Case Tumor Tonsil
Transcript of Case Tumor Tonsil
LAPORAN KASUS
TUMOR TONSIL
Pembimbing :
Dr. Maranatha Lumban Batu, Sp.THT-KL
Disusun Oleh :
Amelia Kristin Simanjuntak
0761050103
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG
TENGGOROKAN-BEDAH KEPALA LEHER
PERIODE 26 SEPTEMBER 2011 - 22 OKTOBER 2011
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
RUMAH SAKIT MARDI WALUYO METRO
LAMPUNG
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia dan rahmat-
Nya saya dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Tumor Tonsil”.
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam
menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter di Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga
Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher.
Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua Dosen pembimbing di
bagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Indonesia dan Dosen Pembimbing di bagian Ilmu Penyakit
Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher di RS Mardi Waluyo Metro Lampung,
dr.Maranatha Lumban Batu, Sp.THT-KL. Semoga Laporant ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, Tuhan memberkati.
Lampung, 18 Oktober 2011
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
1.1PENDAHULUAN …………………………………………………………….. 1
BAB II
2.1 Anatomi Hidung ……………......……………………………………….......... 2
2.1.1 Perdarahan ....................………......……………………………………. 5
2.1.2 Persarafan ……….....………………………….....……………………… 6
2.2 Histologi Hidung .................………………………….……....……………….. 6
2.2. 1 Mukosa Hidung ........…………........……………………………………. 6
2.2.2 Silia …................…….....………………..…..…………………..……… 8
2.2. 3 Area Olfaktorius .......…………........…………………………………….. 9
2.3 Fisiologi Hidung ........…………………....……………………………………. 9
2.3. 1 Fungsi Respirasi ........…………........……………………………………. 10
2.3.2 Fungsi Penghidu ……….....………………..…..………………………… 11
2.3. 3 Fungsi Fonetik .........…………........……………………………………. 11
2.3.4 Refleks Nasal …...…….....………………..…..………………………… 11
2.4 Definisi ……….....…………………………....……..………………………… 12
2.5 Etiologi .....………………………………......……........……………………... 13
2.6 Faktor Resiko .................………………………..……....…………………….. 13
2.7 Gejala Klinis ....................……………….………………....…………….….... 13
2.8 Pemeriksaan Penunjang ...................……………….…....…………………….. 14
2.9 Staging .................……………..............….………………....……………….... 15
2.10 Tatalaksana .....................................……………….…....…………………….. 16
2.11 Prognosis .................……………..............….………………....……………….... 16
BAB III
LAPORAN KASUS ………………………………………………....……………... 17
BAB IV
ANALISA KASUS ………………………………………………....……………... 30
BAB V
KESIMPULAN ……………….......………………………………....……………... 32
DAFTAR PUSTAKA ……………..…………………………………..…..………… 33
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker tonsil muncul di ororfaring ( daerah di belakang mulut ) merupakan
kanker yang jarang terjadi, hanya terjadi 1% dari semua jenis kanker yang terjadi dalam
setiap tahun. Walaupun jarang terjadi, angka mortaliti dari kanker tonsil sangat tinggi.
Dari sekitar 8000 kasus kanker tonsil yang terjadi setiap tahun di Amerika Serikat, sekitar
3000 (sekitar 40%) terbukti fatal.
Faktor resiko paling sering dari kanker tonsil adalah tembakau, biasa dari
mengkonsumsi rokok maupun mengkonsumsi tembakau secara langsung. Angka kejadian
kanker tonsil meningkat pada pasien yang mengkonsumsi tembakau. Penatalaksanaan
kanker tonsil bergantung pada ukuran dan stage dari kanker.
Penatalaksanaan yang umumnya diberikan pada kanker tonsil adalah melalui
kemoterapi, radioterapi serta tindakan pembedahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 ANATOMI
Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori. Cincin
Waldeyer merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang
terdiri dari tonsil palatina, tonsil faringeal (adenoid), tonsil lingual, dan tonsil tubal.1
Tonsil palatina adalah massa jaringan limfoid yang terletak didalam fosa tonsil
pada kedua sudut orofaring dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan
pilar posterior (otot palatofaringeus). Palatoglosus mempunyai origo seperti kipas
dipermukaan oral palatum mole dan berakhir pada sisi lateral lidah. Palatofaringeus
merupakan otot yang tersusun vertikal dan diatas melekat pada palatum mole, tuba
eustachius dan dasar tengkorak. Otot ini meluas kebawah sampai kedinding atas
esofagus. Otot ini lebih penting daripada palatoglosus dan harus diperhatikan pada
operasi tonsil agar tidak melukai otot ini. Kedua pilar bertemu diatas untuk bergabung
dengan palatum mole. Di inferior akan berpisah dan memasuki jaringan pada dasar
lidah dan lateral dinding faring. 1
Gambar 1: Tonsil dan adenoid, penampang anterior dan sagital 2
Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil
mempunyai 10-30 kriptus yang meluas kedalam jaringan tonsil. Tonsil tidak mengisi
seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa
supratonsilaris. Bagian luar tonsil terikat longgar pada muskulus konstriktor faring
superior, sehingga tertekan setiap kali makan. 1,2,3
Walaupun tonsil terletak di orofaring karena perkembangan yang berlebih
tonsil dapat meluas kearah nasofaring sehingga dapat menimbulkan insufisiensi
velofaring atau obstruksi hidung walau jarang ditemukan. Arah perkembangan tonsil
tersering adalah kearah hipofaring, sehingga sering menyebabkan sering terjaganya
anak saat tidur karena gangguan pada jalan nafas. Secara mikroskopik mengandung 3
unsur utama yaitu: 1
Jaringan ikat/trabekula sebagai rangka penunjang pembuluh darah, saraf, dan limfa
Folikel germinativum dan sebagai pusat pembentukan sel limfoid muda dan
Jaringan interfolikuler yang terdiri dari jaringan limfoid dalam berbagai stadium.
Struktur histologi tonsil sesuai dengan fungsinya sebagai organ imunologi.
Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan
proliferasi limposit yang sudah disentisasi. Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu: 1
Menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif
Sebagai organ utama produksi antibodi dan sensitasi sel limfosit T dengan antigen
spesifik.
Gambar 2: Anatomi tonsil 2
Tonsil terletak di lateral orofaring. Dibatasi oleh: 2,3
Lateral – muskulus konstriktor faring superior
Anterior – muskulus palatoglosus
Posterior – muskulus palatofaringeus
Superior – palatum mole
Inferior – tonsil lingual
Permukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng yang juga melapisi
invaginasi atau kripti tonsila. Banyak limfanodulus terletak di bawah jaringan ikat dan
tersebar sepanjang kriptus. Limfonoduli terbenam di dalam stroma jaringan ikat
retikular dan jaringan limfatik difus. Limfonoduli merupakan bagian penting
mekanisme pertahanan tubuh yang tersebar di seluruh tubuh sepanjang jalur
pembuluh limfatik. Noduli sering saling menyatu dan umumnya memperlihatkan
pusat germinal. 1
2. 1. 1. PERDARAHAN
Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri karotis eksterna, yaitu:1
Arteri maksilaris eksterna (arteri fasialis) dengan cabangnya arteri tonsilaris
dan arteri palatina asenden;
Arteri maksilaris interna dengan cabangnya arteri palatina desenden;
Arteri lingualis dengan cabangnya arteri lingualis dorsal;
Arteri faringeal asenden.
Kutub bawah tonsil bagian anterior diperdarahi oleh arteri lingualis
dorsal dan bagian posterior oleh arteri palatina asenden, diantara kedua daerah
tersebut diperdarahi oleh arteri tonsilaris. Kutub atas tonsil diperdarahi oleh
arteri faringeal asenden dan arteri palatina desenden. Vena-vena dari tonsil
membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus dari faring. Aliran balik
melalui pleksus vena di sekitar kapsul tonsil, vena lidah dan pleksus faringeal
serta akan menuju vena jugularis interna. 1,2
2. 1. 2. ALIRAN GETAH BENING
Tonsil hanya mempunyai pembuluh getah bening eferan sedangkan
pembuluh getah bening aferen tidak ada. Eferen limfatik mengalir langsung ke
kelenjar jugulodigastric dan node nimfa serviks atas dalam dan secara tidak
langsung melalui kelenjar getah bening retropharyngeal 1
2. 1. 3. PERSARAFAN
Persarafan tonsil didapat dari serabut saraf trigeminus (saraf maksilaris )
dan saraf glosofaringeus. 1
2. 1. 4. IMUNOLOGI TONSIL
Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit.
Limfosit B membentuk kira-kira 50-60% dari limfosit tonsilar. Sedangkan
limfosit T pada tonsil adalah 40% dan 3% lagi adalah sel plasma yang matang.
Limfosit B berproliferasi di pusat germinal. Immunoglobulin (IgG, IgA, IgM,
IgD), komponen komplemen, interferon, lisozim dan sitokin berakumulasi di
jaringan tonsilar. Sel limfoid yang immunoreaktif pada tonsil dijumpai pada 4
area yaitu epitel sel retikular, area ekstrafolikular, mantle zone pada folikel
limfoid dan pusat germinal pada folikel limfoid. 1
Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk
diferensiasi dan proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil
mempunyai 2 fungsi utama yaitu 1) menangkap dan mengumpulkan bahan
asing dengan efektif; 2) sebagai organ utama produksi antibodi dan sensitisasi
sel limfosit T dengan antigen spesifik.12,3
II. 2 FISIOLOGI TONSIL
Fungsi tonsil yang sesungguhnya belum jelas diketahui tetapi ada beberapa teori yang
dapat diterima antara lain : 2
Membentuk zat-zat anti dalam sel plasma pada waktu terjadi reaksi seluler.
Mengadakan limfositosis dan limfositolisis.
Menangkap dan menghancurkan benda-benda asing maupun mikroorganisme
yang masuk ke dalam tubuh melalui mulut dan hidung.
II. 3 DEFINISI
Kanker tonsil muncul di ororfaring ( daerah di belakang mulut ) merupakan
kanker yang jarang terjadi, hanya terjadi 1% dari semua jenis kanker yang terjadi
dalam setiap tahun. Walaupun jarang terjadi, angka mortaliti dari kanker tonsil sangat
tinggi. Dari sekitar 8000 kasus kanker tonsil yang terjadi setiap tahun di Amerika
Serikat, sekitar 3000 (sekitar 40%) terbukti fatal. 4
II. 4 ETIOLOGI dan FAKTOR RESIKO
Etiologi masih belum diketahui akan tetapi bila dilihat dari faktor resiko maka
yang paling sering dari kanker tonsil adalah tembakau, biasa dari mengkonsumsi
rokok maupun mengkonsumsi tembakau secara langsung. Angka kejadian kanker
tonsil meningkat pada pasien yang mengkonsumsi tembakau. Pada pasien yang
mengkonsumsi alkohol angka faktor resiko terjadinya kanker tonsil meningkat. Ketika
ada kombinasi antara konsumsi alkohol dengan tembakau akan meningkatkan angka
faktor resiko dari kanker tonsil dua kali lipat dibandingkan pasien yang
mengkonsumsi hanya satu bahan baik alkohol saja ataupun tembakau saja. 4
Faktor resiko lainnya dari kanker tonsil adalah : 4
- AIDS dan penyakit sistem imun
- Salah satu atau semua anggota keluarga yang memiliki riwayat kanker orofaring
oral.
- Menguyah Betalnu (populasi orang Indian)
- Higienisasi mulut yang kurang
- Plak prekanker (area merah atau putih dari fimitation pada mulut)
- Sifilis
Secara statistik, pria lebih sering menderita kanker tonsil dibandingkan dengan
wanita dan warna Afrika memiliki faktor resiko yang lebih tinggi dibandingkan
dengan Ras kaukasia. Sebagai tambahan, orang dari ekonomi rendah memiliki resiko
lebih tinggi untuk menderita kanker tonsil dibandingkan dengan orang yang
ekonominya tinggi. 4
II. 5 GEJALA KLINIS
Gejala utama dari kanker tonsil adalah nyeri tengorokan dan nyeri menjalar
dari kanker tonsil sampai ke telinga. Sakit pada mulut yang tidak sembuh sembuh
juga merupakan gejala dari kanker tonsil. 4
Gejala klinis lainnya dari kanker tonsil : 4
- Perdarahan
- Susah mengunyah
- Susah berbicara
- Susah menelan
- Sakit yang menjalar ke telinga
- Sakit pada wajah, mata, dan pergerakan rahang
- Bengkak pada kelenjar limfe di leher
II. 6 MACAM-MACAM TUMOR TONSIL DAN HISTOPATOLOGISNYA
Seperti pada rongga mulut, lesi prekanker dapat muncul di orofaring, tetapi
dengan tingakat yang lebih rendah. Lesinya termasuk leukoplakia sekunder hingga
hiperkeratosis dengan atau tanpa perubahan atipikal, eritroplasia, liken planus, dan
mukositis nikotin. Pada daerah orofaring, palatumnya sering mengalami perubahan. 5
A. KARSINOMA SEL SKUAMOSA
Lebih dari 80% tumor ganas dari daerah orofaring adalah karsinoma sel
skuamosa. Dengan jelas terlihat, tumor ini dapat eksofitik dan berukuran besar
ataupun ulseratif dan sangat infiltratif. Secara histologi, karsinoma sel skuamosa
di klasifikasikan menjadi nonkeratinosis, keratinosis, verukosa, spindle cell, dan
karsinoma adenoid skuamosa. 5
- Karsinoma nonkeratinosis dan keratinosis
Karsinoma nonkeratinosis dapat berdiferensiasi baik maupun buruk.
Karsinoma ini menyebar melalui submukosa dan memiliki margin “pushing”.
Karsinoma ini berasal dari mukosa saluran napas yaituu dari endodermal.
Karsinoma sel skuamosa keratinosis sering berasal dari jaringan ektodermal.
Umumnya lesinya cenderung bersifat ulseratif dan fungating, jarang menyebar
ke submukosa, dan memiliki margin infiltrating. Karakteristik karsinoma sel
skuamosa keratinosis tidak mempengaruhi angka metastasis nodus limfe atau
kesembuhan dari pasien. Secara umum, derajat diferensiasi dan keratinisasi
dari tumor primer kurang relevan dibandingkan dengan lokasi tumor, ukuran,
stage, dan luasnya invasi dari karsinoma. 5
- Karsinoma verukosa
Karsinoma verukosa jarang terjadi pada daerah orofaring dan lebih sering
terjadi di rongga mulut. Karsinoma ini memiliki berbagai gambaran histologi
dari karsinoma sel skuamosa yang berdiferensiasi sempurna. Dari gambaran
histologi menunjukkan diferensiasi yang sempurna, epitel berkeratin, lipatan
papilomatous. Pertumbuhannya biasanya lambat, dan menimbulkan sedikit
gejala. Nodus limfe membesar karena respon inflamasi dan mungkin dapat
menjadi metastasis tumor. Lesinya dapat mengikis permukaan dasarnya,
termasuk tulang, tetapi tidak menyebar ke permukaan lainnya. Atypism serta
mitosis sel jarang terjadi, dan oleh karena itu multipel biopsi biasanya
diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Biopsi yang dalam menunjukkan
invasi yang lebih dalam yang akan lebih membantu mendiagnosa; dengan
memiliki gambaran patologis dari lesi secara klinis sangat bermanfaat untuk
mengkolerasikan gambaran patologinya dengan gambaran patologi kliniknya.
Penatalaksanaan yang paling bagus adalah eksisi melalu pembedahan.
Radioterapi tidak direkomendasikan karena dilaporkan karsinoma dapat
berubah menjadi anaplastik yang lebih agresif. 5
- Karsinoma spindle cell
Gambaran histopatologi dari karsinoma sel spindel adalah adanya bentuk
spindel pada sel mesenkim yang menyerupai anapastik sarkoma, denga
berbagai bentuk sel skuamosa. Komponen epidemoidnya dapat diabaikan.
Mikroskopik elektron memperlihatkan karsinoma sel spindel adalah bagian
dari karsinoma sel skuamosa dan bukan tumor jaringan ikat. Tumor ini
menyebar ke kelenjar limfe dan terapinya sama dengan terapi pada karsinoma
sel skuamosa. 5
B. LESI LIMFOSITIK
Banyak jaringan limfoid dari daerah orofaringeal kadang ikut berperan dalam
transformasi tumor ganas. Lesi limfositik paling sering terjadi adalah limfoma,
yang muncul terutama pada tonsil palatina dan mungkin juga muncul di bawah
lidah. Limfoma dapat unifokal ataupun terjadi pada berbagai area. Lesinya besar
dengan riwayat perjalanan penyakit yang singkat. Tumor ini tidak muncul sebagai
lesi ulseratif. Biasanya, tonsilnya membesar. Pada berbagai kasus, seluruh
tonsilnya mengalami penyakit yang sama, dan tidak ada bukti bahwa tonsil
tersebut sehat. Limfoma pada tonsil serta pada bagian bawah lidah merupakan
gejala pertama awal dari limfoma sistemik yang mana akan menyebar ke seluruh
bagian tubuh. Pada beberapa kasus, penyakit ini dapat didiagnosa lebih awal dan
hanya pada tonsil palatina ataupun bagian bawah tonsil dapat muncul atau
penyakit ini hanya terbatas pada area orofaringeal dan servikal saja. 5
Neoplasma Kasus (%)
Karsinoma sel skuamosa 72
Limfoma (non-Hodgkin’s) 14
Limfoma (Hodgkin’s) 2
Lainnya 12
Tabel 2.1 Insidensi tumor tonsil berdasarkan jenis tumor 5
II. 7 STAGING
Stage tumor tonsil manurut TMN 5
Primary Tumor (T)
Tx : tumor tiadk dapat dinilai
To : tidak ditemukan gambaran tumor
Tis : karsinooma in siu
T1 : diameter tumor 2 cm atau kurang
T2 : diameter tumor >2cm tetapi <4cm
T3 : diameter tumor >4cm
T4 : diameter tumor >4cm dengan penyebaran ke antrum, muskulus pteryoid,
kuli, leher, serta akar lidah
Keterlibatan Nodul (N)
Nx : kelenjar limfe tidak dapat dinilai
No : tidak ditemukan gambaran perbesaran kelenjar limfe
N1 : perbesaran nodus ipsilateral diameter <3cm
N2 : perbesaran nodus ipsilateral diameter tidak lebih dari 6cm
N2a : satu gejala klinis disertai perbesaran kelenjar diameter 3- 6cm
N2b : berbagai gejala klinis disertai perbesaran kelenjar diameter tidak
lebih dari 6cm
N3 : ipsilateral nodus masif, nodus bilateral atau kontralateral
N3a : nodus ipsilateral, diameter >6cm
N3b : nodus bilateral (setiap bagian leher harus diberikan stage, misalnya
N3b;kanan, N2a : kiri)
N3c : nodus kontralateral
Jauh Metastasis (M)
Mx : tidak dapat dinilai
Mo : tidak jelas gambaran metastatis
M1 : Metastasis luas seperti pad mata, kulit, pleura,kelenjar
STAGE I : T1N0M0
STAGE II : T2N0M0
STAGE III : T3NOMO T1-T3, N1, MO
STAGE IV : T4, N0 atau N1, M0
Tiap T, N2 atau N3, M0
T iap T, tiap N, M1
II. 8 TATALAKSANA
Pada prinsipnya terdapat banyak macam tata laksana yang mungkin dilakukan
: radioterapi, kemoterapi, dan pembedahan, atau kombinasi dari ketiga macam itu.
Pilihan penatalaksanaan tergantung pada histologi, stadium tumor, dan keadaan umu
pasien. 6
- Radioterapi
Pada tumor primer daerah leher, umumnya merupakan pilihan pertama.
Tergantung pada stadium tumor, radiooterapi kadang-kadag dikombinasikan
dengan kemoterapi. Hasilnya cukup baik, terutama pada karsinoma dengan
stroma yang kaya limfosit (dibandingkan dengan karsinoma-nasofaring). Gejala
sampingan pada radioterapi tidak ringan. Mukositis akut akibat penyinaran yang
pada umumnya hampir selalu secara spontan menghilang, bisa menjadi begitu
gawat, sehingga diperlukan pemberian makanan buatan sementara. Dengan
dimatikannya kelenjar-kelenjar lendir dan liur yang berada di daerah penyinaran,
keluhan mulut kering (xerostomi) tetap ada. Radioterapi eksternal diikuti dengan
radioterapi internal pada tumor palatum molle, tumor tonsil dan dasar tonsil dapat
merupakan alternatif yang baik. 6
- Pembedahan
Berupa reseksi tumor, sedapat mungkin dengan mengambil batas jaringan sehat
yang luas (1,5cm). Hampir selalu dilakukan reseksi tumor primer sekaligus
bersamaan dengan mengeluarkan kelenjar limfa leher. Di tempat reseksi timbul
suatu luka cacat yang luas, yang umumnya tidak dapat ditutup secara primer.
Oleh karena itu, digunakanlah jaringan dari tempat lain untuk menutup luka
cacatnya. Untuk itu umumnya dipakai kulit yang diberi tangkai pembuluh darah
atau dari potongan kulit berotot (misalnya, potongan myokutan dari muskulus
pectoralis mayor). Demikianlah tindakan bedah dengan akibat fungsional dan
kosmetik yang besar. Namun, sekarang dalam banyak kasus, dapa diperoleh hasil
kosmetik dan fungsional yang cukup memuaskan. 6
- Penatalaksanaan paliatif
Ditujukan untuk menghilangkan gejala dan perbaikan atau mempertahankan
fungsi. Kemoterapi dalam hal ini dapat digunakan.7
Kemoterapi melalui pemberian obat (bisa oral ataupun injeksi) berguna untuk
membunuh sel kanker, dapat menyusutkan tumor yang merupakan prioritas dari
tindakan pembedahan. Kemoterapi kanker tonsil biasanya menggunakan dua jenis
pengobatan : 5-flurouracil dan cisplatin. Dengan mengkonsumsi obat kombinasi,
hasil pengobatannya mendapatkan hasil yang lebih baik dibandingkan denga
pengobatan dengan salah satu obat saja. Kemoterapi tidak sering digunakan
sendiri pada penanganan kanker tonsil. Penelitian membuktikan, walaupun begitu
kombinasi pengobatan kemoterapi dan radioterapi membantu dalam
penyembuhan kanker tonsil tingkat lanjut dengan menurunkan gejala klinis dari
kanker tonsil. 7
II. 9 PROGNOSIS
Karsinoma orofaring mempunyai derajat bertahan hdup kira-kira 40%.
Mortalitas yang tinggi adalah akibat pasien sering terlambat berobat.7
BAB III
LAPORAN KASUS
3. 1. IDENTITAS
Nama : Tn. E
No. Rekam medik : 176424
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : GBI RT 01/RW 01, Sep. Surabaya
Tanggal masuk : 13 Oktober 2011
3. 2. ANAMNESIS
Anamneis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 13 Oktober 2011
Keluhan Utama : sakit menelan ± 1 bulan
Keluhan Tambahan : Leher terasa kering, demam, benjolan paa lipatan paha
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan ± 1 bulan sebelum masuk Rumah Sakit pasien
mengeluh sakit menelan. Sakit menelan ini semakin lama semakin mengganggu
pasien sampai membuat pasien tidak nafsu makan dan bila tidur pasien suka
mengorok. Pasien sudah pernah berobat ke Puskesmas sebelumnya dan diberikan 3
jenis obat yaitu antibiotik, paracetamol dan obat penghilang nyeri akan tetapi keluhan
tidak berkurang.
Selain keluhan tersebut pasien juga mengeluh leher terasa kering dan juga demam
serta ada benjolan pada paha. Demam yang dirasakan hilang timbul sejak ± 1 bulan
juga. Benjolan pada lipatan paha awalnya dirasakan pasien ± 7 bulan sebelum masuk
Rumah sakit di lipatan paha kanan dan kiri, akan tetapi sejak ± 3 bulan sebelum
masuk Rumah Sakit benjolan di lipat paha kanan menghilang tetapi di lipat paha kiri
masih ada. Besar benjolan berdiameter 2,5 cm dengan konsistensi kenyal dan mobile
serta jumlah benjolan hanya satu.
Riwayat darah tinggi disangkal, riwayat kencing manis disangkal, riwayat asma
disangkal, tidak ada riwayat alergi terhadap obat.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien belum pernah menderita penyakit ini sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Dalam keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien.
Riwayat Kebiasaan Pribadi :
Pasien suka mengkonsumsi makanan yang panas dan minuman yang dingin.
3. 3. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Frekuensi nadi : 72 kali/menit
Frekuensi napas : 20 kali/menit
Suhu : 37,8 ºc
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis +/+, sklera tidak ikterik
Thoraks
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kanan = kiri
Palpasi : Vokal fremitus simetris kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan = kiri
Auskultasi : Bunyi nafas dasar vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Bunyi jantung I dan II normal, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut tampak datar
Auskultasi : Bising usus 4 kali permenit
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar
Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-)
Genitalia : Tidak diperiksa
Anggota gerak : Atrofi (-), normotonus
Kulit : Dalam batas normal
Kelenjar getah bening : Teraba perbesaran kelenjar getah bening di inguinal
dextra berdiameter 2,5 cm dan berjumlah 1 dengan
konsistensi kenyal dan mobile
Refleks fisiologis
Biceps : ++/++
Triceps : ++/++
APR : ++/++
KPR : ++/++
Refleks patologis : -/-
B. Status THT
Telinga
KANAN KIRI
Daun telinga ;
Bentuk
Infeksi
Trauma
Tumor
Normotia
(-)
(-)
(-)
Normotia
(-)
(-)
(-)
Pre auriculae :
Fistel
Auricula accessories
Abses
Sikatrik
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Retro auriculae :
Pembengkakan
Abses
Fistel
Sikatrik
Nyeri tekan
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Infra auriculae :
Parotis Tidak teraba membesar Tidak teraba membesar
Liang telinga :
Liang telinga
Warna
Sekret
Serumen
Kelainan lain
Lapang
Merah muda
(-)
(-)
(-)
Lapang
Merah muda
(-)
(-)
(-)
Membran timpani :
Utuh / tidak
Warna
Refleks cahaya
Posisi
Perforasi
Kelainan lain :
Jaringan granulasi
Utuh
Putih keabuan
(+)
Normal
(-)
(-)
Utuh
Putih keabuan
(+)
Normal
(-)
(-)
Polip
Kolesteatoma
Tumor
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Hidung
KANAN KIRI
Bentuk Biasa Biasa
Vestibulum nasi Normal Normal
Cavum nasi Lapang Lapang
Mukosa Merah muda Merah muda
Konka inferior & media
Besar
Warna
Permukaan
Eutrofi
Merah muda
Licin
Eutrofi
Mmerah muda
Licin
Meatus inferioa & media Sekret (-) Sekret (-)
Septum Ditengah Ditengah
Sekret Sekret (-) Sekret (-)
Kelainan lain Massa (-) Massa (-)
Tenggorokan
Mukosa Warna merah muda
Uvula Ditengah, deviasi (-)
Faring Warna merah muda, arcus faring
simetris, massa (-), granul (-)
Tonsil T3-T1 dengan warna hiperemis dan
massa bergranul
Refleks muntah (+)
Mulut
Deviasi : (-)
Leher
Kelenjar Submandibula Tidak teraba membesar
Kelenjar Cervicalis anterior (superior, media,
inferior)
Tidak teraba membesar
Kelenjar Cervicalis posterior Tidak teraba membesar
Kelenjar supraclavcula Tidak teraba membesar
Thyroid Tidak teraba membesar
Tumor (-)
Abses submandibula (-)
Abses cervical (-)
3. 4. RESUME
Pasien datang dengan keluhan ± 1 bulan sebelum masuk Rumah Sakit pasien
mengeluh sakit menelan. Selain keluhan tersebut pasien juga mengeluh leher terasa
kering dan juga demam serta ada benjolan pada paha. Demam yang dirasakan hilang
timbul sejak ± 1 bulan juga. Benjolan pada lipatan paha awalnya dirasakan pasien ± 7
bulan sebelum masuk Rumah sakit di lipatan paha kanan dan kiri, akan tetapi sejak ±
3 bulan sebelum masuk Rumah Sakit benjolan di lipat paha kanan menghilang tetapi
di lipat paha kiri masih ada. Besar benjolan berdiameter 2,5 cm dengan konsistensi
kenyal dan mobile serta jumlah benjolan hanya satu.
Riwayat darah tinggi disangkal, riwayat kencing manis disangkal, riwayat asma
disangkal, tidak ada riwayat alergi terhadap obat.
Pasien sudah pernah berobat ke Puskesmas sebelumnya dan diberikan 3 jenis obat
yaitu antibiotik, paracetamol dan obat penghilang nyeri akan tetapi keluhan tidak
berkurang.
Pasien suka mengkonsumsi makanan yang panas dan minuman yang dingin.
STATUS GENERALIS
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Frekuensi nadi : 72 kali/menit
Frekuensi napas : 20 kali/menit
Suhu : 37,8 ºc
Mata : Konjungtiva anemis +/+, sklera tidak ikterik
Kelenjar getah bening : Teraba perbesaran kelenjar getah bening di inguinal dextra
berdiameter 2,5 cm dan berjumlah 1 dengan konsistensi
kenyal dan mobile
STATUS THT
Pada tonsil didapatkan pembesaran tonsil T3-T1, warna hiperemis, konsistensi
kenyal, mobile
3. 5. DIAGNOSA
A. Diagnosa Kerja : Suspek tumor tonsil
B. Diagnosa Banding : Limfoma non Hodgkin
Limfoma Hodgkin
Karsinoma sel skuamosa
3. 6. PENATALAKSANAAN
Rawat jalan
MM :
Opicef 2x1
Sanorin obat kumur 3x sehari
Revival 2x1
BAB III
ANALISA KASUS
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien datang dengan keluhan sakit menelan ± 1
bulan disertai tenggorokan terasa kering, demam dan benjolan pada lipat paha kanan dan kiri.
Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa gejala klinis dari tumor tonsil Limfoma
non Hodgkin mempunyai keluhan sulit menelan dan adanya pembengkakan pada kelenjar
limfe sekunder seperti cincin Waldeyer unilateral yang menandakan adanya respon
imunologik terhadap antigen yang ada.
Pasien berjenis kelamin wanita dan berusia 40 tahun, hal ini tidak sesuai dengan teori
yang menyebutkan bahwa faktor resiko tumor tonsil meningkat pada pria.
Pada penatalaksanaan pasien diatas diberikan antibiotik berupa opicef untuk mengatasi
infeksi yang terjadi di tonsil. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa
penatalaksanaan dari tumor tonsil dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu kemoterapi,
radioterapi maupun tindakan akan tetapi karena pasien menolak maka diberikan antibiotik
untuk mencegah infeksi sekunder.
Untuk mendapatkan diagnosis pasti dari jenis tumor tonsil harus dilihat gambaran
histologi dari jaringan yang diambil sehingga pada pasien ini sebaiknya dilakukan
pemeriksaan Patologi Anatomi untuk mendapatkan diagnosis pasti yang dapat dilakukan
dengan pengambilan langsung jaringan tonsilnya ataupun dapat melakukan tindakan
pembedahan tonsilektomi dahulu kemudian hasilnya diperiksa ke Patologi anatomi untuk
mendapatkan diagnosis pasti dari pasien ini.
BAB III
3. 1. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa Kanker tonsil muncul di ororfaring ( daerah di
belakang mulut ) merupakan kanker yang jarang terjadi, hanya terjadi 1% dari semua
jenis kanker yang terjadi dalam setiap tahun. Walaupun jarang terjadi, angka mortaliti
dari kanker tonsil sangat tinggi. Dari sekitar 8000 kasus kanker tonsil yang terjadi
setiap tahun di Amerika Serikat, sekitar 3000 (sekitar 40%) terbukti fatal.
Pada pasien ini penatalaksanaannya sesuai dengan teori yaitu diberikan
antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder dan juga diberikan tambahan
vitamin karena pasien menolak untuk dilakukan tindakan pembedahan, radioterapi
maupun kemoterapi. Setelah dilakukan pemeriksaan dan informed concert tentang
penyakit pasien,pasien akhirnya di rawat jalan sejak tanggal 13 Oktober 2011.
3. 2. SARAN
Pada wanita maupun pria dewasa yang memiliki pembengkakan tonsil unilateral
haruslah memeriksakan diri ke dokter karena hal ini merupakan salah satu dari
gejala keganasan dari tonsil.
Sebaiknya kita menjauhi faktor-faktor resiko dari terjadinya tumor tonsil seperti
konsumsi tembakau maupun alkohol untuk menurunkan terjadinya tumor tonsil.
Sebaiknya dilakukan biopsi untuk mendapatkan diagnosis pasti dari keluhan yang
dialami oleh pasien sehingga membantu dalam penatalaksanaan terhadap pasien.
Bila setelah biopsi terbukti adanya keganasan maka segara dilakukan tindakan
pembedahan untuk mencegah terjadinya perluasan dari sel-sel kanker yang akan
memperburuk prognosis dari pasien itu sendiri.
Setelah dilakukan tindakan pembedahan sebaiknya pasien dirawat inap agar dapat
diobservasi tanda-tanda vital, ada tidaknya perdarahan sehingga setelah keluar
dari Rumah Sakit diharapkan keadaan pasien baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anil KL. Otolaryngology head and neck surgery in Current Diagnosis & Treatment.
Management of adenotonsillar disease. 2nd edition. New York: McGrawHill; 2007
2. Tonsil and adenoid anatomy. Edisi Juni 2011. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1899367-overview, 16 Oktober 2011
3. The fauces. Edisi 2009. Diunduh dari
http://education.yahoo.com/reference/gray/subjects/subject/243, 16 Oktober 2011
4. Tonsil cancer : Sign, Symptoms and Treatment. Diunduh dari
www.canceranswer.com/Tongue.Base.Tonsil.htm , 16 Oktober 2011
5. Charles W. Cummings, M.D, john M. Fredrickson, M.D, Lee A. Harker, M.D.
Otolaryngology Head and Neck Surgery. Third Edition. 1993. Mosby