CBD

32
CASE BASED DISCUSSION Non Psikotik Pembimbing : dr. Nur Dwi Esthi Sp.K Disusun o!eh : Hikmah Soraya Tri ariyani Astuti Luzelia Marta Sequira Rizkqa Azka Hafiza Etika Tunjung Kencana Soraya Verina Laras Asia eria Hafizah !ijaya "ose#hin !iranata KEPANI"E#AAN K$INIK I$%U PEN&AKI" I'A #S P#O(. D#. SOE#OO %A)E$AN) PE#IODE * UNI +,- UNI , */ (AKU$"AS KEDOK"E#AN UNI0E#SI"AS "#ISAK"I 1

description

CBD

Transcript of CBD

CASE BASED DISCUSSIONNon Psikotik

Pembimbing :dr. Nur Dwi Esthi Sp.KJDisusun oleh :

Hikmah SorayaTri ariyani Astuti

Luzelia Marta Sequira

Rizkqa Azka Hafiza

Etika Tunjung Kencana

Soraya Verina

Laras Asia Ceria

Hafizah Wijaya

Yosephin Wiranata

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT JIWA

RSJ PROF. DR. SOEROJO MAGELANG

PERIODE 1 JUNI -27 JUNI 2014

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTISTATUS PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN

No. Pasien

: 008821579Nama

: Tn. MTJenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 45 tahun

Tanggal Lahir

: 10 Maret 1975Agama

: IslamSuku bangsa / Negara : Jawa / Indonesia

Status Pernikahan

: Menikah

Pendidikan Terakhir: SMKPekerjaan

: WiraswastaAlamat : Roembenak 2, RT 01/03 mungkid, kabupaten magelangTanggal Masuk RS: Poliklinik jiwaRSJ dr. Soerojo Magelang, 11 Juni 2015II. RIWAYAT PSIKIATRIAnamnesis diperoleh dari alloanamnesis dan autoanamnesis di rumah pasien pada tanggal 11 Juni 2015.

Diperoleh dari1

NamaNy. H

Umur39 Tahun

Jenis kelaminPerempuan

AlamatRoembenak 2, RT 01/03 mungkid, kabupaten magelang

PekerjaanGuru TK

PendidikanD3

HubunganIstri

Lama kenal15 tahun yang lalu

Sifat perkenalanAkrab

A. Keluhan Utama

Pasien dibawa ke Poliklinik RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang diantar istri pasien kerena merasa cemas yang berlebihan sejak 3 bulan yang lalu.

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Autoanamnesis

Satu setengah tahun yang lalu (pasien berumur 43 tahun), pasien merasa cemas akan nasib buruk yang akan menimpanya. Pasien sulit memulai tidur, kira-kira butuh waktu 2-3 jam, dalam waktu tersebut pasien selalu berpikir nasib buruk yang akan menimpanya. Dan pada saat tidur pasien sering terbangun namun dapat melanjutkan tidurnya kembali, dan tidak pernah mengalami mimpi buruk. Rasa cemas datang ketika pasien berbicara pada teman-temanya, pasien merasa takut perkataan dan perbuatannya yang menyinggung dan membebani temanya, ketika pasien bekerja takut pekerjaannya ada yang salah, dan juga ketika pasien harus memberikan sambutan pada acara tertentu, namun hal tersebut masih dapat diatasi oleh pasien. Menurut pasien rasa cemas ini berawal ketika kakak ipar pasien meninggal tanpa sebab dan pada waktu itu pasien panik harus berbuat apa. Hal itu diperberat saat pasien salah dalam pekerjaannya sebagai montir, pasien salah memasang baut di mobil pelanggan. Sejak saat itu ketika bekerja pasien selalu memeriksa kembali hasil kerjanya minimal tiga kali.

Beberapa bulan setelahnya pasien mengalami pusing berputar kemudian pasien berobat ke spesialis saraf dan diagnosis vertigo. Setelah di diagnosis vertigo, setiap datang ke kantor dan melihat gerbang kantor pasien cemas, jantung berdebar-debar, mulut kering, sesak nafas, gemeteran dan keringat bercucuran. Karena hal tersebut pasien tidak masuk ke kantor selama satu bulan. Lalu pasien memutuskan untuk berhenti bekerja dan membuka bengkel.

Tiga bulan sebelum berobat ke poli klinik jiwa RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang, kecemasan pasien semakin bertambah. Menurut pasien hal tersebut di perberat karena masalah ekonomi. Pasien cemas akan nasib buruknya yang akan terjadi terutama ketika bengkel sepi pelanggan, dan juga ketika pasien tiba-tiba meninggal bagaimana dengan keluarganya. Rasa cemas hampir dirasakan setiap hari, pasien menjadi gelisah, gemetaran, berkeringat, jantung berdebar-debar, dan mulut terasa kering.

Alloanamnesis Menurut istri pasien, pasien mengalami gangguan cemas semenjak kaka ipar pasien meninggal sejak satu setengah tahun yang lalu. Menurut Istri pasien kecemasan semakin memberat sejak tiga bulan yang lalu sehingga istri pasien menyarankan untuk berobat ke poli klinik jiwa. Di dalam keluarga pasien dikenal sayang dengan anak-anaknya, namun pasien memiliki sifat cuek dan tertutup. Sebelum hamil anak kedua istri pasien meminta cerai kepada suami karena factor wanita idaman lain. Namun hal tersebut diurangkan oleh istri pasien setelah pasien mendapatkan nasihat dari sang ibunda. Sejak saat itu pasien bertambah cuek dan tertutup dan istri pasien merasa bahwa hubungan keluarga tidak harmonis.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat Psikiatri SebelumnyaPasien belum pernah dirawat sebelumnya.

2. Riwayat Penyakit Medis LainnyaMenurut pengakuan pasien, pasien tidak pernah memiliki riwayat penyakit medis lain sebelumnya. Riwayat trauma kepala, kejang, riwayat infeksi, DM, hipertensi, dan penyakit kronik lainnya disangkal. 3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif dan AlkoholPasien tidak pernah mengkonsumsi alcohol dan psikotropik lainnya. Pasien merokok sejak umur 14 tahun namun sudah berhenti sejak 8 bulan yang lalu.D. Riwayat Kehidupan Pribadi1. Masa prenatal dan perinatalTidak didapatkan informasi mengenai usia kehamilan, penyulit dalam kehamilan, penyulit dalam persalinan dan berat badan lahir.

2. Masa kanak awal (0-3 tahun)Pasien diasuh oleh bapak dan ibu kandungnya sendiri. Pasien tidak mengetahui sampai umur berapa diberikan ASI, dan tidak mengetahui kapan mulai bisa pertama kali mengangkat kepala, tengkurep, memegang benda menggunakan tangan, memasukan benda kedalam mulut, duduk, merangkak, berdiri berjalan, berbicara dan lain-lain.

3. Masa kanak pertengahan (3-11 tahun)Pasien masuk SD pada usia tujuh tahun. Menurut pasien selama bersekolah prestasi baik, tidak pernah tinggal kelas, tidak pernah membuat keributan di sekolah, sering mengalah kepada teman-temannya, mempunyai beberapa teman disekolahnya, dan hubungan dengan guru baik.4. Masa Kanak Akhir dan RemajaPasien melanjutkan sekolah ke tingkat SMK dan tidak melanjutkan ke perguruan tinggi karena masalah ekonomi. Prestasi pasien saat itu tidak begitu menonjol namun tidak pernah tinggal kelas. Pasien mempunyai beberapa teman disekolahnya suka bermain bersama mereka tapi tidak punya teman dekat

. 5. Masa - Masa Dewasaa Riwayat PendidikanPasien menjalani pendidikan SD sampai SMK. Pasien tidak melanjutkan sekolah di perguruan tinggi, karena masalah ekonomi.

b Riwayat PekerjaanSejak tidak sekolah lagi, pasien mulai bekerja di bengkel sebagai montir. Kurang lebih sudah 15 tahun bekerja. Ketika bekerja pasien hanya bekerja yang terbaik dan tidak bersaing untuk menonjol dibandingkan dengan yang lain, pekerjaan ini disukai oleh pasien karena pasien menyukai mobil sejak kecil. Lalu pasien berhenti dan memutuskan untuk membuka bengkel.

c Riwayat Pernikahan

Pasien menikah pada usia 30 tahun, dengan masa perkenal dengan

Istrinya selama satu bulan. Usia pernikahan saat ini selama 15 tahun, hubungan suami istri kurang harmonis.

d. Riwayat AgamaPasien menganut agama Islam, pasien jarang beribadah.

e Aktivitas SosialPasien mengaku jarang bergaul bersama teman-temannya.

f Riwayat Pelanggaran HukumPasien tidak pernah ada riwayat pelanggaran hukum atau pernah dipenjara.E. Riwayat KeluargaPasien adala anak ke enam dari enam bersaudara. Kakak pasien memilik gangguan jiwa

Genogram

Keterangan :Laki-laki

Perempuan

pasien

Meninggal

Gangguan jiwa

Tinggal serumah

F. Grafik perjalanan penyakit

G. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupan

Pasien mengaku saat ini dia dalam keadaan sakit, karena merasa cemas akan nasib buruk yang akan menimpanya (jantung berdebar-debar, gelisah, gemetaran, mulut kering dan berkeringatan) yang dirasakan oleh pasien semakin diperberat sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit. Sehingga pasien berobat ke poliklinik RSJ Prof. DR.dr. Soerojo, Magelang.

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan tanggal 12 Juni 2015 di kediaman pasien.

Deskripsi Umum

1. Penampilan

Tampak sesuai usia, memakai baju koko dan sarung selama wawancara, bersih dan rambut rapi. Kesan gizi cukup

Kesadaran

Kesadaran biologis: compos mentis

Kesadaran Psikologis: jernihKesadaran social: baik 2. Pembicaraan

Kuantitas : spontan, normal Kualitas: spontan, berbicara dengan intonasi dan volume sedang, artikulasi jelas, intensitas suara sedang.3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Pasien tampak gelisah4. Sikap Terhadap Pemeriksa

Pasien bersikap kooperatif kepada pemeriksa. 5. Kontak psikis

Mudah ditarik, mudah dicantum perhatiannyaA. Alam Perasaan 1. Mood: Cemas2. Afek : Appropriate, luas, stabilB. Gangguan Persepsi

Halusinasi

: (-) Ilusi

: (-) Derealisasi : (-)

Depersonalisasi : (-)C. Fungsi intelektual (kognitif)

1. Inteligensi dan kemampuan informasi: Baik 2. OrientasiWaktu

: Baik

Tempat

: Baik

Orang

: Baik3. Daya IngatSegera

: Baik

Jangka Pendek

: Baik

Jangka Menengah

: Baik

Jangka Panjang

: Baik4. Konsentrasi dan Perhatian

: Baik5. Kemampuan membaca dan menulis: Baik6. Pikiran abstrak

: Baik7. Kemampuan visuospasial

: Baik8. Kemampuan menolong diri

: BaikD. Proses Pikir1. Arus pikir Quantity

: Normal Quality

: koheren Hendaya berbahasa: tidak terdapat hendaya berbahasa2. Isi pikir Waham

: (-) Preokupasi

: preokupasi tentang nasib buruk.E. Pengendalian Impuls

Pengendalian diri selama pemeriksaan: BaikRespon penderita terhadap pemeriksa : Baik

F. Daya Tilikana. TilikanTrue InsightG. Taraf Dapat Dipercaya

Dapat dipercaya.

IV. PEMERIKSAAN FISIK

a. Status InternusKU

: Baik

Kesadaran: Kompos mentisTekanan darah: 130/80 mmHg

Nadi

: 80 kali / menit

Pernapasan: 20 kali/menit

Suhu

: 36,50CStatus gizi: Kesan gizi cukupKulit

: Sawo matangKepala

: Deformitas (-)

Rambut: hitam, pendek distribusi merata.Mata

: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-THT

: dalam batas normal

Gigi

: Karies gigi (-)

Leher

: Pembesaran KGB (-)

Jantung: S1 dan S2 regular, murmur (-), gallop (-)

Paru

: Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

Abdomen: Datar, supel, BU + normalEkstremitas: Akral hangat, CRT < 2 detik, edema -/- b. Status NeurologisGCS

: 15 (E4M6V5)

Kaku kuduk

: -

Pupil

: Bulat, isokhor, RCL +/+, RCTL +/+

Nervus kranialis: tidak tampak kesan parese

Motorik

:

Kekuatan 55555555

55555555

Tonus: normotonus

Rigiditas: -

Spasme: -

Sensorik

: Gangguan sensibilitas (-)

Refleks fisiologis: +Refleks patologis: -

Gejala ekstrapiramidal

: -

Gaya berjalan dan postur tubuh: Baik

Stabilitas postur tubuh

: Baik

Tremor kedua tangan

: -/-V. RESUMESeorang pria berusia 45 tahun datang dengan keluhan pasien merasa cemas akan nasib buruk yang akan menimpanya sejak satu setengah tahun yang lalu (pasien berumur 43 tahun),. Pasien sulit memulai tidur. Rasa cemas datang ketika pasien berbicara pada teman-temanya, pada saat di keramaian, dan juga ketika pasien harus memberikan sambutan pada acara tertentu, namun hal tersebut masih dapat diatasi oleh pasien. Beberapa bulan setelahnya pasien mengalami vertigo. Rasa cemas ditandai dengan jantung berdebar-debar, mulut kering, sesak nafas, gemeteran dan keringat bercucuran.Tiga bulan terakhir kecemasan pasien semakin bertambah. Rasa cemas hampir dirasakan setiap hari, pasien menjadi gelisah, gemetaran, berkeringat, jantung berdebar-debar, dan mulut terasa kering. Pasien memiliki sifat cuek dan tertutup. Dari pemeriksaan fisik dalam batas normal. Status mental Penampilan tampak sesuai usia, bersih dan rambut rapi. Kesan gizi cukup. Kesadaran biologis compos mentis, Kesadaran Psikologis jernih, Kesadaran social baik. Pembicaraan kuantitas spontan, normal. Kualitas spontan, berbicara dengan intonasi dan volume sedang, artikulasi jelas, intensitas suara sedang. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor pasien tampak gelisah. Sikap Terhadap Pemeriksa pasien bersikap kooperatif. Mood Cemas. Afek Appropriate. Gangguan Persepsi tidak ada. Fungsi intelektual (kognitif) dalam batas normal. Arus pikir kuantitasNormal, kualitas koheren. Tidak terdapat hendaya berbahasa. Waham (-). Preokupasi : (+). True Insight

Sindrom cemas :

1. Mood : cemas2. Afek : approprite

3. Sikap dan perilaku : gelisah

4. Khawatir akan nasib buruk

5. Ketegangan motorik : gemeteran, gelisah

6. Hiperaktivitas otonom : berkeringet, jantung berdebar-debar, mulu kering

7. Terjadi hampir setiap hari

Sindrom fobia sosial:

1. Cemas saat berada berbicara di depan umum VI. DIAGNOSIS BANDING (3 dx banding)F41.1 Gangguan cemas menyeluruhF41.0 Gangguan PanikF40.0 Fobia Sosial F41.1 Gangguan cemas menyeluruh

Pedoman diagnostik menurut PPDGJ IIIPada pasien ini

Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya free floating atau mengambang)

Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup umsur-umsur berikut :

(a) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi, dsb)(b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai)

(c) Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)

Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan anxietas menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari eepisode depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik ( F40.-), gangguan panik (F41.0) atau gangguan obsesive compulsive (F42.-)TerpenuhiTerpenuhi

Terpenuhi

F41.0 Gangguan panik

Pedoman diagnostik menurut PPDGJ IIIPada pasien ini

- Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya gangguan anxietas fobik

- Untuk ddiagnosis pasti , harus ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas berat (severe attacks of autonomic anxiety) dalam masa kira-kira satu bulan:

(a) Pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya

(b) Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya (unpredictable situations)(c) dengan keadaan yang relatif bebas dari gejala-gejala anxietas pada periode di antara serangan-serangan panik (meskipun demikian, umumnya dapat terjadi juga anxietas antisipatorik, yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi)Tidak Terpenuhi Terpenuhi

Terpenuhi

Terpenuhi

F40.0 Fobia sosialPedoman diagnostik menurut PPDGJ IIIPada pasien ini

Semua kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti :(a) Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesive

(b) Anxietas harus mendominasi atau terbatas pada situasi sosial tertentu (outside the family circle) dan (c) Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol (penderita menjadi house bond)

Terpenuhi

Terpenuhi

Tidak terpenuhi

VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

Aksis I: F41.1 Gangguan cemas menyeluruhAksis II: ciri kepribadian introvertAksis III: Tidak ada diagnosis Aksis III

Aksis IV: Masalah pekerjaan (takut mengulangi kesalah di masa lampau, takut sepi pelangan)

Masalah keluarga (hubungan dengan istri yang tidak harmonis)Aksis V: GAF 80-71VIII. RENCANA PENATALAKSANAAN

FarmakoterapiAnti anxiety : Clobazam 1 x 1 mg Psikoterapia. Terapi suportif

ii. Memberikan edukasi pada pasien bahwa obat yang diminum tidak menimbulkan ketergantungan dan pasien bisa menjalani kegiatan sehari hari seperti sebelum sakit.iii. Memberikan semangat serta dukungan kepada pasien bahwa ia dapat kembali melakukan aktivitas sehari-harib. Terapi Berorientasi Keluarga

Terapi ini bertujuan untuk membina hubungan yang baik antara pasien dengan keluarga dan pemahaman keluarga mengani gangguan pada pasien lebih baik sehingga dapat berpartisipasi dalam penstabilan keadaan pasien.

c. Terapi Kelompok

IX. PROGNOSIS

Faktor-faktor Pada pasienBaikBuruk

Riwayat gangguan sebeumnya

Status pernikahan

Dukungan keluarga

Status ekonomi

Stressor

Kepribadian premorbid

Onset usia >30 tahun

Jenis penyakit

Perjalanan penyakit

Respon terapi

Kepatuhan minum obatTidak ada

Menikah

Baik

Menengah kebawah

Kakak meninggal

IntrovertIya

Gangguan cemas

Kronis

Belum dapat dinilaiBelum dapat dinilai

ad vitam

: Bonam

ad functionam: Dubia ad bonam

ad sanactionam: Dubia ad bonamTINJAUAN PUSTAKA

GANGGUAN CEMAS MENYELURUH (F.41.1)I. DEFINISI

Menurut Capernito (2001) kecemasan adalah keadaan individu atau kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivitas sistem saraf autonom dalam berespons terhadap ancaman yang tidak jelas, nonspesifik. Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan, keadaan emosional yang dimiliki seseorang pada saat menghadapi kenyataan atau kejadian dalam hidupnya. (Rivai, 2000).1,2Kecemasan adalah perasaan individu dan pengalaman subjektif yang tidak diamati secara langsung dan perasaan tanpa objek yang spesifik dipacu oleh ketidaktahuan dan didahului oleh pengalaman yang baru (Stuart dkk, 1998). Berdasarkan definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kecemasan adalah perasaan yang tidak menyenangkan, tidak enak, khawatir dan gelisah. Keadaan emosi ini tanpa objek yang spesifik, dialami secara subjektif dipacu oleh ketidaktahuan yang didahului oleh pengalaman baru, dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal.1,2Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder) merupakan salah satu jenis gangguan kecemasan dengan karakteristik kekhawatiran yang tidak dapat dikuasai dan menetap, biasanya terhadap hal-hal yang sepele/tidak utama. Individu dengan gangguan cemas menyeluruh akan terus menerus merasa khawatir tentang hal-ha yang kecil/sepele. 1,2,3

II. GAMBARAN TENTANG KECEMASAN

Neale dkk (2001) mengatakan bahwa kecemasan sebagai perasaan takut yang tidak menyenangkan dan apprehension, dapat menimbulkan beberapa keadaan psikopatologis sehingga mengalami apa yang disebut gangguan kecemasan. Walaupun sebagai orang normal, diakui atau tidak, kita dapat saja mengalami kecemasan, namun kecemasan pada orang normal berlangsung dalam intensitas atau durasi yang tidak berkeanjangan sehingga individu dapat tetap memberikan respon yang adaptif.1,3Untuk memahami kecemasan yang mempengaruhi beberapa area dari fungsi-fungsi individu, Acocella dkk (1996) mengatakan bahwa kecemasan seharusnya melibatkan atau memiliki 3 komponen dasar, yaitu1, 4:

1. Adanya ungkapan yang subjektif (subjective reports) mengenai ketegangan, ketakutan dan tidak adanya harapan untuk mengatasinya.

2. Respon-respon perilaku (behavioral rensponses), seperti menghindari situasi yang ditakuti, kerusakan pada fungsi bicara dan motorik dan kerusakan tampilan untuk tugas-tugas kognitif yang kompleks.

3. Respon-respon fisiologis (physiological responses), termasuk ketegangan otot, peningkatan detak jantung dan tekanan darah, nafas yang cepat, mulut yang kering nausea, diare, dan dizziness.III. ETIOLOGI

Upaya untuk menjelaskan penyebab dari munculnya gangguan kecemasan, Accocella dkk (1976) memaparkan dari beberapa sudut pandang teori. Menurut para ahli psikofarmaka, Gangguan Kecemasan Menyeluruh bersumber pada neurosis, bukan dipengaruhi oleh ancaman eksternal tetapi lebih dipengaruhi oleh keadaan internal individu.2,3,5Sebagamana diketahui, Sigmund Freud sebagai bapak dari pendekatan psikodinamika mengatakan bahwa jiwa individu diibaratkan sebagai gunung es. Bagian yang muncul dipermukaan dari gunung es itu, bagian terkecil dari kejiwaan yang disebut sebagai bagian kesadaran. Agak di bawah permukaan air adalah bagian yang disebut pra-kesadaran, dan bagian yang terbesar dari gunung es tersebut ada di bawah sekali dari permukaan air, dan ini merupakan alam ketidaksadaran (uncounsciousness). Ketidaksadaran ini berisi ide, yaitu dorongan-dorongan primitif, belum dipengaruhi oleh kebudayaan atau peraturan-peraturan yang ada dilingkungan. Dorongan-dorongan ini ingin muncul ke permukaan/ ke kesadaran, sedangkan tempat di atas sangat terbatas. Ego, yang menjadi pusat dari kesadaran, harus mengatur dorongan-dorongan mana yang boleh muncul dan mana yang tetap tinggal di ketidaksadaran karena ketidaksesuaiannya dengan superego, yaitu salah satu unit pribadi yang berisi norma-norma sosial atau peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan sekitar. Jika ternyata ego menjadi tidak cukup kuat menahan desakan atau dorongan ini maka terjadilah kelainan-kelainan atau gangguan-gangguan kejiwaan. Neurosis adalah salah satu gangguan kejiwaan yang muncul sebagai akibat dari ketidakmampuan ego menahan dorongan ide.1,6, 7Jadi, individu yang mengalami Gangguan Kecemasan Menyeluruh, menurut pendekatan psikodinamika berakar dari ketidakmampuan egonya untuk mengatasi dorongan-dorongan yang muncul dari dalam dirinya secara terus menerus sehingga ia akan mengembangkan mekanisme pertahanan diri. Mekanisme pertahanan diri ini sebenarnya upaya ego untuk menyalurkan dorongan dalam dirinya dan bisa tetap berhadapan dengan lingkungan. Tetapi jika mekanisme pertahanan diri ini dipergunakan secara kaku, terus-menerus dan berkepanjangan maka hal ini dapat menimbulkan perilaku yang tidak adaptif dan tidak realistis.1, 6, 7Ada beberapa mekanisme pertahanan diri yang bisa dipergunakan oleh individu, antara lain1, 4:

1. Represi, yaitu upaya ego untuk menekan pengalaman yang tidak menyenangkan dan dirasakan mengancam ego masuk ke ketidaksadaran dan disimpan di sana agar tidak menganggu ego lagi. Tetspi sebenarnya pengalaman yang sudah disimpan itu masih punya pengaruh tidak langsung terhadap tingkahlaku si individu.

2. Rasionalisasi, yaitu upaya ego untuk melakukan penalaran sedemikian rupa terhadap dorongan-dorongan dalam diri yang dilarang tampil oleh superego, sehingga seolah-olah perilakunya dapat dibenarkan.

3. Kompensasi, upaya ego untuk menutupi kelemahan yang ada di salah satu sisi kehidupan dengan membuat prestasi atau memberikan kesan sebaliknya pada sisi lain. Dengan demikian, ego terhindar dari ejekan dan rasa rendah diri.

4. Penempatan yang keliru, yaitu upaya ego untuk melampiaskan suatu perasaan tertentu ke pihak lain atau sumber lain karena tidak dapat melampiaskan perasaannya ke sumber masalah.

5. Regresi, yaitu upaya ego untuk menghindari kegagalan-kegagalan atau ancaman terhadap ego dengan menampilkan pikiran atau perilaku yang mundur kembali ke taraf perkembangan yang lebih rendah.

Para ahli dari aliran humanistik-eksternal mengatakan bahwa konsep kecemasan bukan hanya sekedar masalah, yang bersifat individual tetapi juga merupakan hasil konflik antara individu dengan masyarakat atau lingkungan sosialnya.1,6Jika individu melihat perbedaan yang sangat luas antara pandangannya tentang dirinya sendiri dengan yang diinginkan maka akan`muncul perasaan inadekuat dalam menghadapi tantangan di kehidupan ini, dan hal ini menghasilkan kecemasan. Jadi menurut pandangan humanis eksternalis, pusat kecemasan adalah konsep diri, yang terjadi sehubungan dengan adanya gap antara konsep diri yang sesungguhnya (real self) dan diri yang diinginkan (idea self). Hal ini muncul sehubungan tidak adanya kesempatan bagi individu untuk mengaktualisasikan` dirinya sehingga perkembangannya menjadi terhalang. Akibatnya, dalam menghadapi tantangan atau kendala dalam menjalani hari-hari, di kehidupan selanjutnya, ia akan mengalami kesulitan untuk membentuk konsep diri yang positif. Setiap kita sebenarnya perlu mengembangkan suatu upaya untuk menjadi diri sendiri (authenticity), sedangkan indivisu yang neurotis, atau mengalami gangguan kecemasan adalah individu yang gagal menjadi diri sendiri (inauthenticity) karena mereka mengembangkan konsep diri yang keliru/palsu4,7 Sementara para ahli dari pendekatan behavioristik mengatakan bahwa kecemasan muncul karena terjadi kesalahan dalam belajar, bukan hasil dari konflik intrapsikis, individu belajar menjadi cemas. Ada 2 tahapan belajar yang berlangsung dalam diri individu yang menghasilkan kecemasan yaitu:1, 4, 71. Dalam pengalaman individu, beberapa stimulus netral tidak berbahaya atau tidak menimbulkan kecemasan, dihubungkan dengan stimulus yang menyakitkan (aversive) akan menimbulkan kecemasan (melalui respondent condotioning)

2. Individu yang menghindar dari stimulus yang sudah terkondisi, dan sejak penghindaran ini menghasilkan pembebasan/terlepas dari rasa cemas, maka respon menghindar ini akan menjadi kebiasaan (melalui operant conditioning)Dari sudut pandang kognitif, gangguan kecemasan terjadi karena adanya kesalahan dalam mempersepsikan hal-hal yang menakutkan. Berdasarkan dari teori kognitif, masalah yang terjadi dari individu yang mengalami gangguan kecemasan adalah terjadinya kesalahan persepsi atau kesalahan interpretasi terhadap stimulus internal maupun eksternal. Indivisu yang mengalami gangguan kecemasan akan melihat suatu hal yang tidak benar-benar mengancam sebagai sesuatu yang mengancam. Jika individu mengalami pengalaman sensasi dalam tubuh yang tidak biasa, lalu mengintepretasikannya sebagai sensasi yang bersifat catastropic, yaitu suatu gejala bahwa ia sedang mengalami sesuatu hal seperti serangan jantung, maka akan timbul rasa panik. 4,7

IV. MANIFESTASI KLINIS

Gambaran klinis bervariasi, diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh ditegakkan apabila dijumpai gejala-gejala antara lain keluhan cemas, khawatir, was-was, ragu untuk bertindak, perasaan takut yang berlebihan, gelisah pada hal-hal yang sepele dan tidak utama yang mana perasaan tersebut mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya, sehingga pertimbangan akal sehat, perasaan dan perilaku terpengaruh. Selain itu spesifik untuk Gangguan Kecemasan Menyeluruh adalah kecemasanya terjadi kronis secara terus-menerus mencakup situasi hidup (cemas akan terjadi kecelakaan, kesulitan finansial), cemas akan terjadinya bahaya, cemas kehilangan kontrol, cemas akan`mendapatkan serangan jantung. Sering penderita tidak sabar, mudah marah, sulit tidur. 3,7,8

Untuk lebih jelasnya gejala-gejala umum ansietas dapat dilihat pada tabel di bawah:Tabel 1. Gejala-gejala Gangguan Cemas Menyeluruh:11

Ketegangan Motorik1. Kedutan otot/ rasa gemetar2. Otot tegang/kaku/pegal3. Tidak bisa diam4. Mudah menjadi lelah

Hiperaktivitas Otonomik5. Nafas pendek/terasa berat

6. Jantung berdebar-debar

7. Telapak tangan basah/dingin

8. Mulut kering

9. Kepala pusing/rasa melayang

10. Mual, mencret, perut tak enak

11. Muka panas/ badan menggigil

12. Buang air kecil lebih sering

Kewaspadaan berlebihan dan Penangkapan berkurang13. Perasaan jadi peka/mudah ngilu

14. Mudah terkejut/kaget

15. Sulit konsentrasi pikiran

16. Sukar tidur

17. Mudah tersinggung

V. DIAGNOSIS

Diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh (DSM-IV halaman 435, 300.02) ditegakkan bila terdapat kecemasan kronis yang lebih berat (berlangsung lebih dari 6 bulan; biasanya tahunan dengan gejala bertambah dan kondisi melemah) dan termasuk gejala seperti respons otonom (palpitasi, diare, ekstremitas lembab, berkeringat, sering buang air kecil), insomnia, sulit berkonsentrasi, rasa lelah, sering menarik nafas, gemetaran, waspada berlebihan, atau takut akan sesuatu yang akan terjadi. Ada kecenderungan diturunkan dalam keluarga, memiliki komponen genetik yang sedang dan dihubungkan dengan fobia sosial dan sederhana serta depresi mayor (terdapat pada 40% atau lebih pasien; meningkatkan resiko bunuh diri. Biasanya pada kondisi ini tidak`ditemukan etiologi stres yang jelas, tetapi harus dicari penyebabnya.2,3, 4

Diagnosis gangguan cemas menyeluruh menurut PPDGJ-III ditegakkan berdasarkan :5 Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya free floating atau mengambang).

Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:

1. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit berkonsentrasi, dsb)

2. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan

3. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb) Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan Anxietas Menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif (F.32.-), gangguan anxietas fobik (F.40.-), gangguan panik (F42.0), atau gangguan obsesif-kompulsif (F.42.-) 3,4,7VI. PENANGANAN

Terapi pada Gangguan Kecemasan Menyeluruh pada umumnya dapat dilakukan dengan 2 cara yakni terapi psikologis (psikoterapi) atau terapi dengan obat-obatan (farmakoterapi). Angka-angka keberhasilan terapi yang tinggi dilaporkan pada kasus-kasus dengan diagnosis dini. Psikoterapi yang sederhana sangat efektif, khususnya dalam konteks hubungan pasien dengan dokter yang baik, sehingga dapat membantu mengurangi farmakoterapi yang tidak perlu.1,6, 8

Penanganan dengan psikoterapi juga dapat dijelaskan melalui pendekatan psikodinamika, humanistik eksistensialis atau pendekatan behavioristik maupun kognitif.1Menurut para ahli psikodinamika, karena gangguan ini berakar pada keadaan internal individu sehubungan dengan adanya konflik intrapsikis yang dialami individu sehingga ia mengembangkan suatu bentuk mekanisme pertahanan diri, maka upaya menanganinya juga terarah pada pemberian kesempatan bagi individu untuk mengeluarkan seluruh isi pikiran atau perasaan yang muncul di dalam dirinya. Asumsinya adalah jika individu bisa menghadapi dan memahami konflik yang dialami, ego akan lebih bebas dan tidak harus terus berlindung di balik mekanisme pertahanan diri yang dikembangkannya.1,7Teknik dasar yang digunakan disebut free association, individu diminta untuk menjelaskan secara sederhana tentang hal-hal yang ada di dalam pikirannya, tanpa melihat apakah itu logis atau tidak, tepat atau tidak, ataupun pantas atau tidak. Hal-hal dari alam bawah sadar atau tidak sadar yang diungkapkan akan dicatat oleh terapis untuk diinterpretasikan. Tehnik ini juga bisa dimanfaatkan saat menggunakan teknik dream interpretation; individu diminta untuk menceritakan mimpinya secara detail dan tepat. Kedua teknik ini memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Dalam melaksanakan teknik-teknik tersebut di atas, ada dua hal yang biasanya muncul, yaitu apa yang disebut dengan resistance (yaitu individu bertahan dan beradu argumen dengan terapis saat terapis mulai sampai pada bagian sensitif), dan transference (yaitu individu mengalihkan perasaannya pada terapis dan menjadi bergantung.1,5, 7Sementara para ahli dari pendekatan humanistik eksistesialis yang melihat kecemasan sebagai hasil konflik diri yang terkait dengan keadaan sosial dimana pengembangan diri menjadi terhambat, maka mereka lebih menyarankan untuk membangun kembali diri yang rusak (damaged self). Tekhniknya sering disebut sebagai client centered therapy yang berpendapat bahwa setiap individu memiliki kemampuan yang positif yang dapat dikembangkan sehingga ia membutuhkan situasi yang kondusif untuk mengeksplorasi dirinya semaksimal mungkin.1,7, 8Setiap permasalahan yang dihadapi setiap individu sebenarnya hanya dirinyalah yang paling mengerti tentang apa yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, individu itu sendirilah yang paling berperan dalam menyelesaikan permasalahan yang mengganggu dirinya.1,7,8Karena para ahli melihat kecemasan sebagai sebagai hasil dari belajar (belajar menjadi cemas) maka untuk menanganinya perlu dilakukan pembelajaran ulang agar terbentuk pola perilaku baru, yaitu pola perilaku yang tidak cemas.1,7Tehnik yang digunakan untuk mengurangi kecemasan adalah systematic desentisitization, yaitu mengurangi kecemasan dengan menggunakan konsep hirarki ketakutan, menghilangkan ketakutan secara perlahan-lahan mulai dari ketakutan yang sederhana sampai ke hal yang lebih kompleks. Pemberian reinforcement (penguat) juga dapat digunakan dengan secara tepat memberikan variasi yang tepat antara pemberian reward- jika ia memperlihatkan perilaku yang mengarah keperubahan ataupun punishment jika tidak ada perubahan perilaku atau justru menampilkan perilaku yang bertolak belakang dengan rencana perubahan perilaku. Adanya model yang secara nyata dapat dilihat dan menjadi contoh langsung kepada individu juga efektif dalam upaya melawan pikiran-pikiran yang mencemaskan.7, 8Pendekatan kognitif yang melihat gangguan kecemasan sebagai hasil dari kesalahan dalam mempersepsikan ancaman (misperception of threat) menawarkan upaya mengatasinya dengan mengajak individu berpikir dan mendesain suatu pola kognitif baru. David Clark dkk (dalam Acocella dkk, 1996) mengembangkan desain kognitif yang melibatkan 3 bagian yaitu1 :

1. Identifikasi interpretasi negatif yang dikembangkan individu tentang sensasi tubuhnya

2. Tentukan dugaan atau asumsi dan arahkan alternatif intrepretasi, yang noncatastropic.3. Bantu individu menguji validitas penjelasan dan alternatif-alternatif tersebut.

Dengan kata lain, para ahli dari pendekatan kognitif ini menyatakan bahwa tujuan dari terapi sebagai upaya menangani gangguan kecemasan adalah membantu individu melakukan intrepretasi sensasi tubuh dengan cara yang noncatastropic1.

Dalam beberapa hal, penanganan terhadap penderita gangguan kecemasan tidak selalu hanya berpegang pada satu tehnik saja, atau hanya mengikuti pendapat salah satu ahli dari suatu pendekatan saja. Terapi yang diberikan dapat sekaligus dengan menggunakan lebih dari satu pendekatan atau lebih dari satu tehnik, asalkan tujuannya jelas dan tahapan-tahapannya juga terinci.1,6,7Pertimbangkan penggunaan obat-obatan maupun psikoterapi. Anti depresan yang baru, venlafaksin XR, tampaknya cukup efektif dan aman untuk pengobatan gangguan cemas menyeluruh. Gunakan benzodiazepin dengan tidak berlebihan(diazepam, 5 mg per oral, 3-4 kali sehari atau 10 mg sebelum tidur) untuk jangka pendek(beberapa minggu hingga beberapa bulan); biarkan penggunaan obat-obatan untuk mengikuti perjalanan penyakitnya. Pertimbangkan pemberian buspiron untuk pengobatan awal atau untuk pengobatan kronis (20-30 mg/hari dalam dosis terbagi). Pasien tertentu yang telah terbiasa dengan efek cepat benzodiazepin akan merasakan kurangnya efektivitas buspiron. Anti depresan trisiklik, SSRI, dan MAOI bermanfaat terhadap pasien-pasien tertentu (terutama bagi mereka yang disertai dengan depresi). Sedangkan pasien dengan gejala otonomik akan membaik dengan -bloker (misal, propanolol 80-160 mg/hari). 4, 8

Tabel 2. Sediaan Obat Anti-Anxietas dan Dosis Anjuran (menurut IiMS Vol. 30-2001)11

NoNama GenerikNama DagangSediaanDosis Anjuran

1.DiazepamDiazepin

Lovium

Stesolid

Tab. 2-5 mg

Tab. 2-5 mg

Tab. 2-5 mg

Amp. 10mg/2cc10-30 mg/h

2.ChlordiazepoxideCetabrium

Arsitran

TensinylDrg. 5-10 mg

Tab. 5 mg

Cap. 5 mg15-30 mg/h

3.LorazepamAtivan

RenaquilTab. 0,5-1-2 mg

Tab. 1 mg2-3 x 1 mg/h

4.ClobazamFrisiumTab. 10 mg2-3 x 1m mg/h

5.AlprazolamXanax

AlganaxTab. 0,25-0,5 mg

Tab. 0,25-0,5 mg0,75-1,50 mg/h

6.SulpirideDogmatilCap. 50 mg100-200 mg/h

7.BuspironeBusparTab. 10 mg15-30 mg/h

8.HydroxyzineIteraxCaplet 25 mg3x25 mg/h

Obat anti-anxietas Benzodiazepine yang bereaksi dengan reseptornya (benzodiazepine receptors) akan meng-reinforce the inhibitory action of GABA-ergic neuron, sehingga hiperaktivitas tersebut di atas mereda.11Dorong rasa percaya diri, rumatan aktivitas produktif, dan kognisi yang berdasarkan pada realita. Latihlah pasien dengan teknik relaksasi (misal biofeedback, meditasi, otohipnotis). Lebih dari 50% pasien menjadi asimtomatik seiring berjalannya waktu, tetapi sisanya memberat pada derajat hendaya yang bermakna. Bantulah pasien untuk memahami akan sifat kronis penyakitnya dan mengerti akan adanya kemungkinan untuk selamanya hidup dengan beberapa gejala yang memang tidak akan hilang. 4,6

VII. PROGNOSIS

Prognosis Gangguan Kecemasan Menyeluruh sukar untuk untuk diperkirakan. Nemun demikian beberapa data menyatakan peristiwa kehidupan berhubungan dengan onset gangguan ini. Terjadinya beberapa peristiwa kehidupan yang negatif secara jelas meningkatkan kemungkinan akan terjadinya gangguan. Hal ini berkaitan pula dengan berat ringannya gangguan tersebut.8,10DAFTAR PUSTAKA1. Maria, Josetta. Cemas Normal atau Tidak Normal. Program Studi Psikologi. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Kaplan, H., Sadock, Benjamin. 1997. Gangguan Kecemasan dalam Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Edisi ke-7 Jilid 2. Jakarta: Bina Rupa Aksara. Hal. 1-15

3. Kaplan, Harold. I. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta: Widya Medika. Hal. 145-54

4. Tomb, D. A. 2000. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta : EGC. Hal. 96-110

5. Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. Hal. 72-75

6. Adiwena, Nuklear. 2007. Anxietas. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia.

7. Eldido. Anxiety Disorder; Tipe-tipe dan Penanganannya. 20 Oktober 2008.

8. Yates, W. R. 2008. Anxiety Disorders. Update August 13, 2008. www.emedicine.com9. Anonim. Kecemasan atau Ansietas. Update 32 Desember 2008. www.mitrariset.blogspot.com10. Ashadi. Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi. Updates 22 Mei 2008. www.sidenreng.comLampiran foto

Transkrip

AutoanamnesisD : Selamat malam bapak, kami akan melalukan tanya jawab untuk mengetahui keluhan lebih lanjut yang membuat bapak datang ke poliklinik, semoga kami dapat membantu. Dengan bapak T betul?

T : Betul

D : Kemarin apa yang membuat bapak datang ke poliklinik?

T : Saya cemas akan nasib buruk yang akan meninpa saya

D : Maksudnya, bisa bapak jelaskan lebih lanjut?

T : Iya, saya merasa takut kalo tiba-tiba mati, nanti gimana anak saya sekolah

D : Sudah sejak kapan bapak merasa cemas seperti ini?

T : Kurang lebih sejak satu setengah tahun yang lalu

D : lalu kenapa baru datang kemaren, apakah rasa cemas bertambah berat?

T : Iya dok, kurang lebih 3 bulan ini saya merasa lebih cemas

D : Kalo sedang cemas, apa yang bapak rasakan? Apakah jantungnya berdebar-debar?

T: iya dok, jantung saya berdebar-debar

D : gemetaran? Mulut kering? Berkeringat?

T: Iya dok, seperti itu yang saya rasakan

D : Apakah itu terjadi setiap hari ?

T : Iya dok

D : kalo boleh tau, kapan rasa cemas itu timbul? Atau dalam situasi seperti apa?

T : *berfikir

D : apakah jika dalam situasi ramai?

T : tidak, saya tidak tau itu timbul begitu saja

D : Apakah bapak punya ketakutan akan sesuatu? Misalanya terhadap hewan atau benda benda yang lain?

T : Tidak ada tuh

D : Apakah rasa cemas timbul ketika bapak berpergian sendiri?

T : Tidak, biasanya tuh habis berbicara dengan teman saya, saya merasa takut ada perkataan atau perbuatan saya yang menyinggung atau membebani mereka.

D : oh begitu, kalo misalnya bapak disuruh memberikan sambutan dalam suatu acara apakah bapak cemas?

T : terkadang iya, terakhir saya memberikan sambutan saat kaka saya meninkah, saya gelagapan

D : Oh begitu, lalu dalam seperti apalagi? Jika dalam pekerjaan bagaimana?

T : saya selalu memeriksa kembali pekerjaan saya berulang kali dok, minimal tiga kali

D : jika dalam seperti itu, apakah yang bapak lalukakan?

T : saya pasti menghindar, sebisa mungkin menghindarinya sehingga membuat saya nyaman

D : satu setengah tahun ada kejadian apa pak yang membuat bapak menjadi cemas?

T : dulu, saya kaget ketika di gedor tengah malam disuruh menolong kaka ipar saya yang pingsan dalam kamar mandi. Saya kaget dan bingung harus berbuat apa. Kakak ipar saya meninggal padahal sebelumnya baik-baik saja

D: Lalu setelah kejadian itu bapak selalu berfikir akan nasib buruk yangakan menimpa bapak?

T : iya, saya takut jika tiba-tiba saya mati nanti bagaimana dengan anak saya

D : setelah kejadian tersebut apakah bapak menjadi suli tidur?

T : iya dok, saya menjadi sulit tidur

D : sulit tertidur seperti apa pak? Apakah ketika mulai ingin tidur atau sering bangun tengah malam?

T : Sulit ketika memulai tidur, kira-kira butuh waktu sekitar 2-3 jam baru bisa tidur

D : Pada saat itu apa yang bapak lakukan?

T : saya banyak berfikir, terutama tentang nasib buruk yang akan meninpa saya

D : apakah sering terbangun di tengah malam?

T : iya dok

D : apakah setelah itu bisa tertidur lagi ?

T : bisa dok, tidak ada masalah

D : Lalu di tempat kerja, apakah ada hal-hal yang membuat bapak cemas? Atau suatu kejadian yang membuat bapak cemas?

T : iya dulu saya pernah salah melalukan pekerjaan

D : maksudnya? Bisa lebih dijelaskan?

T : iya saya salah masang baut di mobil pelanggan

D : apakah setelah itu bapak dimarahin bos bapak? Atau pelanggan?

T : bos saya tidak marah, karena pelanggan saya adalah orang yang saya kenal jadi dia agak sungkan untuk memarahi saya

D : Lalu setelah itu bapak jadi selalu mermeriksa hasil pekerjaan bapak?

T : iya, minimal 3 kali saya memeriksa kembali pekerjaan saya

D : Apakah bapak sebelum ini sudah pernah pergi ke dokter?

T : Sudah dok, tapi karena masalah keluhan pusing kepala saya

D : Pusing yang seperti apa pak ?

T : saya sering merasakan pusing berputar, kata dokter sih vertigo

D : Apakah sekarang bapak masih sering merasakan keluhan seperti itu sekarang ?

T : Sudah tidak dok, keluhan itu saya rasakan beberapa bulan setelah kakak saya meninggal, dan setalah keluhan itu cemas saya makin bertambah.

D : Apakah keluhan itu mempengaruhi ke pekerjaan bapak ?

T : iya dok, karena ketika saya datang ke kantor dan melihat pintu gerbang, cemas saya mulai timbul lagi akirnya saya pulang tidak masuk kerja

D : Berapa lama bapak mengalami hal itu ?

T : kurang lebih selama 1 bulan dok. Karena itu akhirnya saya mengundurkan diri dari pekerjaan.

D : setelah itu bapak bekerja dimana?

T : setalah keluar dari kantor, saya membuka bengkel mobil di dekat rumah saya.

D : Apakah setelah keluar dari kantor cemas bapak berkurang ?

T : tidak dok, saya malah semakin cemas. Karena saya selalu berfikir kalo bengkel saya sepi pelanggan dan tidak dapat menafkahi keluarga.

D : Apakah di tempat bapak kerja sebelumnya bapak merasa nyaman ?

T : Iya dok

D : Apakah bapak ingin terlihat menonjol diantara teman-teman bapak ?

T : tidak juga dok, saya hanya ingin mengerjakan pekerjaan saya sebaik-sebaiknya dan tidak pernah berfikir untuk menjadi lebih unggul diantara teman-teman saya.

D : Anak bapak ada berapa ?

T : Anak saya ada 2, yang satu 13 tahun, yang satu 8 bulan

D : apakah kedua orangtua bapak masih ada ?

T : suda meninggal dok.

D : Apakah bapak mengeahui saat bapk lahir, bapak lahir normal atau tidak ?

T : Saya tidak tahu dok.

D : Apakah bapak tau perkembangan bapak sesuai dengan umur atau tidak?

T : Saya tidak tau dok. Tapi seinget saya perkembangan saya normal-normal saja dok.

D : Dulu ketika bapak bersekolah bagaimana prestasinya?

T : baik

D : pernahh tinggal kelas atau tidak?

T : tidak

D : waktu sekolah temannya banyak atau tidak ?

T : ya lumayan, soalnya saya orangnya pendiam dan tertutup

D : punya teman dekat tidak?

T : Tidak, hanyak teman main saja

D : dulu waktu bersekolah sering buat keributan tidak? Atau sering dimarahin oleh guru tidak?

T : tidak pernah

D : pada waktu apa sebebnya tidak melanjutkan ke perguruan tinggi?

T : Karena masalah ekonomi

D : jika didalam keluarga, bagaiman hubungan bapak dengan istri?

T : baik-baik saja.

D : Apakah bapak sering berlibur bersama-sama dengan keluarga bapak ?

T : jarang dok, karena saya lebih sering berada di bengkel

D : Anak bapak ada berapa ?

T : Anak saya ada 2, yang satu 13 tahun, yang satu 8 bulan

D : apakah kedua orangtua bapak masih ada ?

T : suda meninggal dok.

D : bapak ke rumah sakit untuk berobat kemauan sendiri atau disuruh oleh istri?

T : kemauan sendiri, soalnya mau nyaman D : Baik pak, sekian wawancara nya. Maaf sudah mengganggu waktu bapak. Apakah ada yang bapak ingin tanyakan.T : tidak dok, sudah cukup.

D : terimakasih banyak pak.

T : sama-sama dok.

Alloanamnesis (dengan sang istri)

D : selamat malam ibu, saya ingin berdiskusi untuk mengetahui lebih lanjut tentang yang bapak T keluhkan, semoga kami dapat membantu. Dengan ibu H?

T : Iya

D : ibu hubungannya apa dengan bapak?

T : istri

D : menurut ibu kapan mulai ada perubahan perilaku pada suami ibu?

T : dari dulu orangnya tertutup mbak, pendiam juga, tapi setelah kejadian saya yang bertengkar ini karena masaah wanita lain suami sama menjadi semakin tertutup dan pendiam.

D : oh gitu ya bu, kan tadi bapaknya bilang suka cemas yang tiba tiba. Ibu tau tidak hal itu mulanya terjadinya kapan?

T : oh waktu itu awalnya pas kaka iparnya tiba-tiba meninggal. Kan malem-malem itu digedor rumahnya minta tolong kaka iparnya udah tergeletak di kamar mandi, nah setelah itu dia mulai cemas katanya takut tiba-tiba mati

D : Mungkin ada kejadian lain yang ibu tau?

T: *Berfikir

D : Mungkin masalah di dalam pekerjaannya?

T : Yang saya tau itu setelah buka bengkel jadi makin tertutup kayabanyak yang dipikirin soal bengkelnya, takut sepi pelanggan.

D : Kalo hubungan ibu dengan suami bagaimana saat ini?

T : *muka sedih......... ya bagaimana ya mbak saya merasa tidak diperhatikan, jarang memeperatikan saya. Kalo pergi saja maunya sendiri, jarang mau pergi sama saya dan anak-anak kan saya sedih. Saya iri eh sama teman-teman saya kalo libur mlaku mlaku bareng

D: Oh gitu bu

T : saya dulu sudah hampir ingin bercerai, namun ketika inget anak saya urungkan. *mata berkaca-kaca

D : apakah ibu sudah pernah bilang apa yang ibu rasakan ke suami?

T : Belum, wes ben abis kalo saya bilang nanti dia marah. Jadi saya diem aja

D: kalo hubungan suami ke anak-anak bagaimana?

T : Sayang ke anak-anaknya

D: kalo ibadanya gimana bu, rajin tidak?

T : jarang sekali, namu setelah anak kedua lahir sholatnya jadi lebih rajin.

D : Baik bu, sekian wawancara nya. Maaf sudah mengganggu waktu ibu. Apakah ada yang ibu ingin tanyakan :

T : tidak dok, sudah cukup.

D : terimakasih banyak ibu.

T : sama-sama dok.

gejala

Fungsi peran

6