Chapter II.pdf

19
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kandidiasis oral merupakan suatu infeksi dalam rongga mulut yang disebabkan oleh jamur Kandida. 6 Jamur Kandida sebenarnya merupakan flora normal mulut, namun berbagai faktor seperti adanya gangguan sistem imun maupun penggunaan obat-obatan seperti obat antibiotik dan steroid dapat menyebabkan flora normal tersebut menjadi patogen. 4,13 Dalam bab ini, penulis akan menjelaskan mengenai kandidiasis oral pada pasien tuberkulosis paru yang mengkonsumsi obat antibiotik dan steroid. 2.1 KANDIDIASIS ORAL 2.1.1 Pengertian Kandidiasis oral merupakan infeksi oportunistik pada rongga mulut yang disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan dari jamur Kandida terutama Kandida albikan. 3 Kandida merupakan organisme komensal normal yang banyak ditemukan dalam rongga mulut dan membran mukosa vagina. Dalam rongga mulut, Kandida albikan dapat melekat pada mukosa labial, mukosa bukal, dorsum lidah, dan daerah palatum. 14 Selain Kandida albikan, ada 10 spesies Kandida yang juga ditemukan yaitu C.tropicalis, C.parapsilosis, C.krusei, C.kefyr, C. glabrata, dan C.guilliermondii, C.pseudotropicalis, C.lusitaniae, C.stellatoidea, dan C.dubliniensis, dengan C.albikan yang paling dominan dijumpai dan paling berperan dalam menimbulkan kandidiasis oral. 2,3,14-16 Kandidiasis oral dapat menyerang semua usia Universitas Sumatera Utara

Transcript of Chapter II.pdf

Page 1: Chapter II.pdf

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Kandidiasis oral merupakan suatu infeksi dalam rongga mulut yang

disebabkan oleh jamur Kandida.6 Jamur Kandida sebenarnya merupakan flora normal

mulut, namun berbagai faktor seperti adanya gangguan sistem imun maupun

penggunaan obat-obatan seperti obat antibiotik dan steroid dapat menyebabkan flora

normal tersebut menjadi patogen.4,13

Dalam bab ini, penulis akan menjelaskan mengenai kandidiasis oral pada

pasien tuberkulosis paru yang mengkonsumsi obat antibiotik dan steroid.

2.1 KANDIDIASIS ORAL

2.1.1 Pengertian

Kandidiasis oral merupakan infeksi oportunistik pada rongga mulut yang

disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan dari jamur Kandida terutama Kandida

albikan.3 Kandida merupakan organisme komensal normal yang banyak ditemukan

dalam rongga mulut dan membran mukosa vagina. Dalam rongga mulut, Kandida

albikan dapat melekat pada mukosa labial, mukosa bukal, dorsum lidah, dan daerah

palatum.14 Selain Kandida albikan, ada 10 spesies Kandida yang juga ditemukan

yaitu C.tropicalis, C.parapsilosis, C.krusei, C.kefyr, C. glabrata, dan

C.guilliermondii, C.pseudotropicalis, C.lusitaniae, C.stellatoidea, dan C.dubliniensis,

dengan C.albikan yang paling dominan dijumpai dan paling berperan dalam

menimbulkan kandidiasis oral.2,3,14-16 Kandidiasis oral dapat menyerang semua usia

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter II.pdf

baik usia muda, usia tua dan pada penderita defisiensi imun seperti AIDS.15 Pada

pasien HIV/AIDS, Kandida albikan ditemukan paling banyak yaitu sebesar 95%.3

2.1.2 Etiologi dan Faktor Predisposisi

Kandidiasis oral merupakan suatu infeksi jamur yang umumnya disebabkan

oleh jamur Kandida albikan. Faktor predisposisi terjadinya kandidiasis oral terdiri

atas faktor lokal dan sistemik.3

Beberapa faktor lokal tersebut seperti penggunaan gigi tiruan, xerostomia, dan

kebiasaan merokok. Penggunaan gigi tiruan dapat memberikan lingkungan yang

kondusif bagi pertumbuhan jamur Kandida yaitu lingkungan dengan pH yang rendah,

sedikit oksigen, dan keadaan anaerob.3 Faktor lokal seperti xerostomia juga dapat

menimbulkan kandidiasis oral. Xerostomia merupakan suatu kondisi dimana mulut

terasa kering. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya produksi saliva,

penggunaan obat-obatan (obat antihipertensi), terapi radiasi dan kemoterapi.17,18

Adanya kebiasaan merokok dapat menyebabkan iritasi kronis dan panas yang

mengakibatkan perubahan vaskularisasi dan sekresi kelenjar liur.19 Seperti yang

diketahui, di dalam saliva terdapat komponen anti Kandida seperti lisozim, histatin,

laktoferin, dan calprotectin,20 sehingga apabila produksi saliva berkurang seperti pada

keadaan xerostomia dan perokok, maka Kandida dapat mudah berkembang.

Selain faktor lokal, beberapa faktor sistemik seperti penyakit defisiensi imun

(HIV/AIDS), kemoterapi, radioterapi, dan penggunaan obat antibiotik dan steroid

juga dapat menyebabkan timbulnya kandidiasis oral.6,18 Pada penderita HIV/AIDS

terjadi defisiensi imun yang mengakibatkan infeksi oportunistik seperti kandidiasis

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter II.pdf

oral mudah terjadi.3 Di samping itu, terapi radiasi daerah kepala dan leher

mengakibatkan kerusakan dan gangguan fungsi kelenjar saliva mayor dan minor

sehingga memudahkan terjadinya xerostomia. Prevalensi xerostomia setelah terapi

radiasi dijumpai melebihi 90%. Pengobatan kemoterapi juga dapat berdampak pada

berkurangnya aliran saliva.17,18 Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, keadaan

xerostomia yang dapat timbul akibat radioterapi dan kemoterapi bisa memudahkan

perkembangan jamur Kandida. Penggunaan obat antibiotik dan steroid juga

dihubungkan dengan terjadinya kandidiasis oral.6

Adapun mekanisme infeksi Kandida Albikan pada sel inang sangat

kompleks. Beberapa faktor yang berpengaruh pada patogenesis dan proses infeksi

adalah adhesi, perubahan dari bentuk ragi ke bentuk hifa (morfogenesis) dan produksi

enzim hidrolitik ekstraseluler. Adhesi merupakan proses melekatnya sel Kandida

albikan ke sel inang. Perubahan bentuk dari ragi ke hifa berhubungan dengan

patogenitas dan proses penyerangan Kandida terhadap sel inang yang diikuti

pembentukan lapisan biofilm sebagai salah satu cara spesies Kandida untuk

mempertahankan diri dari obat antifungi. Ada keyakinan bahwa bentuk hifa adalah

invasif dan patogen, sedangkan bentuk ragi tidak bersifat patogen. Produksi enzim

hidrolitik ekstraseluler seperti aspartyl proteinase juga sering dihubungkan dengan

patogenitas Kandida albikan.15,21

2.1.3 Klasifikasi dan Gambaran Klinis

Secara umum, kandidiasis oral dapat diklasifikasikan atas tiga kelompok,

yaitu: 3

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter II.pdf

1. Akut , dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

a. Kandidiasis Pseudomembranosus Akut

Kandidiasis ini biasanya disebut juga sebagai thrush. Secara klinis,

pseudomembranosus kandidiasis terlihat sebagai plak mukosa yang putih atau

kuning, seperti cheesy material yang dapat dihilangkan dan meninggalkan

permukaan yang berwarna merah.4,22 Kandidiasis ini terdiri atas sel epitel

deskuamasi, fibrin, dan hifa jamur dan umumnya dijumpai pada mukosa labial,

mukosa bukal, palatum keras, palatum lunak, lidah, jaringan periodontal dan

orofaring.2,3 Thrush dijumpai sebesar 5% pada bayi bayu lahir dan 10% pada orang

tua yang kondisi tubuhnya lemah.23 Keberadaan kandidiasis pseudomembranosus ini

sering dihubungkan dengan penggunaan kortikosteroid, antibiotik, xerostomia, dan

pada pasien dengan sistem imun rendah seperti HIV/AIDS.2,3,13 Diagnosa banding

dari kandidiasis pseudomembranosus ini meliputi flek dari susu dan debris makanan

yang tertinggal menempel pada mukosa mulut, khususnya pada bayi yang masih

menyusui atau pada pasien lanjut usia dengan kondisi tubuh yang lemah akibat

penyakit.24

Gambar 1. Kandidiasis Pseudomembranosus Akut25

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter II.pdf

b. Kandidiasis Atrofik Akut

Tipe kandidiasis ini kadang dinamakan sebagai antibiotic sore tongue atau

juga kandidiasis eritematus dan biasanya dijumpai pada mukosa bukal, palatum, dan

bagian dorsal lidah dengan permukaan tampak sebagai bercak kemerahan.22-24

Penggunaan antibiotik spektrum luas maupun kortikosteroid sering dikaitkan dengan

timbulnya kandidiasis atrofik akut.22 Pasien yang menderita kandidiasis ini mengeluh

adanya rasa sakit seperti terbakar.4

Gambar 2. Kandidiasis Atrofik Akut 23

2. Kronik, dibedakan atas tiga jenis, yaitu :

a. Kandidiasis Atrofik Kronik

Kandidiasis atrofik kronik disebut juga denture sore mouth atau denture

related stomatitis,13,22,23 dan merupakan bentuk kandidiasis paling umum yang

ditemukan pada 24-60% pemakai gigi tiruan.23 Gambaran klinis denture related

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter II.pdf

stomatitis ini berupa daerah eritema pada mukosa yang berkontak dengan permukaan

gigi tiruan.13 Gigi tiruan yang menutupi mukosa dari saliva menyebabkan daerah

tersebut mudah terinfeksi jamur.22

Berdasarkan gambaran klinis yang terlihat pada mukosa yang terinflamasi di

bawah gigi tiruan rahang atas, denture stomatitis ini dapat diklasifikasikan atas tiga

yaitu :13, 23

• Tipe I : tahap awal dengan adanya pin point hiperemi yang terlokalisir

• Tipe II : tampak eritema difus pada mukosa yang berkontak dengan gigi tiruan

• Tipe III : tipe granular (inflammatory papillary hyperplasia) yang biasanya

tampak pada bagian tengah palatum keras.

Gambar 3. Denture Stomatitis tipe I 26

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter II.pdf

Gambar 4. Denture Stomatitis tipe II 26

Gambar 5. Denture Stomatitis tipe III 26

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter II.pdf

b. Kandidiasis Hiperplastik Kronik

Kandidiasis ini sering disebut juga sebagai Kandida leukoplakia yang terlihat

seperti plak putih pada bagian komisura mukosa bukal atau tepi lateral lidah yang

tidak bisa hilang bila dihapus. Kondisi ini dapat berkembang menjadi displasia berat

atau keganasan.3,22 Kandida leukoplakia ini dihubungkan dengan kebiasaan

merokok.3

Gambar 6. Kandidiasis Hiperplastik Kronik 4

c. Median Rhomboid Glositis

Median Rhomboid Glositis merupakan bentuk lain dari atrofik kandidiasis

yang tampak sebagai daerah atrofik pada bagian tengah permukaan dorsal lidah, dan

cenderung dihubungkan dengan perokok dan penggunaan obat steroid yang dihirup.2,4

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter II.pdf

Gambar 7. Median Rhomboid Glositis 2

3. Keilitis Angularis

Keilitis Angularis atau disebut juga angular stomatitis atau perleche

merupakan infeksi campuran bakteri dan jamur Kandida yang umumnya dijumpai

pada sudut mulut baik unilateral maupun bilateral. Sudut mulut yang terinfeksi

tampak merah dan sakit.3,4,23 Keilitis angularis dapat terjadi pada penderita anemia

defisiensi besi, defisiensi vitamin B12, dan pada gigi tiruan dengan vertikal dimensi

oklusi yang tidak tepat.23

Gambar 8. Keilitis Angularis 4

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter II.pdf

2.1.4 Diagnosa

Diagnosa yang tepat diperoleh dari pemeriksaan yang teliti. Diagnosa

kandidiasis oral yang dapat dilakukan meliputi anamnesa, pemeriksaan klinis, dan

pemeriksaaan penunjang seperti pemeriksaan sitologi eksfoliatif, metode kultur swab,

uji saliva, dan biopsi.22

Berdasarkan hasil anamnesa dapat diperoleh informasi mengenai keadaan

rongga mulut yang dialami pasien. Pasien yang menderita kandidiasis oral bisa

mempunyai keluhan terhadap keadaan rongga mulutnya, namun ada juga yang tidak

menyatakan adanya keluhan pada rongga mulutnya. Keluhan yang bisa terjadi pada

kandidiasis oral seperti adanya rasa tidak nyaman, rasa terbakar, rasa sakit, dan pedih

pada rongga mulut.4 Pemeriksaan klinis dilakukan dengan melihat gambaran klinis

lesi yang terdapat pada rongga mulut. Gambaran klinis kandidiasis oral yang terlihat

bisa berbeda-beda sesuai dengan tipe kandidiasis yang terjadi pada rongga mulut

pasien. Di samping itu, pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan sitologi

eksfoliatif, kultur swab, uji saliva, dan biopsi sangat diperlukan dalam mendukung

diagnosa kandidiasis oral.22

2.1.5 Perawatan

Perawatan kandidiasis oral dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan

rongga mulut, pemberian obat-obatan antifungal, dan sebisa mungkin menghilangkan

faktor predisposisi penyebab kandidiasis oral.2,3,22

Kebersihan rongga mulut dapat dijaga dengan membersihkan daerah mukosa

bukal, menyikat gigi, lidah, dan membersihkan gigi tiruan bagi yang memakainya.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter II.pdf

Gigi tiruan harus dibersihkan dan direndam dalam larutan pembersih seperti

klorheksidin yang efektif dalam menghilangkan Kandida dibanding dengan hanya

menyikat gigi tiruan. Ketika membersihkan mulut dengan antifungal topikal, gigi

tiruan harus dilepaskan sehingga terjadi kontak antara mukosa dengan antifungal. Di

samping itu, pemakai gigi tiruan disarankan untuk melepas gigi tiruan pada malam

hari atau setidaknya enam jam sehari.3

Pengobatan farmakologis kandidiasis oral dikelompokkan dalam tiga kelas

agen antifungal yaitu: polyenes, azoles, dan echinocandins. Antifungal Polyenes

mencakup Amphotericin B dan Nystatin. Amphotericin B dihasilkan oleh

Streptomyces nodosus dan memiliki aktivitas antijamur yang luas. Di samping

keuntungannya, antifungal ini dapat menimbulkan efek nefrotoksik. Obat antifungal

lain yang sekarang banyak digunakan adalah Nystatin. Azoles dibagi dalam dua

kelompok yaitu imidazoles dan triazoles. Azoles akan menghambat ergosterol yang

merupakan unsur utama sel membran jamur. Sedangkan, Caspofungin termasuk

golongan antifungal echinocandins yang digunakan untuk pengobatan terhadap

infeksi jamur Kandida dan spesies aspergillus.22

Umumnya kandidiasis oral merupakan infeksi lokal, maka pengobatan secara

topikal merupakan terapi yang pertama kali dilakukan, terutama pada kandidiasis

pseudomembranosus dan eritematus.22

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, merokok, konsumsi obat antibiotik

dan steroid, penggunaan gigi tiruan, dan penyakit HIV merupakan faktor predisposisi

yang dapat menyebabkan terjadinya kandidiasis oral. Oleh karena itu, mengurangi

kebiasaan merokok, meminimalkan penggunaan obat antibiotik dan steroid,

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter II.pdf

mengurangi konsumsi karbohidrat dan alkohol, membersihkan gigi tiruan dan

merendamnya dalam cairan klorheksidin, dan menanggulangi penyakit HIV

sangatlah disarankan dalam mengatasi kandidiasis oral.

2.2 KANDIDIASIS ORAL AKIBAT PEMAKAIAN OBAT-OBATAN

2.2.1 Antibiotik

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penggunaan obat antibiotik dapat

menyebabkan terjadinya kandidiasis oral. Obat antibiotik sudah sejak lama digunakan

untuk mengobati berbagai penyakit yang disebabkan infeksi bakteri dan obat ini ada

beberapa macam, salah satunya adalah yang digunakan sebagai obat antituberkulosis.

Berikut akan dijelaskan indikasi, klasifikasi, efek samping obat, dan patogenesis obat

antibiotik terhadap timbulnya kandidiasis.

2.2.1.1 Indikasi dan Klasifikasi

Antibiotik merupakan obat yang digunakan untuk mengobati infeksi yang

disebabkan oleh bakteri. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh bakteri misalnya,

tuberkulosis, salmonella (keracunan makanan), sifilis, pneumonia, tonsillitis

(inflamasi pada tonsil), dan impetigo (infeksi kulit).7 Obat antituberkulosis

merupakan golongan obat antibiotik yang digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri

penyebab tuberkulosis paru yaitu Mycobacterium tuberculosis.8

Berdasarkan cara kerjanya, antibiotik dibedakan atas antibiotik bakterisidal

dan bakteriostatik. Antibiotik bakterisidal seperti penisilin bekerja dengan membunuh

bakteri, sedangkan antibiotik yang bakteriostatik seperti eritromisin bekerja dengan

menghentikan pertumbuhan dan multiplikasi bakteri. Antibiotik juga dibedakan

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter II.pdf

berdasarkan efek kerjanya terhadap bakteri yaitu antibiotik spektrum luas yang

digunakan pada infeksi bakteri yang luas dan antibiotik spektrum sempit yang hanya

diindikasikan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh beberapa bakteri. Di

samping itu, ada juga antibiotik yang bekerja membunuh bakteri aerob (bakteri yang

membutuhkan oksigen dalam hidupnya) dan bakteri anaerob (bakteri yang tidak

membutuhkan oksigen dalam hidupnya).7

2.2.1.2 Efek Samping

Di samping kegunaannya, obat antibiotik memilki efek samping yang luas

baik pada tubuh maupun rongga mulut. Efek samping yang umumnya dijumpai akibat

pemakaian obat antibiotik seperti diare, muntah, dan infeksi jamur pada mulut, sistem

pencernaan dan vagina. Adapun beberapa efek samping lain yang bisa terjadi seperti

pada penggunaan obat antibiotik sefalosporin dapat menyebabkan peningkatan enzim

hati, antibiotik tetrasiklin dapat menyebabkan sensitivitas terhadap cahaya matahari

dan diskolorasi gigi, dan antibiotik aminoglikosid dapat menimbulkan ketulian.

Penggunaan antibiotik penisilin dapat menimbulkan reaksi alergi berupa urtikaria

pada kulit. Di samping itu, obat antituberkulosis yang sering digunakan seperti

rifampisin, isoniazid dan pirazinamid memiliki efek hepatotoksik.7,27 Oleh karena

adanya efek-efek samping tersebut di atas, hendaklah kita lebih berhati-hati dalam

pemakaian obat antibiotik.

2.2.1.3 Patogenesis Timbulnya Kandidiasis Oral

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, obat antibiotik mempunyai efek

samping pada rongga mulut berupa timbulnya kandidiasis oral. Mekanisme obat

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter II.pdf

antibiotik dalam menimbulkan kandidiasis oral adalah melalui aksi kerjanya dalam

mengobati penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Dalam rongga mulut

manusia terdapat flora normal yaitu bakteri dan jamur dimana jamur yang dominan

ditemukan adalah jamur Kandida albikan.14 Pada keadaan normal, Kandida albikan

tidak berbahaya bagi kehidupan manusia dan hidup bersama dengan bakteri dalam

keadaan seimbang. Namun beberapa keadaan seperti penggunaan obat antibiotik

dapat menyebabkan ketidakseimbangan diantara flora normal tersebut.4,28 Obat

antibiotik walaupun sangat bermanfaat bagi pengobatan terhadap infeksi bakteri,

namun cara kerja obat tersebut penting untuk diperhatikan. Antibiotik bekerja dengan

membunuh bakteri yang ada pada seseorang, baik bakteri penyebab penyakit maupun

bakteri normal yang berguna bagi manusia, sementara jamur Kandida tidak dibunuh

oleh obat antibiotik.28,29 Dengan tidak adanya lagi bakteri yang secara normal hidup

dalam keadaan seimbang dengan Kandida, maka Kandida dapat tumbuh subur dan

melakukan multiplikasi sehingga terjadilah pertumbuhan berlebihan dari Kandida

pada rongga mulut yang kita kenal dengan kandidiasis oral.29

Adapun bakteri normal yang berguna bagi manusia seperti Lactobacillus

acidophilus berperan dalam menjaga pertumbuhan jamur Kandida agar tetap

seimbang.29,30 Pada manusia, Lactobacillus acidophilus ditemukan pada sistem

pencernaan, mulut, dan vagina.30 Bakteri Lactobacillus dapat mengurangi perlekatan

Kandida albikan pada sel epitel inang. Lactobacillus juga melepaskan hidrogen

peroksida dan asam laktat yang dapat menghambat proliferasi dan invasi jamur

Kandida albikan. Substansi bakteriocin yang diproduksi Lactobacillus dapat

menekan pertumbuhan dan mengurangi jumlah jamur Kandida.31 Dengan adanya aksi

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter II.pdf

obat antibiotik dalam membunuh bakteri, maka Lactobacillus acidophilus juga akan

ikut hilang. Hal ini menyebabkan pertumbuhan jamur Kandida semakin meningkat

karena keberadaan bakteri yang hidup seimbang dengan Kandida dan dapat menekan

pertumbuhan abnormal jamur Kandida telah tereleminasi akibat pemakain obat

antibiotik.

2.2.2 Steroid

Seperti halnya obat antibiotik, steroid sebagai salah satu obat yang sekarang

banyak digunakan juga memiliki efek samping terhadap rongga mulut. Obat steroid

kadang juga dikenal dengan sebutan kortikosteroid. Berikut akan dijelaskan mengenai

indikasi, efek samping obat, dan patogenesis obat steroid dalam menimbulkan

kandidiasis oral.

2.2.2.1 Indikasi

Secara umum, penggunaan obat steroid diindikasikan dalam mengobati

berbagai penyakit seperti asma, rheumatoid arthritis, dan juga pada beberapa kondisi

lainnya.10,32

Penyakit asma merupakan suatu penyakit kronik pada sistem pernafasan paru-

paru manusia. Penyakit ini biasanya bersifat herediter, dan kadang lebih dari satu

orang dalam suatu keluarga bisa mengalami penyakit asma ini. Pada penyakit asma

terjadi inflamasi dan pembengkakan pada sistem pernafasan manusia.33 Penggunaan

steroid dalam mengobati penyakit ini adalah melalui aksi antiinflamasi obat ini yang

mampu mengurangi inflamasi dan pembengkakan yang terjadi pada pasien asma.

Steroid bekerja mengurangi pembentukan mediator proinflamasi seperti

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter II.pdf

prostaglandin, leukotrien, dan platelet activating factor (PAF) serta menekan semua

respon inflamasi termasuk pembengkakan dini, kemerahan, nyeri, panas, dan

gangguan fungsi.11,32

Rheumatoid arthritis merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan nyeri,

pembengkakan, kekakuan, dan disfungsi pada sendi. Arthritis ini dapat terjadi pada

semua sendi tubuh, terutama pada pergelangan tangan dan jari serta bersifat simetris,

misalnya bila arthritis terjadi pada tangan kiri, maka tangan kanan akan mengalami

hal yang sama.34 Penggunaan obat steroid dapat mengurangi gejala penyakit ini.

Penyakit lain seperti Addison juga memerlukan obat steroid dalam

pengobatannya. Penyakit Addison disebabkan oleh adanya kerusakan pada kelenjar

adrenal dan ketidakmampuannya dalam memproduksi hormon kortisol dan hormon

aldosteron. Kortisol yang tidak mampu diproduksi digantikan dengan kortikosteroid

sintetik seperti hidrokortison, prednison, atau deksametason, sedangkan kekurangan

aldosteron dibantu dengan steroid fludokortison.35

Selain itu, steroid juga banyak digunakan oleh para olahragawan dengan

tujuan untuk meningkatkan massa otot. Steroid jenis ini dikenal dengan sebutan

steroid anabolik androgenik. Penggunaan steroid ini oleh para atlit memperoleh

banyak perhatian. Sebagian besar atlit dan pelatihnya percaya bahwa steroid dapat

meningkatkan kekuatan dan agresivitas sehingga bermanfaat dalam meningkatkan

stamina seseorang.11

Dalam bidang kedokteran gigi, obat steroid umunya digunakan pada kasus-

kasus ulser di rongga mulut yang dilatarbelakangi oleh adanya reaksi hipersensitivitas

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Chapter II.pdf

seperti liken planus dan recurrent apthous stomatitis. Hal ini dihubungkan dengan

kemampuan obat steroid sebagai antiinflamasi dan imunosupresan.27

2.2.2.2 Efek Samping

Obat steroid dapat menimbulkan efek-efek yang tidak diinginkan pemakainya.

Adapun beberapa efek samping tersebut seperti kerentanan seseorang terhadap

infeksi, obesitas, osteoporosis, terhambatnya pertumbuhan, katarak, dan terjadinya

sindrom Cushing (moon face, buffalo hump, dan peningkatan lingkaran perut).27,32,36

Pemberian obat steroid dapat menekan sistem imun sehingga seseorang

menjadi mudah terkena infeksi misalnya infeksi oleh jamur Kandida pada rongga

mulut.32 Obat steroid juga mampu meningkatkan selera makan pemakainya sehingga

menyebabkan pertambahan berat badan yang bila tidak dikontrol dapat menimbulkan

obesitas. Obesitas juga dapat dijumpai pada sindrom Cushing.32,36 Osteoporosis

merupakan salah satu efek samping yang dapat dijumpai akibat pemakaian jangka

panjang obat kortikosteroid, dimana obat ini mampu mengurangi kepadatan mineral

tulang, menghambat osteoblast dan mengganggu keseimbangan pembentukan dan

reabsorpsi tulang. Kortikosteroid juga mengurangi penyerapan kalsium dari usus dan

meningkatkan pengeluaran kasium melalui ginjal yang berakibat terjadinya

osteoporosis.32,36 Pertumbuhan yang terhambat dikaitkan dengan efek steroid dalam

menghambat pertumbuhan tulang dan hormon pertumbuhan.36 Penggunaan obat

steroid dalam jangka panjang juga dapat mengakibatkan terjadinya katarak, dimana

dilaporkan sebesar 75% pasien mengalami katarak setelah beberapa tahun

mengkonsumsi prednisolon sebanyak 15mg/hari, namun mekanisme terjadinya

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Chapter II.pdf

katarak akibat obat ini masih belum jelas diuraikan.32,36 Terjadinya sindrom Cushing

pada pengguna steroid ditandai dengan adanya moon face, buffalo hump, dan

peningkatan lingkaran perut.27,36 Hal ini terjadi karena efek steroid yang dapat

menyebabkan redistribusi cadangan karbohidrat dan lemak ke wajah (moon face) dan

perut (peningkatan lingkaran perut) sehingga pemakai obat ini akan terlihat gemuk

pada daerah tersebut.32,37 Distribusi lemak tubuh juga dapat dijumpai pada belakang

leher yang tampak membengkak (buffalo hump).27

2.2.2.3 Patogenesis Timbulnya Kandidiasis Oral

Obat steroid seperti yang telah dibahas sebelumnya, memiliki efek

imunosupresi. Hal ini dapat disebabkan oleh kemampuan obat steroid dalam

menghambat fungsi makrofag. Efek terhadap makrofag tersebut menandai dan

membatasi kemampuannya untuk memfagosit dan membunuh mikroorganisme.

Aktivasi limfosit T dan produksi limfosit B juga dihambat oleh obat steroid.

Antibodi sebagai salah satu komponen penting dalam sistem imunitas manusia dapat

ditekan produksinya oleh pemakaian obat steroid terutama apabila digunakan dalam

dosis besar.11,27 Seperti yang kita ketahui, makrofag, limfosit T , limfosit B, dan juga

antibodi merupakan komponen penting yang berfungsi sebagai sistem pertahanan dan

imunitas tubuh manusia yang juga terdapat dalam rongga mulut.38,39 Namun,

komponen-komponen tersebut diatas dapat terganggu fungsinya akibat pemakaian

obat steroid yang mana obat ini dapat menekan sistem imunitas manusia. Dalam

keadaan imun yang lemah, maka infeksi akan mudah menyerang seseorang.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Chapter II.pdf

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, di dalam rongga mulut manusia

terdapat banyak flora normal yang salah satunya adalah jamur Kandida. Pada keadaan

sistem imun yang baik, jamur Kandida tidak menimbulkan penyakit. Namun,

penggunaan obat steroid dapat menurunkan sistem imun dalam rongga mulut. Dengan

sistem imun yang lemah, maka jamur Kandida dalam rongga mulut bisa menjadi

patogen dan menimbulkan infeksi yang disebut kandidiasis.

Universitas Sumatera Utara