Chapter II
-
Upload
ummy-aisyah-rochaeni -
Category
Documents
-
view
32 -
download
3
Transcript of Chapter II
![Page 1: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/1.jpg)
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Bahan Dasar Beton
Beton merupakan hasil dari pencampuran bahan-bahan agregat halus dan
kasar yaitu pasir, batu, batu pecah atau bahan semacam lainnya, dengan
menambahkan semen secukupnya yang berfungsi sebagai perekat bahan susun
beton, dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi kimia selama proses
pengerasan dan perawatan beton berlangsung. Agregat halus dan kasar, disebut
sebagai bahan susun kasar campuran, merupakan komponen utama beton. Nilai
kekuatan serta daya tahan (durability) beton merupakan fungsi dari banyak faktor,
diantaranya nilai banding campuran dan mutu bahan susun, metode pelaksanaan
pengecoran, pelaksanaan finishing, temperatur dan kondisi perawatan
pengerasannya.
Nilai kuat tekan beton relatif lebih tinggi dibanding dengan kuat tariknya,
dan beton merupakan bahan bersifat getas (runtuh seketika). Nilai kuat tariknya
hanya berkisar 9%-15% dari kuat tekannya. Pada penggunaan sebagai komponen
struktural bangunan, umumnya beton diperkuat dengan batang tulangan baja
sebagai bahan yang dapat bekerja sama dan dapat membantu kelemahannya,
terutama pada bagian yang menahan gaya tarik. Dengan demikian tersusun
pembagian tugas, dimana batang tulangan baja untuk memperkuat dan menahan
gaya tarik, sedangkan beton hanya diperhitungkan untuk menahan gaya tekan
(Dipohusodo, 1994).
Universitas Sumatera Utara
![Page 2: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/2.jpg)
12
II.1.1 Semen
II.1.1.1 Umum
Semen adalah perekat hidrolis yang berarti bahwa senyawa-senyawa
yang terkandung di dalam semen tersebut dapat bereaksi dengan air dan
membentuk zat baru yang bersifat sebagai perekat terhadap batuan.
Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks, dengan
campuran serta susunan yang berbeda-beda. Semen dapat dibedakan menjadi 2
kelompok yaitu : 1). Semen non-hidrolik dan 2). Semen hidrolik.
Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras
didalam air. Contoh semen hidrolik antara lain semen portland, semen
pozzolan,semen alumina, semen terak, semen alam dan lain-lain. Lain halnya
dengan semen hidrolik, semen non hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras
didalam air, akan tetapi dapat mengeras di udara. Contoh utama dari semen non
hidrolik adalah kapur (Mulyono, 2003).
II.1.1.2 Semen Portland
Semen Portland merupakan perekat hidrolis yang dihasilkan dari
penggilingan klinker yang kandungan utamanya adalah kalsium silikat dan satu
atau dua buah bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan.
Komposisi yang sebenarnya dari berbagai senyawa yang ada berbeda-
beda dari jenis semen yang satu dengan yang lain, untuk berabagai jenis semen
ditambahkan berbagai jenis material mentah lainnya.
Universitas Sumatera Utara
![Page 3: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/3.jpg)
13
II.1.1.3 Jenis-Jenis Semen Portland
Sesuai dengan kebutuhan pemakaian semen yang disebabkan oleh
kondisi lokasi maupun kondisi tertentu yang dibutuhkan pada pelaksanaan
konstruksi, dalam perkembangannya dikenal berbagai jenis semen Portland antara
lain :
1. Semen Portland Biasa
Semen Portland jenis ini digunakan dalam pelaksanaan konstruksi beton
secara umum apabila tidak diperlukan sifat-sifat khusus, misalnya ketahanan
terhadap sulfat, panas hidrasi rendah, kekuatan awal yang tinggi dan
sebagainya. ASTM mengklasifikasikan jenis semen ini sebagai tipe I.
2. Semen Portland dengan Ketahanan Sedang Terhadap Sulfat
Semen jenis ini digunakan pada konstruksi apabila sifat ketahanan terhadap
sulfat dengan tingkat sedang, yaitu kandungan sulfat (SO3) pada air tanah dan
tanah masing-masing 0,8% - 0,17% dan 125 ppm, serta pH tidak kurang dari
6. Pada daerah lokasi tertentu, yang dimanan suhu agak tinggi maka untuk
mengurangi penguapan air selama pengeringan agar tidak terjadi retak akibat
susut (shrinkage) yang besar, maka perlu ditambahkan sifat moderat “heat of
hydration”. ASTM mengklasifikasikan semen jenis ini sebagai tipe II.
3. Semen Portland dengan Kekuatan Awal Tinggi
Merupakan semen Portland yang digiling lebih halus dan mengandung
tricalsium silikat (C3S) lebih banyak dibanding semen Portland biasa
(Murdock, 1991). ASTM mengklasifikasikan semen ini sebagai tipe III.
Semen jenis ini memiliki pengembangan kekuatan awal yang tinggi dan
kekuatan tekan pada waktu yang lama juga lebih tinggi dibanding semen
Universitas Sumatera Utara
![Page 4: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/4.jpg)
14
Portland biasa, umumnya digunakan pada keadaan-keadaan darurat, misalnya
pembetonan pada musim dingin.
4. Semen Portland dengan Panas Hidrasi Rendah
Semen jenis ini memiliki kandungan tricalsium silikat (C3S) dan tricalsium
aluminat (C3A) yang lebih sedikit, tetapi memiliki kandungan C3S yang lebih
banyak dibanding semen Portland biasa dan memiliki sifat-sifat :
a. Panas hidrasi rendah
b. Kekuatan awal rendah, tetapi kekuatan tekan pada waktu lama sama
dengan semen Portland biasa
c. Susut akibat proses pengeringan rendah
d. Memiliki ketahanan terhadap bahan kimia, terutama sulfat
ASTM mengklasifikasikan semen jenis ini sebagai tipe IV.
5. Semen Portland dengan Ketahanan Tinggi Terhadap Sulfat
Semen jenis ini memiliki ketahanan yang tinggi terhadap sulfat. Kekuatan
tekan pada umur 28 hari lebih rendah dibanding semen Portland biasa. Semen
ini diklasifikasikan sebagai tipe V pada ASTM. Semen jenis ini digunakan
pada konstruksi apabila dibutuhkan ketahanan yang tinggi terhadap sulfat,
yaitu kandungan sulfat (SO3) pada air tanah dan tanah masing-masing 0,17% -
1,67% dan 125 ppm – 1250 ppm, seperti pada konstruksi pengolah limbah
atau konstruksi dibawah permukaan air.
6. Semen Portland dengan Kekuatan Awal Sangat Tinggi
Semen jenis ini memiliki pengembangan kekuatan awal yang sangat tinggi.
Kekuatan tekan pada umur 1 hari dapat menyamai kekuatan umur 3 hari dari
Universitas Sumatera Utara
![Page 5: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/5.jpg)
15
semen dengan kekuatan awal tinggi. Semen ini digunakan pada konstruksi
yang perlu segera diselesaikan atau pekerjaan perbaikan beton.
7. Semen Portland Koloid
Semen jenis ini digunakan untuk pembetonan pada tempat dalam dan sempit.
Pada penggunaanya semen ini digunakan dalam bentuk koloid dan dipompa.
8. Semen Portland Blended
Semen Portland blended dibuat dengan mencampur material selain gypsum
kedalam klinker. Umumnya bahan yang dipakai adalah terak dapur tinggi
(balst-furnase slag), pozzolan, abu terbang (fly ash) dan sebagainya.
Jenis-jenis semen Portland blended adalah :
a. Semen Portland Pozzolan (Portland Pozzolanic Cement)
b. Semen Portland Abu Terbang (Portland Fly Ash Cement)
c. Semen Portland Terak Dapur Tinggi (Portland Balst-Furnase Slag
Cement)
d. Semen Super Masonry
II.1.1.4 Pengerasan dan Pengikatan Semen
Apabila air ditambahkan kedalam semen portland, maka terjadi reaksi
antara komponen-komponen semen dengan air yang dinamakan Hidrasi. Reaksi
tersebut akan menghasilkan senyawa-senyawa hidrat. Senyawa hidrat terdiri dari:
1. Calcium Silicate hydrate + Ca(OH)2.
2. Calcium Aluminate Hydrate (3CaO.Al2O3.3H2O).
3. Calcium Sulfuric Aluminate Hydrate (3CaO.Al2O3.3CaSO4.3H2O)4.
Yang semuanya dalam bentuk “Cement Gel”.
Universitas Sumatera Utara
![Page 6: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/6.jpg)
16
Mekanisme proses pengikatan (setting) dan Pengerasan (hardening)
Gambar 2.1 Proses pengikatan dan pengerasan semen (Mulyono, 2003).
Keterangan :
1. Pada awal mula reaksi hydrasi tersebut akan menghasilkan pengendapan
Ca(OH)2, etteringite dan C-S-H akan membentuk coating pada partikel semen
serta etteringite akan membentuk coating pada 3CaO.Al2O3, hal ini akan
mengakibatkan reaksi hydrasi akan tertahan, periode ini disebut Dormant
Periode.
2. Dormant Periode ini terjadi pada 1 jam hingga 2 jam, dan selama itu pasta
masih dalam keadaan plastis dan workable. Periode ini berakhir dengan
pecahnya coating tersebut dan segera reaksi hydrasi terjadi kembali dan Initial
Set segera tercapai.
PENAMBAHAN AIR
PASTA PLASTIS DAN MUDAH DIBENTUK
INITIAL SET
PASTA KAKU DAN MUDAH DIBENTUK
PADAT DAN KAKU & MULAI MENGERAS
FINAL SET
PROSES PENGERASAN
DORMANT PERIODE INITIAL SETTING TIME MIN. 45 MENIT
S E T T I N G
FINAL SETTING TIME MAX. 8 JAM
HARDENING
Universitas Sumatera Utara
![Page 7: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/7.jpg)
17
3. Selama periode beberapa jam, reaksi hydrasi dari 3CaO.SiO2 terjadi dan
menghasilkan C-S-H dengan volume lebih dari dua kali volume semen. C-S-
H ini akan mengisi rongga dan membentuk titik-titik kontak yang
menghasilkan kekakuan.
4. Pada tahap berikutnya terjadi konsentrasi dari C-S-H dan konsentrasi dari
titik-titik kontak yang akan menghalangi mobilitas partikel-partikel semen,
yang akhirnya pasta menjadi kaku dan Final Setting dicapai dan proses
pengerasan mulai terjadi secara steady.
II.1.2 Agregat
II.1.2.1 Umum
Agregat merupakan material yang dominan pemakaiannya dalam dunia
rekayasa sipil. Agregat dapat digunakan langsung (seperti dasar jalan dan
timbunan) dan juga dapat digunakan dengan penambahan semen untuk
membentuk suatu kesatuan material atau disebut dengan beton. Agregat
menempati 70% sampai dengan 75% dari volume beton, sehingga karekteristik
dan sifat dari agregat memiliki pengaruh langsung terhadap kualitas dan sifat-sifat
beton (Nugraha, 2007).
Sifat yang paling penting dari suatu agregat (batu-batuan, kerikil, pasir,
dan lain sebagainya) ialah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan,
yang dapat mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen, porositas dan
karekteristik penyerapan air yang mempengaruhi daya tahan terhadap agresi
kimia, serta ketahanan terhadap penyusutan.
Universitas Sumatera Utara
![Page 8: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/8.jpg)
18
II.1.2.2 Jenis Agregat
Hampir semua faktor yang berkenaan dengan kelayakan suatu agregat
endapan (quarry) berhubungan dengan sejarah geologi dari daerah sekitarnya.
Proses geologis yang membentuk suatu quarry atau modifikasi yang berurutan,
menentukan ukuran, bentuk, lokasi, jenis, keadaan dari batuan, serta gradasi, dan
sejumlah faktor lainnya.
Agregat dapat dibedakan atas dua jenis yaitu: agregat alam dan agregat
buatan (pecahan). Agregat alam dan buatan inipun dapat dibedakan berdasarkan
beratnya, asalnya, diameter butirnya (gradasi) dan tekstur permukaannya. Pada
Gambar 2.2 dapat dilihat pembagian jenis agregat berdasarkan sumber
materialnya.
(Mulyono, 2003).
JENIS-JENIS AGREGAT
AGREGAT BERAT AGREGAT NORMAL AGREGAT RINGAN
AGREGAT BUATAN
AGREGAT ALAM
AGREGAT BUATAN
PENGOLAHAN BATUAN DENGAN
PANAS (Terak, Batu tulis,
Lempung)
TANPA PENGOLAHAN
BATUAN DENGAN PANAS
(Batu Klinker)
PENGOLAHAN BATUAN DENGAN
PANAS (Terak, Batu tulis,
Lempung)
TANPA PENGOLAHAN
BATUAN DENGAN PANAS
(Batu Klinker)
-PECAHAN BATA -TERAK TANUR
BIJI BESI, TERAK TANUR TINGGI
AGREGAT ALAM
PASIR KERIKIL
PASI
R S
UN
GA
I
PASI
R G
UN
UN
G
PASI
R L
AU
T
BA
TUA
N B
EKU
BA
TUA
N
BA
TUA
N E
ND
APA
N
Gambar 2.2 Klasifikasi agregat berdasarkan sumber material
Universitas Sumatera Utara
![Page 9: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/9.jpg)
19
II.1.2.2.1 Jenis Agregat Berdasarkan Bentuk
Secara alamiah bentuk agregat dipengaruhi oleh proses geologi batuan.
Setelah dilakukan penambangan, bentuk agregat dipengaruhi oleh teknik
penambangan yang dilakukan, dapat berupa dengan cara peledakan ataupun
dengan mesin pemecah batu.
Jika dikonsolidasikan butiran yang berat akan menghasilkan campuran
beton yang lebih baik jika dibandingkan dengan butiran yang pipih. Penggunaan
pasata semennya akan lebih ekonomis. Bentuk–bentuk agregat ini lebih banyak
berpengaruh terhadap sifat pengerjaan pada beton secar (fresh concrete).
Test standar yang dapat dipergunakan dalam menentukan bentuk agregat
ini adalah ASTM D-3398. Klasifikasi agregat berdasarkan bentuknya adalah
sebagai berikut:
1. Agregat bulat
Agregat bulat terbentuk karena terjadinya pengikisan oleh air atau
keseluruhannya terbentuk karena penggeseran. Rongga udaranya minimum
33%, sehingga rasio luas permukaannnya kecil. Beton yang dihasilkan dari
agregat ini kurang cocok untuk beton mutu tinggi, karena ikatan antara agregat
kurang kuat.
2. Agregat bulat sebagian atau tidak teratur
Agregat ini secara alamiah berbentuk tidak teratur. Sebagian terbentuk karena
pergeseran sehingga permukaan atau sudut–sudutmya berbentuk bulat.
Rongga udara pada agregat ini lebih tinggi, sekitar 35%–38%, sehingga
membutuhkan lebih banyak pasta semen agar mudah dikerjakan. Beton yang
Universitas Sumatera Utara
![Page 10: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/10.jpg)
20
dihasilkan dari agregat ini belum cukup baik untuk mutu tinggi karena ikatan
antara agregat belum cukup baik (masih kurang kuat).
3. Agregat bersudut
Agregat ini mempumyai sudut–sudut yang tampak jelas, yang terbentuk di
tempat–tempat perpotongan bidang–bidang dengan permukaan kasar. Rongga
udara pada agregat ini berkisar antara 38%– 40%, sehingga membutuhkan
lebih banyak lagi pasta semen agar mudah dikerjakan. Beton yang dihasilkan
dari agregat ini cocok untuk struktur yang menekankan pada kekuatan atau
untuk beton mutu tinggi karena ikatan antara agregatnya baik (kuat).
4. Agregat panjang
Agregat ini panjangnya jauh lebih besar dari pada lebarnya dan lebarnya jauh
lebih besar dari tebalnya. Agregat ini disebut panjang jika ukuran terbesarnya
lebih dari 9/5 dari ukuran rata–rata. Ukuran rata–rata ialah ukuran ayakan
yang meloloskan dan menahan butiran agregat. Sebagai contoh, agregat
dengan ukuran rata–rata 15 mm akan lolos ayakan 19 mm dan tertahan oleh
ayakan 10 mm. Agregat ini dinamakan panjang jika ukuran terkecil butirannya
lebih kecil dari 27 mm (9/5 x 15 mm). Agregat jenis ini akan berpengaruh
buruk pada mutu beton yang akan dibuat. Agregat jenis ini cenderung
menghasilkan kuat tekan beton yang buruk.
5. Agregat pipih
Agregat disebut pipih jika perbandingan tebal agregat terhadap ukuran–ukuran
lebar dan tebalnya kecil. Agregat pipih sama dengan agregat panjang, tidak
baik untuk campuran beton mutu tinggi. Dinamakan pipih jika ukuran
terkecilnya kurang dari 35 ukuran rata–ratanya. Menurut Galloway (1994)
Universitas Sumatera Utara
![Page 11: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/11.jpg)
21
agregat pipih mempunyai perbandingan antara panjang dan lebar dengan
ketebalan rasio 1 : 3 yang dapat digambarkan sama dengan uang logam.
6. Agregat pipih dan panjang
Agregat ini mempunyai panjang yang jauh lebih besar daripada lebarnya,
sedangkan lebarnya jauh lebih besar dari tebalnya.
II.1.2.2.2 Jenis Agregat Berdasarkan Tekstur Permukaan
Ukuran susunan agregat tergantung dari kekerasan, ukuran molekul,
tekstur batuan dan besarnya gaya yang bekerja pada permukaan butiran yang telah
membuat licin atau kasar permukaan tersebut. Secara umum susunan permukaan
ini sangat berpengaruh pada kemudahan pekerjaan. Semakin licin permukaan
agregat akan semakin sulit beton untuk dikerjakan. Umumnya jenis agregat
dengan permukaan kasar lebih disukai. Jenis agragat berdasarkan tekstur
permukaannya dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Agregat licin / halus (glassy)
Agregat jenis ini lebih sedikit membutuhkan air dibandingkan dengan agregat
dengan permukaan kasar. Dari hasil penelitian, kekasaran agregat akan
menambah kekuatan gesekan antara pasta semen dengan permukaan butiran
agregat sehingga beton yang menggunakan agragat ini cenderung mutunya
lebih rendah. Agregat licin terbentuk dari akbat pengikisan oleh air, atau
akibat patahnya batuan (rocks) berbutir halus atau batuan yang berlapis–lapis.
2. Berbutir (granular)
Pecahan agregat jenis ini berbentuk bulat dan seragam.
Universitas Sumatera Utara
![Page 12: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/12.jpg)
22
3. Kasar
Pecahannya kasar dapat terdiri dari batuan berbutir halus atau kasar yang
mengandung bahan–bahan berkristal yang tidak dapat terlihat dengan jelas
melalui pemeriksaan visual.
4. Kristalin (Cristalline)
Agregat jenis ini mengandung kristal–kristal yang tampak dengan jelas
melalui pemeriksaan visual.
5. Berbentuk sarang lebah (honey combs)
Tampak dengan jelas pori–porinya dan rongga–rongganya. Melalui
pemeriksaan visual kita dapat melihat lubang–lubang pada batuannya.
II.1.2.2.3 Jenis Agregat Berdasarkan Ukuran Butir
Cara membedakan jenis agregat yang paling banyak dilakukan ialah
dengan didasarkan pada ukuran butir–butirnya. Menurut ukuran butirnya, agregat
dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Agregat Halus
Agregat halus (pasir) berasal dari hasil disintegrasi alami dari batuan alam
atau pasir buatan yang dihasilkan dari alat pemecah batu (stone crusher)
dan mempunyai ukuran butir 5 mm.
Universitas Sumatera Utara
![Page 13: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/13.jpg)
23
Agregat alami yang digunakan untuk agregat campuran beton dapat
digolongkan menjadi 3 macam, yaitu:
a. Pasir galian
Pasir golongan ini diperoleh langsung dari permukaan tanah atau
dengan cara menggali terlebih dahulu. Pasir ini biasanya tajam,
bersudut, berpori dan bebas dari kandungan garam, tetapi biasanya
harus dibersihkan dari kotoran tanah dengan cara mencucinya.
b. Pasir sungai
Pasir ini diperoleh langsung dari dasar sungai, umumnya berbutir
halus, bulat-bulat akibat proses gesekan. Daya lekat antar butir – butir
agak kurang karena butir yang bulat. Karena besar butir–butirnya kecil,
maka baik dipakai untuk memplaster tembok, juga dapat dipakai untuk
keperluan yang lain.
c. Pasir laut
Pasir laut ini adalah pasir yang diambil dari pantai. Butir–butirnya
halus dan bulat karena gesekan. Pasir ini merupakan pasir yang paling
jelek karena banyak mengandung garam–garaman. Garam–garaman ini
menyerap kandungan air dari udara dan ini mengakibatkan pasir selalu
agak basah dan juga menyebabkan pengembangan bila sudah menjadi
bangunan.
Agregat halus yang digunakan pada penelitian ini merupakan pasir sungai
yang berasal dari daerah Binjai.
Universitas Sumatera Utara
![Page 14: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/14.jpg)
24
2. Agregat Kasar
Agregat kasar (kerikil/batu pecah) berasal dari disintegrasi alami dari
batuan alam atau berupa batu pecah yang dihasilkan oleh alat pemecah
batu (stone crusher), dan mempunyai ukuran butir antara 5-40 mm.
Agregat kasar yang digunakan pada penelitian ini adalah agregat alami
yang berasal dari Sungai Wampu dengan ukuran maksimum 40 mm.
II.1.2.2.4 Jenis Agregat Berdasarkan Berat
Agregat berdasarkan beratnya dapat dibedakan menjadi tiga golongan,
yaitu:
1. Agregat normal
Agregat normal dapat dihasilkan dari pemecahan batuan dari quarry
ataupun langsung diambil dari alam. Agregat ini biasanya memiliki berat
jenis rata-rata 2,5 sampai dengan 2,7. Beton yang dibuat dengan agregat
normal adalah beton yang memiliki berat isi 2.200-2.500 kg/m3. Beton
yang dihasilkan dengan menggunakan agregat ini memiliki kuat tekan
sekitar 15-40 Mpa (SK.SNI.T-15-1990:1).
2. Agregat ringan
Agregat ringan dipergunakan untuk menghasilkan beton yang ringan
dalam sebuah konstruksi yang memperhatikan berat dirinya. Berat isi
agregat ringan ini berkisar antara 350-880 kg/m3 untuk agregat kasar, dan
750-1.200 kg/m3 untuk agregat halusnya (SK.SNI.T-15-1990:1).
Universitas Sumatera Utara
![Page 15: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/15.jpg)
25
3. Agregat berat
Agregat berat memiliki berat jenis lebih besar dari 2.800 kg/m3. Agregat
ini biasanya dipergunakan untuk menghasilkan beton untuk proteksi
terhadap radiasi nuklir (SK.SNI.T-15-1990:1).
II.1.3 Air
Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi
semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton.
Air yang dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran beton. Air
yang mengandung senyawa-senyawa berbahaya , yang tercemar garam, minyak,
gula, atau bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam campuran beton akan
menurunkan kulitas beton, bahkan dapat mengubah sifat-sifat beton yang
dihasilkan. Air yang digunakan dapat berupa air tawar (dari sungai, danau, telaga,
kolam, situ, dan lainnya), air laut maupun air limbah, asalkan memenuhi syarat
mutu yang telah ditetapkan (Mulyono, 20003).
Nilai banding berat air dan semen untuk suatu adukan beton dinamakan
water cement ratio ( w.c.r). Agar terjadi prses hidrasi yang sempurna dalam
adukan beton, pada umumnya dipakai nilai w.c.r 0,40-0,65 tergantung mutu beton
yang hedak dicapai umumnya menggunakan nilai w.c.r yang rendah, sedangkan
dilain pihak untuk menambah daya workability (kemudahan pengerjaan)
diperlukan nilai w.c.r yang lebih tinggi (Dipohusodo, 1994).
Universitas Sumatera Utara
![Page 16: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/16.jpg)
26
Kekuatan dan mutu beton umumnya sangat dipengaruhi oleh air yang
digunakan. Air yang digunakan harus disesuaikan pada batas yang memungkinkan
untuk pelaksanaan pekerjaan campuran beton dengan baik. Jumlah air yang
digunakan pada campuran beton dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu :
1. Air bebas, yaitu air yang diperlukan untuk hidrasi semen
2. Air resapan agregat
II.2 Sifat-Sifat Beton
Karakteristik dari beton dipertimbangkan dalam hubungannya dengan
kualitas yang dituntut untuk suatu tujuan konstruksi tertentu. Pendekatan praktis
yang paling baik adalah mengusahakan kesempurnaan semua sifat beton. Adapun
sifat sifat beton yaitu:
II.2.1 Sifat-Sifat Beton Segar
Beton segar merupakan suatu campuran antara air, semen dan agergat
dan bahan tambahan jika diperlukan setelah selesai pengadukan, usaha-usaha
seperti pengangkutan, pengecoran, pemadatan, penyelesaian akhir dan perawatan
beton dapat mempengaruhi beton segar itu sendiri setelah mengeras. Pada tiap-
tiap pengolahan beton segar ini sangat diperhatikan agar bahan-bahan campuran
tetap kompak dan tercampur merata dalam seluruh adukan.
Tiga hal penting yang perlu diketahui dari sifat-sifat beton segar , yaitu :
kemudahan pengerjaan (workabilitas), pemisahan kerikil (segregation),
pemisahan air (bleeding).
Universitas Sumatera Utara
![Page 17: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/17.jpg)
27
II.2.1.1 Kemudahan Pengerjaan (Workability)
Beton segar yang baik terlihat dari kemudahan adukan tersebut
dikerjakan (workability) yang mempunyai sifat:
1. Mobilitas, yaitu kemudahan spesi beton dapat dituangkan (dialirkan)
kedalam cetakan pada saat pengecoran.
2. Kompaktibilitas, yaitu kemudahan spesi beton dipadatkan dan rongga udara
dihilangkan.
3. Stabilitas, yaitu kemampuan spesi beton untuk tetap sebagai masa yang
homogen dan stabil selama dikerjakan dan digetarkan tanpa terjadi segregasi
dari bahan utamanya.
Konsistensi/kelecakan adukan beton dapat diperiksa dengan pengujian
slump yang didasarkan pada ASTM C 143-74. Percoban ini menggunakan corong
baja yang berbentuk konus berlubang pada kedua ujungnya, yang disebut kerucut
Abrams. Bagian bawah berdiameter 20 cm, bagian atas berdiameter 10 cm, dan
tinggi 30 cm (disebut sebagai kerucut Abrams), seperti yang ditunjukkan pada
gambar 2.3.
Gambar 2.3 Kerucut Abrams
Universitas Sumatera Utara
![Page 18: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/18.jpg)
28
Variasi yang terjadi antara nilai slump adanya beberapa ukuran akibat
tiga buah jenis slump yang terjadi dalam praktek yaitu:
1. Penurunan umum dan seragam tanpa ada yang pecah, oleh karena itu dapat
disebut slump yang sebenarnya. Pengambilan nilai slump sebenarnya
dengan mengukur penurunan minimum dari puncak kerucut.
2. Slump geser yang terjadi bilamana paruh puncaknya tergeser atau
tergelincir ke bawah pada bidang miring. Pengambilan nilai slump geser
ini ada dua cara yaitu dengan mengukur penurunan minimum dan
penurunan rata–rata dari puncak kerucut.
nilai slump
Gambar 2.4 Slump sebenarnya
Gambar 2.5 Slump geser
nilai slump
nilai slump
Universitas Sumatera Utara
![Page 19: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/19.jpg)
29
Gambar 2.6 Slump runtuh
3. Campuran beton pada kerucut runtuh seluruhnya. Pengambilan nilai slump
collapse dengan mengukur penurunan minimum dari puncak kerucut.
nilai slump
II.2.1.2 Pemisahan Kerikil (Segregation)
Kecenderungan butir-butir kasar untuk lepas dari campuran beton
dinamakan segregasi. Hal ini akan menyebabkan sarang kerikil, yang pada
akhirnya akan menyebabkan keropos pada beton. Segregasi ini disebabkan oleh
beberapa hal, antara lain :
1. Campuran kurus atau kurang semen.
2. Terlalu banyak air.
3. Besar ukuran agregat maksimum lebih dari 40 mm.
4. Permukaan butir agregat kasar, semakin kasar permukaan butir agregat
semakin mudah terjadi segregasi.
Universitas Sumatera Utara
![Page 20: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/20.jpg)
30
Untuk mengurangi kecenderungan segregasi maka diusahakan air yang
diberikan sedikit mungkin, adukan beton jangan dijatuhkan dengan ketinggian
yang terlalu besar dan cara pengangkutan, penuangan maupun pemadatan harus
mengikuti cara-cara yang betul.
II.2.1.3 Pemisahan Air (Bleeding)
Kecenderungan air untuk naik ke permukaan beton yang baru
dipadatkan dinamakan bleeding. Air yang naik ini membawa semen dan butir-
butir pasir halus, yang pada saat beton mengeras akan membentuk selaput
(laitence).Bleeding dapat dikurangi dengan cara :
• Memberi lebih banyak semen.
• Menggunakan air sedikit mungkin.
• Menggunakan pasir lebih banyak.
II.2.2 Sifat-Sifat Beton Keras
Sifat-sifat beton yang telah mengeras mempunyai arti yang penting
selama masa pemakaiannya. Sifat-sifat penting dari beton yang telah mengeras
adalah kekuatan tekannya, modulus elastisitas beton, ketahanan beton (durability),
permeability dan penyusutan.
Universitas Sumatera Utara
![Page 21: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/21.jpg)
31
II.2.2.1 Kuat Tekan Beton
Kuat tekan beton merupakan sifat yang paling penting dalam beton keras,
dan umumnya dipertimbangkan dalam perencanaan campuran beton. Kuat tekan
beton umur 28 hari berkisar antara 10-65 MPa. Untuk struktur beton bertulang
pada umumnya menggunakan beton dengan kekuatan berkisar 17-30 MPa,
sedangkan untuk beton prategang berkisar 30-45 MPa. Untuk keadaan dan
keperluan struktur khusus, beton ready mix sanggup mencapai nilai kuat tekan
62 MPa dan untuk memproduksi beton kuat tinggi tersebut umumnya
dilaksanakan dengan pengawasan ketat dalam laboratorium (Dipohusodo, 1994).
Beberapa faktor seperti ukuran dan bentuk agregat, jumlah pemakaian
semen, jumlah pemakaian air, proporsi campuran beton, perawatan beton (curing),
usia beton ukuran dan bentuk sampel, dapat mempengaruhi kekuatan tekan beton.
Kekuatan tekan benda uji beton dihitung dengan rumus :
P
fc’ = …………………………………(1)
A
dengan : fc’ : kekuatan tekan (kg/cm2)
P : beban tekan (kg)
A : luas permukaan benda uji (cm2)
Standar deviasi dihitung berdasrakan rumus :
s = √Σ (σ’b – σ’bm)2
_________________ ……………………………………………(2)
N - 1
Universitas Sumatera Utara
![Page 22: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/22.jpg)
32
dengan: s = deviasi standar (Kg/cm2)
σ’b = Kekuatan masing – masing benda uji (Kg/Cm2)
σ’bm = Kekuatan Beton rata –rata ( Kg/cm2 )
N = Jumlah Total Benda Uji hasil pemeriksaan
Berdasarkan PBI ’71 Bagian 3, Bab 4 Pekerjaaan Beton bahwa kekuatan
tekan beton pada berbagai umur benda uji adalah, seperti tabel berikut :
Tabel 2.1 Perbandingan Kekuatan pada berbagai benda uji
Benda Uji Perbandingan Keuatan Tekan
Kubus 15x15x15 cm 1.00
Kubus 20x20x20 cm 0.95
Silinder 15x30 cm 0.83
Untuk estimasi kekuatan tekan masing – masing benda uji terhadap beton
yang berumur 28 hari , dapat diambil dari PBI ‘71, seperti tabel berikut ini
Tabel 2.2 Faktor Konversi Untuk Kuat Tekan Beton 28 Hari
Umur Beton (hari) 3 7 14 21 28 90 365
Semen Porland Biasa 0.40 0.65 0.88 0.95 1.00 1.20 1.35
Semen Porland dengan
Kekuatan awal tinggi
0.55 0.75 0.90 0.95 1.00 1.15 1.20
Universitas Sumatera Utara
![Page 23: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/23.jpg)
33
II.2.2.1.1 Ukuran Dan Bentuk Agregat
Semakin kecil area permukaan agregat, maka semakin kecil kebutuhan
air untuk campuran beton. Dengan semakin kecilnya faktor air semen, maka
kekuatan beton semakin meningkat. Penggunaan agregat dengan ukuran butir
maksimum yang lebih besar, dapat menurunkan kekuatan beton. Pada Gambar 2.7
dapat dilihat hubungan antara efek ukuran agregat dengan kekuatan tekan beton.
Gambar 2.7 Grafik pengaruh ukuran agregat terhadap kuat tekan beton (Dipohusodo, 1994).
II.2.2.1.2 Faktor Air Semen
Secara umum, semakin besar nilai f.a.s, semakin rendah mutu kekuatan
beton. Dengan demikian, untuk menghasilkan sebuah beton yang bermutu tinggi
f.a.s dalam beton haruslah rendah, sayangnya hal ini menyebabkan kesulitan
dalam pengerjaannya. Umumnya nilai f.a.s minimum untuk beton normal sekitar
0,4 dan nilai maksimumnya 0,65. Tujuan pengurangan f.a.s ini adalah untuk
mengurangi hingga seminimal mungkin porositas beton yang dibuat sehingga
akan dihasilkan beton mutu tinggi.
Universitas Sumatera Utara
![Page 24: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/24.jpg)
34
Kekuatan tekan beton dapat diperhitungkan dengan penggunaan faktor
air semen. Pada Gambar 2.8 terlihat bahwa kekuatan tekan beton menurun jika
perbandingan jumlah berat pemakaian air tehadap berat semen ditingkatkan.
Gambar 2.8 Grafik hubungann antara faktor air semen terhadap kekuatan tekan
Beton (Dipohusodo, 1994).
II.2.2.1.3 Umur Beton
Kekuatan tekan beton akan bertambah dengan naiknya umur beton.
Biasanya nilai kuat tekan ditentukan pada waktu beton mencapai umur 28 hari.
Kekuatan beton akan naik secara cepat (linear) sampai umur 28 hari, tetapi setelah
itu kenaikannya tidak terlalu signifikan (Gambar 2.9). Umumnya pada umur 7 hari
kuat tekan mencapai 70% dan pada umur 14 hari mencapai 85% - 90% dari kuat
tekan umur 28 hari (Dipohusodo, 1994).
Universitas Sumatera Utara
![Page 25: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/25.jpg)
35
Gambar 2.9 Hubungan antara umur beton dan kuat tekan beton
(Dipohusodo, 1994).
II.2.2.1.4 Jenis semen
Jenis Portland semen yang digunakan ada 5 jenis yaitu : I, II, III, IV, V.
Jenis-jenis semen tersebut mempunyai laju kenaikan kekuatan yang berbeda
sebagaimana tampak pada Gambar 2.10.
Gambar 2.10 Perkembangan kekuatan tekan mortar untuk berbagai tipe Portland semen (Mulyono, 2003).
Universitas Sumatera Utara
![Page 26: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/26.jpg)
36
II.2.2.1.5 Jumlah semen
Jika faktor air semen sama (slump berubah), beton dengan jumlah
kandungan semen tertentu mempunyai kuat tekan tertinggi sebagaimana tampak
pada Gambar 2.11. Pada jumlah semen yang terlalu sedikit berarti jumlah air juga
sedikit sehingga adukan beton sulit dipadatkan yang mengakibatkan kuat tekan
beton rendah. Namun jika jumlah semen berlebihan berarti jumlah air juga
berlebihan sehingga beton mengandung banyak pori yang mengakibatkan kuat
tekan beton rendah. Jika nilai slump sama (fas berubah), beton dengan kandungan
semen lebih banyak mempunyai kuat tekan lebih tinggi.
Gambar 2.11 Pengaruh jumlah semen terhadap kuat tekan beton pada faktor air semen sama (Kardiyono, 1998).
Universitas Sumatera Utara
![Page 27: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/27.jpg)
37
II.2.2.1.6 Rongga Udara (Voids)
Peningkatan faktor air semen dapat menyebabkan rongga udara
meningkat, sehingga dapat mempengaruhi penurunan durabilitas, sifat kedap air
pada beton, dan juga kekuatan beton. Kebutuhan air dalam pencampuran beton
diharapkan cukup untuk mendukung proses hidrasi pada semen, penambahan air
pada pencampuran beton dapat menyebabkan terjadinya rongga pada beton,
sehingga kualitas beton yang dihasilkan menurun.
II.2.2.1.7 Perawatan Beton (Curing)
Kekuatan tekan beton bertanbah seiring dengan umur beton dan
perawatan beton. Pengaruh perawatan beton dapat dilihat pada Gambar 2.12
peningkatan suhu air baik untuk perawatan beton ataupun pencampuran beton
dapat meningkatkan kekuatan beton lebih cepat. Penggunaan curing dengan
sistem uap dapat meningkatkan kekuatan beton lebih cepat dibandingkan dengan
sistem perawatan beton dengan metode perendaman.
Gambar 2.12 Grafik Pengaruh suhu perawatan beton terhadap kokoh tekan
beton (Kardiyono, 1998).
Universitas Sumatera Utara
![Page 28: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/28.jpg)
38
II.3 Bahan Tambah
II.3.1 Umum
Bahan tambah (admixture) adalah bahan-bahan yang ditambahkan ke
dalam campuran beton pada saat atau selama percampuran berlangsung. Fungsi
dari bahan ini adalah untuk mengubah sifat-sifat dari beton agar menjadi lebih
cocok untuk pekerjaan tertentu, atau untuk menghemat biaya.
Admixture atau bahan tambah yang didefenisikan dalam Standard
Definitions of terminology Relating to Concrete and Concrete Aggregates (ASTM
C.125-1995:61) dan dalam Cement and Concrete Terminology (ACI SP-19)
adalah sabagai material selain air, agregat dan semen hidrolik yang dicampurkan
dalam beton atau mortar yang ditambahkan sebelum atau selama pengadukan
berlangsung. Bahan tambah digunakan untuk memodifikasi sifat dan karakteristik
dari beton misalnya untuk dapat dengan mudah dikerjakan, mempercepat
pengerasan, menambah kuat tekan, penghematan, atau untuk tujuan lain seperti
penghematan energi (Mulyono, 2003).
Bahan tambah biasanya diberikan dalam jumlah yang relatif sedikit, dan
harus dengan pengawasan yang ketat agar tidak berlebihan yang justru akan dapat
memperburuk sifat beton.
Di Indonesia bahan tambah telah banyak dipergunakan. Manfaat dari
penggunaan bahan tambah ini perlu dibuktikan dengan menggunakan bahan
agregat dan jenis semen yang sama dengan bahan yang akan dipakai di lapangan.
Dalam hal ini bahan yang dipakai sebagai bahan tambah harus memenuhi
ketentuan yang diberikan oleh SNI. Untuk bahan tambah yang merupakan bahan
Universitas Sumatera Utara
![Page 29: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/29.jpg)
39
tambah kimia harus memenuhi syarat yang diberikan dalam ASTM C.494,
“Standard Spesification for Chemical Admixture for Concrete”.
Untuk memudahkan pengenalan dan pemilihan admixture, perlu
diketahui terlebih dahulu kategori dan penggolongannya, yaitu :
1. Air entraining Agent (ASTM C 260), yaitu bahan tambah yang ditujukan
untuk membentuk gelembung-gelembung udara berdiameter 1 mm atau lebih
kecil didalam beton atau mortar selama pencampuran, dengan maksud
mempermudah pengerjaan beton pada saat pengecoran dan menambah
ketahanan awal pada beton.
2. Chemical admixture (ASTM C 494), yaitu bahan tambah cairan kimia yang
ditambahkan untuk mengendalikan waktu pengerasan (memperlambat atau
mempercepat), mereduksi kebutuhan air, menambah kemudahan pengerjaan
beton, meningkatkan nilai slump dan sebagainya.
3. Mineral admixture (bahan tambah mineral), merupakan bahan tambah yang
dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja beton. Pada saat ini, bahan tambah
mineral ini lebih banyak digunakan untuk memperbaiki kinerja tekan beton,
sehingga bahan ini cendrung bersifat penyemenan. Keuntunganannya antara
lain : memperbaiki kinerja workability, mempertinggi kuat tekan dan
keawetan beton, mengurangi porositas dan daya serap air dalam beton.
Beberapa bahan tambah mineral ini adalah pozzolan, fly ash, slang, dan silica
fume.
Universitas Sumatera Utara
![Page 30: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/30.jpg)
40
• Miscellanous admixture (bahan tambah lain), yaitu bahan tambah yang
tidak termasuk dalam ketiga kategori diatas seperti bahan tambah jenis
polimer (polypropylene, fiber mash, serat bambu, serat kelapa dan
lainnya), bahan pencegah pengaratan dan bahan tambahan untuk perekat
(bonding agent).
II.3.2 Alasan Penggunaan Bahan Tambah
Penggunaan bahan tambah harus didasarkan pada alasan-alasan yang
tepat misalnya untuk memperbaiki sifat-sifat tertentu pada beton. Pencapaian
kekuatan awal yang tinggi, kemudahan pekerjaan, menghemat harga beton,
memperpanjang waktu pengerasan dan pengikatan, mencegah retak dan lain
sebagainya. Para pemakai harus menyadari hasil yang diperoleh tidak akan sesuai
dengan yang diharapkan pada kondisi pembuatan beton dan bahan yang kurang
baik.
Keuntungan penggunaan bahan tambah pada sifat beton, antara lain :
a. Pada beton segar (fresh concrete)
Memperkecil faktor air semen
Mengurangi penggunaan air.
Mengurangi penggunaan semen.
Memudahkan dalam pengecoran.
Memudahkan finishing.
Universitas Sumatera Utara
![Page 31: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/31.jpg)
41
b. Pada beton keras (hardened concrete)
Meningkatkan mutu beton
Kedap terhadap air (low permeability).
Meningkatkan ketahanan beton (durability).
Berat jenis beton meningkat.
II.3.3 Jenis-Jenis Bahan Tambah Kimia
Menurut standar ASTM C.494 jenis bahan tambah kimia dibedakan
menjadi tujuh tipe. Jenis dan defenisi bahan tambahan kimia ini sebagai berikut:
1. Tipe A ”Water Reducing Admixture”
Water Reducing Admixture adalah bahan tambah yang mengurangi air
pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi
tertentu.
2. Tipe B ”Retarding Admixture”
Retarding Admixture adalah bahan tambah yang berfungsi untuk
menghambat waktu pengikatan beton. Ready mix untuk lokasi yang sulit
dijangkau dan pada daerah yang mempunyai empat musim cuaca, banyak
dipakai pada saat pembangunan konstruksi pada waktu musim panas.
3. Tipe C ”Accelerating Admixture”
Accelerating Admixture adalah bahan tambah yang berfungsi untuk
mempercepat pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton. Bahan
ini digunakan untuk mengurangi lamanya waktu pengeringan (hidrasi) dan
mempercepat pencapaian kekuatan pada beton.
Universitas Sumatera Utara
![Page 32: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/32.jpg)
42
4. Tipe D ”Water Reducing and Retarding Admixture”
Water Reducing and Retarding Admixture adalah bahan tambahan yang
berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan
untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu dan menghambat
pengikatan awal.
5. Tipe E ”Water Reducing and Accelerating Admixture”
Water Reducing and Accelerating AdmixtureI adalah bahan tambah yang
berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan
untuk menghasilkan beton yang konsistensinya tertentu dan mempercepat
pengikatan awal. Bahan ini digunakan untuk manambah kekuatan beton,
dan juga mengurangi kandungan semen yang sebanding dengan
pengurangan kandungan air artinya FAS yang digunakan tetap dengan
mengurangi kadar air.
6. Tipe F ”Water Reducing, High Range Admixture”
Water Reducing, High Range Admixture adalah bahan tambah yang
berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk
menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau lebih.
Jenis bahan tambah ini dapat berupa superplasticizer.
Universitas Sumatera Utara
![Page 33: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/33.jpg)
43
7. Tipe G ”Water Reducing, High Range Retarding Admixture”
Water Reducing, High Range Retarding Admixture adalah bahan tambah
yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan
untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau
lebih dan juga untuk menghambat pengikatan beton. Jenis bahan tambah
ini merupakan gabungan superplasticizer dengan menunda waktu
pengikatan beton.
II.3.4 Bahan Tambah Mineral (Mineral Admixture )
Bahan tambah mineral ini merupakan bahan tambah yang dimaksudkan
untuk memperbaiki kinerja beton. Pada saat ini, bahan tambah mineral ini lebih
banyak digunakan untuk memperbaiki kinerja tekan beton, sehingga bahan
tambah mineral ini cenderung bersifat penyemenan. Beberapa bahan tambah
mineral ini adalah abu terbang (fly ash), slag, silica fume dan abu ampas tebu
(cane pulp ash).
II.3.4.1 Abu Terbang (Fly Ash)
Menurut ASTM C.618 (ASTM, 1995:304) abu terbang (fly ash)
didefenisikan sebagai butiran halus hasil residu pembakaran batubara atau bubuk
batu bara. Fly ash dapat dibedakan menjadi dua, yaitu abu terbang yang normal
yang dihasilkan dari pembakaran batubara antrasit atau batubara bitomius dan
abu terbang kelas C yang dihasilkan dari batubara jenis lignite atau subbitumeus.
Universitas Sumatera Utara
![Page 34: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/34.jpg)
44
Abu terbang kelas C kemungkinan mengandung kapur (lime) lebih dari 10%
beratnya. Kandungan kimia yang dibutuhkan dalam fly ash tercantum dalam
Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Kandungan Kimia Fly Ash
Senyawa Kimia Jenis F Jenis C
Oksida Silika (SiO2) + Oksida Alumina (Al2O3) +
Oksida Besi (Fe2O3), minimum %
70.0
50.0
Trioksida Sulfur (SO3), maksimum % 5.0 5.0
Kadar Air, maksimum % 3.0 3.0
Kehilangan Panas, maksimum % 6.0* 6.0
* Penggunaan sampai dengan 12% masih diijinkan jika ada perbaikan kinerja atau hasil test laboratorium menunjukkan demikian. Sumber : ASTM C.618-95:305.
II.3.4.2 Slag
Slag merupakan hasil residu pembakaran tanur tinggi. Defenisi slag
dalam ASTM C.989, ”Standard spesification for ground granulated Blast-
Furnace Slag for use in concrete and mortar”, (ASTM, 1995:494) adalah produk
non-metal yang merupakan material berbentuk halus, granular hasil pembakaran
yang kemudian didinginkan, misalnya dengan mencelupkannya dalam air.
Keuntungan penggunaan slag dalam campuran beton adalah sebagai
berikut (Lewis, 1982).
a. Mempertinggi kekuatan tekan beton karena kecendrungan melambatnya
kenaikan kekuatan tekan.
b. Menaikkan ratio antara kelenturan dan kuat tekan beton.
c. Mengurangi variasi kekuatan tekan beton.
d. Mempertinggi ketahanan terhadap sulfat dalam air laut.
Universitas Sumatera Utara
![Page 35: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/35.jpg)
45
e. Mengurangi serangan alkali-silika.
f. Mengurangi panas hidrasi dan menurunkan suhu.
g. Memperbaiki penyelesaian akhir dan memberi warna cerah pada beton.
h. Mempertinggi keawetan karena pengaruh perubahan volume.
i. Mengurangi porositas dan serangan klorida.
Faktor-faktor untuk menentukan sifat penyemenan (cementious) dalam
slag adalah komposisi kimia, konsentrasi alkali dan reaksi terhadap sistem,
kandungan kaca dalam slag, kehalusan, dan temperatur yang ditimbulkan selama
proses hidrasi berlangsung(Cain, 1994:505).
II.3.4.3 Silika Fume
Menurut standard ”Spesification for Silica Fume for Use in Hydraulic-
Cemen Concrete and Mortar” (ASTM.C.1240, 1995: 637-642) silica fume adalah
material pozzolan yang halus, dimana komposisi silika lebih banyak yang
dihasilkan dari tanur tinggi atau sisa produksi silikon atau alloy besi silikon
(dikenal sebagai gabungan antara microsilika dengan silica fume).
Penggunaan silica fume dalam campuran beton dimaksudkan untuk
menghasilkan beton dengan kekuatan tekan yang tinggi. Beton dengan kekuatan
tinggi digunakan, misalnya untuk kolom struktur atau dinding geser, pre-cast atau
beton pra-tegang dan beberapa keperluan lain. Kriteria kekuatan beton berkinerja
tinggi saat ini sekitar 50-70 Mpa untuk umur 28 hari. Penggunaan silica fume
berkisar antara 0 - 30% untuk memperbaiki karakteristik kekuatan dan keawetan
Universitas Sumatera Utara
![Page 36: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/36.jpg)
46
beton dengan faktor air semen sebesar 0.34 dan 0.28 dengan atau tanpa bahan
superplastisizer dan nilai slump 50 mm(Yogendran, et al, 1987:124-129):
Komposisi kimia dan fisika dari silika-fume dapat dilihat pada tabel 2.4.
Tabel 2.4 Komposisi Kimia Silica Fume
Kimia Berat (%)
SiO2
Karbon
Fe2O3
CaO
Al2O3
MgO
MnO
K2O
Na2O
92-94
3-5
0.10-0.50
0.10-0.15
0.20-0.30
0.10-0.20
0.008
0.10
0.10
Fisika Berat (%)
Berat Jenis
Rata-rata ukuran partikel, µm,
Lolos ayakan No.325 dala, %
Keasaman pH (10% air dalam slurry)
2.02
0.1
99.00
7.3
Sumber: Yogendra, et al, ACI Material Journal, Maret/April, 1987:125
Universitas Sumatera Utara
![Page 37: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/37.jpg)
47
II.3.4.4 Abu Ampas Tebu (AAT)
` Abu ampas tebu (AAT) adalah sisa hasil pembakaran dari ampas tebu.
Ampas tebu sendiri merupakan hasil limbah buangan yang berlimpah dari proses
pembuatan gula (±30% dari kapasitas giling) (Tanan, 2001). Abu ampas tebu yang
dahulunya hanya digunakan sebagai abu gosok, sudah mulai dimanfaatkan dalam
industri bahan bangunan, seperti :
1. Di Mesir telah diadakan penelitian bahwa abu ampas tebu dapat
dimanfaatkan sebagai komponen penyusun dalam pembuatan keramik
(Elkader, 1986).
2. Telah dicobakan pemanfaatan abu ampas tebu sebagai campuran semen
dengan perbandingan 1 semen : 12 abu ampas tebu, dan ternyata memberi
hasil yang lebih kuat, ringan dan tahan terhadap kondisi agresif, dan tentu
saja membutuhkan biaya yang lebih ekonomis (wahid).
3. Telah dicoba dalam pembuatan panil gypsum, dimana abu ampas tebu
dipakai sebagai bahan tambah mampu menghasilkan panil gypsum yang
memiliki kuat lentur yang baik (Sri Murni, 1998).
4. Penelitian dilakukan pada campuran beton dengan komposisi AAT 0℅,
AAT 10℅, AAT 2 0 ℅ sebag ai p eng g anti semen . Hasil Tes Tek an, Tes
Tarik, dan Uji Porositas pada penelitian beton telah membuktikan bahwa
AAT telah berfungsi sebagai pozzolan dengan kuat tekan terbesar, kuat
tarik terbesar dan porositas terkecil ada pada beton dengan 10℅ AAT
(Ghozi, 2001).
Universitas Sumatera Utara
![Page 38: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/38.jpg)
48
Setelah dilakukan penelitian, senyawa kimia yang terkandung dalam abu
ampas tebu dapat dilihat pada tabel 2.5 sebagai berikut :
Tabel 2.5 Kandungan kimia Abu Ampas Tebu
Senyawa Jumlah (%)
SiO2 70.97
Al2O3 0.33
Fe2O3 0.36
K2O 4.82
Na2O 0.43
MgO 0.82
C5H10O5
22.27 C7H10O3
C5H8O4
Sumber : Hasil anlisa No. 4246/LT AKI/XI/99 oleh Team Afilliansi dan Konsultasi Industri ITS Surabaya
Dari data di atas, jelas sekali terlihat bahwa senyawa kimia yang
dominan adalah SiO2 (silika) sebesar 70.97%. Komposisi tersebut menguntungkan
abu ampas tebu bila bahan ini digunakan sebagai bahan pengganti semen pada
campuran beton.
Universitas Sumatera Utara
![Page 39: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/39.jpg)
49
Keunggulan penggunaan abu ampas tebu pada campuran beton antara
lain :
a. Dengan kandungan silika hampir 80% , abu ampas tebu dapat digunakan
sebagai bahan pengganti semen pada campuran beton.
b. Meningkatkan kepadatan (density) beton.
c. Mengurangi terjadinya retak pada beton.
Kelemahan penggunaan abu ampas tebu pada campuran beton antara
lain :
a. Apabila kandungan silika pada abu ampas tebu menurun tidak mencapai
70% maka akan dapat menurunkan kualitas dan kuat tekan beton.
b. Tidak dapat langsung dipergunakan pada campuran beton, tetapi perlu
adanya penelitian kandungan kimia khususnya silika terlebih dahulu. Hal
ini dikarenakan kandungan kimia abu ampas tebu berbeda untuk setiap
asal abu ampas tebu yang berbeda.
Bahan tambah yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Abu ampas tebu (cane culp ash) yang berasal dari limbah produksi Pabrik Gula
Sei Semayang (PGSS), termasuk dalam kategori bahan tambah mineral (Mineral
Admixture).
Universitas Sumatera Utara
![Page 40: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/40.jpg)
50
II.4 Klasifikasi Retak
Retak pada beton dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Umum yang terdiri dari retak akibat rangkak (creep) dan retak akibat susut
(shrinkage).
b. Lebar retak yang terdiri dari retak mikro, retak maakro dan retak mayor.
c. Bentuk dan pola retak yang terdiri dari retak tunggal, retak ganda dan retak
bercabang.
Retak yang diperbolehkan harus sesuai dengan faktor keamanan,
perawatan (perlakuan) dan kekuatan bahan pada beton itu sendiri meskipun retak
tidak dapat ditentukan bentuk dan pola yang terjadi, hal ini dikarenakan retak
berhubungan dengan permukaanyang bebas (tidak diberi beban).
II.4.1 Rangkak (Creep) dan Susut (Shrinkage)
Pada umumnya penyebab retak adalah rangkak (creep) dan susut
(shrinkage) yang tergantung pada waktu. Rangkak (creep) adalah salah satu sifat
beton dimana beton mengalami deformasi yangb menerus menurut waktu dibawah
pembebanan yang diijinkan. Deformasi yang tidak elastis ini bertambah dengan
tingkat perubahan yang berkurang selama pembebanan dan jumlah totalnya dapat
besar beberapa kali dari deformasi elastis dalam waktu jangka pendek.
Shrinkage secara umum adalah perubahan volume yang tidak
berhubungan dengan pembebanan dan lebih dipengaruhi oleh suhu, kelembaban,
aliran angin dan faktor lingkungan lainnya. Saat beton masih bersifat plastis maka
partikel agregat akan turun kebawah sedangkan air dan udara akan naik ke atas
Universitas Sumatera Utara
![Page 41: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/41.jpg)
51
akibatnya dapat terjadi retak. Retak akibat penyusutan volume pada beton plastis
disebut plastic shrinkage crack sedangkan retak akibat penyusutan yang terus
terjadi karena panas hidrasi pada beton keras (hardener concrete) disebut drying
shrinkage crack.
II.4.2 Plastic Shrinkage Crack
Setelah semen bereaksi dengan air maka pasta akan mengalami reduksi
dalam volume beton, tetapi ini seharusnya menjadi catatan bahwa hal tersebut
disebabkan oleh hidrasi pada beton yang meningkat. Perawatan beton yang
disimpan dalam air secara kontiniu akan menambah volume beton berkisar
0.01 - 0.02 % dari volume semula akibat beton tersebut mengembang. Namun
disatu sisi jika beton disimpan ditempat yang kering dan panas (dry curing) maka
beton akan menyusut sehingga volume beton berkurang.
Plastic shrinkage terjadi pada hari pertama setelah pengecoran berkisar
antara 5 – 10 jam. Retak sering terjadi pada permukaan beton dan terlihat tidak
teratur. Retak juga lebih banyak pada arah horizontal.
Retak plastic shrinkage banyak terjadi pada slab dan perkerasan jalan
raya dengan bidang permukaan yang luas sehingga terjadi evaporasi yang sangat
tinggi. Kondisi udara yang sangat panas juga dapat meningkatkan terjadinya
plastic shrinkage.
Universitas Sumatera Utara
![Page 42: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/42.jpg)
52
Besar kemungkinan terjadinya plastic shrinkage dapat dipengaruhi dalam
merencanakan campuran antara lain yaitu :
1. Tipe semen
2. Faktor air semen
3. Jumlah dan ukuran agregat kasar
4. Konsistensi dalam campuran
Beberapa cara dapat dilakukan untuk mengatur semenimal mungkin retak
akibat plastic shrinkage. Penyemprotan air dingin pada agregat sebelum dicampur
dan penggunaan air dingin pada campuran bisa mengurangi terjadinya plastic
shrinkage crack. Meminimalkan terjadinya penguapan air juga dapat menurunkan
besar terjadinya plastic shrinkage yang dapat dilakukan dengan perawatan
terhadap benda uji supaya lembab atau ditutup dengan plastik agar terhindar dari
pengaruh udara luar.
Penurunan suhu beton pada saat pencampuran akan mengurangi besar
penyusutan plastis pada beton tersebut. Penurunan suhu smen antara 8 – 10 ºC,
suhu air menurun 4 ºC dan suhu agregat menurun 1.8 ºC akan dapat menurunkan
suhu beton sebesar 1 ºC.
Universitas Sumatera Utara
![Page 43: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/43.jpg)
53
II.4.3 Drying Shrinkage Beton
Drying shrinkage terjadi pada beton yang telah mengeras (hardener
concrete) akibat kehilangan air dari pasta semen. Rata-rata drying shrinkage bisa
mancapai sebesar 500 x 10-6 in atau 0.05 % dari panjang beton dan pada
umumnya sebesar 350 – 650 x 10-6 in. Hal ini berarti bahwa untuk ukuran sebuah
slab dengan ukuran 30 ft x 80 ft dapat menyusut berkisar antara 0.12 – 0.23 in
terhadap lebar dan 0.34 – 0.62 in terhadap panjang slab.
Perwatan juga mempengaruhi retak. Pada slab cenderung untuk
mengeringkan bagian atas dan menyusutkan bagian bawah slab yang mempunyai
kelembaban tinggi. Perbedaan kelembaban ini dapat diatasi dengan menggunakan
admixture, yang dapat mengubah cara air berpindah tempat dalam campuran
beton sehingga menghasilkan kelembaban yang seragam.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya drying shrinkage antara
lain adalah :
1. Tipe semen
2. Jumlah semen
3. Proporsi campuran
4. Ukuran dari bentuk struktur
5. Perawatan (curing)
Universitas Sumatera Utara
![Page 44: Chapter II](https://reader034.fdocuments.net/reader034/viewer/2022052322/55721373497959fc0b9253ed/html5/thumbnails/44.jpg)
54
II.4.4 Lebar Retak
Retak dapat dikenali dengan tiga parameter yaitu lebarnya, panjangnya
dan pola umumnya. Lebar retak ini sulit diukur karena bentuknya yang tidak
teratur (irreguler shape). Pada fase pengerasan beton terdapat retak mikro , retak
ini sulit dideteksi karena terlalu kecil.
Untuk melihat lebar retak mikro biasanya digunakan Crack Microscope
yang lebarnya bervariasi antara 0.125 – 1.0 µm (8 jam pertama setelah
pencetakan). Lebar retak minimum yang dapat dilihat oleh mata sebesar 0.13 mm
(0.005 in), dikenal dengan retak mikro. Retak mikro apabila dibebani akan
menjadi retak mayor atau retak yang lebih besar. Lebar retak maksimum yang
diijinkan dapat dilihat pada tabel 2.6 berikut :
Tabel 2.6 Lebar retak maksimum yang diijinkan
No Jenis Struktur dan Kondisi Toleransi
Lebar retak
(mm)
(1) (2) (3)
1. Struktur dalam ruangan (In-door struktur), udara
kering (dry-air), pemberian lapisan yang kedap air
0.41
2. Struktur luar (Out-door struktur), kelembaban sedang,
tidak ada pengaruh korosi
0.30
3. Struktur lain (Out-door struktur), kelembaban tinggi,
pengaruh kimiawi
0.18
4. Struktur dengan kelembaban tinggi dan dipengaruhi
oleh korosi (salju/es, air laut)
0.15
5. Struktur berkaitan dengan air (Reservoir) 0.10
[ACI Committe 244, 1972]
Universitas Sumatera Utara