Chapter II
description
Transcript of Chapter II
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.
2.1 Minyak Kelapa Dara (Virgin Coconut Oil)
Minyak kelapa dara adalah minyak kelapa yang hanya bisa diperoleh dengan
menggunakan daging kelapa segar atau disebut non-kopra. Karena proses rafinasinya
(refining) tidak menggunakan bahan-bahan kimia dan pemanasan dengan suhu tinggi
maka minyak ini natural, sehingga sangat stabil dengan shelf-life (masa awet) beberapa
tahun (www.tropicaltradition.com. 2009).
Minyak kelapa berdasarkan kandungan asam lemaknya digolongkan ke dalam
minyak asam laurat, karena kandungan asam lauratnya paling besar jika dibandingkan
dengan asam lemak lainnya. Berdasarkan tingkat ketidakjenuhannya yang dinyatakan
dengan bilangan iod (iodine value), maka minyak kelapa termasuk ke dalam golongan
non drying oil, karena bilangan iod minyak tersebut berkisar antara 7,5-10,5 (ketaren,
1986).
Minyak kelapa yang belum dimurnikan mengandung sejumlah kecil komponen
bukan minyak, misalnya fosfatida, gum, sterol (0,06-0,08%), tekoferol (0,003%), dan
asam lemak bebas (kurang dari 5%), sterol yang terdapat dalam minyak nabati disebut
fitosterol dan mempunai dua isomer, yaitu betasitosterol ( C29H50O) dan stigmasterol
(C29H48O). Sterol bersifat tidak berwarna, tidak berbau, stabil, dan berfungsi sebagai
stabilizer dalam minyak. Tokoferol mempunyai tiga isomer, yaitu -tokoferol (titik cair
158-1600C), -tokoferol (titik cair 118-1200C). Persenyawaan tokoferol bersifat tidak
dapat disabunkan, dan berfungsi sebagai anti oksidan (Ketaren, 1986). Warna coklat
pada minyak yang mengandung protein dan karbohidrat bukan disebabkan oleh zat
warna alamiah, tetapi oleh reaksi browning. Warna ini merupakan hasil reaksi dari
senyawa karbonil dan terjadi terutama pada suhu tinggi. Zat warna alamiah yang
terdapat pada minyak kelapa adalah karoten yang merupakan hidrokarbon tidak jenuh
dan tidak stabil pada suhu tinggi.
Perbedaan mendasar antara minyak kelapa yang dimurnikan dangan minyak
kelapa dara terletak pada bau dan rasa. Minyak kelapa dara tetap memiliki bau dan rasa
segar buah kelapa, sedangkan minyak kelapa yang di murnikan mempunyai rasa yang
lemah disebabkan proses rafinasinya.
Universitas Sumatera Utara
-
Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa
Asam lemak Rumus kimia Jumlah (%)
Asam lemak jenuh:
Asam kaproat Asam kaprilat Asam kaprat Asam laurat
Asam miristat Asam palmitat Asam stearat
Asam arachidat
Asam lemak tidak jenuh: Asam palmitoleat
Asam oleat Asam linoleat
C5H11COOH C7H17COOH C9H19COOH C11H23COOH C13H27COOH C15H31COOH C17H35COOH C19H39COOH
C15H29COOH C17H33COOH C17H31COOH
0,0 - 0,8 5,5 - 9,5 4,5 - 9,5
44,0 - 52,0 13,0 - 19,0 7,5 - 10,5 1,0 - 3,0 0,0 - 0,4
0,0 - 1,3 5,0 - 8,0 1,5 - 2,5
(Sumber: www.iptek.net.id, 2009)
2.2 Asam Laurat
Asam laurat atau asam dodekanoat adalah asam lemak jenuh berantai sedang
(medium-chain fatty acids, MCFA) yang tersusun dari 12 atom C. Sumber utama asam
lemak ini adalah minyak kelapa, yang dapat mengandung 50% asam laurat.
Asam ini larut dalam pelarut polar, misalnya air, juga larut dalam lemak karena gugus
hidrokarbon (metil) disatu ujung dan gugus karboksil di ujung lain.
Rumus kimia dari asam laurat adalah CH3(CH2)10COOH.
Adapun manfaat dari asam laurat adalah:
1. Dalam indutri pencuci, yaitu sebagai bahan pengikat atau surfaktan pembuat
sampo, sabun mandi dan detergen.
2. Pada indutri kosmetik, yaitu sebagai pengental, pelembab, dan pelembut.
3. Pada industri makanan bayi, yaitu meningkatkan kecerdasan, menambah daya
tahan dan stamina tubuh, mencengah dan mengatasi masalah gizi, seperti kurang
vitamin, mengoptimalkan kecerdasan anak.
4. Sebagai antimicrobial pada indutri farmasi (melindungi tubuh dari virus, herves,
HIV, protozoa Oamblia, dan bakteri clamidya).
5. Dalam industri parfum, sebagai pengikat atau surfaktan.
Universitas Sumatera Utara
-
2.3 Sifat Sifat Asam Laurat
Sifat-sifat fisika dan kimia asam laurat adalah
Sifat fisika:
1. Berwarna putih
2. Berbentuk padatan pada suhu ruangan dengan bau yang khas
3. Rumus molekul C12H24O2
4. Titik beku : 44-460C
5. Titik didih : 2250C pada tekanan 100mmHg
6. Densitas : 0,883 pada suhu 500C
7. Tekanan uap : 1mmHg pada suhu 1210C
8. Tekanan kritis : 6,91
9. Titik flash : > 1130C (>2350F)
10. berat molekul : 200,23 kg/mol
11. Bilangan asam : 279-282
12. Bilangan iodin : 0,2 maks
13. Stabil, dapat terbakar
(www.chemicalland21.com,2009)
Sifat kimia:
1. Tidak larut dalam air
2. Larut dalam pelarut organik seperti alkohol
2.4 Proses Proses Pembuatan Asam Laurat
Proses-proses pembuatan asam laurat dapat dilakukan dengan:
1. Metode kromatografi gas
Metode kromatografi gas ini biasa di pakai pada pemisahan kandungan-
kandungan asam lemak rantai pendek seperti asam laurat dan asam lemak
kaprilat dalam suatu produk, karena asam laurat dan kaprilat merupakan asam
lemak paling tinggi kandungannya dalam suatu produk.
2. Metode asiklorida
Pada metode ini asam-asam lemak berantai pendek dibuat menggunakan pelarut
piridina pada suhu bervariasi antara 50 hingga 800Cselama 24 jam pada sebuah
produk yang kemudian pada akhirnya produk yang akan dihasilkan yaitu asam
Universitas Sumatera Utara
-
laurat yang akan berbentuk kristal, dalam metode ini juga menggunakan prinsip
esterifikasi.
3. Metode fermentasi
Komposisi asam lemak penyusun didalam coconut natural oil merupakan
kandungan asam lemak yang tinggi yaitu asam laurat. Untuk metode fermentasi
ini yaitu cara menghasilkan asam laurat dari minyak kelapa dara melalui proses
feritasi dengan berbagai milkroba, metode ini juga dapat disebut sebagai metode
mikrobiology karena melibatkan sejumlah mikroba didalam nya, metode ini
menentukan bahwa kandungan asam laurat yang merupakan kandungan asam
lemak tertinggi pada minyak kelapa murni diperoleh dari perlakuan suhu kamar
dengan penambahan kultur starter streptococus thermophylus dan dari perlakuan
fermentasi alami suhu 400C.
4. Metode hidrolisis
Yaitu metode cara menghasilkan asam laurat dengan cara pemisahan trigliserida
menjadi asam lemak.
5 Metode isolasi metil laurat
Dalam metode ini dimana CNO awalnya ditransesterifikasi dengan metanol
untuk menghasilkan metil ester dengan menggunakan NaOH sebagai katalis.
6. Metode pemanasan
Metode ini merupakan proses metil laurat yang akan dipisahkan dari metil ester
berdasarkan perbedaan titik leleh.
7. Metode destilasi Fraksionasi
Metode ini merupakan proses untuk mendapatkan produk akhir yaitu asam laurat
dengan cara memisahkan metil laurat dari metil ester berdasarkan perbedaan
titik didih.
8. Metode fraksinasi
Metode fraksinasi merupakan suatu proses yang menghasilkan asam laurat
dengan cara pemisahan asam lemak menjadi komponen-komponen asam lemak
ringan yang kemudian akan dipisahkan lagi untuk mendapatkan hasil akhir yaitu
asam laurat.
Proses fraksinasi ini terbagi dalam 4 cara . yaitu:
Universitas Sumatera Utara
-
a. Proses Fraksinasi Kering (Winterization)
Fraksinasi kering adalah suatu proses fraksinasi yang didasarkan pada berat
molekul dan komposisi dari suatu material. Proses ini lebih murah dibandingkan
dengan proses yang lain, namun hasil kemurnian fraksinasinya rendah.
(Sumber: www.soci.org)
b. Proses Fraksinasi Basah (Wet Fractination)
Fraksinasi basah adalah suatu proses fraksinasi dengan menggunakan zat
pembasah (Wetting Agent) atau disebut juga proses Hydrophilization atau
detergent proses. Hasil fraksi dari proses ini sama dengan proses fraksinasi
kering. (Sumber: www.soci.org)
c. Proses Fraksinasi dengan menggunakan Solvent (pelarut) / Solvent Fractination
Ini adalah suatu proses fraksinasi dengan menggunakan pelarut. Dimana pelarut
yang digunakan adalah aseton. Proses fraksinasi ini lebih mahal dibandingkan
dengan proses fraksinasi lainnya karena menggunakan bahan pelarut.
(Sumber: www.cyberlipid.org)
d. Proses Fraksinasi dengan Pengembunan (Fractional Condentation)
Proses fraksinasi ini merupakan suatu proses fraksinasi yang didasarkan pada
titik didih dari sustu zat / bahan sehingga dihasilkan suatu produk dengan
kemurnian yang tinggi. Fraksinasi pengembunan ini membutuhkan biaya yang
cukup tinggi namun proses produksi lebih cepat dan kemurniannya lebih tinggi.
(Sumber: www.biology-online.org)
Berdasarkan kelemahan dan keunggulan dari proses pemisahan trigliserida yang
telah disebutkan di atas, maka proses yang dipilih adalah pemisahan trigliserida dengan
menggunakan metoda hidrolisa karena asam lemak yang dihasilkan mempunyai kualitas
yang baik dan waktu operasi yang cukup singkat. Sedangkan untuk proses fraksinasi,
maka pemisahan asam laurat dalam rancangan ini menggunakan fraksinasi dengan
proses pengembunan karena produk asam laurat yang diinginkan adalah lebih besar 99,0
%, sehingga asam laurat yang dihasilkan lebih murni.
Pada perancangan ini untuk mendapatkan asam laurat dari CNO, terlebih dahulu
trigliserida yang merupakan kandungan terbesar dari CNO dipisahkan menjadi asam
lemak dan gliserol.
Pemisahan ini dapat dilakukan dengan dua cara, yakni:
Universitas Sumatera Utara
-
1. Pemisahan trigliserida dengan menggunakan kaustik soda (NaOH)
2. Pemisahan trigleserida dengan menggunakan metoda hidrolisa
Pemisahan dengan menggunakan kaustik soda (NaOH) memakan waktu yang
cukup lama dan asam lemak yang dihasilkan tidak mempunyai kualitas yang baik.
Sedangkan pemisahan dengan menggunakan metode hidrolisa, asam lemak yang
dihasilkan mempunyai kualitas yang baik dan proses yang berlangsung cukup singkat.
Setelah proses hidrolisis dilakukan, tahap selanjutnya adalah proses fraksinasi.
2.5 Dasar Rancangan
2.5.1 Kapasitas Produksi dan Letak Pabrik
Dasar rancangan perlu dibuat sebelum memulai merancang sebuah pabrik
pembuatan asam laurat. Dari data BPS dilihat adanya peningkatan kebutuhan akan asam
laurat setiap tahun maka perlu didirikan pabrik pembuatan asam laurat. Dari data
menunjukkan produksi minyak kelapa tahun 2008 adalah 98.127 ton dengan kandungan
asam laurat 50%. Maka kapasitas produksi asam laurat yang akan ditentukan dalam
rancangan ini harus dibawah 50% dari total produksi.
Untuk lokasi pabrik, secara geogrifis sangat menentukan kemajuan serta
kelangsungan dari industri tersebut, baik pada masa produksi maupun pada masa yang
akan datang, karena hal ini berpengaruh terhadap faktor produksi dan distribusi dari
pabrik yang didirikan. Pemilihan yang tepat mengenai lokasi pabrik harus didasarkan
pada perhitungan biaya dan distribusi yang minimal serta pertimbangan sosiologi yaitu
pertimbangan dalam mempelajari sikap dan sifat masyarakat di sekitar lokasi pabrik.
2.5.2 Spesifikasi Produk dan Bahan Baku A. Minyak kelapa (CNO)
Sifat fisika:
- Densitas relatif : 0,915 - 1,920
- Indeks bias pada 400C : 1,4480 - 1,4492
- Kadar air (%) : 0,1 - 0,5
- Spesifik gravity pada 30/300C : 0,5
- Titik beku : 240C
- Bilangan asam maks. : 13
Universitas Sumatera Utara
-
- Bilangan penyabunan : 4,1 11,0
- Bilangan iod : 0,2 0,5
- Zat yang tak tersabunkan (%) : 0.915 0,920
(AAPC, 2006)
Sifat kimia:
- Dapat dihidrolisa:
O
CH2-O-C-R CH2OH
O
CH-O-C-R + 3H2O CH-OH + 3RCOOH
O
CH2-O-C-R CH2OH
Trigliserida Air Gliserol Asam Lemak
- Komposisi asam lemak:
C6:0 : 0,4 0,6
C8:0 : 5,0 10,0
C10:0 : 4,5 8,0
C12:0 : 43,0 53,0
C14:0 : 16,0 21,0
C16:0 : 7,5 10,0
C18:0 : 2,0 4,0
C18:1 : 5,0 - 10,0
C18:2 : 1,0 - 2,5
C18:3 C24:1 : < 0,5
Universitas Sumatera Utara
-
Sifat-sifat Minyak dan Lemak
A. Sifat Fisika (Ketaren, 1986)
1. Warna
Zat warna dalam minyak terdiri dari 2 golongan, yaitu: zat warna alamiah dan
warna dari hasil degradasi zat warna alamiah.
2. Kelarutan
Minyak dan lemak tidak larut dalam air, kecuali minyak jarak (castor oil).
3. Titik cair dan polymerphism
Asam lemak tidak memperlihatkan kenaikan titik cair yang linier dengan
bertambahnya panjang rantai atom karbon. Asam lemak dengan ikatan trans
mempunyai titik cair yang lebih tinggi daripada isomer asam lemak yang
berikatan cis.
Polymerphism pada minyak dan lemak adalah suatu keadaan dimana terdapat
lebih dari satu bentuk kristal. Polymerphism sering dijumpai pada beberapa
komponen yang mempunyai rantai karbon panjang dan pemisahan kristal-kristal
tersebut sangat sukar. Namun demikian untuk beberapa komponen, bentuk dari
kristal-kristal sudah dapat diketahui.
Polymerphism penting untuk mempelajari titik cair minyak atau lemak dan
asam-asam lemak beserta ester-ester. Polymerphism mempunyai peranan
penting dalam berbagai proses untuk mendapatkan minyak atau lemak.
1. Titik didih
Titik didih dari asam-asam lemak akan semakin bertambah besar dengan
bertambahnya rantai karbon dari beberapa asam lemak tersebut.
2. Bobot jenis
Bobot jenis dari minyak dan lemak biasanya ditentukan pada temperatur 25 0C,
akan tetapi dalam hal ini dianggap penting juga untuk diukur pada temperatur 40 0C atau 60 0C untuk lemak yang titik cairnya tinggi. Pada penentuan bobot jenis,
temperatur dikontrol dengan hati-hati dalam kisaran temperatur yang pendek.
3. Indeks bias
Indeks bias adalah derajat penyimpangan dari cahaya yang dilewatkan pada
suatu medium yang cerah. Indeks bias pada minyak dan lemak dipakai untuk
pengenalan unsur kimia dan pengujian kemurnian minyak/lemak.
Universitas Sumatera Utara
-
Abbe refractometer mempergunakan alat temperatur yang dipertahankan pada
25 0C. Untuk pengukuran indeks bias lemak yang bertitik cair tinggi, dilakukan
pada temperatur 400C atau 600C, selama pengukuran temperatur harus dikontrol
dan dicatat. Indeks bias ini akan meningkat pada minyak atau lemak dengan
rantai karbon yang panjang dan juga dengan terdapatnya sejumlah ikatan
rangkap. Nilai indeks bias dari asam lemak juga akan bertambah dengan
meningkatnya bobot molekul, selain dengan naiknya ketidakjenuhan dari asam-
asam lemak tersebut.
4. Titik lunak
Titk lunak dari minyak lemak ditetapkan dengan maksud untuk mengidentifikasi
minyak atau lemak tersebut, dimana titik tersebut adalah temperatur pada saat
permukaan dari minyak atau lemak dalam tabung kapiler mulai naik setelah
didinginkan.
5. Titik lebur (melting point)
Titik lebur pada minyak dan lemak akan semakin tinggi dengan semakin
panjangnya rantai atom C.
6. Titik kekeruhan
Temperatur pada waktu mulai terjadi kekeruhan, dikenal sebagai titik kekeruhan
(Turbidity Point)
7. Titik asap, titik nyala dan titik api
Pada minyak atau lemak dapat dilakukan penetapan titik asap, titik nyala dan titk
api. Titik asap adalah temperatur pada saat lemak atau minyak menghasilkan
asap tipis yang kebiru-biruan pada pemanasan. Titik nyala adalah temperatur
pada saat campuran uap dan minyak dengan udara mulai terbakar. Sedangkan
titik api adalah temperatur pada saat dihasilkan pembakaran yang terus menerus
sampai habisnya contoh uji.
8. Shot melting point
Shot melting point adalah temperatur pada saat terjadi tetesan pertama dari
minyak atau lemak. Pada umumnya lemak atau minyak mengandung komponen-
komponen yang berpengaruh terhadap titik cairnya.
B. Sifat Kimia (Ketaren. 1986)
Universitas Sumatera Utara
-
1. Hidrolisis
Dalam proses hidrolisis, minyak/lemak akan diubah menjadi asam-asam lemak
bebas.
Proses hidrolisis dapat mengakibatkan kerusakan pada minyak/lemak karena
terdapatnya sejumlah air pada minyak/lemak tersebut. Proses ini dapat
menyebabkan terjadinya Hydrolitic Rancidity yang menghasilkan aroma dan
rasa tengik pada minyak/lemak.
Reaksi:
O
CH2 O C R CH2OH
O O
CH O C R + 3H OH CHO + 3RCOOH O
CH2 O C R CH2OH
Trigliserida Air Gliserol Asam lemak bebas
2. Oksidasi
Reaksi ini menyebabkan ketengikan pada minyak/lemak. terdapatnya sejumlah
O2 serta logam-logam seperti tembaga (Cu), seng (Zn) serta logam lainnya yang
bersifat sebagai katalisator oksidasi dari minyak/lemak. Proses oksidasi ini akan
bersifat sebagai katalisator pembentukan aldehid dan keton serta asam-asam
lemak bebas yang akan menimbulkan bau yang tidak disenangi. Proses ini juga
menyebabkan terbentuknya peroksida. Untuk mengetahui tingkat ketengikan
minyak/lemak dapat ditentukan dengan menentukan jumlah peroksida yang
terbentuk pada minyak/lemak tersebut. Reaksi:
Universitas Sumatera Utara
-
H H
R (CH2)n C = C H + O2 R (CH2)n C C H
H H O O
asam lemak peroksida
R (CH2)n C = O + CH2
H O
Aldehid Keton
3. Hidrogenasi
Proses hidrogenasi sebagai suatu proses industri bertujuan untuk menjenuhkan
ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak atau lemak. Reaksi
hidrogenasi ini dilakukan dengan menggunakan hidrogen murni dan
ditambahkan serbuk nikel sebagai katalisator. Setelah proses hidrogenasi selesai,
minyak didinginkan dan katalis dipisahkan dengan cara penyaringan.
4. Esterifikasi
Reaksi esterifikasi bertujuan untuk merubah asam-asam lemak dari trigliserida
dalam bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia
yang disebut interestifikasi atau pertukaran ester yang didasarkan atas prinsip
transesterifikasi friedel-craft. Dengan menggunakan prinsip ini, hidrokarbon
rantai pendek dalam asam lemak seperti asam butirat dan asam kaproat yang
menyebabkan bau tidak enak, dapat ditukar dengan rantai panjang yang bersifat
tidak menguap.
C. Asam laurat
Sifat fisika :
- Berat molekul : 200,23 kg/mol
- Spesifik grafitiy : 0,883
- Titik beku : 44 - 46 0C
- Titik didih : 2250C pada mmHg
- Flash point : > 1130C
Universitas Sumatera Utara
-
- Densitas : 0,883
- Bilangan asam : 279 282
- Bilangan iodin : 0,2 maks.
Sifat kimia :
- Tidak larut dalam air
- Larut dalam pelarut organik seperti alkohol
(www.chemicalland21.com, 2009)
2.6 Deskripsi Proses Pada Prinsipnya pembuatan Asam Laurat dibagi menjadi dua tahap yaitu :
1. Proses Hidrolisa minyak Kelapa, dan
2. Proses Fraksinasi Asam Lemak
Minyak Kelapa yang merupakan bahan baku pembuatan asam Laurat ini
dipanaskan dengan exchanger (HE-01) sampai temperatur 130 0C dan kemudian
dipompakan ke kolom hidrolisa . Begitu juga pada air, sebelum direaksikan dengan
minyak kelapa terlebih dahulu dipanaskan dengan exchanger (HE-02) sampai
temperatur mencapai 90 0C.
Air dan minyak Kelapa yang sudah dipanaskan kemudian dihidrolisa dalam
reaktor hidrolisa yang biasa disebut splitting, secara continue dan berlawanan arah pada
temperatur dan tekanan yang tinggi sehingga menghasilkan asam lemak dan gliserin
yang berupa sweet water. Sistem berlawanan arah pada temperatur 255 0C dan tekanan
54 bar (Bailey, 1964), akan mempercepat reaksi hidrolisa. Untuk mencapai kondisi
operasi yang diinginkan , maka Steam bertekanan 60 bar diinjeksikan kedalam kolom
hidrolisa.
Minyak dipompa dari bagian bawah menara, sedangkan air dialirkan melalui
puncak menara,. Perbandingan antara minyak kelapa dengan air yang direaksikan
adalah 40-60 % berat minyak (Bailey, 1964). Minyak disemburkan menembus
campuran gliserin yang terakumulasi dibagian bawah menara, selanjutnya menembus
campuran air dan minyak hingga mencapai hidrolisa yang sempurna.. Asam lemak yang
keluar dari kolom hidrolisa berbentuk cairan yang kemudian diekspansikan ke flash
tank asam lemak (FT-01) 255 0C, 1 atm. Gliserol yang keluar dibawah kolom menara
Universitas Sumatera Utara
-
diekspansikan ke flash tank Gliserol (FT-02) 99 0C, 1 atm dan kemudian dimasukkan
ke tangki produk gliserol (Bailey, 1982).
Untuk menghasilkan asam laurat dengan kemurnian yang tinggi > 99,55 % maka
dilakukan fraksinasi asam lemak yang merupakan hasil hidrolisa minyak kelapa dengan
air.
Kolom fraksinasi I untuk pemisahan asam lemak antara fraksi berat dan fraksi
ringan berdasarkan titik didih. Asam lemak yang berasal dari flash tank akan
dipompakan ke kolom fraksinasi I kemudian di panaskan pada suhu 255 0C dan tekanan
1 atm pada bagian bawah kolom dan 230 0C dan tekanan 1 atm pada bagian atas kolom.
Pada kolom fraksinasi I ini akan dipisahkan asam lemak fraksi ringan antara lain C9H19,
C11H23, C13H27, sebagai produk atas dan fraksi berat C9H19, C11H23, C13H27 C15H31,
C17H31, C17H33, C17H35, C19H39 sebagai produk bawah. Produk atas sebagai fraksi ringan
pada fase uap akan dikondensasikan pada unit kondensor I (CD-01) dan kemudian
dipompakan ke Cooler I (CO-01) sebelum disimpan ke tangki asam lemak III.
Sedangkan produk bawah sebagai fraksi berat akan dipompakan ke kolom fraksinasi II
untuk pemisahan lanjutan agar mendapatkan asam laurat.
Kolom fraksinasi II ini bertujuan untuk memisahkan asam laurat dari produk
bawah kolom fraksinasi I. Pemisahan ini dilakukan dengan temperatur 260 0C dan
tekanan 1 atm pada bagian bawah dan 230 0C tekanan 1 atm pada bagian atas. Pada
kolom fraksinasi II ini akan dipisahkan asam lemak fraksi ringan yaitu C9H19, C11H23,
C13H27, sebagai produk atas dan fraksi berat C9H19, C11H23, C13H27 C15H31, C17H31,
C17H33, C17H35, C19H39 sebagai produk bawah. Produk atas sebagai fraksi ringan pada
fase uap dikondensasikan pada unit kondensor I (CD-01) dan kemudian dipompakan ke
Cooler II (CO-01) sebelum disimpan ke tangki asam laurat. Sedangkan produk bawah
sebagai fraksi berat akan dipompakan ke Cooler III (CO-03) yang kemudian di simpan
ke dalam tangki asam lemak I.
Universitas Sumatera Utara