Chapter III-V stroke usu.pdf
Transcript of Chapter III-V stroke usu.pdf
-
8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf
1/25
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1. Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di Departemen Neurologi FK USU/RSUP H.Adam
Malik Medan dari tanggal 16 Desember 2009 s.d 10 Juni 2010.
III.2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian diambil dari populasi pasien rumah sakit. Penentuan
subjek penelitian dilakukan menurut metode sampling konsekutif.
III.2.1. Populasi Sasaran
Semua penderita stroke yang yang ditegakkan dengan pemeriksaan
klinis dan CT-Sken kepala yang menderita infeksi pneumonia
nosokomial ditegakkan sesuai dengan kriteria pneumonia nosokomial
dari CDC.
III.2.2. Populasi Terjangkau
Semua penderita stroke yang dirawat di ruang rawat inap terpadu
(Rindu) A4 dan Stroke Corner Departemen Neurologi FK USU /
RSUP.H.Adam Malik Medan.
-
8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf
2/25
III.2.3. Besar Sampel
n1=n2= (Zα√2PQ+Zβ√P1Q1+P2Q2)2
(P1-P2)2
Dimana :
Zα = nilai baku normal dari table Z yang besarnya tergantung
pada nilai α yang ditentukan. Untuk α : 0,05 → Zα= 1,96
Zβ = nilai baku normal dari table Z yang besarnya tergantung
pada nilai β yang ditentukan. Untuk β : 0,15 → Zβ= 1,036
P1 = Proporsi Pneumonia Nosokomial di bangsal = 10% = 0,10
(diambil dari data pasien stroke di Bangsal Neurologi rindu A4
RSUP H. Adam Malik Medan)
Q1 = 1-P1 = 0,90
P2 = Proporsi Pneumonia Nosokomial di Stroke Corner = 20%=
0,20
Q2 = 1-P2 = 0,80
P = ( P1+P2)/2= 0,15
Q1 = 1-P = 0,85
n = 27,8 = 28
III.2.4. Kri teria Inklusi
1. Semua pasien stroke yang dirawat di bangsal dan Neurologi
Rindu A4 dan Stroke Corner RSUP H.Adam Malik Medan
2. Mengalami infeksi pneumonia nosokomial yang ditegakkan
dengan kriteria diagnosis pneumonia nosokomial dari CDC
-
8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf
3/25
3. Tidak memiliki riwayat infeksi sebelumnya
4. Memberikan persetujuan untuk ikut serta dalam penelitian ini
III.2.5. Kriteria Eksklus i
1. Pasien stroke yang tidak dikonfirmasi dengan pemeriksaan CT-
Sken kepala.
2. Pasien yang tidak dilakukan foto toraks pada awal masuk
III. 3. Batasan Operasional
III.3.1. Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal atau global, dengan gejala-gejala
yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan
kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler
(Kelompok Studi Serebrovaskuler dan Neurogeriatri
Perdossi,1999).
III.3.2. Pneumonia Nosokomial adalah infeksi pada parenkim paru
dimana pada saat masuk rumah sakit belum ada (Fishman,2008).
Kriteria Pneumonia nosokomial berdasarkan kriteria dari Center
for Disease Control and Prevention/ CDC.
III.3.3 Foto toraks adalah proyeksi radiografi dari rongga dada yang
menggunakan sinar x. Foto toraks dilakukan pada pasien yang
diduga menderita pneumonia nosokomial dari gejala klinis. Foto
-
8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf
4/25
toraks dapat menggambarkan adanya pneumonia, lokasi dari
infiltrat dan adanya efusi pleura (Fishman,2008).
III.3.4 Kultur darah adalah pemeriksaan yang digunakan untuk
mendeteksi adanya mikroorganisme di darah. Dengan teknik
yang streril, sampel darah ditempatkan di media kultur dan
diinkubasikan sekitar satu sampai tujuh hari. Kultur darah
dilakukan pada pasien yang diduga menderita pneumonia
nosokomial dari gejala klinis.
III.3.5 Stroke Unit adalah fasilitas rumah sakit yang menyediakan bentuk
model perawatan spesialistik stroke dengan pendekatan terapi
komprehensif, meliputi terapi hiperakut (onset kurang dari 6 jam,
biasanya dengan terapi rt-PA), akut, rehabilitasi dan prevensi
sekunder ( Rasyid A, Soertidewi L, 2007).
III.3.6. Stroke corner adalah suatu bentuk modifikasi perawatan unit
stroke. Letak sudut stroke ada dalam ruang perawatan neurologi
umum.( Rasyid A, Soertidewi L, 2007).
III.3.7 Bangsal adalah rumah besar (untuk pertemuan, bersenam,
bermain-main, pertunjukan, dsb); bedeng; barak ( Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2008 )
-
8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf
5/25
III.4. Instrumen
III.4.1. Foto Toraks
Foto toraks menggunakan X-Ray merk Hitachi tipe P-O-105H-B
dan tipe PM 155VCII(U51).
III.4.2. Kultur darah .
Kultur darah menggunakan reagen Bactec kemudian akan
diinkubasikan menggunakan Bactec 9050. Setelah bakteri tumbuh
dikultur di Mc Conkey atau Blood agar. Jenis bakteri dilihat
menggunakan mikroskop olympus optical model CH20BIMF200
dan model 8MOI88
III.4.3 Computed Tomography Scan (CT Scan)
CT Scan yang akan digunakan adalah X Ray Ct System, merk
Hitachi seri W 450.
III.5. Rancangan
Penelitian ini bersifat observasional dengan metode pengambilan data
secara potong lintang.
III.6. Pelaksanaan Peneli tian
III.6.1. Pengambilan Sampel
Semua penderita stroke yang telah ditegakkan dengan
pemeriksaan CT-Sken kepala yang dirawat di ruang rawat inap
neurologi (RA4) dan Stroke Corner RSUP. H. Adam Malik Medan
-
8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf
6/25
yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak ada kriteria eksklusi. Pada
pasien yang dirawat di bangsal dapat merupakan pasien pasca
rawatan dari stroke corner yang telah melewati fase akut.
III.6.2. Kerangka Operasional
Anamnese
Pemeriksaan Neurologis
CT Sken Kepala
Pasien Stroke
Foto Toraks
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Klinis
Foto Toraks ulang
Kultur Darah
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
Surat Persetujuan Ikut Penelitian
Analisa Data
-
8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf
7/25
III.7. Variabel yang Diamati
Variabel Bebas : Ruangan pasien, yaitu Stroke Corner dan Bangsal
Variabel Terikat : Pneumonia nosokomial
III.8. Analisa Statistik
Data hasil penelitian akan dianalisa secara statistik dengan bantuan
program komputer Windows SPSS (Statistical Product and Science
Service)15. Analisa dan penyajian data dilakukan sebagai berikut :
III.8.1. Untuk menjelaskan karakteristik pasien Pneumonia nosokomial
disajikan dalam bentuk tabulasi dan dideskripsikan
III.8.2. Untuk melihat Pneumonia nosokomial baik di Bangsal maupun
di Stroke Corner dilakukan uji chi-square.
III.8.3. Untuk membandingkan kejadian Pneumonia nosomial antara
Bangsal dan Stroke Corner dilakukan uji chi-square.
-
8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf
8/25
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil Penelitian
IV.1.1. Karakteristik penelitian
Dari keseluruhan penderita stroke yang dirawat di Stroke Corner
dan Bangsal Neurologi Rindu A4 RSUP. H. Adam Malik Medan pada
periode Desember 2009 hingga Juni 2010, terdapat masing-masing
terdapat 28 pasien stroke yang menderita pneumonia nosokomial dari 123
pasien stroke yang dirawat di Stroke Corner dan 77 pasien stroke yang
dirawat di bangsal.
IV. 1.2. Karakterist ik pasien stroke yang dirawat di stroke corner
Terdapat 123 pasien stroke yang dirawat di stroke corner , dimana
80 orang (65,04%) laki-laki, dan 43 orang (34,96%) perempuan. Rentang
usia pasien adalah 35 tahun sampai 84 tahun, dimana rata-rata usia
pasien yang menderita pneumonia nosokomial adalah 62,7 tahun
(SD=11,608).
Sedangkan rata-rata usia pasien yang tidak terkena
pneumonia nosokomial 56,2 tahun (SD=7,835). Sebanyak 95 pasien
menderita stroke iskemik (77,2%) dan 28 pasien (22,8%) menderita stroke
hemoragik.
Terdapat 55 (43,9%) pasien yang memiliki faktor resiko merokok,
105 orang (85,4%) menderita hipertensi, 52 orang (45,5%) menderita
-
8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf
9/25
diabetes melitus, 37 orang (30,1%) menderita hyperlipidemia dan 20
orang (16,3%) menderita penyakit jantung.
Dari 123 pasien stroke yang dirawat di stroke corner tersebut
terdapat 28 pasien yang menderita pneumonia nosokomial. Dari 28 pasien
yang menderita pneumonia nosokomial tersebut dimana 18 orang
(14,6%) laki-laki, dan 10 orang (8,1%) perempuan. Sebanyak 15 pasien
menderita stroke iskemik (12,2%) dan 13 pasien (10,6%) menderita
stroke hemoragik.
Terdapat 7 pasien (5,7%) yang memiliki faktor resiko merokok, 23
orang (18,7%) menderita hipertensi, 14 orang (14,6%) menderita diabetes
melitus, 17 (13,8%) orang menderita hyperlipidemia dan 9 orang (7,3%)
menderita penyakit jantung. Karakteristik dari pasien stroke yang dirawat
di stroke corner dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Karakteristik Pasien Yang Dirawat di Stroke Corner
Karakteristik Menderita PNO Tidak menderita PNO Jumlah p*
n % n % N %
Jenis kelamin
Laki‐laki
Perempuan
18 14,6
10
8,1
62 50,4
33
26,8
80 65,1
43
34,9
0,924
Umur 62,7 ± 11,6 56,2 ± 7,8
Jenis Stroke
Stroke Hemoragik
Stroke Iskemik
13 10,6
15 12,2
15 12,2
80 65,0
28 22,8
95 77,2
0,001
Merokok 7 5,7 47 38,2 55 43,9 0,022
Hipertensi 23 18,7 82 66,7 105 85,4 0,583
Diabetes Melitus 14 14,6 38 30,9 52 45,5 0,023
Hyperlipidemia
17 13,8 20 16,3 37 30,1 0,001
Penyakit jantung 9 7,3 11 8,9 20 16,3 0,01
*menggunakan uji chi-square
p ≤ 0,05 = signifikan
-
8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf
10/25
IV. 1.3. Karakterist ik pasien stroke yang dirawat di bangsal
Terdapat 77 pasien stroke yang dirawat di bangsal, dimana 46
orang (59,7%) laki-laki, dan 31 orang (40,3%) perempuan. Rentang usia
pasien adalah 45 tahun sampai 89 tahun, dimana rata-rata usia pasien
yang menderita pneumonia nosokomial adalah 64,18 (SD=12,5).
Sedangkan rata-rata usia pasien yang tidak terkena pneumonia
nosokomial 54,57 (SD=5,9). Sebanyak 58 pasien menderita stroke
iskemik (75,3%) dan 19 pasien (24,7%) menderita stroke hemoragik.
Terdapat 31 (40,3%) pasien yang memiliki faktor resiko merokok,
61 orang (79,2%) menderita hipertensi, 23 orang (29,94%) menderita
diabetes melitus, 25 orang (32,5 %) menderita hyperlipidemia dan 13
orang (16,9%) menderita penyakit jantung.
Dari 77 pasien stroke yang dirawat di bangsal tersebut terdapat 28
pasien yang menderita pneumonia nosokomial. Dari 28 pasien yang
menderita pneumonia nosokomial tersebut dimana 15 orang (19,5%) laki-
laki, dan 13 orang (16,9%) perempuan. Sebanyak 20 pasien menderita
stroke iskemik (26%) dan 8 pasien (10,4%) menderita stroke hemoragik.
Terdapat 7 pasien (9,1%) yang memiliki faktor resiko merokok, 24
orang (31,2%) menderita hipertensi, 4 orang (5,24%) menderita diabetes
melitus, 10 (13%) orang menderita hyperlipidemia dan 2 orang (2,6%)
menderita penyakit jantung. Karakteristik dari pasien stroke yang dirawat
di bangsal dapat dilihat pada tabel 5.
-
8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf
11/25
Tabel 5. Karakteristik Pasien Yang Dirawat di Bangsal
Karakteristik Menderita
PNO
Tidak menderita
PNO
Jumlah p*
n % N % n %
Jenis kelamin
Laki‐laki
Perempuan
15 19,5
13 16,9
31 40,3
18 23,4
46 59,7
31 40,3
0,402
Umur 64,18± 12,5 54,57 ± 5,9
Jenis Stroke
Stroke Hemoragik
Stroke Iskemik
8 10,4
20 26,0
11 14,3
38 49,4
19 24,7
58 75,3
0,549
Merokok 7 9,1 24 31,2 31 40,3 0,039
Hipertensi
24
31,2
37
48,1
61
79,2
0,288
Diabetes Melitus 4 5,2 19 24,7 23 29,9 0,024
Hyperlipidemia
10 13,0 15 19,5 25 32,5 0,646
Penyakit jantung 2 2,6 11 14,3 13 16,9 0,085
*menggunakan uji chi-square p ≤ 0,05 = signifikan
IV.1.4 Waktu Rata-Rata Timbulnya Pneumonia Nosokomial
Waktu rata-rata timbulnya pneumonia nosokomial pada pasien
yang dirawat di stroke corner 4,93 hari, sedangkan yang di bangsal 2,93
hari. Hasil uji chi-square menunjukkan perbedaan yang signifikan antara
waktu mulai terjadinya pneumonia nosokomial di stroke corner dan di
bangsal (p=0,0001). Hal ini dapat dilihat dari tabel 6.
Tabel 6. Waktu Rata‐rata Pasien Stroke Terkena Pneumonia Nosokomial Setelah Dirawat
di Ruangan RSUP. H. Adam Malik
Waktu mulai
terjadi
pneumonia
(hari)
Kelompok
pengamatan
N Mean Std Error
Mean
p*
Bangsal
Stroke
Corner
28
28
2,93
4,93
0,367
0,267
0,0001
*menggunakan uji chi-square
p ≤ 0,05 = signifikan
-
8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf
12/25
IV.1.5 Patogen Penyebab Pneumonia Nosokomial
Patogen terbanyak sebagai penyebab utama dari pneumonia
nosokomial pada pasien yang dirawat di stroke corner adalah
K.pneumonia (21,4%) diikuti berturut-turut oleh Enterobacter sp. (17,85%),
P.aeruginosa (14,28%), S. aureus (10,7%), S.pneumonia (7,1%), H.
influenzae (7,1%), E.coli (7,1%), Bacillus cereus (3,6%), S.saprophyticus
(3,6%), Legionella sp. (3,6%), Aspergillus sp(3,6%).
Dari tabel 7 dapat dilihat kuman penyebab pneumonia nosokomial
pada pasien yang dirawat di stroke corner .
tabel 7. Patogen Penyebab Pneumonia Nosokomial Pada Pasien Yang Dirawat Di Stroke
Corner
Patogen penyebab pneumonia
nosokomial
Jumlah pasien yang terkena
n %
S.pneumonia 2 7,1
H. influenza 2 7,1
Enterobacter
sp. 5 17,8
K.
pneumonia
6 21,4
Bacillus
cereus
1 3,6
S.saprophyticus
1 3,6
Legionella
sp.
1 3,6
S.aureus
3 10,7
Aspergillus
sp.
1 3,6
P.aeruginosa
4
14,3 E.coli 2 7,1
Patogen terbanyak sebagai penyebab utama dari pneumonianosokomial pada pasien yang dirawat di bangsal adalah S.pneumonia (17,85%), diikuti oleh H. influenzae (10,7%), K.pneumonia (10,7%),P.aeruginosa (10,7%), E.coli (10,7%), S. aureus (10,7%), Bacillus cereus (7,1%), Enterobacter sp. (7,1%), S.saprophyticus (7,1%), dan Legionella
-
8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf
13/25
sp. (7,1%). Dari tabel 5 dapat dilihat kuman penyebab pneumonianosokomial pada pasien yang dirawat di bangsal.
Tabel 8.
Patogen
Penyebab
Pneumonia
Nosokomial
Pada
Pasien
Yang
Dirawat
Di
Bangsal.
Patogen penyebab pneumonia
nosokomial
Jumlah pasien yang terkena
n %
S.pneumonia 5 17,85
H.
influenzae
3 10,7
Enterobacter
sp.
2 7,1
K. pneumonia 3 10,7
Bacillus cereus 2 7,1
S.saprophyticus
2
7,1
Legionella
sp.
2 7,1
S.aureus 3 10,7
P.aeruginosa 3 10,7
E.coli 3 10,7
IV.1.6 Perbedaan Karakteristik Pasien Stroke Yang Dirawat di
Bangsal dan Stroke Corner
Terdapat 123 orang pasien yang dirawat di stroke corner , dan 77
orang pasien yang dirawat di bangsal, dimana yang berjenis kelamin laki-
laki berjumlah 46 orang (23%) pada pasien yang dirawat dibangsal dan 80
orang (40%) pada pasien yang dirawat di stroke corner . Sedangkan yang
perempuan berjumlah 31 orang (15,5%) pada pasien yang dirawat di
bangsal dan 43 orang (21,5%) pada pasien yang dirawat di stroke corner .
Umur rata-rata 58,06 (SD=10,0) pada pasien yang dirawat di
bangsal dan 57,66 (SD=9,2) pada pasien yang dirawat di stroke corner .
Pasien stroke iskemik sebanyak 58 orang (28%) pada pasien yang
dirawat di bangsal dan 95 (47,5%) orang yang dirawat di stroke corner ,
-
8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf
14/25
sedangkan stroke hemoragik sebanyak 19 orang (9,5%) yang dirawat di
bangsal dan 28 orang (14%) yang dirawat di stroke corner .
Pasien dengan faktor resiko merokok dijumpai sebanyak 36 orang
(18%) yang dirawat di bangsal dan 61 orang (30,5%) di stroke corner .
Hipertensi sebanyak sebanyak 61 orang (30,5%) yang dirawat di bangsal
dan 105 orang (52,5%) di stroke corner . Diabetes mellitus sebanyak 24
orang (12%) yang dirawat di bangsal dan 51 orang (25,5%) di stroke
corner . Hiperlipidemia sebanyak 25 orang (12,5%) yang dirawat di
bangsal dan 37 orang (18,5%) di stroke corner . Penyakit jantung
sebanyak 13 orang (6,5%) yang dirawat di bangsal dan 20 orang (10%) di
stroke corner . Perbedaan karakteristik pasien di bangsal dan stroke corner
dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Perbedaan karakteristik pasien di bangsal dan stroke corner
Karakteristik Bangsal Stroke Corner Jumlah p*
n % n % n %
Jenis kelamin
Laki‐laki
Perempuan
46 23,0
31 15,5
80 40,0
43 21,5
126 63,0
31 37,0
0,45
Umur 58,06 ± 10 57,66 ± 9,2
Jenis Stroke
Stroke Iskemik
Stroke Hemoragik
58 29,0
19
9,5
95 47,5
28
14,0
153 76,5
47
23,5
0,75
Merokok 36 18,0 61 30,5 97 48,5 0,69
Hipertensi 61 30,5 105 52,5 166 83,0 0,26
Diabetes Melitus 24 12,0 51 25,5 75 37,5 0,14
Hiperlipidemia 25 12,5 37 18,5 62 31,0 0,72
Penyakit jantung 13 6,5 20 10,0 33 16,5 0,91
*menggunakan uji chi-square p ≤ 0,05 = signifikan
Tidak dijumpai perbedaan yang signifikan antara karakteristik pasien
stroke yang dirawat di bangsal dengan stroke corner .
-
8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf
15/25
IV.1.7 Perbedaan Kejadian Pneumonia Nosokomial Pada Pasien
Stroke Yang Dirawat di Stroke Corner dan Bangsal
Tingkat kejadian pneumonia nosokomial di stroke corner sebanyak22,76% sedangkan tingkat kejadian pneumonia nosokomial di bangsalsebanyak 36,36%. Untuk melihat hubungan adanya perbedaan tingkatkejadian pneumonia nosokomial pada pasien stroke yang dirawat di strokecorner dan di bangsal dilakukan uji chi-square, dimana uji chi-square menunjukkan hasil yang signifikan ( p= 0,037). Hal ini dapat dilihat daritabel 10.
Tabel 10.
Perbedaan
Kejadian
Pneumonia
Nosokomial
Pada
pasien
Stroke
Yang
Dirawat
di Bangsal Dan Yang Dirawat di Stroke Corner .
Tempat Terinfeksi PNO Tidak terinfeksi PNO Jumlah p*
n % n % n %
Bangsal 28 36,36 49 63,63 77 100 0,037
Stroke
Corner
28 22,76 95 77,23 123 100
*menggunakan uji chi-square p ≤ 0,05 = signifikan
-
8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf
16/25
IV.2. PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan tujuan
untuk mengetahui perbandingan kejadian pneumonia nosokomial pada
pasien stroke yang dirawat di stroke corner dengan yang dirawat di
bangsal, untuk mengetahui kejadian pneumonia nosokomial pada pasien
stroke yang di rawat masing-masing di stroke corner dan bangsal RSUP
H.Adam Malik Medan, untuk mengetahui deskripsi dan karakterisktik
demografi dari pasien stroke yang dirawat di stroke corner dan di bangsal,
untuk mengetahui waktu rata-rata terjadinya pneumonia nosokomial dan
untuk mengetahui patogen penyebab pneumonia nosokomial.
Pada penelitian ini penderita stroke yang datang ke RSUP H. Adam
Malik ditegakkan diagnosa dengan anamnese, pemeriksaan umum dan
pemeriksaan neurologis, kemudian dilakukan pemeriksaan CT-Sken
kepala untuk menentukan jenis stroke. Pemeriksaan fisik pada saluran
nafas dilakukan dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi pada
rongga toraks, lalu dilakukan foto x-ray pada toraks. Bagi penderita yang
memenuhi kriteria inklusi maka selama perawatannya baik di stroke
corner maupun di bangsal akan diamati apakah muncul tanda-tanda
terjadinya pneumonia nosokomial, kemudian dilakukan pemeriksaan fisik
pada rongga toraks. Apabila pasien diduga menderita pneumonia
nosokomial maka akan dilakukan pemeriksaan darah berupa cek darah
rutin dan kultur darah serta pemeriksaan foto toraks ulang. Pasien
dinyatakan menderita pneumonia nosokomial apabila memenuhi kriteria
-
8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf
17/25
dari CDC. Pada pasien stroke yang dirawat di bangsal RSUP. H. Adam
Malik Medan, kurang lebih setengahnya merupakan pasien stroke dari
rawatan stroke corner yang telah melewati fase akut, dimana hal ini
merupakan salah satu kelemahan dari penelitian ini.
IV.2.1. Karakterist ik Subjek Penelit ian (Penderita stroke dengan
pneumonia nosokomial )
Pada penelitian ini umur rata-rata pasien stroke yang dirawat di
stroke corner dan di bangsal masing-masing 62,7 tahun (SD=11,608) dan
64,18 tahun (SD=12,5). Menurut Hassan, dkk (2006), pasien stroke yang
menderita pneumonia berumur berkisar 28 sampai 100 tahun (rata-rata 64
±14 tahun).
Dari faktor resiko yang dimiliki pasien stroke yang dirawat di stroke
corner dan yang dirawat di bangsal terlihat merokok dan diabetes melitus
memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian pneumonia
nosokomial. Pada pasien di stroke corner , p (merokok) = 0,022,
p(diabetes melitus) = 0,023. Pada pasien di bangsal, p(merokok) = 0,039 ,
p(diabetes melitus) = 0,024.
Menurut Martelli dkk (2010), dijumpai adanya prevalensi pneumonia
nosokomial yang tinggi pada pasien-pasien perokok. Merokok dapat
merusak mekanisme pertahanan dari paru-paru sehingga dapat
meningkatkan kolonisasi dari Pseudomonas aeruginosa dan bakteri gram
negatif lainnya. Pada studi yang dilakukan Martelli tahun 2010, merokok
-
8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf
18/25
tidak dijumpai secara langsung berhubungan dengan outcome yang buruk
dari pasien.
Menurut Abdel-Fattah (2008), umur, jenis kelamin, riwayat
merokok, riwayat penggunaan obat-obat imunosupresif, diabetes melitus
dan riwayat adanya operasi sebelumnya tidak berhungan secara langsung
dengan pneumonia nosokomial.
Menurut Perkeni (2007), keadaan hiperglikemia pada pasien yang
dirawat di Rumah Sakit berdampak buruk terhadap keluaran klinis karena
dapat menyebabkan gangguan fungsi imun serta lebih rentan terkena
infeksi akibat adanya disfungsi fagosit.
Menurut Luksamijarulkul, dkk (2008), umur diatas 60 tahun memiliki
kemungkinan sembilan kali lebih besar untuk menderita pneumonia.
Sedangkan pasien dengan riwayat merokok memiliki kemungkinan tujuh
kali lebih besar daripada yang tidak merokok.
Menurut Vardakas (2007), dikatakan bahwa diabetes melitus
merupakan faktor resiko yang potensial untuk terjadinya pneumonia
nosokomial. Namun dalam hasil penelitiannya dijumpai bahwa diabetes
melitus bukan merupakan faktor untuk terjadinya pneumonia nosokomial
dan kematian akibat pneumonia nosokomial.
-
8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf
19/25
IV.2.2. Karakterist ik Patogen Penyebab Pneumonia Nosokomial dan
Waktu Mulai Terjadinya Infeksi Pneumonia Nosokomial
Patogen terbanyak sebagai penyebab utama dari pneumonia
nosokomial pada pasien yang dirawat di stroke corner adalah
K.pneumonia (21,4%) diikuti berturut-turut oleh Enterobacter sp. (17,85%),
P.aeruginosa (14,28%), S. aureus (10,7%), S.pneumonia (7,1%), H.
influenzae (7,1%), E.coli (7,1%), Bacillus cereus (3,6%), S.saprophyticus
(3,6%), Legionella sp. (3,6%), Aspergillus sp(3,6%).
Waktu rata-rata timbulnya pneumonia nosokomial pada pasien
yang dirawat di stroke corner 4,93 hari. Hal ini sesuai dengan kriteria dari
CDC yang menyatakan bahwa Pneumonia Nosokomial onset lanjut yaitu
yang lebih dari 4 hari sering disebabkan oleh kuman Gram (-) aerob
berupa K. Pneumonia, Entcrobacter sp, Serratia sp., P. Aeruginosa atau
S. aureus.
Patogen terbanyak sebagai penyebab utama dari pneumonia
nosokomial pada pasien yang dirawat di bangsal adalah S.pneumonia
(17,85%), diikuti oleh H. influenzae (10,7%), K.pneumonia (10,7%),
P.aeruginosa (10,7%), E.coli (10,7%), S. aureus (10,7%), Bacillus cereus
(7,1%), Enterobacter sp. (7,1%), S.saprophyticus (7,1%), dan Legionella
sp. (7,1%).
Waktu rata-rata timbulnya pneumonia nosokomial pada pasien
yang dirawat di bangsal 2,93 hari. Hal ini sesuai dengan kriteria dari CDC
yang menyatakan bahwa pneumonia nosokomial onset awal dalam waktu
-
8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf
20/25
kurang dari 4 hari biasanya disebabkan oleh Streptococcus pneumonia ,
M. catarrhalis dan H. influenza.
Dari penelitian ini terlihat bahwa patogen penyebab pneumonia
nosokomial yang terbanyak didapat di stroke corner dan di bangsal RSUP.
H. Adam Malik Medan antara lain K. Pneumonia, P. aeruginosa, S.
pneumonia, Enterobacter sp, dan S. aureus. Hal ini hampir sama dengan
penelitian yang dilakukan Hassan, dkk (2006), bahwa patogen penyebab
pneumonia nosokomial pada pasien stroke terbanyak adalah
Pseudomonas aeruginosa (12%) dan Staphylococcus aureus(12%) diikuti
Streptococcus pneumoniae(4%) and Klebsiella pneumoniae (4%).
IV.2.3. Perbandingan Kejadian Pneumonia Nosokomial pada Pasien
Stroke Yang Di Rawat Di Stroke Corner Dan Di Bangsal
Stroke Corner di RSUP. H. Adam Malik Medan memiliki lima
tempat tidur dengan ruangan ber AC dan fasilitas monitoring seperti EKG,
monitor jantung, saturasi oksigen, dan syringe pump. Pemeriksaan
standar dilakukan termasuk pemeriksaan neurologis, pemeriksaan darah,
EKG dan CT-sken kepala segera setelah pasien masuk. Bila hasil CT-
sken kepala menunjukkan suatu stroke iskemik, asam asetil salisilat
segera diberikan per oral. Sesegera mungkin pasien diimobilisasi sesuai
kondisi, dengan kepala dibuat lebih tinggi 30˚ untuk memperbaiki aliran
balik vena sehingga menurunkan tekanan intrakranial dan edema otak
serta mobilisasi badan miring kanan dan kiri. Pada stroke hemoragik,
-
8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf
21/25
cairan parenteral hiperosmolar seperti manitol diberikan jika tidak ada
kontraindikasi. Kontrol tekanan darah secara ketat dilakukan. Jika diduga
stroke kardio emboli, dilakukan konsultasi ahli kardiologi dan diberikan
antikoagulan.
Staf mencakup ahli saraf dan perawat yang terlatih untuk pasien
stroke, dimana dua orang perawat menangani 5 orang pasien. Para
perawat memiliki kemampuan dalam mendeteksi dan menghindari
komplikasi seperti dengan memberikan chest therapy dengan menepuk-
nepuk punggung dan dada pasien agar pasien dapat lebih mudah
mengeluarkan dahak atau dengan oral hygiene setiap pagi sehingga
kejadian pneumonia nosokomial dapat diturunkan.
Departemen Neurologi RSUP. H. Adam Malik Medan memiliki 5
bangsal, dimana pasien stroke dapat dimasukkan kedalam 5 bangsal
tersebut, tergantung dari jenis kelamin. Dalam satu bangsal, pasien stroke
digabung dengan pasien-pasien lainnya. Sama seperti di stroke corner ,
apabila pasien sudah tegak didiagnosa dengan stroke iskemik, maka
asam asetil salisilat diberikan. Pasien dibaringkan dengan kepala
ditinggikan 30˚, namun hal ini tidak dapat dilakukan pada semua pasien
berhubung dengan tempat tidur yang demikian cukup terbatas. Pada
stroke hemoragik, cairan parenteral hiperosmolar seperti manitol diberikan
jika tidak ada kontraindikasi. Kontrol tekanan darah dilakukan secara
manual sehingga tidak seketat pada perawatan di stroke corner .
-
8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf
22/25
Pada perawatan di bangsal satu perawat bertanggung jawab
terhadap satu bangsal yaitu terdiri dari 4-8 pasien, dimana deteksi atas
komplikasi yang mungkin terjadi menjadi lebih sulit. Pada perawatan di
bangsal keluarga pasien dapat lebih leluasa untuk menjenguk pasien,
berbeda halnya pada perawatan di stroke corner dimana keluarga hanya
dapat menjenguk pada saat jam besuk dan tidak diperbolehkan masuk
lebih dari satu orang untuk tiap pasien.
Dari keadaan di atas maka dapat dilihat bebapa keunggulan dari
stroke corner yaitu :
1. Lebih efisien dan murah karena tidak membutuhkan gedung terpisah.
Cukup dikelompokkan (misalnya 5 tempat tidur) di satu sudut dalam
ruang perawatan biasa, sehingga semua sarana dan prasarana yang
tersedia dapat di manfaatkan bersama-sama.
2. Pada perawatan ruangan biasa, terkadang jumlah perawat tidak
mencukupi, sehingga keluarga harus lebih dilibatkan sejak awal masuk
rawat, sedangkan di stroke corner 2 orang perawat bertugas
memantau 5 orang pasien
3. Perawatan di stroke corner dilakukan secara komprehensif.
4. Pada rawatan di stroke corner , pengawasan terhadap tekanan darah,
pols, saturasi oksigen, suhu tubuh, pemberian cairan dilakukan dengan
pemantauan yang ketat karena adanya monitor.
5. Deteksi atas komplikasi yang mungkin terjadi lebih mudah dilakukan di
stroke corner .
-
8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf
23/25
6. Pasien di stroke corner semuanya merupakan pasien stroke sehingga
penularan terhadap infeksi dapat dicegah.
Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara tingkat kejadian pneumonia nosokomial pada pasien
stroke yang dirawat di stroke corner dan di bangsal (p= 0,037).
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Al Rasyid, dkk, ,
2007 didapat bahwa dibandingkan dengan bangsal neurologi, unit stroke
memiliki peranan yang cukup bermakna dalam hal peningkatan status
fungsional dari pasien stroke.
-
8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf
24/25
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. KESIMPULAN
Berdasarkan analisa data yang diperoleh pada penelitian ini,
disimpulkan sebagai berikut :
1. Tidak dijumpai perbedaan yang signifikan pada karakteristik pasien
stroke yang dirawat di bangsal dan stroke corner .
2. Umur, merokok dan diabetes melitus merupakan faktor resiko yang
secara signifikan menunjukkan pengaruh terhadap kejadian
pneumonia nosokomial pada pasien stroke.
3. Waktu terjadinya infeksi pneumonia nosokomial lebih cepat terjadi
di bangsal daripada di stroke corner .
4. Patogen penyebab pneumonia nosokomial terbanyak yang terjadi
di stroke corner adalah K.pneumonia, sedangkan di bangsal adalah
S.pneumonia.
5. Kejadian pneumonia nosokomial pada pasien stroke secara
signifikan lebih tinggi di bangsal dibandingkan dengan di stroke
corner .
V.2. SARAN
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang
lebih banyak agar diperoleh hasil yang lebih akurat.
-
8/18/2019 Chapter III-V stroke usu.pdf
25/25
2. Pasien dengan stroke, terutama pasien yang berbaring lama dan
mengalami gangguan menelan sebaiknya lebih diperhatikan
mobilisasi dan alat-alat bantu seperti selang makan yang
digunakan sehingga pneumonia nosokomial dapat dihindarkan.
3. Pengetahuan tenaga medis mengenai pneumonia nosokomial
harap lebih ditingkatkan, sehingga kejadian pneumonia nosokomial
yang berasal dari tenaga medis dapat jauh berkurang.
4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pihak
rumah sakit, dan para tenaga medis, baik dokter maupun perawat
dalam rangka usaha untuk meurunkan kejadian pneumonia
nosokomial khususnya pada pasien stroke sehingga angka
morbiditas dan mortalitas pasien dapat diturunkan. Dari pihak
rumah sakit tindakan pencegahan ini dapat berupa
mengoptimalkan sterilisasi ruangan dan alat-alat bantu yang
digunakan, penyediaan tempat tidur dengan minimal 2 posisi,
penyuluhan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai bahaya
pneumonia nosokomial yang bahkan dapat ditularkan oleh anggota
keluarga pasien sendiri, pengadaan bangsal terpisah untuk pasien-
pasien neurologi yang juga menderita infeksi paru-paru, dan
penambahan jumlah perawat yang terlatih di bangsal.