Case Saraf Tepi

download Case Saraf Tepi

of 32

Transcript of Case Saraf Tepi

  • 7/30/2019 Case Saraf Tepi

    1/32

    CASE SARAF TEPI

    Disusun Oleh:

    Muhammad Nurudin bin Derahman

    NIM: 030.08.285

    Pembimbing:

    dr. Maysam Irawati, Sp.S

    KEPANITERAAN KLINIK SMF NEUROLOGI

    RSUP FATMAWATI JAKARTA

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

    JAKARTA

    2012

  • 7/30/2019 Case Saraf Tepi

    2/32

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan

    hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini.

    Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Diskusi Topik

    kepaniteraan klinik bagian Neurologi Program Studi Pendidikan Dokter Universitas

    Trisakti di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta.

    Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

    dalam penyelesaian makalah ini:

    1. dr. Maysam Irawati, SpS, selaku pembimbing dalam penyusunan

    makalah.

    2. Teman-teman yang turut membantu penyelesaian makalah ini.

    Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami

    mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah ini.

    Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

    Jakarta, 28 Disember 2012

    Penyusun

  • 7/30/2019 Case Saraf Tepi

    3/32

    BAB I

    ILUSTRASI KASUS

    IDENTITAS

    Nama : Ibu ID

    Jenis kelamin : Perempuan

    Umur : 38 Tahun

    Pekerjaan : Script writer

    Pendidikan : Tamat SLTP

    Agama : Islam

    Status perkawinan : Menikah

    Suku bangsa : Betawi

    Alamat : Jalan Bambu Betung Cipayung

    Tanggal masuk RS : 19 Disember 2012

    ANAMNESIS

    Dilakukan auto dan allo-anamnesis pada tanggal 28 disember 2012

    Keluhan Utama :

    Kedua kaki lemas sejak 1 bulan

    Keluhan Tambahan :

    Sulit berkemih

  • 7/30/2019 Case Saraf Tepi

    4/32

    Riwayat Penyakit Sekarang :

    Pasien datang ke IGD RSUP Fatmawati dengan keluhan kedua kaki

    lemas sejak 1 bulan. Pasien mengeluh kedua tangan dan kakinya awalnya

    mulai terasa kesemutan sejak 1 bulan yang lalu, disertai keluhan sulit untuk

    berkemih, lalu pasien pergi berawat di RS Tebet selama 1 bulan. Setelah 2

    hari di RS Tebet, kaki pasien mulai terasa lemah dan tidak bisa digerakkan.

    Karena merasa tidak ada perbaikan pada sakitnya setelah 1 bulan dirawat,

    pasien minta untuk pulang paksa. Setelah pulang dari RS Tebet, pasien

    merasakan keluhannya semakin bertambah parah lalu ke RSUP Fatmawati.

    Riwayat Penyakit Dahulu :

    Pasien mengaku sebelumnya pernah menderita TB paru, tetapi putus

    pengobatan setelah berobat selama 4 bulan. Pasien menyangkal meimiliki

    riwayat darah tinggi, kencing manis, stroke dan kejang

    Riwayat Penyakit Keluarga :

    Darah tinggi (+), kencing manis (-), stroke (-)

    PEMERIKSAAN FISIK

    Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

    Kesadaran : Compos Mentis, GCS: E4M6V5

    Sikap : Berbaring

    Koperasi : Kooperatif

    Keadaan Gizi : Cukup

    Tekanan Darah : 120 / 80 mmHg

  • 7/30/2019 Case Saraf Tepi

    5/32

    Nadi : 92 x/mnt

    Suhu : 36,7 0C

    Pernafasan : 20x/mnt

    Keadaan Lokal

    Trauma Stigmata :-

    Pulsasi A.Carotis : Teraba, kanan dan kiri, reguler

    Perdarahan Perifer : capilary refil < 2 detik

    Columna Vertebralis : letak ditengah, skoliosis (-), lordosis (-)

    Kulit : Warna sawo matang, sianosis (-), ikterik(-)

    Kepala : Normosefali, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah

    dicabut, tidak ada alopesia,

    Mata :konjungtiva anemis -/-, ptosis -/-, lagoftalmus -/-, pupil bulat

    isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak

    langsung +/+.

    Telinga : Normotia +/+, perdarahan -/-

    Hidung : Deviasi septum -/-, perdarahan -/-

    Mulut : Bibir sianosis(-), lidah kotor (-),

    Tenggorok : Faring hiperemis (-), tonsil T1-T1.

    Leher : Bentuk simetris, trakea lurus di tengah, tidak teraba

    pembesaran KGB dan tiroid.

  • 7/30/2019 Case Saraf Tepi

    6/32

    Pemeriksaan Jantung

    Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

    Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5 midklavikula line sinistra.

    Perkusi : batas kanan jantung di ICS 6 midklavikula line

    dekstra, batas kiri jantung di 1 ICS 5 midklavikula line

    sinistra, pinggang jantung di ICS 3 linea para sternalis

    sinistra.

    Auskultasi : S1 dan S2 normal reguler, Murmur (-), Gallop (-)

    Pemeriksaan Paru

    Inspeksi : pergerakkan dada simetris pada statis dan dinamis

    Palpasi : vocal fremitus kanan dan kiri sama,tidak teraba

    benjolan.

    Perkusi : perkusi di seluruh lapang paru sonor

    Auskultasi : suara nafas vesikuler, Rhonki -/-, wheezing -/-.

    Pemeriksaan Abdomen

    Inspeksi : Tidak buncit

    Palpasi : supel,nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba membesar

    Perkusi : timpani

    Auskultasi : bising Usus (+) normal

    Pemeriksaan Ekstremitas

    Atas : akral hangat + / +, edema - / -

  • 7/30/2019 Case Saraf Tepi

    7/32

    Bawah : akral hangat + / +, edema - / -

    PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

    Rangsang Selaput Otak

    Kaku kuduk : -

    Laseque : >700 / >700

    Kerniq : > 1350 / > 1350

    Brudzinsky I : -

    Brudzinsky II : - / -

    Peningkatan Tekanan Intrakranial : -

    Saraf-saraf Kranialis

    N.I (olfaktorius) : normosmia + / +

    N.II (optikus)

    Acies visus : dengan menghitung jari 3/60 kanan dan kiri (terbatas

    ruangan)

    Visus campus : baik / baik

    Lihat warna : baik / baik

    Funduskopi : tidak dilakukan

  • 7/30/2019 Case Saraf Tepi

    8/32

    N.III, IV, VI (Occulomotorius, Trochlearis, Abducen)

    Kedudukkan bola mata : ortoposisi + / +

    Pergerakkan bola mata : baik ke segala arah +/+ (nasal,temporal, superior, inferior, nasal atas dan bawah, temporal atas dan

    bawah)

    Exopthalmus : - / -

    Nystagmus : - / -

    Pupil

    Bentuk : bulat, isokor, 3mm/3mm

    Reflek cahaya langsung : +/+

    Reflek cahaya tidak langsung : +/+

    Reflek akomodasi : +/+

    Reflek konvergensi : +/+

    N.V (Trigeminus)

    Cabang Motorik : baik / baik

    Cabang sensorik

    Ophtalmikus : baik / baik

    Maksilaris : baik / baik

    Mandibularis : baik / baik

  • 7/30/2019 Case Saraf Tepi

    9/32

  • 7/30/2019 Case Saraf Tepi

    10/32

    Sistem Motorik

    Ekstremitas atas proksimal - distal : 5555/5555

    Ekstremitas bawah proksimal - distal : 1111/1111

    Gerakkan Involunter

    Tremor : - / -

    Chorea : - / -

    Atetose : - / -

    Miokloni : - / -

    Tics : - / -

    Trofik : eutrofik + / +

    Tonus : normotonus + / +

    Sistem Sensorik : Propioseptif : baik / baik

    Eksteroseptif : baik / baik

    Fungsi Serebelar

    Ataxia : -

    Tes Romberg : tvd

    Disdiadokokinesia : - / -

  • 7/30/2019 Case Saraf Tepi

    11/32

    Jari-jari : baik / baik

    Jari-hidung : baik / baik

    Tumit-lutut : tvd

    Rebound phenomenon : - / -

    Hipotoni : - / -

    Fungsi Luhur

    Astereognosia : -

    Apraxia : -

    Afasia : -

    Fungsi Otonom

    Miksi : Terpasang DC

    Defekasi : baik

    Sekresi keringat : baik

    Refleks Fisiologis

    Kornea : + / +

    Biceps : +2 / +2

    Triceps : +2 / +2

  • 7/30/2019 Case Saraf Tepi

    12/32

    Radius : +2 / +2

    Dinding perut : + / +

    Otot perut : + / +

    Lutut : +2 / +2

    Tumit : +2 / +2

    Kremaster : (tidak dilakukan)

    Refleks Patologis

    Hoffman Tromer : - / -

    Babinsky : - / -

    Chaddok : - / -

    Gordon : - / -

    Schaefer : - / -

    Klonus lutut : - / -

    Klonus tumit : - / -

    Keadaan Psikis

    Intelegensia : baik

    Tanda regresi : -

    Demensia : -

  • 7/30/2019 Case Saraf Tepi

    13/32

    PEMERIKSAAN LABORATORIUM

    Hb : 11,4 Kultur darah : Kultur darah hasil negatif

    Leukosit : 12 LCS : Nonne : +

    Trombosit : 581 juta/ul Pandy : +2

    Protein : 0.28

    Glukosa : 41

    PEMERIKSAAN RADIOLOGIS

    Foto thoraks :

    1. Cor :

    -kesan tidak membesar

    - aorta baik

    2. Pulmo :

    - kedua hilus tidak menebal

    - corakan bronkovaskuler kasar, tampak infiltrat di lapang bawah paru kanan

    - suspek nodul di lapang bawah hemitoraks kiri

  • 7/30/2019 Case Saraf Tepi

    14/32

    RESUME

    Pasien, seorang perempuan, 38 tahun dibawa ke RSUP Fatmawati dengan

    keluhan kedua kaki lemas sejak 1 bulan. Pasien mengeluh kedua tangan dan kakinya

    awalnya mulai terasa kesemutan sejak 1 bulan yang lalu, disertai keluhan sulit untuk

    berkemih, lalu pasien pergi berawat di RS Tebet selama 1 bulan. Setelah 2 hari di RS

    Tebet, kaki pasien mulai terasa lemah dan tidak bisa digerakkan. Karena merasa tidak

    ada perbaikan pada sakitnya setelah 1 bulan dirawat, pasien minta untuk pulang

    paksa. Setelah pulang dari RS Tebet, pasien merasakan keluhannya semakin

    bertambah parah lalu ke RSUP Fatmawati.

    Pemeriksaan fisik:

    Kesadaran : Compos Mentis, GCS: E4M6V5

    Tanda vital baik

    Pemeriksaan neurologis:

    Tanda rangsang meningeal: -

    N. Cranialis: parese -

    Motorik:

    Ekstremitas atas proksimal - distal : 5555/5555

    Ekstremitas bawah proksimal - distal : 1111/1111

    Reflek fisiologis : ++ / ++

    Reflek patologis : - / -

  • 7/30/2019 Case Saraf Tepi

    15/32

    Sensorik : baik

    Autonom : Gangguan miksi

    PEMERIKSAAN LABORATORIUM

    Hb : 11,4 Kultur darah : Kultur darah hasil negatif

    Leukosit : 12 LCS : Nonne : +

    Trombosit : 581 juta/ul Pandy : +2

    Protein : 0.28

    Glukosa : 41

    PEMERIKSAAN RADIOLOGIS

    Foto thoraks :

    Cor :

    -kesan tidak membesar

    - aorta baik

    Pulmo :

    - kedua hilus tidak menebal

    - corakan bronkovaskuler kasar, tampak infiltrat di lapang bawah paru kanan

    - suspek nodul di lapang bawah hemitoraks kiri

  • 7/30/2019 Case Saraf Tepi

    16/32

    DIAGNOSIS KERJA

    Diagnosis Klinis

    Kelemahan pada kedua tungkai, gangguan miksi

    Diagnosis Etiologi

    Lesi medula spinalis

    Diagnosis Topis

    Regio thorakolumbal medula spinalis

    PENATALAKSANAAN

    Sohobion 1x5000

    Meptin syrup 2xCI PO

    Mecobalamin 2x500mg PO

    Laxadin syrup 1x15ml PO

    Rifampicin 1x450mg PO

    INH 1x300mg PO

    PZA 1x2 tab 500mg PO

    Gabapentin 3x300mg PO

    Kalxetin 1x20mg PO

  • 7/30/2019 Case Saraf Tepi

    17/32

    RENCANA PEMERIKSAAN

    MRI daerah thorakolumbal, gula darah sewaktu, ureum darah, kreatinin darah

    PROGNOSA

    Ad vitam : dubia ad bonam

    Ad functionam : dubia ad bonam

    Ad sanationam : dubia ad bonam

  • 7/30/2019 Case Saraf Tepi

    18/32

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    PENDAHULUAN

    Paraplegia merupakan paralysis permanen dari tubuh yang disebabkan oleh luka ataupenyakit yang dipengaruhi oleh medulla spinalis.

    Pada luka medulla spinalis tulang belakang, biasanya rusak di suatu tempat disepanjang tulang belakang tersebut akan sembuh, tetapi jaringan saraf pada medullaspinalis tidak dapat sembuh. Kerusakan saraf inilah yang menyebabkan kehilangan

    permanent pada fungsi dan berakibat pada kondisi yang disebut paraplegia.

    II. DEFINISI

    Paraplegia adalah kondisi dimana bagian bawah tubuh (extremitas bawah) mengalamikelumpuhan atau paralysis yang disebabkan karena lesi transversal pada medullaspinalis.

    III. EPIDEMIOLOGI

    Diperkirakan terjadi sekitar 10.000 kasus cedera medulla spinalis dalam setahun diAmerika Serikat, terutama pada pria muda yang belum menikah. Dari jumlah di atas,penyebab terbanyak karena kecelakaan mobil. Diikuti karena terjatuh, luka tembakdan cedera olah raga. Penyebab non traumatic yang paling sering menyebabkanparaplegi adalah tumor tulang belakang.

    IV. PENYEBAB

    Penyebab yang paling umum dari kerusakan medulla spinalis adalah :

    1. Trauma

    Seperti kecelakaan motor, jatuh, luka ketika berolahraga (khususnya menyelam ke

  • 7/30/2019 Case Saraf Tepi

    19/32

    perairan dangkal), luka tembakan dan juga bisa karena kecelakaan rumah tangga.

    2. Penyakit

    Motorneuron disease : keluhan berupa kelemahan otot, seperti pada otot yang cepatletih dan lelah, yaitu pada jari-jari tangan.

    Polimiositosis bilateral: keluhan berupa kelemahan / keletihan pada otot ototdisertai mialgia ataupun sama sekali bebas nyeri atau rasa pegal/ linu / ngilu.Polimiositosis juga dapat menyebabkan kelemahan keempat anggota gerak.

    Poliradikulopatia / polineuropatia bilateral: keluhan berupa kelemahan otot otottungkai.

    Miopatia bilateral: keluhan berupa tidak dapat mengangkat badannya untuk berdiri

    dari sikap duduk taupun sikap sujud.

    Distropia bilateral: kelemahan otot sesuai dengan penyakit herediter umumnya,yaitu sejak kecil.

    Sindroma Miastenia Gravis : dimulai dengan adanya ptosis unilateral atau bilateral.

    V. GAMBAR ANATOMI

    Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang dikelompokkan menjadi :7 vertebra cervical atau ruas tulang bagian leher membentuk daerah tengkuk.

    12 vertebra thorakalis atau ruas tulang punggung membentuk bagian belakangthoraks atau dada.

    5 vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang membentuk daerah lumbal ataupinggang.

    5 vertebra sacralis atau ruas tulang selangkang membentuk sacrum.

    4 vertebra koksigeus atau ruas tulang tungging membentuk tulang koksigeus.

  • 7/30/2019 Case Saraf Tepi

    20/32

    VI. DIAGNOSA

    1. ANAMNESA

    Bagaimana kekuatan otot pada extremitas bawah ?

    Bagaimana rasa rasa yang dialami pada extremitas bawah ? Apakah merasaseperti tebal atau kesemutan ?

    Bisa buang air kecil atau tidak ?

    http://bimaariotejo.files.wordpress.com/2010/04/11.jpg
  • 7/30/2019 Case Saraf Tepi

    21/32

    Bisa buang air besar atau tidak ?

    Apakah pernah kecelakaan / jatuh yang mengenai tulang belakang ?

    Tumor ? Infeksi ? Gangguan vaskuler ?2.PEMERIKSAAN

    a. Inspeksi

    Pasien dalam kondisi berbaring

    b. Palpasi

    Sistem Motorik

    Penilaian kekuatan otot merupakan salah satu pemeriksaan yang harus dilakukanpada pemerikasaan paraplegi. Kekuatan otot dapat diperiksa baik pada waktu ototmelakukan suatu gerakan (power, kinetik) atau pada waktu menahan ataumenghambat atau melawan gerakan (statik). Kadang kelemahan otot baru diketahuibila penderita disuruh melakukan serentetan gerakan pada satu periode (endurance).Untuk melakukan pemeriksaan kekuatan otot harus diketahui fungsi masing masingotot yang diperiksa.

    Pada paraplegia didapatkan kekuatan otot yang menurun pada kedua tungkai.

    Penilaian kekuatan otot :

    Nilai Kontraksi Persentase

    0 Tidak ada

    1 Ada, tanpa gerakan yang nyata 0 10 %

    2 Dapat menggeser / menggerakkan lengan tanpabeban dan tahanan

    11 25 %

    3 Dapat mengangkat lengan melawan gaya berat dantanpa tahanan

    26 50 %

    4 Dapat mengangkat lengan dengan tahanan ringan 51 75 %

    5 Dapat mengangkat lengan melawan gaya beratdengan beban tahanan berat

    76 100 %

    Sistem Sensorik

    Untuk menentukan level dari paraplegia terutama digunakan sistem sensoris, bukan

  • 7/30/2019 Case Saraf Tepi

    22/32

    motoris.

    http://bimaariotejo.files.wordpress.com/2010/04/2.jpg
  • 7/30/2019 Case Saraf Tepi

    23/32

    Defisit sensorik pada sindrom paraplegia karena trauma, gangguan spinovaskuler,proses autoimunologik atau proses maligna, satu atau beberapa segmen medullaspinalis rusak sama sekali. Lesi yang seolah memotong medulla spinalis dinamakanlesi transversal. Bilamana lesi transversal berada di bawah Intumesensia

    servikobrakialis, maka timbulah paralysis kedua tungkai (paraplegia) yang disertaihiperstesia pada permukaan badan dibawah tingkat lesi (hiperstesia paraplegia).

    Pada paraplegia spastika ada batas defisit sensorik sedangkan pada paraplegiaflaksida tidak memperlihatkan batas defisit sensorik yang jelas.

    Refleks

    http://bimaariotejo.files.wordpress.com/2010/04/3.jpg
  • 7/30/2019 Case Saraf Tepi

    24/32

    Pada kelumpuhan lower motor neuron (LMN) tidak menunjukkan reflek patologissedangkan pada kelumpuhan Upper Motor Neuron menunjukkan refleks patologis.

    a. Reflek Superficial

    1. Reflek Kulit Dinding Perut

    Kulit dinding perut digores dengan ujung gagang palu refleks atau ujung kunci.Refleks kulit dinding perut menghilang pada lesi piramidalis. Hilangnya refleks iniyang berkombinasi dengan meningkatnya refleks otot dinding perut adalah khas bagilesi di susunan piramidal.

    2. Reflek Kremaster dan Reflek Skrotal

    Penggoresan dengan pensil, ujung gagang palu refleks atau ujung kunci terhadap kulit

    bagian medial akan dijawab dengan elevasi testis ipsilateral. Refleks kremastermenghilang pada lesi di segmen L I II, juga pada usia lanjut.

    3. Reflek Gluteal

    Refleks ini terdiri dari gerakan reflektorik otot gluteus ipilateral bilamana digoresatau ditusuk dengan jarum atau ujung gagang palu refleks. Refleks glutealmenghilang jika terdapat lesi di segmen L IV S I.

    4. Reflek Anal Eksterna

    Refleks ini dibangkitkan dengan jalan penggoresan atau ketukan terhadap kulit ataumukosa daerah perianal.

    5. Reflek Plantar

    Penggoresan terhadap kulit telapak kaki akan menimbulkan ekstansi sertapengembangan jari jari kaki dan elevasi ibu jari kaki.

    b. Reflek Patologik

    Reflek patologik yang sering diperiksa di dalam klinik ialah Ekstensor Plantar

    Response atau tanda Babinski.Metode-metode Perangsangan :

    1. Refleks Chaddock

    Penggoresan terhadap kulit dorsum pedis pada bagian lateralnya atau penggoresan

  • 7/30/2019 Case Saraf Tepi

    25/32

    terhadap kulit di sekitar malcolus eksterna.

    2. Refleks Oppenheim

    Pengurutan dari proksimal ke distal secara keras dengan jari telunjuk dan ibu jaritangan terhadap kulit yang menutupi os. telunjuk dan ibu jari tangan terhadap kulityang menutupi os. tibia atau pengurutan itu dilakukan dengan menggunakan sensiinterfalangeal jari telunjuk dan jari tengah dari tangan yang mengepal.

    3. Refleks Gordon

    Cara membangkitkanEkstensor Plantar Response ialah dengan menekan betis secarakeras.

    4. Refleks Scaeffer

    Cara membangkitkan respon tersebut adalah dengan menekan tendon Achilles secarakeras.

    5. Refleks Gonda

    Respon patologik tersebut diatas timbul pada penekukan (plantar fleksi) maksimaldari jari kaki keempat.

    http://bimaariotejo.files.wordpress.com/2010/04/7.jpghttp://bimaariotejo.files.wordpress.com/2010/04/6.jpghttp://bimaariotejo.files.wordpress.com/2010/04/5.jpghttp://bimaariotejo.files.wordpress.com/2010/04/41.jpg
  • 7/30/2019 Case Saraf Tepi

    26/32

    6. Refleks Bing

    Dibangkitkan dengan memberikan rangsangan tusuk pada kulit yang menutupimetatarsal kelima.

    c. Perkusi

    Refleks otot dinding perut (bagian atas T8-9, tengah T9-10, bawahT11-12)

    Sikap :

    Pasien berbaring terlentang dengan kedua tangan lurus di samping badan.

    Stimulasi :

    Ketukan pada jari yang ditempatkan pada bagian atas, tengah dan bawah dindingperut.

    Respons :

    Otot perut yang mengganjal.

    2. Refleks tendon lutut (L 2-3-4, N. Femoralis)

    Sikap :

    Pasien duduk dengan kedua kakinya digantung

    Pasien duduk dengan kedua kakinya ditapakkan di lantai

    Pasien berbaring terlentang dengan tungkainya difleksikan di sendi lutut

    http://bimaariotejo.files.wordpress.com/2010/04/9.jpghttp://bimaariotejo.files.wordpress.com/2010/04/8.jpg
  • 7/30/2019 Case Saraf Tepi

    27/32

    Stimulasi :

    Ketukan pada tendon Patella

    Respons :

    Tungkai bawah berekstensi

    3. Refleks Biseps Femoralis (L4-5,S1-2, N.Ischiadicus)

    Sikap :

    Pasien berbaring terlentang dengan tungkai ditekuk ke lutut.

    Stimulus :

    Ketukan pada jari di pemeriksa yang ditemoatkan pada tendon M. Biseps femoralis

    Respons :

    Kontraksi M.biceps femoralis

    4. Refleks Tendon Achilles (L5,S1-2, N.Tibialis)

    Sikap :

    Tungkai ditekuk di sendi dan kaki didorsofleksikanPasien Berlutut dengan kedua kaki bebas

    Stimulus :

    Ketukan pada tendon Achilles

    Respons :

    Plantarfleksi kaki

    3. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    RO : Ditemukan fraktur vertebrae

    Laboratorium :

  • 7/30/2019 Case Saraf Tepi

    28/32

    a) Darah : Tidak spesifik

    b) Urine : Ada infeksi, sehingga leukosit dan eritrosit meningkat

    VII. PENGOBATAN

    a. Obat

    Jika terjadi contasio / transeksi / kompresi medulla spinalis, maka dapat kita terapidengan :

    Metyl Prednisolon 30 mg/kg BB bolus intravena selama 15 menit, dilanjutkan dengan5,4 mg/kg BB 45 menit setelah bolus selama 23 jam. Hasil optimal bila pemberiandilakukan < 8 jam onset.

    Tambahkan profilaksis strees ulkus : Antacid / antagonis H2.Sedangkan apabila terdapat comotio medulla spinalis fraktur atau dislokasi tidakstabil harus disingkirkan. Jika pemulihan sempurna, pengobatan tidak diperlukan.

    Antibiotik pada umumnya untuk menyembuhkan infeksi saluran kemih. Beberapaorang menggunakan jus buah cranberry dan pengobatan dari tumbuhan lainnya untukpencegahan.

    b. Fisioterapi

    Terdiri dari :Alat bantu

    Pada penyakit paraplegia, kita dapat menggunakan alat bantu terapi yang dinamakanGiger MD. Dimana merupakan suatu terapi dinamis koordinasi yang efisien untukmelatih pasien dengan lesi CNS.

    Pemanasan

    Dengan air hangat atau sinar.

    Latihan

    Disebut denganRange Of Motion (ROM) untuk mengetahui luas gerak sendi.

    c. Operasi

  • 7/30/2019 Case Saraf Tepi

    29/32

    Dengan menggunakan teknik Harrison roda stabilization (Instrumen Harrison) yaitumengguakan batang distraksi baja tahan karat untuk mengoreksi dan stabilisasideformitas vertebra.

    Prinsip dasar teknik Harrison dalam perawatan trauma deformitas spinal adalahadanya kemauan dan dukungan dari pasien mengikuti rehabilitasi sejak dini danuntuk mencegah deformitas yang lebih parah.

    Tindakan operasi diindikasikan pada kasus :

    Reduksi terbuka pada dislokasi

    Cedera terbuka dengan benda asing atau tulang dalam canalis spinalis

    Lesi parsial medulla spinalis dengan hemamielia yang progresif

    Dapat juga kita lakukan tindakan segera pada cedera medulla spinalis, tujuannyaadalah mencegah kerusakan lebih lanjut pada medulla spinalis yang diperburukdengan penanganan yang kurang tepat, efek hipotensi atau hypoxia pada jaringansaraf yang sudah terganggu, yaitu :

    Letakkan pasien pada alas yang keras dan datar untuk pemindahan

    Beri bantal, guling atau bantal pasir pada sisi pasien untuk mencegah pergeseran

    Tutupi dengan selimut untuk menghindari kehilangan hawa panas badan

    Bawa pasien ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas penanganan kasus cederamedulla spinalis

    d. Saran

    http://bimaariotejo.files.wordpress.com/2010/04/101.jpg
  • 7/30/2019 Case Saraf Tepi

    30/32

    Perawatan vesica urinaria dan fungsi defekasi

    Perawatan kulit untuk menghindari terjadinya ulcus dekubitus

    http://bimaariotejo.files.wordpress.com/2010/04/12.jpghttp://bimaariotejo.files.wordpress.com/2010/04/111.jpg
  • 7/30/2019 Case Saraf Tepi

    31/32

    Nutrisi yang adekuat

    Control nyeri : analgetik, obat anti inflamasi non steroid, anti konvulsi, codein, dll.

    e. Psikoterapi sangat penting, terutama pada pasien yang mengalami sekuelneurologist berat dan permanen.

    http://bimaariotejo.files.wordpress.com/2010/04/13.jpg
  • 7/30/2019 Case Saraf Tepi

    32/32

    DAFTAR PUSTAKA

    Mardjono, Mahar DR.Prof., Sidharta, Priguna DR.Prof. 2003.Neurologi KlinisDasar. Jakarta : Dian Rakyat. Hal : 20 27, 35, 85.

    Sidharta, Priguna M.D. Ph.D.Neurologis Klinis dalam Praktek Umum. Hal 7

    Sidharta, Priguna M.D. Ph.D. 1999. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi. Hal :115 131, 434 443.