Chapter II

13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Minyak Kelapa Dara (Virgin Coconut Oil) Minyak kelapa dara adalah minyak kelapa yang hanya bisa diperoleh dengan menggunakan daging kelapa segar atau disebut non-kopra. Karena proses rafinasinya (refining) tidak menggunakan bahan-bahan kimia dan pemanasan dengan suhu tinggi maka minyak ini natural, sehingga sangat stabil dengan shelf-life (masa awet) beberapa tahun (www.tropicaltradition.com . 2009). Minyak kelapa berdasarkan kandungan asam lemaknya digolongkan ke dalam minyak asam laurat, karena kandungan asam lauratnya paling besar jika dibandingkan dengan asam lemak lainnya. Berdasarkan tingkat ketidakjenuhannya yang dinyatakan dengan bilangan iod (iodine value), maka minyak kelapa termasuk ke dalam golongan non drying oil, karena bilangan iod minyak tersebut berkisar antara 7,5-10,5 (ketaren, 1986). Minyak kelapa yang belum dimurnikan mengandung sejumlah kecil komponen bukan minyak, misalnya fosfatida, gum, sterol (0,06-0,08%), tekoferol (0,003%), dan asam lemak bebas (kurang dari 5%), sterol yang terdapat dalam minyak nabati disebut fitosterol dan mempunai dua isomer, yaitu betasitosterol ( C 29 H 50 O) dan stigmasterol (C 29 H 48 O). Sterol bersifat tidak berwarna, tidak berbau, stabil, dan berfungsi sebagai stabilizer dalam minyak. Tokoferol mempunyai tiga isomer, yaitu α-tokoferol (titik cair 158-160 0 C), β-tokoferol (titik cair 118-120 0 C). Persenyawaan tokoferol bersifat tidak dapat disabunkan, dan berfungsi sebagai anti oksidan (Ketaren, 1986). Warna coklat pada minyak yang mengandung protein dan karbohidrat bukan disebabkan oleh zat warna alamiah, tetapi oleh reaksi browning. Warna ini merupakan hasil reaksi dari senyawa karbonil dan terjadi terutama pada suhu tinggi. Zat warna alamiah yang terdapat pada minyak kelapa adalah karoten yang merupakan hidrokarbon tidak jenuh dan tidak stabil pada suhu tinggi. Perbedaan mendasar antara minyak kelapa yang dimurnikan dangan minyak kelapa dara terletak pada bau dan rasa. Minyak kelapa dara tetap memiliki bau dan rasa segar buah kelapa, sedangkan minyak kelapa yang di murnikan mempunyai rasa yang lemah disebabkan proses rafinasinya. Universitas Sumatera Utara

description

i

Transcript of Chapter II

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA.

    2.1 Minyak Kelapa Dara (Virgin Coconut Oil)

    Minyak kelapa dara adalah minyak kelapa yang hanya bisa diperoleh dengan

    menggunakan daging kelapa segar atau disebut non-kopra. Karena proses rafinasinya

    (refining) tidak menggunakan bahan-bahan kimia dan pemanasan dengan suhu tinggi

    maka minyak ini natural, sehingga sangat stabil dengan shelf-life (masa awet) beberapa

    tahun (www.tropicaltradition.com. 2009).

    Minyak kelapa berdasarkan kandungan asam lemaknya digolongkan ke dalam

    minyak asam laurat, karena kandungan asam lauratnya paling besar jika dibandingkan

    dengan asam lemak lainnya. Berdasarkan tingkat ketidakjenuhannya yang dinyatakan

    dengan bilangan iod (iodine value), maka minyak kelapa termasuk ke dalam golongan

    non drying oil, karena bilangan iod minyak tersebut berkisar antara 7,5-10,5 (ketaren,

    1986).

    Minyak kelapa yang belum dimurnikan mengandung sejumlah kecil komponen

    bukan minyak, misalnya fosfatida, gum, sterol (0,06-0,08%), tekoferol (0,003%), dan

    asam lemak bebas (kurang dari 5%), sterol yang terdapat dalam minyak nabati disebut

    fitosterol dan mempunai dua isomer, yaitu betasitosterol ( C29H50O) dan stigmasterol

    (C29H48O). Sterol bersifat tidak berwarna, tidak berbau, stabil, dan berfungsi sebagai

    stabilizer dalam minyak. Tokoferol mempunyai tiga isomer, yaitu -tokoferol (titik cair

    158-1600C), -tokoferol (titik cair 118-1200C). Persenyawaan tokoferol bersifat tidak

    dapat disabunkan, dan berfungsi sebagai anti oksidan (Ketaren, 1986). Warna coklat

    pada minyak yang mengandung protein dan karbohidrat bukan disebabkan oleh zat

    warna alamiah, tetapi oleh reaksi browning. Warna ini merupakan hasil reaksi dari

    senyawa karbonil dan terjadi terutama pada suhu tinggi. Zat warna alamiah yang

    terdapat pada minyak kelapa adalah karoten yang merupakan hidrokarbon tidak jenuh

    dan tidak stabil pada suhu tinggi.

    Perbedaan mendasar antara minyak kelapa yang dimurnikan dangan minyak

    kelapa dara terletak pada bau dan rasa. Minyak kelapa dara tetap memiliki bau dan rasa

    segar buah kelapa, sedangkan minyak kelapa yang di murnikan mempunyai rasa yang

    lemah disebabkan proses rafinasinya.

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa

    Asam lemak Rumus kimia Jumlah (%)

    Asam lemak jenuh:

    Asam kaproat Asam kaprilat Asam kaprat Asam laurat

    Asam miristat Asam palmitat Asam stearat

    Asam arachidat

    Asam lemak tidak jenuh: Asam palmitoleat

    Asam oleat Asam linoleat

    C5H11COOH C7H17COOH C9H19COOH C11H23COOH C13H27COOH C15H31COOH C17H35COOH C19H39COOH

    C15H29COOH C17H33COOH C17H31COOH

    0,0 - 0,8 5,5 - 9,5 4,5 - 9,5

    44,0 - 52,0 13,0 - 19,0 7,5 - 10,5 1,0 - 3,0 0,0 - 0,4

    0,0 - 1,3 5,0 - 8,0 1,5 - 2,5

    (Sumber: www.iptek.net.id, 2009)

    2.2 Asam Laurat

    Asam laurat atau asam dodekanoat adalah asam lemak jenuh berantai sedang

    (medium-chain fatty acids, MCFA) yang tersusun dari 12 atom C. Sumber utama asam

    lemak ini adalah minyak kelapa, yang dapat mengandung 50% asam laurat.

    Asam ini larut dalam pelarut polar, misalnya air, juga larut dalam lemak karena gugus

    hidrokarbon (metil) disatu ujung dan gugus karboksil di ujung lain.

    Rumus kimia dari asam laurat adalah CH3(CH2)10COOH.

    Adapun manfaat dari asam laurat adalah:

    1. Dalam indutri pencuci, yaitu sebagai bahan pengikat atau surfaktan pembuat

    sampo, sabun mandi dan detergen.

    2. Pada indutri kosmetik, yaitu sebagai pengental, pelembab, dan pelembut.

    3. Pada industri makanan bayi, yaitu meningkatkan kecerdasan, menambah daya

    tahan dan stamina tubuh, mencengah dan mengatasi masalah gizi, seperti kurang

    vitamin, mengoptimalkan kecerdasan anak.

    4. Sebagai antimicrobial pada indutri farmasi (melindungi tubuh dari virus, herves,

    HIV, protozoa Oamblia, dan bakteri clamidya).

    5. Dalam industri parfum, sebagai pengikat atau surfaktan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.3 Sifat Sifat Asam Laurat

    Sifat-sifat fisika dan kimia asam laurat adalah

    Sifat fisika:

    1. Berwarna putih

    2. Berbentuk padatan pada suhu ruangan dengan bau yang khas

    3. Rumus molekul C12H24O2

    4. Titik beku : 44-460C

    5. Titik didih : 2250C pada tekanan 100mmHg

    6. Densitas : 0,883 pada suhu 500C

    7. Tekanan uap : 1mmHg pada suhu 1210C

    8. Tekanan kritis : 6,91

    9. Titik flash : > 1130C (>2350F)

    10. berat molekul : 200,23 kg/mol

    11. Bilangan asam : 279-282

    12. Bilangan iodin : 0,2 maks

    13. Stabil, dapat terbakar

    (www.chemicalland21.com,2009)

    Sifat kimia:

    1. Tidak larut dalam air

    2. Larut dalam pelarut organik seperti alkohol

    2.4 Proses Proses Pembuatan Asam Laurat

    Proses-proses pembuatan asam laurat dapat dilakukan dengan:

    1. Metode kromatografi gas

    Metode kromatografi gas ini biasa di pakai pada pemisahan kandungan-

    kandungan asam lemak rantai pendek seperti asam laurat dan asam lemak

    kaprilat dalam suatu produk, karena asam laurat dan kaprilat merupakan asam

    lemak paling tinggi kandungannya dalam suatu produk.

    2. Metode asiklorida

    Pada metode ini asam-asam lemak berantai pendek dibuat menggunakan pelarut

    piridina pada suhu bervariasi antara 50 hingga 800Cselama 24 jam pada sebuah

    produk yang kemudian pada akhirnya produk yang akan dihasilkan yaitu asam

    Universitas Sumatera Utara

  • laurat yang akan berbentuk kristal, dalam metode ini juga menggunakan prinsip

    esterifikasi.

    3. Metode fermentasi

    Komposisi asam lemak penyusun didalam coconut natural oil merupakan

    kandungan asam lemak yang tinggi yaitu asam laurat. Untuk metode fermentasi

    ini yaitu cara menghasilkan asam laurat dari minyak kelapa dara melalui proses

    feritasi dengan berbagai milkroba, metode ini juga dapat disebut sebagai metode

    mikrobiology karena melibatkan sejumlah mikroba didalam nya, metode ini

    menentukan bahwa kandungan asam laurat yang merupakan kandungan asam

    lemak tertinggi pada minyak kelapa murni diperoleh dari perlakuan suhu kamar

    dengan penambahan kultur starter streptococus thermophylus dan dari perlakuan

    fermentasi alami suhu 400C.

    4. Metode hidrolisis

    Yaitu metode cara menghasilkan asam laurat dengan cara pemisahan trigliserida

    menjadi asam lemak.

    5 Metode isolasi metil laurat

    Dalam metode ini dimana CNO awalnya ditransesterifikasi dengan metanol

    untuk menghasilkan metil ester dengan menggunakan NaOH sebagai katalis.

    6. Metode pemanasan

    Metode ini merupakan proses metil laurat yang akan dipisahkan dari metil ester

    berdasarkan perbedaan titik leleh.

    7. Metode destilasi Fraksionasi

    Metode ini merupakan proses untuk mendapatkan produk akhir yaitu asam laurat

    dengan cara memisahkan metil laurat dari metil ester berdasarkan perbedaan

    titik didih.

    8. Metode fraksinasi

    Metode fraksinasi merupakan suatu proses yang menghasilkan asam laurat

    dengan cara pemisahan asam lemak menjadi komponen-komponen asam lemak

    ringan yang kemudian akan dipisahkan lagi untuk mendapatkan hasil akhir yaitu

    asam laurat.

    Proses fraksinasi ini terbagi dalam 4 cara . yaitu:

    Universitas Sumatera Utara

  • a. Proses Fraksinasi Kering (Winterization)

    Fraksinasi kering adalah suatu proses fraksinasi yang didasarkan pada berat

    molekul dan komposisi dari suatu material. Proses ini lebih murah dibandingkan

    dengan proses yang lain, namun hasil kemurnian fraksinasinya rendah.

    (Sumber: www.soci.org)

    b. Proses Fraksinasi Basah (Wet Fractination)

    Fraksinasi basah adalah suatu proses fraksinasi dengan menggunakan zat

    pembasah (Wetting Agent) atau disebut juga proses Hydrophilization atau

    detergent proses. Hasil fraksi dari proses ini sama dengan proses fraksinasi

    kering. (Sumber: www.soci.org)

    c. Proses Fraksinasi dengan menggunakan Solvent (pelarut) / Solvent Fractination

    Ini adalah suatu proses fraksinasi dengan menggunakan pelarut. Dimana pelarut

    yang digunakan adalah aseton. Proses fraksinasi ini lebih mahal dibandingkan

    dengan proses fraksinasi lainnya karena menggunakan bahan pelarut.

    (Sumber: www.cyberlipid.org)

    d. Proses Fraksinasi dengan Pengembunan (Fractional Condentation)

    Proses fraksinasi ini merupakan suatu proses fraksinasi yang didasarkan pada

    titik didih dari sustu zat / bahan sehingga dihasilkan suatu produk dengan

    kemurnian yang tinggi. Fraksinasi pengembunan ini membutuhkan biaya yang

    cukup tinggi namun proses produksi lebih cepat dan kemurniannya lebih tinggi.

    (Sumber: www.biology-online.org)

    Berdasarkan kelemahan dan keunggulan dari proses pemisahan trigliserida yang

    telah disebutkan di atas, maka proses yang dipilih adalah pemisahan trigliserida dengan

    menggunakan metoda hidrolisa karena asam lemak yang dihasilkan mempunyai kualitas

    yang baik dan waktu operasi yang cukup singkat. Sedangkan untuk proses fraksinasi,

    maka pemisahan asam laurat dalam rancangan ini menggunakan fraksinasi dengan

    proses pengembunan karena produk asam laurat yang diinginkan adalah lebih besar 99,0

    %, sehingga asam laurat yang dihasilkan lebih murni.

    Pada perancangan ini untuk mendapatkan asam laurat dari CNO, terlebih dahulu

    trigliserida yang merupakan kandungan terbesar dari CNO dipisahkan menjadi asam

    lemak dan gliserol.

    Pemisahan ini dapat dilakukan dengan dua cara, yakni:

    Universitas Sumatera Utara

  • 1. Pemisahan trigliserida dengan menggunakan kaustik soda (NaOH)

    2. Pemisahan trigleserida dengan menggunakan metoda hidrolisa

    Pemisahan dengan menggunakan kaustik soda (NaOH) memakan waktu yang

    cukup lama dan asam lemak yang dihasilkan tidak mempunyai kualitas yang baik.

    Sedangkan pemisahan dengan menggunakan metode hidrolisa, asam lemak yang

    dihasilkan mempunyai kualitas yang baik dan proses yang berlangsung cukup singkat.

    Setelah proses hidrolisis dilakukan, tahap selanjutnya adalah proses fraksinasi.

    2.5 Dasar Rancangan

    2.5.1 Kapasitas Produksi dan Letak Pabrik

    Dasar rancangan perlu dibuat sebelum memulai merancang sebuah pabrik

    pembuatan asam laurat. Dari data BPS dilihat adanya peningkatan kebutuhan akan asam

    laurat setiap tahun maka perlu didirikan pabrik pembuatan asam laurat. Dari data

    menunjukkan produksi minyak kelapa tahun 2008 adalah 98.127 ton dengan kandungan

    asam laurat 50%. Maka kapasitas produksi asam laurat yang akan ditentukan dalam

    rancangan ini harus dibawah 50% dari total produksi.

    Untuk lokasi pabrik, secara geogrifis sangat menentukan kemajuan serta

    kelangsungan dari industri tersebut, baik pada masa produksi maupun pada masa yang

    akan datang, karena hal ini berpengaruh terhadap faktor produksi dan distribusi dari

    pabrik yang didirikan. Pemilihan yang tepat mengenai lokasi pabrik harus didasarkan

    pada perhitungan biaya dan distribusi yang minimal serta pertimbangan sosiologi yaitu

    pertimbangan dalam mempelajari sikap dan sifat masyarakat di sekitar lokasi pabrik.

    2.5.2 Spesifikasi Produk dan Bahan Baku A. Minyak kelapa (CNO)

    Sifat fisika:

    - Densitas relatif : 0,915 - 1,920

    - Indeks bias pada 400C : 1,4480 - 1,4492

    - Kadar air (%) : 0,1 - 0,5

    - Spesifik gravity pada 30/300C : 0,5

    - Titik beku : 240C

    - Bilangan asam maks. : 13

    Universitas Sumatera Utara

  • - Bilangan penyabunan : 4,1 11,0

    - Bilangan iod : 0,2 0,5

    - Zat yang tak tersabunkan (%) : 0.915 0,920

    (AAPC, 2006)

    Sifat kimia:

    - Dapat dihidrolisa:

    O

    CH2-O-C-R CH2OH

    O

    CH-O-C-R + 3H2O CH-OH + 3RCOOH

    O

    CH2-O-C-R CH2OH

    Trigliserida Air Gliserol Asam Lemak

    - Komposisi asam lemak:

    C6:0 : 0,4 0,6

    C8:0 : 5,0 10,0

    C10:0 : 4,5 8,0

    C12:0 : 43,0 53,0

    C14:0 : 16,0 21,0

    C16:0 : 7,5 10,0

    C18:0 : 2,0 4,0

    C18:1 : 5,0 - 10,0

    C18:2 : 1,0 - 2,5

    C18:3 C24:1 : < 0,5

    Universitas Sumatera Utara

  • Sifat-sifat Minyak dan Lemak

    A. Sifat Fisika (Ketaren, 1986)

    1. Warna

    Zat warna dalam minyak terdiri dari 2 golongan, yaitu: zat warna alamiah dan

    warna dari hasil degradasi zat warna alamiah.

    2. Kelarutan

    Minyak dan lemak tidak larut dalam air, kecuali minyak jarak (castor oil).

    3. Titik cair dan polymerphism

    Asam lemak tidak memperlihatkan kenaikan titik cair yang linier dengan

    bertambahnya panjang rantai atom karbon. Asam lemak dengan ikatan trans

    mempunyai titik cair yang lebih tinggi daripada isomer asam lemak yang

    berikatan cis.

    Polymerphism pada minyak dan lemak adalah suatu keadaan dimana terdapat

    lebih dari satu bentuk kristal. Polymerphism sering dijumpai pada beberapa

    komponen yang mempunyai rantai karbon panjang dan pemisahan kristal-kristal

    tersebut sangat sukar. Namun demikian untuk beberapa komponen, bentuk dari

    kristal-kristal sudah dapat diketahui.

    Polymerphism penting untuk mempelajari titik cair minyak atau lemak dan

    asam-asam lemak beserta ester-ester. Polymerphism mempunyai peranan

    penting dalam berbagai proses untuk mendapatkan minyak atau lemak.

    1. Titik didih

    Titik didih dari asam-asam lemak akan semakin bertambah besar dengan

    bertambahnya rantai karbon dari beberapa asam lemak tersebut.

    2. Bobot jenis

    Bobot jenis dari minyak dan lemak biasanya ditentukan pada temperatur 25 0C,

    akan tetapi dalam hal ini dianggap penting juga untuk diukur pada temperatur 40 0C atau 60 0C untuk lemak yang titik cairnya tinggi. Pada penentuan bobot jenis,

    temperatur dikontrol dengan hati-hati dalam kisaran temperatur yang pendek.

    3. Indeks bias

    Indeks bias adalah derajat penyimpangan dari cahaya yang dilewatkan pada

    suatu medium yang cerah. Indeks bias pada minyak dan lemak dipakai untuk

    pengenalan unsur kimia dan pengujian kemurnian minyak/lemak.

    Universitas Sumatera Utara

  • Abbe refractometer mempergunakan alat temperatur yang dipertahankan pada

    25 0C. Untuk pengukuran indeks bias lemak yang bertitik cair tinggi, dilakukan

    pada temperatur 400C atau 600C, selama pengukuran temperatur harus dikontrol

    dan dicatat. Indeks bias ini akan meningkat pada minyak atau lemak dengan

    rantai karbon yang panjang dan juga dengan terdapatnya sejumlah ikatan

    rangkap. Nilai indeks bias dari asam lemak juga akan bertambah dengan

    meningkatnya bobot molekul, selain dengan naiknya ketidakjenuhan dari asam-

    asam lemak tersebut.

    4. Titik lunak

    Titk lunak dari minyak lemak ditetapkan dengan maksud untuk mengidentifikasi

    minyak atau lemak tersebut, dimana titik tersebut adalah temperatur pada saat

    permukaan dari minyak atau lemak dalam tabung kapiler mulai naik setelah

    didinginkan.

    5. Titik lebur (melting point)

    Titik lebur pada minyak dan lemak akan semakin tinggi dengan semakin

    panjangnya rantai atom C.

    6. Titik kekeruhan

    Temperatur pada waktu mulai terjadi kekeruhan, dikenal sebagai titik kekeruhan

    (Turbidity Point)

    7. Titik asap, titik nyala dan titik api

    Pada minyak atau lemak dapat dilakukan penetapan titik asap, titik nyala dan titk

    api. Titik asap adalah temperatur pada saat lemak atau minyak menghasilkan

    asap tipis yang kebiru-biruan pada pemanasan. Titik nyala adalah temperatur

    pada saat campuran uap dan minyak dengan udara mulai terbakar. Sedangkan

    titik api adalah temperatur pada saat dihasilkan pembakaran yang terus menerus

    sampai habisnya contoh uji.

    8. Shot melting point

    Shot melting point adalah temperatur pada saat terjadi tetesan pertama dari

    minyak atau lemak. Pada umumnya lemak atau minyak mengandung komponen-

    komponen yang berpengaruh terhadap titik cairnya.

    B. Sifat Kimia (Ketaren. 1986)

    Universitas Sumatera Utara

  • 1. Hidrolisis

    Dalam proses hidrolisis, minyak/lemak akan diubah menjadi asam-asam lemak

    bebas.

    Proses hidrolisis dapat mengakibatkan kerusakan pada minyak/lemak karena

    terdapatnya sejumlah air pada minyak/lemak tersebut. Proses ini dapat

    menyebabkan terjadinya Hydrolitic Rancidity yang menghasilkan aroma dan

    rasa tengik pada minyak/lemak.

    Reaksi:

    O

    CH2 O C R CH2OH

    O O

    CH O C R + 3H OH CHO + 3RCOOH O

    CH2 O C R CH2OH

    Trigliserida Air Gliserol Asam lemak bebas

    2. Oksidasi

    Reaksi ini menyebabkan ketengikan pada minyak/lemak. terdapatnya sejumlah

    O2 serta logam-logam seperti tembaga (Cu), seng (Zn) serta logam lainnya yang

    bersifat sebagai katalisator oksidasi dari minyak/lemak. Proses oksidasi ini akan

    bersifat sebagai katalisator pembentukan aldehid dan keton serta asam-asam

    lemak bebas yang akan menimbulkan bau yang tidak disenangi. Proses ini juga

    menyebabkan terbentuknya peroksida. Untuk mengetahui tingkat ketengikan

    minyak/lemak dapat ditentukan dengan menentukan jumlah peroksida yang

    terbentuk pada minyak/lemak tersebut. Reaksi:

    Universitas Sumatera Utara

  • H H

    R (CH2)n C = C H + O2 R (CH2)n C C H

    H H O O

    asam lemak peroksida

    R (CH2)n C = O + CH2

    H O

    Aldehid Keton

    3. Hidrogenasi

    Proses hidrogenasi sebagai suatu proses industri bertujuan untuk menjenuhkan

    ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak atau lemak. Reaksi

    hidrogenasi ini dilakukan dengan menggunakan hidrogen murni dan

    ditambahkan serbuk nikel sebagai katalisator. Setelah proses hidrogenasi selesai,

    minyak didinginkan dan katalis dipisahkan dengan cara penyaringan.

    4. Esterifikasi

    Reaksi esterifikasi bertujuan untuk merubah asam-asam lemak dari trigliserida

    dalam bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia

    yang disebut interestifikasi atau pertukaran ester yang didasarkan atas prinsip

    transesterifikasi friedel-craft. Dengan menggunakan prinsip ini, hidrokarbon

    rantai pendek dalam asam lemak seperti asam butirat dan asam kaproat yang

    menyebabkan bau tidak enak, dapat ditukar dengan rantai panjang yang bersifat

    tidak menguap.

    C. Asam laurat

    Sifat fisika :

    - Berat molekul : 200,23 kg/mol

    - Spesifik grafitiy : 0,883

    - Titik beku : 44 - 46 0C

    - Titik didih : 2250C pada mmHg

    - Flash point : > 1130C

    Universitas Sumatera Utara

  • - Densitas : 0,883

    - Bilangan asam : 279 282

    - Bilangan iodin : 0,2 maks.

    Sifat kimia :

    - Tidak larut dalam air

    - Larut dalam pelarut organik seperti alkohol

    (www.chemicalland21.com, 2009)

    2.6 Deskripsi Proses Pada Prinsipnya pembuatan Asam Laurat dibagi menjadi dua tahap yaitu :

    1. Proses Hidrolisa minyak Kelapa, dan

    2. Proses Fraksinasi Asam Lemak

    Minyak Kelapa yang merupakan bahan baku pembuatan asam Laurat ini

    dipanaskan dengan exchanger (HE-01) sampai temperatur 130 0C dan kemudian

    dipompakan ke kolom hidrolisa . Begitu juga pada air, sebelum direaksikan dengan

    minyak kelapa terlebih dahulu dipanaskan dengan exchanger (HE-02) sampai

    temperatur mencapai 90 0C.

    Air dan minyak Kelapa yang sudah dipanaskan kemudian dihidrolisa dalam

    reaktor hidrolisa yang biasa disebut splitting, secara continue dan berlawanan arah pada

    temperatur dan tekanan yang tinggi sehingga menghasilkan asam lemak dan gliserin

    yang berupa sweet water. Sistem berlawanan arah pada temperatur 255 0C dan tekanan

    54 bar (Bailey, 1964), akan mempercepat reaksi hidrolisa. Untuk mencapai kondisi

    operasi yang diinginkan , maka Steam bertekanan 60 bar diinjeksikan kedalam kolom

    hidrolisa.

    Minyak dipompa dari bagian bawah menara, sedangkan air dialirkan melalui

    puncak menara,. Perbandingan antara minyak kelapa dengan air yang direaksikan

    adalah 40-60 % berat minyak (Bailey, 1964). Minyak disemburkan menembus

    campuran gliserin yang terakumulasi dibagian bawah menara, selanjutnya menembus

    campuran air dan minyak hingga mencapai hidrolisa yang sempurna.. Asam lemak yang

    keluar dari kolom hidrolisa berbentuk cairan yang kemudian diekspansikan ke flash

    tank asam lemak (FT-01) 255 0C, 1 atm. Gliserol yang keluar dibawah kolom menara

    Universitas Sumatera Utara

  • diekspansikan ke flash tank Gliserol (FT-02) 99 0C, 1 atm dan kemudian dimasukkan

    ke tangki produk gliserol (Bailey, 1982).

    Untuk menghasilkan asam laurat dengan kemurnian yang tinggi > 99,55 % maka

    dilakukan fraksinasi asam lemak yang merupakan hasil hidrolisa minyak kelapa dengan

    air.

    Kolom fraksinasi I untuk pemisahan asam lemak antara fraksi berat dan fraksi

    ringan berdasarkan titik didih. Asam lemak yang berasal dari flash tank akan

    dipompakan ke kolom fraksinasi I kemudian di panaskan pada suhu 255 0C dan tekanan

    1 atm pada bagian bawah kolom dan 230 0C dan tekanan 1 atm pada bagian atas kolom.

    Pada kolom fraksinasi I ini akan dipisahkan asam lemak fraksi ringan antara lain C9H19,

    C11H23, C13H27, sebagai produk atas dan fraksi berat C9H19, C11H23, C13H27 C15H31,

    C17H31, C17H33, C17H35, C19H39 sebagai produk bawah. Produk atas sebagai fraksi ringan

    pada fase uap akan dikondensasikan pada unit kondensor I (CD-01) dan kemudian

    dipompakan ke Cooler I (CO-01) sebelum disimpan ke tangki asam lemak III.

    Sedangkan produk bawah sebagai fraksi berat akan dipompakan ke kolom fraksinasi II

    untuk pemisahan lanjutan agar mendapatkan asam laurat.

    Kolom fraksinasi II ini bertujuan untuk memisahkan asam laurat dari produk

    bawah kolom fraksinasi I. Pemisahan ini dilakukan dengan temperatur 260 0C dan

    tekanan 1 atm pada bagian bawah dan 230 0C tekanan 1 atm pada bagian atas. Pada

    kolom fraksinasi II ini akan dipisahkan asam lemak fraksi ringan yaitu C9H19, C11H23,

    C13H27, sebagai produk atas dan fraksi berat C9H19, C11H23, C13H27 C15H31, C17H31,

    C17H33, C17H35, C19H39 sebagai produk bawah. Produk atas sebagai fraksi ringan pada

    fase uap dikondensasikan pada unit kondensor I (CD-01) dan kemudian dipompakan ke

    Cooler II (CO-01) sebelum disimpan ke tangki asam laurat. Sedangkan produk bawah

    sebagai fraksi berat akan dipompakan ke Cooler III (CO-03) yang kemudian di simpan

    ke dalam tangki asam lemak I.

    Universitas Sumatera Utara