Ciri Khas Mazhab as-Salaf - Asy-Syaikh Khalid Azh-Zhafiri -Hafizhahullah

14
Sesungguhnya segala pujian hanya untuk Allah. Kami memuji kepada-Nya, meminta pertolongan hanya kepada-Nya dan meminta ampunan hanya kepada-Nya. Kita berlindung kepada-Nya dari kejelekan jiwa-jiwa kita dan kejelekan amalan-amalan kita. Barangsiapa yang diberi hidayah oleh Allah, niscaya tidak ada yang sanggup menyesatkannya. Barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang mampu memberi hidayah kepadanya. Saya bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada sembahan yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya dan saya bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. ن أ و إ و ا اا اا ء ا أ “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar- benarnya takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kalian mati kecuali dalam keadaan muslim”. (QS. Ali Imran: 102) و ز و ة ا و ي ا ا ر ا س ا أ ا آ ر و ر ن آ ا ن إ م را و ن ء ي ا ا اا و ء و“Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dari diri yang satu, dan darinya Allah menciptakan isterinya; dan Allah memperkembangbiakkan dari keduanya laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kalian saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu mengawasi kalian”. (QS. An-Nisa`: 1) ا ا و ا اا اا ء ا أ . و ذ و أ ا ز ز ر و ا“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki amalan-amalan kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar”. (QS. Al-Ahzab: 70-71) Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah firman Allah dan sebaik-baik tuntunan adalah tuntunan Muhammad -Shallallahu alaihi wa ala alihi wasallam-.

Transcript of Ciri Khas Mazhab as-Salaf - Asy-Syaikh Khalid Azh-Zhafiri -Hafizhahullah

Page 1: Ciri Khas Mazhab as-Salaf - Asy-Syaikh Khalid Azh-Zhafiri -Hafizhahullah

Sesungguhnya segala pujian hanya untuk Allah. Kami memuji kepada-Nya,

meminta pertolongan hanya kepada-Nya dan meminta ampunan hanya kepada-Nya. Kita

berlindung kepada-Nya dari kejelekan jiwa-jiwa kita dan kejelekan amalan-amalan kita.

Barangsiapa yang diberi hidayah oleh Allah, niscaya tidak ada yang sanggup

menyesatkannya. Barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang mampu

memberi hidayah kepadanya. Saya bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada sembahan

yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya dan saya bersaksi

bahwa sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.

���ن � ��ا ا����ا ا���� ��� ����� و�� ������ إ��� وأ���أ�! � ا����� ءا “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-

benarnya takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kalian mati kecuali dalam

keadaan muslim”. (QS. Ali Imran: 102)

� � زو"� �� ر"��� آ012ا ��أ�! � ا����س ا����ا ر,�*� ا���ي $��*� � �() وا�'ة و$�� � و,�4 و��ء وا����ا ا���� ا���ي ��ء��ن ,� وا9�ر��م إن� ا���� آ�ن 1�7*� ر�516

“Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb kalian yang telah menciptakan

kalian dari diri yang satu, dan darinya Allah menciptakan isterinya; dan Allah

memperkembangbiakkan dari keduanya laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan

bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kalian saling

meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah

selalu mengawasi kalian”. (QS. An-Nisa`: 1)

��ا ا����ا ا���� و�6��ا 6��� :'�'ا��أ�! � ا����� ءا . <=� ��A�@ �*� أ7���*� و�?(0 �*� ذ��,*� و��1B7 �زاC ز�C '�C ���:ا���� ور

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan katakanlah

perkataan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki amalan-amalan kalian dan

mengampuni dosa-dosa kalian. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka

sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar”. (QS. Al-Ahzab: 70-71)

Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah firman Allah dan sebaik-baik tuntunan

adalah tuntunan Muhammad -Shallallahu alaihi wa ala alihi wasallam-.

Page 2: Ciri Khas Mazhab as-Salaf - Asy-Syaikh Khalid Azh-Zhafiri -Hafizhahullah

Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan. Karena sesungguhnya

semua yang diada-adakan itu adalah bid’ah dan semua bid’ah adalah kesesatan.

Sedangkan semua kesesatan berada dalam Neraka, amma ba’du:

Semalam kita telah membahas suatu permasalah penting, yaitu ciri-ciri manhaj salaf, kita

telah menyebutkan sebagian di antara ciri-ciri pentingnya, yang sepantasnya setiap

muslim dan setiap orang yang mempunyai manhaj yang selamat, setiap sunni salafy,

untuk berpegang teguh dengan ciri-ciri ini, mengamalkannya, meyakininya, mengambil

tuntunan darinya dan berjalan sesuai dengan apa yang datang dalam Al-Kitab dan sunnah

Nabi -shallallahu alaihi wasallam-. Di sana masih ada beberapa ciri agung lainnya yang

akan kita sebutkan pada pertemuan kali ini.

[Kejelasan dalam manhaj dan aqidah] Ciri ini merupakan ciri penting yang dengannya ahlussunnah wal jamaah berbeda dari

selainnya, ciri ini adalah kejelasan dalam manhaj, kejelasan dalam akidah. Kamu

mendapati seorang sunni salafi yang berpegang teguh dengan akidahnya, yang berjalan di

atas cahaya yang datang dari Al-Kitab dan As-Sunnah, kamu akan mendapatinya

mempunyai kejelasan dalam akidahnya, jelas dalam manhajnya, tidak ada kesamaran

dalam manhajnya, tidak meraba-raba ke kanan dan ke kiri, tidak memalingkan wajahnya

dari manusia, bahkan kamu akan mendapatinya bersikap jelas dan terang seperti

terangnya matahari di siang bolong. Maka akidahnya jelas, metodenya jelas, manusia

menunjuk kepadanya dan mengatakan bahwa dia adalah seorang sunni dan bahwa dia

adalah salafi. Ini adalah ciri penting yang dengannya ahlussunnah berbeda dari selainnya.

Berbeda halnya dengan ahli bid’ah, karena metode mereka adalah sirriah (sembunyi-

sembunyi) dan terselubung, mereka bekerja sembunyi-sembunyi, tidak ada kejelasan

pada mereka. Bahkan kamu akan mendapati mereka beragama dengan cara talawwun

(berubah-ubah dan berpindah-pindah) dan bermain-main dengan agama. Adapun seorang

salafi, maka tidak ada sedikit pun padanya permainan dan talawwun seperti ini, bahkan

lisannya mengucapkan apa yang ada di dalam hatinya, lahiriahnya seperti batinnya tanpa

ada perbedaan antara keduanya. Dia senantiasa memperlihatkan akidahnya yang benar,

tidak bersikap segan di jalan Allah dan tidak takut -dalam menjalankan agama Allah-

kepada celaan orang yang mencela. Kalau kamu menelaah manhaj ahlussunnah wal

jamaah serta pokok-pokok yang mereka canangkan dalam bermuamalah dengan orang-

orang yang menentang mereka dari kalangan ahli bid’ah dan selain mereka, niscaya kamu

akan mendapati mereka ketika mencanangkan pokok-pokok ini, mereka akan

menjelaskan dan menerangkannya dengan penjelasan yang sangat gamblang.

[Menghajr (Boikot) Ahli Bid’ah] Karenanya kamu akan mendapati mereka mencanangkan pokok-pokok dalam masalah -

misalnya- memboikot ahli bid’ah, wajibnya memboikot ahli bid’ah, dan bahwa maslahat

dari boikot ini kembalinya kepada yang memboikot, sedang yang diboikot mengharuskan

dia (ahli bid’ah) diperlakukan dengan perlakuan seperti itu, dengan diboikot dan dijauhi.

Page 3: Ciri Khas Mazhab as-Salaf - Asy-Syaikh Khalid Azh-Zhafiri -Hafizhahullah

Perkara boikot ini yang merupakan salah satu dari pokok-pokok ahlussunnah wal jamaah

dalam muamalah mereka kepada ahli bid’ah, dan pelaksanaannya tergantung pada adanya

maslahat, wajib untuk ditinjau dari sisi bahwa dia termasuk dari sisi-sisi penting dalam

menetapkan kejelasan dalam manhaj. Kenapa mereka menetapkan adanya boikot kepada

ahli bid’ah? Hal itu tidak lain karena kejelasan salafi dan untuk menjauh dari ahli bid’ah

tersebut. Kamu akan mendapati seorang ahlussunnah berada di satu sisi dan ahli bid’ah

berada di sisi lainnya, mereka memboikotnya, menjauhi mereka dan memusuhi mereka,

tidak masuk bergaul bersama mereka. Bahkan seorang sunni itu jelas sikapnya sementara

yang lainnya (ahli bid’ah) berada di dasar sumur dalam keadaan mengambang, kesana

kemari dan tidak tetap pada satu pijakan. Karenanya kalau kamu juga melihat ke dalam

kitab Allah, As-Sunnah dan dalam atsar para salaf as-saleh, kamu akan mendapati

penetapan terhadap pokok boikot kepada ahli bid’ah ini, dan para ulama senantiasa

menukil ijma akan pokok ini, bahkan ijma’ ini telah dinukil oleh lebih dari 30 imam

dalam kitab-kitab mereka yang terkarang dalam akidah, mereka semua menukil ijma

ahlissunnah akan wajibnya mentahdzir, wajibnya memboikot ahli bid’ah sesuai dengan

maslahat yang ada.

Kami akan menyebutkan untuk kalian sebuah atsar dari Umar -radhiallahu anhu-. Ada

seorang lelaki pada zaman kekhalifaannya yang bernama Shabigh bin Ishl. Kisah Shabigh

bin Ishl ini sendiri sudah merupakan tempat pelajaran, dan padanya terdapat banyak

faidah dan banyak perkara pokok manhaj. Shabigh ini sering mendatangi orang-orang

lalu mempertentangkan kitab Allah antara satu ayat dengan ayat yang lainnya,

memberikan kerancuan di tengah manusia. Dia berkata, “Apa itu “Adz-dzariyati

dzarwa?” apa itu “Al-hamilati wiqra?” dia datang dengan membawa ayat-ayat yang

mutasyabih dari Al-Qur`an lalu memberikan kerancuan di tengah manusia. Hal itu

kemudian didengar oleh Umar bin Al-Khaththab -radhiallahu anhu-, maka beliau

memanggilnya dan menyuruhnya untuk datang ke majelis beliau. Kemudian dia masuk

kepada Umar lalu beliau bertanya, “Siapa kamu?” dia menjawab, “Saya hamba Allah

yang bernama Shabigh,” maka Umar berkata, “Saya juga hamba Allah yang bernama

Umar.” Umar sebelum itu telah menyiapkan untuknya pelepah pohon korma yang biasa

dipakai untuk mencambuk. Umar lalu memukul kepala Shabigh (dengan pelepah korma

itu) hingga kepalanya mengucurkan darah, kemudian beliau memerintahkan agar dia

dimasukkan ke dalam penjara. Kemudian dia dipanggil lagi lalu beliau kembali memukul

kepalanya hingga kepalanya mengucurkan darah. Kemudian beliau melakukan hal itu

lagi pada kali ketiganya, beliau memukulnya sampai berdarah. Kemudian Shabigh

berkata, “Wahai Amirul Mukminin, kalau yang kamu inginkan (dengan pemukulan ini)

agar apa (baca: kesesatan) yang ada di kepalaku keluar (hilang), maka demi Allah dia

sudah keluar. Tapi kalau yang kamu inginkan adalah membunuhku maka bunuhlah saya

dan istirahtkanlah saya (dari pemukulan ini).” Walaupun penentang ini (Shabigh) telah

memperlihatkan taubatnya, akan tetapi Umar belum merasa cukup dengannya, karena

yang menjadi pokok dalam agama adalah adanya kejelasan dalam manhaj dan karena

yang menjadi pokok adalah seorang yang menentang harus menjauh dari ahlissunnah

agar dia tidak lagi mengotori agama dan akidah mereka.

Page 4: Ciri Khas Mazhab as-Salaf - Asy-Syaikh Khalid Azh-Zhafiri -Hafizhahullah

Maka Umar -radhiallahu anhu-memerintahkan agar orang ini diasingkan ke Bashrah

(Irak) lalu memerintahkan Ibnu Mas’ud yang ketika itu menjabat sebagai gubernur

Bashrah agar memerintahkan penduduknya untuk memboikot orang itu selama setahun

penuh. Sehingga setiap kali Shabigh mendatangi sebuah majelis, maka orang-orang pada

berdiri seraya berkata, “Perintah Amirul Mukminin,” yakni Amirul Mukminin

memerintahkan kami untuk memboikotnya dan meninggalkannya. Demikian seterusnya

sampai berlalu setahun penuh dalam keadaan dia seperti ini, dia tidak masuk bergaul

dengan ahlussunnah dan mereka menjauh darinya. Kemudian Ibnu Mas’ud mengirim

surat kepada Umar -radhiallahu anhu- yang berisi bahwa Shabigh telah bertaubat dengan

benar dan dia telah kembali kepada manhaj ahlussunnah dan telah meninggalkan

kesesatan yang dulu dia berada di atasnya, maka Umar kemudian memerintahkan orang-

orang agar kembali bergaul dengannya. Perhatikanlah, semua penjagaan ini diadakan

bertujuan untuk memperlihatkan kejelasan dalam manhaj, untuk menyelamatkan rakyat,

untuk menyelamatkan ahlussunnah wal jamaah agar tidak ada ahli bid’ah yang masuk ke

barisan mereka. Kemudian waktu berlalu sampai pada zaman kekhalifaan Ali, sampai

keluarnya orang-orang Khawarij lalu mereka mendatangi Shabigh. Dalam peristiwa ini

terdapat talbis (penipuan) yang dilakukan oleh ahli bid’ah, mereka mengungkit-ungkit

kembali kejadian yang telah lampau yang dengannya mereka membuat makar kepada

ahlussunnah wal jamaah. Orang-orang khawarij datang menemui Shabigh bin Ishl lalu

mereka berkata kepadanya, “Wahai Shabigh, sesungguhnya hari ini adalah

kesempatanmu untuk membalas dendam, hendaknya kamu keluar bersama kami,

hendaknya kamu berperang bersama kami melawan orang-orang kafir (para sahabat

dan kaum muslimin, pent.).” Maka Shabigh berkata kepada mereka dengan sebuah

kalimat yang agung, “Tidak, sungguh saya telah dididik oleh seorang hamba yang saleh,

sungguh saya telah dididik oleh seorang hamba yang saleh,” yang dia maksud adalah

Umar bin Al-Khaththab. Beliau menampakkan (bukti) taubatnya, memperbaiki jalan

hidupnya setelah itu, sebagaimana yang disebutkan oleh para ulama. Maka kisah ini

adalah sebuah kejadian besar yang menjelaskan manhaj ahlussunnah bersama orang-

orang yang menentang mereka dan bersama orang yang ingin mencoba masuk ke dalam

barisan ahlussunnah untuk melemparkan perselisihan di tengah-tengah mereka, untuk

mencerai beraikan barisan mereka, untuk memecah belah di antara mereka, untuk

melemparkan syubhat agar bisa memalingkan mereka dari manhaj ahlussunnah wal

jamaah, yaitu manhaj yang sepantasnya ditempuh bersama orang yang menyimpang

tersebut, seperti apa yang ditempuh oleh para sahabat, tabiin bersama Shabigh bin Ishl,

dan contoh-contoh lainnya yang sangat banyak.

[Tahdzir dari Ahli Bid’ah] Di antara perkara yang menunjukkan jelasnya mereka dalam manhaj dan nampaknya

mereka dalam berpegang teguh dengan Al-Kitab dan As-Sunnah, dan hal ini -

sebagaimana yang kita katakan- termasuk di antara ciri-ciri ahlussunnah wal jamaah

adalah mereka mentahdzir dari mubtadi’ (ahli bid’ah).

Page 5: Ciri Khas Mazhab as-Salaf - Asy-Syaikh Khalid Azh-Zhafiri -Hafizhahullah

Karenanya kamu akan mendapati kitab-kitab mereka penuh berisi tahdziran dari bid’ah,

tahdzir dari mubtadi’, mereka mentahdzir dari bid’ah itu sendiri, mentahdzir dari

hizbiyah itu sendiri, mentahdzir dari mubtadi’ itu sendiri. Mereka sama sekali tidak

merasa risih melakukannya dan mereka tidak menganggap hal itu sebagai ghibah yang

diharamkan, bahkan dia termasuk ghibah yang diperbolehkan yang diperbolehkan oleh

syariat, bahkan dia adalah nasehat dalam agama Allah -Subhanahu wa Ta’ala-. Maka

tahdzir dari bid’ah dan kelompok-kelompok bid’ah ini dan dari para ahli bid’ah itu

sendiri beserta penyebutan nama-nama mereka, semua perkara ini menunjukkan jelasnya

mereka dalam manhaj. Mereka mentahdzir dari semua itu agar semua itu tidak masuk ke

dalam barisan ahlissunnah, agar barisan tidak bercampur baur. Setiap barisan berada di

sisi sendiri, ahli bid’ah beserta bid’ah mereka di satu sisi sedang ahlussunnah beserta

manhaj mereka, salafiah yang bersih lagi murni berada di sisi lain.

[Syubhat Batil] Mereka tidak mengambil ilmu dari mubtadi’, tidak belajar kepada mereka, tidak

membaca kitab-kitab mereka, bahkan di dalam kitab-kitab ahlissunnah terdapat

kecukupan dan di dalam kitab-kitab para ulama terdapat kecukupan, kita tidak butuh

kepada kitab-kitab ahli bid’ah dan kita tidak punya keperluan untuk mendengarkan kaset-

kaset ahli bid’ah. Kita tidak mengatakan seperti apa yang dikatakan oleh ahli ahwa -itulah

syubhat setan-: Ambillah kebenaran dari mereka dan lemparkanlah kebatilannya.

Kita katakan: Betul sekali, kebenaran itu diambil dari siapa saja. Kalau ada seseorang

yang datang lalu menampakkan kepada kita kebenaran maka kita harus menerima

kebenaran tersebut, bagaimana pun jauhnya orang itu dari Allah. Maka kita menerima

kebenaran, hanya saja perkara ini tidaklah menunjukkan kita boleh mencari-cari

kebenaran dari mereka dan kita boleh mendengar kaset-kaset mereka agar kita bisa

mengambil kebenaran dari mereka dan meninggalkan yang batil, atau kita membaca

kitab-kitab mereka agar kita bisa mengambil yang benar dan meninggalkan yang batil.

Syubhat inilah yang telah menyesatkan banyak pemuda. Dia mendapati di dalam dirinya,

dia menyangka pada dirinya bahwa dia sudah kuat dalam akidahnya, dia sudah mapan

dalam manhajnya, sehingga dia dengan tenang membaca kitab-kitab mereka dan tidak

perduli buku siapa yang dia baca, maka dia membaca kitab seorang ikhwani, membaca

kitab seorang quthbi, membaca kitab seorang takfiri, membaca kitab seorang asy’ari,

membaca kitab seorang muktazili, kemudian dia berkata: Saya mengambil yang benarnya

dan meninggalkan yang batil. Hendaknya orang ini mengetahui, kalau dia terus-menerus

di atas metode seperti ini maka ujung-ujungnya pasti kebatilan akan masuk ke dalam

hatinya. Karenanya para imam besar, para ulama besar dari kalangan mutaqaddimin,

Ayyub As-Sikhtiyani dan Ibnu Sirin -rahimahullah- yang telah berada di jenjang yang

tinggi, juga para ulama dari kalangan tabiin. Mereka didatangi oleh mubtadi’ lalu berkata,

“Saya mau mendebat kalian dan adu argumen dengan kalian,” tapi mereka menjawab,

“Tidak.” Mereka kembali berkata, “Kalau begitu dengarlah dari kami satu kalimat

saja,” maka mereka segera meletakkan jari-jari mereka ke telinga-telinga mereka seraya

berkata, “Tidak, walaupun setengah kalimat.

Page 6: Ciri Khas Mazhab as-Salaf - Asy-Syaikh Khalid Azh-Zhafiri -Hafizhahullah

” Seseorang di antara mereka (mubtadi’) pernah berkata kepada Ayyub, “Saya akan

membacakan Al-Qur`an kepadamu,” beliau menjawab, “Jangan kamu membacakan

sesuatu pun kepadaku, walaupun Al-Qur`an.” Maka beliau ditanya tentang hal itu, maka

imam ini menjawab -itulah kalimat yang berharga-, “Sesungguhnya hati itu lemah,

sehingga mungkin saja kebatilan masuk ke dalamnya, siapakah yang bisa mengeluarkan

kebatilan ini dari hati? Mungkin saja dia membacakan satu ayat kepadaku lalu dia

memalingkan maknanya sehingga saya menjadi sesat karenanya.” Bersamaan dengan

beliau adalah seorang imam besar dan telah mencapai jenjang yang tinggi, maka

bagaimana lagi dengan kita, orang-orang yang lemah, bagaimana lagi dengan para

penuntut ilmu yang berprasangka baik pada diri-diri mereka sampai sangkaan baik ini

menyebabkan mereka pulang kembali sehingga mereka menjadi orang-orang yang

keheranan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiah menukil dari Al-Ghazali bahwa dulu dia

membaca kitab-kitab para filosof untuk membantah mereka sampai akhirnya dia terjun ke

dalam mazhab dan akidah mereka sehingga dia tersesat. Demikian pula contoh-contoh

yang banyak dari kalangan orang-orang yang belajar dari mubtadi’ lalu dia menjadi sesat

dan bernisbah kepada syiah, dan dari orang yang belajar kepada seorang Asy’ari lalu dia

terpengaruh dengannya dan berpindah kepada mazhabnya padahal di awal hidupnya dia

berada di atas sunnah. Dia pergi sebagai seorang sunni lalu belajar kepada seorang

mubtadi’, bergaul dengan mereka dan membaca kitab-kitabnya dan tidak perduli, lalu dia

pulang kembali, hingga akhirnya dia menjadi penyeru bid’ah bahkan menjadi orang yang

memerangi ahlussunnah wal jamaah. Maka semua ini termasuk dari bentuk kejelasan

dalam manhaj.

[Penamaan Ahlussunnah] Demikian pula termasuk dari bentuk kejelasan dalam manhaj adalah nama-nama yang

ahlussunnah bernama dengannya, yang dengannya mereka berbeda dari selain mereka.

Maka ahlussunnah sejak awal kali mereka muncul, mereka pada zaman nabi r berada di

atas satu hati, bid’ah tidak bisa masuk ke tengah-tengah mereka dan tidak mendapati

jalan untuk masuk kepada mereka. Maka ketika itu mereka hanya dinamakan sebagai

muslimin dan mukminin. Kemudian tatkala nampak bid’ah ilmu kalam dan khuruj

(kudeta), maka mereka dinamakan ahlussunnah wal jamaah, karena mereka mengikuti

sunnah dan komitmen terhadap jamaah kaum muslimin. Tatkala muncul ahlu ra`yi dari

kalangan orang-orang yang lebih mengedepankan ra`yu (pendapat) di atas hadits, maka

mereka dinamakan ahli hadits. Setelah itu, tatkala muncul orang-orang yang tidak

memperdulikan atsar-atsar para ulama salaf, mereka tidak mau mendengar atsar dari

sahabat dan tabiin, maka mereka dinamakan sebagai ahli atsar. Tatkala muncul beberapa

kaum yang mengatakan: Kami di atas Al-Kitab dan As-Sunnah, maka mereka dinamakan

salafiyun karena mereka mengambil Al-Kitab dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman

salaf as-saleh dan mereka tidak hanya terbatas pada Al-Kitab dan As-Sunnah saja dengan

akal-akal dan pemahaman-pemahaman mereka, bahkan mereka menamakan diri-diri

mereka dengan salafiyun karena mereka mengambil Al-Kitab dan As-Sunnah sesuai

dengan pemahaman salaf as-saleh.

Page 7: Ciri Khas Mazhab as-Salaf - Asy-Syaikh Khalid Azh-Zhafiri -Hafizhahullah

[Tidak Ada Sirriyah Dalam Dakwah] Demikian pula mereka terang-terangan dalam mazhab mereka, mereka tidak menempuh

metode sirriyah (sembunyi-sembunyi) karena sirriyah termasuk dari tanda ahli bid’ah dan

di antara tanda yang menunjukkan bahwa di dalam hati mereka ada penyimpangan. Umar

bin Abdil Aziz -rahimahullah- berkata, “ Kalau kamu melihat sebuah kaum berbisik-bisik

tanpa memperdengarkannya kepada orang-orang maka ketahuilah bahwa mereka

sedang membangun kesesatan.” Kalau kamu melihat mereka dalam sirriyah, dalam

perkumpulan sirriyah, di antara sesama mereka, mereka tidak mengabarkan ucapan-

ucapan mereka dan akidah-akidah mereka kepada orang-orang, tidak menampakkannya

di hadapan manusia, tidak mengumumkannya di hadapan manusia, bahkan urusan

mereka berada di bawah aturah kelompok, di antara mereka ada beberapa majelis

sirriyah, maka yang seperti ini tidak termasuk dari ahlussunnah wal jamaah dan

ketahuilah bahwa mereka tengah membangun kesesatan.

[Bersatu di Bawah Pemerintah] Ahlussunnah juga -bersamaan dengan kejelasan manhaj mereka-, mereka berada di

bawah bendera pemerintah kaum muslimin dan tidak menentang. Mereka meyakini

wajibnya mendengar dan taat kepadanya. Maka kalau kamu berada di dalam negeri Islam

-seperti Negara ini (Indonesia)- maka hendaknya kamu mendengar dan taat kepada

pemerintah muslim, selama pemerintahan adalah kaum muslimin, maka wajib untuk

mendengar dan taat kepada mereka dalam kebaikan. Adapun ahli bid’ah, maka mereka

membuat pemerintahan sendiri di dalam wilayah pemerintahan yang syar’i, mereka

memasang amir (pemerintah) dakwah, amir organisasi, amir yang tersembunyi. Ini

termasuk dari bentuk kudeta kepada pemerintah. Amir-amir dakwah ini yang dipasang

oleh mereka para hizbiyun termasuk dari bentuk kudeta kepada pemerintah. Bahkan

Ahlussunnah wal jamaah mengajar dan mendidik agar mereka mendengar dan taat

kepada pemerintah mereka dan mereka tidak membolehkan durhaka kepada mereka

dalam hal kebaikan. Kalau dia memerintahkan ketaatan dan kebaikan maka dia harus

didengarkan dan ditaati dan tidak boleh dimaksiati dalam hal kebaikan. Tidak boleh

memasang imarah (kepemimpinan), tidak boleh ada hizbiah, karena semua ini termasuk

dari tanda-tanda ahli bid’ah dan kesesatan. Di antara jawaban yang paling tepat yang

pernah saya dengar berkenaan dengan imarah (kepemimpinan) dalam dakwah ini. Karena

imarah yang seperti ini tetap dipasang oleh mereka walaupun di dalam negeri Islam,

sampai di Kerajaan Saudi Arabiah, sampai di daerah Teluk di Negara kami. Mereka

memasang amir-amir pada masjid-masjid mereka, setiap masjid mempunyai amir sendiri,

setiap daerah punya amir sendiri padahal wilayahnya syar’i, pemerintah ada, tapi

bersamaan dengan itu mereka melakukan perbuatan ini. Maka saya pernah bertanya

kepada guru kami, Syaikh Hammad Al-Anshari -rahimahullahu Taa’la- ketika kami

keluar dari Masjid Nabawi. Saya berkata kepadanya, “Wahai Syaikh, apa pendapatmu

tentang orang yang memasang amir (pemimpin) yang mereka sangka sebagai amir

dakwah bersamaan dengan adanya pemimpin (pemerintah) muslim?”

Page 8: Ciri Khas Mazhab as-Salaf - Asy-Syaikh Khalid Azh-Zhafiri -Hafizhahullah

maka beliau menjawab dengan sebuah jawaban yang agung, “Pemimpin yang paling

akhir dari keduanya (amir dakwah) harus dibunuh.” Maksud beliau ini adalah termasuk

dari bentuk kudeta, bukan maksud beliau orang itu dibunuh betul, tapi yang beliau

maksud adalah bahwa hal seperti ini bisa termasuk ke dalam hadits ini, dan termasuk ke

dalam bentuk-bentuk kudeta kepada pemerintah, karena dia menandingi pemerintah

dalam perintah dan kekuasaannya. Maka ahlussunnah mentahdzir dan menjauh dari

sirriah, mereka bersikap jelas dan terang-terangan serta bersatu di bawah jamaah kaum

muslimin. Semua ini termasuk dari tanda kejelasan dalam manhaj.

[Tidak Talawwun Dalam Manhaj] Karenanya di antara manhaj ahlussunnah wal jamaah adalah bahwa mereka berada di atas

satu jalan, kokoh di atas satu jalan, dan ini termasuk dari kejelasan dalam manhaj.

Mereka tidak talawwun (berubah-ubah) karena talawwun -sebagaimana yang ditegaskan

oleh para ulama salaf as-saleh- termasuk di antara tanda-tanda ahli bid’ah. Talawwun

dalam agama, berpindah-pindah dalam agama, dari satu mazhab ke mazhab lainnya,

berpindah-pindah di antara hawa nafsu, tidak tetap pada satu pijakan dan tidak tetap pada

satu mazhab, ini adalah termasuk dari tanda-tanda ahli bid’ah. Kamu melihat dia berada

di sini pada satu hari lalu pindah ke sana selama beberapa hari, kemudian ke tempat lain

selama beberapa hari, dan seterusnya terombang-ambing dalam hawa nafsu, karena dia

mencari kebenaran tidak dengan cara yang seharusnya dan tidak mencari kebenaran

dengan jalan-jalan yang dibenarkan syariat, dan hatinya tidak disertai dengan keikhlasan,

kejujuran dan kecintaan dalam menuju dan mencari kebenaran. Kalau tidak maka

tentunya Allah tidak akan menyia-nyiakan amalannya kalau memang dia memang

betul-betul menginginkan kebenaran, memang betul menginginkan hidayah. Adapun mereka para ahli ahwa dan ahli bid’ah, maka para ulama salaf telah mencela

mereka karena di antara tanda-tanda mereka yang paling nampak adalah mereka

talawwun dalam agama. Maka dari sini nampak bahwa sepantasnya ahlussunnah nampak

dalam manhaj dan akidah mereka, mereka tidak bertalawwun dan tidak berpindah-pindah

di antara hawa nafsu. Karenanya Nabi -shallallahu alaihi wasallam- bersabda -

sebagaimana dalam hadits Ibnu Umar dalam Shahih Muslim-, “Perumpamaan orang

munafik dalam umatku seperti seekor kambing yang terlantar (hilang) yang berada di

antara dua ekor kambing. Pada satu ketika dia berjalan bersama kambing yang satu dan

pada kali lainnya dia berjalan bersama kambing yang kedua. Dia tidak tahu, kambing

mana yang harus dia ikuti.” Ahli bid’ah, kebanyakan mereka adalah orang-orang

munafik, perumpamaan mereka seperti kambing yang terlantar, terkadang dia berjalan ke

sini, terkadang dia berjalan ke sana, demikianlah dia berpindah-pindah, tidak tahu mana

yang harus dia ikuti. Demikianlah keadaan ahli bid’ah dan orang-orang munafik.

Karenanya Huzaifah -radhiallahu anhu- berkata, “Sesungguhnya kesesatan yang sebenar-

benarnya kesesatan adalah engkau mencoba mengetahui apa yang dulunya kamu ingkari

dan kamu sudah mulai mengingkari apa yang dulunya kamu ketahui.” Kesesatan yang

sebenar-benarnya kesesatan adalah kamu dulunya termasuk dari ahlussunnah lalu kamu

menyimpang darinya dan kamu berpindah-pindah di antara hawa nafsu.

Page 9: Ciri Khas Mazhab as-Salaf - Asy-Syaikh Khalid Azh-Zhafiri -Hafizhahullah

Setelah dulunya kamu memandang bahwa sunnah dan manhaj salafy adalah kebenaran,

kemudian kamu menyimpang bersama ahli bid’ah, setelah itu kamu melihat kebenaran -

yang merupakan manhaj seorang sunni- sebagai suatu kesesatan, dan kamu melihat

kesesatan -yang berupa perbuatan bid’ah- sebagai sunnah. Huzaifah berkata,

“Sesungguhnya kesesatan yang sebenar-benarnya kesesatan adalah engkau mencoba

mengetahui apa yang dulunya kamu ingkari -dari hawa nafsu dan bid’ah- dan kamu

sudah mulai mengingkari apa yang dulunya kamu ketahui -dari sunnah Nabi -shallallahu

alaihi wasallam- dan manhaj salaf-.” Karenanya Umar bin Abdil Aziz -rahimahullahu

Ta’ala- berkata, “Janganlah kamu jadikan agamamu sebagai ajang/bahan perdebatan,

karena barangsiapa yang menjadikan agamanya sebagai bahan perdebatan maka dia

akan banyak berpindah-pindah (mazhab).” Adapun orang yang senang berdebat dan adu

argumen di sana sini, maka orang ini akan berpindah-pindah di antara hawa nafsu. Maka

agamamu yang kamu berada di atasnya di atas keyakinan dan agamamu yang kamu

yakini di atas keyakinan, janganlah kamu berpindah-pindah di antara hawa nafsu. Kalau

kamu menjadikan agamamu sebagai bahan bagi orang-orang yang senang adu argumen

dan senang berdebat dari kalangan ahli ahwa dan kamu membiarkan mereka menguasai

dirimu, maka orang yang seperti ini akan sering berpindah-pindah. Karenanya Abu

Juwairiah -salah seorang Murjiah- pernah dating kepada Imam Malik -rahimahullahu

Ta’ala- lalu berkata, “Wahai Malik, saya mau berdebat denganmu.” Maka Imam Malik

berkata kepaanya, “Kalau saya berhasil mengalahkan kamu, kamu yang harus ikut

kepadaku?” dia menjawab, “Ia.” Beliau berkata lagi, “Kalau kamu mengalahkan saya,

saya yang harus ikut kepadamu?” dia menjawab, “Ia.” Beliau berkata, “Kalau begitu

pergilah kamu kepada orang yang ragu -selain saya- lalu debatlah dia dalam agamanya,

karena sesungguhnya saya tidak ragu terhadap agamaku.” Maka beliau menjelaskan

bahwa keraguan (dalam beragama) termasuk di antara tanda-tanda ahli bid’ah. Adapun

ahlussunnah, maka mereka bukanlah orang-orang yang ragu dalam akidah dan manhaj

mereka. Ibrahim An-Nakhai -rahimahullahu Ta’ala- berkata, “Mereka (para tabiin, pent.)

memandang sikap talawwun dalam agama adalah termasuk dari ragunya hati kepada

Allah.” Maka wajib atas seorang sunni untuk tidak talawwun dalam agamanya karena

talawwun termasuk dari tanda-tanda ahli bid’ah dan kesesatan.

[Trik Ahli Bid’ah] Kalau begitu, ketidakjelasan adalah termasuk dari manhaj dan metode ahli bid’ah.

Adapun ahlussunnah as-salafiyun, maka (manhaj) mereka sangat jelas dan terang. Para

ulama juga telah menyebutkan beberapa perkara yang menjelaskan metode ahli bid’ah

dalam keberagamaan mereka, dalam keyakinan mereka dan dalam muamalah mereka

bahwa mereka tidak jelas dalam manhaj, tidak jelas dalam akidah mereka. Karenanya Al-

Imam Mufadhdhal bin Al-Muhalhil -rahimahullahu Ta’ala- berkata -dan beliau termasuk

dari ulama salaf-, “Seandainya ahli bid’ah mendatangi kamu dan ketika dia pertama kali

masuk ke dalam majelismu, mereka langsung menyebutkan suatu bid’ah niscaya kamu

akan memboikot mereka dan kamu akan meninggalkan mereka.

Page 10: Ciri Khas Mazhab as-Salaf - Asy-Syaikh Khalid Azh-Zhafiri -Hafizhahullah

Akan tetapi mereka ketika pertama kali datang kepadamu, mereka membawa sunnah

dan membaca hadits tentang sunnah, kemudian kalau setelah itu mereka sudah merasa

berkuasa barulah mereka melemparkan bid’ah-bid’ah mereka sesuai dengan apa yang

mereka kehendaki, maka kapankah bid’ah itu keluar dari hatimu?” Ini adalah trik

mereka, awal kali mereka datang, -padahal sebenarnya dia adalah ahli ahwa yang

bertujuan untuk merusak sunnah-, dia datang dan masuk bergaul dengan mereka

(ahlussunnah). Dia membacakan kepada mereka hadits-hadits tentang sunnah dan

menyampaikan ilmu kepada mereka. Sampai tatkala mereka merasa sudah sanggup

karena dia sudah mempuanyai kedudukan di tengah-tengah mereka setelah itulah baru dia

melemparkan syubhat-syubhatnya dan hawa nafsunya. Dia mulai memecah belah dan

menghancurkan barisan ahlussunnah. Ini adalah trik ahli bid’ah, mereka selalu

mengusahakan agar kita membiarkan mereka masuk. Mereka sebagaimana yang

diperumpamakan oleh Imam Al-Barbahari -rahimahullah- dengan ucapannya, “Ahli

bid’ah itu seperti kalajengking, mereka menyembunyikan kepala-kepala mereka tapi

mengeluarkan ekor-ekor mereka yang dengannya mereka menyengat,” agar dia tidak

terlihat sampai akhirnya mereka bisa menyengat manusia. Demikian pula ahli bid’ah,

keadaan mereka seperti keadaan kalajengking ini yang sengaja bersembunyi, sampai

ketika dia sudah merasa sanggup maka dia akan segera menyengat, menyebarkan

bid’ahnya, menyebarkan kesesatannya di tengah-tengah ahlussunnah wal jamaah. Di sini

juga ada ucapan yang agung dari Al-Imam Abu Zur’ah –rahimahullah Ta’ala-, beliau

berkata, “Mereka para ahli kalam -bahkan seluruh ahli ahwa- jangan biarkan mereka

masuk ke tengah-tengah kalian -yakni jangan biarkan mereka menguasai kalian tapi

hendaknya kalian senantiasa waspada dari mereka, senantiasa mentahdzir mereka- karena

akhir perkara mereka akan kembali kepada sesuatu yang mereka tutup-tutupi.”

Perjalanan mereka, akhir mereka dan penutupan mereka akan menampakkan bahwa

mereka termasuk dari ahli ahwa dan bid’ah. Terkadang mereka bersembunyi selama

setahun atau dua tahun. Beliau (Abu Zuar’ah) berkata, “Perkara mereka hanya akan

tertutupi selama setahun atau dua tahun kemudian akan tersingkap maka janganlah

salah seorang di antara mereka (ahlussunnah) membela mereka, karena kalau suatu

ketika kejahatannya tersingkap, maka akan dikatakan kepada yang membela ini, “Kamu

termasuk temannya.” Dan kalau suatu ketika dia berbalik maka yang membelanya pun

akan berbalik karenanya. Maka tidak sepantasnya bagi orang yang berakal untuk

memuji mereka.” Maksud beliau adalah: Bahwa mereka yang masuk ke dalam barisan

ahlussunnah dari kalangan ahli ahwa lalu menyembunyikan jati dirinya, orang yang kamu

masih mempunyai keraguan tentang dirinya dan yang kamu masih ragukan akidahnya.

Yang seperti ini jangan kamu langsung memujinya, jangan kamu menolongnya dan

jangan mengangkatnya. Akan tetapi berikan dia jangka waktu dan tunggulah hasilnya.

Terkhusus kalau orang itu termasuk dari orang-orang yang kembali dari hawa nafsu dan

bertaubat kepada sunnah, yang seperti ini dibiarkan dalam jangka waktu tertentu sampai

dilihat perkara dan keadaannya, karena setelah jangka waktu itu terkadang jati diri

sebenarnya akan terungkap.

Page 11: Ciri Khas Mazhab as-Salaf - Asy-Syaikh Khalid Azh-Zhafiri -Hafizhahullah

Kalau sudah tersingkap dan nampak dia termasuk dari musuh-musuh sunnah bahwa dia

tadinya masuk hanya untuk membuat makar kepada ahlussunnah, maka kamu wahai yang

dahulu telah memujinya maka kamu akan dicela karenanya, kamu akan dicela karena

pujian itu kepadanya, karena kamu tidak memberinya jangka waktu dan terlalu tergesa-

gesa memujinya dan kamu tidak menunggu sampai nampak dan jelas perkaranya.

Semisal dengannya, kisah Shabigh yang terlah berlalu kita sebutkan, sang khalifah

memberinya jangka waktu setahun padahal dia telah menampakkan taubatnya, akan

tetapi beliau mengundurnya selama setahun. Demikian pula warid atsar dari Imam

Ahmad bahwa beliau berkata, “Tunggulah seorang mubtadi’ yang bertaubat selama

setahun atau dua tahun, sampai terlihat perkaranya.” Tentu saja yang dimaksud di sini

bukan pembatasan setahun atau dua tahun, tapi yang dimaksud di sini adalah sampai

perkaranya jelas dan nampak telah baik perjalanan hidupnya telah baik ke’sunni’annya

dan dia telah kembali kepada ahlussunnah wal jamaah. Karenanya Syaikhul Islam Ibnu

Taimiah -rahimahullah- berkata tentang para ahli kalam, “Para ahli kalam terkadang

menguatkan satu pendapat pada satu waktu, kemudian mereka berpindah menguatkan

pendapat lain pada waktu yang lain,” yakni: Sesekali mereka menguatkan yang ini dan

kali lain mereka menguatkan pendapat yang lain, mereka berpindah-pindah di antara

hawa nafsu beliau berkata, “Maka mereka tidak kokoh di atas satu agama, mereka

didominasi oleh keraguan.” Ini adalah salah satu dari tanda-tanda ahli bid’ah, mereka

hidup dalam keheranan, didominasi oleh keraguan. Kemudian beliau -rahimahullah-

berkata, “Ini adalah kebiasaan Allah pada orang yang berpaling dari Al-Kitab dan As-

Sunnah,” orang yang berpaling dari kitab dan sunnah, maka kebiasaan Allah padanya

adalah menjadikannya dalam kebingungan dan menjadikan keraguan dalam agamanya

sehingga dia berpindah-pindah di antara hawa dan di antara ahli ahwa, berpindah-pindah

dalam bid’ah, dari satu bid’ah kepada yang semisalnya, dari satu musibah kepada

musibah yang lebih besar. Karena Allah -Azza wa Jalla- berfirman, “Tatkala mereka

menyimpang maka Allah membuat hati-hati mereka menyimpang.” Maka ini termasuk

dari hukuman kepada ahli bid’ah, hukuman dari berbuat bid’ah, yaitu kalau kamu terjun

ke dalam perbuatan bid’ah maka Allah akan membuat kamu tambah menyimpang

daripada penyimpanganmu sebelumnya, karena kamu tidak menghendaki kebenaran

sehingga kamu berpindah-pindah di antara hawa nafsu dan di antara bid’ah, dari yang

besar kepada yang lebih besar dan dari suatu musibah kepada yang lebih besar sampai

kamu celaka dengan kecelakaan yang nyata.

Bahkan mereka para ahli ahwa, di antara tanda dan jalan mereka dalam menyesatkan

manusia, mereka terlebih dahulu masuk bergabung dengan ahlussunnah sebagaimana

yang kita katakan, memberikan kerancuan kepada ahlussunnah, mereka menampakkan

diri bahwa mereka termasuk ahlussunnah kemudian mereka masuk dan melemparkan

syubhat-syubhat dan hawa-hawa nafsu mereka. Ini sebagaimana yang dilakukan oleh

Bolis sang Yahudi tatkala dia menyusup masuk ke dalam agama Nashrani lalu dia

merubahnya, memindahkannya dan merubahnya dari agama Isa lalu dia merubahnya

sampai akhirnya mereka menyembah Isa -alaihissalam- dan mereka memunculkan akidah

trinitas dan selainnya

Page 12: Ciri Khas Mazhab as-Salaf - Asy-Syaikh Khalid Azh-Zhafiri -Hafizhahullah

disebabkan karena menyusupnya orang Yahudi yang berpura-pura menjadi Nashrani, dia

berpura-pura sebagai pengikut Al-Masih sehingga dia bisa masuk ke dalam agama Al-

Masih lalu dia pun merusak dan merubahnya. Juga sebagaimana masuknya Ibnu Saba`

sang Yahudi, Rafidhi kepada kaum muslimin, lalu dia menampakkan diri sebagai kaum

muslimin lalu dia memberikan kerancuan kepada sebagian manusia sampai mereka

menetapkan hak uluhiah kepada Ali -radhiallahu anhu-. Mereka datang kepada Ali lalu

berkata kepadanya, “Kamu, kamu …,” beliau menjawab, “Siapa saya?” maka mereka

menjawab, “Kamu adalah Allah, kamu adalah Allah.” Maka Ali -radhiallahu anhu-

memerintahkan untuk menggali sebuah lobang besar lalu dinyalakan api di dalamnya,

kemudian beliau melemparkan mereka semua ke dalam api itu sehingga beliau

membunuh dan membakar mereka. Para sahabat -ridhwanullahi alaihin- bersepakat akan

wajibnya membunuh mereka, para Saba`iyah (pengikut Ibnu Saba`) yang menetapkan

uluhiah untuk Ali, hanya saja terjadi persilangan pendapat di antara mereka mengenai

cara membunuh mereka. Sebagian sahabat mengingkari ijtihad Ali yang membakar

mereka, sementara Ali berpendapat wajib atas dirinya membakar mereka sehingga beliau

pun membakar mereka dengan api. Akan tetapi yang menjadi pokok pembahasan di sini

adalah bahwa mereka menyusup ke dalam barisan kaum muslimin, mereka masuk ke

dalam barisan ahlussunnah, mereka masuk ke dalam barisan salafiyun sampai mereka

bisa menyesatkan mereka dan memalingkan mereka dari manhaj dan akidah mereka.

Karenanya Imam As-Sijzi -rahimahullah- berkata –beliau adalah salah seorang imam

salaf yang mempunyai beberapa kitab dalam membantah Asy’ariyah dan selainnya-,

“Atau mungkin orang itu termasuk dari kaum itu -yakni mungkin saja lelaki itu berasal

dari kelompok ahli bid’ah- lalu dia bersandiwara dalam menyelisihi mereka (ahli bid’ah)

-dia datang dan masuk bergabung dengan ahlussunnah lalu dia menampakkan bahwa dia

membantah hizbiyun dan bahwa dia membantah ahli bid’ah, akan tetapi sebenarnya dia

termasuk dari golongan mereka. Untuk mengaburkan ucapan mereka pada apa yang

mereka ucapkan lalu dia membawakan ucapan mereka dan menganggap baik ucapan

mereka lalu setelah itu dia memperingan perselisihan antara ahlussunnah dengan ahli

bid’ah, dari kalangan orrang-orang yang melakukan tamyi’ (kooperatif) kepada ahli

bid’ah dalam masalah akidah dan manhaj ahlussunnah dalam bermuamalah dengan ahli

bid’ah, sehingga dia pun akhirnya diikuti karena disangka dia menyelisihi mereka dan

sangat banyak sekali makar mereka yang seperti ini yang berhasil mengenai ahlussunnah.

Imam As-Sijzi -bersamaan dengan beliau adalah termasuk dari ulama abad III H- beliau

berkata, “Dan sangat banyak sekali makar mereka yang seperti ini yang berhasil

mengenai ahlussunnah.” Sering ahli bid’ah menyusup ke dalam ahlussunnah dengan

rupa sesuai sunnah kemudian mereka memberikan mudharat yang sangat besar kepada

sunnah. Beliau juga berkata, “Barangsiapa yang menghendaki keselamatan dari mereka

dan keselamatan dari hawa nafsu maka hendaknya yang menjadi tolak ukurnya adalah

Al-Kitab dan atsar pada setiap yang dia dengar dan dia lihat. Kalau dia berilmu tentang

keduanya maka hal itu (apa yang dia peroleh) dia perhadapkan kepada keduanya dan

kalau tidak (berilmu tentang keduanya) maka hendaknya dia mengikuti salaf as-saleh,”

yakni:

Page 13: Ciri Khas Mazhab as-Salaf - Asy-Syaikh Khalid Azh-Zhafiri -Hafizhahullah

Pertama-tama dia menjadikan barometer dan tempat merujuk dalam perselisihan adalah

Al-Kitab dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman salaf as-saleh. “Dan jangan dia

menerima dari siapa pun suatu ucapan kecuali dia meminta dalilnya dari ayat yang

muhkam atau sunnah yang tsabit atau ucapan sahabat dari jalan yang shahih.” Ini

termasuk dari tanda-tanda ahlussunnah, yaitu mereka bertul-betul mencari dalil,

senantiasa bertanya, “Apa dalil dari hal ini, apa dalil dari hal ini.” Kalau datang

kepadanya suatu ucapan maka dia akan berkata, “Apa dalil dari hal ini, apa dalil dari hal

ini.” Maka ini termasuk dari tanda-tanda ahlussunnah wal jamaah bahwa mereka

senantiasa berusaha untuk mencari dalil. Kemudian beliau berkata, “Hendaknya dia

waspada kepada kitab-kitab karangan orang-orang yang berubah keadaannya karena di

dalamnya ada kalajengking dan yang terkadang tidak bisa untuk diobati.” Ini termasuk

dari perumpamaan terbesar, mereka yang telah berubah keadaannya, maka kitab-kitab

dan karangan-karangan mereka, ahli ahwa dan ahli bid’ah, kitab-kitab dan karangan-

karangan mereka seperti kalajengking dan di dalamnya ada kalajengking. Maka

terkadang dia menyengatmu dan beliau berkata, “Terkadang tidak bisa diobati,” yakni:

Terkadang kamu tidak bisa mendapatkan penyembuhan dari sengatan itu atau syubhat

yang telah bercokol di dalam hatimu. Ini adalah keadaan ahli bid’ah dan ahwa pada

kenyataan kita sekarang, dimana kita hidup dan pada zaman kita ini.

[Contoh Nyata Dari Makar Mereka] Kamu melihat banyak di antara mereka yang masuk dan ingin menonjol dalam sunnah,

dia masuk dan berbicara tentang sunnah, kemudian tidak cukup setahun atau dua tahun

kecuali kamu melihat mereka telah berpaling dari sunnah, mentahdzir ahlussunnah,

mentahdzir para ulama setelah sebelumnya mereka memuji para ulama kita dan kamu

melihat dia hadir dalam majelis mereka. Dia memuji Syaikh Ibn Baz, memuji Syaikh Al-

Albani, memuji Syaikh Rabi’ Al-Madkhali, memuji Syaikh Muqbil. Kemudian setelah

semua itu, setelah berlalu setahun atau dua tahun di masuk ke dalam Sunnah, dia telah

mempunyai pengaruh dan telah tersebar darinya satu atau dua kaset, kemudian setelah itu

dia memperlihatkan jati diri dia yang sebenarnya sebagai musuh yang sangat menentang

ahlussunnah, dia memerangi mereka dengan peperangan yang dahsyat, seperti yang

terjadi pada: Abul Hasan Al-Ma`ribi, atau selainnya, sebagaimana yang terjadi pada Falih

Al-Harbi atau Fauzi Al-Atsari atau selainnya dari mereka yang menyimpang dan berbalik

dari ahlussunnah dan akhirnya mereka menjadi musuh besar bagi ahlussunnah wal

jamaah. Maka hendaknya waspada dan hati-hati dari orang-orang semacam ini karena

mereka adalah sangat berbahaya dan besar mudharatnya bagi ahlussunnah wal jamaah.

Maka semua dalil yang telah kami sebutkan ini adalah dalil-dalil yang jelas bahwa

ahlussunnah mempunyai kejelasan dalam manhaj, mereka hidup di atas kejelasan dalam

manhaj. Manhaj mereka, malamnya seperti siangnya. Mereka hidup dan beragama

dengan lembaran yang sangat putih, hati mereka cahaya dan mereka hidup di dalam

cahaya dan mereka beragama dengan cahaya, cahaya Al-Kitab dan cahaya sunnah Nabi -

shallallahu alaihi wasallam-. Maka sepantasnya bagi kita untuk berada di atas manhaj ini,

sepantasnya bagi kita untuk hidup di atas metode ini.

Page 14: Ciri Khas Mazhab as-Salaf - Asy-Syaikh Khalid Azh-Zhafiri -Hafizhahullah

Hendaknya manhaj kita jelas, keberagamaan kita jelas, kesalafiyaan kita juga jelas.

Dengan ini akan nampak pentingnya kejelasan dalam manhaj salafi dan pentingnya

seorang salafy mempunyai kejelasan dalam akidahnya, keberagamaannya dan

manhajnya.

[Penutup] Kita meminta kepada Allah Yang Maha Agung agar menjadikan kita termasuk orang-

orang yang mempunyai sifat jelas di atas manhaj ahlussunnah wal jamaah dan termasuk

orang-orang yang kokoh di atasnya sampai kita berjumpa dengan-Nya. Ya Allah,

perlihatkanlah kepada kami kebenaran itu sebagai kebenaran dan berikanlah kami rezeki

untuk mengikutinya dan perlihatkanlah kepada kami kebatilan itu sebagai kebatilan dan

berikanlah kami rezeki untuk menjauhinya. Sahalat dan salam Allah kepada Nabi kita

Muhammad dan jazakumullahu khairan atas perhatian kalian.