Coated Tongue
-
Upload
anah-adja-ya -
Category
Documents
-
view
1.816 -
download
303
Transcript of Coated Tongue
BAB I
PENDAHULUAN
Dorsum lidah merupakan sebuah area yang besar untuk akumulasi
mikroorganisme oral dan debris. Biofilm terbentuk pada permukaan lidah, menjadi
sebuah struktur dinamis yang tersusun oleh bakteri, sel epithelial yang berasal dari
mukosa, leukosit dari pocket periodontal, metabolit darah, dan nutrient yang
berbeda.
Papila lidah terutama banyak terdapat pada dorsum lidah. Pada permukaan
lidah terdapat lapisan pelindung yang disebut dengan keratin. Dalam keadaan
normal, keratin pada permukaan dorsal lidah dapat mengalami deskuamasi selama
fungsi, dan keratin yang terdeskuamasi tersebut diganti dengan keratin yang baru.
Akan tetapi keseimbangan ini terganggu seperti yang diakibatkan pada penyebab
diatas. Akibatnya, keratin tidak mengalami deskuamasi melainkan terakumulasi
pada papila filiformis. Iritasi yang berkelanjutan mengakibatkan papila filiformis
mengalami hipertropi dan pemanjangan sehingga lidah tampak berselaput atau
berambut. Hal ini akan mengakibatkan retensi makanan dan pigmen. Keadaan
lidah seperti inilah yang disebut dengan coated tongue (Langlais dan Miller,
1994).
Penting bagi seseorang untuk membersihkan mulut setelah makan.
Menyikat gigi merupakan perawatan esensial untuk kesehatan mulut, namun ada
beberapa perawatan tambahan lain yang perlu dilakukan sendiri di rumah sebagai
bagian dari pemeliharaan rutin, membersihkan lidah adalah salah satu diantaranya.
1
Karena membersihkan lidah terbukti efektif mengurangi bau mulut. Namun, juga
dapat dengan menggunakan sikat gigi untuk menyikat lidah bagian tengah dan
belakang, yang merupakan tempat utama berkumpulnya mikroba. Umumnya
orang mengabaikan membersihkan lidah yang sebenarnya untuk self-cleansing.
Pada makalah ini akan disampaikan sebuah laporan kasus pasien yang
didiagnosa coated tongue yang datang pada bulan juli 2012. Pada pasien ini
terlihat gambaran selaput putih kekuningan pada dorsum lidah. Coated tongue
merupakan suatu kelainan lidah yang umum sekali terjadi, biasanya lebih banyak
terjadi pada orang dewasa karena adanya kumpulan epitel, makanan, dan debris
microbial (Scully, 2001).
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Status Pasien IPM
2.1.1 Data Umum Pasien
Nama : Nn. D
Nomor Rekam Medik : 2011-0XXXX
Usia : 21 tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat Rumah : Jl. sekeloa
Tanggal Pemeriksaan : 28 juli 2012
2.1.2 Anamnesa
Pasien wanita usia 21 tahun datang ke poli penyakit mulut RSGM dengan
keluhan terdapat selaput putih kekuningan pada permukaan lidah sejak lama,
namun baru menyadari 1 minggu yang lalu. Pasien suka dengan makanan pedas
dan minum es, pasien meminum air putih kurang dari 8 gelas perhari. 2 hari yang
lalu pasien merasa badannya demam, namun pasien tidak meminum obat untuk
menurunkan demamnya. pasien mengaku tidak pernah membersihkan lidah dan
3
menyikatnya., sekarang pasien tidak sedang meminum obat-obatan, dan pasien
ingin lidahnya dibersihkan.
2.1.3 Riwayat Penyakit Sistemik
Penyakit jantung : YA/TIDAK
Hipertensi : YA/TIDAK
Diabetes Mellitus : YA/TIDAK
Asma/Alergi : YA/TIDAK
Penyakit Hepar : YA/TIDAK
Kelainan GIT : YA/TIDAK
Penyakit Ginjal : YA/TIDAK
Kelainan Darah : YA/TIDAK
Hamil : YA/TIDAK
Kontrasepsi : YA/TIDAK
Lain-lain : YA/TIDAK
2.1.4 Riwayat Penyakit Terdahulu
Disangkal
2.1.5 Kondisi Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Suhu : Afebris
4
Tensi : 110/70 mmHg
Pernafasan : 18 x/menit
Nadi : 78 x/menit
2.1.6 Pemeriksaan Ekstra Oral
Kelenjar Limfe
Submandibula : kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
Submental : kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
Servikal : kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
Mata : konjungtiva : anemis, pupil : isokhor, sklera : non ikterik
TMJ : Deviasi ke kanan
Bibir : TAK
Wajah : simetri/asimetri
Sirkum Oral : TAK
Lain- lain : TAK
2.1.7 Pemeriksaan Intra Oral
Kebersihan Mulut : baik/sedang/buruk plak +/-
Kalkulus +/- stain +/-
5
Debris Indeks Kalkulus Indeks OHI-S
16
1
11
0
26
1
16
0
11
0
26
0
Baik/
sedang/
buruk
46
1
31
0
36
1
46
1
31
0
36
0
Stain +/-
Gingiva : TAK
Mukosa Bukal : TAK
Mukosa Labial : TAK
Palatum Durum : TAK
Palatum mole : TAK
Frenulum : TAK
Lidah : Terdapat selaput putih kekuningan pada 2/3 dorsum lidah,
tidak terasa sakit, mudah dikerok dan tidak meninggalkan
daerah eritem.
Dasar Mulut : TAK
2.1.8 Status geligi
18 17 16 15 14 13 12 11 21 222 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
6
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang
Radiologi : TDL
Darah : TDL
Patologi Anatomi : TDL
Mikrobiologi : TDL
2.1.10 Diagnosis
D/ : Coated Tongue a/r 2/3 dorsum lidah
DD/ : Oral Candidiasis
2.1.11 Rencana Perawatan dan Perawatan
Pro OHI
Pro penggunaan tongue scraper 2 x sehari setelah sikat gigi
Pro asupan seimbang makanan nutrisi dan asupan cairan
Pro kontrol 1 minggu
7
Gambar 2.1 Gambar coated tongue pada dorsum lidah
2.2 Status Kontrol I
2 Agustus 2012
2.2.1 Anamnesa
Pasien datang 2 minggu yang lalu dengan keluhan terdapat selaput putih
kekuningan pada permukaan lidahnya. Pasien telah melakukan instruksi yang
diberikan pada kunjungan pertama, menggunakan tongue scrapper 2x sehari
setelah menyikat gigi, asupan simbang makan lunak dan berserat dan asupan
cairan yang cukup. Selaput kekuningan pada permukaan lidah pasien sudah hilang
dan sekarang pasien datang untuk kontrol.
2.2.2 Pemeriksaan Ekstra Oral
Kelenjar Limfe Tidak teraba dan tidak sakit
Submandibula kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
Submental kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
Servikal kiri : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
kanan : teraba +/- lunak/kenyal/keras sakit +/-
Lain-lain tidak ada kelainan
Bibir tidak ada kelainan
Wajah Simetri/Asimetri
Sirkum Oral tidak ada kelainan
Lain-lain tidak ada kelainan
8
2.2.3 Pemeriksaan Intra Oral
Kebersihan Mulut
Debris Indeks Kalkulus Indeks OHI-S
16
1
11
1
26
0
16
1
11
0
26
0
Baik/
sedang/
buruk
46
1
31
0
36
0
46
1
31
0
36
0
Stain +/-
Gingiva : tidak ada kelainan
Mukosa Bukal : tidak ada kelainan
Mukosa Labial : tidak ada kelainan
Palatum Durum : tidak ada kelainan
Palatum mole : tidak ada kelainan
Frenulum : normal
Lidah : tidak ada kelainan
Dasar Mulut : tidak ada kelainan
2.2.4 Hasil Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan.
2.2.5 Diagnosis
9
Post Coated Tongue a/r 2/3 dorsum lidah
2.2.6 Rencana Perawatan
Pro OHI lanjutan
2.2 gambaran coated tongue setelah kontrol
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Lidah
Lidah adalah organ muscular pada dasar mulut yang membantu dalam
proses pengunyahan, penelanan, pengecapan, dan bicara. Lidah ditutupi oleh
lapisan pelindung dari epitel skuamosa berlapis. Pada lidah terdapat organ kecap
10
(taste buds) (Nirwanda, 2010). Normalnya lidah berwarna kemerahmudaan atau
memiliki selaput tipis berwarna putih, dan pada orang yang lebih tua lidah tampak
berubah warna karena adanya perubahan diet, penurunan aliran saliva dan
penurunan kemampuan untuk menjaga oral hygiene sesuai metode yang baik
(Danser et al, 2003).
Gambar 3.1. Bagian-bagian lidah.
Sumber : http://www.mercksource.com/pp/us/cns/cns_hl_dorlanssplit.j.html
11
Dorsum lidah mempunyai banyak tonjolan-tonjolan mukosa yang
membentuk papila-papila sehingga memiliki permukaan yang tidak rata karena
keberadaan papilla tersebut. Warna lidah yang sehat adalah merah terang.
Terdapat 4 papila pada dorsum (Nirwanda, 2010):
Papila filiformis
o merupakan papila terkecil dan berjumlah paling banyak. Papila itu
berupa batang-batang ramping, seperti rambut, bertanduk, tampak
berwarna merah, merah muda atau putih tergantung pada derajat
iritasi yang dialami lidah.
Papila fungiformis
o Jumlahnya lebih sedikit, warna merahnya lebih cerah dan
diameternya lebih lebar dibandingkan dengan papila filiformis.
Papila fungiformis tidak bertanduk, berbentuk bulat atau jamur dan
sedikit menonjol. Papila ini juga berisi kuncup-kuncup pengecap.
Papila ini paling banyak terdapat di tepi lateral dan ujung anterior
dari lidah. Kadang-kadang papila fungiformis mengandung pigmen
coklat, terutama melanoderm.
Papila sirkumvalata
o papila terbesar yang tampak sebagai papula-papula berwarna
merah muda 2 sampai 4 mm. Papula tersebut dikelilingi oleh suatu
parit sempit dan juga berisi kuncup-kuncup pengecap. Papila-
papila ini berjumlah 6 sampai 12 dan tersusun dalam suatu deretan
berbentuk V di sepanjang ujung-ujung sulkus di sisi posterior lidah
12
dorsum lidah, papilla-papila tersebut secara anatomis membagi
lidah menjadi dua bagian yaitu, 2/3 anterior dan 1/3 posterior.
Papila foliata
o Terdapat pada sisi lateral lidah posterior, bentuknya seperti daun
yang menonjol, mengarah seperti lipatan-lipatan vertikal.
Terkadang tonsil lingual yang meluas ke daerah ini dari daerah
akar dorsal posterior tampak seperti papilla foliate.
Gambar 3.2 gambaran histologi papila lidah3.2 Definisi Coated Tongue
Coated tongue adalah suatu keadaan dimana permukaan lidah terlihat
berwarna putih atau berwarna lain yang merupakan tumpukan dari debris, sisa-
sisa makanan dan mikroorganisme yang terdapat pada permukaan dorsal lidah.
Coated tongue atau lidah berselaput, yaitu penampilan klinis pada dorsum
lidah yang seperti tertutup oleh suatu lapisan biasanya berwarna putih atau
terwarnai oleh jenis makanan atau minuman yang dikonsumsi. Selaput ini terdiri
dari papilla filiformis yang memanjang sehingga memberikan gambaran seperti
selaput tebal pada lidah dan akan menahan debris serta pigmen yang berasal dari
13
makanan, minuman, rokok, dan permen. Kemungkinan terjadinya selaput pada
lidah ini meningkat dengan penggunaan obat-obatan lokal maupun sistemik yang
menyebabkan perubahan mikroflora normal mulut. Kondisi ini juga dapat terjadi
pada penderita dehidrasi, penyakit infeksi, penyakit kronis dan penyakit sistemik
dimana lidah tampak berselaput tebal dan berwarna putih.
Coated tongue merupakan suatu kelainan lidah yang umum sekali terjadi,
biasanya lebih banyak terjadi pada orang dewasa karena adanya kumpulan epitel,
makanan, dan debris microbial (Scully, 2001). Selaput putih tersebut terjadi akibat
debris makanan maupun lapisan mukosa, bakteria, dan partikel lainnya. Coated
tongue atau juga dikenal dengan istilah ‘furred tongue, Coated tongue akan
menyebabkan terjadinya penumpukan bakteri, bau mulut, dan sensasi rasa pada
lidah kurang peka (Quirynen et al, 2004).
Gambar 3.3 Coated tongue
3.3 Etiologi Coated Tongue
14
Etiologi coated tongue bersifat idiopatik, denga faktor predisposisi adanya
lidah yang kurang bergerak, cairan saliva yang dihasilkan kurang, individe yang
memakan makanan yang lembut dan kurang abrasif seperti pada pemakaian gigi
tiruan, penggunaan obat-obatan antibiotik dan agen-agen pengoksida yang
terdapat pada obat kumur, pasien yang mengalami dehidrasi, oral hygiene yang
buruk, demam, lemah akibat penyakit sistemik, dan sakit parah juga sering
mengalami kondisi ini (AAOMP, 2009; Greenberg & Glick, 2003, laskaris, 2006).
Coated tongue adalah lapisan berwarna putih, kuning, atau kecoklatan di
atas permukaan lidah, yang disebabkan oleh adanya akumulasi dari bakteri, debris
makanan, lekosit dari poket periodontal, dan deskuamasi sel epitel. Pasien yang
lebih tua memiliki prevalensi yang lebih sering untuk coated tongue dari pada
pasien yang lebih muda. Perubahan pola diet, ketidakmampuan fisik untuk
menjaga oral hygiene dengan baik, dan penurunan jumlah aliran saliva akan
menyebabkan akumulasi dari debris oral. Selain itu dikatakan pula bahwa
ketebalan coated tongue akan semakin bertambah pada pasien penderita penyakit
periodontal. Leukosit meningkat pada saliva pasien dengan penyakit periodontal,
dan lekosit akan terakumulasi pada permukaan lidah (Danser et al, 2003).
Beberapa metode yang telah digunakan untuk menggolongkan coated tongue
untuk mengetahui etiologi dan tingkat keparahannya, meliputi:
1. Boys, dkk menggolongkan coated tongue pada estimasi ketebalan selaput
pada bagian dorsal lidah melalui pemeriksaan visual yaitu : berat, sedang,
ringan atau tidak ada.
15
2. Miyazaki, dkk menggolongkan coated tongue berdasarkan distribusi
daerah yang tertutupi selaput, meliputi : skor 0, tidak terlihat; 1, kurang
dari sepertiga permukaan dorsum lidah; 2, kurang dari dua pertiga
permukaan dorsum lidah; 3, Lebih dari dua pertiga permukaan dorsal
lidah.
Gambar 3.4 skor 0, tidak terlihat; 1, kurang dari sepertiga permukaan dorsum lidah; 2, kurang dari dua pertiga permukaan dorsum lidah; 3,
Lebih dari dua pertiga permukaan dorsal lidah.
3. Chen menggolongkan coated tongue berdasarkan warna, yaitu: putih,
kuning, abu-abu dan hitam.
16
Gambar 3.5 Derajat coated tongue: putih, kuning abu-abu dan hitam
3.4 Patofisiologi Coated Tongue
Minuman yang panas dan makanan yang kasar membuat lidah mengalami
iritasi, karena pada dasarnya permukaan lidah merupakan daearah yang rentan
iritasi. Hal tersebut menyebab bagian permukaan lidah membentuk perlindungan
berupa lapisan dari keratin yang telah mati. Dalam keadaan normal jumlah keratin
yang diproduksi sama dengan keratin yang mengelupas (telah mati). Pada keadaan
tidak normal keseimbangan tersebut terganggu sehingga menyebabkan coated
tongue. Coated tongue juga dapat disebabkan oleh diet makanan lunak yang
menyebabkan keratin tidak terangsang untuk mengelupas (AOMP, 2005).
Iritasi lokal pada lidah secara terus menerus akan mengakibatkan tubuh
untuk melakukan pertahanan terhadap iritan tersebut dengan cara memanjangkan
papilla terutama papilla filiformosis pada bagian dorsal lidah, sehingga lidah
tampak seperti berambut. Kondisi lidah seperti ini akan sangat menguntungkan
bagi bakteri dan jamur untuk berkolonisasi.
17
Pada kondisi normal, keratin mengalami deskuamasi dan tertarik oleh
makanan berserat, sehingga produksi keratin yang diproduksi seimbang dengan
keratin yang dibuang (filiform). Pada kasus tidak normal, contoh seorang yang
diet makanan lunak, keratin yang harus nya terdeskuamasi justru membuat retensi
untuk makanan lunak tersebut karena makanan lunak tidak mendorong keratin
yang mati dan hanya menggantinya dengan yang baru. Sehingga papila terlihat
lebih panjang karena ketidaksimbangan keratin yang diproduksi dan yang
dibuang.
3.5 Gambaran Klinis Coated Tongue
Wagers pada tahun 2011, Secara klinis gambaran umum coated tongue
berupa lidah yang dilapisi oleh lapisan putih terang pada permukaan lidah.
Lapisan putih ini terbentuk akibat retensi keratin pada dorsal lidah. Kadang
gambaran ini dapat berupa pewarnaan putih kekuningan maupun kecoklatan. Ini
merupakan gambaran dimana akumulasi bakteri juga menyertai retensi keratin
pada permukaan lidah tersebut. Bakteri memiliki pigmen berwarna kuning atau
coklat yang ikut mewarnai keratin lidah. Bakteri ini tidak menimbulkan
manifestasi kearah yang berbahaya pada penderitanya.
Gambaran coated tongue secara klinis berupa selaput (lesi plak) yang
menutupi bagian permukaan atas lidah. Selaput ini dapat berwarna putih
kekuningan sampai berwarna coklat. Selaput terdiri dari akumulasi bakteri, debris
makanan, lekosit dari poket periodontal, dan deskuamasi sel epitel. Selaput ini
dapat hilang pada pengerokan tanpa meninggalkan daerah eritem. Coated tongue
18
dapat muncul dan hilang dalam waktu yang singkat (Danser et al 2003; Laskaris,
2006; Scully, 2001).
3.6 Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari coated tongue diantaranya adalah Candidiasis
(Greenberg dan Glick, 2003). Candidiasis merupakan infeksi oportunistik yang
disebabkan oleh pertumbuhan berlebih dari Candida albicans. Pertumbuhan
candidiasis berlebih dapat disebabkan oleh iritasi kronis, kebersihan mulut yang
jelek, dan xerostomia. Lesi ini tampak sebagai plak mukosa berwarna putih, difus,
dan bergumpal yang dapat dikerok namun meninggalkan permukaan eritem,
kasar, atau berdarah. Pada kondisi candidiasis Daerah rongga mulut yang
biasanya terkena adalah dorsum lidah, palatum, dan sudut bibir (Langlais dan
Miller, 1994).
Candida albican Merupakan flora yang secara normal terdapat pada
permukaan rongga mulut. Lesi akibat Candida sering ditemui pada lidah, mukosa
pipi dan palatum. Penyakit pada mukosa mulut yang diakibatkan oleh jamur
berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh. Pada host yang
immunocompromised, keberadaan jamur meningkat drastis. Coated tongue akibat
jamur dapat terjadi karena berbagai faktor seperti pada pasien dengan kelainan
sistemik yang harus mengkonsumsi antibiotik dalam jangka waktu lama, infeksi,
terapi radiasi, perokok berat, kebersihan mulut yang buruk, dan genetik .
mengontrol pertumbuhan jamur dan mikroba berbahaya lainnya pada saluran
pencernaan.
19
Derajat coated tongue juga memainkan peranan penting pada infeksi
mulut akibat Candida sp. Selaput pada lidah tersebut terdiri dari komponen darah,
nutrient dan sel epitel yang telah berdeskuamasi yang dapat menimbulkan
penyakit infeksi pada rongga mulut akibat jamur dan berkembangnya halitosis.
Namun, memiliki coated tongue belum tentu terinfeksi oleh jamur.
Coated tongue biasanya tidak menimbulkan keluhan bagi penderitanya,
tetapi bila sudah terinvasi Candida sp. kelainan ini dapat menimbulkan beberapa
gejala klinis yang mengurangi kenyamanan penderitanya seperti sensasi rasa
kecap yang terganggu, rasa pedih, rasa sakit dan rasa seperti terbakar pada lidah
yang akan mengakibatkan kekurangan nutrisi.
Obat-obatan seperti turunan sulfa, kemoterapi, kortikosteroid, antibiotik,
antihipertensi, analgesik, antasida berkontribusi dalam perkembangan jamur yang
berlebihan. Obat turunan sulfa dan kemoterapi dapat mematikan mikroflora
normal dalam rongga mulut karena sifatnya yang toksik, dan hal ini dapat memicu
perkembangan jamur. Obat-obatan kortikosteroid akan mempengaruhi sistem
imun yang akan menimbulkan infeksi opurtunistik seperti jamur. Antasida
berkontribusi pada pertumbuhan jamur karena asam hidroklorik pada lambung
membantu Candida sp. biasanya disebut sebagai agen infeksius oportunistik yang
jika ada kesempatan dapat berkembang biak dengan cepat sehingga dapat
menyebabkan kerusakan jaringan.
3.6 Terapi Coated Tongue
20
Membersihkan mulut secara rutin telah dilaporkan menjadi metode
pencegahan yang paling utama dalam mencegah timbulnya lesi pada mukosa.
Oral hygiene tidak hanya dilakukan pada gigi atau jaringan keras rongga mulut
namun juga jaringan lunak mulut, salah satunya lidah.
Peningkatan kebersihan rongga mulut dan melakukan pembersihan lidah
dengan sikat gigi atau tongue scrapper dapat mengurangi ketebalan lapisan
selaput. Apabila coated tongue disebabkan oleh oleh penyakit sistemik, maka
dengan mengobati penyakit sistemik tersebut, selaput padah pun akan berkurang.
Apabila akibat penggunann antibiotik atau kemoterapi, maka tidak diperlukan
tindakan karena akan sembuh dengan sendirinya saat penggunaan obat-obat
tersebut dihentikan. Apabila akibat rokok/alkohol, kebiasaan harus dihilangkan.
Minum banyak air putih dan makan buah-buahan seperti apel, dan sayur-sayuran
seperti brokoli juga dapat membantu melepaskan debris putih dari lidah.
Berkumur dengan asam askorbat, mungkin akan membantu, terutama jika
dikombinasikan dengan menyikat lidah (Field & longman, 2003).
Instrumen untuk membersihkan lidah terdiri dari potongan plastik atau
metal seperti tali yang digenggam dengan satu tangan dan menggores secara
berseberangan pada permukaan lidah, pisau plastik seperti alat pencukur atau
penggaruk untuk menggores permukaan lidah atau sikat kecil, hingga alat
berbentuk bundar dengan sebuah pegangan untuk menggaruk permukaan lidah.
Debris terletak di bagian dorsal posterior dari lidah dan cukup untuk
menyebabkan terjadinya bau mulut yang signifikan serta berbagai penyakit rongga
21
mulut lainnya. Pembersihan lidah menyingkirkan organisme dan debris dari lidah.
Kemungkinan dapat mengurangi penyakit gigi dan periodontal.
Penggunaan sikat gigi juga dapat mereduksi bakteri yang ada pada lidah,
namun efektifitas penurunan bakteri tidak sama di bandingkan dengan
penggunaan tongue scraper. Hal ini disebabkan oleh ukuran permukaan sikat gigi
yang lebih kecil, sehingga kurang efektif mengurangi debris pada lidah
Penggunaan sikat gigi untuk pembersihan lidah dapat menyebabkan pendarahan
kecil dan kerusakan pada bagian permukaan dorsal lidah. Direkomendasikan
untuk menggunakan tongue scraper dari pada penggunaan sikat gigi dalam
membersihkan lidah.
Gambar 3.6 Tongue scraper
Gambar 3.7 Sikat gigi untuk membersihkan lidah
22
Sikat lidah tersebut tidak pernah diamati menyebabkan microbleeding
(bahkan perdarahan yang tidak terlihat dengan menggunakan mata telanjang)
dengan kurang dari 30 gerakan, gaya sebesar 100-150g . Diasumsikan bahwa
sebanyak pada gerakan rata-rata yang kurang dari 30 dibutuhkan untuk
membersihkan lidah.
Tongue scraper dapat membantu membersihkan semua bakteri dan kuman
pada lidah. Lidah sehat mempunyai warna merah muda, sementara lidah yang
tidak sehat adalah tumpul atau mempunyai bercak keputihan. Bagian paling
dorsal dari permukaan lidah biasanya dapat diperhatikan secara signifikan
memiliki banyak debris. Makanan-makanan berminyak dan berlemak yang
banyak berkontribusi dalam menggemukkan badan juga berkontribusi secara
signifikan dalam mengakumulasikan debris lidah.
3.6.1 Cara penggunaan tongue scraper
Adanya penelitian klinis mengenai penuntun yang direkomendasikan
dalam suatu metode dan frekuensi dalam membersihkan lidah, anjuran dibawah
ini tampak sangat logis, yakni:
1. Sikatlah gigi sebelum membersihkan lidah. Pastikan juga menyikat di bagian
belakang gigi untuk mengurangi akumulasi bakteri.
2. Arahkan spoon dari tongue scraper menjangkau bagian paling posterior dari
lidah, dan sepanjang permukaan lidah.
3. Gunakan bentuk tongue scraper sesuai ukuran dari mulut anda.
23
4. Gunakan tongue scraper timbal balik, scraper berlekuk atau menggunakan
pegangan untuk membersihkan lidah. Menjangkau sejauh mungkin dalam mulut
dan pembersih dari belakang ke depan dengan tekanan ringan.
5. Bilas tongue scraper dan pastikan mencuci bersih semua bakteri dan saliva yang
terakumulasi pada tongue scraper. Lakukan pembersihan lidah paling tidak dua
sampai tiga kali setiap pembersihan.
6. Cuci mulut dengan obat kumur pembunuhan bakteri setelah membersihkan lidah.
7. Gunakan tekanan yang ringan ketika menggunakan tongue scraper, jangan
menekan terlalu keras karena dapat mengiritasi lidah.
Debris yang ada pada bagian posterior dorsal dari lidah bertanggung jawab
secara signifikan terhadap terjadinya bau mulut.
24
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kunjungan pertama, pasien mengeluhkan adanya selaput putih
kekuningan pada permukaan lidah sudah lama namun baru menyadari 1 minggu
yang lalu. Selaput tidak menimbulkan rasa sakit, terasa tebal ketika pasien
mengalami demam 2 hari yang lalu. Pasien sangat jarang sekali membersihkan
lidah menggunakan pembersih lidah. Pasien minum air putih kurang dari 8 gelas
sehari dan memiliki kebiasaan makan makanan pedas. Jarang mengkonsumsi
buah, sayur, dan vitamin. Pasien tidak sering mengkonsumsi obat-obatan. Selaput
putih ini belum pernah diobati sebelumnya. Tidak ada keluarga yang mengalami
ini sebelumnya. Pasien ingin dirawat.
Berdasarkan beberapa riwayat penyakit sistemik yang telah ditanyakan
kepada pasien, pasien mengaku tidak pernah menderita penyakit apa pun dan
pasien tidak pernah melakukan pengobatan untuk penyakit yang berat. Saat ini
pun pasien sedang tidak meminum obat apapun. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pasien memiliki kondisi sistemik yang baik.
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan klinis ditegakkan diagnosis coated
tongue untuk kasus pada pasien Nn. D, ditemukan selaput berwarna putih
kekuningan pada dorsum lidah meliputi 2/3 posterior yang ketika dikerok tidak
menimbulkan permukaan yang eritem. Terjadinya coated tongue pada pasien ini
diawali dengan kebiasaan pasien yang tidak pernah membersihkan lidahnya sejak
lama dan juga kurangnya asupan cairan. Sehingga terjadilah penumpukkan
25
bakteri, debris makanan, dan desquamasi epitel, lama-kelamaan tumpukan
tersebut menjadi plak yang berwarna putih kekuningan. Lesi ini biasanya
asimptomatik tetapi terkadang menimbulkan rasa abnormal seperti rasa pahit. Hal
ini dapat diakibatkan oleh papila lidah yang menimbulkan rasa gatal dan rasa yang
aneh di tenggorokan jika papila mengalami pemanjangan.
Pada saat anamnesis didapatkan bahwa pasien jarang meminum air putih
kurang dari 8 gelas perhari. Keadaan dehidrasi menyebabkan reduksi aliran saliva
yang sangat erat kaitannya dengan mulut kering sehingga self-cleansing pada
lidah berkurang. Keluhan utama pasien yang merasa terganggu pada lidahnya
yang terasa tebal saat demam 2 hari sebelum kunjungan merupakan gejala
subjektif yang biasa dikeluhkan pasien dengan gambaran lidah berselaput. Rasa
kotor yang dikeluhkan pasien berasal dari sisa debris makanan, bakteri, dan epitel
yang tidak terdeskuamasi.
Terapi coated tongue pada kasus ini adalah dengan memberikan Oral
Hygiene Instruction (OHI), anjuran penggunaan tongue scraper 2x/hari sesudah
menyikat gigi, Tongue scraper merupakan salah satu jenis pembersih lidah yang
telah dirancang secara khusus untuk membersihkan lidah. Tongue scraper
dirancang sesuai dengan anatomi lidah dan dioptimalkan untuk mengangkat
lapisan plak, tidak menyebabkan terjadinya mikrobleeding dan kerusakan pada
permukaan dorsal lidah yang dihasilkan oleh penggunaan sikat gigi dalam
membersihkan lidah, serta tongue scraper lebih efektif membersihkan permukaan
lidah, terutama untuk menghilangkan debris dan bakteri permukaan lidah disekitar
fungiformis dan filiformis papilla sampai dasar dari permukaan dorsal lidah. Serta
26
anjuran mengkonsumsi asupan seimbang makanan antara yang lunak dan berserat
dikonsumsi seimbang serta asupan cairan yang cukup dan anjuran untuk kontrol
kembali. Seluruh terapi yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan oral
hygiene pasien secara keseluruhan termasuk anjuran untuk membersihkan
lidahnya dengan tongue scraper yang sebelumnya belum pernah dilakukan pasien.
Usaha meningkatkan oral hygiene pasien ini dilakukan untuk menghilangkan
faktor predisposisi dari coated tongue nya yaitu oral hygiene pasien yang kurang
baik karena tidak pernah membersihkan lidahnya.
Setelah dilakukan kontrol, keadaan lidah sudah membaik. Lapisan putih
kekuningan pada permukaan lidah sudah tidak ada. Dari hasil anamnesis pasien
mengaku lidahnya merasa bersih 4 hari setelah kunjungan perama. Terapi yang
diberikan adalah melanjutkan oral hygiene instructions dan terus mencukupi
asupan cairan dan anjuran makanan seimbang antara makanan lunak dan keras
serta makanan yang berserat. Coated tongue dapat muncul hilang timbul dalam
waktu yang singkat, dan ketebalan lapisan dapat diperparah pada saat keadaan
pasien dehidrasi.
27
BAB V
KESIMPULAN
Pada kasus didiagnosis pasien mengalami Coated tongue at regio dorsal
lidah karena ditemukan selaput berwarna putih kekuningan pada dorsum lidah
meliputi 2/3 posterior yang ketika dikerok tidak menimbulkan permukaan yang
eritem.. Coated tongue disebabkan karena pasien tersebut sangat jarang
membersihkan lidahnya serta asupan cairan yang kurang menyebabkan pasien
mengalamai dehidrasi sehingga self cleansing berkurang. Terapi yang diberikan
pada pasien adalah diberikan instruksi untuk menjaga kebersihan mulut dengan
cara sikat gigi yang benar dari cari dan waktu menyikat gigi dan menyikat lidah
dengan menggunakan sikat gigi atau tongue scrapper 2 kali sehari sesudah
menyikat gigi yang bertujuan untuk menghilangkan keratin yang trdapat pada
papilla lidah serta mengkonsumsi asupan seimbang makanan antara yang lunak
dan berserat dikonsumsi seimbang serta asupan cairan yang cukup.
Banyak orang membutuhkan instruksi yang jelas untuk menyelesaikan
pembersihan lidahnya dengan baik tanpa mual. (Beberapa orang dengan bulimia
menggunakan sebuah objek yang mirip dengan pembersih lidah untuk
membangkitkan rasa mual) Dengan dipraktikkannya membersihkan lidah pada
kehidupan sehari-hari, prosesnya akan menjadi lebih mudah dan mulai disetujui.
Akhirnya, orang akan merasakan tidak bersih bila debris pada lidah tidak
dihilangkan.
28
Pada kasus coated tongue ini pasien telah dijelaskan mengenai infermasi
bagaimana terjadinya coated tongue tersebut serta pengobatannya, sehingga
pasien menyadari bahwa menjaga kebersihan mulut itu penting, serta pengaruh
kurangnya asupan cairan, serta pasien dapat mencegah terjadinya coated tongue
tersebut dengan cara cara yang telah dijelaskan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
29
AAOMP. 2005. Coated tongue. Available at www.aaomp.org diakses tanggal: 29
juli 2012.
Casemiro LA, Martins CH, Carvalho TC, Panzeri H, Lavrador TC, Panzeri H, et
al. Effectiveness of new toothbrush design versus a conventional tongue
scraper in improving breath odor and reducing tongue microbiota. J Appl
Oral Sci. [internet] 2010; 16(4). Available from
http://www.scielo.br/scielo.php?
pid=S16787757200800040000&script=sci_arttext.html. Accessed 31 juli
2012
Danser, MM et al. Tongue coating and tongue brushing: a literature review . Int J
Dent Hygiene
Field, A and L. Longman. 2003. Tydesley’s Oral Medicine. 5th ed. Oxford
University Press
Greenberg M.S., dan M. Glick. 2003. Burkets Of Oral Medicine: Diahnosis And
Treatment. 10th ed. London :BC Deckers Inc
Langlais, R P. and C.S. Miller. 1994. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut
Yang Lazim. Alih Bahasa oleh Budi Susetyo. Jakarta : Hipokrates.
Laskaris, G. 2006. Pocket Atlas of Oral Disease. 2nd ed. New York: Thieme
Nirwanda, D. 2010. Prevalensi dan Distribusi Kelainan dan Penyakit Lidah pada
Pasien Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara (Februari – Maret 2010). Skripsi. Medan: USU.
Quirynen, M et al. 2004. Impact of tongue cleansers on microbial load and taste. J
Clin Periodontol
Scully, Crispian. 2001. Handbook of Oral Diseases Diagnosis and Management.
New York : Thieme.
Spiller, M. 2000. Oral Anatomy. Avaible at www.doctorspiller.com diakses
tanggal: 29 juli 2012.
http://www.mercksource.com/pp/us/cns/cns_hl_dorlanssplit.j.html
30