Cbm Di Indonesia
-
Upload
deny-pradesta -
Category
Documents
-
view
36 -
download
2
description
Transcript of Cbm Di Indonesia
COALBED METHANE DI INDONESIA : DARI PERSPEKTIF OPERATOR
I. CBM Indonesia
Coalbed methane (CBM) adalah bentuk dari gas alam yang terjadi di
batubara. Selama proses koalifikasi, sejumlah besar gas (kebanyakan metana)
terbentuk secara biologis dalam lapisan batubara dan terlepas selama ekstrasi
batubara. Walaupun produksi CBM adalah aspek pelengkap pertambangan
batubara. Ini sudah mulai mendapatkan perhatian dalam beberapa tahun
terakhir.
CBM memiliki potensi besar sebagai sumber daya global karena
didunia mengandung cadangan berlimpah gas. Selain itu CBM adalah bahan
bakar yang ramah lingkungan. Negara-negara yang memiliki cadangan CBM
yang besar dan aktif dalam produksinya adalah Rusia, China, Alaska,
Australia, Kanada dan Amerika Serikat. Sebagian besar cadangan dunia dari
CBM, namun masih belum dimanfaatkan.
Cadangan CBM di Indonesia adalah salah satu cadangan CBM terbesar di
dunia. Saat ini, cadangan negara diperkirakan kurang lebih 453 triliun kaki
kubik (tcf) yang setara dengan sekitar enam persen dari total cadangan CBM
dunia. Angka ini juga menunjukkan bahwa cadangan CBM di Indonesia lebih
dari dua kali lipat cadangan gas alam dunia. Namun, pemanfaatan di
Indonesia dari sumber energi tersebut masih rendah.
Potensi CBM terbesar di Indonesia terletak pada:
a. Sumatera Selatan
b. Kalimantan Selatan
c. Kalimantan Timur
Dan beberapa potensi CBM kecil di Indonesia terletak pada:
a. Riau
b. Bengkulu
Pertama proyek CBM yang signifikan di Indonesia merupakan
lapangan Sanga Sanga di Kalimantan Timur yang mendapat penghargaan -
pada tahun 2009 - untuk sebuah konsorsium di mana BP dan ENI memegang
saham besar. Perusahaan energi milik negara Pertamina melakukan proyek
CBM kedua dunia (terletak di Sumatera Selatan) melalui anak usahanya
Pertamina Hulu Energi. Menjelang masa mendatang, perusahaan ingin lebih
mengembangkan aset CBM di negara ini.
Pemerintah Indonesia telah menyadari potensi CBM sebagai sumber
daya untuk pembangkit listrik karena efektivitas biaya (dibandingkan dengan
impor minyak) dan sifat ramah lingkungan. Mulai tahun 2007 pemerintah
telah melewati beberapa undang-undang baru untuk pengembangan CBM
sebagai bagian dari program untuk merangsang pengembangan sumber daya
yang tidak konvensional. Undang-undang ini ditujukan untuk memberikan
perlindungan yang lebih bagi investor dan meningkatkan bagi hasil CBM
operator hingga 45 persen (minyak dan operator gas menerima 15 dan 30
persen masing-masing). Namun mengingat bahwa pengembangan CBM di
Indonesia masih agak dalam keadaan masa pertumbuhan Bidang, demikian
pula kerangka hukumnya. Regulator migas negara Indonesia BPMigas (yang
diubah menjadi SKK Migas pada tahun 2012) yang disetujui lebih dari 50
kontrak pengembangan CBM dalam beberapa tahun terakhir.
Pemerintah Indonesia bermaksud untuk mengangkat peran sumber
terbarukan dalam kombinasi energi dunia ke arah masa depan :
Energy
Mix
2011
Energy
Mix
2025
Oil 50% 23%
Coal 24% 30%
Gas 20% 20%
Renewable
Energy 6% 26%
Perusahaan besar CBM di Indonesia diduduki oleh:
• Ephindo
• Medco Energi International
• Pertamina Hulu Energi
• Energi Mega Persada
• Bumi Resources
II. Status dari Projek CBM EPHINDO
II.1. Blok Sekayu, Sumatera Selatan
Di Sumatera Selatan terdapat 2 lokasi eksplorasi CBM, yaitu
Sekayu I dan Sekayu II
a. Sekayu I
Sekayu I mendapatkan penghargaan PSC (Production Sharing
Contract) CBM Indonesia ketika ditandatangani pada Mei 2008.
Perusahaan gabungan dioperasikan oleh Medco Energi, Perusahaan
Minyak dan Gas independen terbesar di Indonesia, yang memiliki
50% hak kepemilikan. Ephindo memiliki kepemilikan ekonomis
yang efektif dari 21,5% di PSC, melalui sahamnya di Selatan
Sumatera Energy Inc (SSE), yang dalam proses diubah menjadi
kepentingan kerja langsung, dengan persetujuan Pemerintah.
Sekayu terletak di cekungan Sumatera Selatan, yang
diperkirakan memiliki potensi CBM dari 180 tcf, dan memiliki
manfaat infrastruktur minyak dan gas yang ada cukup besar. The
PSC meliputi area seluas 583 km2. Sampai saat ini partner sudah
dibor dua inti-ke-pilot sumur dan satu inti dengan baik. Kegiatan
dewatering sudah dimulai di dua sumur uji coba, dengan gas yang
telah mengalir ke permukaan.
Signed
May 2008
Total Area 583 sq. km²
Basin South Sumatra
Target Formation(s) PalembangPangadeng
Typical Seam Thickness* ~20m
Coal Quality Sub-Bituminous
b. Sekayu II
Effective Participating Interests
Medco Energy (operator) 50.0%
McLaren/CBM Asia/FEM* 28.5%
Ephindo* 21.5%
*Held via South Sumatra Energy Inc.
PSC CBM Sekayu II ditandatangani pada 9 Oktober 2013, dan
merupakan projek pertama Ephindo yang dioperasikan di cekungan
Sumater Selatan. PSC terdiri dari dua blok, yang berdekatan dengan
PSC CBM Sekayu I, di mana Ephindo memiliki 21,5% saham yang
tidak beroperasi. Ini, dikombinasikan dengan Studi Bersama yang
diselesaikan di wilayah tersebut di 2012, memberikan Ephindo
pemahaman teknis yang kuat tentang wilayah tersebut dan
menempatkan perusahaan di posisi yang bagus untuk mempercepat
projek Sekayu II.
Ephindo mempunyai 74% saham di PSC, dengan sisa saham
dimiliki oleh Star Energy yang mempunyai dan mengoperasikan
tumpang tindih PSC yang konvensional.
Signed
October 2012
Total Area 451 sq. km²
Basin South Sumatra
Target Formation(s) PalembangPangadeng
Typical Seam Thickness* ~20m
Coal Quality Sub-Bituminous
Prognosed by analogy to Sekayu I
Effective Participating Interests
Ephindo (operator) 74.0%
Star Energy 26.0%
II.2. Blok Sangatta I, Kalimantan Timur
Sangatta I CBM PSC terletak di Kalimantan Timur dan
ditandatangani pada 13 November 2008. Ephindo mempunyai hak
ekonomis yang efektif dari 24% di kontrak tersebut dan bersama-
operator, melalui sahamnya di Sangatta CBM Inc Barat (SWCI), yang
dimiliki bersama oleh Dart Energy Ltd pasangan lainnya di blok ini
adalah perusahaan minyak nasional Indonesia, Pertamina, dengan
working interest 52%. Blok tersebut awalnya meliputi area seluas 1.301
km2, namun sejak itu telah dikurangi menjadi 1.168 km2 setelah
pelepasan wajib 10%.
Komitmen kerja tiga tahun adalah: G & G penelitian; delapan
lubang inti; dan lima sumur eksplorasi. Sampai saat ini tiga lubang inti
dan empat lubang percontohan telah selesai di bagian selatan-timur dari
blok, dengan gas arus yang didirikan dari Maret 2011.
Dalam jangka dekat, perusahaan patungan berencana untuk
menjual gas dari sumur percontohan untuk digunakan oleh PLN di unit
pembangkit listrik berbahan bakar gas 1 MW. Unit ini akan memasok
listrik untuk proyek itu sendiri, serta kota-kekuatan kekurangan
Sangatta, yang saat ini mengandalkan tenaga diesel berbahan bakar
mahal untuk sebagian besar dari kebutuhannya.
II.3. Blok Kutai Batumas, Kalimantan Timur
Ephindo memiliki 50% dan beroperasidi Kutai Timur CBM PSC,
yang ditandatangani pada tanggal 1 April 2011. Sisa 50% dipegang oleh
perusahaan minyak terbesar ke-5 di dunia dan produsen gas terbesar di
Indonesia. Blok ini disediakan 1,496 km2 dalam ukuran dan terletak
sekitar 100 km sebelah barat dari Bontang LNG Plant dan kota
Sangatta.
Tiga tahun komitmen yang kuat terdiri dari: G & G penelitian;
dua sumur inti; dan dua sumur eksplorasi. Pengeboran di blok dimulai
pada akhir-2012. Prognosis Batubara Bituminus ke sub-bituminus dan
muncul dalam beberapa lapisan dari 2-5m masing-masing.
III. Pembaruan Program Eksplorasi : Blok Sekayu
III.1. Program Kerja Eksplorasi
Program kerja eksplorasi di Blok Sekayu mempunyai tujuan
sebagai berikut :
1) Mendapatkan keyakinan yang cukup dari program eksplorasi untuk
dilanjutkan ke tahap pembangunan
2) Menentukan spacing optimum
3) Menentukan penyelesaian optimum
III.2. Proses Transportasi Gas di Penampungan Gas Batubara
III.3. Blok Sekayu Ephindo
III.4. Parameter Penting untuk CBM
a. Permeabilitas
Pada reservoir CBM kita tahu bahwa permeabilitas adalah
parameter utama dalam menentukan respon dari reservoir, reservoir
coal-seam. Permeabilitas yang tinggi akan meningkatkan produksi
gas karena proses desorpsi gas terjadi cepat. Makalah ini
menyajikan sebuah ide baru untuk mempercepat produksi reservoir
CBM dengan menerapkan stimulasi vibrasi kepada sampel core
CBM yang diperkirakan secara konservatif efek dari vibrasi tersebut
akan memperbaiki properti batuan (porositas dan permeabilitas) dari
sampel core CBM tersebut.
b. Anisotropy
Anisotropi (Anisotropy) adalah : sifat (permeabilitas) material yang
tidak seragam pada arah aliran rembesan yang berbeda. Misalnya,
penyerapan pada lapisan batubara, permeablilitas arah mendatar
berbeda dengan arah vertical.
c. Kapasitas Gas
Rank atau tingkat kematangan batubara, yang ditunjukkan dengan
nilai vitrinit reflectance (Ro) batubara. Batubara dengan rank
menengah Ro 0,55% - 2 % memiliki kapasitas serapan gas metan
yang baik. Makin besar tekanan makin besar kapasitas serapan gas
tetapi dengan kecepatan yang makin berkurang sewaktu mendekati
batas jenuhnya. Makin tinggi temperatur makin kecil kapasitas
serapannya atau mempertinggi desorpsi gasnya. Makin tinggi
kandungan mineral matternya, makin kecil kapasitas serapan
gasnya.
d. Saturation
Hasil lain dari proses coalifikasi adalah air. Air memiliki tempat
yang penting dalam analisa CBM. Air dapat tersimpan dibatubara
melalui dua cara, yaitu : (a) sebagai air yang terikat di matriks
batubara dan (b) sebagai air bebas pada cleat. Matriks yang
mengikat air tidak mobile dan menunjukkan pengaruh yang
signifikan dalam recovery methane dari batubara. Namu, air bebas
pada cleat merupakan salah satu parameter yang penting dalam
produksi methane. Air bebas bersifat mobile pada saturasi air yang
tinggi (lebih besar dari 30%). Banyak endapan batubara merupakan
sistem aquifer yang aktif dan saturasi airnya 100% pada cleat
system.
e. Ketebalan batubara
f. Porositas
Sebagai produksi terjadi dari reservoir batubara, perubahan tekanan
yang diyakini menyebabkan perubahan porositas dan permeabilitas
batubara. Hal ini umumnya dikenal sebagai penyusutan matriks /
pembengkakan. Sebagai gas desorbed, tekanan yang diberikan oleh
gas di dalam pori-pori berkurang, menyebabkan mereka menyusut
dalam ukuran dan membatasi aliran gas melalui batubara. Seperti
pori-pori mengecil, menyusut matriks secara keseluruhan juga, yang
akhirnya dapat meningkatkan ruang gas dapat berjalan melalui
(yang cleat), meningkatkan aliran gas.
III.5. Penurunan Gas Batubara dengan Mengeluarkan Air dan Gas
III.6. Tipikal Kapasitas Gas untuk Batubara Tidak Jenuh
III.7. Metodologi Penyelesaian Sementara Batubara
III.8. Prosedur yang Direkomendasikan
Pada program kerja eksplorasi ini, prosedur yang
direkomendasikan antara lain :
1) Uji bor dan produksi sebuah sumur dengan satu ketebalan lapisan
batubara, oleh perekahan lapisannya.
2) Uji bor dan produksi sebuah sumur dengan lubang horizontal
multilateral setidaknya dua lapisan batubara.
3) Cocokkan terlebih dahulu data produksi gas dan air untuk
memperoleh deskripsi waduk yang baik.
4) Gunakan data dari pencocokan sebelumnya untuk menentukan jarak
sumur optimal.
5) Pada titik ini kita memiliki data dari dua sumur sehingga kita dapat
menggunakan simulator untuk melihat penyelesaian lain dan jarak
sumur.
III.9. Profil Kasus Dasar Produksi
IV. Tantangan dan Peluang Saat Ini
IV.1. Tantangan
Adapun tantangan yang ada saat ini, antara lain:
a. Teknologi
1) Keterbatasan informasi geologis dan pemboran
2) Teknologi baru, operasi dewatering dan produksi air yang besar,
laju produksi gas yang rendah, butuh ratusan sumur, berbagi
fasilitas di area yang tumpang tindih, cocok untuk tujuan
pemboran, alat-alat khusus dan jasa kontraktor yang
berpengalaman.
3) Gas terus menerus diproduksi sebelum POD (Plan of
Development).
b. Sumber daya manusia
1) Kurangnya keahlian CBM di negara, di perusahaan minyak dan
gas, di badan pengawas, di perusahaan jasa.
2) Butuh pelatihan khusus CBM di luar negri.
3) Banyak petugas keamanan yang dibutuhkan.
c. Investasi
Industri CBM akan memulai krisis global ekonomi, harga minyak
mentah mempengaruhi harga gas.
d. Lingkungan hidup
Gas terus menerus diproduksi sebelum POD, produksi air yang
besar, mengumpulkan ratusan baris sumur, program rehabilitasi dan
implementasi, tumpang tindih dengan pertanian, perkebunan, dan
wilayah masyarakat.
e. Legal
Koordinasi antara: pemerintahan pusat dan lokal, operator minyak
dan gas dan pemegang izin CBM, pemegang izin KP/CCoW dan
CBM, legal untuk menjual gas yang sudah diproduksi sebelum
POD.
IV.2. Peluang
a. Harga minyak mentah yang rendah harus membawa perkembangan
turun harga:
1) Ketersediaan rig
2) Harga baja dan dukungan layanan
b. Cadangan gas konvensional yang habis membuka kesempatan bagi
CBM untuk mengisi celah.
c. Domestic Market Obligation (DMO) adalah peluang pasar domestik
untuk CBM (kesempatan perdagangan).
d. Menjual gas yang sudah diproduksi sebelum POD akan menarik
investor (jika dibagi antara industri minyak dan gas dan kontraktor).
V. Kesimpulan
Dari hasil bahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1. CBM berpotensi dalam program diversifikasi energi nasional.
2. Mengembangkan sumber CBM nasional adalah salah satu cara untuk
mengatasi defisit energi nasional.
3. Industri minyak dan gas perlu membawa suasana yang lebih kondusif
dalam segala aspek (hukum, keuangan, fiskal, keamanan, dll) untuk
menantang pengembangan CBM nasional.
4. Transfer teknologi CBM dari luar negeri perlu dipercepat
5. Ada tantangan untuk mengatasi dan kesempatan untuk mengejar.
6. Ephindo tetap mempelopori ekplorasi dan perkembangan CBM nasional,
berharap mempunyai aliran gas di 2012.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Coalbed Methanes in Indonesia - http://www.indonesia-
investments.com/id/bisnis/komoditas/coalbed-methane/item269. Diakses
pada 11 April 2015.
Anonim. Operations – http://www.ephindo.com/operations. Diakses pada 11
April 2015.
Anonim. 2010. MENENTUKAN CADANGAN CBM (COAL BED METHANE)
MENGGUNAKAN METODE MATERIAL BALANCE -
http://semutberbisik.blogspot.com/2010/02/menentukan-cadangan-cbm-
coal-bed.html. Diakses pada 16 April 2015.
Suryana, Asep dan Fatimah. 2012. Tinjauan Terhadap Bitumen Padat Dan Gas
Metan Batubara Di Indonesia - http://psdg.bgl.esdm.go.id. Diakses pada 16
April 2015.
Tanuwijaya, Christian. 2009. Seeking Effects Of Vibration Stimulation On
Coalbed Methane (CBM) Reservoir To Accelerate Gas Production Using
Laboratory And Reservoir Stimulation Studies - http://www.bgl.esdm.go.id.
Diakses pada 16 April 2015.
Siahaan, Jefri Hansen. 2010. Coal Bed Methane -
http://arsipteknikpertambangan.blogspot.com. Diakses pada 16 April 2015.