Catatan Residen Obgyn_ Vaginal Birth After Caesarean Section (VBAC) Persalinan Normal Dengan Riwayat...
-
Upload
syandrez-prima-putra -
Category
Documents
-
view
281 -
download
4
Transcript of Catatan Residen Obgyn_ Vaginal Birth After Caesarean Section (VBAC) Persalinan Normal Dengan Riwayat...
-
7/29/2019 Catatan Residen Obgyn_ Vaginal Birth After Caesarean Section (VBAC) Persalinan Normal Dengan Riwayat SC
1/10
Catatan Residen Obgyn
Beranda
Selasa, 06 Dese mber 2011
Vaginal Birth After Caesarean Section (VBAC) PersalinanNormal Dengan Riwayat SC
Seksio sesarea adalah suatu
tindakan untuk melahirkan janin
dengan pembedahan dinding perut
(laparatomi) dan dinding uterus
(histerotomi). Definisi ini tidak
termasuk pengangkatan fetus dari
dalam rongga abdomen pada kasus-
kasus ruptura uteri atau pada kasuskehamilan abdominal. Dewasa ini
tindakan ini jauh lebih aman dari pada
dahulu berhubung sudah tersedia
obat antibiotika, transfusi darah,
teknik operasi yang lebih sempurna
dan anastesi yang sudah baik.
Sekarang ini ada kecendrungan untuk melakukan seksio sesarea tanpa
dasar yang cukup kuat. Perlu diingat bahwa seorang ibu yang telah mengalami
seksio sesarea merupakan seseorang yang mempunyai parut dalam uterus dan
tiap kehamilan serta persalinan berikutnya memerlukan pengawasan yang lebih
cermat.
Pada pasien dengan riwayat persalinan sesar sebelumnya dan
memerlukan induksi persalinan untuk kehamilan selanjutnya, kepada mereka
ditawarkan dua pilihan: seksio sesar ulangan atau induksi persalinan. Adanya risk
dan benefit pada kedua cara persalinan tersebut. Perhatian yang lebih besar
dihubungkan dengan induksi persalinan dengan adanya parut uterus.
Kemungkinan meningkatkan risiko terjadinya ruptura parut uterus, yang dapat
mengancam kehidupan ibu dan bayinya.
A. Frekuensi
Di Amerika pada tahun 1990 angka kejadian persalinan pervaginam bekas
seksio sesarea adalah 19,5%, di Norwegia 56,2% dan di Swedia 32,9%. Tahun
1996 persalinan pervaginam bekas seksio sesarea di USA adalah sebesar 28 %
.
B. Prasyarat yang harus dipenuhi
Panduan dari American College of Obstetricans and Gynekologists pada
tahun 1999 tentang persalinan pervaginam pada pasien bekas seksio sesarea
atau yang dikenal dengan trial of scarmemerlukan kehadiran seorang dokter ahli
kebidanan, seorang ahli anastesi dan staf yang mempunyai keahlian dalam hal
persalinan dengan seksio sesarea emergensi. Sebagai penunjangnya kamar
operasi dan staf disiagakan, darah yang telah di-crossmatch disiapkan dan alat
monitor denyut jantung janin manual ataupun elektronik harus tersedia.
Pada kebanyakan senter merekomendasikan pada setiap unit persalinan
yang melakukan persalinan pada bekas seksio sesarea harus tersedia tim yang
siap untuk melakukan seksio sesarea emergensi dalam waktu 20 sampai 30
menit untuk antisipasi apabila terjadi fetal distress atau ruptura uteri
C. Faktor yang berpengaruh
Seorang ibu hamil dengan bekas seksio sesarea akan dilakukan seksio
sesarea kembali atau dengan persalinan pervaginam tergantung apakah syarat
persalinan pervaginam terpenuhi atau tidak. Setelah mengetahui ini dokter
Catatan Residen Obgyn
seorang residen yang bercita-cita ingin jadi
espeogeh... but now....Since Nov 23rd 2013,
iam a ObGyn. Thanx God
Lihat profil lengkapku
Menge nai Saya
About Me
1. Catatan Residen Obgyn
Ngelayap plus Dolan Residen
1. Recomended Movies this week " Three
Muskesteers"
Story in Residen
1. Cerita sebelum ke Aceh episode 1
2. Kejamnya "Ibu Kota" tak sekejam "Ibu
"
mai reperensi
ShoutMix
Live chat
software for
your website
Clickhere to
check it out now!
0.0009s
ShoutMix chat widge t
Konklin-Konbis
Kharmaedisyah Putra
mai pesbuk ekown
1Bagikan Lainnya Blog Berikut Buat Blog Masuk
http://www.shoutmix.com/http://residenobgyn.blogspot.com/2011/10/kejamnya-ibu-kota-tak-sekejam-ibu.htmlhttp://residenobgyn.blogspot.com/2011/10/kejamnya-ibu-kota-tak-sekejam-ibu.htmlhttp://residenobgyn.blogspot.com/2011/10/recomended-movies-this-week-three.htmlhttp://residenobgyn.blogspot.com/http://residenobgyn.blogspot.com/http://www.blogger.com/http://www.blogger.com/http://www.blogger.com/home#createhttp://www.blogger.com/next-blog?navBar=true&blogID=1575872915460801047http://id-id.facebook.com/people/Kharmaedisyah-Putra/1280261958http://www.shoutmix.com/http://www.shoutmix.com/http://residenobgyn.blogspot.com/2011/10/kejamnya-ibu-kota-tak-sekejam-ibu.htmlhttp://residenobgyn.blogspot.com/2011/10/cerita-sebelum-ke-aceh-episode-1.htmlhttp://residenobgyn.blogspot.com/search/label/Story%20in%20Residenhttp://residenobgyn.blogspot.com/2011/10/recomended-movies-this-week-three.htmlhttp://residenobgyn.blogspot.com/search/label/Ngelayap%20plus%20Dolan%20Residenhttp://residenobgyn.blogspot.com/2011/10/catatan-residen-obgyn.htmlhttp://residenobgyn.blogspot.com/search/label/About%20Mehttp://www.blogger.com/profile/12068932096535765036http://www.blogger.com/profile/12068932096535765036http://3.bp.blogspot.com/-rnvpImRAwE0/Tt7VKUnkDGI/AAAAAAAAAGc/29KWDgGn2f8/s1600/sc.jpghttp://residenobgyn.blogspot.com/http://residenobgyn.blogspot.com/ -
7/29/2019 Catatan Residen Obgyn_ Vaginal Birth After Caesarean Section (VBAC) Persalinan Normal Dengan Riwayat SC
2/10
mendiskusikan dengan pasien tentang pilihan serta resiko masing-masingnya.
Tentu saja hak pasien untuk meminta jenis persalinan mana yang terbaik untuk dia
dan bayinya.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam menentukan persalinan pada pasien
bekas seksio sesarea telah diteli ti selama bertahun-tahun.
Ada banyak faktor yang dihubungkan dengan tingkat keberhasilan persalinan
pervaginam pada bekas seksio
1. Teknik operasi sebelumnya.
Pasien bekas seksio sesarea dengan insisi segmen bawah rahim
transversal merupakan salah satu syarat dalam melakukan persalinan pervaginam,
dimana pasien dengan tipe insisi ini mempunyai resiko ruptura yang lebih rendah
dari pada tipe insisi lainnya. Bekas seksio sesarea klasik, insisi T pada uterus
dan komplikasi yang terjadi pada seksio sesarea yang lalu misalnya laserasi
serviks yang luas merupakan kontraindikasi melakukan persalinan pervaginam.
2. Jumlah seksio sesarea sebelumnya
Flamm tidak melakukan persalinan pervaginam pada semua bekas seksio
sesarea korporal maupun pada kasus yang pernah seksio sesarea dua kali
berurutan atau lebih, sebab pada kasus tersebut diatas seksio sesarea elektif
adalah lebih baik dibandingkan persalinan pervaginam
Risiko ruptura uteri meningkat dengan meningkatnya jumlah seksio sesarea
sebelumnya. Pasien dengan seksio sesarea lebih dari satu kali mempunyai resiko
yang lebih tinggi untuk terjadinya ruptura uteri. Ruptura uteri pada bekas seksio
sesarea 2 kali adalah sebesar 1.8 3.7 %. Caughey dan kawan-kawan
mendapatkan bahwa pasien dengan bekas seksio sesarea 2 kali mempunyai
risiko ruptura uteri lima kali lebih besar dari bekas seksio sesarea satu kali.
Spaan dkk mendapatkan bahwa riwayat seksio sesarea yang lebih satu kali
mempunyai resiko untuk seksio sesarea ulang lebih tinggi.
Jamelle (1996) menyatakan diktum sekali seksio sesarea selalu seksio
sesarea tidaklah selalu benar, tetapi beliau setuju dengan setelah dua kali seksio
sesarea selalu seksio sesarea pada kehamilan berikutnya , dimana diyakini
bahwa komplikasi pada ibu dan anak lebih tinggi.
Farmakides dkk (1987) melaporkan 77 % dari pasien yang pernah seksio
sesarea dua kali atau lebih yang diperbolehkan persalinan pervaginam dan
berhasil dengan luaran bayi yang baik. ACOG 1999 telah memutuskan bahwa
pasien dengan bekas seksio dua kali boleh menjalani persalinan pervaginam
dengan pengawasan yang ketat
Miller 1994 melaporkan bahwa insiden ruptura uteri terjadi 2 kali lebih
sering pada persalinan ibu dengan riwayat seksio sesarea 2 kali atau lebih.
Keberhasilan persalinan pervaginam bekas seksio sesarea 1 kali adalah 83 %
dan 75 % keberhasilan persalinan pervaginam bekas seksio sesarea 2 kali atau
lebih.
3. Penyembuhan luka pada seksio sesarea sebelumnya
Pada seksio sesarea insisi kulit pada dinding abdomen biasanya melalui
"potongan bikini" kadang-kadang pemotongan atas bawah yang disebut insisi kulit
vertikal. Kemudian pemotongan dilanjutkan sampai ke uterus. Daerah uterus yang
ditutupi oleh kandung kencing disebut segmen bawah rahim, hampir 90 % insisi
uterus dilakukan di tempat ini berupa sayatan kesamping (seperti potongan bikini).
Cara pemotongan uterus seperti ini disebut " Low Transverse Cesarean Section ".
Insisi uterus ini ditutup/jahit akan sembuh dalam 2 6 hari. Insisi uterus dapat juga
dibuat dengan potongan vertikal yang dikenal dengan seksio sesarea klasik,
irisan ini dilakukan pada otot uterus. Luka pada uterus dengan cara ini mungkin
tidak dapat pulih seperti semula dan dapat terbuka lagi sepanjang kehamilan atau
persalinan berikutnya. Depp R menganjurkan persalinan pervaginam pada bekas
seksio sesarea, terkecuali ada tanda-tanda ruptura uteri mengancam, parut uterus
yang sembuh persekundum pada seksio sesarea sebelumnya atau jika adanya
penyulit obstetrik lain ditemui.
Rosenberg (1996) menjelaskan bahwa dengan pemeriksaan Ultra
sonografi USG trans abdominal pada kehamilan 37 minggu dapat diketahui
ketebalan segmen bawah rahim . Ketebalan SBR 4,5 mm pada usia kehamilan
37 minggu adalah petanda parut yang sembuh sempurna. Parut yang tidak
sembuh sempurna didapat jika ketebalan SBR < 3,5 mm. Oleh sebab itu
pemeriksaan USG pada kehamilan 37 minggu dapat sebagai alat skrining dalam
Buat Lencana Anda
wer dei kam prom
Live Traffic Feed
A visitor from Surabaya, Jawa
Timur viewed "Catatan Residen
Obgyn: Vaginal Birth After
Caesarean Section (VBAC)
Persalinan Normal Dengan
Riwayat SC" 0 secs ago
A visitor from Jakarta, Jakarta
Raya viewed "Catatan Residen
Obgyn: Vaginal Birth After
Caesarean Section (VBAC)
Persalinan Normal Dengan
Riwayat SC" 1 hour 2 mins ago
A visitor from Tanahkodja 1,
Jakarta Raya viewed "Catatan
Residen Obgyn: Tips Masuk
PPDS OBGYN di Universitas
Gadjah Mada (UGM)
Yogyakarta" 1 hour 10 mins ago
A visitor from Jakarta, Jakarta
Raya viewed "Catatan Residen
Obgyn: INTRAUTERINE
INFECTION AND PRETERM
DELIVERY ( INFEKSI
DALAM RAHIM DAN
PERSALINAN PREMATUR)"
4 hours 1 min ago
A visitor from Jakarta, Jakarta
Raya left "Catatan Residen
Obgyn: Tips Masuk PPDS
OBGYN di Universitas Gadjah
Mada (UGM) Yogyakarta" via
2.bp.blogspot.com4 hours 34
mins ago
A visitor from Jakarta, Jakarta
Raya viewed "Catatan Residen
Obgyn: Tips Masuk PPDS
OBGYN di Universitas Gadjah
Mada (UGM) Yogyakarta" 4
hours 37 mins ago
A visitor from Indonesia viewed
"Catatan Residen Obgyn: Tips
Masuk PPDS OBGYN di
Universitas Gadjah Mada (UGM)
Yogyakarta" 4 hours 43 mins ago
20,886
Piyuer Baris Video
Polowers
http://residenobgyn.blogspot.com/2011/10/tips-masuk-ppds-obgyn-di-universitas.htmlhttp://residenobgyn.blogspot.com/2011/10/tips-masuk-ppds-obgyn-di-universitas.htmlhttp://2.bp.blogspot.com/-x8IwSpCyxUM/Tqq7yuQNArI/AAAAAAAAAEM/pJem5Mx4SLw/s1600/21042010125.jpghttp://residenobgyn.blogspot.com/2011/10/tips-masuk-ppds-obgyn-di-universitas.htmlhttp://residenobgyn.blogspot.com/2011/11/intrauterine-infection-and-preterm.htmlhttp://residenobgyn.blogspot.com/2011/10/tips-masuk-ppds-obgyn-di-universitas.htmlhttp://residenobgyn.blogspot.com/2011/12/vaginal-birth-after-caesarean-section.htmlhttp://residenobgyn.blogspot.com/2011/12/vaginal-birth-after-caesarean-section.htmlhttp://www.bluehost.com/track/wordfence/fjtopad7http://feedjit.com/?utm_source=ltf&utm_medium=web&utm_campaign=ltfCampaignhttp://id-id.facebook.com/badges/http://id-id.facebook.com/people/Kharmaedisyah-Putra/1280261958 -
7/29/2019 Catatan Residen Obgyn_ Vaginal Birth After Caesarean Section (VBAC) Persalinan Normal Dengan Riwayat SC
3/10
memilih cara persalinan bekas seksio sesarea.
Willams menyatakan bahwa penyembuhan luka seksio sesarea adalah
suatu generasi dari fibromuskuler dan bukan pembentukan jaringan sikatrik.
Dasar dari keyakinan ini adalah dari hasil pemeriksaan histologi dari jaringan di
daerah bekas sayatan seksio sesarea dan dari 2 tahap observasi yang pada
prinsipnya :
1. Tidak tampaknya atau hampir tidak tampak adanya jaringan sikatrik
pada uterus pada waktu dilakukan seksio sesarea ulangan
2. Pada uterus yang diangkat, sering tidak kelihatan garis sikatrik atau
hanya ditemukan suatu garis tipis pada permukaan luar dan dalam uterus
tanpa ditemukannya sikatrik diantaranya.
Mason menyatakan bahwa kekuatan sikatrik pada uterus pada
penyembuhan luka yang baik adalah lebih kuat dari miometrium itu sendiri. Hal ini
telah dibuktikannya dengan memberikan regangan yang ditingkatkan dengan
penambahan beban pada uterus bekas seksio sesarea (hewan percobaan).
Ternyata pada regangan maksimal terjadi ruptura bukan pada jaringan sikatriknya
tetapi pada jaringan miometrium dikedua sisi sikatrik.
Dari laporan-laporan klinis pada uterus gravid bekas seksio sesarea yang
mengalami ruptura selalu terjadi pada jaringan otot miometrium sedangkan
sikatriknya utuh. Yang mana hal ini menandakan bahwa jaringan sikatrik yang
terbentuk relatif lebih kuat dari jaringan miometrium itu sendiri.
Dua hal yang utama penyebab dari gangguan pembentukan jaringan
sehingga menyebabkan lemahnya jaringan parut tersebut adalah :
1. Infeksi , bila terjadi infeksi akan mengganggu proses penyembuhan
luka.
2. Kesalahan teknik operasi (technical errors) seperti tidak tepatnya
pertemuan kedua sisi luka, jahitan luka yang terlalu kencang, spasing
jahitan yang tidak beraturan, penyimpulan yang tidak tepat, dan lain-lain.
Cooke menyatakan jahitan luka yang terlalu kencang dapat menyebabkan
nekrosis jaringan sehingga merupakan penyebab timbulnya gangguan kekuatan
sikatrik, hal ini lebih dominan dari pada infeksi ataupun technical errorsebagai
penyebab lemahnya sikatrik.
Alasan melakukan seksio sesarea ulangan secara rutin sebagai tindakan
profilaksis terhadap kemungkinan terjadinya ruptura uteri tidak benar lagi.
Pengetahuan tentang penyembuhan luka operasi, kekuatan jaringan sikatrik pada
penyembuhan luka operasi yang baik dan pengetahuan tentang penyebab-
penyebab yang dapat mengurangi kekuatan jaringan sikatrik pada bekas seksio
sesarea, menjadi panduan apakah persalinan pervaginam pada bekas seksio
sesarea dapat dilaksanakan atau tidak.
Pada sikatrik uterus yang intak tidak mempengaruhi aktivitas selama
kontraksi uterus. Aktivitas uterus pada multipara dengan bekas seksio sesarea
sama dengan multipara tanpa seksio sesarea yang menjalani persalinan
pervaginam
4. Indikasi operasi pada seksio sesarea yang lalu.
Indikasi seksio sesarea sebelumnya akan mempengaruhi keberhasilan
persalinan pervaginam pada bekas seksio sesarea, CPD memberikan
keberhasilan persalinan pervaginam sebesar 60 65 %. Fetal distress
memberikan keberhasilan sebesar 69 73 %
Keberhasilan persalinan pervaginam pada pasien bekas seksio sesarea
ditentukan juga oleh keadaan dilatasi servik pada waktu dilakukan seksio sesarea
yang lalu. Persalinan pervaginam berhasil 67 % apabi la seksio sesarea yang lalu
dilakukan pada saat pembukaan serviks kecil dari 5 cm, dan 73 % pada
pembukaan 6 sampai 9 cm. Keberhasilan persalinan pervaginam menurun
sampai 13 % apabila seksio sesarea yang lalu dilakukan pada keadaan distosia
pada kala II.
5. Usia ibu
Usia ibu yang aman untuk melahirkan adalah sekitar 20 tahun sampai 34
tahun. Usia melahirkan dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun digolongkan resiko
tinggi. Dari penelitian didapatkan wanita yang berumur lebih dari 35 tahun
mempunyai angka seksio sesarea yang lebih tinggi. Wanita yang berumur lebih
dari 40 tahun dengan bekas seksio sesarea mempunyai resiko kegagalan untuk
persalinan pervaginam lebih besar tiga kali dari pada wanita yang berumur keci l
Join this site
w ith Google Friend Connect
Members (3)
Already a member? Sign in
-
7/29/2019 Catatan Residen Obgyn_ Vaginal Birth After Caesarean Section (VBAC) Persalinan Normal Dengan Riwayat SC
4/10
dari 40 tahun.
Weinstein dkk mendapatkan pada penelitian mereka bahwa faktor umur
tidak bermakna secara statistik dalam mempengaruhi keberhasilan persalinan
pervaginam pada bekas seksio sesarea.
6. Usia kehamilan saat seksio sesarea sebelumnya
Pada usia kehamilan < 37 minggu dan belum inpartu misalnya pada
plasenta previa dimana segmen bawah rahim belum terbentuk sempurna
kemungkinan insisi uterus tidak pada segmen bawah rahim dan dapat mengenai
bagian korpus uteri yang mana keadaannya sama dengan insisi pada seksio
sesarea klasik7. Riwayat persalinan pervaginam
Riwayat persalinan pervaginam baik sebelum ataupun sesudah seksio
sesarea mempengaruhi prognosis keberhasilan persalinan pervaginam pada
bekas seksio sesarea.
Pasien dengan bekas seksio sesarea yang pernah menjalani persalinan
pervaginam memiliki angka keberhasilan persalinan pervaginam yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pasien tanpa persalinan pervaginam . Pada bekas seksio
sesarea yang sesudahnya pernah berhasil dengan persalinan pervaginam, makin
berkurang kemungkinan ruptura uteri pada kehamilan dan persalinan yang akan
datang. Walaupun demikian ancaman ruptura uteri tetap ada pada masa
kehamilan maupun persalinan, oleh sebab itu pada setiap kasus bekas seksio
sesarea harus juga diperhitungkan ruptura uteri pada kehamilan trimester ketigaterutama saat menjalani persalinan pervaginam.
8. Keadaan serviks pada saat inpartu
Flamm mengatakan bahwa penipisan serviks serta dilatasi serviks
memperbesar keberhasilan persalinan pervaginam bekas seksio sesarea.
Guleria dan Dhall 1997 menyatakan bahwa laju dilatasi seviks
mempengaruhi keberhasilan penanganan persalinan pervaginam bekas seksio
sesarea. Dari 100 pasien bekas seksio sesarea segmen bawah rahim di dapat
84 % berhasil persalinan pervaginam sedangkan sisanya adalah seksio sesarea
darurat. Gambaran laju dilatasi serviks pada bekas seksio sesarea yang berhasil
pervaginam pada fase laten rata-rata 0.88 cm/jam. Fase aktif 1.25 cm/jam.
Sedangkan laju dilatasi serviks pada bekas seksio sesarea yang gagal
pervaginam pada fase laten rata-rata 0.44 cm / jam dan fase aktif adalah 0.42 cm
/jam.
Induksi persalinan dengan misoprostol akan meningkatkan resiko ruptura
uteri pada wanita dengan bekas seksio sesarea. Dijumpai adanya 1 kasus ruptura
uteri bekas seksio sesaraea segmen bawah rahim transversal selama dilakukan
pematangan serviks dengan transvaginal misoprostol sebelum tindakan induksi
persalinan.
9. Keadaan selaput ketuban
Carrol 1990 melaporkan pasien dengan ketuban pecah dini (KPD) pada
usia kehamilan diatas 37 minggu dengan bekas seksio sesarea (56 kasus)
proses persalinannya dapat pervaginam dengan menunggu terjadinya inpartu
spontan dan didapat angka keberhasilan yang tinggi (91 % ) dengan menghindari
pemberian induksi persalinan dengan oxytosin, dengan rata-rata lama waktu
antara terjadinya KPD sampai terjadinya persalinan adalah 42,6 jam dengan
keadaan ibu dan bayi baik.
D. Kriteria Seleksi
American College of Obstetricians and Gynecologists tahun 1999
memberikan rekomendasi untuk menyeleksi pasien yang direncanakan untuk
persalinan pervaginam pada bekas seksio sesarea.
Kriteria seleksinya adalah sebagai berikut:
- Riwayat 1 atau 2 kali seksio sesarea dengan insisi Segmen Bawah
Rahim.
- Secara klinis panggul adekuat atau imbang fetopelvik baik- Tak ada bekas ruptur uteri atau bekas operasi lain pada uterus
- Tersedianya tenaga yang mampu untuk melaksanakan
monitoring, persalinan dan seksio sesarea emergensi.
- Sarana dan personil anastesi siap untuk menangani seksio sesarea
darurat
-
7/29/2019 Catatan Residen Obgyn_ Vaginal Birth After Caesarean Section (VBAC) Persalinan Normal Dengan Riwayat SC
5/10
Kriteria yang masih kontroversi:
- Parut uterus yang tidak diketahui
- Parut uterus pada Segmen Bawah Rahim vertikal
- Kehamilan kembar
- Letak sungsang
- Kehamilan lewat waktu
- Taksiran berat janin lebih dari 4000 gram
E. Kontra Indikasi
Kontra indikasi mutlak melakukan persalinan pervaginam pada bekas
seksio sesarea:- Bekas seksio sesarea klasik
- Bekas seksio sesarea dengan insisi T
- Bekas ruptura uteri
- Bekas komplikasi operasi seksio sesarea dengan laserasi serviks
yang luas
- Bekas sayatan uterus lainnya di fundus uteri. Misalnya miomektomi
- Cefalo Pelviks Disporposi yang jelas.
- Pasien menolak persalinan pervaginam
- Panggul sempit
- Ada komplikasi medis dan obstetrik yang merupakan kontra
indikasi persalinan pervaginam.
F. Risiko terhadap IbuRisiko terhadap ibu yang melakukan persalinan pervaginam dibandingkan
dengan seksio sesarea ulangan elektif pada bekas seksio sesarea:
- Insiden demam lebih kecil secara bermakna pada persalinan
pervaginam yang berhasil dibanding dengan seksio sesarea ulangan elektif
- Pada persalinan pervaginam yang gagal yang dilanjutkan dengan
seksio sesarea insiden demam lebih tinggi
- Tidak banyak perbedaan insiden dehisensi uterus pada persalinan
pervaginam dibanding dengan seksio sesarea elektif.
- Dehisensi atau ruptura uteri setelah gagal persalinan pervaginam
adalah 2.8 kali dari seksio sesarea elektif.
- Mortalitas ibu pada seksio sesarea ulangan elektif dan persalinan
pervaginam sangat rendah
- Kelompok persalinan pervaginam mempunyai rawat inap yang lebih
singkat, penurunan insiden transfusi darah pada paska persalinan dan
penurunan insiden demam paska persalinan dibanding dengan seksio
sesarea elektif.
G. Resiko terhadap Anak
Resiko terhadap perinatal dan neonatal dalam melakukan persalinan
pervaginam pada bekas seksio sesarea
Rosen melaporkan angka kematian perinatal 1.4 % dari hasil penelitian
terhadap lebih dari 4.500 persalinan pervaginam. Rosen juga melaporkan resiko
kematian perinatal pada persalinan percobaan adalah 2.1 kali lebih besar
dibanding seksio sesarea elektif (p
-
7/29/2019 Catatan Residen Obgyn_ Vaginal Birth After Caesarean Section (VBAC) Persalinan Normal Dengan Riwayat SC
6/10
pervaginam adalah ruptura uteri. Ruptura jaringan parut bekas seksio sesarea
sering tersembunyi dan tidak menimbulkan gejala yang khas. Dilaporkan bahwa
kejadian ruptura uteri pada bekas seksio sesarea insisi Segmen Bawah Rahim
lebih kecil dari 1 % (0,2 0,8 % ). Kejadian ruptura uteri pada persalinan
pervaginam dengan riwayat insisi seksio sesarea korporal dilaporkan oleh Scott
dan American College of Obstetricans and Gynekologists adalah sebesar 4 9
%. Farmer melaporkan kejadian ruptura uteri selama partus percobaan pada
bekas seksio sesarea sebanyak 0,8% dan dehisensi 0,7%
Apabila terjadi ruptur uteri maka janin, tali pusat, plasenta atau bayi akan
keluar dari robekan rahim dan masuk ke rongga abdomen. Hal ini akan
menyebabkan perdarahan pada ibu, gawat janin dan kematian janin serta ibu.
Kadang-kadang harus dilakukan histerektomi emergensi. Kasus ruptura uteri ini
lebih sering terjadi pada seksio sesarea klasik dibandingkan dengan seksio
sesarea pada segmen bawah rahim. Ruptura uteri pada seksio sesarea klasik
terjadi 5-12 % sedangkan pada seksio sesarea pada segmen bawah rahim 0,5-1
%
Tanda yang sering dijumpai pada ruptura uteri adalah denyut jantung janin
tak normal dengan deselerasi variabel yang lambat laun menjadi deselerasi
lambat, bradiakardia, dan denyut janin tak terdeteksi. Gejala klinis tambahan
adalah perdarahan pervaginam, nyeri abdomen, presentasi janin berubah dan
terjadi hipovolemik pada ibu.
Tanda-tanda ruptura uteri adalah sebagai berikut :
Nyeri akut abdomen
Sensasi popping ( seperti akan pecah )
Teraba bagian-bagian janin diluar uterus pada pemeriksaan Leopold
Deselerasi dan bradikardi pada denyut jantung bayi
Presenting parutnya tinggi pada pemeriksaan pervaginam
Perdarahan pervaginam
Pada wanita dengan bekas seksio sesarea klasik sebaiknya tidak dilakukan
persalinan pervaginam karena risiko ruptura 2-10 kali dan kematian maternal dan
perinatal 5-10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seksio sesarea pada segmen
bawah rahim.
I. Monitoring
Ada beberapa alasan mengapa seseorang wanita seharusnya dibantu
dengan persalinan pervaginam. Hal ini disebabkan karena komplikasi akibat
seksio sesarea lebih tinggi. Pada seksio sesarea terdapat kecendrungan
kehilangan darah yang banyak, peningkatan kejadian transfusi dan infeksi, akan
menambah lama rawatan masa nifas di Rumah Sakit. Juga akan memperlama
perawatan di rumah dibandingkan persalinan pervaginam. Sebagai tambahan
biaya Rumah Sakit akan dua kali lebih mahal.
Walaupun angka kejadian ruptura uteri pada persalinan pervaginam setelah
seksio sesarea adalah rendah, tapi hal ini dapat menyebabkan kematian pada
janin dan ibu. Untuk antisipasi perlu dilakukan monitoring pada persalinan ini.
Pasien dengan bekas seksio sesarea membutuhkan manajemen khusus
pada waktu antenatal maupun pada waktu persalinan. Jika persalinan diawasi
dengan ketat melalui monitor kardiotokografi kontinu; denyut jantung janin dan
tekanan intra uterin dapat membantu untuk mengidentifikasi ruptura uteri lebih dini
sehingga respon tenaga medis bisa cepat maka ibu dan bayi bisa diselamatkan
apabila terjadi ruptura uteri.
J. Sistem Skoring
Untuk meramalkan keberhasilan penanganan persalinan pervaginam bekas
seksio sesarea, beberapa peneliti telah membuat sistem skoring. Flamm dan
Geiger menentukan panduan dalam penanganan persalinan bekas seksio
sesarea dalam bentuk sistem skoring. Weinstein dkk juga telah membuat suatu
sistem skoring untuk pasien bekas seksio sesarea
Adapun skoring menurut Flamm dan Geiger yang ditentukan untuk
memprediksi persalinan pada wanita dengan bekas seksio sesarea adalah
seperti tertera pada tabel dibawah ini:
No Karakteristik Skor
1
2
Usia < 40 tahun
Riwayat persalinan pervaginam
- sebelum dan sesudah seksio sesarea
- persalinan pervaginam sesudah seksio sesarea
2
4
2
-
7/29/2019 Catatan Residen Obgyn_ Vaginal Birth After Caesarean Section (VBAC) Persalinan Normal Dengan Riwayat SC
7/10
Skor Angka Keberhasilan (%)
0 2
3
4
5
6
78 10
42-49
59-60
64-67
77-79
88-89
9395-99
Total 74-75
3
4
5
- persalinan pervaginam sebelum seksio sesarea
- tidak ada
Alasan lain seksio s esarea terdahulu
Pendataran dan penipisan serviks saat tiba di Rumah Sakit dalam
keadaan inpartu:
- 75 %
- 25 75 %
- < 25 %
Dilatasi serviks 4 cm
1
0
1
2
1
0
1
Dari hasil penelitian Flamm dan Geiger terhadap skor development group
diperoleh hasil seperti table dibawah ini
INDUKSI PERSALINAN
McDonagh MS et al dalam suatu sistematik review mengidentifikasi 14
penelitian dan belum ada suatu penelitian yang baik untuk mengetahui keuntungan
dan kerugian induksi persalinan pada pasien dengan persalinan sesar
sebelumnya. Mereka mendapatkan bahwa induksi lebih sering mengakibatkan
persalinan secara sesar dibandingkan dengan persalinan spontan, yang secara
tak terduga konsisten terlihat pada pasien tanpa parut uterus. Angka persalinan
sesar pada pasien dengan riwayat sesar yang mengalami persalinan spontan dan
induksi dengan oksitosin kira-kira 20% (11-35%) dan 32% (18-44%). (Wing)
Dodd JM et al pada suatu sistematik review yang lain menduga risiko
ruptura parut uterus pada lebih dari 20 ribu pasien dengan riwayat sesar antara
tahun 1987-1996. Rata-rata terjadi ruptur 4,5 per 1000 (91 dari 20.095). Pada
persalinan dengan induksi perlu pertimbangan selanjutnya terhadap risiko yang
berhubungan dengan induksi prostaglandin dan non-prostaglandin (mis: infuse
oksitosin).
Sedangkan McDonagh mengemukakan OR ruptur uteri adalah 6,15 (95%
CI 0,74-51,4) untuk induksi persalinan dibanding dengan persalinan spontan.
INDUKSI DENGAN OKSITOSIN
Suatu sistematik review secara retrospekti f mengumpulkan data bahwa
pada pasien dengan riwayat persalinan sesar tidak didapatkan gangguan parut
uterus yang lebih besar pada pasien yang menggunakan oksitosin dalam
persalinan dibandingkan dengan persalinan spontan. (OR 2,1 95% CI 0,76-5,78).
Hasil ini memberikan pengertian yang serius karena tidak adanya data yang cukup
dari percobaan random, kualitas kontrol penelitian yang kurang baik dan
pengamatan yang kebanyakan rangkaian dilaporkan tentang peningkatan risiko
ruptura uteri dengan induksi tetapi dengan interval kepercayaan yang luas
sehingga arti statistik tidak bisa di tunjukkan. Penting juga dicatat bahwa maksimal
dosis oksitosin yang digunakan jarang dilaporkan dengan begitu ambang batas
dosis yang dapat menyebabkan ruptura uteri tidak dapat dipastikan dari data yang
ada.
Suatu penelitian prospektif terbesar mengevaluasi risiko ruptura pada
wanita dengan satu atau lebih persalinan sesar (n=17.898 trials of labor dan
15.801 seksio sesar ulangan) tidak tercakup dari analisis tersebut di atas. Dalam
rangkaian ini wanita yang di induksi dengan oksitosin secara signifikan
mempunyai risiko tertinggi terjadi ruptura uteri dibanding dengan persalinan
spontan (OR 3.01, 95% CI 1,66-5,46). Angka kategori kejadian ruptura uteri
adalah:
Seksio sesar ulangan belum dalam persalinan adalah 0
-
7/29/2019 Catatan Residen Obgyn_ Vaginal Birth After Caesarean Section (VBAC) Persalinan Normal Dengan Riwayat SC
8/10
Persalinan spontan adalah 4 dari 1000
Induksi persalinan dengan oksitosin adalah 11 dari 1000
Data ini tidak memberikan kesimpulan yang pasti seperti pada penggunaan
oksitosin untuk induksi persalinan pada wanita yang mencoba vaginal birth after
caesarean (VBAC) yang berhubungan peningkatan risiko ruptura uteri. Yang pasti
pengambilan keputusan klinis seperti pada penggunaan oksitosin pada pasien
dengan riwayat sesar dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk ada tidaknya
aktivitas uterus sebelumnya, kondisi pembukaan serviks, usia kehamilan saat
induksi, riwayat persalinan vaginal sebelumnya dan indikasi induksi. Tidak adanya
data yang pasti menunjukkan risiko tinggi ruptura, Wing et all menggunakanoksitosin untuk induksi persalinan pada VBAC jika ada indikasi standar obstetrik.
INDUKSI DENGAN PROSTAGLANDIN
Sama halnya dengan oksitosin, pada penggunaan prostaglandin belum ada
data dari percobaan random yang besar dan kurangnya data dari kontrol
penelitian yang berkualitas sebagai dasar rekomendasi penggunaan
prostaglandin atau agen lain untuk induksi pada VBAC.
Perhatian tentang penggunaan prostaglandin muncul setelah adanya publikasi
penelitian cohort dari 20.095 primipara yang melahirkan bayi tunggal secara sesar
dan sesudahnya melahirkan bayi kedua. Angka kejadian rupture adalah:
Seksio sesar ulangan belum dalam persalinan adalah 1,6/1000
Persalinan spontan adalah 5,2/1000
Induksi bukan prostaglandin adalah 7,7/1000
Induksi prostaglandin adalah 24,5/1000
Kejadian ruptura pada persalinan spontan dan persalinan induksi bukan dengan
prostaglandin secara signifikan tidak berbeda, tetapi keduanya lebih tinggi
dibanding dengan seksio sesar ulangan belum dalam persalinan.. Risiko ruptura
tertinggi terjadi pada induksi persalinan dengan prostaglandin. Dibandingkan
dengan seksio sesar ulangan belum dalam persalinan risiko rupture pada
persalinan spontan adalah RR 3,3(95% CI 1,8-6,0) dan dengan prostaglandin RR
15,6 (95% CI 8,1-30,0).
Landon (2004) membandingkan risiko ruptura penggunaan prostaglandin
(140/10.000) dengan foley kateter (89/10.000) untuk dilatasi serviks. Suatu
penelitian retrospektif yang besar di skotlandia pada lebih 36.000 wanita denganriwayat sesar, 4.600 diantaranya menggunakan prostaglandin menunjukkan
peningkatan risiko ruptura uteri sebagai penyebab utama kematian perinatal yang
berhubungan dengan penggunaan prostaglandin.
ACOG ( American College of Obstetricians and Gynecologists)
menyarankan adanya konseling seperti risk dan benefit terhadap induksi
persalinan, seleksi wanita yang akan menjalani VBAC dan menghindari
penggunaan prostaglandin E1 dan oxytosin. SOGC (Society of Obstericians and
Gynaecologists of Canada) juga merekomendasi hal yang sama.
INDUKSI DENGAN MEKANIK
Data metode mekanik untuk cervical ripening sangat terbatas.
Menggabungkan hasil dari dua penelitian yang menunjukkan bahwa kejadian
ruptura pada induksi dengan transervikal foley kateter/oksitosin sama denganpersalinan spontan pada VBAC yaitu 5 dari 384 (1,3%) atau 22 dari 2081 (1,1%).
PENDEKATAN MANAJEMEN PADA VBAC(4)
Kehamilan tanpa komplikasi
Pada umur kehamilan 38 minggu, dilakukan stripping of membrane untuk
mempercepat persalinan spontan, dengan demikian menurunkan kejadian
postterm pregnancy dan intervensi yang berhubungan dengan manajemen (grade
2C).
Kehamilan dengan komplikasi
Jika ada indikasi maternal dan fetal untuk mempercepat proses persalinan,
sebaiknya ada konseling terhadap risk dan benefit induksi persalinan dengan
seksio sesar ulangan. Pasien yang ingin meminimalkan risiko ruptura sebaiknya
memilih seksio sesar ulangan dibanding induksi.
Jika serviks sudah matang dan pasien menginginkan di induksi, sebaiknya
dilakukan amniotomi dan dilanjutkan infus oksitosin. Walaupun tidak ada literatur
yang mendukung secara klinis tekanan kateter intra uteri efektif untuk memprediksi
ruptura uteri tapi itu berguna untuk lebih berhati-hati selama induksi infus oksitosin.
Jika serviks belum matang kepada pasien diberikan pilihan, mengulang sesar
-
7/29/2019 Catatan Residen Obgyn_ Vaginal Birth After Caesarean Section (VBAC) Persalinan Normal Dengan Riwayat SC
9/10
Posting Lebih Baru Posting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Diposkan oleh Catatan Residen Obgyn di 18.53
atau induksi persalinan. Sebaiknya menggunakan cervikal ripening secara
mekanik yang diikuti dengan amniotomi dan infus oksitosin. Karena kemungkinan
peningkatan risiko ruptura yang berhubungan dengan penggunaan misoprostol,
sebaiknya tidak digunakan pada induksi VBAC.
DAFTAR PUSTAKA1. Husodo L, Pembedahan dengan Laparatomi. Dalam Buku Ilmu Kebidanan
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 1999: 863 75.
2. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ. Cesarean Section and Postpartum
Hysterectomy. In : Williams Obstetrics. 21st
Ed.. The Mc Graw-Hill Companies.New York : 2001 : 537 63.
3. Cunningham MD. Cesarean Section. In: Williams Obstetrics, 22nd Ed. Prentice
Hall Int. USA 2001.
4. Wing DA. Induction of labor in woman with prior cesarean delivery. Up ToDate
2007
5. Dodd JM, Crowther CA. Elective repeat caesarean section versus induction of
labour for woman with a previous caesarean birth. The Cochrane Library 2007,
Issue 4
6. Welischar J, Quirk JG. Vaginal birth after cesarean delivery.Up ToDate 2007
7. Rozenberg P, Goffinet F, Philippe HJ, Nisand I. Thickness of the lower uterine
segment: its influence in the management of patients with previous casarean
sections. European Journal of Obstetrics & Gynaecology and ReproductiveBiology 87(1999) 39-45
8. Zelop CM, Shipp TD, Repke JT, Cohen A, Caughey AB, Lieberman E. Uterine
rupture during induced or augmented labor in gravid woman with one prior
cesarean delivery. Am J Obstet Gynecol: 1999: 181; 882-886
9. Lin C, Raynor D. Risk of uterine rupture in labor induction of patients with prior
cesarean section: An inner city hospital experience. Am J Obstet Gynecol:
2004: 190; 1476-8
10. Mankuta DD, Leshno MM, Menasche MM, Brezis MM. Vaginal birth after
cesarean section: Trial of labor or repeat cesarean section? A decision
analysis. Am J Obstet Gynecol: 2003: 189; 714-719
11. McDonagh, MS, Osterweil, P, Guise, JM. The benefits and risks of inducing
labour in patients with prior caesarean delivery : a systematic review. BJOG
2005; 112:1007
+1 Rekomendasikan ini di Google
Masukkan komentar Anda...
Beri komentar sebagai: Google Account
Publikasikan Pratinjau
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Cari
Cari Blog Ini Follow by Email
Email address... Submit
Template Simple. Diberdayakan oleh Blogger.
http://www.blogger.com/http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1575872915460801047&postID=2539757554278243214&target=facebookhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1575872915460801047&postID=2539757554278243214&target=twitterhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1575872915460801047&postID=2539757554278243214&target=bloghttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1575872915460801047&postID=2539757554278243214&target=emailhttp://residenobgyn.blogspot.com/2011/12/vaginal-birth-after-caesarean-section.htmlhttp://residenobgyn.blogspot.com/feeds/2539757554278243214/comments/defaulthttp://residenobgyn.blogspot.com/http://residenobgyn.blogspot.com/2011/11/efek-reproduksi-pada-penyakit-tropoblas.htmlhttp://residenobgyn.blogspot.com/2011/12/risk-of-malignancy-index-in.html -
7/29/2019 Catatan Residen Obgyn_ Vaginal Birth After Caesarean Section (VBAC) Persalinan Normal Dengan Riwayat SC
10/10