami efek blur pada hasil pemotretan pada
kamera DSLR.
BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa edible film kitosan dengan
perlakuan penambahan konentrasi sorbitol 0,2 %, 0,4 % dan 0,6 % memiliki nilai
ketebalan yang tinggi seiring dengan penambahan konsentrasi. Nilai ketebalan
terbaik diperoleh pada konsentrasi sorbitol 0,6 % dengan ketebalan0,034mm dan
nilai elongasitas tertinggi diperoleh pada konsentrasi sorbitol 0,6 % dengan nilai
10 %, tetapi pada nilai kuat tarik edible film kitosan semakin rendah seiring
dengan penambahan konsentrasi sorbitol 0,6% dengan 0,0044 MPa. Sorbitol
dengan konsentrasi 0,2 %, 0,4 % dan 0,6 % tidak mempengaruhi aktivitas anti
jamur dan edible film kitosan tidak ditumbuhi jamur selama diinkubasi.
5.2.Saran
Diharapkanpenelitian selanjutnya dapat meningkatkan penyimpanan, optimasi
dan kualitas lensa filter kamera DSLR sebagai media penangkap efek cahaya
manipulasi citra dibidang fotografi sebagai coating film darikitosan sebagai lensa
kamera yang efisien dan ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, R.A., 2013. Potensi Kitin Deasetilase dari Bacillus Licheniformis Hsa3-1a
untuk Produksi Kitosan dari Limbah Udang Putih (Penaeus merguienis)
sebagai Bahan Pengawet Bakso Ikan. [Tesis]. Universitas Hasanuddin
Astuti, B.C., 2008. Pengembangan Edible Film Kitosan dengan Penambahan
Asam Lemak dan Esensial Oil: Upaya Perbaikan Sifat Barrier dan Aktivitas
Antimikroba. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor
Atkins, G.M., Matthews, I.C., 1940. Synthetic Resin Light Filter. United States
Patent Office 6(2):88-114
Caner, C., Vergano, P.J., Wiles, J.L., 1998. Chitosan Film Mechanical and
Permeation Properties as Affected by Acid, Plasticizer, and Storage. Journal
Food Sains 63(4):1049-1053
Chasanah, E., Fawzya, Y.N., Ariani, F., 2013. Bioaktivitas Kitooligosakarida
yang diproduksi dari Kitosan Menggunakan Kitosanase Microminospora
T5a1 sebagai Antikapang. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan
dan Perikanan 8(1): 65-72.
Coniwanti, P., Pertiwi, D., Pratiwi, D.M., 2014. Pengaruh Peningkatan
Konsentrasi Gliserol dan VCO (Virgin Coconut Oil) terhadap Karakteristik
Edible Film dari Tepung Aren. Jurnal Teknik kimia 20(2):17-24
Huri, D., Nisa, F.C., 2014. Pengaruh Konsentrasi Gliserol dan Ekstrak Ampas
Kulit Apel terhadap Karakteristik Fisik dan Kimia Edible Film. Jurnal
Pangan dan Agroindustri 2(4). Hal: 29-40.
Irawan, S., 2010. Pengaruh Gliserol terhadap Sifat Fisik/Mekanik dan Barrier
Edible Film dari Kitosan. Jurnal Kimia dan Kemasan 32(1):6-12
Kawamura, M, Mitshuhashi, H., Tanibe, H., Yoshi, 1993. Adsorption Of Metal
Ions On Polyaminated Highly Poronchitosan Chelatig Resin. Industrial
Engineering Chemisty Research 32(1): 386-391
Katili, S., Harsunu, B.T., Irawan, S., 2013. Pengaruh Konsentrasi Plasticizer
Gliserol dan Komposisi Khitosan dalam Zat Pelarut terhadap Sifat Fisik
Edible Film dari Khitosan. Jurnal Teknologi 6(1):29-38
Killay, A., 2013. Kitosan sebagai Antibakteri pada Bahan Pangan yang Aman dan
Tidak Berbahaya. Prosiding FMIPA Universitas Pattimura
26
Komariah, A., 2013. Efektivitas Antibakteri Nano Kitosan terhadap Pertumbuhan
Staphylococcus aureus (in vitro). Seminar Nasional Universitas Negeri
Surakarta
Kusnadi, J.P., Budyanto., 2015. Antibacterial Active Packaging Edible Film
Formulation with Addition Teak (Tectonagrandis) Leaf Extract. International
Journal of Life Sciences Biotechnology 4(2):79-84
Lai, H.M., Padua, G.W., Wei, L.S., 1997. Properties and Microsrucure of Zein
Sheets Plastisized with Palmitic and Stearic Acids. Cereal Chemisty 74(1): 83-
90.
Marsh, K.B., Bugusu, 2007. Food Packaging Roles, Material and Environmental
Issues. Journal Food Science 72(3): R39−R55.
Mahatmanti, W., Sugityo, W., Sunarto, W., 2010. Sintesis Kitosan dan
Pemanfaatannya sebagai Anti Mikrobia Ikan Segar. Jurnal Sains Teknologi
8(2):101-111.
McHugh, T.H., Aujard, J.F., Krochta, J.M., 1994. Water Vapor Permeability
Properties Edible Whey Protein-Lipid Emulsion Film. Journal Of Food
Science 71(3):307 – 309.
Nadarajah, K.W., Prinyawiwatkul, No, H.K., Shativel, S., Xu, Z., 2006. Sorption
Behavior Of Crawfish Chitosan Films as Affected by Chitosan Extraction
Processses And Solvent Type. Food Engineering and Physical Properties
71(2): 33-39.
Ningsih, S.H., 2015. Pengaruh Plasticizer Gliserol terhadap Karakteristik Edible
Film Campuran Whey dan Agar. [Skripsi]. Universitas Hasanudin,
Makassar
Nisa, K., 2005. Karakteristik Fluks Membran Kitosan Termodifikasi Poli (Vinil
Alkohol) dengan Variasi Poli (Etilena Glikol) sebagai Porogen. [Skripsi]..
Institut Pertanian Bogor
Nugroho, A.A., Basito, R.B., Katri., 2013. Kajian Pembuatan Edible Film
Tapioka dengan Pengaruh Penambahan Pektin Beberapa Jenis Kulit Pisang
terhadap Karakteristik Fisik dan Mekanik. Jurnal Teknologi Sains Pangan
2(1):73-79.
Nurdiana, D., 2002. Karakteristik Fisik Edible Film dari Kitosan dengan Sorbitol
sebagai Plasticizer. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor
Nurhayati, Agusman, 2011. Edible Film Kitosan dari Limbah Udang sebagai
Pengemas Pangan Ramah Lingkungan. Squalen 6(1):38-44
27
Pamekas, T., 2009. Ekstraksi, Karakterisasi dan Daya Penghambatan Kitosan
Alami terhadap Jamur Colletotrichum musae secara in vitro. Jurnal
Perlindungan Tanaman Indonesia 15(1):39-44
Pereira, L.B., 2010. UV Fluorescence Photography of Work Arts: Replacing The
Traditional UV Cut Filters With Interference Filters. International Journal of
Conservation Science 1(3): 161- 166
Putra, B.S., 2011. Kajian Pelapisan dan Suhu Penyimpanan untuk Mencegah
Busuk Buah pada Salak Pondoh (Salacca edulisreinw). [Tesis]. Institut
Pertanian Bogor
Rahardyani, R., 2011. Efek Daya Hambat Kitosan sebagai Edible Coating
terhadap Mutu Daging Sapi Selama Penyimpanan Suhu Dingin. [Skripsi]..
Institut Pertanian Bogor
Ramadhan, L.O.A.N., Radiman, C.L.D., Wahyuningrum, V., Suendo, L.O.,
Ahmad, S., Valiyaveetiil, 2010. Deasetilasi Kitin secara Bertahap dan
Pengaruhnya terhadap Derajat Deasetilasi serta Massa Molekul Kitosan..
Jurnal Kimia Indonesia 5(1):17-21
Rohmah, M.F., Sugianto, Sari, D.K., 2014. Aplikasi Online Image Filtering
Menggunakan High Pass Filter pada Spatial Domain. Jurnal Sains
Teknologi 11(2): 80–86
Rokhati, N., Pramudono, B., Widiyasa, I.N., Santoso, H., 2012. Karakterisasi Film
Komposit Alginat dan Kitosan. Reaktor 14(2):158-64
Sartika, Poerwanto., 2009. Pengaruh Suhu dan Kelembaban Udara terhadap
Shelf-Life dan Karakteristik Buah Manggis Selama Penyimpanan. Seminar
Departemen Agronomi dan Hortikultura. Institut Pertanian Bogor
Sejati, D.A., 2014. Adsorpsi Zat Warna Foron Yellow Menggunakan Kitin dan
Kitosan-Batang Talas. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor
Skurtys, O., Acevedo, C., Pedreschi, F., Enrione J., Osorio F., Aguilera J.M.,,
2009. Food Hydrocolloid Edible Films and Coatings. Department of Food
Science and Technology 2(13):34-41.
Stevano, M.V., Andhika, B., Syauqiah, I., 2016. Pemanfaatan Kitosan dari
Limbah Cangkang Bekicot (Achatina Fulica) sebagai Adsorben Logam
Berat Seng (Zn). Konversi 5(1):22-26
Strom, K., 2005. Fungal Inhibitory Lactid Bacteria: Charaterization and
Aplication of Lactobacilus plantrum MiLAB 393. [Thesis]. Swedish
University of Agricultural Sciences
28
Sulistyoningsih, S.M., Atmaja, L., 2009 Sintesis Perekat Polivinil Asetat Berbasis
Pelarut Metanol yang Terstabilkan oleh Disponil. Jurnal Sains dan Seni
Pomits 1(1):1-5
Suptijah, P., Gushagia, Y., Sukarsa, D.R., 2008. Kajian Efek Daya Hambat
Kitosan terhadap Kemunduran Mutu Fillet Ikan Patin (Pangasius
hypopthalmus) pada Penyimpanan Suhu Ruang. Buletin Teknologi Hasil
Perikanan 11(2): 89-101
Suptijah, P., 2006. Deskripsi Karakteristik Fungsional dan Aplikasi Kitin Kitosan.
Prosiding Seminar Nasional Kitin Kitosan. Institut Pertanian Bogor
Suptijah, P., Jacoeb, A.M., Rachmania, D., 2011. Karakterisasi Nano Kitosan
Cangkang Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) dengan Metode Gelasi
Ionik. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 14(2): 78-84
Supraptio, F., 2010. Pengembangan Edible Film Komposit Pektin/Kitosan dengan
Polietilen Glikol (Peg) sebagai Plasticizer. [Skripsi]. Institut Pertanian
Bogor
Swastawati, F., Wijayanti, I., Susanto, E., 2008. Pemanfaatan Limbah Kulit
Udang menjadi Edible Coating untuk Mengurangi Pencemaran Lingkungan.
Jurnal Perikanan Universitas Diponegoro 4(4):101-106
Trisnawati, E., Andesti, D., Saleh, A., 2013. Pembuatan Kitosan dari Limbah
Cangkang Kepiting sebagai Bahan Pengawet Buah Duku dengan Variasi
Lama Pengawetan. Jurnal Teknik Kimia 19(1):17-26
Warkoyo, Raharjo, B., Marseno, D.W., Karyadi, J.N.W., 2014. Sifat Fisik,
Mekanik dan Barrier Edible Film Berbasis Pati Umbi Kimpul (Xanthosoma
sagittifolium) yang Diinkorporasi dengan Kalium Sorbat. Agricultural
Technology 34(1):72-81
Widyaningsih, S., Kartika D., Nurhayati Y.T., 2012. Pengaruh Penambahan
Sorbitol dan Kalsium Karbonat terhadap Karakteristik dan Sifat
Biodegradasi Film dari Pati Kulit Pisang. Molekul 7(1): 69-81
Zuhriyah, S., 2016. Pengaruh Penambahan Kitosan dan Ekstrak Daun Teh
terhadap Perubahan Kimia dan Mikrobiologis Kapsul Teripang Pasir
(Holothuria scabra) Selama Penyimpanan. [Skripsi]. Institut Pertanian
Bogor
LAMPIRAN
30
Lampiran 1. Kitosan
Lampiran 2. Ketebalan
Nilai ketebalan edible film U1
Sorbitol 0,2 %= 0,026+0,031+0,030+0,025=0,112/4=0,028 mm
Sorbitol 0,4 %= 0,032+0,029+0,030+0,034=0,125/4=0,031 mm
Sorbitol 0,6 %= 0,028+0,040+0,040+0,038=0,146/4=0,036 mm
Nilai ketebalan edible filmU2
Sorbitol 0,2 %= 0,021+0,026+0,026+0,026=0,099/4=0,024 mm
Sorbitol 0,4 %= 0,028+0,028+0,027+0,025=0,108/4=0,027 mm
Sorbitol 0,6 %= 0,030+0,035+0,032+0,030=0,127/4=0,031 mm
Nilai ketebalan edible filmU3
Sorbitol 0,2 %= 0,027+0,027+0,023+0,023=0,1/4=0,025 mm
Sorbitol 0,4 %= 0,030+0,029+0,026+0,030=0,115/4=0,028 mm
Sorbitol 0,6 %= 0,040+0,041+0,034+0,030=0,145/4=0,036 mm
Lampiran 3. Elongasitas
Elongasi (%) = panjang setelah putus-panjang a al
panjang a al 100
Nilai elongasi edible film U1
% Elongasi Sorbitol 0,2 % = 10,2 cm-10 cm
10cm 100 =2%
% Elongasi Sorbitol 0,4 % =10,3 cm-10 cm
10 cm 100 3
% Elongasi Sorbitol 0,6 % =10, cm-10 cm
10 cm 100
31
Nilai Elongasi U2
% Elongasi Sorbitol 0,2 % =10,5cm-10 cm
10 cm 100 5
% Elongasi Sorbitol 0,4 % =10,1cm -10 cm
10 cm 100 1
% Elongasi Sorbitol 0,6 % =10, cm -10 cm
10 cm 100
Nilai Elongasi U3
% Elongasi Sorbitol 0,2 % =11 cm -10 cm
10cm 100 10
% Elongasi Sorbitol 0,4 % =11 cm -10 cm
10cm 100 10
% Elongasi Sorbitol 0,6 % =11cm-10 cm
10 cm 100 10
Lampiran 4. Kuat Tarik
Kuat Tarik= aya (Ne ton)
Luas sampel (mm2)
Nilai Kuat Tarik U1
Kuat Tarik sorbitol 0,2 % = 10kg 9, m s2
20200mm2 0,004 MPa
Kuat Tarik sorbitol 0,4% =10kg 9, m s2
20500mm2 0,0047 MPa
Kuat Tarik sorbitol 0,6% =10kg 9, m s2
22000 mm2 0,0044 MPa
Nilai Kuat Tarik U2
Kuat Tarik sorbitol 0,2 % = 10kg 9, m s2
20300 mm 2 0,0043 MPa
Kuat Tarik sorbitol 0,4% =10kg 9, m s2
22100 mm2 0,0044 MPa
Kuat Tarik sorbitol 0,6% =10kg 9, m s2
22000 mm2 0,0044 Mpa
32
Nilai Kuat Tarik U3
Kuat Tarik sorbitol 0,2 % = 10kg 9, m s2
20 00 mm2 0,0042 MPa
Kuat Tarik sorbitol 0,4% =10kg 9, m s2
22 00 mm2 0,0042 MPa
Kuat Tarik sorbitol 0,6% =10kg 9, m s2
22000 mm2 0,0044 Mpa
33
Lampiran 5. Proses pembuatan edible film kitosan
Proses pengadukan kitosan dan asam asetat dengan hot platemagnetic stirer
Proses penyaringan dengan vaccum Pengadukan sorbitol dan kitosan
Larutan edible filmLarutan edible film dicetak
Pengelupasan lembaran edible film dari cetakan
34
Uji Ketebalan Uji Kuat Tarik dan Elongasitas
Uji Antijamur
Pengambilan foto Kamera DSLR Pencetakan foto dengan Laser jet