CITRA TOKOH UTAMA PADA LAKON BEDAH LOKAPALA
Transcript of CITRA TOKOH UTAMA PADA LAKON BEDAH LOKAPALA
1
1
CITRA TOKOH UTAMA PADA LAKON BEDAH LOKAPALA
Dio Dananjaya, Nanny Sri Lestari
Jurusan Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424
Email: [email protected],
Abstrak
Skripsi ini membahas tokoh utama dalam lakon Bedah Lokapala. Lakon ini dipergelarkan oleh Ki Manteb Sudarsono. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan citra tokoh utama, khususnya tokoh Rahwana dan Danapati dalam lakon Bedah Lokapala. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Teori struktural Levi-Strauus dan langkah kerja Panuti Sudjiman (1988) digunakan untuk menganalisis unsur-unsur drama, yaitu alur, tokoh, dan latar. Dasar pengertian dari KBBI (2011) dan dukungan pendapat Wellek & Warren (2013) digunakan penulis untuk menyorot dan membuktikan citra dari analisis alur, tokoh, dan latar.
Imagery of Main Character in Lakon Bedah Lokapala
Abstract
This Thesis discusses the main character in Lakon Bedah Lokapala. The play were staged by Ki Manteb Sudarsono. The aim of this research is to describe the main character’s image, especially Ravana and Danapati in Lakon Bedah Lokapala. This research using a descriptive analytical method. Levi-Strauus structural theory and action steps from Panuti Sudjiman (1988) was used to analyze the elements of drama; the plot, characters, and background. Basic understanding of KBBI (2011) and the support of Wellek and Warren (2013) opinion is used to highlight and prove the image from plots, characters, and background analysis. Keywords: Image, Bedah Lokapala, Drama, Proposition
1. Pendahuluan
Perkembangan sejarah budaya suatu bangsa dari waktu ke waktu dapat dilihat dari
karya tulis yang dihasilkan. Karya tulis yang dihasilkan tidak hanya berbentuk nonfiksi,
namun juga karya-karya fiksi. Karya fiksi merupakan hasil olahan pengarang berdasarkan
pandangan dan tafsiran terhadap peristiwa yang pernah terjadi, atau peristiwa yang hanya
berlangsung dalam khayalan sang pengarang. Tidak dapat dipungkiri antara sastra dengan
kehidupan, dalam hal ini masyarakat, memiliki keterikatan satu sama lain. Hal tersebut
dikarenakan sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya
adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medium (Semi,
1988: 8).
Secara umum sastra dibedakan menjadi du,a yaitu sastra tradisional dan sastra modern.
Karya sastra tradisional biasanya berupa karya sastra yang menceritakan mengenai raja-raja
Jawa dan di dalamnya mengandung nilai-nilai dan ajaran-ajaran. Sastra tradional dapat dibagi
Citra tokoh utama pada..., Dio Dananjaya, FIB UI, 2014
2
2
menjadi sastra lisan dan sastra tulis (Ras, 1985:3). Pertunjukkan wayang kulit dianggap
sebagai salah satu bentuk sastra tradisional. Wayang disebut sebagai karya sastra karena di
dalam sebuah cerita wayang dibingkai oleh narasi yang didalamnya terdapat unsur-unsur
pembangun karya sastra, yaitu alur, tokoh, dan latar. Unsur-unsur tersebut merupakan unsur
pokok. Cerita-cerita wayang yang tertuang dalam sastra bukan hanya berfungsi sebagai
hiburan namun terdapat berbagai ajaran-ajaran dan nilai filosofis di dalamnya.
Gambar 1. Rahwana dan Danapati
Masyarakat Jawa pada umumnya sangat menggemari cerita wayang. Demikian
kuatnya pemahaman masyarakat Jawa terhadap cerita wayang, mereka sangat mengenal betul
tokoh-tokoh yang ada dalam cerita wayang tersebut. Salah satu tokoh yang dikenal adalah
Rahwana. Rahwana adalah raja negara Alengka. Dia putra Resi Wisrawa dengan Dewi
Sukesi, putri Prabu Sumali raja Negara Alengka. Rahwana bersaudara kandung masing-
masing bernama: Kumbakarna, Sarpakenaka dan Wibisana. Rahwana juga mempunyai
saudara seayah lain ibu bernama Danapati, putra Resi Wisrawa dengan Dewi Lokawati.
Dalam lakon Bedah Lokapala yang penulis analisis, tokoh Danapati ikut berperan aktif
menghidupkan penokohan Rahwana.
Lakon Lokapala merupakan rangkaian cerita dari epos besar Ramayana. Sebagai lakon
pokok, lakon Lokapala ditempatkan sebagai lakon pendahulu dari cerita Ramayana. Dalam
Serat Pedalangan Ringgit Purwa karangan Mangkunegara VII disebutkan setidaknya terdapat
delapan lakon yang ada sebelum rangkaian cerita Ramayana. Lakon Bedah Lokapala
Citra tokoh utama pada..., Dio Dananjaya, FIB UI, 2014
3
3
merupakan lakon pokok karena lakon ini memiliki alur cerita dan tokoh yang masih berasal
dari lakon pokok. Lakon ini menceritakan keangkaramurkaan Prabu Rahwana raja Alengka,
yang membuat prihatin Prabu Danaraja, raja Lokapala. Karena itu Danapati mengutus
Gohmuka untuk mengantarkan surat peringatan sekaligus nasehat kepada Rahwana. Rahwana
membaca surat Danapati, yang berisi penyerahan negara Lokapala. Rahwana menjadi sangat
murka, Gohmuka dibunuhnya. Kemudian segera menyusun kekuatan menyerang Lokapala.
Peperangan antara pasukan Alengka dan Lokapala pun terjadi. Rahwana bertanding dengan
Danapati, keduanya digambarkan sama-sama sakti. Namun, peperangan belum selesai, dewa
telah menjemput kematian Danapati, untuk dinobatkan sebagai pelengkap dewa di kayangan.
Karena itu Rahwana naik ke kayangan, menggugat kepada dewa, minta agar Danapati
dihidupkan kembali. Bathara Guru tidak mengabulkan, dan memerintahkan Bathari Widawati
turun ke bumi untuk mengecoh Rahwana. Ketika tiba di kahyangan, Rahwana bertemu
dengan Widawati dan terpikat oleh kecantikannya. Widawati dikejar-kejar oleh Rahwana
sampai pintu karang kawidodaren, hal itu membuat Rahwana jatuh cinta dan terjepit di sana.
Lakon yang dipergelarkan oleh Ki Dalang Manteb Soedarsono ini merupakan sebuah
lakon wayang kulit yang istimewa. Aturan pemanggungannya lebih fleksibel dan tidak seketat
pakem wayang pada umumnya. Sehingga sama seperti drama pertunjukan yang dapat dikaji
dengan teori modern. Lakon ini bercerita mengenai peperangan antara negeri Alengka dengan
negeri Lokapala. Penelitian ini mengkaji tentang tokoh Rahwana dan Danapati. Tokoh
Rahwana muncul di banyak adegan peristiwa bersama tokoh Danapati, yang menjadi lawan
mainnya. Keduanya memiliki watak yang khas. Saling bertolak belakang, dan dipertentangkan
di dalam cerita. Setiap tokoh memiliki keunikan dalam penceritaannya, sehingga tiap tokoh
memiliki kesan yang berbeda-beda di hadapan pembaca. Sejalan dengan pandangan orang-
orang pada umumnya, bahwa tokoh Rahwana memiliki citra yang kurang baik pada lakon ini.
Hal itu tergambar lewat peran dan dialognya yang kejam dan sombong. Tokoh Danapati
sebagai lawan main Rahwana, ternyata sangat bertolak belakang sifatnya. Dia bercitra baik,
Danapati diceritakan memiliki sifat sabar dan belas kasih.
2. Tinjauan Teoritis
Struktur dalam karya sastra merupakan satu sistem yang unsur-unsur di dalamnya
saling berkaitan satu sama lain. Struktur merupakan satu kesatuan yang utuh, misalnya dalam
karya sastra terdapat struktur teks yang terdiri dari alur, tokoh, dan latar. Semua itu saling
terkait untuk membangun suatu karya sastra. Lakon sebagai sebuah karya sastra dapat
dianalisis seperti halnya teks naratif. Teks drama menurut Atar Semi (1988:156) adalah cerita
Citra tokoh utama pada..., Dio Dananjaya, FIB UI, 2014
4
4
atau tiruan perilaku manusia yang dipentaskan. Berarti aksi dari suatu perasaan mendasari
keseluruhan drama. Drama dapat saja menggunakan bahasa yang imajinatif atau analitik,
karena itu ia dapat ditulis dalam bentuk puisi atau dalam bentuk prosa. Sedangkan menurut
Henry Tarigan (1985:70), teks drama adalah suatu karangan dalam prosa atau puisi yang
disajikan dalam dialog atau pantomim suatu cerita yang mengandung konflik atau kontras
seorang tokoh; terutama sebuah cerita yang diperuntukkan untuk dipentaskan di atas
panggung yaitu suatu lakon.
Gambar 2.
Buku Teori Kesusastraan Dari kedua pendapat tersebut dapat diketahui bahwa drama juga memiliki struktur
cerita yang ditunjukkan melalui dialog para tokoh. Untuk itu perlu memahami operasional
struktur dalam teks drama tersebut. Di dalam struktur tersebut ditemukan adanya alur cerita,
tokoh cerita, dan latar cerita. Dengan demikian teks drama merupakan lakon yang dapat
digunakan untuk dipertunjukan dan bertujuan untuk menggambarkan kehidupan suatu tokoh,
atau mengisahkan suatu cerita melalui dialog.
Drama, prosa, maupun puisi merupakan karya sastra yang memiliki struktur. Letak
perbedaan dari ketiganya adalah peruangan. Drama mempunyai petunjuk pemanggungan,
yaitu sebuah sarana pemandu yang disediakan oleh penulis drama untuk memberikan
gambaran mengenai tempat, suasana, atmosfer, status sosial tokoh, dan sebagainya, yang
dapat dilihat secara langsung oleh penonton (Budianta dkk, 2002: 105). Seperti prosa, unsur-
unsur dalam drama juga menunjang keutuhan sebuah cerita. Akan tetapi jika di dalam prosa,
tokoh-tokoh yang muncul itu cenderung berhenti dalam imajinasi subjektif pembaca saja tidak
demikian pada drama. Dalam analisis teks drama peneliti berkemungkinan untuk
Citra tokoh utama pada..., Dio Dananjaya, FIB UI, 2014
5
5
menginterpretasikan tokoh-tokoh itu lebih konkret. Selain dari perilakunya, watak seorang
tokoh juga bisa digambarkan melalui komentar-komentar atau ucapan-ucapan tokoh lainnya
(Luxemburg, 1989: 171).
Tokoh Rahwana dan Danapati dalam Lakon Bedah Lokapala menjadi tokoh utama,
karena keduanya memiliki peran penting dalam lakon tersebut. Untuk memahami tokoh dalam
satu cerita ada satu cara yang harus dilakukan yaitu dengan menelisik struktur cerita tersebut.
Untuk menelisik struktur cerita dalam teks drama ini, peneliti akan melakukan penelusuran
melalui alur, tokoh, dan latar. Pada penelitian ini penulis menggunakan bentuk operasional
unsur-unsur teks dari Panuti Sudjiman dalam bukunya Memahami Cerita Rekaan (1988).
Melalui pemahaman unsur-unsur teks drama diharapkan dapat dijelaskan unsur-unsur
pembangun karya sastra itu antara lain; alur, tokoh, dan latar.
3. Metode Penelitian
Penulis akan memakai Lakon Bedah Lokapala yang diceritakan oleh Ki Dalang
Manteb Soedarsono untuk memaparkan citra tokoh Rahwana dan Danapati. Video rekaman
pagelaran wayang ini didapat dari Teater Kautaman TMII, yang direkam oleh Honocoroko
Video Entertain. Rekaman video sebagai sumber primer kemudian ditranskripsi menjadi 42
halaman teks drama. Lama waktu penayangan pagelaran wayang dengan cerita Bedah
Lokapala ini adalah sekitar 6 jam lebih.
Gambar 3. Pertunjukan Wayang Kulit
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analisis. Metode deskriptif adalah metode yang menggambarkan data yang telah ada di dalam
Citra tokoh utama pada..., Dio Dananjaya, FIB UI, 2014
6
6
karya sastra, sedangkan metode analisis merupakan metode yang kemudian dipakai untuk
menguraikan atau membahas data yang ada dalam karya sastra tersebut. Metode deskriptif
analisis pada penelitian ini digunakan untuk membahas dan menggambarkan kenyataan yang
ada dan disusul dengan analisis terhadap karya sastra
4. Hasil Penelitian
Dalam pembahasan yang menjadi konsentrasi penelitian adalah citra Rahwana dan
Danapati dalam lakon Bedah Lokapala. Kedua tokoh ini menjadi sentral karena keduanya ada
di setiap rangkaian cerita dan sebagai penggerak alur. Lewat perannya tersebut kedua tokoh
ini menunjukkan sebuah keistimewaan dalam lakon Bedah Lokapala. Keistimewaan tersebut
ialah munculnya proposisi dalam budaya jawa yang tersirat dalam lakon ini, yang kemudian
direpresentasikan melalui sifat dan karakter yang diperankan, yang pada akhirnya
mempengaruhi jalannya cerita.
Kesan yang berulang dan paling sering muncul mengenai tokoh Rahwana ialah, bahwa
ia selalu merasa sombong pada rangkaian cerita dalam lakon Bedah Lokapala. Sombong
adalah keadaan atau perasaan ketika kita menghargai diri secara berlebihan hingga merasa
paling unggul. Sedangkan citra sombong pada Rahwana tercipta karena sifatnya yang serakah,
suka mencaci maki, keras kepala, arogan, kejam, berprasangka buruk, dan pendendam.
Sedangkan kesan yang muncul setelah menganalisis tokoh Danapati adalah bahwa dia selalu
bersikap sabar mengahadapi peristiwa-peristiwa yang dialami. Sabar adalah kondisi ketika
tahan menghadapi cobaan, tidak lekas marah, tidak terburu nafsu, tabah, dan tenang. Citra
sabar didapat dari tokoh Danapati yang memiliki sifat belas kasih dan sabar.
Citra Danapati yang mengalah ini akhirnya menjadi lawan yang tepat bagi citra
Rahwana yang penuh dengan hawa nafsu. Tokoh Danapati merupakan simbol langit, yang
tinggi dan bersih. Sedangkan tokoh Rahwana merupakan gambaran manusia pada umumnya
yang penuh dengan hawa nafsu duniawi. Melalui dialog dan lakuannya tokoh Rahwana dan
Danapati mengambil peran penting pada lakon Bedah Lokapala. Keduanya tampak
berseberangan dari pemikiran masing-masing, yang ditampilkan pula lewat penokohan
masing-masing. Rahwana mewakili tokoh antagonis, sedangkan Danapati mewakili tokoh
protagonis. Dari analisis penokohan yang dihasilkan, penulis dapat mengatakan jika tokoh
Rahwana memiliki citra yang dapat mengacu kepada proposisi Adigang Adigung Adiguna.
Tokoh Danapati melalui analisis penokohan mengacu kepada proposisi Wani ngalah dhuwur
wekasane yang dapat mewakili citranya.
Citra tokoh utama pada..., Dio Dananjaya, FIB UI, 2014
7
7
Dengan pembahasan mengenai citra tokoh dalam lakon bedah Lokapala, dapat
dikatakan bahwa Rahwana memiliki citra sombong, dan tokoh Danapati memiliki citra sabar.
Citra keduanya dapat diketahui setelah melihat kesan berulang yang muncul pada dialog
tokoh dalam lakon. Kedua proposisi yang muncul tentu tidak hadir secara tiba-tiba, melainkan
hasil dari penggambaran yang tercermin dari sifatnya. Hal ini menunjukan pula bahwa kedua
tokoh ini Ngundhuh wohing pakarti. Keduanya menuai hasil dari apa yang mereka perbuat.
Melalui sikapnya yang sombong dan selalu mengumbar kemarahan, Rahwana mendapat
balasan terjepit di pintu Kayangan Kawidodaren. Danapati, melalui sikap pasrahnya, dia
diangkat menjadi dewa di kayangan. Citra tersebut merupakan bayangan visual yang
sebenarnya menyiratkan simbol. Rahwana menjadi simbol hawa nafsu yang mewakili bumi
sebagai latar penceritaan, sedangkan Danapati menjadi simbol mengalah yang mewakili
kayangan (langit). Simbol tersebut diwujudkan menjadi sesuatu yang konkret, yaitu proposisi
Adigang Adigung Adiguna dan Wani ngalah dhuwur wekasane.
Mengumbar hawa nafsu
Adigang Adigung Adiguna
Wani ngalah dhuwur wekasane
Sabar dan Pasrah
Ngundhuh wohing pakarti
Dijebak di
kayangan oleh
Bathari Widawati
Diangkat menjadi dewa di kayangan
Citra tokoh utama pada..., Dio Dananjaya, FIB UI, 2014
8
8
5. Pembahasan 5.1 Alur
Dalam Lakon Bedah Lokapala terdapat susunan-susunan peristiwa penting yang
dialami tokoh dalam sebuah cerita. Peristiwa yang dialami tokoh cerita dapat tersusun
menurut urutan waktu terjadinya. Penentuan alur kronologis dalam Lakon Bedah Lokapala
didapat dengan cara memperhatikan susunan peristiwa-peristiwa penting yang membangun
cerita dari awal hingga akhir. Narasi oleh dalang, pergantian tokoh, dan suara gendhing
gamelan dijadikan penanda bahwa peristiwa telah berganti. Berikut susunan peristiwa-
peristiwa penting yang terdapat dalam Lakon Bedah Lokapala.
Peristiwa 1: Dialog yang menggambarkan alur tokoh Semar datang ke Kayangan
meminta pertanggungjawaban Bathara Guru atas perangnya Lokapala dengan
Alengka. Bathara Guru dinilai turut andil dalam terjadinya perang ini.
Peristiwa 2: Danapati berniat mengirim surat kepada Rahwana. Untuk meminta
konfirmasi atas kabar yang telah beredar bahwa Alengka ingin menyerang Lokapala.
Peristiwa 3: Duta Lokapala diutus mengirim surat ke Alengka.
Peristiwa 4: Pertemuan Rahwana dengan keluarganya guna membahas rencana perang.
Peristiwa 5: Pertemuan Duta Lokapala dengan Rahwana.
Peristiwa 6: Kemarahan Rahwana pada duta Lokapala.
Peristiwa 7: Penjelasan maksud Rahwana menyerang Lokapala.
Peristiwa 8: Kesediaan Kumbakarna dan Wibisana ikut Rahwana ke Lokapala.
Peristiwa 9: Gohlambo, Suragati, Simparawan datang menemui Danapati.
Peristiwa 10: Pasukan Alengka sudah memenuhi Lokapala.
Peristiwa 11: Begawan Wisnungkara maju sebagai senapati perang Lokapala.
Peristiwa 12: Rahwana maju sebagai senapati perang Alengka.
Peristiwa 13: Gohlambo, Suragati, Simparawan tewas di tangan Rahwana.
Peristiwa 14: Tewasnya Patih Danendra.
Peristiwa 15: Rahwana kewalahan bertempur dengan Begawan Wisnungkara.
Citra tokoh utama pada..., Dio Dananjaya, FIB UI, 2014
9
9
Peristiwa 16: Bathara Narada datang menasihati Begawan Wisnungkara.
Peristiwa 17: Begawan Wisnungkara telah lepas dari raganya dan pergi ke Maespati.
Hal tersebut membuat Rahwana bisa lepas dari genggamannya.
Peristiwa 18: Rahwana bertemu Danapati. Mereka saling beradu mulut dan akhirnya
bertempur.
Peristiwa 19: Semar menagih janji Bathara Guru.
Peristiwa 20: Bathara Guru menemui Danapati.
Peristiwa 21: Danapati diangkat menjadi dewa di Kayangan Puspita Kawedhar.
Peristiwa 22: Rahwana merasa berhasil membunuh Danapati.
Peristiwa 23: Togog memberi tahu Rahwana, jika Danapati belum mati.
Peristiwa 24: Rahwana mengejar Danapati sampai kayangan.
Peristiwa 25: Danapati ditetapkan menjadi dewa dan diberi nama Bathara Daniswara
oleh Bathara Guru.
Peristiwa 26: Bathari Widawati diperintahkan turun ke bumi.
Peristiwa 27: Rahwana bertemu Bathari Widawati.
Peristiwa 28: Rahwana jatuh cinta pada Bathari Widawati dan berniat menikahinya.
Peristiwa 29: Bathari Widawati menjebak Rahwana. Setelah masuk ke perangkapnya,
Bathari Widawati pergi ke Maespati.
Peristiwa 30: Bathara Guru telah menepati janjinya pada Semar.
Selain menjabarkan berdasarkan kronologisnya, alur dapat juga dijelaskan dengan cara
mengungkapkan tiap-tiap lakuan dan cakapan yang ditampilkan. Sudjiman mengatakan dalam
bukunya yang berjudul Memahami Cerita Rekaan (1988), sesungguhnya pengaluran adalah
pengaturan urutan penampilan peristiwa untuk memenuhi beberapa tuntutan. Dengan
demikian peristiwa-peristiwa dapat pula tersusun dengan memperhatikan hubungan sebab
akibatnya. Menurut Sudjiman (1988:30), struktur alur secara umum dapat dijabarkan sebagai
berikut:
Citra tokoh utama pada..., Dio Dananjaya, FIB UI, 2014
10
10
P = Peristiwa
5.2 Analisis Tokoh
Tokoh merupakan salah satu unsur intrinsik dalam bangunan cerita rekaan. Tokoh
berperan sebagai pelaku di dalam cerita. Dengan kata lain tokohlah yang menjalani cerita
dengan mengalami berbagai peristiwa di dalam suatu cerita (Sudjiman, 1988:16). Jika
diperhatikan dengan seksama, tokoh-tokoh dalam sebuah lakon memiliki sifat yang
mengundang perhatian pembaca. Sifat itu tercermin pada kejadian-kejadian yang terjadi
selama lakon berjalan. Ada kejadian yang menegangkan, mengharukan, sedih, gembira, dan
sebagainya
Rumitan, P15
Tikaian, P10
Gawatan, P4
Leraian, P23
Rangsangan, P3
Paparan, P1
Selesaian, P29
Klimaks, P18
Citra tokoh utama pada..., Dio Dananjaya, FIB UI, 2014
11
11
Gambar 4. Bathari Widawati
Dalam buku Bentuk Lakon Dalam Sastra Indonesia (1971), Boen Oemaryati
mengatakan bahwa seorang tokoh lakon selalu merupakan hasil dari penjelmaan fisiknya dan
pengaruh-pengaruh lingkungannya. Jika seorang tokoh merupakan hasil dari penjelmaan fisik
dan pengaruh-pengaruh dari lingkungannya, maka itu adalah hal yang wajar. Namun seorang
tokoh tidak hanya merupakan penjelmaan fisik dan pengaruh-pengaruh dari lingkungannya,
tetapi seorang tokoh harus memiliki peranan. Dari peran itu bisa melihat wataknya. Meskipun
perannya sedikit, seorang tokoh tetap memiliki watak. Dengan demikian dalam membicarakan
seorang tokoh yang merupakan hasil penjelmaan fisiknya dan pengaruh-pengaruh dari
lingkungannya, sangat erat hubungannya dengan peranan dan watak tokoh tersebut. Untuk
mempermudah menganalisis tokoh, penulis mendaftar peristiwa serta nama tokoh yang
terlibat. Seperti pada tabel berikut ini:
No Peristiwa Tokoh 1. Pertemuan Semar dengan Bathara Guru membahas
perangnya Lokapala dengan Alengka Semar dan Bathara Guru
1. Penugasan duta Lokapala untuk mengirim surat kepada Rahwana oleh Danapati
Danapati, Wisnungkara
2. Pertemuan Rahwana dengan keluarganya untuk membicarakan rencana perang
Rahwana, Kumbakarna
3. Pertemuan duta Lokapala dengan Rahwana Rahwana 4. Kemarahan Rahwana pada duta Lokapala Rahwana 5. Penjelasan maksud Rahwana menyerang Lokapala Rahwana,
Kumbakarna 6. Kesediaan Kumbakarna dan Wibisana ikut Rahwana Rahwana dan
Citra tokoh utama pada..., Dio Dananjaya, FIB UI, 2014
12
12
ke Lokapala Kumbakarna 7. Kesiapan Rahwana perang dengan Lokapala Rahwana 8. Tewasnya Gohlambo, Suragati, dan Simparawan oleh
Rahwana Rahwana
9. Tewasnya Patih Banindra oleh Rahwana Rahwana 10. Pertempuran Rahwana dengan Wisnungkara Rahwana dan
Wisnungkara 11. Kemenangan Rahwana atas Wisnungkara dengan
bantuan Bathara Narada Rahwana dan Wisnungkara
12. Pertemuan Rahwana dengan Danapati Rahwana dan Danapati
13. Pertempuran Rahwana dengan Danapati Rahwana dan Danapati
14. Kemenangan Rahwana atas Danapati Rahwana, Danapati dan Bathara Guru
15. Pertemuan Rahwana dengan Togog yang memberitahu jika Danapati belum mati
Rahwana
16. Perginya Danapati ke kayangan yang kemudian dikejar oleh Rahwana
Danapati dan Bathara Guru
17. Pertemuan Rahwana dengan Bathari Widawati dalam perjalanan mengejar Danapati
Rahwana
18. Penjebakan Rahwana oleh Bathari Widawati Rahwana 19. Pertemuan Rahwana dengan Bathari Widawati
membuat dia jatuh Rahwana
20. Hilangnya dendam Rahwana pada Danapati akibat jatuh cinta dengan Bathari Widawati
Rahwana
21. Pertemuan Bathara Guru dengan Semar untuk mewisuda Danapati sebagai dewa
Semar, Bathara Guru, dan Danapati
Berdasarkan peristiwa-peristiwa penting yang membentuk alur, tabel di atas
menggambarkan peran tokoh pada tiap peristiwa dalam Lakon Bedah Lokapala. Tokoh dalam
fungsinya dapat dibagi menjadi dua, tokoh utama dan tokoh bawahan. Selain fokus pada
tokoh utama, yang mendapat porsi lebih dalam penceritaannya pada lakon ini. Terdapat juga
tokoh bawahan yang perannya menunjang tokoh utama. Namun penulis membatasi hanya
menganalisis tokoh bawahan yang intensitas lakuannya lebih banyak dari yang lain, dan juga
tokoh bawahan yang perannya sebagai penggerak alur. Tokoh Wisnungkara dan Kumbakarna
termasuk tokoh andalan, yaitu tokoh bawahan yang menjadi kepercayaan protagonis dan
antagonis. Sedangkan tokoh Bathara Guru dan Semar ialah tokoh bawahan yang mempunyai
peran sebagai penggerak alur. Kemudian tokoh Rahwana dan Danapati, sebagai tokoh
sentralnya. Tokoh andalan tidak bersifat dominan dalam cerita tetapi dilukiskan sebagai tokoh
yang dekat dengan tokoh utama, sebab mereka dimanfaatkan pengarang untuk memberi
gambaran lebih terperinci mengenai tokoh utama (Sudjiman, 1988:20). Dalam analisis ini
Citra tokoh utama pada..., Dio Dananjaya, FIB UI, 2014
13
13
Rahwana dan Danapati mendapat perhatian utama, sebab kedua tokoh ini merupakan tokoh
yang banyak muncul dalam setiap rangkaian peristiwa dalam alur cerita.
Berikut adalah penokohan dalam Lakon Bedah Lokapala:
Rahwana:
• Serakah Jeroning parepatan agung ing wektu awan iki. Pun kakang darbe sedya. Pun kakang duwe karep. Kepingin ngelar jajahan. Karbeng tebane jajahan ing negara Alengka saya amba saya gedhe. Piye kumbakarna? Manut saka panemu-mu. ‘Pada pertemuan besar ini, kakanda punya keinginan. Ingin meluaskan jajahan. Supaya luasnya jajahan Negara Alengka semakin lebar semakin besar. Bagaimana Kumbakarna? Menurutmu.’
• Tega Lekna mripatmu gatekna gobogmu buta penguk! Surasane layang iki mau ratumu kakang Danapati masrahake Negara Lokapala kanthi rila legawa lair batin. Ora susah dadak nganakake paprangan. Kuwi ucape ratu Lokapala prabu Danapati. Nanging ngertia, nadyan ta kakang Danapati gulungake Negara Lokapala kanthi iklas. Nanging, yen ora jajal kaprawirane ratumu, aku ora sudi nampa. Ngerti?! ‘Buka matamu buka telingamu raksasa bau! Isi surat itu tadi, rajamu kanda Danapati ingin menyerahkan Negara Lokapala dengan rela ikhas lahir dan batin. Tidak perlu susah mengadakan peperangan. Itu katanya raja Lokapala prabu Danapati. Tetapi mengertilah, meskipun kanda Danapati memberikan Negara Lokapala dengan iklas. Tetapi, jika aku tidak mencoba kehebatan rajamu, tidak sudi aku menerima. Mengerti!?’
• Sombong Ra usah kowe mejang. Kaya pendhita! Mulang kaya dhalang. Ora nglakoni. Kupingku wis kebrebegen krungu swara kaya ucapmu mau. Kowe arep kepingin ngeman kekadhangan, rak ngono ta! ‘Tidak perlu kau berceramah. Seperti pendeta! Bercerita seperti dalang. Tidak melaksanakan. Telingaku sudah berdengung mendengar celotehanmu tadi. Kamu ingin menjaga persaudaraan, begitu kan! ‘
• Keras Kepala Nadyan kowe wong Ngalengka! Ning isih luwih wenang aku timbang kowe. Ewadene pun kakang wis tumeka ing pati, kira-kira aku jrebabah eneng lemah. Lagi kowe maju tandhangane wong Lokapala! ‘Meskipun kamu orang Alengka! Tetapi masih lebih hebat aku daripada kamu. Jika kanda sudah tewas, kira-kira aku jatuh tersungkur di tanah. Baru kamu maju perang melawan orang Lokapala!’
Danapati:
• Sabar …..Panembahan, yen ta pancen yayi Rahwana kepingin ngrenggani praja Lokapala panjenengan ingsun ora bakal kabotan, ora susah dadak ngenekake peperangan. Ingsun rila legawa lair trusing batin rereh keprabon. Lokapala bakal tak paringake kalawan yayi prabu Rahwana. Ingsun ngeman kalawan para kawula dasih Negara Lokapala bapa. ‘…..Panembahan, jika memang benar yayi Rahwana ingin merebut kerajaaan Lokapala, anda tidak akan kesulitan, tidak perlu mengadakan peperangan. Saya rela dan ikhlas lahir batin untuk lengser. Lokapala akan saya berikan kepada yayi Rahwana. Saya kasihan pada rakyat kecil Negara Lokapala.’
Citra tokoh utama pada..., Dio Dananjaya, FIB UI, 2014
14
14
• Belas Kasih Dhuh, adhiku dhi. Tak jarwani ya Rahwana. Kanjeng rama seda kuwi saka keparenge pribadi dudu saka pun kakang. Semono uga pun kakang duweni rasa pangeman. Aku rumangsa dosa, nanging panjenengan kanjeng rama sing duwe kersa kang mengkono mau. ‘Duh, adikku. Aku jelaskan ya Rahwana, kanjeng rama meninggal itu karena keinginanya sendiri bukan karena kakanda. Begitu juga kakanda punya rasa kasih sayang. Saya merasa dosa, tetapi ayah yang memiliki keinginan seperti itu tadi.’
5.3 Analisis Latar
Rangkaian peristiwa yang ada pada sebuah cerita pastilah terjadi pada tempat tertentu.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang
berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya suatu peristiwa dalam suatu karya
sastra membangun latar cerita (Sudjiman, 1988: 44). Hal tersebut menunjukkan bahwa latar
sangat atau terkait erat dengan sebuah peristiwa. Latar mendukung dan menguatkan tindakan
tokoh-tokoh cerita. Latar memberikan pijakan cerita dan kesan realistis kepada pembaca
untuk menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi
(Nurgiyantoro, 2010: 216).
Dalam analisis lakon Bedah Lokapala, ditemukan adanya latar fisik dan latar suasana
yang diceritakan melalui deskripsi di dalam suluk dan dialog para tokoh. Latar fisik adalah
tempat dalam wujud fisiknya, yaitu bangunan, daerah, dan sebagainya. (Hudson dalam
Sudjiman, 1988: 44), sedangkan latar suasana adalah penjelasan mengenai suasana atau
keadaan pada saat peristiwa dalam cerita tersebut terjadi. Sebuah cerita menjadi menarik
karena terjadi pada latar suasana tertentu dan tempat tertentu, misalnya suasana bahagia, haru,
tegang, dan sebagainya pada suatu lokasi.
6. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah penulis lakukan, dapat disimpulkan bahwa elemen-
elemen drama yaitu unsur tokoh, alur, dan latar berkait erat dan saling berhubungan. Lewat
elemen-elemen drama citra tokoh Rahwana serta Danapati dapat muncul. Unsur tokoh adalah
unsur yang dominan dan dapat mendukung citra tokoh Rahwana serta Danapati, yang secara
tersirat menghadirkan ungkapan atau proposisi.
Dalam unsur tokoh, tokoh Rahwana dan Danapati mengambil peran penting pada
lakon Bedah Lokapala. Keduanya menjadi tokoh sentral pada cerita ini. Citra tokoh Rahwana
tergambar jelas dengan pembahasan mengenai sifatnya yang serakah, suka mencaci maki,
keras kepala, arogan, kejam, berprasangka buruk, dan pendendam. Seluruh sifatnya tergambar
Citra tokoh utama pada..., Dio Dananjaya, FIB UI, 2014
15
15
pada lakuannya, dialognya, dan narasi dalang atau suluk. Begitu juga dengan tokoh Danapati
yang turut andil pada tiap peristiwa. Danapati diceritakan memiliki sifat sabar dan belas kasih.
Demikian pula pada unsur alur, yaitu tentang bagaimana tokoh Rahwana dan Danapati
berlakuan pada tiap peristiwa, dan bagaimana hubungan kronologis dari semua peristiwa yang
dialaminya. Sehingga unsur tokoh beserta unsur alur tersebut dapat membuktikan bagaimana
citra kedua tokoh. Hal tersebut membuktikan jika unsur tokoh, alur, serta latar terjalin dengan
harmonis. Ketiganya menjadi pendukung tentang bagaimana citra dari tokoh Rahwana dan
Danapati.
Kesan yang dominan dari tokoh Rahwana, yakni dia sering muncul dengan
pembawaannya yang sombong. Rahwana digambarkan sebagai raja yang sakti, berhak
melakukan apapun karena memang dia sanggup melakukannya. Sehingga secara tersirat
muncul ungkapan Adigang Adigung Adiguna yang dapat mewakili sifat-sifatnya tersebut.
Ungkapan tersebut juga menjadi sebuah simbol hawa nafsu bagi Rahwana yang sejak awal
hingga akhir cerita berperan sebagai tokoh antagonis. Sedangkan tokoh Danapati merupakan
raja yang sabar dan memiliki sifat belas kasih pada rakyatnya. Citra yang muncul lewat
lakuannya adalah bahwa dia orang yang sabar. Sebab dia lebih mementingkan kepentingan
bersama ketimbang urusan pribadinya dengan Rahwana. Lewat sifatnya itu, secara tersirat
muncul ungkapan Wani ngalah dhuwur wekasane yang merupakan simbol pengalah.
Ungkapan itu cocok dengan Danapati yang diceritakan sebagai tokoh protagonis pada lakon
Bedah Lokapala.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Bacaan
Achadiati Ikram. 1980. Hikayat Sri Rama. Jakarta: Universitas Indonesia
Atar Semi. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya
Barry, Peter. 2010. Beginning Theory: Pengantar Komprehensif Teori Sastra dan Budaya. Yogyakarta: Jalasutra
Boen Oemaryati. 1971. Bentuk Lakon Dalam Sastra Indonesia. Jakarta: Gramedia
Dwi Susanto. 2012. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: CAPS
Franz Magnis Suseno. 1991. Etika Jawa. Jakarta: Gramedia.
FX Rahyono. 2009. Kearifan Budaya Dalam Kata. Jakarta: Wedatama Widyasastra
Citra tokoh utama pada..., Dio Dananjaya, FIB UI, 2014
16
16
Iman Santosa. 2010. Nasihat Hidup Orang Jawa. Yogyakarta: DIVA Press
Henry Tarigan. 1985. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Karsono H Saputra. 2005. Percik-percik Bahasa dan Sastra Jawa. Jakarta: Wedatama Widya Sastra
Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.
Luxemburg, Jan Van, dkk. 1989. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta : Gramedia
Melani Budianta. 2002. Membaca Sastra. Magelang: Indonesia Tera
Mulder, Niels. 1978. Mysticism and Everyday Life in Contemporary Java. Singapore: Singapore University Press
____________. 1996. Pribadi dan Masyarakat Jawa. Jakarta: Sinar Harapan
Poedjosoedarmo, dkk. 1986. Ragam Panggung dalam Bahasa Jawa. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Pradopo, Sri Widati, dkk. 1988. Struktur Cerita Rekaan Modern Berlatarkan Perang. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Pradopo, Rachmat Djoko, dkk. 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: PT Hanindita Graha Widia
Ras, J.J. 1985. Bunga Rampai Sastra Jawa Mutakhir. Jakarta: Grafiti Pers
Panuti Sudjiman. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya
Sumardjo & Saini. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia
Sunardi. 2000. Ramayana. Jakarta: Balai Pustaka
Sutrisno, dkk. 2009. Filsafat Wayang. Jakarta: Penerbit Senawangi
Wellek & Warren. 2013. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia
Zaidan, dkk. 1944. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka
Zoetmulder, P.J. 1983. Kalangwan: Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang. Jakarta: Djambatan.
Kamus :
Poerwadarminta, W.J.S. 1939. Baosastra Djawa. Batavia: J.B. Wolters Uitgevers-Maatschappij
Sutrisno Sastro Utomo. 2009. Kamus Lengkap Jawa-Indonesia. Yogyakarta: Kanisius
Citra tokoh utama pada..., Dio Dananjaya, FIB UI, 2014
17
17
Departemen Pendidikan Nasional. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia
Ensiklopedia
Suwandono, dkk. 1991. Ensiklopedia Wayang Purwa. Jakarta: Balai Pustaka
Referensi Internet
Purwadi (2010). Jenis-jenis Lakon. 4 Juni 2014 http://purwadicitra.wordpress.com/2010/03/22/pemelajaran-2/
Citra tokoh utama pada..., Dio Dananjaya, FIB UI, 2014