CHOLELITIASIS
-
Upload
rye-asri-mashudy-dhasry -
Category
Documents
-
view
25 -
download
0
Transcript of CHOLELITIASIS
![Page 1: CHOLELITIASIS](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082713/55cf9434550346f57ba05a87/html5/thumbnails/1.jpg)
CHOLELITIASIS
Definisi
Kolelitiasis (kalkuli/kalkulus, batu empedu)
merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya batu
empedu di dalam kandung empedu (vesika fellea)
dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan
empedu yang memiliki ukuran,bentuk dan komposisi
yang bervariasi.
Manifestasi klinis
Rasa Nyeri Dan Kolik Bilier.
Mekanisme mual dan muntah
Obstruksi saluran empedu
↓
Alir balik cairan empedu ke hepar (bilirubin, garam
empedu, kolesterol)
↓
Proses peradangan disekitar hepatobiliar
↓
Pengeluaran enzim-enzim SGOT dan SGPT
↓
Peningkatan SGOT dan SGPT
↓
Bersifat iritatif di saluran cerna
↓
Merangsang nervus vagal (N.X Vagus)
↓
Menekan rangsangan sistem saraf parasimpatis
Penurunan peristaltik sistem
↓
Akumulasi gas usus
pencernaan (usus dan lambung) di sistem
pencernaan
↓
Makanan tertahan di lambung
↓
Rasa penuh dengan gas
↓
Peningkatan rasa mual Kembung
↓
Pengaktifan pusat muntah (medula oblongata)
↓
Pengaktifan saraf kranialis ke wajah, kerongkongan,
serta neuron-neuron motorik spinalis
ke otot-otot abdomen dan diafragma
↓
Muntah
Ikterus.
Ikterus dapat dijumpai di antara penderita
penyakit kandung empedu dengan presentase yang
kecil dan biasanya terjadi pada obstruksi duktus
koledokus.
Perubahan Warna Urine dan Feses.
Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan
membuat urin berwarna sangat gelap. Feses yang
tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan
tampak kelabu, dan biasanya pekat yang disebut
“clay-coloured”.
Defisiensi Vitamin.
Obstruksi aliran empedu juga mengganggu
absorbsi vitamin A, D, E dan K yang larut lemak.
Pemeriksaan Sinar-X Abdomen.
Pemeriksaaan sinar-X abdomen dapat
dilakukan jika terdapat kecurigaan akan penyakit
kandung empedu dan untuk menyingkirkan
penyebab gejala yang lain. Namun demikian, hanya
15% hingga 20% batu empedu yang mengalami
cukup kalsifikasi untuk dapat tampak melalui
pemeriksaan sinar-X.
Ultrasonografi.
Pemeriksaan USG telah menggantikan
kolesistografi oral sebagai prosedur diagnostic
pilihan karena pemeriksaan ini dapat dilakukan
dengan cepat serta akurat, dan dapat digunakan
pada penderita disfungsi hati dan ikterus. Disamping
itu, pemeriksaan USG tidak membuat pasien
terpajan radiasi ionisasi. Prosedur ini akan
memberikan hasil yang paling akurat jika pasien
![Page 2: CHOLELITIASIS](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082713/55cf9434550346f57ba05a87/html5/thumbnails/2.jpg)
sudah berpuasa pada malam harinya sehingga
kandung empedunya berada dalam keadaan
distensi. Penggunaan ultrasound berdasarkan pada
gelombang suara yang dipantulkan kembali.
Pemeriksaan USG dapat mendeteksi kalkuli dalam
kandung empedu atau duktus koledokus yang
mengalami dilatasi. Dilaporkan bahwa USG
mendeteksi batu empedu dengan akurasi 95%.
Pemeriksaan Radionuklida atau
Koleskintografi.
Koleskintografi telah berhasil dalam
membantu menegakkan diagnosis kolelisistitis.
Dalam prosedur ini, preparat radioaktif disuntikkan
melalui intravena. Preparat ini kemudian diambil oleh
hepatosit dan dengan cepat diekskresikan dalam
system bilier. Selanjutnya dilakukan pemindaian
saluran empedu untuk mendapatkan gambar
kandung empedu dan percabangan bilier.
Pemeriksaan ini lebih mahal daripada USG,
memerlukan waktu yang lebih lama untuk
mengerjakannya, membuat pasien terpajan sinar
radiasi, dan tidak dapat mendeteksi batu empedu.
Penggunaannya terbatas pada kasus-kasus yang
dengan pemeriksaan USG, diagnosisnya masih
belum dapat disimpulkan.
Kolesistografi.
Meskipun sudah digantikan dengan USG
sebagai pemeriksaan pilihan, kolesistografi masih
digunakan jika alat USG tidak tersedia atau bila hasil
USG meragukan. Kolangiografi oral dapat dilakukan
untuk mendeteksi batu empedu dan mengkaji
kemampuan kandung empedu untuk melakukan
pengisian, memekatkan isinya, berkontraksi serta
mengosongkan isinya. Media kontras yang
mengandung iodium yang diekskresikan oleh hati
dan dipekatkan dalam kandung empedu diberikan
kepada pasien. Kandung empedu yang normal akan
terisi oleh bahan radiopaque ini. Jika terdapat batu
empedu, bayangannya akan tampak pada foto
rontgen.
Kolangiopankreatografi retrograde endoskopik
(ERCP; Endoscopic Retrograd
Cholangiopancreatography).
Pemeriksaan ERCP atau
kolangiopankreatografi retrograde endoskopik
memungkinkan visualisasi struktur secara langsung
yang hanya dapat dilihat pada saat melakukan
laparotomi. Pemeriksaan ini meliputi insersi
endoskop serat-optik yang fleksibel ke dalam
esophagus hingga mencapai duodenum pars
desendens. Sebuah kanula dimasukkan ke dalam
duktus koledokus serta duktus pankreatikus,
kemudian bahan kontras disuntikkan ke dalam
duktus tersebut untuk memungkinkan visualisasi
serta evaluasi percabangan bilier. ERCP juga
memungkinkan visualisasi langsung struktur ini dan
memudahkan akses ke dalam duktus koledokus
bagian distal untuk mengambil batu empedu.
Kolangiografi Transhepatik Perkutan.
Pemeriksaan kolangiografi ini meliputi
penyuntikan bahan kontras langsung ke dalam
percabangan bilier. Karena konsentrasi bahan
kontras yang disuntikkan itu terlalu besar, maka
semua komponen dalam system bilier tersebut, yang
mencakup duktus hepatikus dalam hati, keseluruhan
panjang duktus koledokus, duktus sistikus dan
kandung empedu, dapat dilihat garis bentuknya
dengan jelas.
Penatalaksanaan Bedah
Penanganan bedah pada penyakit kandung
empedu dan batu empedu dilaksanakan untuk
mengurangi gejala yang sudah berlangsung lama,
untuk menghilangkan penyebab kolik bilier dan
untuk mengatasi kolesistitis akut. Pembedahan dapat
efektif jika gejala yang dirasakan pasien sudah
![Page 3: CHOLELITIASIS](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082713/55cf9434550346f57ba05a87/html5/thumbnails/3.jpg)
mereda atau bisa dikerjakan sebagai suatu prosedur
darurat bilamana kondisi psien mengharuskannya.
Tindakan operatif meliputi :
* Sfingerotomy endosokopik
* PTBD (perkutaneus transhepatik bilirian drainage)
* Pemasangan “T Tube ” saluran empedu koledoskop
* Laparatomi kolesistektomi pemasangan T Tube
Penatalaksanaan pra operatif :
1. Pemeriksaan sinar X pada kandung empedu
2. Foto thoraks
3. Ektrokardiogram
4. Pemeriksaan faal hati
5. Vitamin K (diberikan bila kadar protrombin pasien
rendah)
6. Terapi komponen darah
7. Penuhi kebutuhan nutrisi, pemberian larutan
glukosa scara intravena bersama suplemen hidrolisat
protein mungkin diperlikan untuk membantu
kesembuhan luka dan mencegah kerusakan hati
FISTULA PERIANAL
DEFINITION
Fistula perianal adalah saluran abnormal yang
dibatasi oleh jaringan granulasi, yang
menghubungkan satu ruang (dari lapisan epitel anus
atau rektum) ke ruang lain, biasanya menuju ke
epidermis kulit di dekat anus, tapi bisa juga ke organ
lainnya seperti kemaluan.
MANIFESTASI KLINIS
tergantung pada kekhususan defek. Pus atau feces
dapat bocor secara konstan dari lubang kutaneus.
Gejala ini mungkin pasase flatus atau feces dari
vagina atau kandung kemih, tergantung pada
saluran fistula. Bisanya fistula mengeluarkan nanah
atau feces, berdarah, ekskoriasi, eritema pada kulit,
indurasi, fluktuasi dan terdapat eksternal opening.
Gejala lain yang menyertai berupa diare, nyeri perut,
kehilangan berat badan dan perubahan kebiasaan
defekasi. Fistula yang tidak teratasi dapat
menyebabkan infeksi sistemik disertai dengan gejala
yang berhubungan.
PHYSICAL EXAMINATION AND SUPPORTING
Pada pemeriksaan fisik di daerah anus (dengan
pemeriksaan digital/rectal toucher) ditemukan satu
atau lebih eksternal opening fistula atau teraba
adanya fistula di bawah permukaan kulit. Eksternal
opening fistula tampak sebagai bisul (bila abses
belum pecah) atau tampak sebagai saluran yang
dikelilingi oleh jaringan granulasi. Internal opening
fistula dapat dirasakan sebagai daerah indurasi/
nodul di dinding anus setinggi garis dentata.
Terlepas dari jumlah eksternal opening, terdapat
hampir selalu hanya satu internal opening.
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu
mengidentifikasi jenis dan anatomi/saluran fistel.
Sebab hal ini saat penting bagi penderita, karena
menyangkut cacat fungsional yang mungkin terjadi
oleh karena pemilihan prosedur operasi.
Pemeriksaan tersebut antara lain CT Scan,
fistulografi, USG endoanal, MRI,
Rektosigmoidoskopi/Kolonoskopi dan Foto Rontgen
Thorax.
CT Scan berguna dalam mengidentifikasi abses
anorektal yang dalam, tapi jarang digunakan dalam
evaluasi sebelum operasi fistula in ano. Gambaran
CT Scan yang relatif sedikit mencitrakan resolusi
jaringan lunak, M. levator ani dan otot-otot sfingter
tidak bisa mengidentifikasi kelainan pada bagian
aksial.
Fistulografi tidak membantu dalam mendefinisikan
hubungan antara saluran fistel ke struktur anatomi
normal oleh karena adanya jaringan granulasi dan
materi fistel yang bernanah dapat menciptakan citra
yang palsu.
USG endoanal memberikan gambaran yang sangat
baik dari daerah anus dan sangat akurat untuk
mengidentifikasi cairan fistulous dan saluran.
Namun, jarang bisa mengidentifikasi bukaan internal.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) memiliki
resolusi yang baik dalam mengidentifikasi internal
opening dan saluran fistel. Pemeriksaan MRI sangat
berguna dalam membantu mengevaluasi fistula yang
kompleks dan berulang. Walaupun tampak lebih
![Page 4: CHOLELITIASIS](https://reader036.fdocuments.net/reader036/viewer/2022082713/55cf9434550346f57ba05a87/html5/thumbnails/4.jpg)
unggul namun penggunaan USG endoanal lebih
murah dan dapat digunakan diruang operasi saat
operasi.
Sigmoidoskopi atau Kolonoskopi dilakukan pada
evaluasi awal untuk membantu menyingkirkan
adanya penyakit yang terkait proses dalam rektum.
Foto Rontgen Thorax dilakukan untuk
mengevaluasi adanya penyakit lain (TBC) sebagai
penyebab terjadinya fistula.
THERAPY
Pembedahan selalu dianjurkan karena beberapa
fistula sembuh secara spontan. Fistulotomi adalah
prosedur yang dianjurkan. Fistulotomi merupakan
tindakan bedah untuk mengobati anal fistula dengan
cara membuka saluran yang menghubungkan anal
kanal dan kulit kemudian mengalirkan pus keluar.
Sebelumnya, usus bawah dievakuasi secara seksama
dengan enema yang diprogramkan. Selama
pembedahan, saluran sinus diidentifikasi dengan
memasang alat ke dalamnya atau dengan
menginjeksi saluran dengan larutan biru metilen.
Fistula didiseksi ke luar atau dibiarkan terbuka, dan
insisi lubang rektalnya mengarah keluar. Luka diberi
tampon dengan kasa.