Chapter III V Penelitian Beton Bertulang

56
24 BAB III EKSPERIMENTAL III.1. Perhitungan Benda Uji Balok Beton Bertulang III.1.1. Perhitungan Beban Mati Terpusat Gambar 3.1. Sketsa Perencanaan Balok Beton Bertulang Direncanakan : b = 15 cm h = 20 cm selimut beton = 4 cm mutu beton K-225 (f’c = 18.7 MPa) mutu tulangan baja BJTP 30 fy = 3.000 kg/cm 2 = 300 MPa q = 0.2 x 0.15 x 24 = 0.72 kN/m As = 2D20 (628 mm 2 ) As’ = 2D12 (226,.08 mm 2 )

description

Chapter III V Penelitian Beton Bertulang

Transcript of Chapter III V Penelitian Beton Bertulang

  • 24

    BAB III

    EKSPERIMENTAL

    III.1. Perhitungan Benda Uji Balok Beton Bertulang

    III.1.1. Perhitungan Beban Mati Terpusat

    Gambar 3.1. Sketsa Perencanaan Balok Beton Bertulang

    Direncanakan :

    b = 15 cm

    h = 20 cm

    selimut beton = 4 cm

    mutu beton K-225 (fc = 18.7 MPa)

    mutu tulangan baja BJTP 30 fy = 3.000 kg/cm2 = 300 MPa

    q = 0.2 x 0.15 x 24 = 0.72 kN/m

    As = 2D20 (628 mm2)

    As = 2D12 (226,.08 mm2)

  • 25

    Dianggap bahwa semua tulangan baja, baik tarik maupun tekan telah mencapai luluh, maka

    ditetapkan : As2 = As

    Dengan mengacu pada gambar= ( . ) = ( . )( . ) ( , ) =50,572 mmTentukan letak garis netral= = ,. = 59,496 mmPemeriksaan regangan tulangan baja dengan berdasarkan segi tiga sebangun :

    Pada tulangan tekan= 0.003 = , , 0,003 = 0,00038Pada tulangan tarik= 0,003 = ,, 0,003 = 0,00426Untuk baja mutu 30= . = . =0,0015Karena > > maka tulangan baja tarik telah luluh tetapi baja tekan belum. Dengandemikian, ternyata anggapan-anggapan pada langkah awal tidak benar. Maka diperlukan

    mencari letak garis netral terlebih dahulu.

    Dengan menggunakan persamaan berikut akan didapat nilai c

    (0.85 fc' b 1) c2 + (600 As' - As fy) c - 600 d' As' = 0

    2.026,61 c2 + (-52,752) c 7.053.696 = 0

    c2 26,03 c 3.480,54 = 0

    dengan rumus ABC, didapat

    c1 = 73,43 mm

    c2 = -47,40 mm (tidak memenuhi)

  • 26

    dengan nilai c = 73,43 mm dicari nilai yang belum diketahui= 600 = , , 600 = 175,105 MPa < 300 MPaDengan demikian anggapan yang digunakan telah benar

    a = . = 0,85 . 73,43 = 62,416 mmND1 = (0.85 fc

    ) a. b = (0,85 . 18,7) 62,416 . 150 . 10-3 = 148,814 KN

    ND2 = As . fs = 226,08 . 175,105 . 10-3 = 39,588 KN

    ND = ND1 + ND2 = 188,4 KN

    NT = As . fy = 628 . 300 = 188,4 KN

    ND NTMN1 = ND1 . z1 = 148m814 . (144- (62,416/2)) . 10-3 = 16,785 KNm

    MN2 = ND2 . z2 = 39,588 . (144-52) . 10-3 = 3,642 KNm

    MN = MN1 + MN2 = 20,427 KNm

    Menghitung besarnya P terpusat

    Gambar. 3.2. Pembebanan Benda Uji

    Dengan menggunakan diagram momen16 . = 12 . . 3 12 . 3 . 316 . 3 = 20,427 120,72.3. 33 120,72. 33 . 33P = 18,987

  • 27

    = 37,97 KN= 3797 kg

    Karena terdapat 2 beban terpusat yang diberikan, maka masing-masing beban yang diberikan

    sebesar 0,5 P = 1898,7 kg

    III.1.2. Perhitungan Tulangan Geser

    Untuk menentukan banyaknya tulangan geser yang dibutuhkan maka besarnya gaya

    lintang perlu dicari terlebih dahulu. Dengan menghitung kembali reaksi yang terjadi pada

    perletakan yang direncanakan dengan memasukkan beban-beban yang telah dihitung

    sebelumnya.

    MB = 0

    RA. 3 = P + q . l2

    3 RA = 60,201 KN

    RA = 20,067 KN

    Perhitungan Gaya Lintang

    0 x 1

    Mx = RA . x - q . x2

    Dx = RA q . x

    Untuk x = 0 ; Dx = 20,067 KN

    Untuk x = 1; Dx = 20,067 0,72 = 19,347 KN

    1 x 2

    Mx = RA . x 0,5 P (x 1) - q . x2

    Dx = RA 0,5 P q . x

    Untuk x = 1 ; Dx = 20,067 19,347 0,72 = 0 KN

  • 28

    Untuk x = 2 ; Dx = 20,067 19,347 1,44 = -0,72 KN

    Dari perhitungan diatas didapat Gaya lintang maksimum sebesar 20,067 KN

    Maka besarnya gaya geser rencana total karena beban luat (Vu) = 20,067 KN.

    Sedangkan kapasitas kemampuan beton untuk menahan gaya geser adalah Vc.

    Vc = . .= 18,7. 150.144 . 10= 15,568 KNVc = 0,6 . 15,568 = 4,6704 KN

    Karena Vu > Vc , maka diperlukan tulangan sengkang.Menghitung Vs pada tempat dukungan balok :

    Vs perlu = = , , 15,568 = 17,87 KNMenghitung Vs dimana bekerja beban terpusat :

    Vs perlu = = , , 15,568 = 16,67 KNApabila digunakan tulangan baja D6 (As=56,6 mm2) untuk sengkang, maka spasi yang

    diperlukan adalah

    Vs = 17,87 (144 . 0,6 . 10-3) = 17,77 KN

    S perlu =. . = = , . . ., =137,6 mm

    Sengkang yang dipasang adalah D6 120 untuk keseluruhan balok.

    III.1.3. Perhitungan Lendutan

    Lendutan yang terjadi pada balok akibat berat sendiri dan besarnya beban terpusat

    yang diberikan oleh hydraulic jack. Lendutan tersebut dihitung dengan rumus :

    a. Lendutan akibat beban terpusat

  • 29

    Gambar 3.3. Penempatan Beban Terpusat

    1 = , . (3 4 )Dimana : E = modulus elatisitas beton (MPa)

    I = Momen inersia penampang balok (mm4)

    E = 4700 . = 4700 . 18,7 = 20.324,44 MPaI = . b . = . 150 . 200 = 100.000.000 mm4Maka besar lendutan = 1 = . , .. . , . (3 . 3000 4 . 1000 )

    = 0,895 mm

    b. Lendutan akibat berat sendiri

    Gambar 3.4. Beban Merata

    2 = . .2 = . , ., . = 0,373 mm

    Total lendutan yang terjadi adalah

    = 1 + 2

    = 0,895 + 0,373

    = 1,268 mm

  • 30

    III.2. Pembuatan Benda Uji Balok Beton Bertulang

    Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan benda uji dibagi atas tiga

    tahapan, yaitu :

    1. Persiapan pembuatan benda uji

    2. Pengecoran

    3. Perawatan

    III.2.1. Persiapan Pembuatan Benda Uji

    Persiapan-persiapan dalam pembuatan benda uji adalah :

    1. Pembuatan mortar ukuran 4x4x4 cm (beton decking / beton tahu)

    Beton tahu dibuat untuk menjaga agar tulangan tetap pada posisinya.

    Pembuatan beton tahu dilakukan sebelum pengecoran agar mengeras dan dapat

    menahan tulangan. Ukuran tersebut berdasarkan tebal selimut beton yang

    direncanakan.

    2. Pembuatan cetakan balok dan silinder

    Cetakan balok dibuat dengan ukuran bersih 15 x 20 x 320 cm. cetakan

    dibuat sedemikian rupa sehingga ketika pengecoran tidak ada pasta yang

    terbuang dari celah antar cetakan. Selain cetakan balok juga turut dipersiapkan

    cetakan silinder yang berukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Sebelum

    pengecoran, cetakan balok dan silinder diolesi vaselin untuk mempermudah

    pelepasan cetakan.

    3. Perakitan tulangan

    Tulangan baja dirakit sehingga membentuk kerangka sesuai dengan yang

    direncanakan. Tulangan tarik 2D20, tulangan tekan 2D12, tulangan sengkang D6-

    12 cm.

    Gambar 3.5. Penampang Memanjang Benda Uji

  • 31

    Gambar 3.6. Penampang Melintang Benda Uji

    4. Persiapan material

    Persiapan material untuk pembuatan benda uji ditimbang terlebih dahulu

    sesuai mutu yang direncanakan.

    5. Persiapan alat-alat

    Alat-alat untuk mendukung proses pengecoran seperti : pan mixer, scrap,

    sendok semen, timbangan, dll.

    III.2.2. Pengecoran Benda Uji

    Urutan pengecoran adalah sebagai berikut :

    1. Hidupkan mesin pengaduk beton / molen.

    2. Masukkan air secukupnya kedalam mesin pengaduk agar permukaan bagian

    dalam mesin pengaduk basah.

    3. Setelah itu masukkan material dengan urutan : pasir, semen, air, kerikil. Dan

    untuk benda uji dengan serat / fiber dimasukkan pada urutan terakhir setelah

    keempat material diatas bercampur secara sempurna.

    4. Aduk dengan kecepatan rendah selama + 5 menit agar campuran teraduk secara

    sempurna. Dan untuk benda uji dengan serat / fiber dimasukkan setelah beton

    teraduk secara sempurna.

    5. Tuangkan adukan secukupnya kedalam alat uji slump untuk melihat nilai slump

    test.

  • 32

    6. Selanjutnya, adukan beton dituangkan kedalam cetakan balok dan silinder secara

    bertahap. Agar beton yang dituang terisi secara penuh dan merata dibantu dengan

    merojok atau menggunakan alat vibrator.

    7. Setelah benda uji pertama selesai, dilanjutkan dengan benda uji kedua dengan

    tambahan serat / fiber.

    III.2.3. Perawatan Benda Uji

    Setelah 24 jam, cetakan benda uji silinder dibuka kemudian direndam dalam air,

    sedangkan untuk benda uji balok, cetakan dibuka setelah 3 hari.

    III.3. Pengujian Benda Uji

    III.3.1. Pengujian Kuat Tekan Beton Benda Uji Silinder

    1. Benda uji dikeluarkan dari rendaman 1 hari sebelum pengujian (28 hari) agar permukaan

    benda uji kering.

    2. Kemudian timbang berat benda uji.

    3. Benda uji diletakkan pada Compression Machine sehingga tepat berada pada tengah-

    tengah alat penekan.

    4. Secara perlahan-lahan beban tekan diberikan pada benda uji dengan mengoperasikan tuas

    pompa.

    5. Pada saat jarum penunjuk skala beban tidak naik lagi, catat angka yang ditunjukkan jarum

    penunjuk yang merupakan beban maksimum yang dapat dipikul oleh benda uji tersebut.

    III.3.2. Pengujian Kuat Rekah Beton Benda Uji Silinder

    1. Benda uji dikeluarkan dari rendaman 1 hari sebelum pengujian (28 hari) agar permukaan

    benda uji kering.

    2. Kemudian timbang berat benda uji.

    3. Benda uji diletakkan pada Compression Machine sehingga tepat berada pada tengah-

    tengah alat penekan yang sebelumnya telah dipasang alat splitting test.

    4. Secara perlahan-lahan beban tekan diberikan pada benda uji dengan mengoperasikan tuas

    pompa.

  • 33

    5. Pada saat jarum penunjuk skala beban tidak naik lagi, catat angka yang ditunjukkan jarum

    penunjuk yang merupakan beban tarik maksimum yang dapat dipikul oleh benda uji

    tersebut.

    III.3.3. Pengujian Kekuatan Balok Beton Bertulang

    1. Balok beton diatas perletakan yang telah disediakan, pasang dial dimana akan diukur

    lendutan.

    2. Pen pengukur regangan balok searah dengan sumbu balok dimana akan diukur

    regangannya.

    3. Letakkan sumber beban tepat pada titik tengah balok.

    4. Setelah semua perangkat alat-alat pengujian disiapkan, kemudian dilakukan pembebanan

    secara berangsur-angsur dengan kenaikan setiap 500 kg pada pembacaan hydraulic.

    5. Setiap tahap pembebanan, dilakukan pembacaan lendutan dan regangan serta mengamati

    deformasi yang terjadi pada balok.

    6. Pembacaan dilakukan hingga balok mencapai keruntuhan.

    III.3.4. Pengukuran Regangan dan Lendutan Balok

    Pembebanan yang berangsur-angsur bertambah akan mengakibatkan serat bawah

    balok tertarik dan serat atas balok tertekan. Akibat regangan yang ditimbulkan, balok akan

    mengalami retak. Untuk menghitung regangan pada balok maka akan diukur pada 3 tempat

    yaitu atas, tengah dan bawah.

    Gambar 3.7. Penempatan Pen Pembaca Regangan dan Dial Lendutan

  • 34

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    IV.1. Pendahuluan

    Hasil dari penelitian disajikan berupa data yang telah dianalisis dan ditampilkan

    dalam betuk tabel dan grafik. Pengujian karakteristik beton terdiri dari 2 macam:

    a. Pengujian beton segar ( pengujian slump test )

    b. Pengujian sifat mekanik beton ( kuat tekan silinder beton dan kuat lentur balok

    beton bertulang )

    Pengujian yang paling utama dari penelitian ini adalah pengujian regangan dan

    lendutan balok beton bertulang yang terdiri dari 2 benda uji, yaitu balok pertama dengan

    menggunakan fiber, dan balok kedua tanpa menggunakan fiber. Data yang diperoleh dari

    pengujian adalah beban, lendutan, regangan, panjang retak, lebar retak, dan pola retak.

    IV.2. Pengujian Slump Test

    Pengujian slump test dilakukan untuk melihat kelecakan dari campuran beton.

    Berkurangnya kelecakan dapat diakibatkan cuaca panas, misalnya, disebut juga slump loss.

    Gambar 4.1. Pengujian Slump Test

    Hasil dari pengujian slump test yang dilakukan :

  • 35

    Tabel 4.1. Hasil Nilai Slump Test

    Benda Uji Nilai Slump

    Tanpa Fiber 13 cm

    Dengan Fiber 12 cm

    IV.3. Pengujian Kuat Tekan dan Rekah Silinder

    Beton memiliki nilai kuat tekan yang lebih besar dibandingkan kuat tariknya.

    Kuat tekan beton dipengaruhi oleh komposisi dan kekuatan masing-masing bahan

    penyusunnya dan lekatan pasta semen pada agregat. Nilai kuat tekan beton didapatkan

    melalui cara pengujian standard, menggunakan mesin uji dengan cara memberikan beban

    tekan bertingkat dengan kecepatan peningkatan beban tertentu pada benda uji silinder

    beton ( diameter 15 cm dan tinggi 30 cm) sampai benda uji hancur.

    Hasil pengujian kuat tekan silinder beton disajikan pada tabel dibawah :

    Tabel 4.2. Hasil Pengujian Kuat Tekan

    Benda Uji KodeBerat Benda Uji

    Beton (kg)

    Kuat Tekan

    (kg/cm2)

    Kuat Tekan

    Rata-rata

    (kg/cm2)

    Tanpa

    Fiber

    II A 12,5 178

    185II B 12,6 206

    II C 12,8 172

    Dengan

    Fiber

    I A 12,6 182

    192I B 12,2 189

    I C 12,5 205

  • 36

    Tabel 4.3. Hasil Pengujian Kuat Rekah

    Benda Uji KodeBerat Benda Uji

    Beton

    Kuat Rekah

    (kg/cm2)

    Kuat Rekah

    Rata-rata

    (kg/cm2)

    Tanpa

    Fiber

    II A 12,4 17

    18,0II B 12,5 18,4

    II C 12,4 18,7

    Dengan

    Fiber

    I A 12,2 18,5

    20,4I B 12,6 19,8

    I C 12,5 22,9

    IV.4. Pengujian Balok Beton Bertulang

    IV.4.1. Pengujian Lendutan

    Gambar 4.2. Penempatan Pembebanan dan Dial Lendutan

    Lendutan balok beton betulang diukur dengan Dial Indikator. Pada pengujian ini

    pembebanan awal yang diberikan sebesar 500 kg hingga mencapai kegagalan / keruntuhan

    yang ditandai dengan peningkatan pembebanan dan lendutan yang besar, walaupun beban

  • 37

    yang bekerja tetap bertahan konstan. Dari hasil pengujian pembebanan terhadap lendutan

    terlihat terbentuknya retakan retakan baru dan pertambahan panjang / lebar retakan dari

    sebelumnya ditandai perubahan lendutan yang meningkat. Hubungan lendutan dari suatau

    tingkat pembebanan ke tingkat pembebanan berikutnya ditampilkan pada tabel dan grafik

    berikut :

    Tabel 4.4. Data Hasil Pengujian Lendutan Balok Tanpa Fiber

    Beban P (kg) Y1 (0,01 mm) Y2 (0,01 mm) Y3 (0,01 mm)

    0 0 0 0

    500 42 86 37

    1000 149 222 137

    1500 232 338 223

    2000 335 385 330

    2500 449 538 440

    3000 581 731 582

    3500 691 880 694

    4000 802 1032 810

    4500 1122 1196 1138

    5000 1294 1439 1312

    5500 1410 1606 1430

    6000 1588 1852 1605

    6500 1730 1951 1753

    7000 1977 2263 2002

    7500 2199 2281 2220

  • 38

    Grafik 4.1. Hubungan Beban Lendutan Balok Tanpa Fiber

    0

    1000

    2000

    3000

    4000

    5000

    6000

    7000

    8000

    0 500 1000 1500 2000 2500

    Beban (kg)

    Lendutan (x0,01 mm)

    Y1

    Y2

    Y3

  • 39

    Tabel 4.5. Data Hasil Pengujian Lendutan Balok Dengan Fiber

    Beban P (kg) Y1 (0,01 mm) Y2 (0,01 mm) Y3 (0,01 mm)

    0 0 0 0

    500 43 90 80

    1000 122 111 167

    1500 215 257 273

    2000 310 406 381

    2500 409 563 494

    3000 506 607 599

    3500 649 717 654

    4000 745 804 762

    4500 798 846 821

    5000 830 858 846

    5500 846 863 854

    6000 1101 1155 1103

    6500 1449 1554 1469

    7000 1576 1686 1589

  • 40

    Grafik 4.2. Hubungan Beban Lendutan Balok Dengan Fiber

    0

    1000

    2000

    3000

    4000

    5000

    6000

    7000

    8000

    0 500 1000 1500 2000

    Beban (kg)

    Lendutan (x0,01 mm)

    Y1

    Y2

    Y3

  • 41

    Pada masing-masing benda uji berdasarkan hasil pengujian terdapat perbedaan

    pada saat pembebanan yang sama, P = 7000 kg, lendutan pada balok tanpa fiber sebesar 22,63

    mm, sedangkan pada balok dengan fiber sebesar 16,86 mm.

    IV.4.1.1. Pengujian Lendutan Pada Balok Secara Teoritis

    Balok Tanpa Fiber

    1. Sebelum Retak

    Jika momen lentur lebih kecil daripada momen retak, Mcr. Balok dapat

    diasumsikan tidak retak dan momen inersia dapat diasumsikan sebesar momen inersia untuk

    penampang kotor Ig.

    = 112 = (150) (200) = 100.000.000 mm4Analisa Lendutan untuk 0,5 P = 500 kg = 5000 N

    fc = 185 kg/cm2 = 18,5 MPa

    a. Lendutan akibat beban terpusat sebelum retak

    Gambar 4.3. Perletakan Beban Terpusat = , (3L2-4 x2)= 19884,9 MPaMaka lendutan: = ( ). , .( ) (3(3000)2-4 (1000)2)

  • 42

    = 2,41 mmb. Lendutan akibat berat sendiri sebelum retak

    Gambar 4.4. Perletakan Beban Merata

    q = 0,15 x 0,2 x 24 = 0,72 kN/m

    = 5384 = 5 (0,72) (3000)384 19844,9 (100000000)

    = 0,38 mm

    Maka besar lendutan yang terjadi secara teoritis sebelum terjadi retakan :max = + = 2,41 + 0,38

    = 2,79 mm

    2. Sesudah Retak

    Ketika momen lebih besar daripada momen retak, Mcr, retak tarik yang

    berkembang pada balok akan menyebabkan penampang melintang balok berkurang, dan

    momen inersia dapat diasumsikan sama dengan nilai transformasi, Icr.

    Lendutan seketika pada komponen struktur terjadi apabila segera setelah beban

    bekerja seketika itu pula terjadi lendutan. Pada SK SNI 03-2847-2002 pasal 11.5 ayat 2.3

    ditetapkan bahwa lendutan seketika dihitung dengan menggunakan nilai momen inersia

    efektif Ie berdasarkan persamaan berikut ini := + 1 IgDimana : Ie = momen inersia efektif

    Icr = momen inersia penampang retak transformasi

  • 43

    Ig = momen inersia penampang utuh terhadap sumbu berat penampang, seluruh

    batang tulangan diabaikan

    Ma = momen maksimum pada komponen struktur saat lendutan dihitung

    Mcr= momen pada saat timbul retak yang pertama kali

    Mcr dihitung dengan rumus :

    =Dimana : fr = modulus retak beton, untuk beton normal fr = 0,7

    Yt = jarak dari garis netral penampang utuh (mengabaikan tulangan baja) ke serat

    tepi tertarik

    Untuk menentukan penampang retak transformasi :

    Icr = 1/3 b y3 + n As (d-y)2 + n As (y-d)2

    Dan letak garis netral (y) ditentukan sebagai berikut :

    b y2 + n As y n As d n As d + n As y = 0

    Analisa lendutan pada beban 0,5 P = 1500kg = 15 kN

    fc = 18,5 MPa

    Menentukan letak garis netral

    b y2 + n As y n As d n As d + n As y = 0

    Dimana, n =Es/ Ec

    Ec =19844,9 MPa

    Es = 200000 MPa

    Sehingga n = 10

    daktual = h + +daktual = 200 + 6 + 40 = 144 mmdaktual = + +

  • 44

    daktual = + 6 + 40 = 52 mmmaka,

    b y2 + n As y n As d n As d + n As y = 0

    (150) y2 + n (226.08) y n (226.08) (52) n (628) (144) + n (628) y = 0

    75 y2 + 10 (226.08) y 10 (226.08) (52) 10 (628) (144) + 10 (628) y = 0

    y = 72,93 mm

    Menetukan momen inersia penampang retak transformasi :

    Icr = 1/3 b y3 + n As (d-y)2 + n As (y-d)2

    = 1/3 (150) 72,933 + 10 (628) (144-72,93)2 + 10 (226.08) (72,93-52)2

    = 52.105.260,24 mm4

    Kemudian menentukan pada saat timbul retak yang pertama kali :

    =Dimana, yt = h = (200) = 100 mm

    Ig = 1/12 (150) (200)3 = 100000000 mm4

    Fr = 0,7 = 0,7 18,5 = 3.01 MPa= , ( )( ) = 3,01 kNmMa = 0,5 P . 1/3 L + 1/8 q. L2

    = 15 . 1/3 3 + 1/8 0,72. 32 = 15,81 kNm

    Maka = + 1 = , , 100000000 + 1 , , 52.105.260,24= 52.435.775,64 mm4

  • 45

    a. Lendutan akibat beban terpusat setelah retak = , (3L2-4 x2)Maka besar lendutan = ( ). , . , (3(3000)2-4 (1000)2) = 13,81 mm

    b. Lendutan akibat berat sendiri setelah retak = 5384 = 5 (0,72) (3000)384. 19844,9 .52435775,64= 0,73 mm

    Besar keseluruhan lendutan yang terjadi secara teoritis setelah terjadi retakan :max = + = 14,54 mm

    Jadi lendutan pada balok persegi secara teoritis dapat ditentukan dengan cara perhitungan

    diatas. Maka pada tabel di bawah ini disajikan besarnya lendutan secara teoriti pada benda uji

    sebagai berikut :

    Tabel 4.6. Data Perbandingan Lendutan Secara Teoritis Dengan Percobaan Balok Tanpa Fiber

    Beban

    P (kg)

    Mmax

    (kNm)

    Mcr

    (kNm)

    Icr

    (x106 mm 4)

    Ie

    (x106 mm 4)

    teoritistanpa fiber

    (0.01 mm)

    (0.01

    mm)

    0 0,81 3,01 52,105 - 0 0

    500 3,31 3,01 52,105 - 159 86

  • 46

    1000 5,81 3,01 52,105 - 279 222

    1500 8,31 3,01 52,105 - 400 338

    2000 10,81 3,01 52,105 53,1390 994 385

    2500 13,31 3,01 52,105 52,6589 1224 538

    3000 15,81 3,01 52,105 52,4355 1454 731

    3500 18,31 3,01 52,105 52,3178 1685 880

    4000 20,81 3,01 52,105 52,2499 1915 1032

    4500 23,31 3,01 52,105 52,2081 2145 1196

    5000 25,81 3,01 52,105 52,1810 2375 1439

    5500 28,31 3,01 52,105 52,1626 2606 1606

    6000 30,81 3,01 52,105 52,1497 2836 1852

    6500 33,31 3,01 52,105 52,1403 3066 1951

    7000 35,81 3,01 52,105 52,1334 3296 2263

    7500 38,31 3,01 52,105 52,1282 3527 2281

    Keterangan :

    Retak awal pada balok tanpa fiber saat P = 2000 kg

  • 47

    Grafik 4.3. Perbandingan Hubungan Beban Lendutan Balok

    Tanpa Fiber Secara Teoritis

    0

    1000

    2000

    3000

    4000

    5000

    6000

    7000

    8000

    0 1000 2000 3000 4000

    Beban (kg)

    Lendutan (x0,01 mm)

    Teoritis

    Balok Tanpa Fiber

  • 48

    Balok Dengan Fiber

    1. Sebelum Retak

    Jika momen lentur lebih kecil daripada momen retak, Mcr. Balok dapat

    diasumsikan tidak retak dan momen inersia dapat diasumsikan sebesar momen inersia untuk

    penampang kotor Ig.= 112 = (150) (200) = 100.000.000 mm4Analisa Lendutan untuk 0,5 P = 500 kg = 5000 N

    fc = 185 kg/cm2 = 19,2 MPa

    c. Lendutan akibat beban terpusat sebelum retak

    Gambar 4.5. Perletakan Beban Terpusat = , (3L2-4 x2)= 26336,15 MPaMaka lendutan: = ( ). , .( ) (3(3000)2-4 (1000)2) = 1,82 mmd. Lendutan akibat berat sendiri sebelum retak

    Gambar 4.6. Perletakan Beban Merata

  • 49

    q = 0,15 x 0,2 x 24 = 0,72 kN/m

    = 5384 = 5 (0,72) (3000)384 26336,15 (100000000)

    = 0,29 mm

    Maka besar lendutan yang terjadi secara teoritis sebelum terjadi retakan :max = + = 2,11 mm

    2. Sesudah Retak

    Ketika momen lebih besar daripada momen retak, Mcr, retak tarik yang

    berkembang pada balok akan menyebabkan penampang melintang balok berkurang, dan

    momen inersia dapat diasumsikan sama dengan nilai transformasi, Icr.

    Lendutan seketika pada komponen struktur terjadi apabila segera setelah beban

    bekerja seketika itu pula terjadi lendutan. Pada SK SNI 03-2847-2002 pasal 11.5 ayat 2.3

    ditetapkan bahwa lendutan seketika dihitung dengan menggunakan nilai momen inersia

    efektif Ie berdasarkan persamaan berikut ini := + 1 IgDimana : Ie = momen inersia efektif

    Icr = momen inersia penampang retak transformasi

    Ig = momen inersia penampang utuh terhadap sumbu berat penampang, seluruh

    batang tulangan diabaikan

    Ma = momen maksimum pada komponen struktur saat lendutan dihitung

    Mcr= momen pada saat timbul retak yang pertama kali

    Mcr dihitung dengan rumus :

  • 50

    =Dimana : fr = modulus retak beton, untuk beton normal fr = 0,7

    Yt = jarak dari garis netral penampang utuh (mengabaikan tulangan baja) ke serat

    tepi tertarik

    Untuk menentukan penampang retak transformasi :

    Icr = 1/3 b y3 + n As (d-y)2 + n As (y-d)2

    Dan letak garis netral (y) ditentukan sebagai berikut :

    b y2 + n As y n As d n As d + n As y = 0

    Analisa lendutan pada beban 0,5 P = 1500kg = 15 kN

    fc = 19,2 MPa

    Menentukan letak garis netral

    b y2 + n As y n As d n As d + n As y = 0

    Dimana, n =Es/ Ec

    Ec =26336,15 MPa

    Es = 200000 MPa

    Sehingga n = 7

    daktual = h + +daktual = 200 + 6 + 40 = 144 mmdaktual = + +daktual = + 6 + 40 = 52 mmmaka,

    b y2 + n As y n As d n As d + n As y = 0

    (150) y2 + n (226.08) y n (226.08) (52) n (628) (144) + n (628) y = 0

    75 y2 + 7 (226.08) y 7 (226.08) (52) 7 (628) (144) + 7 (628) y = 0

  • 51

    y = 65,6 mm

    Menetukan momen inersia penampang retak transformasi :

    Icr = 1/3 b y3 + n As (d-y)2 + n As (y-d)2

    = 1/3 (150) 65,63 + 7 (628) (144-65,6)2 + 7 (226.08) (65,6-52)2

    = 44.428.008,1 mm4

    Kemudian menentukan pada saat timbul retak yang pertama kali :

    =Dimana, yt = h = (200) = 100 mm

    Ig = 1/12 (150) (200)3 = 100000000 mm4

    Fr = 0,7 = 0,719,2 = 3.07 MPa= , ( )( ) = 3,07 kNmMa = 0,5 P . 1/3 L + 1/8 q. L2

    = 15 . 1/3 3 + 1/8 0,72. 32 = 15,81 kNm

    Maka = + 1 = , , 100000000 + 1 , , 44428008,1= 44.834.596,7 mm4

    c. Lendutan akibat beban terpusat setelah retak = , (3L2-4 x2)Maka besar lendutan = ( ). , . , (3(3000)2-4 (1000)2) = 12,17 mm

  • 52

    d. Lendutan akibat berat sendiri setelah retak = 5384 = 5 (0,72) (3000)384. 26336,15 .44834596,7= 0,64 mm

    Besar keseluruhan lendutan yang terjadi secara teoritis setelah terjadi retakan :max = + = 12,81 mm

    Jadi lendutan pada balok persegi secara teoritis dapat ditentukan dengan cara perhitungan

    diatas. Maka pada tabel di bawah ini disajikan besarnya lendutan secara teoriti pada benda uji

    sebagai berikut :

    Tabel 4.7. Data Perbandingan Lendutan Secara Teoritis Dengan Percobaan Balok Dengan Fiber

    Beban

    P (kg)

    Mmax

    (kNm)

    Mcr

    (kNm)

    Icr

    (x106 mm 4)

    Ie

    (x106 mm 4)

    teoritistanpa fiber

    (0.01 mm)

    (0.01

    mm)

    0 0,81 3,07 44,428 - 0 0

    500 3,31 3,07 44,428 - 120 90

    1000 5,81 3,07 44,428 - 211 111

    1500 8,31 3,07 44,428 - 302 257

    2000 10,81 3,07 44,428 - 393 406

    2500 13,31 3,07 44,428 45,1099 1079 563

    3000 15,81 3,07 44,428 44,8349 1281 607

  • 53

    3500 18,31 3,07 44,428 44,6899 1484 717

    4000 20,81 3,07 44,428 44,6064 1687 804

    4500 23,31 3,07 44,428 44,5550 1890 846

    5000 25,81 3,07 44,428 44,5215 2093 858

    5500 28,31 3,07 44,428 44,4989 2296 863

    6000 30,81 3,07 44,428 44,4830 2499 1155

    6500 33,31 3,07 44,428 44,4715 2701 1554

    7000 35,81 3,07 44,428 44,4630 2905 1686

    Keterangan :

    Retak awal pada balok dengan fiber saat P = 2500 kg

  • 54

    Grafik 4.4. Perbandingan Hubungan Beban Lendutan Balok

    Dengan Fiber Secara Teoritis

    0

    1000

    2000

    3000

    4000

    5000

    6000

    7000

    8000

    0 1000 2000 3000 4000

    Beban (kg)

    Lendutan (x0,01 mm)

    Teoritis

    Balok Dengan Fiber

  • 55

    Dari tabel dan grafik diatas dapat dilihat balok dengan penambahan serat / fiber

    lendutan yang terjadi lebih kecil daripada lendutan pada balok biasa dan secara teoritis.

    IV.4.1.2. Beban Pada Lendutan Izin

    Spesifikasi beton bertulang biasanya membatasi lendutan dengan cara menentukan

    ketebalan minimum tertentu atau dengan menentukan batas maksimum lendutan hasil

    perhitungan yang diizinkan.

    Maka lendutan maksimum yang diizinkan untuk balok dapat diambil sebesar l/360.

    Dari hasil percobaan diatas dapat diketahui beban pada lendutan izin sebagai berikut

    Lendutan izin = = = 8,33 mm

    a. Pada Percobaan

    1. Balok 1 (tanpa Fiber)

    Lendutan 8,33 mm pada P = 3342 kg

    2. Balok 2 (dengan Fiber)

    Lendutan 8,33 mm pada P = 4345 kg

    b. Pada Teori

    1. Balok 1 (tanpa Fiber)

    Lendutan 8,33 mm pada P = 1865 kg

    2. Balok 2 (dengan Fiber)

    Lendutan 8,33 mm pada P = 2321 kg

    IV.4.2. Pengujian regangan

    Gambar 4.7. Penempatan Pembebanan dan Pen Pembaca Regangan Balok

  • 56

    Regangan balok beton bertulang diukur dengan menggunakan alat strain meter.

    Posisi pengukuran diambil di tengah bentang pada bagian atas, tengah dan bawah seperti

    tampak pada gambar.

    Gambar 4.8. Pengujian Regangan Balok

    Keterangan := regangan beton pada sisi tekan terluar= regangan pada tulangan tarik baja= regangan beton pada jarak 50 mm dari sisi atas balok= regangan beton pada garis tengah penampang balok= regangan beton pada jarak 50 mm dari sisi bawah balokMenghitung regangan : = l / l

    Dimana : = regangan 0 00l = pertambahan panjang (mm)

    l = panjang semula penempatan pen (300mm)

    daktual = h + +daktual = 200 + 6 + 40 = 144 mmPerhitungan nilai regangan serat atas beton, :150 = 50= 1,5 0,5Perhitungan nilai regangan tulangan baja tarik, :

  • 57

    144 50 = 150 5094 = 100= 0,94 + 0,06

  • 57

    Tabel 4.8. Data Hasil Pengujian Regangan Balok Tanpa Fiber

    Beban P

    (kg)

    Perubahan Panjang (x 0,001 mm) Regangan 0 00 Analisa DataRegangan (mm/mm)

    1 2 3 1 2 3

    0 0 0 0 0 0 0 0 0

    500 -18 4 24 -0.060 0.013 0.080 -0.00013 0.00007

    1000 -38 8 60 -0.127 0.027 0.200 -0.00029 0.00018

    1500 -63 14 106 -0.210 0.047 0.353 -0.00049 0.00032

    2000 -94 26 162 -0.313 0.087 0.540 -0.00074 0.00049

    2500 -107 43 186 -0.357 0.143 0.620 -0.00085 0.00056

    3000 -121 65 218 -0.403 0.217 .0727 -0.00097 0.00066

    3500 -151 82 354 -0.503 0.273 1.180 -0.00135 0.00108

    4000 -187 126 402 -0.623 0.420 1.340 -0.00161 0.00122

    4500 -216 148 476 -0.720 0.493 1.587 -0.00187 0.00145

    5000 -243 167 508 -0.810 0.557 1.693 -0.00206 0.00154

    5500 -256 172 545 -0.853 0.573 1.817 -0.00219 0.00166

    6000 -271 183 612 -0.903 0.610 2.040 -0.00238 0.00186

  • 58

    6500 -283 207 687 -0.943 0.690 2.290 -0.00256 0.00210

    7000 -301 233 764 -1.003 0.777 2.547 -0.00278 0.00233

    7500 -328 242 843 -1.093 0.807 2.810 -0.00305 0.00258

  • 59

    Tabel 4.9. Data Hasil Pengujian Regangan Balok Dengan Fiber

    Beban P

    (kg)

    Perubahan Panjang (x 0,001 mm) Regangan 0 00 Analisa DataRegangan (mm/mm)

    1 2 3 1 2 3

    0 0 0 0 0 0 0 0 0

    500 -20 3 23 0.067 0.010 0.077 -0.00014 0.00007

    1000 -43 6 58 0.143 0.020 0.193 -0.00031 0.00017

    1500 -64 12 101 0.213 0.040 0.337 -0.00049 0.00030

    2000 -96 21 172 0.320 0.070 0.573 -0.00077 0.00052

    2500 -110 39 191 0.367 0.130 0.637 -0.00087 0.00058

    3000 -125 59 220 0.417 0.197 0.733 -0.00099 0.00066

    3500 -153 74 367 0.510 0.247 1.223 -0.00138 0.00112

    4000 -191 110 421 0.637 0.367 1.403 -0.00166 0.00128

    4500 -219 124 498 0.730 0.413 1.660 -0.00193 0.00152

    5000 -253 137 524 0.843 0.457 1.747 -0.00214 0.00159

    5500 -264 154 576 0.880 0.513 1.920 -0.00228 0.00175

  • 60

    6000 -273 163 634 0.910 0.543 2.113 -0.00242 0.00193

    6500 -287 184 703 0.957 0.613 2.343 -0.00261 0.00215

    7000 -309 203 787 1.030 0.677 2.623 -0.00286 0.00240

  • 61

    Grafik 4.5. Hubungan Beban Regangan Masing-Masing Balok

    0

    1000

    2000

    3000

    4000

    5000

    6000

    7000

    8000

    0 0.0005 0.001 0.0015 0.002 0.0025 0.003 0.0035

    Beban (kg)

    Regangan (mm/mm)

    Balok Tanpa Fiber

    Balok Dengan Fiber

  • 62

    IV.4.2.1. Regangan Secara Teoritis

    Secara teori besarnya beban yang terjadi dapat ditentukan dengan mengetahui

    besarnya regangan. Maka besarnya beban secara teori dapat ditentukan sebagai berikut.

    Untuk regangan = 0,00097 pada balok tanpa fiber didapatkan data-data di bawah ini :

    = 0,00066= 3000 kg = 18,5 MPafy = 300 MPa

    As = 2D12 (226,08 mm2)

    As = 2D20 (628 mm2)

    Dianggap bahwa semua tulangan baja, baik tarik maupun tekan telah mencapai luluh, maka

    ditetapkan : As2 = As= ( . ) = ( . )( . ) ( , ) =51,118 mmTentukan letak garis netral= = ,. = 60,13 mmPemeriksaan regangan tulangan baja dengan berdasarkan segi tiga sebangun :

    Pada tulangan tekan= 0.003 = , , 0,003 = 0,0004Pada tulangan tarik= 0,003 = ,, 0,003 = 0,0042Untuk baja mutu 30= . = . =0,0015

  • 63

    Karena > > maka tulangan baja tarik telah luluh tetapi baja tekan belum. Dengandemikian, ternyata anggapan-anggapan pada langkah awal tidak benar. Maka diperlukan

    mencari letak garis netral terlebih dahulu.

    Dengan menggunakan persamaan berikut akan didapat nilai c

    (0.85 fc' b 1) c2 + (600 As' - As fy) c - 600 d' As' = 0

    2.004,94 c2 + (-52,752) c 7.053.696 = 0

    c2 26,31 c 3.518,16 = 0

    dengan rumus ABC, didapat

    c1 = 73,91 mm

    c2 = -47,60 mm (tidak memenuhi)

    Dengan demikian anggapan yang digunakan telah benar

    a = . = 0,85 . 73,91 = 62,82 mmuntuk = 0,00097 ; = 0,00066

    maka fy = 0,00066 . 200000 = 132 MPa

    Mn = Mn1 + Mn2

    = (As As) fy (d - 1/2 a) + As fy (d-d)

    = (628 226,08) 132 (144 31,41) +(226,08) 132 (144 52)

    = 8,72 kNm16 . = 12 . . 3 12 . 3 . 316 . 3 = 8,72 120,72.3. 33 120,72. 33 . 33P = 7,28

    P = 14,56 KN= 1456 kg

  • 64

    Dari teori diatas kita dapat membandingkan beban secara teori maupun percobaan

    dengan regangan yang sama. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

    Tabel 4.10. Data Perbandingan Beban Secara Teoritis Dengan Percobaan Balok Tanpa Fiber

    Beban P

    (kg)

    fy

    (MPa)

    Mn

    (kNm)

    Pteori

    (kg)

    0 0 0 0 0 0

    500 0.00013 0.00007 14 0,95 0

    1000 0.00029 0.00018 36 2,38 197

    1500 0.00049 0.00032 64 4,22 564

    2000 0.00074 0.00049 98 6,46 1011

    2500 0.00085 0.00056 112 7,42 1203

    3000 0.00097 0.00066 132 8,70 1461

    3500 0.00135 0.00108 216 14,25 2571

    4000 0.00161 0.00122 244 16,15 2949

    4500 0.00187 0.00145 290 19,13 3546

    5000 0.00206 0.00154 309 20,39 3797

    5500 0.00219 0.00166 331 21,88 4096

    6000 0.00238 0.00186 373 24,62 4643

    6500 0.00256 0.00210 419 27,69 5258

    7000 0.00278 0.00233 467 30,83 5886

    7500 0.00305 0.00258 515 34,03 6525

  • 65

    Grafik 4.6. Hubungan Beban Regangan Secara Teori Dengan Percobaan

    Balok Tanpa Fiber

    0

    1000

    2000

    3000

    4000

    5000

    6000

    7000

    8000

    0 0.0005 0.001 0.0015 0.002 0.0025 0.003

    Beban (kg)

    Regangan (mm/mm)

    Percobaan

    Teori

  • 66

    Tabel 4.11. Data Perbandingan Beban Secara Teoritis Dengan Percobaan Balok Dengan Fiber

    Beban P

    (kg)

    fy

    (MPa)

    Mn

    (kNm)

    Pteori

    (kg)

    0 0 0 0 0 0

    500 0.00014 0.00007 14 0,90 0

    1000 0.00031 0.00017 35 2,29 177

    1500 0.00049 0.00030 61 4,01 522

    2000 0.00077 0.00052 104 6,87 1093

    2500 0.00087 0.00058 115 7,62 1243

    3000 0.00099 0.00066 133 8,78 1475

    3500 0.00138 0.00112 224 14,79 2677

    4000 0.00166 0.00128 256 16,92 3104

    4500 0.00193 0.00152 303 20,03 3727

    5000 0.00214 0.00159 318 21,02 3924

    5500 0.00228 0.00175 350 23,14 4349

    6000 0.00242 0.00193 386 25,52 4824

    6500 0.00261 0.00215 429 28,34 5388

    7000 0.00286 0.00240 481 31,76 6072

  • 67

    Grafik 4.7. Hubungan Beban Regangan Secara Teori Dengan Percobaan

    Balok Dengan Fiber

    0

    1000

    2000

    3000

    4000

    5000

    6000

    7000

    8000

    0 0.0005 0.001 0.0015 0.002 0.0025 0.003

    Beban (kg)

    Regangan (mm/mm)

    Percobaan

    Teori

  • 68

    IV.4.3. Analisa Retak Balok

    Retak vertical yang memanjang dari sisi tarik balok akan terjadi pada balok jika

    terjadi pembebanan. Hal ini dikarenakan regangan tarik yang terjadi pada sisi bawah

    penampang sudah melebihi regangan tarik beton. Agar lebih mudah dan lebih teliti

    penggambaran pola retak yang terjadi pada balok maka balok dibagi menjadi beberapa

    segen yang digambarkan pada benda uji balok. Masing-masing balok dibagi menjadi 64

    segmen.

    Pembagian segmen pada benda uji dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

    Gambar 4.9. Pembagian Segmen Balok

    Dari hasil penelitian didapatkan retak yang terjadi pada masing-masing balok

    akibat pembebanan yang dapat dilihat pada gambar berikut ini :

  • 69

    Gambar 4.9. Retak Pada Balok Tanpa Fiber

  • 70

    Gambar 4.9. Retak Pada Balok Dengan Fiber

  • 71

    Dari hasil percobaan didapat pula data lebar retak maksimum dan panjang retak

    yang terjadi :

    Tabel 4.12. Lebar Retak Maksimum

    Balok Lebar Retak Maksimum (cm) Segmen ke-

    Tanpa Fiber 0,44 46

    Dengan Fiber 0,33 20

    Tabel 4.13. Panjang Retak Total

    Beban (kg) Balok Tanpa

    Fiber (cm)

    Balok Dengan

    Fiber (cm)

    0 0 0

    500 0 0

    1000 0 0

    1500 0 0

    2000 30 0

    2500 50 30

    3000 78 48

    3500 112 55

    4000 128 61

    4500 142 68

    5000 159 77

    5500 197 79

    6000 220 99

    6500 245 108

  • 72

    7000 263 134

    7500 290 -

  • 73

    Grafik 4.8. Hubungan Beban Panjang Retak

    0

    1000

    2000

    3000

    4000

    5000

    6000

    7000

    8000

    0 100 200 300 400

    Beban (kg)

    Panjang Retak (cm)

    Balok Tanpa Fiber

    Balok Dengan Fiber

  • 74

    IV.4.4. Kurvatur Balok

    Besarnya sudut kurvatur yang terjadi pada balok akibat lendutan yang terjadi

    dapat dihitung dengan persamaan :

    = Panjang yang terjadi akibat lendutan maksimum dapat dihitung dengan

    persamaan :

    =Dimana : HJ = Panjang mula-mula (3000 mm)

    HJ = Panjang setelah mengalami lendutan (mm)

    y = Jarak dari garis netral (mm)

    R = Jari jari yang terjadi akibat lendutan

    = Panjang garis netral (3000 mm)

    Untuk menghitung nilai R secara teori dapat digunakan rumus :

    = MxDengan mensubstitusikan R ke persamaan diatas didapat :

    =HJ 3000 = , . , ., . , 3000HJ 3000 = 2,9 mm

    HJ = 3003 mm

  • 75

    Tabel 4.14. Panjang Garis Kurvatur

    Balok Panjang (cm)

    Teori 3003

    Tanpa Fiber 3006

    Dengan Fiber 3005

    Sehingga sudut kurvatur yang terjadi akibat lendutan adalah

    Tabel 4.15. Sudut kurvatur yang terjadi

    Balok Sudut

    Teori 5,63

    Tanpa Fiber 6,34

    Dengan Fiber 5,22

    Gambar 4.11. Sudut Kurvatur Akibat Lendutan

  • 76

    (a) (b) (c)

    Gambar 4.12. Kurvatur Balok Tanpa Fiber Pada Saat (a) Retak, (b) Leleh dan (c) Hancur

    (a) (b) (c)

    Gambar 4.13. Kurvatur Balok Dengan Fiber Pada Saat (a) Retak, (b) Leleh dan (c) Hancur

  • 77

    IV.5. Keterbatasan Fasilitas

    Data yang dihasilkan dari pengujian ini belum sempurna dikarenakan keterbatasan

    peralatan pengujian yang digunakan seperti penempatan alat jack hydraulic dan

    pembebanan yang simetris dimana beban yang bekerja pada letak tumpuan balok bisa tidak

    sama besar antara kiri dan kanan, sehingga besar beban tidak sama.

    IV.6. Akurasi dari Alat Ukur

    Skala manometer pada alat Jack Hydraulic dimana ketelitian pembacaan sebesar

    250 kg/strip masih kurang baik karena terjadi kesalahan pembacaan. Hal ini sangat

    mempengaruhi pada lendutan yang terjadi sehingga dapat mengakibatkan gambar grafik

    hubungan beban, besar lendutan, dan regangan yang didapat dari setiap titik tidak

    membentuk kurva yang mulus seperti yang diharapkan.

  • 78

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    V.1. Kesimpulan

    Dari hasil pengujian yang dilakukan di laboratorium dapat disimpulkan hal-hal

    sebagai berikut :

    1. Penambahan serat / fiber sebesar 600 gr / m3 beton dapat mempengaruhi kuat tekan

    beton, kuat rekah beton, dan kelecakan beton segar. Kuat tekan balok meningkat

    sebesar 4%. Kuat rekah balok meningkat sebesar 13%. Nilai slump test turun 7%.

    2. Lendutan yang terjadi akibat penambahan serat / fiber mengalami penurunan pada

    pembebanan yang sama, P = 7000 kg, sebesar 25%.

    3. Regangan yang terjadi akibat penambahan serat / fiber pada balok tanpa fiber =

    0,00305, sedangkan pada balok dengan fiber = 0,00286.

    4. Panjang retak yang terjadi akibat penambahan serat / fiber mengalami pengurangan

    sebesar 53 %.

    5. Sudut kurvatur yang terjadi akibat lendutan dengan penambahan serat / fiber

    berkurang sebesar 17%.

    V.2. Saran

    Dari hasil pengujian ini ada beberapa saran yang dianggap perlu adalah sebagai

    berikut :

    1. Untuk memperoleh hasil pengujian yang lebih baik perlu kiranya menambah jumlah

    balok benda uji.

    2. Untuk mendapat nilai regangan yang lebih baik, seharusnya pembacaan nilai regangan

    dilakukan sepanjang balok.