CEDERA KEPALA

21
 CEDERA KEPALA DISUSUN OLEH: CHANDRA DWI ARIE P (P278203100 LULUK ANGGARANI (P27820310013) M. FUAD (P278203100 KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN KAMPUS S UTOPO SURABAYA 2012

Transcript of CEDERA KEPALA

5/17/2018 CEDERA KEPALA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-55b07bcf44b37 1/21

 

CEDERA KEPALA

DISUSUN OLEH:

CHANDRA DWI ARIE P (P278203100

LULUK ANGGARANI (P27820310013)

M. FUAD (P278203100

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SUTOPOSURABAYA

2012

5/17/2018 CEDERA KEPALA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-55b07bcf44b37 2/21

 

KATA PENGANTAR 

Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-Nya

kelompok kami dapat menyelasikan tugas Keperawatan Medikal Bedah III “Asuhan Keperawatan

Pada Klien Dengan Cedera Kepala” ini dengan tepat waktu. Makalah ini kami susun sebagai tugas

mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III.

Dalam makalah ini, tentu banyak sekali kekurangan. Untuk itu, kami sangat mengharapkan

kritik dan saran yang sangat membangun guna kesempurnaan untuk tugas makalah-makalah kami

ke depannya.

Atas perhatiannya kami ucapkan banyak terima kasih

Surabaya, 08 Maret 2012

Tim Penulis

5/17/2018 CEDERA KEPALA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-55b07bcf44b37 3/21

 

LAPORAN PENDAHULUAN

CEDERA KEPALA

A. Konsep Dasar 

1. Pengertian

Banyak istilah yang dipakai dalam menyatakan suatu trauma atau cedera kepala di

Indonesia. Beberapa rumah sakit ada yang memakai istilah cedera kepala dan cedera otak 

sebagai suatu diagnose medis untuk suatu trauma pada kepala, walaupun secara harafiah

kedua istilah tersebut sama karena memakai gradasi respons Glasgow Scale (GCS) sebagai

tingkat gangguan yang terjadi akibat suatu cidera di kepala.

Cidera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau

tanpa disertai perdarahan interstiil dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya

kontinuitas otak .

Cedera kepala yaitu adanya deformitas berupa penyimpangan bentuk atau

 penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelerasi – 

descelarasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan

 pada percepatan factor dan penurunan percepatan, serta rotasi yaitu pergerakan pada kepala

dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan

2. Klasifikasi

Berdasarkan GCS, cedera kepala dapat dibagi menjadi tiga gradasi, yaitu:

a. Cedera Kepala Ringan 

• GCS 13– 15

• Dapat terjadi kehilangan kesadaran ( pingsan ) kurang dari 30 menit

• Mengalami amnesia retrograde.

• Tidak ada fraktur tengkorak 

• Tidak ada kontusio cerebral maupun hematoma

 b. Cedera Kepala Sedang

• GCS 9 –12

• Kehilangan kesadaran atau amnesia retrograd lebih dari 30 menit tetapi

kurang dari 24 jam

5/17/2018 CEDERA KEPALA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-55b07bcf44b37 4/21

 

• Dapat mengalami fraktur tengkorak.

c. Cedera Kepala Berat

• GCS lebih kecil atau sama dengan 8

• Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam

• Dapat mengalami kontusio cerebral, laserasi atau hematoma intracranial.

3. Etiologi

a.Cidera kepala primer 

Akibat langsung pada mekanisme dinamik ( acceselarsi – descelerasi rotasi ) yang

menyebabkan gangguan pada jaringan.

Pada cidera primer dapat terjadi :

Geger kepala ringan

Memar otak 

Laserasi.

 b. Cedera kepala sekunder 

Adalah kelainan patologi otak disebabkan kelainan biokimia, metabolisme, fisiologi

yang timbul setelah trauma.

Timbul gejala seperti :

Hipotensi sistemik 

Hiperkapnea

Hipokapnea

Udema otak 

Komplikasi pernapasan

Infeksi komplikasi pada organ tubuh yang lain.

c. Proses-proses fisiologi yang abnormal

Kejang-kejang

Gangguan saluran nafas

Tekanan intrakranial meningkat yang dapat disebabkan oleh karena:

o Edema fokal atau difusi

o Hematoma epidural

5/17/2018 CEDERA KEPALA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-55b07bcf44b37 5/21

 

o Hematoma subdural

o Hematoma intraserebral

o Over hidrasi

Sepsis/septik syok 

Anemia

Shock 

5/17/2018 CEDERA KEPALA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-55b07bcf44b37 6/21

 

4. Patofisiologi

Cidera kepala TIK - oedem

Respon Biologi Hematom

Hypoxemia

Kelainan metabolisme

Cidera otak primer Cidera otak sekunder 

Kontusio

Kerusakan cel otak ↑

Laserasi

Gangguan autoregulasi ↑rangsangan simpatis Stress

Aliran darah keotak ↓ ↑tahanan vaskuler  ↑katekolamin

Sistemik & TD ↑  ↑ sekresi asam lambung

O2 ↓ ggan metabolisme ↓tek. Pemb.darah Mual, muntah

Pulmonal

Asam laktat ↑ ↑tek. Hidrostatik Asupan nutrisi kurang

Oedem otak kebocoran cairan kapiler  

Ggan perfusi jaringan oedema paru cardiac out put ↓

Cerebral

Difusi O2 terhambat Ggan perfusi jaringan

Gangguan pola napas hipoksemia, hiperkapnea

5/17/2018 CEDERA KEPALA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-55b07bcf44b37 7/21

 

Hubungan cedera kepala terhadap munculnya masalah keperawatan

5. Jenis Perdarahan Yang Sering Ditemukan dan Manifestasi Klinis

a. Epidural Heamatoma (EDH)

Terdapat pengumpulan darah diantara tulang tengkorak dan duramater akibat pecahnya

 pembuluh darah / cabang – cabang arteri meningeal media yang terdapat diantara

duramater, pembuluh darah ini tidak dapat menutup sendiri karena sangat berbahaya .

Dapat terjadi dalam beberapa jam sampai 1 – 2 hari. Lokasi yang paling sering yaitu di

lobus temporalis dan parietalis.

Gejala – gejalanya : 

Penurunan tingkat kesadaran

 Nyeri kepala

Cedera kepala primer

Cedera kepala sekunder-hipotensi, infeksi general, syok,

hipertermi, hipotermi, hipoglikemi

Gangguan vaskuler serebral dan produksi prostaglanding dan

Nyeri

intracerebral

Dampak

Langsung

Dampak Tidak

Langsung

Kerusakan /

Penekanan sel otak

local Di us

Komotio cerebri

Kontutio cerebri

Penurunan ADO2,

Gangguan

kesadaran /

Udema

cerebri

Gangguan seluruh

kebutuhan dasar

(oksigenasi, makan,

minum, kebersihan diri,

Gangguan sel

glia / gangguan

olarisasi

Kejang

Resiko

5/17/2018 CEDERA KEPALA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-55b07bcf44b37 8/21

 

Muntah

Hemiparese

Dilatasi pupil ipsilateral

Pernapasan cepat dalam kemudian dangkal ( reguler )

Penurunan nadi

Peningkatan suhu

 b. Subdural Hematoma (SDH)

Terkumpulnya darah antara duramater dan jaringan otak, dapat terjadi akut dan kronik.

Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah vena / jembatan vena yang biasanya terdapat

diantara duramater, perdarahan lambat dan sedikit. Periode akut dapat terjadi dalam 48

 jam – 2 hari, 2 minggu atau beberapa bulan.

Gejala – gejalanya :

 Nyeri kepala

Bingung

Mengantuk 

Menarik diri

Berfikir lambat

Kejang

Udem pupil.

c. Intraserebral Hematoma (ICH)

Perdarahan intra serebral berupa perdarahan di jaringan otak karena pecahnya

 pembuluh darah arteri, kapiler dan vena.

Gejala – gejalanya :

 Nyeri kepala

Penurunan kesadaran

Komplikasi pernapasan

Hemiplegi kontra lateral

Dilatasi pupil

Perubahan tanda – tanda vital

d. Perdarahan Subarachnoid

5/17/2018 CEDERA KEPALA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-55b07bcf44b37 9/21

 

Perdarahan di dalam rongga subarachnoid akibat robeknya pembuluh darah dan

 permukaan otak, hampir selalu ada pada cedera kepala yang hebat.

Gejala – gejalanya :

 Nyeri kepala

Penurunan kesadaran

Hemiparese

Dilatasi pupil ipsilateral

Kaku kuduk 

6. Penatalaksanaan

Konservatif 

Bedrest total

Pemberian obat-obatan

Observasi tanda-tanda vital dan tingkat kesadaran.

5/17/2018 CEDERA KEPALA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-55b07bcf44b37 10/21

 

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN CEDERA KEPALA

B. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian

Pengumpulan data klien baik subyektif maupun obvyektif pada gangguan system

 persarafan sehubungan dengan cedera kepala tergantung pada bentuk, lokasi, jenis injuri,

dan adanya komplikasi pada organ vital lainnya. Pengkajian keperawatan cedera kepala

meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostic, dan

 pengkajian psikososial.

a. Anamnesis

Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab): nama, umur, jenis kelamin, agama,

suku bangsa, status perkawinan, alamat, golongan darah, pengahasilan, hubungan klien

dengan penanggung jawab.

 b. Riwayat Penyakit Saat Ini

Adanya riwayat trauma yang mengenai kepala akibat dari kecelakaan lalu lintas, jatuh

dari ketinggian, dan trauma langsung ke kepala. Pengkajian yang didapat meliputi:

Tingkat Kesadaran Menurun (GCS <15) dihubungkan dengan perubahan

didalam intrakranial Konvulsi

Lemah dan muntah

Takipnea

Sakit Kepala

Wajah simetris atau tidak 

Luka di kepala

Paralisis

Akumulasi secret pada saluran pernafasan

Adanya liquor dari hidung dan telinga

Kejang

Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi

5/17/2018 CEDERA KEPALA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-55b07bcf44b37 11/21

 

Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsive, dan

koma

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat Hipertensi, riwayat cedera

kepala sebelumnya, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia, penggunaan obat

antokoagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, konsumsi alcohol berlebihan.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang menderita hipertensi dan diabetes

melitus

e. Pengkajian Psiko-sosio-spiritual

Apakah ada dampak yang timbul pada klien, yaitu timbul ketakutan akan kecacatan,

rasa cemas, rasa ketidak mampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan

 pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra diri)

Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran untuk 

 berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri didapatkan klien

merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif.

2. Pemeriksaan Fisik  

Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaanfisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik 

sebaiknya dilakukan per system (B1-B6) dengan focus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan

B3 ( Brain) yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien.

a. Keadaan Umum

Pada keadaan cedera kepala umumnya mengalami penurunan kesadaran

b. B1 ( Breathing )

Perubahan sisitem pernafasan tergantung paa gradasi dari perubahan jaringan serebral

akibat trauma kepala. Pada beberapa keadaan hasil dari pemeriksaan fisik dari system

ini akan didapatkan :

• Inspeksi

Klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak nafas, penggunaan otot bantu

nafas, dan peningkatan frekuensi pernafasan

5/17/2018 CEDERA KEPALA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-55b07bcf44b37 12/21

 

• Palpasi

Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain akan didapatkan apabila

melibatkan trauma pada rongga thoraks

• Perkusi

Adanya suara redum sampai pekak pada keadaan melibatkan trauma pada thorax /

hematothorax

• Auskultasi

Bunya nafas tambahan, seperti stridor dan ronkhi pada klien dengan penumpukan

secret.

c. B2 ( Blood )

Pengkajian pada system kardiovaskuler didapatkan :

• Renjatan (syok) hipovolemik 

• Tekanan darah normal atau berubah

•  Nadi bradikardi, takikardi, dan aritmia

• Perangsangan pelepasan antidiuretic hormone (ADH) yang berdampak pada

kompensasi tubuh resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

d. B3 ( Brain)

• Tingkat Kesadaran

Pada keadaan lanjut tingkat kesadarn kliencedera kepala biasanya berkisar pada

tingkat letargi, stupor, semikomatosa, sampai koma

• Pemeriksaan Fungsi Serebral

Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi,

 pemecahan masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan memori).

• Pemeriksaan Saraf Kranial

o Saraf I

Klien akan mengalami kelainan pada fungsi penciuman/anosmia unilateral atau

 bilateral

o Saraf II

Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan

sebagian lapang pandang, foto fobia

5/17/2018 CEDERA KEPALA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-55b07bcf44b37 13/21

 

o Saraf III, IV, VI

Dapat dijumpai anisokoria, herniasi tentorium, miosis. Perubahan pupil (respon

terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata.

o Saraf V dan VII

Sering timbul hiccup/cegukan oleh karena kompresi pada nervus vagus

menyebabkan kompresi spasmodik diafragma

o Saraf VIII

Terjadi penurunan daya pendengaran, keseimbangan tubuh

o Saraf IX dan X

Gangguan nervus hipoglosus. Gangguan yang tampak lidah jatuh kesalah satu

sisi, disfagia, disatria, sehingga kesulitan menelan.

• Sistem Motorik 

o Inspeksi umum

Hemiplegia dan hemiparesis

o Tonus otot

Didapatkan menurun sampai hilang

o Kekuatan otot

Pada penilaian dengan menggunakan grade kekuatan otot didapatkan grade 0

o Keseimbangan dan koordinasi

Didapatkan megalami gangguan karena hemiparese dan hemiplegia

e. B4 ( Bladder )

Pada cidera kepala sering terjadi gangguan berupa retensi, inkontinensia uri,

ketidakmampuan menahan miksi.

f. B5 ( Bowel )

Terjadi penurunan fungsi pencernaan: bising usus lemah, mual, muntah (mungkin

 proyektil), kembung dan mengalami perubahan selera. Gangguan menelan (disfagia)

dan terganggunya proses eliminasi alvi.

g. B6 ( Bone)

Pasien cidera kepala sering datang dalam keadaan parese, paraplegi. Pada kondisi yang

lama dapat terjadi kontraktur karena imobilisasi dan dapat pula terjadi spastisitas atau

5/17/2018 CEDERA KEPALA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-55b07bcf44b37 14/21

 

ketidakseimbangan antara otot-otot antagonis yang terjadi karena rusak atau putusnya

hubungan antara pusat saraf di otak dengan refleks pada spinal selain itu dapat pula

terjadi penurunan tonus otot.

3. Pemeriksaan Penunjang

a. CT Scan (tanpa/dengan kontras)

Mengidentifikasi adanya hemoragik, menentukan ukuran ventrikuler, pergeseran

 jaringan otak.

 b. Angiografi serebral

Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran jaringan otak akibat

edema, perdarahan, trauma.

c. X-Ray

Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis (perdarahan /

edema), fragmen tulang.

d. Analisa Gas Darah

Mendeteksi ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenasi) jika terjadi peningkatan

tekanan intrakranial.

e. Elektrolit

Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan tekananintrakranial.

4. Diagnosa Keperawatan

Perubahan perfusi jaringan serebral b.d penghentian aliran darah (hemoragi, hematoma);

edema cerebral; penurunan TD sistemik/hipoksia (hipovolemia, disritmia jantung)

Resiko tinggi pola napas tidak efektif b.d kerusakan neurovaskuler (cedera pada pusat

 pernapasan otak). Kerusakan persepsi atau kognitif. Obstruksi trakeobronkhial.

Perubahan persepsi sensori b. d perubahan transmisi dan/atau integrasi (trauma atau

defisit neurologis).

Perubahan proses pikir b. d perubahan fisiologis; konflik psikologis.

Kerusakan mobilitas fisik b. d kerusakan persepsi atau kognitif. Penurunan

kekuatan/tahanan. Terapi pembatasan /kewaspadaan keamanan, misal: tirah baring,

5/17/2018 CEDERA KEPALA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-55b07bcf44b37 15/21

 

imobilisasi.

Resiko tinggi terhadap infeksi b.d jaringan trauma, kulit rusak, prosedur invasif.

Penurunan kerja silia, stasis cairan tubuh. Kekurangan nutrisi. Respon inflamasi

tertekan (penggunaan steroid). Perubahan integritas sistem tertutup (kebocoran CSS)

Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b. d perubahan

kemampuan untuk mencerna nutrien (penurunan tingkat kesadaran). Kelemahan otot

yang diperlukan untuk mengunyah, menelan. Status hipermetabolik.

Perubahan proses keluarga b. d transisi dan krisis situasional. Ketidak pastian tentang

hasil/harapan.

Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b. d kurang

 pemajanan, tidak mengenal informasi. Kurang mengingat/keterbatasan kognitif.

5. Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1

Perubahan perfusi jaringan serebral b.d penghentian aliran darah (hemoragi,

hematoma); edema cerebral; penurunan TD sistemik/hipoksia (hipovolemia, disritmia

 jantung)

- Tujuan

Mempertahankan tingkat kesadaran biasa/perbaikan, kognisi, dan fungsi

motorik/sensorik.

- Kriteria Hasil

Tanda vital stabil dan tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK 

 No Intervensi Rasional

1. Tentukan faktor-faktor yg menyebabkan

koma/penurunan perfusi jaringan otak dan

 potensial peningkatan TIK 

Penurunan tanda/gejala neurologis atau

kegagalan dalam pemulihannya setelah

serangan awal, menunjukkan perlunya pasien

dirawat di perawatan intensif.

2. Pantau /catat status neurologis secara teratur 

dan bandingkan dengan nilai standar GCS.

Mengkaji tingkat kesadaran dan potensial

 peningkatan TIK dan bermanfaat dalam

menentukan lokasi, perluasan dan

 perkembangan kerusakan SSP.

3. Evaluasi keadaan pupil, ukuran, kesamaan Reaksi pupil diatur oleh saraf cranial

5/17/2018 CEDERA KEPALA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-55b07bcf44b37 16/21

 

antara kiri dan kanan, reaksi terhadap cahaya. okulomotor (III) berguna untuk menentukan

apakah batang otak masih baik. Ukuran/

kesamaan ditentukan oleh keseimbangan

antara persarafan simpatis dan parasimpatis.

Respon terhadap cahaya mencerminkan

fungsi yang terkombinasi dari saraf kranial

optikus (II) dan okulomotor (III).

4. Pantau tanda-tanda vital: TD, nadi, frekuensi

nafas, suhu.

Peningkatan TD sistemik yang diikuti oleh

 penurunan TD diastolik (nadi yang

membesar) merupakan tanda terjadinya

 peningkatan TIK, jika diikuti oleh penurunan

kesadaran. Hipovolemia/hipertensi dapatmengakibatkan kerusakan/iskhemia cerebral.

Demam dapat mencerminkan kerusakan pada

hipotalamus. Peningkatan kebutuhan

metabolisme dan konsumsi oksigen terjadi

(terutama saat demam dan menggigil) yang

selanjutnya menyebabkan peningkatan TIK.

5. Pantau intake dan out put, turgor kulit dan

membran mukosa.

Bermanfaat sebagai ndikator dari cairan total

tubuh yang terintegrasi dengan perfusi

 jaringan. Iskemia/trauma serebral dapat

mengakibatkan diabetes insipidus. Gangguan

ini dapat mengarahkan pada masalah

hipotermia atau pelebaran pembuluh darah

yang akhirnya akan berpengaruh negatif 

terhadap tekanan serebral.

6. Turunkan stimulasi eksternal dan berikan

kenyamanan, seperti lingkungan yang tenang

Memberikan efek ketenangan, menurunkan

reaksi fisiologis tubuh dan meningkatkan

istirahat untuk mempertahankan atau

menurunkan TIK.

7. Bantu pasien untuk menghindari /membatasi

 batuk, muntah, mengejan

Meningkatkan aliran balik vena dari kepala

sehingga akan mengurangi kongesti dan

5/17/2018 CEDERA KEPALA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-55b07bcf44b37 17/21

 

oedema atau resiko

8. Batasi pemberian cairan sesuai indikasi Pembatasan cairan diperlukan untuk 

menurunkan edema serebral, meminimalkan

fluktuasi aliran vaskuler TD dan TIK.

9. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi. Menurunkan hipoksemia, yang mana dapat

meningkatkan vasodilatasi dan volume darah

serebral yang meningkatkan TIK 

10. Berikan obat sesuai indikasi, misal: diuretik,

steroid, antikonvulsan, analgetik, sedatif,

antipiretik.

Diuretik digunakan pada fase akut untuk 

menurunkan air dari sel otak, menurunkan

edema otak dan TIK.

Steroid menurunkan inflamasi, yang

selanjutnya menurunkan edema jaringan

Antikonvulsan untuk mengatasi dan

mencegah terjadinya aktifitas kejang.

Analgesik untuk menghilangkan nyeri .

Sedatif digunakan untuk mengendalikan

kegelisahan, agitasi.

Antipiretik menurunkan atau mengendalikan

demam yang mempunyai pengaruh

meningkatkan metabolisme serebral atau peningkatan kebutuhan terhadap oksigen

Diagnosa 2

Resiko tinggi pola napas tidak efektif b.d kerusakan neurovaskuler (cedera pada pusat

 pernapasan otak). Kerusakan persepsi atau kognitif. Obstruksi trakeobronkhial.

- Tujuan

Mempertahankan pola pernapasan efektif.

- Kriteria Hasil

Bebas sianosis & GDA dalam batas normal

 No. Intervensi Rasional

1. Pantau frekuensi, irama, kedalaman

 pernapasan. Catat ketidakteraturan

Perubahan dapat menandakan awitan

komplikasi pulmonal atau menandakan

5/17/2018 CEDERA KEPALA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-55b07bcf44b37 18/21

 

 pernapasan lokasi/luasnya keterlibatan otak. Pernapasan

lambat, periode apnea dapat menandakan

 perlunya ventilasi mekanis.

2. Pantau dan catat kompetensi reflek 

gag/menelan dan kemampuan pasien untuk 

melindungi jalan napas sendiri.

Kemampuan memobilisasi atau

membersihkan sekresi penting untuk 

 pemeliharaan jalan napas. Kehilangan

refleks menelan atau batuk menandakan

 perlunaya jalan napas buatan atau intubasi.

3. Angkat kepala tempat tidur sesuai aturannya,

 posisi miirng sesuai indikasi

Untuk memudahkan ekspansi paru/ventilasi

 paru dan menurunkan adanya kemungkinan

lidah jatuh yang menyumbat jalan napas

4. Anjurkan pasien untuk melakukan napas

dalam yang efektif bila pasien sadar 

Mencegah/menurunkan atelektasis

5. Lakukan penghisapan dengan ekstra hati-hati,

 jangan lebih dari 10-15 detik. Catat karakter,

warna dan kekeruhan dari sekret

Penghisapan biasanya dibutuhkan jika

 pasien koma atau dalam keadaan imobilisasi

dan tidak dapat membersihkan jalan

napasnya sendiri. Penghisapan pada trakhea

yang lebih dalam harus dilakukan dengan

ekstra hati-hati karena hal tersebut dapat

menyebabkan atau meningkatkan hipoksia

yang menimbulkan vasokonstriksi yang

 pada akhirnya akan berpengaruh cukup

 besar pada perfusi jaringan.

6. Auskultasi suara napas, perhatikan daerah

hipoventilasi dan adanya suara tambahan

yang tidak normal misal: ronkhi, wheezing,

krekel

Untuk mengidentifikasi adanya masalah

 paru seperti atelektasis, kongesti, atau

obstruksi jalan napas yang membahayakan

oksigenasi cerebral dan/atau menandakan

terjadinya infeksi paru.7. Pantau analisa gas darah, tekanan oksimetri Menentukan kecukupan pernapasan,

keseimbangan asam basa dan kebutuhan

akan terapi.

8. Lakukan ronsen thoraks ulang. Melihat kembali keadaan ventilasi dan

tanda-tandakomplikasi yang berkembang

5/17/2018 CEDERA KEPALA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-55b07bcf44b37 19/21

 

misal: atelektasi atau bronkopneumoni

9. Berikan oksigen Memaksimalkan oksigen pada darah arteri

dan membantu dalam pencegahan hipoksia.

Jika pusat pernapasan tertekan, mungkin

diperlukan ventilasi mekanik.

10. Lakukan fisioterapi dada jika ada indikasi Walaupun merupakan kontraindikasi pada

 pasien dengan peningkatan TIK fase akut

tetapi tindakan ini seringkali berguna pada

fase akut rehabilitasi untuk memobilisasi

dan membersihkan jalan napas dan

menurunkan resiko atelektasis/komplikasi

 paru lainnya.

Diagnosa 3

Perubahan persepsi sensori b. d perubahan transmisi dan/atau integrasi (trauma atau

defisit neurologis).

- Tujuan

Mempertahankan normotermia, bebas tanda-tanda infeksi.

- Kriteria Hasil

Mencapai penyembuhan luka tepat waktu.

 No. Intervensi Rasional

1. Berikan perawatan aseptik dan antiseptik,

 pertahankan tehnik cuci tangan yang baik.

Cara pertama untuk menghindari terjadinya

infeksi nosokomial.

2. Observasi daerah kulit yang mengalami

kerusakan, daerah yang terpasang alat invasi,

catat karakteristik dari drainase dan adanya

inflamasi.

Deteksi dini perkembangan infeksi

memungkinkan untuk melakukan tindakan

dengan segera dan pencegahan terhadap

komplikasi selanjutnya.

3. Pantau suhu tubuh secara teratur, catat adanya

demam, menggigil, diaforesis dan perubahan

fungsi mental (penurunan kesadaran).

Dapat mengindikasikan perkembangan

sepsis yang selanjutnya memerlukan

evaluasi atau tindakan dengan segera.

4. Anjurkan untuk melakukan napas dalam,

latihan pengeluaran sekret paru secara terus

menerus. Observasi karakteristik sputum

Peningkatan mobilisasi dan pembersihan

sekresi paru untuk menurunkan resiko

terjadinya pneumonia, atelektasis.

5. Berikan antibiotik sesuai indikasi Terapi profilatik dapat digunakan pada

5/17/2018 CEDERA KEPALA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-55b07bcf44b37 20/21

 

 pasien yang mengalami trauma, kebocoran

CSS atau setelah dilakukan pembedahan

untuk menurunkan resiko terjadinya infeksi

nosokomial.

6. Prioritas Perawatan

Memaksimalkan perfusi/fungsi otak 

Mencegah komplikasi

Pengaturan fungsi secara optimal/mengembalikan ke fungsi normal.

Mendukung proses pemulihan koping klien/keluarga

Pemberian informasi tentang proses penyakit, prognosis, rencana pengobatan, dan

rehabilitasi.

5/17/2018 CEDERA KEPALA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/cedera-kepala-55b07bcf44b37 21/21

 

DAFTAR PUSTAKA

Doenges M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan

 Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: EGC

Hafid, Abdul. (1989). Strategi Dasar Penanganan Cidera Otak . Surabaya: PKB Ilmu Bedah

XI – Traumatologi

Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

 Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta: EGC