Chapter II Pengobatan Tradisional Atau Alternatif

26
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Mengenai Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku 2.1.1. Teori yang dikemukakan oleh Lawrence Green Menurut Green, perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yakni : 1. Faktor-faktor perdisposisi (predisposing factors) : pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan lain sebagainya. Ikhwal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Untuk perilaku kesehatan misalnya : pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya. disamping itu kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu tersebut untuk periksa kehamilan. Misalnya orang hamil tidak boleh di suntik (periksa hamil termasuk suntik anti tetanus), karena suntikan bisa menyebabkan anak cacat. Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah. 2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors) Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya : air bersih, temapat Universitas Sumatera Utara

Transcript of Chapter II Pengobatan Tradisional Atau Alternatif

Page 1: Chapter II Pengobatan Tradisional Atau Alternatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Mengenai Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

2.1.1. Teori yang dikemukakan oleh Lawrence Green

Menurut Green, perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yakni :

1. Faktor-faktor perdisposisi (predisposing factors) : pengetahuan dan sikap

masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat

terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang

dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan

lain sebagainya. Ikhwal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Untuk

perilaku kesehatan misalnya : pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil

diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat

periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya. disamping itu

kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat juga

dapat mendorong atau menghambat ibu tersebut untuk periksa kehamilan.

Misalnya orang hamil tidak boleh di suntik (periksa hamil termasuk suntik

anti tetanus), karena suntikan bisa menyebabkan anak cacat. Faktor-faktor

ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka

sering disebut faktor pemudah.

2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau

fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya : air bersih, temapat

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter II Pengobatan Tradisional Atau Alternatif

pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan

yang bergizi dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan

seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat

desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan sebagainya. Untuk berprilaku

sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung,

misalnya: perilaku pemeriksaaan kehamilan. ibu hamil yang mau periksa

hamil tidak hanya karena dia tahu dan sadar manfaat perikksa hamil saja,

melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas

atau tempat periksa hamil, misalnya : puskesmas, polindes, bidan praktek,

ataupun rumah sakit. fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau

memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini

disebut faktor pendukung, atau faktor pemungkin.

3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor-faktor ini meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma),

tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas kesehatan. termasuk

juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun

pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. untuk berperilaku

sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan

sikap positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku

contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas,

lebih-lebih pada petugas kesehatan. disamping itu undang-undang juga

diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut seperti

perilaku periksa hamil, serta kemudahan memperoleh fasilitas periksa

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter II Pengobatan Tradisional Atau Alternatif

hamil, juga diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang

mengharuskan ibu hamil periksa hamil (Notoatmodjo, 2003).

2.1.2. Theory Health Believe Model (HBM)

Teori kepercayaan kesehatan adalah salah satu teori yang paling sering

digunakan dalam aplikasi ilmu perilaku kesehatan yang dikembangkan pada

tahun 1950 oleh sekelompok psikolog untuk membantu menjelaskan mengapa

orang akan menggunakan pelayanan kesehatan. Sejak terbentuk teori HBM telah

digunakan untuk menjelaskan berbagai perilaku kesehatan. yang dihipotesis oleh

teori HBM adalah tindakan-tindakan yang berkaitan dengan kesehatan beberapa

kejadian simulasi yang terdiri dari 3 faktor yaitu :

1. Cukup motivasi (masalah kesehatan) untuk membuat masalah yang ada

menjadi relevan.

2. keyakinan bahwa seseorang rentan atau serius mengalami masalah

kesehatan dari suatu penyakit atau kondisi. hal ini sering dianggap sebagai

ancaman yang dirasakan.

3. Keyakinan bahwa mengikuti rekomendasi tertentu akan bermanfaat dalam

mengurangi ancaman yang dirasakan, pada biaya yang dikeluarkan. biaya

mengacu pada hambatan yang dirasakan harus diatasi dalam rangka untuk

mengikuti rekomendasi kesehatan, tetapi tidak terbatas pada pengeluaran

keuangan (James F. McKenzie,1997).

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter II Pengobatan Tradisional Atau Alternatif

2.1.3. Konsep Sehat Sakit

Kesehatan adalah suatu konsep yang telah sering digunakan namun sukar

untuk dijelaskan artinya. faktor yang berbeda menyebabkan sukarnya

mendefenisikan kesehatan, kesakitan dan penyakit. Meskipun demikian

kebanyakan sumber ilmiah setuju bahwa defenisi kesehatan apapun harus

mengandung paling tidak komponen biomedis, personal dan sosio kultural

(Ryadi, 1982).

Pandangan orang tentang kriteria tubuh sehat atau sakit sifatnya tidak

selalu objektif. Bahkan lebih banyak unsur subjektivitasnya dalam menentukan

tubuh seseorang. Persepsi masyarakat tentang sehat sakit ini sangat dipengaruhi

oleh unsur pengalaman masa lalu, disamping unsur sosial budaya. sebaliknya

petugas kesehatan berusaha sedapat mungkin menerapkan kriteria medis yang

objektif berdasarkan symptom yang nampak guna mendiagnosa kondisi fisik

seorang individu. Perbedaan persepsi antara masyarakat dan petugas kesehatan

inilah yang sering menimbulkan masalah dalam melaksanakan program kesehatan

(Sarwono, 1992).

Gagasan orang tentang “sehat” dan “sakit” sangatlah bervariasi. gagasan

ini dibentuk oleh pengalaman, pengetahuan, nilai dan harapan-harapan,

disamping juga pandanagan mereka tentang apa yang akan mereka lakukan dalam

kehidupan sehari-hari dan kebugaran yang mereka perlukan untuk menjalankan

peran mereka (Elwes dan Sinmett, 1994).

Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat

dikaitkan dengan munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil dari

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter II Pengobatan Tradisional Atau Alternatif

berbagai kebudayaan juga dapat menimbulkan penyakit. Masyarakat dan

pengobatan tradisional menganut dua konsep penyebab sakit, yaitu; personalitik

dan naturalistic (Foster/Anderson, 2005). Personalitik adalah suatu sistem

dimana penyakit disebabkan oleh intervensi dari suatu agen yang aktif, yang

dapat berupa makhluk supranatural (makhluk gaib atau dewa), Makhluk yang

bukan manusia (seperti hantu, roh leluhur, atau roh jahat) maupun manusia

(Tukang sihir atau tukang tenung). Berlawanan dengan personalitik, naturalistic

menjelaskan tentang penyakit dalam istilah-istilah sistemik yang bukan pribadi,

disini agen yang aktif menjalankan peranannya dalam sistem ini keadaan sehat

sesuai dengan model keseimbangan : apabila unsur-unsur dasar dalam tubuh

“humor”, yin dan yang, serta dosha dalam Ayurveda berada dalam keadaan

seimbang menurut usia dan kondisi individu, maka tercapailah kondisi sehat.

Apabila keseimbangan ini terganggu dari luar maupun dalam oleh kekuatan-

kekuatan alam panas, dingin, atau kadang-kadang emosi yang kuat, maka

terjadilah penyakit.

Menurut Jordan dan Sudarti yang dikutip Sarwono (1992), mengatakan

bahwa persepsi masyarakat tentang sehat sakit dipengaruhi oleh unsur

pengalaman masa lalu, disamping unsur sosial budaya.

Sudarti dan Soejati (2006) menggambarkan secara deksriptif persepsi

masyarakat beberapa daerah di Indonesia mengenai sakit dan penyakit;

masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaan individu mengalami

serangkaian gangguan fisik yang menimbulkan rasa tidak nyaman. Anak yang

sakit ditandai dengan tingkah laku rewel, sering menangis dan tidak nafsu makan.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter II Pengobatan Tradisional Atau Alternatif

Orang dewasa dianggap sakit jika lesu, tidak dapat bekerja, kehilangan nafsu

makan, atau “kantong kering” (tidak punya uang). Selanjutnya masyarakat

menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3 bagian yaitu:

1. Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia.

2. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin.

3. Supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain).

Untuk mengobati sakit yang termasuk golongan pertama dan ke dua, dapat

digunakan obat-obatan, ramu-ramuan, pijat, kerok, pantangan makan, dan

bantuan tenaga kesehatan. untuk penyebab sakit yang ketiga harus

dimintakan bantuan dukun, Kyai dan lain-lain. dengan demikian upaya

penyalahgunaan tergantung kepada kepercayaan mereka terhadap

penyebab sakit.

2.2. Pasien

Bila seseorang menderita suatu penyakit maka akan memerlukan

pelayanan kesehatan atau berusaha untuk mendapatkan pengobatan. Dalam usaha

mencari pengobatan seseorang memiliki kesamaan, orang tersebut akan

mengunjungi Rumah Sakit atau pengobatan lainnya guna mendapatkan

pengobatan demi mendapatkan kesembuhan.

Menurut H. Dalmy Iskandar dalam Yaser, 2004 yang dikatakan pasien

adalah orang sakit yaitu orang yang dirawat dokter, seorang penderita (menderita

sakit). Dalam praktek sehari-hari pasien dapat dikelompokkan ke dalam 3

kelompok yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter II Pengobatan Tradisional Atau Alternatif

1. Pasien dalam, yaitu pasien yang memperoleh pelayanan tunggal atau

dirawat pada satu unit pelayanan kesehatan tertentu, atau dapat juga

disebut dengan pasien yang dirawat di Rumah Sakit.

2. Pasien jalan/luar, yaitu pasien yang memperoleh pelayanan kesehatan

tertentu atau disebut juga dengan pasien jalan.

3. Pasien opname, yaitu pasien yang memperoleh pelayanan kesehatan

dengan cara menginap dan di rawat di Rumah Sakit atau disebut juga

dengan pasien rawat inap.

Dalam memperoleh pelayanan kesehatan pasien juga memiliki hak yang

harus didapatkannya. Hak tersebut yaitu hak atas pelayanan kesehatan yang

merupakan aspek sosial, dan hak untuk menentukan nasib sendiri yang

merupakan aspek pribadi.

Kedua aspek ini saling terkait. Dalam aspek pribadi dimana seorang

pasien untuk menentukan nasib sendiri terutama dalam hal penyembuhan

pengobatan harus percaya sepenuhnya kepada kemampuan profesional tenaga

kesehatan. Demikian juga sebaliknya, pihak tenaga kesehatan bila sudah

diberikan kepercayaan penuh oleh pasien harus memberikan pelayanan kesehatan

dengan standart pasien yang mereka miliki, yang merupakan aspek sosial.

Menurut Wikipedia (2009) Asal mula kata-kata pasien dari bahasa

Indonesia analog dengan kata patients dari bahasa inggris. Patients diturunkan

dari bahasa latin yaitu patients yang memiliki kesamaan arti dengan kata kerja

pati yang artinya “menderita”. Pasien adalah seseorang yang menerima perawatan

medis.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter II Pengobatan Tradisional Atau Alternatif

2.3. Pengobatan Alternatif

2.3.1. Pengertian

Pengobatan tradisional atau alternat if merupakan bentuk pelayanan

pengobatan yang menggunakan cara, alat atau bahan yang tidak termasuk dalam

standart pengobatan kedokteran modern (pelayanan kedokteran standart) dan

dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran

modern tersebut. Manfaat atau khasiat serta mekanisme dari pengobatan alternatif

biasanya masih dalam taraf diperdebatkan (Turana, 2003).

Menurut Agoes, (1992) Pengobatan Alternatif adalah suatu upaya kesehatan

dengan cara lain dari ilmu kedokteran dan berdasarkan pengetahuan yang diturunkan

secara lisan maupun tulisan yang berasal dari Indonesia atau luar Indonesia.

Sedangkan menurut WHO (1978), Pengobatan Tradisional adalah ilmu dan

seni pengobatan berdasarkan himpunan pengetahuan dan pengalaman praktek, baik

yang dapat diterangkan secara ilmiah ataupun tidak dalam melakukan diagnosis,

prevensi dan pengobatan terhadap ketidakseimbangan fisik, mental ataupun sosial.

Pedoman utama adalah pengalaman praktek, yaitu hasil-hasil pengamatan yang

diteruskan dari generasi ke generasi baik secara lisan maupun tulisan (Plus+,2005).

Penggunaan kata “alternatif” untuk menyatakan pengobatan non barat yang

merupakan salah satu bukti bahwa pengobatan alternatif merupakan kearifan yang

tidak berada pada posisi yang setara dengan ilmu pengobatan modren. Pada

hakekatnya, sistem pengobatan modern dan pengobatan alternatif berjalan secara

berdampingan dan saling melengkapi, tetapi sering karena terjadi kegagalan dan

keterbatasan pengobatan modern terjadi peralihan kepada sistem alternatif

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter II Pengobatan Tradisional Atau Alternatif

(Harmanto,2004).

Sesuai dengan Keputusan Seminar Pelayanan Pengobatan

Altemat if Departemen Kesehatan RI (1978), terdapat dua defenisi untuk

pengobatan tradisional Indonesia (PETRIN), yaitu:

a. llmu dan seni pengobatan yang dilakukan oleh Pengobatan

Tradisional Indonesia dengan cara yang tidak bertentangan dengan

kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai upaya penyembuhan,

pencegahan penyakit, pemulihan dan peningkatan kesehatan jasmani, rohani

dan sosial masyarakat.

b. Usaha yang dilakukan untuk mencapai kesembuhan, pemeliharaan

dan peningkatan taraf kesehatan masyarakat yang berlandaskan cara berpikir,

kaidah-kaidah atau ilmu di luar pengobatan ilmu kedokteran

modern, diwariskan secara turun temurun atau diperoleh secara pribadi dan

dilakukan dengan cara-cara yang tidak lazim dipergunakan dalam ilmu

kedokteran.

Dalam UU Kesehatan R.I no 23 Tahun 1992 pasal 47 tentang pembinaan,

pengawasan dan pengembangan pengobatan alternatif sehingga dapat mewujudkan

derajat kesehatan yang optimal. Sedangkan menurut rencana pembangunan dari

Departemen Kesehatan RI tahun 1994/1995-1998/1999 telah membuat program

pembinaan alternatif antara lain:

1. Pembentukan 12 sentra pengembangan dari penerapan pengobatan

alternatif. Tugasnya mengadakan pengkajian, penelitian, pengujian,

pendidikan, pelatihan, dan pelayanan pengobatan alternatif sebelum

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter II Pengobatan Tradisional Atau Alternatif

pengobatan tersebut diterapkan secara luas di masyarakat atau diintegrasikan

ke dalam jaringan pelayanan kesehatan Menurut Dalimarta dalam Batubara,

2004.

2. Pengembangan dan pembinaan obat alternatif melalui inventarisasi,

penapisan dan pemanfaatan TOGA (Tanaman Obat Keluarga).

3. Pengembangan dan pembinaan metode pengobatan alternatif.

4. Pengembangan dan pembinaan tenaga pengobatan alternatif.

5. Pengembangan dan pembinaan sarana pengobatan alternatif.

6. Penggalian dan komunikasi Pusaka Nusantara melalui telaah

dokumentasi pengobatan alternatif.

7. Peningkatan sarana penunjang program seperti penyiapan peraturan dan

sistem yang ada.

8. Peningkatan pembinaan dan pengembangan pemanfaatan obat alternatif

melalui kegiatan pembudidayaan tanaman obat.

Pengobatan alternat if adalah cara pengobatan atau perawatan

yang diselenggarakan dengan cara lain di luar ilmu kedokteran dan atau ilmu

keperawatan yang lazim dikenal, mengacu kepada pengetahuan, pengalaman, dan

keterampilan yang diperoleh secara turun temurun atau berguru melalui

pendidikan, baik asli maupun dari luar Indonesia. Pengobatan alternatif adalah

upaya kesehatan yang diselenggarakan dengan cara alternatif untuk meningkatkan

kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif) dan pemulihan

(rehabilitative) (Anwar, 2005).

Pengobatan alternatif sudah dikenal jauh sebelum ilmu kedokteran modern

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter II Pengobatan Tradisional Atau Alternatif

berkembang dan pengobatan perdukunan/kebatinan cukup lama dilakukan dalam

agama-agama suku. Penyembuhan perdukunan/kebatinan bergantung pada konsep

yang beranggapan bahwa kesembuhan terjadi bila kita hidup sesuai dengan roh-roh

di alam baka (animisne, okultisme) atau hidup selaras dengan kekuatan semesta

(mistisime/pantheisme), kalau tidak sesuai akan celaka atau sakit (Anwar, 2005).

2.3.2. Jenis Pengobatan Alternatif di Indonesia

Secara garis besar, Seminar Pelayanan Pengobatan Alternatif Indonesia

(1978) telah menetapkan 4 (empat) jenis pengobatan alternatif yaitu:

1. Pengobatan alternatif dengan ramuan obat:

– pengobatan alternatif dengan ramuan asli Indonesia

– pengobatan alternatif dengan ramuan obat Cina

– pengobatan alternatif dengan ramuan obat India

2. Pengobatan alternatif spiritual/kebatinan:

– pengobatan alternatif atas dasar kepercayaan

– pengobatan alternatif atas dasar agama

– pengobatan dengan dasar getaran magnetis

3. Pengobatan alternatif dengan memakai peralatan/perangsangan:

− akupunktur

− pengobatan alternatif urut pijat

− pengobatan alternatif patah tulang

− pengobatan tradisional dengan peralatan (tajam/keras)

− pengobatan alternatif dengan peralatan benda tumpul

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter II Pengobatan Tradisional Atau Alternatif

4. Pengobatan alternatif yang telah mendapat pengarahan dan

pengaturan pemerintah:

− dukun beranak

− tukang gigi tradisional.

2.3.3. Pengobat Alternatif

a. Pengertian Pengobat Alternatif

Pengobat Alternatif adalah seseorang yang melakukan pengobatan dan/atau

perawatan dengan cara yang mengacu kepada pengalaman, keterampilan turun

temurun, dan pendidikan atau pelatihan dan diterapkan sesuai dengan norma yang

berlaku dalam masyarakat. Ruang lingkup pelayanan yang dilakukan oleh Pengobat

alternatif meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif (profil

Pengobat Pengobat Tradisional, 2007).

b. Pengobat Alternatif ditinjau dari klasifikasi dan jenisnya

a. Pengobat Alternatif keterampilan adalah seseorang yang melakukan

pengobatan dan perawatan alternatif berdasarkan keterampilan fisik dengan

menggunakan anggota gerak dan atau alat bantu lain. Meliputi Pengobat

Alternatif pijat urut, patah tulang, sunat, dukun bayi, refleksi, akupresuris,

akupunturis, chiropractor dan SPA.

b. Pengobat alternatif ramuan adalah seseorang yang melakukan pengobatan

dan atau perawatan alternatif dengan mengunakan obat/ramuan tradisional

yang berasal dari tanaman (flora), fauna, bahan mineral, air dan bahan alam

lain. Meliputi Pengobat alternatif ramuan Indonesia (jamu), gurah, tabib,

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter II Pengobatan Tradisional Atau Alternatif

shinse, homoeopathy, aroma therapist dan oukup.

c. Pengobat alternatif pendekatan agama adalah seseorang yang melakukan

pengobatan dan atau perawatan alternatif dengan menggunakan pendekatan

agama Islam, Kristen, Hindu dan Budha. Meliputi Pengobat alternatif dengan

pendekatan agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha.

d. Pengobat Alternatif Supranatural adalah seseorang yang melakukan

pengobatan dan atau perawatan alternatif, dengan menggunakan tenaga

dalam, meditasi, olah pernafasan, indra keenam (pewaskita) dan kebatinan.

Meliputi pengobat alternatif tenaga dalam (prana), paranormal, reiky master,

gigong dan kebatinan (profil Pengobat Tradisional, 2007).

c. Pengobat Alternatif akupuntur

Pengobat alternatif akupuntur adalah seseorang yang melakukan pelayanan

pengobatan dengan perangsangan pada titik-titik akupuntur dengan cara

menusukkan jarum dan sarana lain seperti elektro akupuntur.

2.3.4. Tujuan Pengobatan Alternatif

A. Tujuan Umum

Meningkatnya pendayagunaan pengobatan alternatif baik secara tersendiri

atau terpadu pada sistem pelayanan kesehatan, dalam rangka mencapai derajat

kesehatan masyarakat yang optimal. Dengan demikian pengobatan

alternatif merupakan salah satu alternatif yang relatif lebih disenangi

masyarakat. Oleh karenanya kalangan kesehatan berupaya mengenal dan jika dapat

mengikut sertakan pengobatan alternatif tersebut (Zulkifli, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter II Pengobatan Tradisional Atau Alternatif

B. Tujuan Khusus

1. Meningkatkan mutu pelayanan pengobatan alternatif, sehingga masyarakat

terhindar dari dampak negatif karena pengobatan alternatif.

2. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan

dengan upaya pengobatan alternatif

3. Terbinanya berbagai tenaga pengobatan alternatif dalam pelayanan kesehatan.

4. Terintegrasinya upaya pengobatan alternatif dalam program pelayanan

kesehatan, mulai dari tingkat rumah tangga, puskesmas sampai pada tingkat

rujukannya (Zulkifli, 2005).

2.3.5. Standarisasi Pengobatan Alternatif

Untuk dapat dimanfaatkannya sebagai pengobatan alternatif dalam pelayanan

kesehatan, banyak yang harus diperhatikan. Salah satu diantaranya yang dinilai

mempunyai peranan yang sangat penting adalah upaya standarisasi. Diharapkan,

dengan adanya standarisasi ini bukan saja mutu pengobatan alternatif akan dapat

ditingkatkan, tetapi yang penting lagi munculnya berbagai efek samping yang secara

medis tidak dapat dipertanggung jawabkan, akan dapat dihindari.

Pengertian standarisasi adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi

dan sempurna, yang dipakai sebagai batas penerimaan minimal. Standar

menunjukkan pada tingkat ideal tercapai tersebut tidak disusun terlalu kaku, tetapi

masih dalam batas-batas yang dibenarkan disebut dengan “toleransi”:

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter II Pengobatan Tradisional Atau Alternatif

Syarat suatu standar yang baik dipandang cukup penting adalah :

1. Bersifat jelas

Artinya dapat diukur dengan baik, termasuk ukuran terhadap penyimpangan-

penyimpangan yang mungkin terjadi.

2. Masuk akal

Suatu standar yang tidak masuk akal, bukan saja akan sulit dimanfaatkan

tetapi juga akan menimbulkan frustasi para profesional.

3. Mudah dimengerti

Suatu standar yang tidak mudah dimengerti juga akan menyulitkan tenaga

pelaksana sehingga sulit terpenuhi.

4.Dapat dipercaya

5. Absah

Artinya ada hubungan yang kuat dan dapat didefenisikan antara standar

dengan sesuatu (misalnya mutu pelayanan) yang diwakilinya.

6. Meyakinkan

Artinya mewakili persyaratan yang ditetapkan. Apabila terlalu rendah akan

menyebabkan persyaratan menjadi tidak berarti.

7. Mantap, Spesifik dan Eksplisit

Artinya tidak terpengaruh oleh perubahan oleh waktu, bersifat khas

dan gamblang.

Dari standar pengobatan alternatif yang dikemukakan di atas, bahwa upaya

standarisasi pengobatan alternatif di Indonesia, tidak semudah yang diperkirakan.

Karena ditemukannya konsep pengobatan alternatif yang supranatural menyebabkan

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter II Pengobatan Tradisional Atau Alternatif

standarisasi akan sulit dilakukan. Untuk ini, menerapkan pendekatan kesembuhan

penyakit masih sulit dilakukan, maka untuk sementara diterapkan pendekatan

pengobatan tidak sampai menimbulkan komplikasi atau kematian (Zulkifli, 2005).

2.3.6. Peminat Pengobatan Alternatif

Peminat pengobatan alternatif dipengaruhi oleh beberapa faktor : (Zulkifli,

2005)

1. Faktor Sosial

Alasan masyarakat memilih pengobatan alternatif adalah selama mengalami

pengobatan alternatif keluarganya dapat menjenguk dan menunggui setiap saat. Hal

tersebut sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk sosial yang selalu

ingin berinteraksi langsung dengan keluarganya atau kerabatnya dalam

keadaan sakit. Selama perawatan yang dialaminya mereka dapat berkomunikasi

dengan akrab dengan keluarganya. Namun ada juga informasi yang

mengemukakan bahwa masyarakat lebih senang dirawat atau diobati di rumah

sakit daripada dirawat atau diobati di tempat-tempat pengobatan alternatif.

Mereka dibawa ke pengobatan alternatif bukan atas kemauan sendiri tetapi atas

desakan biaya pengobatan. Biasanya mereka belum pernah ke rumah sakit sehingga

tidak bisa dibandingkan pengobatan alternatif dengan pengobatan di rumah sakit.

Disini tampak adanya faktor pasrah akibat dari keterbatasan pengalaman-

pengalaman dalam interaksi sosial.

2. Faktor Ekonomi

Masyarakat memilih pengobatan alternatif kerena biayanya lebih

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Chapter II Pengobatan Tradisional Atau Alternatif

murah daripada rumah sakit, cara pembayarannya juga tidak memberatkan

karena pasien tidak tertarik uang muka. Selain itu bagi yang tidak mampu

membayar sekaligus dapat dicicil setelah pulang. Jika ditinjau dari klasifikasi

pasien yang datang ke tempat pengobatan alternatif ini sebagian besar

pekerjaannya adalah buruh kasar, sopir, tukang parkir, sehingga wajar faktor

ekonomi menentukan dalam memilih tempat pengobatan.

3. Faktor Budaya

Salah satu alasan mengapa para penderita memilih tempat pengobatan

alternatif karena pengobatan di tempat ini memiliki seorang ahli yang mempunyai

kekuatan supranatural yang mampu mempercepat kesembuhan penyakit. Disamping

itu hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Foster dan Anderson

bahwa sistem medis adalah bagian integral dari kebudayaan. Salah satu

faktor lain yang menyebabkan pengobatan alternatif ini masih diminati

masyarakat adalah kategori penyembuhan yaitu siapa yang berhak atau yang tepat

dalam menyembuhkan, misalnya untuk penyakit C hanya D yang berhak, penyakit A

hanya B yang tepat menyembuhkan. Dalam persepsi masyarakat juga menganggap

penyakit yang tidak parah tidak perlu dibawa ke rumah sakit, karena penyakit

yang diderita dianggap tidak mengancam jiwanya, tidak menggangu nafsu

makan serta masih mampu melakukan kegiatan sehari-hari walaupun agak

terganggu.

4. Faktor Sosial

Kenyamanan yang diperoleh pada saat pengobatan karena tidak menggunakan

peralatan-peralatan yang bisa menakutkan mereka, terutama patah tulang tidak perlu

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Chapter II Pengobatan Tradisional Atau Alternatif

diamputasi atau digips.

5. Kemudahan

Pasien dapat segera ditangani tanpa harus menunggu hasil rontgen dan hasil

laboratorium lainnya.

2.4. Akupuntur

2.4.1. Pengertian Akupuntur

Kata akupuntur berasal dari bahasa Yunani, yaitu acus yang berarti jarum dan

punctura yang berarti menusuk. Di dalam bahasa Inggris menjadi to puncture,

sedangkan kata asal dalam bahasa Cina adalah cenciu. Kata tersebut kemudian

diadaptasikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi akupuntur atau tusuk jarum. Istilah

akupuntur lebih dikenal dan berkembang luas di dunia Internasional dari pada kata

aslinya cenciu karena orang di luar Cina banyak mempelajari ilmu akupuntur dari

buku-buku yang diterbitkan dalam bahasa selain Cina, terutama bahasa Inggris

(Dharmojono, 2001).

Sebagai suatu sistem pengobatan, akupuntur merupakan pengobatan yang

dilakukan dengan cara menusukkan jarum di titik-titik tertentu pada tubuh pasien.

Maksudnya adalah untuk mengembalikan sistem keseimbangan tubuh sehingga

pasien sehat kembali (Dharmojono, 2001).

Akupuntur adalah teknik pengobatan yang digunakan dalam pengobatan

tradisional Cina. Jarum-jarum yang sangat tajam digunakan untuk menstimulasi titik-

titik tertentu pada tubuh. Titik-titik ini terdapat pada jalur-jalur energi yang disebut

"meridian". Pengobatan akupuntur dirancang untuk memperbaiki aliran dan

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Chapter II Pengobatan Tradisional Atau Alternatif

keseimbangan energy. (Anonimous, 2007).

2.4.2. Sejarah perkembangan akupuntur

Ilmu akupuntur mulai berkembang sejak zaman Batu, yaitu kira- kira 4000 -

5000 tahun yang lalu, dimana digunakan jarum batu untuk menyembuhkan penyakit.

Buku "Huang Ti Nei Cing" adalah sebuah buku ensiklopedi Ilmu Pengobatan China.

Diterbitkan pada jaman "Cun Ciu Can Kuo" yaitu tahun - tahun antara 770 - 221

sebelum Masehi. Pada zaman itu Ilmu Akupunktur berkembang seperti juga ilmu -

ilmu lainnya di negara itu. Bahan jarum akupunktur berubah dari batu ke bambu, dari

bambu ke tulang dan dari tulang menjadi perunggu. Menurut catatan sejarah negara

tersebut, pada jaman dinansti Tang (tahun 265-960), Ilmu Akupunktur berkembang

dengan pesat dan mulai tersebar ke luar negara asalnya, yaitu: Korea, Jepang dan

negara lainnya.

Sedangkan di Amerika Serikat, Ilmu Akupunktur telah berkembang lama

dalam lingkungan " China Town " di kota San Francisco dan New York. Dalam

delapan tahun ini Ilmu Akupunktur telah merebut perhatian di negara tersebut ; para

dokternya mulai mempelajari, menyelidiki, riset dan mempraktekkannya.

Perkembangan akupunktur di Indonesia setua adanya perantau China yang

tiba di Indonesia. Hanya saja Ilmu Akupunktur hanya hidup terbatas dalam

lingkungan sendiri dan sekitarnya. Pada tahun 1963 atas instruksi Menteri Kesehatan

masa itu " Prof. Dr. Satrio, Departemen Kesehatan meneliti dan mengembangkan cara

pengobatan Timur, termasuk Akupunktur untuk membentuk sebuah Team Riset Ilmu

Pengobatan Tradisional Timur. Maka mulai saat itu praktek akupunktur diadakan

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Chapter II Pengobatan Tradisional Atau Alternatif

secara resmi di Rumah Sakit Umum Pusat, Jakarta yang kemudian berkembang

menjadi sebuah Sub Bagian dibawah bagian Penyakit Dalam, dan selanjutnya

menjadi Unit Akupunktur Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada

masa ini. Disamping memberikan pelayanan poliklinis terhadap

pengunjung/pederita, Unit Akupunktur Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo juga

menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan dokter ahli akupunktur baru

(Ferry, 2007).

2.4.3. Cara Kerja Akupuntur

Titik-titik tertentu di tubuh pasien ditusuk dengan jarum. Murni hanya jarum,

tanpa ada bahan lain atau obat pada jarumnya. Fungsi jarum tersebut ‘membantu’

membenahi sistem energi tubuh yang bermasalah. Karena itulah tusukan pada titik-

titik tersebut disesuaikan dengan jenis penyakit yang diderita pasien.

Perawatan akupuntur saat ini sedikit berbeda dengan cara yang dilakukan

masyarakat Cina Kuno. Dahulu, masyarakat Cina Kuno menggunakan batu-batu

tajam, kayu dan buluh sebagai alat untuk menekan dan menusuk bagian-bagian

tertentu. Tetapi kini, alat-alat ini diganti dengan cara yang lebih modern, yaitu

penggunaan jarum-jarum halus yang telah disterilkan. Jarum-jarum ini dibuat dari

berbagai bahan logam seperti jarum silver atau jarum perak, jarum copper atau jarum

tembaga, dan jarum emas.

Jarum yang ditusukkan itu tidak akan terasa sakit, hanya ada sedikit rasa

ditusuk jarum dan bila jarum ditusukkan lebih dalam mungkin akan terasa seperti

disetrum, sebab jarum yang digunakan sangat tajam, padat, dan jauh lebih halus

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Chapter II Pengobatan Tradisional Atau Alternatif

dibandingkan jarum suntik. Panjang jarum berkisar antara 12 mm-10 cm, dan dapat

ditusukkan sedalam 6 mm-7.5 cm, tergantung kurus-gemuknya pasien, lokasi titik

pengobatan, dan gangguan (di dalam atau permukaan).

Jarum dapat dibiarkan tertancap selama beberapa detik sampai satu jam, tetapi

umumnya 20 menit. Bagi yang menghadapi penyakit yang agak kronis perawatan

dijalankan sebanyak sekali atau dua kali seminggu. Sebaliknya, perawatan ringan

diberikan bagi penyakit yang tidak terlalu kritis.

Dalam pengobatan, pasien mungkin perlu membuka sebagian pakaiannya agar

jarum dapat ditusukkan pada titik-titik yang perlu sementara pasien berbaring.

Umumnya titik-titik pengobatan terletak di lengan bawah dan tangan, tungkai bawah

dan kaki, walaupun titik-titik akupuntur terdapat di seluruh tubuh.

Titik penusukan tergantung pada lokasi gangguan dan cara akupunturis untuk

mempengaruhi tubuh. Titik ini tidak harus langsung berhubungan dengan keluhan

pasien, misalnya untuk pengobatan gangguan kepala dapat saja diambil titik

pengobatan pada kaki yang terletak pada kanal yang bersangkutan (Anonim, 2004).

2.4.4. Upaya Standarisasi Pelayanan Akupuntur

Dengan upaya dan perjuangan yang cukup panjang, pengobatan akupuntur

sebagai sistem pengobatan alternatif telah memiliki pegangan standar, tidak

seperti hanya dengan sistem pengobatan tradisional lainnya. Hal ini terjadi karena

akupuntur merupakan suatu sistem pengobatan yang telah memiliki falsafah (cara

berpikir, teori-teori dasar, teknik memeriksa pasien, teknik mendiagnosis, teknik

terapi, teknik evaluasi, dan berbagai aspek lainnya. Oleh karena itu, dapat

Universitas Sumatera Utara

Page 22: Chapter II Pengobatan Tradisional Atau Alternatif

dikatakan bahwa akupuntur tidak lagi disebut sebagai cara pengobatan

tradisional, melainkan merupakan cara pengobatan alternatif karena sifatnya yang

akomodatif pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai contoh,

adanya inovasi dalam pengobatan akupuntur dengan berkembangnya sistem

elektro akupuntur, laser, ultarsonik, magnet, akuapuntur, dan sebagainya.

Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka

peranan para akupunturis dituntut untuk lebih meningkatkan pelayanan yang

lebih bermutu disegala aspek pengobatan akupunturnya. Hal ini akan berjalan

lancar apabila diimbangi dengan adanya pengawasan dari pemerintah melalui

Depkes sebagai tindak lanjut keberadaan pelayanan akupunturis. Aspek-aspek

utama yang harus dimiliki oleh para akupunturis sebagai berikut :

1. Sumber daya manusia (akupunturis)

2. Bentuk pelayanan akupuntur

3. Proses pelayanan akupuntur

4. Penampilan (performance) pelayanan akupuntur (Dharmojono, 2001)

a. Sumber Daya Manusia (akupunkturis)

Pada saat ini, akupunkturis terdiri dari dokter dan nondokter (selanjutnya

disebut akupunkturis). Apabila tenaga medik/dokter akan menyelenggarakan

pelayanan akupunktur tidak memerlukan izin praktek khusus terlebih dahulu karena

pelayanan akupunktur dianggap merupakan salah satu ragam pelayanan. Izin praktek

dokter secara langsung sudah termasuk izin praktek akupunkturisnya. Namun

demikian, tenaga medik/dokter akupunkturis tetap harus memiliki sertifikat yang

Universitas Sumatera Utara

Page 23: Chapter II Pengobatan Tradisional Atau Alternatif

menunjukkan telah mengikuti dan lulus dari pendidikan akupuntur yang memiliki izin

penyelenggaraan kursus dari Depdikbud. Akupunturis yang telah dinyatakan lulus

dari pendidikan akupuntur akan mendapat ijazah lokal. Selanjutnya, merekapun harus

lulus dari ujian nasional akupunturis yang diselenggarakan oleh depdikbud, baik teori

maupun praktek (Dharmojono, 2001).

b. Bentuk Pelayanan Akupuntur

1. Bentuk pelayanan/praktek perorangan (praktek mandiri)

2. Bentuk praktek berkelompok

3. Bentuk praktek bersama

4. Bentuk praktek di puskesmas

5. Bentuk praktek akupunturis di rumah sakit

c. Proses Pelayanan Akupuntur

1. Proses teknis medik

Akupunturis harus mampu melakukan tindakan medik dengan prosedur standar

secara sistematis dan akurat meliputi teknik pengumpulan data pasien (cara

memeriksa pasien), teknik mendiagnosis, teknik terapi dan teknik evaluasi terhadap

tindakan mediknya. Akupunturis pun harus memiliki kartu pasien standar, memahami

cara pengisian dan dapat menyimpannya.

2. Proses non teknik medik

Akupunturis memahami proses penanganan pasien sejak pendaftaran konsultasi

(penyuluhan), alur rujukan (apabila diperlukan), sampai pada urusan administrasi

(Dharmojono,2001).

Universitas Sumatera Utara

Page 24: Chapter II Pengobatan Tradisional Atau Alternatif

d. Penampilan Pelayanan Akupuntur

1. Penampilan fisik

a. Ruangan praktek akupuntur

b. Sarana teknis pelayanan akupuntur

c. Pakaian praktek akupuntur

2. Penampilan non fisik

a. Penampilan non fisik berupa hasil keluaran (output) dari pelayanan akupuntur

yang diselenggarakan (medical output performance), dengan adanya evaluasi

mengenai angka kesembuhan, angka efek samping, dan angka terjadinya

kompilasi.

b. Penampilan non fisik yang sifatnya non medis (non medical performance) perlu

dimiliki oleh seorang akupunturis dengan rujukan sumpah/janji akupunturis

dan kode etik akupunturis Indonesia (Dharmojono,2001).

2.5. Pelayanan Akupuntur Mudah Diterima Masyarakat

Menurut Dharmojono (2001) motto akupuntur terkenal dengan nama

MAREM (Murah, aman, Rasional, efektif, mudah). Motto ini sangat sesuai denga

GBHN (1988) yang menyatakan bahwa: “Pembangunan kesehatan terutama

ditujukan kepada golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah baik di pedesaan

maupun di perkotaan”.

Pada dasarnya, jumlah akupunturis di Indonesia masih sangat sedikit dan

masih terkonsentrasi di kota-kota besar, seperti, jakarta, Surabaya, Jogja, Bandung

dan beberapa kota di luar pulau jawa. Apabila akupunturis ingin berperan dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 25: Chapter II Pengobatan Tradisional Atau Alternatif

upaya pelayanan kesehatan masyarakat maka harus dihasilkan akupunturis yang

berkualitas tinggi dan bersedia terjun ke pedesaan (Dharmojono, 2001).

2.6. Kerangka Konsep

Teori L. Green

Predisposing Factors

- Umur - Jenis kelamin - Suku - Pekerjaan - Tingkat

pendidikan - Penghasilan - Pengetahuan - Sikap

Enabling Factors - Fasilitas

pelayanan - Tempat

pelayanan

pengobatan akupuntur

Reinforcing Factors - Keluarga - Teman - Petugas

Akupuntur - Media

cetak/elektronik

Universitas Sumatera Utara

Page 26: Chapter II Pengobatan Tradisional Atau Alternatif

Skema diatas menunjukkan bahwa predisposing factors meliputi umur,

jenis kelamin, suku, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, pengetahuan, sikap,

kepercayaan dan enabling factors meliputi fasilitas pelayanan, tempat pelayanan

serta reinforcing factors meliputi keluarga, teman, petugas akupuntur, media

cetak/elektronik merupakan faktor-faktor yang memengaruhi pasien terhadap

pengobatan akupuntur.

Universitas Sumatera Utara