Chapter 2 benny

53
BAB II TINJAUAN UMUM II.1. Pengertian Kawasan Pecinan di Medan Pecinan atau Kampung Cina (atau Chinatown dalam Bahasa Inggris) merujuk kepada sebuah wilayah kota yang mayoritas penghuninya adalah orang Tionghoa. Pecinan banyak terdapat di kota-kota besar di berbagai negara di mana orang Tionghoa merantau dan kemudian menetap seperti di Amerika Serikat, Kanada dan negara-negara Asia Tenggara. 9 Gambar 1. Sebuah Pecinan di masa Hindia Belanda (litografi berdasarkan lukisan oleh Josias Cornelis Rappard, 1883-1889) Sumber: (www.wapedia.com)

description

23

Transcript of Chapter 2 benny

Page 1: Chapter 2 benny

BAB II

TINJAUAN UMUM

II.1. Pengertian Kawasan Pecinan di Medan

Pecinan atau Kampung Cina (atau Chinatown dalam Bahasa Inggris) merujuk kepada

sebuah wilayah kota yang mayoritas penghuninya adalah orang Tionghoa. Pecinan banyak

terdapat di kota-kota besar di berbagai negara di mana orang Tionghoa merantau dan

kemudian menetap seperti di Amerika Serikat, Kanada dan negara-negara Asia Tenggara.

II.2. Faktor Pembentuk Pecinan

Pecinan pada dasarnya terbentuk karena 2 faktor yaitu :

Faktor politik berupa peraturan pemerintah lokal yang mengharuskan masyarakat

Tionghoa dikonsentrasikan di wilayah-wilayah tertentu supaya lebih mudah diatur

(Wijkenstelsel). Ini lumrah dijumpai di Indonesia di zaman Hindia Belanda karena

pemerintah kolonial melakukan segregasi berdasarkan latar belakang rasial. Di waktu-

waktu tertentu, malah diperlukan izin masuk atau keluar dari pecinan (Passenstelsel)

semisal di pecinan Batavia.

9

Gambar 1. Sebuah Pecinan di masa Hindia Belanda (litografi berdasarkan lukisan oleh Josias Cornelis Rappard, 1883-1889)Sumber: (www.wapedia.com)

Page 2: Chapter 2 benny

10

Faktor sosial berupa keinginan sendiri masyarakat Tionghoa untuk hidup berkelompok

karena adanya perasaan aman dan dapat saling bantu-membantu. Ini sering dikaitkan

dengan sifat ekslusif orang Tionghoa, namun sebenarnya sifat ekslusif ada pada etnis dan

bangsa apapun, semisal adanya kampung Keling/ India di Medan, Indonesia; kampung

Arab di Fujian, Cina atau pemukiman Yahudi di Shanghai, Cina. (www.wapedia.com)

II.3. Sejarah Perkembangan Tionghoa di Medan

Dikota Medan, salah satu Pecinan terletak di jalan Ahmad Yani atau sering disebut

Kesawan. Kesawan adalah nama sebuah daerah di Kecamatan Medan Barat, Medan,

Indonesia. Kawasan ini adalah kawasan yang dipenuhi bangunan-bangunan bersejarah dan

Jalan Ahmad Yani yang berada di kawasan ini merupakan jalan tertua di Medan.

Sebelum 1880 Kampung Kesawan dihuni oleh orang-orang Melayu, namun kemudian

orang-orang Tionghoa dari Malaka dan Tiongkok datang dan menetap di daerah ini sehingga

Kesawan menjadi sebuah Pecinan. Setelah kebakaran besar melalap rumah-rumah kayu di

Kesawan pada tahun 1889, para warga Tionghoa lalu mulai mendirikan ruko-ruko dua lantai

yang sebagian masih tersisa hingga kini. (www.wikipedia.com)

Beberapa bangunan bersejarah yang pernah/masih eksis di daerah ini:

Kantor Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij

Gedung South East Asia Bank

Gedung Bank Modern (dulunya kantor perwakilan Stork)

rumah Tjong A Fie

Gedung Jakarta Lloyd (dulunya kantor perusahaan pelayaran The Netherlands Shipping

Company dan sempat menjadi kantor Rotterdam's Lloyd)

Gedung PT. London Sumatera (dulu kantor Harrison & Crossfield)

Cafe Tip Top (masih beroperasi hingga kini dari zaman kolonial)

Page 3: Chapter 2 benny

11

II.3.1. Asal Kata Tionghoa

Tionghoa atau tionghwa, adalah istilah yang dibuat sendiri oleh orang keturunan

Cina di Indonesia, yang berasal dari kata zhonghua dalam Bahasa Mandarin.

Zhonghua dalam dialek Hokkian dilafalkan sebagai Tionghoa.

Wacana Cung Hwa setidaknya sudah dimulai sejak tahun 1880, yaitu adanya

keinginan dari orang-orang di Cina untuk terbebas dari kekuasaan dinasti kerajaan

dan membentuk suatu negara yang lebih demokratis dan kuat. Wacana ini sampai

terdengar oleh orang asal Cina yang bermukim di Hindia Belanda yang ketika itu

dinamakan Orang Cina.

Gambar 2. Kesawan di tahun 1920-an

Gambar 3. Kesawan di tahun 1931

Gambar 5. Jalan Ahmad Yani (2006)

Gambar 4. Gedung PT. London Sumatera Tbk.

Page 4: Chapter 2 benny

12

Sekelompok orang asal Cina yang anak-anaknya lahir di Hindia Belanda, merasa

perlu mempelajari kebudayaan dan bahasanya. Pada tahun 1900, mereka

mendirikan sekolah di Hindia Belanda, di bawah naungan suatu badan yang

dinamakan "Tjung Hwa Hwei Kwan", yang bila lafalnya diindonesiakan menjadi

Tiong Hoa Hwe Kwan (THHK). THHK dalam perjalanannya bukan saja

memberikan pendidikan bahasa dan kebudayaan Cina, tapi juga menumbuhkan rasa

persatuan orang-orang Tionghoa di Hindia Belanda, seiring dengan perubahan

istilah "Cina" menjadi "Tionghoa" di Hindia Belanda. (www.wapedia.com)

II.3.2. Populasi di Indonesia

Berdasarkan Volkstelling (sensus) di masa Hindia Belanda, populasi Tionghoa-

Indonesia mencapai 1.233.000 (2,03%) dari penduduk Indonesia di tahun 1930.

Tidak ada data resmi mengenai jumlah populasi Tionghoa di Indonesia dikeluarkan

pemerintah sejak Indonesia merdeka. Namun ahli antropologi Amerika, G.W.

Skinner, dalam risetnya pernah memperkirakan populasi masyarakat Tionghoa di

Indonesia mencapai 2.505.000 (2,5%) pada tahun 1961.

Dalam sensus penduduk pada tahun 2000, ketika untuk pertama kalinya

responden sensus ditanyai mengenai asal etnis mereka, hanya 1% dari jumlah

keseluruhan populasi Indonesia mengaku sebagai Tionghoa. Perkiraan kasar yang

dipercaya mengenai jumlah suku Tionghoa-Indonesia saat ini ialah berada di antara

kisaran 4% - 5% dari seluruh jumlah populasi Indonesia. (www.wapedia.com)

II.3.3. Daerah asal di China

Ramainya interaksi perdagangan di daerah pesisir tenggara Cina, menyebabkan

banyak sekali orang-orang yang juga merasa perlu keluar berlayar untuk berdagang.

Tujuan utama saat itu adalah Asia Tenggara. Karena pelayaran sangat tergantung

pada angin musim, maka setiap tahunnya para pedagang akan bermukim di

wilayah-wilayah Asia Tenggara yang disinggahi mereka. Demikian seterusnya ada

pedagang yang memutuskan untuk menetap dan menikahi wanita setempat, ada

pula pedagang yang pulang ke Cina untuk terus berdagang.

Page 5: Chapter 2 benny

13

Orang-orang Tionghoa di Indonesia, umumnya berasal dari tenggara Cina.

Mereka termasuk suku-suku:

Hakka

Hainan

Hokkien

Kantonis

Hokchia

Tiochiu

Daerah asal yang terkonsentrasi di pesisir tenggara ini dapat dimengerti, karena

dari sejak zaman Dinasti Tang kota-kota pelabuhan di pesisir tenggara Cina

memang telah menjadi bandar perdagangan yang ramai. Quanzhou pernah tercatat

sebagai bandar pelabuhan terbesar dan tersibuk di dunia pada zaman tersebut.

(www.wapedia.com)

Gambar 6. Peta distribusi daerah asal leluhur suku Tionghoa-Indonesia

Page 6: Chapter 2 benny

14

II.3.4. Daerah konsentrasi

Sebagian besar dari orang-orang Tionghoa di Indonesia menetap di pulau Jawa.

Daerah-daerah lain di mana mereka juga menetap dalam jumlah besar selain di

daerah perkotaan adalah: Sumatera Utara, Bangka-Belitung, Sumatera Selatan,

Lampung, Lombok, Kalimantan Barat, Banjarmasin dan beberapa tempat di

Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara.

Hakka - Aceh, Sumatera Utara, Batam, Sumatera Selatan, Bangka-Belitung,

Lampung, Jawa, Kalimantan Barat,Banjarmasin, Sulawesi Selatan, Manado,

Ambon dan Jayapura.

Hainan - Pekanbaru, Batam, dan Manado.

Hokkien - Sumatera Utara, Riau ( Pekanbaru Selatpanjang, Bagansiapiapi, dan

Bengkalis), Padang, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jawa, Bali (terutama di

Denpasar dan Singaraja), Banjarmasin, Kutai, Sumbawa, Manggarai, Kupang,

Makassar, Kendari, Sulawesi Tengah, Manado, dan Ambon.

Kantonis - Jakarta, Makassar dan Manado.

Hokchia - Jawa (terutama di Bandung, Cirebon, Banjarmasin dan Surabaya).

Tiochiu - Sumatera Utara, Riau, Riau Kepulauan, Sumatera Selatan, dan

Kalimantan Barat (khususnya di Pontianak dan Ketapang).

Di Tangerang Banten, masyarakat Tionghoa telah menyatu dengan penduduk

setempat dan mengalami pembauran lewat perkawinan, sehingga warna kulit

mereka kadang-kadang lebih gelap dari Tionghoa yang lain. Istilah buat mereka

disebut Cina Benteng. Keseniannya yang masih ada disebut Cokek, sebuah tarian

lawan jenis secara bersama dengan iringan paduan musik campuran Cina, Jawa,

Sunda dan Melayu. (www.wapedia.com)

Page 7: Chapter 2 benny

15

II.3.5. Sejarah

II.3.5.1. Masa-masa awal

Orang dari Tiongkok daratan telah ribuan tahun mengunjungi dan mendiami

kepulauan Nusantara.

Beberapa catatan tertua ditulis oleh para agamawan, seperti Fa Hien pada

abad ke-4 dan I Ching pada abad ke-7. Fa Hien melaporkan suatu kerajaan di

Jawa ("To lo mo") dan I Ching ingin datang ke India untuk mempelajari

agama Buddha dan singgah dulu di Nusantara untuk belajar bahasa

Sansekerta dahulu. Di Jawa ia berguru pada seseorang bernama Jñânabhadra.

Dengan berkembangnya kerajaan-kerajaan di Nusantara, para imigran

Tiongkok pun mulai berdatangan, terutama untuk kepentingan perdagangan.

Pada prasasti -prasasti dari Jawa orang Cina disebut-sebut sebagai warga

asing yang menetap di samping nama-nama sukubangsa dari Nusantara,

daratan Asia Tenggara dan anakbenua India. Dalam suatu prasasti perunggu

bertahun 860 dari Jawa Timur disebut suatu istilah, Juru Cina, yang berkait

dengan jabatan pengurus orang-orang Tionghoa yang tinggal di sana.

Beberapa motif relief di Candi Sewu diduga juga mendapat pengaruh dari

motif-motif kain sutera Tiongkok.

Catatan Ma Huan, ketika turut serta dalam ekspedisi Cheng Ho, menyebut

secara jelas bahwa pedagang Cina muslim menghuni ibukota dan kota-kota

bandar Majapahit (abad ke-15) dan membentuk satu dari tiga komponen

penduduk kerajaan itu. Ekspedisi Cheng Ho juga meninggalkan jejak di

Semarang, ketika orang keduanya, Wang Jinghong, sakit dan memaksa

rombongan melepas sauh di Simongan (sekarang bagian dari Kota

Semarang). Wang kemudian menetap karena tidak mampu mengikuti

ekspedisi selanjutnya. Ia dan pengikutnya menjadi salah satu cikal-bakal

warga Tionghoa Semarang. Wang mengabadikan Cheng Ho menjadi sebuah

patung (disebut "Mbah Ledakar Juragan Dampo Awang Sam Po Kong"),

Page 8: Chapter 2 benny

16

serta membangun kelenteng Sam Po Kong atau Gedung Batu. Di komplek ini

Wang juga dikuburkan dan dijuluki "Mbah Jurumudi Dampo Awang".

Sejumlah sejarawan juga menunjukkan bahwa Raden Patah, pendiri

Kesultanan Demak, memiliki darah Tiongkok selain keturunan Majapahit.

Beberapa wali penyebar agama Islam di Jawa juga memiliki darah Tiongkok,

meskipun mereka memeluk Islam dan tidak lagi secara aktif mempraktekkan

kultur Tionghoa.

Kitab Sunda Tina Layang Parahyang menyebutkan kedatangan rombongan

Tionghoa ke muara Ci Sadane (sekarang Teluknaga) pada tahun 1407, di

masa daerah itu masih di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda (Pajajaran).

Pemimpinnya adalah Halung dan mereka terdampar sebelum mencapai

tujuan di Kalapa. (www.wapedia.com)

II.3.5.2. Era Kolonial

Di masa kolonial, Belanda pernah mengangkat beberapa pemimpin

komunitas dengan gelar Kapiten Cina, yang diwajibkan setia dan menjadi

penghubung antara pemerintah dengan komunitas Tionghoa. Beberapa di

antara mereka ternyata juga telah berjasa bagi masyarakat umum, misalnya

Gambar 7. Jalanan Batavia pertengahan tahun 1910-an (terdapat Seorang pria Tionghoa berkuncir/toucang)

Page 9: Chapter 2 benny

17

So Beng Kong dan Phoa Beng Gan yang membangun kanal di Batavia. Di

Yogyakarta, Kapiten Tan Djin Sing sempat menjadi Bupati Yogyakarta.

Sebetulnya terdapat juga kelompok Tionghoa yang pernah berjuang

melawan Belanda, baik sendiri maupun bersama etnis lain. Bersama etnis

Jawa, kelompok Tionghoa berperang melawan VOC tahun 1740-1743. Di

Kalimantan Barat, komunitas Tionghoa yang tergabung dalam "Republik"

Lanfong berperang dengan pasukan Belanda pada abad XIX.

Dalam perjalanan sejarah pra kemerdekaan, beberapa kali etnis Tionghoa

menjadi sasaran pembunuhan massal atau penjarahan, seperti pembantaian di

Batavia 1740 dan pembantaian masa perang Jawa 1825-1830. Pembantaian

di Batavia tersebut melahirkan gerakan perlawanan dari etnis Tionghoa yang

bergerak di beberapa kota di Jawa Tengah yang dibantu pula oleh etnis Jawa.

Pada gilirannya ini mengakibatkan pecahnya kerajaan Mataram. Orang

Tionghoa tidak lagi diperbolehkan bermukim di sembarang tempat. Aturan

Wijkenstelsel ini menciptakan pemukiman etnis Tionghoa atau pecinan di

sejumlah kota besar di Hindia Belanda. (www.wapedia.com)

II.3.5.3. Masa Revolusi dan Pra Kemerdekaan RI

Pada masa revolusi tahun 1945-an, Mayor John Lie yang menyelundupkan

barang-barang ke Singapura untuk kepentingan pembiayaan Republik.

Rumah Djiaw Kie Siong di Rengasdengklok, dekat Karawang, diambil-alih

oleh Tentara Pembela Tanah Air (PETA), kemudian penghuninya

dipindahkan agar Bung Karno dan Bung Hatta dapat beristirahat setelah

"disingkirkan" dari Jakarta pada tanggal 16 Agustus 1945. Di Badan

Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang

merumuskan UUD'45 terdapat 4 orang Tionghoa yaitu; Liem Koen Hian,

Tan Eng Hoa, Oey Tiang Tjoe, Oey Tjong Hauw, dan di Panitia Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (PPKI) terdapat 1 orang Tionghoa yaitu Drs.Yap

Tjwan Bing. Liem Koen Hian yang meninggal dalam status sebagai

Page 10: Chapter 2 benny

18

warganegara asing, sesungguhnya ikut merancang UUD 1945. Lagu

Indonesia Raya yang diciptakan oleh W.R. Supratman, pun pertama kali

dipublikasikan oleh Koran Sin Po.

Dalam perjuangan fisik ada beberapa pejuang dari kalangan Tionghoa,

namun nama mereka tidak banyak dicatat dan diberitakan. Salah seorang

yang dikenali ialah Tony Wen, yaitu orang yang terlibat dalam penurunan

bendera Belanda di Hotel Oranye Surabaya. (www.wapedia.com)

II.3.5.4. Pasca Kemerdekaan

Orde Lama

Pada Orde Lama, terdapat beberapa menteri Republik Indonesia dari

keturunan Tionghoa seperti Oei Tjoe Tat, Ong Eng Die, Siauw Giok Tjhan,

dll. Bahkan Oei Tjoe Tat pernah diangkat sebagai salah satu Tangan Kanan

Ir. Soekarno pada masa Kabinet Dwikora. Pada masa ini hubungan Ir.

Soekarno dengan beberapa tokoh dari kalangan Tionghoa dapat dikatakan

sangat baik. Walau pada Orde Lama terdapat beberapa kebijakan politik yang

diskriminatif seperti Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1959 yang melarang

WNA Tionghoa untuk berdagang eceran di daerah di luar ibukota provinsi

dan kabupaten. Hal ini menimbulkan dampak yang luas terhadap distribusi

barang dan pada akhirnya menjadi salah satu sebab keterpurukan ekonomi

menjelang tahun 1965 dan lainnya.

Orde Baru

Selama Orde Baru dilakukan penerapan ketentuan tentang Surat Bukti

Kewarganegaraan Republik Indonesia, atau yang lebih populer disebut

SBKRI, yang utamanya ditujukan kepada warga negara Indonesia (WNI)

etnis Tionghoa beserta keturunan-keturunannya. Walaupun ketentuan ini

bersifat administratif, secara esensi penerapan SBKRI sama artinya dengan

upaya yang menempatkan WNI Tionghoa pada posisi status hukum WNI

yang "masih dipertanyakan".

Page 11: Chapter 2 benny

19

Pada Orde Baru Warga keturunan Tionghoa juga dilarang berekspresi.

Sejak tahun 1967, warga keturunan dianggap sebagai warga negara asing di

Indonesia dan kedudukannya berada di bawah warga pribumi, yang secara

tidak langsung juga menghapus hak-hak asasi mereka. Kesenian barongsai

secara terbuka, perayaan hari raya Imlek, dan pemakaian Bahasa Mandarin

dilarang, meski kemudian hal ini diperjuangkan oleh komunitas Tionghoa

Indonesia terutama dari komunitas pengobatan Tionghoa tradisional karena

pelarangan sama sekali akan berdampak pada resep obat yang mereka buat

yang hanya bisa ditulis dengan bahasa Mandarin. Mereka pergi hingga ke

Mahkamah Agung dan akhirnya Jaksa Agung Indonesia waktu itu memberi

izin dengan catatan bahwa Tionghoa Indonesia berjanji tidak menghimpun

kekuatan untuk memberontak dan menggulingkan pemerintahan Indonesia.

Satu-satunya surat kabar berbahasa Mandarin yang diizinkan terbit adalah

Harian Indonesia yang sebagian artikelnya ditulis dalam bahasa Indonesia.

Harian ini dikelola dan diawasi oleh militer Indonesia dalam hal ini adalah

ABRI meski beberapa orang Tionghoa Indonesia bekerja juga di sana.

Agama tradisional Tionghoa dilarang. Akibatnya agama Konghucu

kehilangan pengakuan pemerintah.

Pemerintah Orde Baru berdalih bahwa warga Tionghoa yang populasinya

ketika itu mencapai kurang lebih 5 juta dari keseluruhan rakyat Indonesia

dikhawatirkan akan menyebarkan pengaruh komunisme di Tanah Air.

Padahal, kenyataan berkata bahwa kebanyakan dari mereka berprofesi

sebagai pedagang, yang tentu bertolak belakang dengan apa yang diajarkan

oleh komunisme, yang sangat mengharamkan perdagangan dilakukan.

Orang Tionghoa dijauhkan dari kehidupan politik praktis. Sebagian lagi

memilih untuk menghindari dunia politik karena khawatir akan keselamatan

dirinya.

Page 12: Chapter 2 benny

20

Pada masa akhir dari Orde Baru, terdapat peristiwa kerusuhan rasial yang

merupakan peristiwa terkelam bagi masyarakat Indonesia terutama warga

Tionghoa karena kerusuhan tersebut menyebabkan jatuhnya banyak korban

bahkan banyak di antara mereka mengalami pelecehan seksual, penjarahan,

kekerasan, dan lainnya.

Reformasi

Reformasi yang digulirkan pada 1998 telah banyak menyebabkan

perubahan bagi kehidupan warga Tionghoa di Indonesia. Walau belum 100%

perubahan tersebut terjadi, namun hal ini sudah menunjukkan adanya tren

perubahan pandangan pemerintah dan warga pribumi terhadap masyarakat

Tionghoa. Bila pada masa Orde Baru aksara, budaya, ataupun atraksi

Tionghoa dilarang dipertontonkan di depan publik, saat ini telah menjadi

pemandangan umum hal tersebut dilakukan. Di Medan, Sumatera Utara,

misalnya, adalah hal yang biasa ketika warga Tionghoa menggunakan bahasa

Hokkien ataupun memajang aksara Tionghoa di toko atau rumahnya. Selain

itu, pada Pemilu 2004 lalu, kandidat presiden dan wakil presiden Megawati-

Wahid Hasyim menggunakan aksara Tionghoa dalam selebaran

kampanyenya untuk menarik minat warga Tionghoa. (www.wapedia.com)

II.3.6. Peran Warga Tionghoa Bagi Republik Indonesia

Didirikannya sekolah-sekolah Tionghoa oleh organisasi Tiong Hoa Hwee Koan

(THHK) sejak 1900, mendorong berkembangnya pers dan sastra Melayu

Tionghoa. Maka dalam waktu 70 tahun telah dihasilkan sekitar 3000 buku, suatu

prestasi yang luar biasa bila dibandingkan dengan sastra yang dihasilkan oleh

angkatan pujangga baru, angkatan 45, 66 dan pasca 66 yang tidak seproduktif itu.

Dengan demikian komunitas ini telah berjasa dalam membentuk satu awal

perkembangan bahasa Indonesia.

Page 13: Chapter 2 benny

21

Sumbangsih warga Tionghoa Indonesia juga terlihat dalam koran Sin Po,

dimana koran Sin Po menjadi koran pertama yang menerbitkan teks lagu Indonesia

Raya setelah disepakati pada Sumpah Pemuda tahun 1928.

Nama Sie Kok Liong memang sangat jarang didengar oleh masyarakat

Indonesia, namun Sie Kok Liong merupakan seorang warga Tionghoa yang

menyewakan rumahnya bagi para pemuda dalam menyelenggarakan Sumpah

Pemuda. Hanya sedikit catatan mengenai Sie Kok Liong, seiring dengan

tumbuhnya sekolah-sekolah pada awal abad ke-20 di Jakarta tumbuh pula

pondokan-pondokan pelajar untuk menampung mereka yang tidak tertampung di

asrama sekolah atau untuk mereka yang ingin hidup lebih bebas di luar asrama

yang ketat. Salah satu di antara pondokan pelajar itu adalah Gedung Kramat 106

milik Sie Kok Liong. Di Gedung Kramat 106 inilah sejumlah pemuda pergerakan

dan pelajar sering berkumpul. Gedung itu, selain menjadi tempat tinggal dan sering

digunakan sebagai tempat latihan kesenian Langen Siswo juga sering dipakai

untuk tempat diskusi tentang politik para pemuda dan pelajar. Terlebih lagi setelah

Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) didirikan pada September 1926.

Selain dijadikan kantor PPPI dan kantor redaksi majalah Indonesia Raya yang

diterbitkan oleh PPPI, berbagai organisasi pemuda sering menggunakan gedung ini

sebagai tempat kongres. Bahkan pada 1928 Gedung Kramat 106 jadi salah satu

tempat penyelenggaraan Kongres Pemuda II tanggal 27 - 28 Oktober 1928.

Universitas Trisakti yang kini menjadi salah satu universitas terkenal di

Indonesia juga merupakan salah satu sumbangsih warga Tionghoa di Indonesia.

Pada tahun 1958, universitas ini didirikan oleh para petinggi Baperki yang

kebanyakan keturunan Tionghoa salah satunya yaitu Siauw Giok Tjhan, pada

tahun 1962 oleh Presiden Soekarno nama universitas ini diganti menjadi

Universitas Res Publika hingga 1965, dan sejak Orde Baru, universitas ini beralih

nama menjadi Universitas Trisakti hingga sekarang.

Di Medan dikenal kedermawanan Tjong A Fie, rasa hormatnya terhadap Sultan

Deli Makmun Al Rasyid diwujudkannya pengusaha Tionghoa ini dengan

Page 14: Chapter 2 benny

22

menyumbang sepertiga dari pembangunan Mesjid Raya Medan. Rumah

peninggalan Tjong A Fie sampai sekarang masih ada di kota Medan walaupun

bangunannya terlihat tidak terurus lagi.

Di Bagansiapiapi terdapat festival atau upacara bakar tongkang sebagai ucapan

rasa syukur masyarakat Tionghoa Bagansiapapi atas perlindungan Dewa Ki Ong

Ya. Upacara bakar tongkang sangat diandalkan pemerintah daerah setempat

sebagai daya tarik wisata daerah dimana setiap tahunnya menyedot puluhan ribu

kunjungan wisatawan baik dalam maupun luar negeri.

Saat ini di Taman Mini Indonesia Indah sedang dibangun taman budaya

Tionghoa Indonesia yang diprakarsai oleh PSMTI. Pembangunan taman ini

direncanakan akan selesai sebelum tahun 2012 dengan biaya kurang lebih 50

milyar rupiah. (www.wapedia.com)

II.3.7. Masuknya Tionghoa di Medan

Proses sejarah dan peristiwa kultural diantaranya, yang dapat diduga menjadi

salah satu faktor pendorong lajunya pertumbuhan dan perkembangan di kota

Medan, tidaklah luput dari upaya kreativitas warga masyarakat keturunan Tionghoa

yang ada di Medan. Kedatangan mereka ke tanah Deli— khususnya di Medan

dengan jumlah yang relatif cukup besar —adalah upaya Jacob Nienhuys (Orang-

orang dari negeri Cina sebelumnya juga pernah melakukan kunjungan ke daerah

ini tetapi untuk tujuan perdagangan dengan penduduk setempat).

Pada mulanya mereka didatangkan untuk menjadi kuli di perkebunan yang ada

di sekitarnya. Gelombang pertama di datangkan dari Singapura, sebanyak 300

orang menurut catatan yang terdaftar dibagian arsip kedatangan di pelabuhan

Belawan, kemudian menyusul sebanyak 100 orang lagi. Sebagian besar orang-

orang Tionghoa yang didatangkan ke daerah ini berasal dari Penang, yang

dahulunya adalah orang Tionghoa yang berasal dari suku Teo Chiu (dari propinsi

Kwantung, Cina Selatan). Mereka dikumpulkan oleh broker-broker ( Keh tau ), dan

sekaligus merupakan kepala gerombolan Kongsi Toh Pe Kong yang ada di sana

Page 15: Chapter 2 benny

23

(Sinar, 1994:58). Ada pula yang langsung didatangkan dari daratan Cina bagian

Selatan yaitu dari Propinsi Fukien dan Kwantung.

Jumlah mereka, pada tahun 1874, sudah mencapai 4.476 orang, dan dalam tahun

1890 meningkat menjadi 53.806 orang. Selanjutnya pada tahun 1900 jumlah

mereka sudah sebanyak 58.516 orang.

Namun dalam proses perkembangan selanjutnya, kedatangan orang-orang

Tionghoa ini tidak hanya sebagai kuli saja, tetapi ada juga yang melakukan aktivitas

untuk perniagaan. Menurut sensus pada tahun 1920, migran Tionghoa jumlahnya

sudah mencapai 121.716 orang, yang terdiri dari 92.985 orang pria dan hanya

18.731 orang saja yang wanita. (Vleming Jr, 1989:185). (Thesis Agustrisno

“Respons Kultural dan Struktural Masyarakat Tionghoa terhadap pembangunan di

kota Medan” )

II.4. Fungsi Pecinan

II.4.1. Tempat Wisata

Wisata merupakan kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan perjalanan

yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek

dan daya tarik wisata.

Tempat wisata atau obyek wisata adalah sebuah tempat rekreasi/tempat

berwisata. Obyek wisata dapat berupa obyek wisata alam seperti gunung, danau,

sungai, pantai, laut, atau berupa obyek wisata bangunan seperti museum, benteng,

situs peninggalan sejarah, dll. (www.wikipedia.com)

Pecinan berfungsi sebagai tempat wisata berupa objek wisata bangunan.

Sebagai tempat wisata, pecinan diharapkan dapat menambah daerah tujuan wisata

di kota Medan sekaligus mendongkrak minat pengunjung untuk berkunjung ke

kota Medan.

Page 16: Chapter 2 benny

24

II.4.2. Perdagangan

Perdagangan atau perniagaan adalah kegiatan tukar menukar barang atau jasa

atau keduanya. Perdagangan terjadi bila ada penjual, pembeli dan adanya sesuatu

barang atau jasa yang dapat diperjual belikan. (www.wikipedia.com)

Ada pendapat yang menyatakan orang-orang Tionghoa mau meninggalkan

daerah asalnya, karena pada saat itu, suasana politik dan kondisi sosial di tempat

asalnya sedang memburuk. Perebutan dinasti tengah terjadi yang menimbulkan

perang saudara diantara mereka, salah satu diantaranya adalah gagalnya

pemberontakan Taiping (Soetriyono, 1989: 5) Kehidupan mereka di tempat asalnya

dirasakan serba sulit, tanah kurang subur, penduduknya sangat padat terutama di

daratan Cina bagian Selatan. Di samping itu, daerah asal mereka kerap kali terjadi

bencana alam (banjir). Hal ini menjadi faktor pendorong bagi mereka untuk

bermigrasi ke daerah Nan-Yang .

Peluang semacam itu, memberi keuntungan pula bagi pihak kolonial untuk

merekrut tenaga kerja yang murah, terampil dan rajin. Hal inilah yang

menyebabkan pemerintah Hindia Belanda selama beberapa decade mendatangkan

ratusan ribu orang Tionghoa dari bagian Selatan daratan Cina. Mereka kebanyakan

adalah orang-orang Hokkian, didatangkan oleh pemerintah colonial Belanda

terutama untuk dijadikan buruh perkebunan ke daerah Sumatera Timur, sedangkan

orang-orang Hakka untuk dijadikan sebagai buruh tambang di daerah pertambangan

timah di pulau Bangka dan Bilitung.

Namun, banyak juga orang-orang Tionghoa yang atas kemauannya sendiri

berdatangan ke Indonesia untuk mencari kehidupan baru. Terutama ketika terjadi

serangan yang dilakukan oleh tentera Jepang ke daerah Cina sekitar tahun 1937-38,

membuat rakyat Cina Selatan selalu dicekam ketakutan. Mereka pun pada

mengungsi ke daerah lain, bahkan diantara mereka berupaya meninggalkan

negerinya untuk merantau (Soetriyono, 1989: 30). Karena tujuan mereka memang

untuk memperbaiki nasib, oleh karena itu kesungguhan untuk menduduki posisi

yang dominan dalam bidang perekonomian memang mereka harapkan. Kesempatan

Page 17: Chapter 2 benny

25

ini diberi peluang pula oleh pemerintah kolonial.(Chalida, 1975:4).

Sejak kuli-kuli Tionghoa tidak lagi terikat kontrak dengan pihak perkebunan,

atau pertambangan, sebagian besar dari mereka tidak pula kembali ke daerah

asalnya. Mereka kebanyakan tinggal menetap di wilayah tanah Deli Sumatera

Timur, terutama tinggal di daerah perkotaan seperti Medan. Mereka diberi peluang

kesempatan oleh pemerintah kolonial Belanda pada waktu itu untuk bergerak di

dunia bisnis. Dalam waktu yang cukup singkat mereka sudah beralih ke berbagai

sektor perdagangan dan jasa (Sinar, 1980), disertai dengan kegigihannya yang

sungguh-sungguh sehingga sebagian besar dari mereka telah pula meningkat dan

berhasil dalam usahanya.

Di kota Medan, masyarakat Tionghoa telah banyak memberikan corak tertentu,

yang khas terhadap perkembangan kehidupan kota Medan itu sendiri. Kendatipun

masyarakat Tionghoa yang jumlahnya hanya minoritas saja, bila dibanding

dengan penduduk asli pribumi, tetapi mereka sering kali dapat menguasai berbagai

posisi yang strategis dan dapat pula menggerakan kehidupan sosio-ekonomi

penduduk lain yang non-Tionghoa di kota ini. Baik yang bergerak di sektor

produsen maupun mereka yang bergerak disektor distributor dan jasa. Keberadaan

etnis Tionghoa di kota Medan saat ini merupakan ‘The Godfather’, khususnya di

bidang ekonomi. Di tengah-tengah kehidupan masyarakat kota Medan yang

heterogen dan serba kompleks kehandalan mereka membuat kota Medan “ menjadi

suatu yang lain ”. Suatu fenomena yang menarik untuk dicermati (Bergerak, 1994:

4).

Dapat diperkirakan tidak sedikit diantara warga penduduk asli pribumi lainnya

di kota Medan, yang kebutuhan hidupnya juga sangat bergantung pada kesuksesan

bisnis orang Tionghoa ini. Warga penduduk asli pribumi ada yang menjadi pekerja

sebagai karyawan/karyawati di pabrik-pabrik milik pengusaha Tionghoa, bahkan

ada pula yang menjadi pekerja sebagai pelayan di pertokoan maupun sebagai

pembantu rumah tangga di rumah-rumah keluarga orang-orang Tionghoa. Secara

tidak disadari keberhasilan masyarakat Tionghoa di kota Medan dalam merespons

pembangunan telah menimbulkan sebuah rangkaian rantai pekerjaan baru bagi

Page 18: Chapter 2 benny

26

penduduk Medan yang lainnya. Keberadaan dan keberhasilan mereka di kota

Medan tidaklah sedikit membuat motivasi yang kuat terhadap masyarakat non-

Tionghoa yang lainnya, sehingga tanpa disadari sudah menjadi suatu masyarakat

yang kreatif ( a creative society) dalam membangun kota Medan itu sendiri. (Thesis

Agustrisno “Respons Kultural dan Struktural Masyarakat Tionghoa terhadap

pembangunan di kota Medan” )

Maka itu keberadaan orang Tionghoa selalu dikaitkan dengan berdagang

sehingga Pecinan juga difungsikan sebagai tempat berdagang.

II.4.3. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya

dan masyarakat. (www.wikipedia.com)

Sejak masuk ke Indonesia, orang Tionghoa sudah berkecimpung di dunia

pendidikan. Kebangkitan nasionalisme di Hindia Belanda tidak terlepas dari

perkembangan yang terjadi pada komunitas Tionghoa. Tanggal 17 Maret 1900

terbentuk di Batavia Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) yang mendirikan sekolah-

sekolah, seperti di kota Garut dirintis dan didirikan pada tahun 1907 oleh seorang

pengusaha hasil bumi saat itu bernama Lauw O Teng beserta kedua anak lelakinya

bernama Lauw Tek Hay dan Lauw Tek Siang,dengan maksud agar orang Tionghoa

bisa pintar, (kemudian jumlahnya mencapai 54 buah sekolah dan di tahun 1908

dan mencapai 450 sekolah tahun 1934). Inisiatif ini diikuti oleh etnis lain, seperti

keturunan Arab yang mendirikan Djamiat-ul Chair meniru model THHK. Pada

gilirannya hal ini menyadarkan priyayi Jawa tentang pentingnya pendidikan bagi

generasi muda sehingga dibentuklah Budi Utomo.

Pecinan difungsikan sebagai tempat pendidikan karena orang Tionghoa selalu

ingin belajar. Sehingga di wilayah Pecinan selalu dibangun tempat kursus yang

berfungsi menambah ilmu seseorang.

Page 19: Chapter 2 benny

27

II.4.4. Wisata Kuliner

Kota Medan merupakan salah satu surga kuliner. Hal ini dapat dilihat dari

setiap sudut kota Medan selalu ada tempat menjajakan makanan. Hampir segala

jenis makanan ada di Medan, mulai dari makanan Indo, Barat, Jepang, hingga

Chinese. Salah satu makanan favorit di kota Medan adalah Chinese food.

Pecinan di kota Medan difungsikan sebagai tempat wisata kuliner karena setiap

Pecinan di Medan selalu terkenal akan makanannya misalnya di Semarang, Asia,

Asia Megamas, Selat Panjang, dsb. Setiap wisatawan yang datang selalu

mengunjungi Pecinan untuk makan. Untuk itu, perlu dibuat suasana yang

mendukung kegiatan kuliner ini. Diharapkan dengan adanya Pecinan yang tertata

ini, wisatawan dapat menikmati suasana serta makanannya secara bersamaan.

II.4.5. Pemukiman

Pemukiman sering disebut perumahan dan atau sebaliknya. Pemukiman berasal

dari kata housing dalam bahasa Inggris yang artinya adalah perumahan dan kata

human settlement yang artinya pemukiman.

Perumahan memberikan kesan tentang rumah atau kumpulan rumah beserta

prasarana dan sarana ligkungannya. Perumahan menitiberatkan pada fisik atau

benda mati, yaitu house dan land settlement. Sedangkan pemukiman memberikan

kesan tentang pemukim atau kumpulan pemukim beserta sikap dan perilakunya di

dalam lingkungan, sehingga pemukiman menitikberatkan pada sesuatu yang bukan

bersifat fisik atau benda mati yaitu manusia (human). (Muhtadi Muhd, Drs, Gejala

Pemukiman Kumuh Jakarta Selayang Pandang , Departemen Pekerjaan Umum,

1987)

Suku Tionghoa mempunyai pemukiman yang berkelompok. Pemukiman ini

biasanya disebut sebagai Pecinan atau Chinatown. Salah satu dasar terbentuknya

pecinan adalah karena faktor sosial, dimana merupakan keinginan masyarakat

Tionghoa sendiri untuk hidup berkelompok karena adanya perasaan aman dan

dapat saling bantu-membantu. Ini sering dikaitkan dengan sifat ekslusif orang

Page 20: Chapter 2 benny

28

Tionghoa, namun sebenarnya sifat ekslusif ada pada etnis dan bangsa apapun,

semisal adanya kampung Keling/India di Medan, Indonesia, kampung Arab di

Fujian, Tiongkok atau pemukiman Yahudi di Shanghai, Tiongkok.

(www.wapedia.com)

Pecinan di Medan ini terletak di Jl. Pandu, Jl. Semarang, Jl. Ahmad Yani, Jl.

Sumatra, Jl. Selat Panjang, Jl. Asia, Asia Mega Mas, dan rumah susun.

II.5. Tinjauan Terhadap Kota Medan

II.5.1. Batas Wilayah dan Keadaan Fisik

II.5.1.1. Letak Geografis dan Administrasi

Secara geografis, wilayah Kota Medan berada antara 3° 30' – 3° 43' Lintang

Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur dengan luas 265,10 km2 dengan

batas – batas sebagai berikut :

Batas Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka

Batas Timur : Kabupaten Deli Serdang

Batas Selatan : Kabupaten Deli Serdang

Batas Barat : Kabupaten Deli Serdang

Dari luas wilayah kota Medan dapat dipersentasekan sebagai berikut :

Pemukiman : 36,3%

Perkebunan : 3,1%

Lahan Jasa : 1,9%

Sawah : 6,1%

Perusahaan : 4,2%

Kebun Campuran : 45,4%

Industri : 1,5%

Hutan Rawa : 1,8%

Page 21: Chapter 2 benny

29

Letak Kota Medan memang strategis. Kota ini dilalui Sungai Deli dan

Sungai Babura. Keduanya merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang

cukup ramai. Keberadaan Pelabuhan Belawan di jalur Selat Malaka yang

cukup modern sebagai pintu erbang dan pintu masuk wisatawan dan

perdagangan barang dan jasa baik perdagangan domestik maupun luar negri

(ekspor-impor), menjadikan Medan sebagai pintu gerbang Indonesia bagian

barat. Medan, yang genap berusia 419 tahun pada tanggal 1 Juli 2009,

berkembang menjadi kota metropolitan

Pemerinyahan Kota Medan juga berambisi memajukan kota ini semaju

kota-kota besar lainnya, tidak saja seperti Jakarta atau Surabaya di Jawa,

Tabel 1. Luas Wilayah Kota Medan

Sumber : Kabag Tata Pemerintahan

Page 22: Chapter 2 benny

30

tetapi juga kota-kota di negara tetangga, seperti Penang dan Kuala Lumpur.

Medan, kota berpenduduk 2 juta lebih orang memiliki areal seluas 26.510

hektar yang secara administratif dibagi atas 21 kecamatan yang mencakup

144 kelurahan. Sebagai sebuah kota, ia mewadahi berbagai fungsi yaitu

sebagai pusat pemerintahan, pusat industri, pusat jasa pelayanan keuangan,

pusat komunikasi, pusat akomodasi kepariwisataan serta berbagai pusat

perdagangan regional dan internasional.

Wilayah Metropolitan Membidang ini meliputi area seluas 163.378 hektar.

Berdasarkan konsep tersebut, akan dibangun pusat-pusat pertumbuhan baru

di daerah-daerah yang menjadi hinterland Medan. Tetapi, pada

kenyataannya, pelaksanaan pembangunan justru makin memingirkan warga

kota, sementara daerah pinggirannya tetap terbelakang. Konsep Mebidang,

akhirnya hanyalah sekedar konsep yang jalan di tempat. Selain niatan

memperluas wilayah, sebagaimana doktrin developmentalisme yang

mengindentikkan kemajuan dengan segala sesuatu yang berbau modern,

pemerintah kota Medan bergiat menghadirkan pusat perbelanjaan sebagai

simbol kota metropolitan. Mal dan lampu hias, kelihatannya itulah ukuran

kemajuan bagi pemerintah kota Medan. Belasan kawasan di jantung kota

disiapkan sebagai kawasan pusat perbelanjaan. Gedung- gedung tua diratakan

untuk mendirikan mal. Bekas Taman Ria, pusat rekreasi murah meriah bagi

warga kota, juga untuk pendirian mal. Lapangan parkir yang dulunya dipakai

sebagai pangkalan taksi pun digusur karena lokasinya lebih menjanjikan

keuntungan apabila disalahfungsikan sebagai mal.

Tak heran apabila rencana tata ruang wialayah (RTRW) diabaikan begitu

saja. Peruntukan kawasan pun menjadi tidak jelas. Area sepanjang jalan

Diponegoro dan Imam Bonjol yang selama ini identik sebagai kawasan pusat

pemerintahan sontak kehilangan wibawanya begitu sebuah pusat

perbelanjaan 12 lantai dibangun persis di sebelah kantor Gubernur Sumatera

Utara.

Page 23: Chapter 2 benny

31

II.5.1.2. Aspek Fisik Dasar

Iklim

Kota Medan memiliki iklim tropis dengan suhu minimum menurut

Stasiun Polonia pada tahun 2006 berkisar antara 23,0 °C - 24,1 °C dan

suhu maksimum berkisar antara 30,60 °C - 33,1 °C serta menurut Stasiun

Sampali, suhu minimum berkisar antara 23,60 °C - 24,4 °C dan suhu

maksimum berkisar antara 30,20 °C - 32,5 °C.

Selanjutnya mengenai kelembaban udara di kota Medan, rata-rata

berkisar antara 78-82% dan hari hujan di kota Medan pada tahun 2006 ;

rata-rata per bulan 19 hari dengan rata-rata curah hujan menurut Stasiun

Sampali per bulannya 230,3 mm dan pada Stasiun Polonia per bulannya

211,67 mm. Kecepatan angin rata-rata sebesar 0,42 m/sec sedangkan rata-

rata total laju penguapan tiap bulannya 100,6 mm.

Kondisi Topografi

Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km 2) atau 3,6 % dari

keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan

dengan kota/ kabupaten lainnya, kota Medan memiliki luas wilayah yang

relatif kecil tetapi dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Untuk itu

topografi kota Medan cenderung miring ke Utara dan berada pada

ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut.

II.5.2. Penduduk

Berdasarkan data kependudukan tahun 2006, penduduk kota Medan diperkirakan

telah mencapai 2.067.288 jiwa ; dengan jumlah wanita lebih besar dari pria

(1.039.681 jiwa > 1.027.607 jiwa).

Tabel 2. Penduduk Kota Medan Menurut Jenis Kelamin (1996 - 2006)

Page 24: Chapter 2 benny

32

Jumlah penduduk tersebut diketahui merupakan penduduk tetap sedangkan

penduduk tidak tetap diperkirakan mencapai lebih dari 500.000 jiwa yang merupakan

penduduk commuters. Dengan demikian kota Medan merupakan salah satu kota

dengan jumlah penduduk yang besar sehingga memiliki deferensiasi pasar.

II.5.3. Kultural

Sebagai pusat perdagangan baik regional maupun internasional, sejak awal kota

Medan memiliki keragaman suku (etnis) dan agama. Oleh karenanya, budaya

masyarakat yang ada juga sangat pluralis yang berdampak beragamnya nilai-nilai

budaya tersebut tentunya sangat menguntungkan sebab diyakini tidak satupun

kebudayaan yang berciri menghambat kemajuan (modernisasi) dan sangat diyakini

pula, hidup dan berkembangnya nilai-nilai budaya yang heterogen dapat menjadi

potensi besar dalam mencapai kemajuan. Keragaman suku, tarian daerah, alat musik,

nyanian, makanan, bangunan fisik dan sebagainya justru memberikan kontribusi

besar bagi upaya pengembangan industri pariwisata di kota Medan.

II.5.4. Ekonomi

Sumber : Sensus Penduduk 2000 & Proyeksi Penduduk 2000-2010

Page 25: Chapter 2 benny

33

Kota Medan mengemban fungsi regional yang luas baik sebagai pusat

pemerintahan maupun kegiatan ekonomi dan sosial yang bukan mencakup bukan

hanya Propinsi Sumatera Utara tetapi juga wilayah propinsi (Sumbagut). Kapasitas

ekonomi yang besar tersebut ditunjukkan oleh laju pertumbuhan ekonomi yang

dicapai kota Medan yang selalu berada di atas pertumbuhan ekonomi daerah-daerah

sekitarnya termasuk dibandingkan dengan dicapai Provinsi Sumatera Utara maupun

Nasional.

Kapasitas ekonomi yang relatif besar tersebut juga ditunjukkan oleh nilai (uang)

PDRB kota Medan yang saat ini telah mencapai Rp. 24,5 triliun, dengan pendapatan

perkapita Rp. 12,5 juta, sektor tertier merupakan sektor sekunder (29,06%) dan sektor

primer (4,18%). Jumlah volume kegiatan ekonomi ini sekaligus memberikan

kontribusi lebih kurangnya sebesar 21% bagi pembentukan PDRB Propinsi Sumatera

Utara. Dilihat dari capaian pertumbuhan ekonominya , pertumbuhan ekonomi kota

Medan juga memperlihatkan elastisitas tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi

Sumatera Utara. Ini menunjukkan bahwa kota Medan masih merupakan mesin

pembangunan bagi daerah-daerah lainnya di Sumatera Utara.

II.5.5. Sosial

Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan

dan ketertiban, agama dan lainnya merupakan faktor penunjang dan penghambat bagi

pertumbuhan ekonomi kota Medan. Demikian juga halnya dengan kemiskinan

dimana kemiskinan merupakan salah satu masalah utama pengembangan kota yang

sifatnya kompleks dan multi dimensional yang fenomena nya dipengaruhi oleh

berbagai faktor yang saling berakaitan, antara lain : tingakt pendapatan, kesehatan,

pendidikan, lokasi, gender, dan kondisi lingkungan. Kemiskinan bukan dipahami

sebatas ketidakmampuan ekonomi tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar

dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalankan

hidup secara bermartabat.

Data SUSENAS tahun 2004, memperkirakan penduduk miskin di kota Medan

tahun 2004 berjumlah 7,13% atau 32.804 rumah tangga atau 143.037 jiwa. Dilihat

Page 26: Chapter 2 benny

34

dari persebarannya, Medan bagian Utara ( Medan Deli, Medan Labuhan, Medan

Marelan dan Medan Belawan) merupakan kantong kemiskinan terbesar (37,19%) dari

kseluruhan penduduk miskin.

II.5.6. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Medan

Meningkatkan kinerja pelayanan umum pemerintahan kota, guna mewujudkan Medan

sebagai kota metropolitan.

Meningkatkan kualitas sumber daya aparatur pemerintah kota dan masyarakat, guna

membentuk aparatur yang bersih, berwibawa dan bermoral serta mewujudkan masyarakat

madani.

Meningkatkan prasarana dan sarana kota, guna memenuhi kebutuhan pelayanan

infrastruktur perkotaan yang berwawasan lingkungan.

Mewujudkan rasa aman, tentram serta kesejahteraan warga kota melalui peningkatan

peran serta masyarakat dan penguasaan ilmu dan teknologi serta iman dan taqwa, guna

mewujudkan Medan sebagai kota budaya.

Menumbuh kembangkan iklim berusaha yang sehat dan kompetitif, guna mewujudkan

kota Medan sebagai pusat kegiatan ekonomi regional dan internasional.

Meningkatkan kemampuan pengelolaan keuangan daerah baik dari sisi penerimaan

maupun pengeluaran, guna mewujudkan kemajuan dan kemndirian kota Medan sebagai

daerah otonom.

II.5.7. Perencanaan Rencana Induk Kota

Sebagai revisi terhadap RIK Medan 1974 disusun Penataan Ruang Kotamadya

Medan dalam bentuk Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Medan tahun 2005

dengan menitikberatkan pada action oriented (kegiatan) dengan mempertimbangkan

kembali “bentuk” kota Medan saat ini.

Berdasarkan kebijaksanaan pokok pembangunan tata ruang dikembangkan konsep

struktur tata ruang kota Medan, yaitu :

Membatasi peerkembangan linear (ribbon development ) yang mengikuti jalur

jalan arteri primer sekarang (arah Utara-Selatan)

Page 27: Chapter 2 benny

35

Mengembangkan kota ke arah Barat, Timur dan Utara secara terkendali dan

terkontrol dengan alasan ekologi dan ekositem lingkungan hidup kota melalui

penekanan kegiatan fasilitas sosial.

Pengembangan utama ke arah Utara dengan daya tarik jalan tol Medan-Belawan

dengan penekanan pada kegiatan komersial industri skala luas.

RUTRK Meadn tahun 2005 mengusulkan 5 ( lima ) Wilayah Pengembangan

Pembangunan (WPP) yaitu:

WPP A ; meliputi Kecamatan Medan Belawan , Medan Marelan dan Medan

Labuhan dengan kegiatan utama pelabuhan, industri, pergudangan berorientasi

pelabuhan, terminal barang, perumahan dan konservasi.

WPP B ; meliputi Kecamatan Medan Deli dengan kegiatan utama perumahan,

perdagangan (pasar induk sekunder) dan perkebunan.

WPP C ; meliputi Kecamatan Medan Timur, Medan Perjuangan, Medan Area,

Medan Denai, Medan Tembung, dan Medan Amplas dengan kegiatan utama

perumahan, industri terbatas (KIM), terminal barang/ pergudangan yang

berorientasi ke konsumen.

WPP D ; meliputi Kecamatan Medan Kota, Medan Maimun, Medan Polonia,

Medan Baru dan Medan Johor dengan kegiatan utama pusat bisnis (CBD), pusat

pemerintahan, perumahan, hutan kota dan pusat pendidikan.

WPP E ; meliputi Kecamatan Medan Barat, Medan Petisah, Medan Sunggal,

Medan Helvetia, Medan Tuntungan dan Medan Selayang dengan kegiatan

perumahan, perkantoran, konservasi, lapangan golf dan hutan kota.

II.6. Studi Banding Proyek Sejenis

II.6.1. Kawasan Pecinan Semarang

Kawasan Pecinan ini terletak di Jl. Gang Warung Kelurahan Kranggan

Kecamatan Semarang Tengah. Yang menonjol dari Kawasan Pecinan adalah

Waroeng Semawis. di Waroeng Semawis ini terdapat sederetan kaki lima yang

menjual beraneka makanan yang sudah terkenal enak di kota Semarang dengan

nuansa oriental.

Page 28: Chapter 2 benny

36

Di lokasi Pecinan ini juga terdapat sebuah pasar yangsangat unik. Karena pasar

di kawasan pecinan yang terkenal dengan Pasar Gang Baru ini beda dengan pasar-

pasar pada umumnya. Pasar ini disebut Pasar Gang Baru, walaupun pasar ini tidak

terlalu besar, akan tetapi pasar Gang Baru ini bisa dibilang lengkap dan pasar gang

baru ini merupakan tempat berbaurnya etnis China dan etnis Jawa.

Di Kawasan Pecinan yang lebih menarik adalah adanya sebuah klenteng "tempat

peribadatan etnis China" yang sudah tua. dan di depan klenteng tersebut terdapat

Replika Kapal Panglima Cheng Ho. (www.google.com)

Gambar 8. Gapura di Pecinan Semarang

Gambar 9. Klenteng di Pecinan Semarang

Page 29: Chapter 2 benny

37

II.6.2. Kawasan Pecinan Magelang

Jalan Pemuda atau yang lebih dikenal dengan nama Pecinan sering disebut Malioboro-

nya Magelang. Pecinan ini merupakan pusat perbelanjaan sekaligus bisnis yang ada di

Kota Magelang. Di sisi kiri dan kanan jalan sepanjang 1,5 kilometer ini berdiri banyak

toko dan minimarket serta restoran. Pecinan terdiri atas 2 ruas jalan. Ruas pertama adalah

ruas jalan untuk kendaraan bermotor yang merupakan ruas jalan satu arah. Sedangkan

satunya lagi merupakan jalan khusus untuk becak. Ruas jalan ini dulunya dilalui kereta api

yang kini sudah tidak ada lagi di Magelang. Pecinan merupakan landmark Magelang di

samping tempat lainnya. Yang jelas di ruas jalan ini tidak ada satupun ruang kosong

karena semuanya telah dipadati oleh pertokoan. (www.wikipedia.org)

Sejak dahulu, kawasan pecinan ini merupakan pusat kegiatan ekonomi Magelang.

Status Magelang sebagai salah satu greemente (karisidenan) mengharuskan Magelang

memiliki infrastruktur transportasi maupun perdagangan yang memadai. Kawasan pecinan

inilah salah satu peninggalan infrastruktur pemerintahan kolonial yang hingga saat ini

masi berfungsi.

Gambar 10. Replika kapal Laksamana Cheng Ho

Page 30: Chapter 2 benny

38

Sebagai pusat kota Magelang, Kawasan pecinan menyajikan berbagai variasi aktivitas

berbelanja. Mulai dari cara-cara berbelanja tradisional hingga bentuk-bentuk aktivitas

berbelanja modern. Salah satu cara berbelanja yang khas yang bisa anda lakukan di sini

adalah proses tawar-menawar berbagai barang yang dijual oleh pemilik took atau para

pedagang kaki lima yang berjajar di sepanjang trotoar di kawasan ini.

Mengunjungi kawasan pecinan ini, anda akan mendapatkan sepaket wisata plus. Selain

bisa berbelanja, juga bisa menikmati objek-objek wisata lainnya seperti objek wisata

sejarah, wisata arsitektur peninggalan colonial, wisata alam Bukit Tidar, dan juga wisata

berbelanja Pasar Tradisional Pertukangan.

Di kawasan pecinan ini, memiliki fasilitas tempat makan yang menyediakan berbagai

jenis makanan mulai dari masakan local, masakan Cina, fastfood, hingga masakan Barat,

akomodasi bagi wisatawan, pos informasi bagi wisatawan, polisi pariwisata, tempat

ibadah, money changer, ATM, kios telepon, warung internet dan lahan parker yang luas.

(www.google.com)

II.6.2. Kawasan Pecinan Terbaik di Dunia

Gambar 11. Jalan Pemuda di Magelang

Page 31: Chapter 2 benny

39

1. Sydney, Australia

Chinatown Sydney adalah sebuah pemukiman urban di bagian selatan distrik bisnis

pusat Sydney, di New South Wales, Australia. Terletak di Haymarket, antara Central

Station dan Darling Harbour. Merupakan bagian dari wilayah pemerintah lokal City of

Sydney dan Pecinan terbesar di Australia.

Chinatown saat ini di Sydney adalah lokasi ketiga. Di abad ke-19, Chinatown terletak

di The Rocks, Sydney dan kemudian pindah ke daerah dekat Market Street di Darling

Harbour. Pada tahun 1920-an, Chinatown mulai dibangun di tempatnya saat ini.

Chinatown dipusatkan di sekitar Dixon Street, sebuah mal pejalan kaki dengan banyak

restoran Cina, dan dengan sebuah Paifang di setiap ujung. Di sisi timur, paralel dengan

Dixon Street, adalah Sussex Street, yang memiliki sejumlah pertokoan, dan George

Street, salah satu jalan raya utama Sydney. Di ujung timur Chinatown, di sudut George

Street dan Hay Street, terdapat satu patung dibuat dari batang pohon yang telah mati;

bernama Golden Water Mouth, dikatakan oleh para pembuatnya mendatangkan

keberuntungan kepada masyarakat Cina. Jalan lain di Chinatown Sydney meliputi

Factory Street, Goulburn Street, Little Hay Street, Kimber Lane dan Thomas Street.

Di sisi selatan Chinatown, sebuah komplek besar bernama Market City dibangun, di

belakang dinding yang berasal dari pasar tua di tempat ini. Berisi sebuah pusat

Gambar 12. Pecinan di Sydney, Australia

Page 32: Chapter 2 benny

40

perbelanjaan modern, restoran, butik, komplek bioskop, dan pasar Jumat-Sabtu dan pasar

loak seperti Paddy's Market, juga sebuah bangunan penghunian tinggi.

Tidak seperti Pecinan di negara lain, Chinatown Sydney bebas kejahatan dan bersih.

Tetapi sejak banyak muncul pencakar langit di Sydney, ada beberapa masalah di

komunitas masyarakat Cina mengenai batas tinggi bangunan yang ditetapkan oleh

otoritas pemerintah lokal.

Juga ada beberapa Pecinan sekitar yang muncul sejak dua dasawarsa sebelumnya di

beberapa pinggiran Sydney seperti Cabramatta, Ashfield, Hurstville, Eastwood, Campsie,

Parramatta, Chatswood, Burwood dan Flemington. Tetapi Chinatown Sydney masih

menjadi fokus utama bagi komunitas masyarakat Cina Australia. (www.wikipedia.com)

2. New York, Amerika Serikat

New York City mengambil nilai tertinggi untuk Chinatown karena tidak hanya satu,

tapi tiga: wisata utama di Manhattan, salah satu di lingkungan Flushing di Queens, dan

komunitas yang ramai di Brooklyn's Sunset Park.

Canal Street adalah pusat dari kegiatan Manhattan, yang tidak pernah kehabisan

kesempatan untuk berfoto bagi para wisatawan. Deretan toko-toko menawarkan barang

dengan harga murah. Toko-toko tersebut menjual souvenir, jam tangan, dompet, dsb. Ada

sejumlah besar toko obat herbal di semua pantai timur. Pengunjung mengambil

kesimpulan New York adalah kota yang tidak pernah tidur. (www.burukutuk.com)

Gambar 13. Pecinan di New York, Amerika Serikat

Page 33: Chapter 2 benny

41

3. San Francisco, Amerika Serikat

San Francisco's Chinatown adalah komunitas Cina terbesar di luar Asia, Chinatown

tertua di Amerika Utara, dan salah satu tempat wisata paling populer di kota. Tidak

mengherankan jika menemukan orang tua bermain catur dan melakukan Tai Chi di

Portsmouth Square.

Kegiatan di akhir pekan biasanya adalah membeli makanan dan melihat pemandangan

sekitar seperti Bank Kanton dan Sing Chong Building. (www.burukutuk.com)

4. Bangkok, Thailand

Chinatown Bangkok terkenal dengan Sampeng atau Yaowarat, setelah jalan-jalan di

sana, Chinatown Bangkok setua kota itu sendiri. Pada akhir 1700-an, kota Bangkok

Gambar 14. Pecinan di San Fransisco, Amerika Serikat

Gambar 15. Pecinan di Bangkok, Thailand

Page 34: Chapter 2 benny

42

diperluas, pedagang Cina diminta untuk pindah. Mereka menetap di dekat sungai. Daerah

ini memiliki sejumlah contoh arsitektur Bangkok awal dalam kondisi murni, yang

ditemukan di berbagai jalur dan jalan-jalan sempit.

Wisatawan biasanya berkunjung Wat Traimit kuil, rumah-rumah yang terbesar di

dunia Budha emas, beratnya di lebih dari 5 ton. (www.burukutuk.com)

5. Brisbane, Australia

Brisbane Chinatown salah satu dari versi yang lebih modern dari Chinatown,

Brisbane's Chinatown Mall dibuka pada 1987. Warna-warni arsitektur dirancang oleh

arsitek Cina dan dijaga oleh sepasang singa batu besar mengangkangi area pintu masuk.

(www.burukutuk.com)

6. Paris, Perancis

Gambar 16. Pecinan di Bribane, Australia

Page 35: Chapter 2 benny

43

Paris Chinatown dikenal banyak wisatawan, Paris sebenarnya memiliki beberapa

daerah pecinan, yang terbesar adalah di arondisemen ke-13. Nama Chinatown ini agak

membingungkan, karena banyak warga etnis Cina yang beremigrasi dari dikuasai

Komunis Vietnam pada akhir 1970-an.

Chinatown di Paris ini memiliki banyak daya tarik yang tersembunyi di bawah

bangunan pencakar langit yang menjulang tinggi. Pengaruh Paris tidak menghilangkan

gaya oriental Cina, karena Anda akan menemukan banyak toko-toko dengan perabotan

rumah tangga yang eksotik dan mewah seperti pada salon kuku dan toko-toko pakaian.

Banyak dipakai oleh persediaan makanan La Boutique des frère Tang (Tang Brothers),

yang memasok sebagian besar restoran Cina di kota. Harus dicatat bahwa kebanyakan

toko-toko dan restoran tutup pada hari Senin. (www.burukutuk.com)

7. Yokohama,

Jepang

Gambar 17. Pecinan di Paris, Prancis

Page 36: Chapter 2 benny

44

Chinatown Yokohama merupakan yang terbesar di Asia Timur. Chinatown ini mulai

muncul pada tahun 1859 ketika Pelabuhan Yokohama dibuka untuk perdagangan luar

negeri, banyak pedagang cari Cina datang dan menetap .

Sebagian besar jalan-jalan di Pecinan Yokohama diberi nama sesuai dengan asal

daerah warga, misalnya Jalan Shanghai, Jalan Zhongshan, dan Jalan Fujian. Di distrik

Naka-ku tempat pecinan ini berada, populasi penduduk warganegara Republik Rakyat

Cina sekitar 4.000 orang, atau sekitar 30,3% dari total penduduk asing di distrik Naka-ku.

Di wilayah seluas 2.000 m² (0,2 hektar) ini dipadati lebih dari 500 bangunan toko

kelontong dan rumah makan. (www.burukutuk.com)

Gambar 18. Pecinan di Yokohama, Jepang