c.LPJ SENAM ASAM URAT.docx
-
Upload
aris-kurniawan -
Category
Documents
-
view
205 -
download
0
Transcript of c.LPJ SENAM ASAM URAT.docx
Lampiran 12c
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATANTENTANG “SENAMASAM URAT” PADA LANSIA
DI LINGKUNGAN PLALANGAN KELURAHAN BINTORO KECAMATAN PATRANG KABUPATEN
JEMBER 2013
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Ners (P3N) Stase Keperawatan Komunitas
oleh:
Muhammad Ulul Amri, S.KepNIM 082311101059
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Laporan P3N Stase Keperawatan Komunitas-PSIK Universitas Jember 2013
Jl. Kalimantan 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp. /Fax (0331) 323450
Laporan P3N Stase Keperawatan Komunitas-PSIK Universitas Jember 2013
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Analisis SituasiWHO mendata penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81% dari
populasi, hanya 24% yang pergi ke dokter, sedangkan 71% nya cenderung langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang dijual bebas. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling tinggi menderita gangguan sendi jika dibandingkan dengan negara di Asia lainnya seperti Hongkong, Malaysia, Singapura dan Taiwan. Penyakit sendi secara nasional prevalensinya berdasarkan wawancara sebesar 30,3% dan prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 14% (Riskesdas 2007-2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit sendi adalah umur, jenis kelamin, genetik, obesitas dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan dan olah raga (Rabea, 2009).
Penyakit gout merupakan salah satu penyakit degeneratif. Salah satu tanda dari penyakit gout adalah adanya kenaikan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hiperurisemia adalah jenis kelamin, IMT, asupan karbohidrat dan asupan purin. Asupan purin merupakan faktor risiko paling kuat yang berhubungan dengan kejadian hiperurisemia (Setyoningsih, 2009).
Hiperurisemia yang merupakan kondisi predisposisi untuk gout, sangat berhubungan erat dengan sindrom metabolik seperti : hipertensi, intoleransi glukosa, dislipidemia, obesitas truncal, dan peningkatan resiko penyakit kardiovaskular. Didapatkan bukti bahwa hiperurisemia sendiri mungkin merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kardiovaskular. Insiden dan prevalensi gout di seluruh dunia tampaknya meningkat karena berbagai alasan, termasuk yang iatrogenik. Gout memengaruhi minimal 1% dari populasi di negara-negara Barat dan merupakan penyakit yang paling umum bersama inflamasi pada pria lebih tua dari 40 tahun (Andrew, 2005). Satu survei epidemiologik yang dilakukan di Bandungan, Jawa Tengah atas kerjasama WHO COPCORD terhadap 4.683 sampel berusia antara 15 – 45 tahun didapatkan bahwa prevalensi hiperurisemia sebesar 24,3 % pada laki-laki dan 11,7% pada wanita (Purwaningsih, 2010).
Sebagian besar kasus gout dan hiperurisemia termasuk hiperurisemia asimptomatik, mempunyai latar belakang penyebab primer, sehingga memerlukan pengendalian kadar asam urat jangka panjang. Perlu komunikasi yang baik dengan pasien untuk mencapai tujuan terapi. Hal itu dapat diperoleh dengan edukasi dan diet rendah purin yang menjadi tatalaksana (Hidayat, 2009). Pencegahan lainnya berupa penurunan konsumsi alkohol dan penurunan berat badan (Misnadiarly, 2007)
Gejala dari gout berupa serangan nyeri sendi yang bersifat akut, biasanya menyerang satu sendi disertai demam, kemudian keluhan membaik dan disusul masa tanpa keluhan yang mungkin berlanjut dengan nyeri sendi kronis. Hampir 85-90% penderita yang mengalami serangan pertama biasanya mengenai satu persendian dan umumnya pada sendi antara ruas tulang telapak kaki dengan jari kaki. (Yatim, 2006). Dari uraian di atas, jelaslah bahwa gout arthritis disebabkan
Laporan P3N Stase Keperawatan Komunitas-PSIK Universitas Jember 2013
oleh multifaktor beberapa diantaranya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai gout arthritis dan tindakan preventif terhadap faktor resiko.
Berdasarkan hasil pengkajian pada sampel jumlah penduduk di Kelurahan Bintoro didapatkan hasil bahwa jumlah lansia yang terdata di Kelurahan Bintoro adalah sebanyak 130 lansia. Lansia dalam kondisi sehat sebanyak 127 lansia (97,7%) dan 3 lansia (2,3%) dalam kondisi sakit. Sebagian besar yaitu 73 lansia (56,2%) merokok, dan sisanya yaitu 57 lansia (43,8%) tidak merokok. Sebagian besar yaitu sebanyak 87 lansia (66,9%) tetap bekerja, 40 lansia (30,8%) tidak bekerja, dan 3 lansia (2,3%) hanya mengasuh cucu dalam kegiatan kesehariannya. 3 masalah kesehatan yang banyak dialami oleh lansia yaitu hipertensi sebanyak 40 lansia (30,6%), pusing sebanyak 30 lansia (23,1%), dan linu-linu sebanyak 27 lansia (20,8%). Data tersebut menunjukkan semakin kompleksnya masalah dialami seorang lansia, sehingga perlu adanya suatu latihan senam asam urat lansia untuk mengurangi rasa nyeri akibat penyakit asam urat.
1.2 Rumusan MasalahApakah dengan pemberian pelatihan senam asam urat mampu menurunkan
dan meringankan rasa nyeri akibat penyakit asam urat pada kelompok lansia yang memiliki penyakit asam urat?
Laporan P3N Stase Keperawatan Komunitas-PSIK Universitas Jember 2013
BAB II. TUJUAN DAN MANFAAT
a.1 Tujuan a.1.1 Tujuan Umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan senam asam urat diharapkan kelompok lansia di Lingkungan Plalangan Kelurahan Bintoro Kecamatan Patrang mengetahui dan mempraktekkan pentingnya senam asam urat untuk meringankan dan menurunkan rasa nyeri akibat penyakit asam urat.
a.1.2 Tujuan Khususa. Lansia mengetahui manfaat latihan senam asam urat;b. Lansia mampu menyebutkan prinsip senam asam urat dengan
benar;c. Lansia mampu mengikuti gerakan latihan senam asam urat;d. Lansia mampu mendemonstrasikan gerakan dalam latihan senam
asam urat;e. Lansia mampu melakukan senam asam urat secara rutin.
a.1 ManfaatSetelah diberikan pelatihan senam asam urat lansia, diharapkan :
a. Senam asam urat dilakukan secara rutin dan teratur oleh lansia untuk meringankan rasa nyeri akibat penyakit asam urat;
b. Sebagai upaya pencegahan lansia agar terhindar dari penyakit asam urat.
BAB III. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH
1.1 Dasar Pemikiran Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Menurut Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, yang dimaksud lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas (Azizah, 2011). Menurut Surini & Utomo (2003, dalam Azizah, 2011), lanjut usia bukanlah suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang akan dijalani semua individu, ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan
Usia lanjut atau lansia lebih diidentikkan sebagai masa dimana terjadi perubahan atau penurunan status kesehatan pada tubuh. Lansia dapat menghadapi tantangan yang berkaitan dengan usia melalui realisme dan pengembangan pengetahuan tentang kebutuhan kesehatan mereka, serta tentang sumber yang tersedia untuk membantu lansia dalam mengelola kesehatan lansia sendiri. Promosi kesehatan lansia difokuskan pada pencegahan terhadap semua penurunan fungsi tubuh serta mempertahankan kemampuan lansia untuk tetap mandiri. Unsur penting dalam perawatan preventif pada lansia adalah memastikan penggunaan layanan kesehatan yang ada secara optimal, dan organisasi institusi layanan kesehatan. Program pemeliharaan kesehatan harus berdasar pada pemahaman
Laporan P3N Stase Keperawatan Komunitas-PSIK Universitas Jember 2013
yang jelas tentang sumber tersedia untuk pencegahan primer, sekunder, dan tersier (Maas et al, 2011).
Hal terpenting dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan lansia yaitu dengan upaya pencegahan primer. Pencegahan primer lebih menekankan pentingnya latihan fisik ataupun upaya-upaya yang harus dilakukan dalam mencegah munculnya berbagai masalah kesehatan, termasuk pemberian pengetahuan lansia tentang pola hidup sehat saat usia lanjut. Lansia harus diberikan pemahaman serta motivasi untuk melakukan latihan fisik yang rutin setiap hari namun tidak berat serta melakukan pola hidup sehat. Lansia yang merokok harus diberikan informasi bahwa mereka dapat meningkatkan derajat kesehatannya dan mencegah berbagai penyakit jika berhenti merokok, selain itu lansia harus diingatkan tentang dampak negatif kebiasaan makan yang berlebihan, ataupun penggunaan alkohol terhadap peningkatan angka kesakitan pada lansia (Williams, 1995, dalam Maas et al, 2011).
1.2 Kerangka Penyelesaian MasalahPenuaan adalah proses normal dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang
dapat terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Penuaan merupakan fenomena yang kompleks dan multidimensional yang dapat diobservasi di dalam satu sel dan berkembang sampai pada keseluruhan sistem (Stanley & Beare, 2006). Proses penuaan merupakan akumulasi secara progresif dari berbagai perubahan fisiologi organ tubuh yang berlangsung seiring berlalunya waktu. Proses penuaan akan meningkatkan kemungkinan terserang penyakit bahkan kematian (Azizah, 2011)Adanya penuaan didalam suatu populasi telah diperhatikan oleh the Public Health Service dan the Institute of Medicine. Dalam laporan terbaru dari bagian bedah umum yang berjudul Healthy People 2000: Citizens Chart the Course, perhatian utama diberikan untuk peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit yang diperlukan lansia. Perawat membagi tanggung jawab dengan anggota masyarakat lain untuk memulai dan mendukung tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan kesehatan dan sosial masyarakat. Tanggung jawab tersebut telah ditunjukkan dalam International Council of Nurses Code for Nurses (ICN), yang menyarankanagar perawat berkolaborasi dengan anggota profesi dan anggota masyarakat lainnya dalam promosi upaya komunitas dan nasional untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat khususnya pada kelompok usia lansia (Stanley, 2006). Di samping itu para lansia perlu diberikan motivasi untuk mempertahankan pola hidup sehat yakni dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik/olahraga secara benar dan teratur, tidak merokok, hindari faktor resiko penyakit degeneratif, memeriksakan kesehatan secara teratur, terus menyalurkan hobby dan kebiasaan dan aktivitas yang bermanfaat(Kemenkes RI, 2010).
Senam hipertensi adalah bagian dari usaha untuk mengurangi berat badan dan mengelola stress-dua faktor yang mempertinggi resiko hipertensi. Dengan melakukan gerakan / senam hipertensi yang tepat selama 30-40 menit atau lebih
Laporan P3N Stase Keperawatan Komunitas-PSIK Universitas Jember 2013
sebanyak 3-4 hari per minggu, dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 10 mmHg pada bacaan sistolik dan diastolik (Vitahealth, 2010)
BAB IV. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN
4.3 Realisasi Penyelesaian MasalahRealisasi dari hasil kegiatan ini adalah lansia mampu mengetahui dan mempraktekkan senam asam urat lansia untuk meringankan rasa nyeri dan sebagi upaya untuk mencegah terjadinya penyakit asam urat pada lansia.
4.4 Khalayak SasaranKhalayak sasaran dari kegiatan ini adalah kelompok lansia di Lingkungan PlalanganKelurahan Bintoro Kabupaten Jember.
4.5 Metode yang DigunakanMetode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah dengan pelatihan senam asam urat pada kelompok lansia di Lingkungan Plalangan Kelurahan Bintoro Kecamatan Patrang Kabupaten Jember.
BAB V. HASIL KEGIATAN
5.1 Analisis Evaluasi dan Hasil Kegiatan5.1.1 Evaluasi Struktur
a. Kegiatan pendidikan kesehatan tentang senam asam urat dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 21 Desember 2013 pukul 16.00-17.00 WIB.
b. Pemateri dan rekan menuju tempat dilakukannya pendidikan kesehatan tentang senam asam urat lansiapada acara pengajian di Musholladi Lingkungan Plalangan pada pukul 16.00 WIB. Acara dimulai pada mulai pukul 16.00 WIB
c. Persiapan lain yang dilakukan adalah menyiapkan ruang dan perlengkapan untuk senam misalnya mic dan sound.
d. Persiapan kegiatan pendidikan kesehatan tentang senam asam urat lansiayang terdiri dari preplanning (Bab I-IV), SAP, SOP, leaflet, lembar daftar hadir dan berita acara.
e. Pemateri mampu menyiapkan diri untuk bersikap empati, netral, menghargai dan caring pada lansia.
f. Pemateri telah melakukan pengkajian yang akurat dari berbagai sumber (klien, masyarakat) sebagai data dasar sebelum memulai proses pendidikan kesehatan tentang senam asam urat lansia.
g. Lansia menyatakan bersedia mengikuti proses pendidikan kesehatan tentang senam asam urat.
Laporan P3N Stase Keperawatan Komunitas-PSIK Universitas Jember 2013
h. Telah terbina mutual relationship dan trust relationship antara lansia dan pemateri.
5.1.2 Evaluasi ProsesSelama proses kegiatan berjalan dengan lancar dan dengan durasi waktu yang lebih singkat dari perencanaan awal yaitu 15 menit, dimana pada perencanaan awal waktunya 30 menit. Hal tersebut disebabkan karena peserta kooperatif dan adanya bantuan rekan sebagai fasilitator saat kegiatan senam sangat membantu memperlancar jalannya kegiatan pendidikan kesehatan tentang senam asam urat lansia. Adanya peran rekan sebagai fasilitator cukup optimal untuk membantu lansia apabila kesulitan dalam menirukan gerakan yang dicontohkan oleh pemateri.
5.1.3 Evaluasi Hasila. Kegiatan pendidikan kesehatan tentang senam asam urat
lansiadihadiri oleh20orang yang terdiri dari 15 lansia dan 5mahasiswa P3N Universitas Jember.
b. Lansia tampak antusias mengikuti gerakan senam asam urat lansiayang didemonstrasikan.
c. Lansia mengikuti semua rangkaian gerakan senam asam urat lansia mulai dari awal sampai akhir.
d. Lansia aktifmenjawab dan mempraktekkan ulang gerakan senam asam urat lansiayang telah diajarkan saat dilakukan posttest.
5.2 Faktor Pendorong5.2.1 Dukungandarikaderdanbidandesa, yang
menyambutbaikdanmemberikanizindenganadanyapendidikankesehatantentangsenam asam urat lansiapadalansia di LingkunganPlalanganKelurahanBintoroKecamatanPatrangKabupatenJember.
5.2.2 Kader posyandumemfasilitasitempatuntukdiberikannyapendidikankesehatantentangsenam asam urat lansia.
5.2.3 Lansiaantusiasuntukmengikutikegiatansenam asam urat lansia.5.2.4 Mahasiswa P3N
lainnyamembantupelaksanaankegiatanpendidikankesehatantentangsenam asam urat lansia, baikmenjadifasilitator, dokumentasi, presensi, dansebagainya.
5.3 Faktor Penghambat5.3.1 Adanya kendala bahasa antara pemateri dengan lansia yang mayoritas
bersuku Madura, sehingga membutuhkan bantuan dari mahasiswa lain dalam memberikan instruksi saat mendemostrasikan gerakan senam asam urat lansia.
Laporan P3N Stase Keperawatan Komunitas-PSIK Universitas Jember 2013
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KesimpulanBerdasarkan dari hasil evaluasi kegiatan pendidikan kesehatan tentang
senam asam urat lansiadiketahui bahwasebelumnya mayoritas lansia yang hadir tidak mengetahui tentang senam asam urat lansia, namun setelah dilakukan kegiatan pendidikan kesehatan tentang senam asam urat lansia, mayoritas lansia mampu menjawab dan mempraktekkan gerakan dalam senam asam urat lansiadengan baik.Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan tentang senam asam urat lansia pada lansia dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan lansia melakukan senam asam urat lansiadalam upaya meningkatkan derajat kesehatan lansia dan pencegahan terjadinya masalah kesehatan yang sering terjadi pada usia lansia di Kelurahan Bintoro Kecamatan Patrang Kabupaten Jember.
6.2 Saran6.2.1 BagiSasaran (Lansia)
Lansiadiharapkanrutin secara mandirimelakukansenam asam urat lansiasebagaiupayameningkatkanderajatkesehatan dan pencegahanterjadinyamasalahkesehatan pada lansia, misalnyadenganmelakukansenam jantung sehat lansiasenam asam urat lansiaseminggu 3 kali.
6.2.2 BagiKeluargaKeluargadiharapkanmampuuntukmemotivasi dan memfasilitasilansiadalammelakukansenam asam urat lansia di rumah, misalnyadenganmemberikanruangataumengingatkanlansiauntukmelakukansenam asam urat lansia secara rutin.
6.2.3 BagiMasyarakatSaran yang dapatdiberikanpada masyarakatyaitumasyarakatKelurahanBintoro, khususnyakepalalingkungan, ketua RW, ketua RT, dan kaderPosyanduPlalangan, diharapkan juga turutmemperhatikan dan meningkatkankesadaranwarganyauntukbersediamengikutikegiatansepertiposyandulansia dan memeriksakankepelayanankesehatan.
6.2.4 BagiTenagaKesehatanBagitenagakesehatansetempatkhususnya pada bidandesaatauperawatdiharapkanlebihmengaktifkanpelayanankesehatanmelaluiposyandulansia di LingkunganPlalangan dan dapatmenarikminatlansiadengan cara mengadakansenam pada lansiaataupendidikankesehatantentangpenyakit yang seringdialamilansiasaatposyandulansia.
Lampiran
Laporan P3N Stase Keperawatan Komunitas-PSIK Universitas Jember 2013
1. SAPsenam asam urat lansia;2. SOP senam asam urat lansia;3. Materi senam asam urat lansia;4. Media: leaflet;5. Berita Acara;6. Daftar Hadir;7. Dokumentasi Kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, ginting. Konsep Hipertensi Lansia. Bandung: Media SwaraAHA, 2003. Heart and disease. www.aha.org [diakses tanggal 15 Desember 2013]
Andra, Hasbullah. Perawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Media PressAndi, Bastian. Senam Jantung Sehat Untuk Lansia. Surabaya: Gita Pariwara.Budi, prianto. 2000. Konsep Usia Lanjut. Jakarta: TIMGunawan, 2001. Lansia dan permasalahannya. Jakarta: Penerbit TIMMaas, Meridean et al. 2011. Asuhan Keperawatan Geriatrik. Jakarta:EGC.Nugroho, Wahyudi SKM, 2000, Keperawatan Gerontik (edisi 2), penerit buku
Kedokteran EGC : JakartaStanley, Mickey dan Beare, Patricia. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik edisi
2. Jakarta: EGC.Subdit Perkesmas, Perawatan Pada Usia Lanjut, Dir. Yankesmas Depkes RI,
Jakarta 1982Vitahealth, 2010. Hipertensi Informasi Untuk Penderita dan Keluarganya.
Jakarta: General Media
Laporan P3N Stase Keperawatan Komunitas-PSIK Universitas Jember 2013
Lampiran 1
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Topik/Materi : Pelatihan SenamAsamUratSasaran: KelompokLansia di LingkunganPlalanganKelurahanBintoroHari/Tanggal :Sabtu, 21 Desember 2013Waktu : 1 x 30 menitTempat :MushollaLingkunganPlalangan
A. Latar Belakang:WHO mendata penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81% dari
populasi, hanya 24% yang pergi ke dokter, sedangkan 71% nya cenderung langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang dijual bebas. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling tinggi menderita gangguan sendi jika dibandingkan dengan negara di Asia lainnya seperti Hongkong, Malaysia, Singapura dan Taiwan. Penyakit sendi secara nasional prevalensinya berdasarkan wawancara sebesar 30,3% dan prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 14% (Riskesdas 2007-2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit sendi adalah umur, jenis kelamin, genetik, obesitas dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan dan olah raga (Rabea, 2009).
Penyakit gout merupakan salah satu penyakit degeneratif. Salah satu tanda dari penyakit gout adalah adanya kenaikan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hiperurisemia adalah jenis kelamin, IMT, asupan karbohidrat dan asupan purin. Asupan purin merupakan faktor risiko paling kuat yang berhubungan dengan kejadian hiperurisemia (Setyoningsih, 2009).
Hiperurisemia yang merupakan kondisi predisposisi untuk gout, sangat berhubungan erat dengan sindrom metabolik seperti : hipertensi, intoleransi glukosa, dislipidemia, obesitas truncal, dan peningkatan resiko penyakit kardiovaskular. Didapatkan bukti bahwa hiperurisemia sendiri mungkin merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kardiovaskular. Insiden dan prevalensi gout di seluruh dunia tampaknya meningkat karena berbagai alasan, termasuk yang iatrogenik. Gout memengaruhi minimal 1% dari populasi di negara-negara Barat dan merupakan penyakit yang paling umum bersama inflamasi pada pria lebih tua dari 40 tahun (Andrew, 2005). Satu survei epidemiologik yang dilakukan di Bandungan, Jawa Tengah atas kerjasama WHO COPCORD terhadap 4.683 sampel berusia antara 15 – 45 tahun didapatkan bahwa
Laporan P3N Stase Keperawatan Komunitas-PSIK Universitas Jember 2013
prevalensi hiperurisemia sebesar 24,3 % pada laki-laki dan 11,7% pada wanita (Purwaningsih, 2010).
Sebagian besar kasus gout dan hiperurisemia termasuk hiperurisemia asimptomatik, mempunyai latar belakang penyebab primer, sehingga memerlukan pengendalian kadar asam urat jangka panjang. Perlu komunikasi yang baik dengan pasien untuk mencapai tujuan terapi. Hal itu dapat diperoleh dengan edukasi dan diet rendah purin yang menjadi tatalaksana (Hidayat, 2009). Pencegahan lainnya berupa penurunan konsumsi alkohol dan penurunan berat badan (Misnadiarly, 2007)
Gejala dari gout berupa serangan nyeri sendi yang bersifat akut, biasanya menyerang satu sendi disertai demam, kemudian keluhan membaik dan disusul masa tanpa keluhan yang mungkin berlanjut dengan nyeri sendi kronis. Hampir 85-90% penderita yang mengalami serangan pertama biasanya mengenai satu persendian dan umumnya pada sendi antara ruas tulang telapak kaki dengan jari kaki. (Yatim, 2006). Dari uraian di atas, jelaslah bahwa gout arthritis disebabkan oleh multifaktor beberapa diantaranya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai gout arthritis dan tindakan preventif terhadap faktor resiko.
Berdasarkan hasil pengkajian pada sampel jumlah penduduk di Kelurahan Bintoro didapatkan hasil bahwa jumlah lansia yang terdata di Kelurahan Bintoro adalah sebanyak 130 lansia. Lansia dalam kondisi sehat sebanyak 127 lansia (97,7%) dan 3 lansia (2,3%) dalam kondisi sakit. Sebagian besar yaitu 73 lansia (56,2%) merokok, dan sisanya yaitu 57 lansia (43,8%) tidak merokok. Sebagian besar yaitu sebanyak 87 lansia (66,9%) tetap bekerja, 40 lansia (30,8%) tidak bekerja, dan 3 lansia (2,3%) hanya mengasuh cucu dalam kegiatan kesehariannya. 3 masalah kesehatan yang banyak dialami oleh lansia yaitu hipertensi sebanyak 40 lansia (30,6%), pusing sebanyak 30 lansia (23,1%), dan linu-linu sebanyak 27 lansia (20,8%). Data tersebut menunjukkan semakin kompleksnya masalah dialami seorang lansia, sehingga perlu adanya suatu latihan senam asam urat lansia untuk mengurangi rasa nyeri akibat penyakit asam urat.
B. Tujuan1. Tujuan Instruksional Umum:
Setelah diberikan pelatihan senam asam urat diharapkan kelompok lansia di Lingkungan Plalangan Kelurahan Bintoro Kecamatan Patrang mampu memahami dan mempraktekkan pentingnya senam asam urat untuk menurunkan rasa nyeri akibat gejala asam urat.
2. Tujuan Instruksional Khusus:Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang lansia sehat diharapkan:a. Lansia mengetahui manfaat latihan senam asam urat;b. Lansia mampu menyebutkan prinsip senam asam uratdengan benar;c. Lansia mampu mengikuti gerakan latihan senam asam urat;d. Lansia mampu mendemonstrasikan gerakan dalam latihan senam asam
urat;
Laporan P3N Stase Keperawatan Komunitas-PSIK Universitas Jember 2013
e. Lansia mampu melakukan senam asam urat secara rutin.
C. Garis Besar Materi1. Pengertian dan tujuan senam asam urat;2. Indikasi dan kontraindikasi senam asam urat;3. Langkah-langkah senam asam urat.
D. Metode:1. Demonstrasi 2. Praktek
E. Media/Alat yang digunakan: Leaflet
F. Proses Kegiatan
ProsesTindakan Media dan
alat penyuluhan
Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
Pendahuluan(5 menit)
1. Memberi salam, memperkenalkan diri, dan membuka penyuluhan.
2. Menjelaskan tentang TIU dan TIK.
3. Menjelaskan tentang manfaat senam anti stroke bagi lansia
Memperhatikan dan menjawab salam
Memperhatikan
Memperhatikan
Penyajian(20 menit)
1. Menanyakan kepada lansia tentang latihan yang akan disampaikan, apakah pernah diperoleh sebelumnya.
2. Menerima jawaban dan memberi komentar terhadap jawaban keluarga
3. Menjelaskan tentang pengertian dan tujuan senam lansia sehata. Menanyakan kepada
lansia mengenai materi yang baru disampaikan.
b. Mendiskusikan bersama jawaban yang diberikan.
4. Menjelaskan tentang
Memperhatikan dan menjawab
Memberikan sumbang saran
Memperhatikan
Memberikan pertanyaan
Memperhatikandan memberi tanggapan
Leaflet
Laporan P3N Stase Keperawatan Komunitas-PSIK Universitas Jember 2013
indikasi dan kontraindikasi senam lansia sehata. Menanyakan kepada
lansia mengenai materi yang baru disampaikan.
b. Mendiskusikan bersama jawaban yang diberikan.
5. Menjelaskan langkah-langkah dan mempraktikkan senam lansia sehata. Mengajarkan lansia
senam asam urat.b. Meminta lansia untuk
mempraktikkan senam asam urat secara mandiri.
Memperhatikan
Memberikan pertanyaan
Memperhatikandan memberi tanggapan
Memperhatikandan memberi tanggapanMemperhatikan dan mempraktikkan
Penutup(5 menit)
1. Memberi kesempatan kepada lansia untuk bertanya tentang materi yang baru disampaikan.
2. Menampung jawaban dan memberi komentar tentang pendapat dari lansia
3. Bersama-sama dengan lansia menyimpulkan materi yang telah dibahas.
4. Menutup pertemuan dan memberi salam
Memberikan pertanyaan
Memperhatikan
Memberikan sumbang saran
Memperhatikan dan membalas salam
G. Evaluasi: 1. Apa pengertian senam asam urat lansia?2. Apa tujuan senam asam uratlansia?3. Apa indikasi dan kontraindikasi senam asam uratlansia?4. Bagaimana gerakan senam asam urat lansia?
H. Referensi:
Maas, Meridean et al. 2011. Asuhan Keperawatan Geriatrik. Jakarta:EGC.Nugroho, Wahyudi SKM, 2000, Keperawatan Gerontik (edisi 2), penerit buku
Kedokteran EGC : JakartaStanley, Mickey dan Beare, Patricia. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik edisi
2. Jakarta: EGC.
Laporan P3N Stase Keperawatan Komunitas-PSIK Universitas Jember 2013
Pemateri,
Muhammad UlulAmri, S.Kep. NIM 082311101059
Laporan P3N Stase Keperawatan Komunitas-PSIK Universitas Jember 2013
PROGRAMPENDIDIKANPROFESI NERS PSIK UNEJ
JUDUL SOPSENAM ASAM URAT PADA LANSIA
PROSEDUR TETAP
NO DOKUMEN :
NO REVISI : HALAMAN :
TANGGAL TERBIT :
DITETAPKAN OLEH :Ketua PSIK
Universitas jember1. PENGERTIAN Senam asam urat adalah senam atau
rangkaian gerakan anggota tubuh sebagai suatu upaya untuk mencegah dan meringankan gejala-gajala asam urat serta berfungsi sebagai terapi tambahan terhadap pasien asam urat atau lansia dengan asam urat . Senam ini juga sebagai salah satu modal untuk memandu mencegah dan memberikan terapi terhadap gejala asam urat.
2. TUJUAN 1. menurunkan rasa nyeri akibat asam urat
2. meningkatkan kesehatan dan daya tahan tubuh secara menyeluruh
3. melatih kekuatan otot-otot persendian pada lansia.
3. INDIKASI Lansia dengan penyakit asam urat 4. KONTRAINDIKASI Pada lansia yang menderita asam urat
dengan adanya tanda radang seperti nyeri, bengkak, merah pada daerah sendi atau yang mengalami gangguan gerak.
5. PERSIAPAN PASIEN 1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada lansia
2. Kaji rentang gerak lansia6. PERSIAPAN ALAT 1. kursi
2. karet gelang3. mat
Lampiran 2
Laporan P3N Stase Keperawatan Komunitas-PSIK Universitas Jember 2013
4. bantal7.
CARA BEKERJA1. Tahap Pertama: Latihan Pernapasan
a. Instruksikan lansia untuk duduk dengan nyaman dan punggung ditegakkan
b. Instruksikan untuk menarik napas melalui hidung hingga tulang rusuk terasa terangkat dan hembuskan napas melalui mulut seperti meniup lilin
c. Instruksikan untuk melakukannya secara kontinu, minimal 4 set dengan istirahat antar set 1-2 menit.
2. Tahap Kedua: Pemanasan (peregangan)a. Instruksikan lansia untuk mengangkat kedua tanganb. Instruksikan untuk menarik tangan ke samping kanan dengan
hitungan 1 X 8c. Instruksikan untuk melakukan hal yang sama dengan menarik
tangan ke samping kiri.d. Instruksikan lansia untuk menyilangkan tangan kanan dan
meletakkan di bahu kiri, tangan kiri mendorong siku kanan dengan hitungan 1 x 8.
e.f. Instruksikan untuk melakukan hal yang sama dengan menarik
tangan kiri ke bahu kanan.g. Instruksikan untuk meletakkan tangan pada pinggang,
kemudian miringkan kearah kanan dan kiri secara bergantian dengan hitungan 2 X 8.
3. Tahap Ketiga: Latihan Persendian a. Sendi Leher
1) Instruksikan lansia untuk menegakkan kepalanya. 2) Anjurkan untuk memutar kepala ke kanan perlahan lahan hingga
kembali ke posisi awal. 3) Lanjutkan dengan memutar kepala ke kiri secara perlahan-lahan
hingga kembali ke posisi awal. Lakukan secara berulang sebanyak 2X.
b. Sendi Bahu1) Instruksikan lansia untuk berbaring dengan nyaman dengan
posisi lengan rileks di samping tubuh lansia.2) Selanjutnya angkat lengan kanan secara perlahan ke arah
samping menjauhi tubuh, kemudian kembalikan pada posisi semula. Ulangi gerakan yang sama untuk lengan kiri Anda. Lakukan secara bergantian antara lengan kiri dan kanan. Lakukan sebanyak 3X untuk masing-masing lengan.
3) Instruksikan lansia untuk menekuk siku ke arah samping dan posisi telapak tangan menyentuh bahu.
4) Kemudian gerakkan kedua siku ke arah depan, hingga kedua siku saling menyentuh. Lanjutkan dengan menggerakkan siku
Laporan P3N Stase Keperawatan Komunitas-PSIK Universitas Jember 2013
kembali ke posisi awal hingga dada merasa tertarik ketika menarik siku kembali ke posisi awal.
Senam Asam urat atau Sakit Sendi (Bahu)c. Sendi Pinggul
1) Instruksikan lansia untuk berbaring dengan nyaman dengan posisi ujung tumit menempel.
2) Kemudian jauhkan kaki kanan secara perlahan dari tubuh, lalu kembalikkan ke posisi awal. Lakukan secara bergantian antara kaki kanan dan kiri. Lakukan sebanyak 3X untuk masing-masing kaki.
Senam Asam urat atau Sakit Sendi (Pinggul)d. Pergelangan Kaki
1) Instruksikan lansia untuk memutar pergelangan kaki kanan searah jarum jam secara perlahan kemudian lakukan arah sebaliknya (berlawanan jarum jam).
2) Lakukan secara bergantian antara pergelangan kaki kanan dan kiri dengan hitungan 1 X 8
Senam Asam urat atau Sakit Sendi (Pergelangan Kaki)
e. Pergelangan Tangan1) Instruksikan lansia untuk menekuk jari–jari tangan.2) Kemudian putar pergelangan tangan searah jarum jam dan
kemudian berlawanan dengan jarum jam.3) Lakukan secara bergantian antara pergelangan tangan kanan dan
kiri dengan hitungan 1 X 8
Senam Asam urat atau Sakit Sendi (Pergelangan Tangan)
f. Ruas Jari1) Instruksikan lansia untuk menyentuh tiap jari-jari tangan dengan
ibu jari. Ulangi hingga 5 kali.2) Lakukan secara bergantian antara jari tangan kanan dan kiri.
Laporan P3N Stase Keperawatan Komunitas-PSIK Universitas Jember 2013
Senam Asam urat atau Sakit Sendi (Ruas Jari)
4. Tahap Kelima: Latihan KardioInstruksikan lansia untuk jalan di tempat selama 3-5 menit
5. Tahap Keenam: Peregangan (pendinginan)1) Instruksikan lansia untuk memutar badan ke kanan dan ke kiri
sebanyak 2 X 82) Instruksikan lansia untuk menarik nafas dalam-dalam melalui
hidung dan menghembuskannya melalui mulut secara perlahan-lahan.
8. EVALUASI1. Tanyakan lansia bagaimana perasaannya2. Kaji nyeri lansia dengan PQRST3. Kaji kesulitan gerak pada sendi dengan cara menggerak-
menggerakkan sendi4. Observasi adanya peradangan pada sendi5. Kaji perubahan rentang gerak lansia
Laporan P3N Stase Keperawatan Komunitas-PSIK Universitas Jember 2013
Lampiran 3
ASAM URAT
A. PengertianGout arthritis sering dikenal dengan asam urat, yang sudah dikenal
sejak 2.000 tahun yang lalu dan menjadi salah satu penyakit tertua yang dikenal manusia. Dulu, penyakit ini juga disebut "penyakit para raja" karena penyakit ini diasosiasikan dengan kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman yang enak-enak. Kini, asam urat bisa menimpa siapa saja, terutama para penggemar makanan enak.
Gangguan asam urat ditandai dengan suatu serangan tiba-tiba di aderah persendian. Saat bangun tidur, misalnya, ibu jari kaki dan pergelangan kaki Anda terasa terbakar, sakit dan membengkak. Bahkan selimut yang Anda gunakan terasa seperti batu yang membebani kaki. Seperti itulah gejala asam urat alias arthritis gout.
Gangguan asam urat disebabkan oleh tingginya kadar asam urat di dalam darah. Tingginya asam urat dalam darah menyebabkan terjadinya penumpukan kristal di daerah persendian sehingga menimbulkan rasa sakit. Selain rasa sakit di persendian, asam urat juga menyerang ibu jari kaki, dapat membentuk tofi atau endapan natrium urat dalam jaringan di bawah kulit, atau bahkan menyebabkan terbentuknya batu ginjal. Jika tidak diatasi gangguan asam urat ini sangat mengganggu aktivitas. Selain dengan mengonsumsi obat-obatan, pengaturan pola makanan dapat dijadikan pilihan untuk mengatasi masalah asam urat. Menu makanan diatur sedemikian rupa agar lebih banyak makanan dengan kandungan nukleotida purin yang rendah.
Kadar urat di darah tergantung usia dan jenis kelamin. Umunya, anak-anak memiliki kadar asam urat antara 3,0-4,0 mg/dl. Kadar ini akan meningkat dengan bertambahnya usia dan menurun saat menopause. Rata-rata kadar asam urat pada laki-laki dewasa dan wanita premenopause sekitar 6.8 dan 6,0 mg/dl. Kadar asam urat pada orang dewasa cenderung meningkat dengan bertambahnya usia, berat badan, tekanan darah, konsumsi alkohol dan gangguan fungsi ginjal.
B. Gejala Gout ArtrhitisAsam urat memiliki tanda-tanda yakni:1. nyeri sendi, terutama di jempol kaki yang kemudian merambat di
persendian kaki. Umumnya orang yang berusia 35 tahun ke atas rawan terkena penyakit ini;
2. kesemutan dan linu;3. nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur;4. sendi yang terkena asam urat terlihat bengkak, kemerahan, panas dan
nyeri luar biasa pada malam dan pagi.
Laporan P3N Stase Keperawatan Komunitas-PSIK Universitas Jember 2013
C. Prinsip Diet Yang Harus Dipatuhi Oleh Penderita Asam Urat1. Pembatasan purin
Apabila telah terjadi pembengkakan sendi maka penderita gangguan asam urat harus melakukan diet bebas purin. Yang harus dilakukan adalah membatasi asupan purin menjadi 100-150 mg purin per hari (diet normal biasanya mengandung 600-1.000 mg purin per hari).
2. Kalori sesuai dengan kebutuhanJumlah asupan kalori harus benar disesuaikan dengan kebutuhan
tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita gangguan asam urat yang kelebihan berat badan, berat badannya harus diturunkannn dengan tetap memperhatikan jumlah konsumsi kalori. Asupan kalori yang terlalu sedikit juga bisa meningkatkan kadar asam urat karena adanya keton bodies yang akan mengurangi pengeluaran asam urat melalui urin.
3. Tinggi karbohidratKarbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi sangat
baik dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan meningkatkan pengeluaran asam urat melalui uirn. Konsumsi karbohidrat kompleks ini sebaiknya tidak kurang dari 100 gram per hari. Karbohidrat sederhana jenis fruktosaa seperti gula, permen, arum manis, gulali, dan sirop sebaiknya dihindari karena fruktosa akan meningkatkan kadar asam urat dalam darah.
4. Rendah proteinProtein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar
asam urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein hewani dalam jumlah yang tinggi, misalnya hati, ginjal, otak, paru, dan limpa. Asupan protein yang dianjurkan bagi penderita gangguan asam urat adalah sebesar 50-70 gr/hari atau 0,8-1 gr/kg berat badan/hari. Sumber protein yang disarankan adalahhh protein nabati yang berasal dari susu, keju dan telur
5. Rendah lemakLemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Makanan
yang digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya dihindari. Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15 % dari total kalori.
6. Tinggi cairanKonsumsi cairan yang tinggi dapat membantu membuang asam urat
melalui urin. Karena itu, Anda disarankan untuk menghabiskan minum minimal sebanyak 2,5 liter atau 10 gelas sehari. Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui buah-buahan segar yang mengandung banyak air. Buah-buahan yang disarankan adalah semangka, melon, blewah, nanas, belimbing manis, dan jambu air. Selain buah-buahan tersebut, buah-buahan yang lain juga boleh dikonsumsi karena buah-buahan sangat sedikit mengandung purin. Buah-buahan yang sebaiknya dihindari adalah alpukat dan durian, karena keduanya mempunyai kandungan lemak yang tinggi.
Laporan P3N Stase Keperawatan Komunitas-PSIK Universitas Jember 2013
7. Tanpa alkoholBerdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka
yang mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi alkohol. Hal ini adalah karena alkohol akan meningkatkan asam laktat plasma. Asam laktat ini akan menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh.
8. OlahragaSebagaibentukpencegahandalammenanganipenyakitasamurat, dapatdilakukandengansenamasamurat. Senamasamuratadalahsenamataurangkaiangerakananggotatubuhsebagaisuatuupayauntukmencegahdanmeringankangejala-gajalaasamuratsertaberfungsisebagaiterapitambahanterhadappasienasamuratataulansiadenganasamurat . Senaminijugasebagaisalahsatu modal untukmemandumencegahdanmemberikanterapiterhadapgejalaasam.Adapuntujuandarisenamasamuratadalah:
a. menurunkan rasa nyeriakibatasamuratb. meningkatkankesehatandandayatahantubuhsecaramenyeluruhc. melatihkekuatanotot-ototpersendianpadalansia.
SENAM ASAM URAT
1. PengertianSenam asam urat adalah senam atau rangkaian gerakan anggota tubuh sebagai suatu upaya untuk mencegah dan meringankan gejala-gajala asam urat serta berfungsi sebagai terapi tambahan terhadap pasien asam urat atau lansia dengan asam urat . Senam ini juga sebagai salah satu modal untuk memandu mencegah dan memberikan terapi terhadap gejala asam urat.
2. Manfaata. menurunkan rasa nyeri akibat asam urat b. meningkatkan kesehatan dan daya tahan tubuh secara menyeluruh
melatih kekuatan otot-otot persendian pada lansia.
3. Langkah-langkahTahap Pertama: Latihan Pernapasana. Instruksikan lansia untuk duduk dengan nyaman dan punggung ditegakkan b. Instruksikan untuk menarik napas melalui hidung hingga tulang rusuk
terasa terangkat dan hembuskan napas melalui mulut seperti meniup lilin c. Instruksikan untuk melakukannya secara kontinu, minimal 4 set dengan
istirahat antar set 1-2 menit.
Laporan P3N Stase Keperawatan Komunitas-PSIK Universitas Jember 2013
4. Tahap Kedua: Pemanasan (peregangan)a. Instruksikan lansia untuk mengangkat kedua tanganb. Instruksikan untuk menarik tangan ke samping kanan dengan hitungan 1 X
8c. Instruksikan untuk melakukan hal yang sama dengan menarik tangan ke
samping kiri.d. Instruksikan lansia untuk menyilangkan tangan kanan dan meletakkan di
bahu kiri, tangan kiri mendorong siku kanan dengan hitungan 1 x 8.e. Instruksikan untuk melakukan hal yang sama dengan menarik tangan kiri
ke bahu kanan.f. Instruksikan untuk meletakkan tangan pada pinggang, kemudian
miringkan kearah kanan dan kiri secara bergantian dengan hitungan 2 X 8.5. Tahap Ketiga: Latihan Persendian
1. Sendi Lehera. Instruksikan lansia untuk menegakkan kepalanya. b. Anjurkan untuk memutar kepala ke kanan perlahan lahan hingga kembali
ke posisi awal. c. Lanjutkan dengan memutar kepala ke kiri secara perlahan-lahan hingga
kembali ke posisi awal. Lakukan secara berulang sebanyak 2X.2. Sendi Bahua. Instruksikan lansia untuk berbaring dengan nyaman dengan posisi lengan
rileks di samping tubuh lansia.b. Selanjutnya angkat lengan kanan secara perlahan ke arah samping
menjauhi tubuh, kemudian kembalikan pada posisi semula. Ulangi gerakan yang sama untuk lengan kiri Anda. Lakukan secara bergantian antara lengan kiri dan kanan. Lakukan sebanyak 3X untuk masing-masing lengan.
c. Instruksikan lansia untuk menekuk siku ke arah samping dan posisi telapak tangan menyentuh bahu.
d. Kemudian gerakkan kedua siku ke arah depan, hingga kedua siku saling menyentuh. Lanjutkan dengan menggerakkan siku kembali ke posisi awal hingga dada merasa tertarik ketika menarik siku kembali ke posisi awal.
6. Senam Asam urat atau Sakit Sendi (Bahu)3. Sendi Pinggula. Instruksikan lansia untuk berbaring dengan nyaman dengan posisi ujung
tumit menempel. b. Kemudian jauhkan kaki kanan secara perlahan dari tubuh, lalu
kembalikkan ke posisi awal. Lakukan secara bergantian antara kaki kanan dan kiri. Lakukan sebanyak 3X untuk masing-masing kaki.
7. Senam Asam urat atau Sakit Sendi (Pinggul)4. Pergelangan Kakia. Instruksikan lansia untuk memutar pergelangan kaki kanan searah jarum
jam secara perlahan kemudian lakukan arah sebaliknya (berlawanan jarum jam).
Laporan P3N Stase Keperawatan Komunitas-PSIK Universitas Jember 2013
8. Lakukan secara bergantian antara pergelangan kaki kanan dan kiri dengan hitungan 1 X 8
Senam Asam urat atau Sakit Sendi (Pergelangan Kaki)
5. Pergelangan Tangan3) Instruksikan lansia untuk menekuk jari–jari tangan. 4) Kemudian putar pergelangan tangan searah jarum jam dan kemudian
berlawanan dengan jarum jam.9. Lakukan secara bergantian antara pergelangan tangan kanan dan kiri
dengan hitungan 1 X 8
Senam Asam urat atau Sakit Sendi (Pergelangan Tangan)
6. Ruas Jari3) Instruksikan lansia untuk menyentuh tiap jari-jari tangan dengan ibu
jari. Ulangi hingga 5 kali.4) Lakukan secara bergantian antara jari tangan kanan dan kiri.
Senam Asam urat atau Sakit Sendi (Ruas Jari)
6. Tahap Kelima: Latihan KardioInstruksikan lansia untuk jalan di tempat selama 3-5 menit
7. Tahap Keenam: Peregangan (pendinginan)3) Instruksikan lansia untuk memutar badan ke kanan dan ke kiri sebanyak 2
X 8
Laporan P3N Stase Keperawatan Komunitas-PSIK Universitas Jember 2013
4) Instruksikan lansia untuk menarik nafas dalam-dalam melalui hidung dan menghembuskannya melalui mulut secara perlahan-lahan.
Daftar Pustaka
Darmojo, Boedhi,et al.2000.Beberapa masalah penyakit pada Usia Lanjut. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Darmojo, R. Boedhi. Buku Ajar Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ), Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, jakarta, 1999.
Lueckenotte. 1997. Pengkajian Gerontologi edisi 2.EGC: Jakarta
Laporan P3N Stase Keperawatan Komunitas-PSIK Universitas Jember 2013
Lampiran 4BOOKLET
Laporan P3N Stase Keperawatan Komunitas-PSIK Universitas Jember 2013
Lampiran 5
BERITA ACARA
Pada hari ini Kamis Tanggal 21 Desember 2013 Pukul 16.00 s.d 17.30 WIB Bertempat di Musholla di Lingkungan Plalangan Kelurahan Bintoro Kecamatan Patrang Kabupaten Jember telah dilaksanakan Kegiatan Senam Asam Urat Lansia oleh Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners PSIK Universitas Jember. Kegiatan ini diikuti oleh 15 orang (daftar hadir terlampir).
Jember, 21 Desember 2013
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JEMBERPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANPROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS T.A 2013/2014Alamat: Jl. Kalimantan No.37 Kampus Bumi Tegal Boto JemberTelp./Fax (0331) 323450 Jember
Laporan P3N Stase Keperawatan Komunitas-PSIK Universitas Jember 2013
Lampiran 6:
DAFTAR HADIR
Kegiatan Pendidikan Kesehatan tentang Senam Asam Urat Lansia: Hari Sabtu Tanggal 21 Desember 2013 Pukul 16.00 s/d 17.00 WIB Bertempat di Musholla di LingkunganPlalangan Kelurahan Bintoro Kecamatan Patrang Kabupaten Jember.
Jember, 21 Desember 2013
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JEMBERPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANPROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS T.A 2013/2014Alamat: Jl. Kalimantan No.37 Kampus Bumi Tegal Boto JemberTelp./Fax (0331) 323450 Jember
Laporan P3N Stase Keperawatan Komunitas-PSIK Universitas Jember 2013
Lampiran 7:
Kegiatan pendidikan kesehatan tentang Senam Asam Urat Lansia pada Hari Sabtu tanggal 21 Desember 2013 di Lingkungan Plalangan Kelurahan Bintoro Kecamatan Patrang Kabupaten
Jember oleh Muhammad Ulul Amri, S.Kep mahasiswa P3N Program Studi Ilmu KeperawatanUniversitas Jember
Kegiatan pendidikan kesehatantentang Senam Asam Urat Lansia pada Hari Rabu tanggal 21 Desember 2013 di Lingkungan Plalangan Kelurahan Bintoro Kecamatan Patrang Kabupaten Jember
oleh Muhammad Ulul Amri, S.Kep mahasiswa P3N Program Studi Ilmu KeperawatanUniversitas Jember