Case Report TB Paru
-
Upload
victor-pratama -
Category
Documents
-
view
157 -
download
30
description
Transcript of Case Report TB Paru
Pembimbing : dr. Moch. Zainun,
Sp.POleh :
Victor Pratama, S.Ked /
05.70.0035
DM Ilmu Penyakit Paru Fk-UWKS
Case Report Tn. F /
37 th dgn TB paru &
Gout Arthritis
Identitas Pasien
• Nama : Tn. F
• Usia : 37 tahun
• Jenis Kelamin : Laki – Laki
• Alamat : Dsn. Krajan RT 09 / RW 04 Kedawang , Nguling
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Wiraswasta
• Status : Menikah
• Tanggal MRS : 25 Oktober 2013
• Med. Record : 20.58.86
Anamnesa
• Keluhan Utama : Sesak Napas
• Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Bangil pada tanggal 25
Oktober 2013 dengan keluhan sesak nafas disertai
demam sejak 1 hari SMRS. Semakin berat dengan
aktivitas dan agak berkurang dengan istirahat. Pasien
juga mengeluh batuk berdahak berwarna kekuningan
tetapi tidak keluar darah sejak 1 bulan yang lalu.
Ketika batuk, pasien mengeluh dada nya sakit sebelah
kanan dan menjalar ke perut nya.
Anamnesa
• Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini
sebelumnya. Riwayat penyakit darah tinggi dan kencing
manis juga disangkal oleh pasien. Pasien memiliki penyakit
asam urat sejak 6 tahun yang lalu.
• Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang memiliki penyakit seperti
yang diderita oleh pasien.
• Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan.
Anamnesa
• Riwayat Kebiasaan
Pasien sehari – hari bekerja sebagai wiraswasta.
• Riwayat Obat – obatan
Pasien pernah berobat ke bidan dan diberi obat tetapi
tidak sembuh.
• Riwayat Operasi
Pasien pernah menjalani operasi pada benjolan di kaki
kanan nya 6 tahun yang lalu akibat penyakit asam
urat.
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan Umum : Pasien tampak sakit sedang
• Kesadaran : Sadar penuh (Compos Mentis) ;
GCS 456
• Tanda – Tanda vital
– Tekanan darah : 90/60 mmHg
– Nadi : 80x / mnt
– Pernafasan : 30x/mnt
– Suhu : 38C
– Berat Badan : 43 kg
– Tinggi Badan : 165 cm
Status Lokalis
• Kepala : Normocephali ; Distribusi rambut merata
• Mata : Konjungtiva anemis (+/+) ; Sklera ikterik (-/-)
Pupil bulat isokor (+/+) ; Refleks cahaya (+/+) ;
Eksoftalmus (- / -)
• Hidung : Normosepta ; Deviasi septum nasi (-) ;
Deformitas (-) ;
Sumbatan jalan napas (-)
• Telinga : Normotia ; Sekret (- / -) ; Darah (- / -) ; Pus (- / -)
• Mulut : Trismus (-) ; Stomatitis (-)
• Leher : Kaku kuduk (-); Benjolan (-); PKGB (-) ; Struma (-)
Status Lokalis
• Thorax
Cor : I : Ictus Cordis tidak terlihat
P : Ictus Cordis teraba di linea midclavicularis
sinistra ICS V
P : Batas jantung kanan di linea parasternal
kanan ICS IV
Batas jantung kiri di linea midclavicularis kiri
ICS V
A : S1 > S2 single ; Gallop (-) ; Murmur (-)
Status Lokalis
• Thorax
Pulmo : I : Simetris ; retraksi (-)
P : Fremitus raba dada kiri < dada kanan ;
krepitasi (-)
P : Sonor di lapangan paru kanan, redup di
lapangan paru kiri
A : Suara napas : ves/ves
Ronkhi / Wheezing
+ - - -
+ - - -
+ - - -
Status Lokalis
• Abdomen : I : Datar ; tidak ada bekas operasi ; tidak ada
benjolan
P : Soefl ; nyeri tekan (-) ; Hepatomegali (-) ;
Splenomegali (-) ; Nyeri ketok (-)
P : Timpani ; Shifting dullness (-) ; Undulasi (-)
A : BU (+) Normal ; Meteorismus (-) ; Bruit (-)
• Ekstremitas
Superior : Akral hangat ; Deformitas - / - ; Edema - / -
Ditemukan tophus (tophi) pada persendian lengan
dan jari – jari tangan kanan dan kiri.
Status Lokalis
• Ekstremitas
Inferior : Akral hangat ; Deformitas - / - ; Edema
- / -
Ditemukan tophus (tophi) pada
persendian lengan dan jari – jari
tangan kanan dan kiri.
Diagnosis (Assessment)
• Diagnosis kerja : 1. Susp. TB paru
2. Gout Arthritis
• Diagnosis banding : 1. Pneumonia Lobaris (S)
2. Abses Paru (S)
Planning
• Planning diagnosis
Laboratorium : DL ; LED ; GDA ; BUN / SK ; SGOT /
SGPT ; UA
Radiologi : Thorax Foto PA
Mikrobiologi : Sputum BTA Sewaktu – Pagi –
Sewaktu
Planning
• Planning therapy
1. Oksigenasi : O2 nasal kanul 4 – 6 lpm bila sesak
2. Rehidrasi : - IVFD Panamin-G fL I
- IVFD Ka-En MG3 fL II
3. Antibiotik : Inj. Ceftriaxon 2x1g.
4. Anemia : Transfusi PRC 2 kolf/ 24 jam – DL
ulang
5. OAT : RHZE 1 dd 1
6. Malnutrisi : Diit tinggi protein, rendah purin
Laboratorium
• WBC : 4.1 k/uL RDW : 19,4%
• NEU : - PLT : 193 k/uL
• LYM : 0,6 MPV : 6,03 fL
• Mono : 1,15
• Eos : - BT 2” 30’
• Baso : - CT 4” 15’
• RBC : 1,61 M/uL MCV 73,4
fL
• Hb : 3,8 g% MCH 23,6 pg
• HCT : 11,8 % MCHC 32,2 g/dL
Laboratorium
• Glukosa Darah Sewaktu (GDA) : 129,48 mg/ dL
• BUN : 40,9 mg/ dL
• Creatinin serum : 1,14 mg/ dL
• Asam Urat : 8,1 mg/ dL
• Sputum BTA : Sewaktu (+) – Pagi (++) - Sewaktu (+
+)
Follow Up (25/10/2013)
S : Pasien mengeluh batuk berdahak dan sukar untuk bernapas.
Pasien tidak bisa makan karena sukar menelan.
O : KU tampak sakit ; T 100/70 mmHg ; N 86x/mnt ; RR 27 x/mnt
Sax 36,5 C ; LED 109/125 ; BTA (+) ; UA 8,1 mg/dL.
A : Wdx : TB Paru + Gout Arthritis + Malnutrisi ; Pdx : DL ulang
P : Tx : O2 nasal kanul 4 – 6 lpm.
IVFD Panamin G : IVFD Kaen MG3 = 1:2 / 24 jam
Inj. Ceftriaxone 2x1g. ; Transfusi PRC 2 kolf / 24 jam
OAT (2RHZE) ; Diit TKTP rendah purin
Observasi TTV ; Konsul IPD
Follow Up (25/10/2013)
Konsul dr. Marthin (PPDS IPD) :
S : -
O : Tophus / Tophi (+) pada extremitas inferior & superior
A : Wdx : Gout Arthritis ; UA : 8,1 mg/dL
P : Tx : Meloxicam 1 x 7.5 mg
Allopurinol 2 x 100 mg
Follow Up (26/10/2013)
S : Pasien mengeluh masih batuk berdahak dan sesak tetapi sudah
agak mendingan daripada kemarin. Px sudah mulai mau makan
sedikit – sedikit.
O : KU sedang ; T 110/70 mmHg ; N 88x/mnt ; RR 25x/mnt ; Sax 36.2 C
Hb 8.5 g% ; Alb 2.2 g/dL ; Plt 271 k/uL ; SGOT 20,1 ; SGPT 14,7
A : Wdx : TB Paru + Gout Arthritis + Malnutrisi
P : Tx : O2 nasal 4 – 6 lpm
IVFD Panamin G : Kaen MG 3 = 1 : 2 / 24 jam
Inj. Ceftriaxon 2 x 1g. ; OAT (2RHZE)
Diit TKTP rendah purin
Observasi TTV
Follow Up (28/10/2013)
S : Pasien mengeluh batuk berdahak tetapi sudah tidak sesak
jika selang oksigen dilepas. Makan enak, BAB (+)
O : KU cukup ; T 110/70 mmHg ; N 82x/mnt ; RR 25x/mnt ;
Sax 36 C
A : Wdx : TB Paru + Gout Arthritis + Malnutrisi
P : Tx : O2 nasal 4 – 6 lpm bila perlu
IVFD Panamin G : Kaen MG3 = 1 : 2 / 24 jam
Inj. Ceftriaxone 2x1g.
OAT (2RHZE) ; Diit TKTP rendah purin
Observasi TTV
Follow Up (29/10/2013)
S : Pasien tidak ada keluhan, hanya sesak sedikit – sedikit.
Pasien ingin pulang karena tidak betah di RS.
O : KU cukup ; T 120/80 mmHg ; N 82x/mnt ; RR 27x/mnt ;
Sax 36,5 C
A : Wdx : TB Paru + Gout Arthritis + Malnutrisi
P : Tx : O2 nasal 4 – 6 lpm bila perlu
IVFD Panamin G : Kaen MG3 = 1 : 2 / 24 jam
Inj. Ceftriaxone 2x1g.
OAT (2RHZE) ; Diit TKTP rendah purin
Observasi TTV
Follow Up (30/10/2013)
S : Pasien KRS atas permintaan sendiri jam 12 siang.
O : -
A : Dx saat KRS : TB Paru + Gout Arthritis + Malnutrisi
P : Tx : PO : OAT
- Rifampisin 450 mg 1dd.
- INH 400 mg 1 dd.
- Pirazinamid 1000 mg 1dd.
- Streptomisin 1000 mg 1dd.
Vitamin B6 10 mg 1dd.
KIE : Kontrol Poli Paru ; makan makanan bergizi ; minum obat
teratur
Tinjauan Pustaka
DEFINISI :
Tuberkulosis paru merupakan infeksi paru yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis. Pada orang dewasa merupakan
tuberkulosis paru pasca primer yang berarti
infeksi tuberkulosis pada penderita yang telah
mempunyai imunitas spesifik terhadap
tuberkulosis.
Patogenesis
• Proses penularan melalui inhalasi droplet nuclei
yang berisi kuman Mycobacterium tuberculosis.
• Tuberkulosis paru pasca primer dapat terjadi
melalui salah satu dari mekanisme :
1. Perkembangan langsung penyakit primer
2. Reaktivasi penyakit primer yang tenang
3. Penyebaran hematogen ke paru
4. Reinfeksi eksogen
Epidemiologi
• Penyakit TB merupakan Global
Emergency (WHO th 1992)
• Kasus terbanyak :
1. Asia Tenggara (23%)
2. Afrika (20%)
3. Pasifik Barat (20%)
Patofisiologi
Diawali dengan lesi eksudatif
Berkelanjutan mjd lesi proliferatif (nekrosis pengejuan)
Terbentuk jaringan granulasi tuberkulosis
Jaringan keju mencair dan menembus bronkus
Terbentuk kavitas
PATOFISIOLOGI
Lesi proliferatif yang tidak aktif (terbungkus kapsul jar.ikat)
Mengalami proses fibrotik (proses remisi dan eksaserbasi)
Terbentuk tuberkuloma
Penyebaran proses TB
1. Ke parenkim paru sekitar
2. Ke pleura : menyebabkan pleuritis / Efusi
pleura dan empiema.
3. Ke saluran napas : Endobronkial
Tuberkulosis
4. Ke hematogen dan limfogen :
Sclofuroderma ; Meningitis TB, Spondilitis
TB, etc.
Gejala Klinis
Gejala Respiratori Gejala Sistemik
Batuk ≥ 2 minggu Febris (panas badan)
Batuk darah Keringat malam
Sesak napas Malaise
Nyeri dada Berat badan menurun
* Gejala Respiratori sangat bervariasi dari mulai tidak
ada gejala sampai gejala yang cukup berat bergantung
pada luas lesi.
Gejala TB ekstra paru
1. Limfadenitis TB : Pembesaran kelenjar
getah bening yang lambat dan tidak
nyeri.
2. Meningitis TB : Penurunan kesadaran
dan gx meningitis lainnya.
3. Pleuritis TB : Sesak nafas dan nyeri
pada dada yang sisi rongga nya terdapat
cairan.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik tidak spesifik.
Bila kelainan paru minimal atau sedang,
pemeriksaan fisik mungkin normal. Bila
dijumpai tanda – tanda konsolidasi,
deviasi trakea atau mediastinum ke
sisi paru dengan kerusakan terberat,
efusi pleura (redup, suara napas
menurun).
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium : LED meningkat ; Anemia ± ;
Leukosit normal atau sedikit meningkat.
2. Sputum
a. Hapusan basil tahan asam (BTA) dgn
pengecatan ZN
b. Kultur bakteri – identifikasi bakteri dan uji
resistensi OAT
3. Radiologis
Diagnosis
1. Diagnosis Klinis
Diagnosis TB ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik
2. Diagnosis Bakteriologis
Sputum BTA (SPS) Sewaktu – Pagi – Sewaktu
3. Diagnosi Radiologis
Penatalaksanaan
• Prinsip penatalaksanaan :
1. Memperbaiki KU (nutrisi, keseimbangan elektrolit)
2. Strategi penatalaksanaan DOTS WHO
- Komitmen pemerintah dalam mengontrol TB
- Deteksi kasus dengan pemeriksaan hapusan BTA
sputum
- Kesinambungan ketersediaan OAT
- Kemoterapi standart jangka pendek (6-8 bulan)
dengan pengawasan minum obat
- Sistem pencatatan dan pelaporan standart
OAT (Obat Anti Tuberkulosis)
Jenis obat lini pertama
• INH
• Rifampisin
• Pirazinamid
• Ethambutol
• Streptomisin
Jenis obat lini kedua
• Kanamisin
• Kapreomisin
• Amikasin
• Kuinolon
• Sikloserin
• Etionamide
• Para Amino Salisilat (PAS)
• etc.
Dosis OAT
Obat Dosis
(mg/kgBB/Hari)
Dosis
Harian
(mg/kgBB/Hari)
Dosis Intermitten
(mg/kgBB/Hari)
Dosis
maks/hr
(mg)
Dosis (mg) /
berat badan
<40 kg/hr
Dosis (mg) /
berat badan
40 – 60
kg/hr
Dosis (mg) /
berat badan
>60 kg/hr
R 8 – 12 10 10 600 300 450 600
H 4 – 6 5 10 300 300 300 300
Z 20 – 30 25 35 750 1000 1500
E 15- 20 15 30 750 1000 1500
S* 15 - 18 15 15 1000 Sesuai BB 750 1000
Rekomendasi Regimen TerapiKategori
Terapi TBPenderita TB
Fase Inisial
(setiap hari atau
3x/seminggu)
Fase Lanjutan
(setiap hari atau
3x/seminggu)
I - Kasus Baru – BTA positif
- Kasus baru – BTA negatif dengan lesi
paru luas
- Konkomitan HIV berat atau
- TB ekstrapulmoner berat
2 RHZE (RHZS) 4RH
6HE
II Sputum hapusan positif :
-Kambuh
-Putus berobat
-Gagal terapi
2 RHZES+ 1 RHZE 5 R3H3E3
III - Kasus baru – BTA negatif selain
kategori I
- TB ekstrapulmoner tidak berat
2 RHZE* 4 RH
6 HE
IV Kasus Kronis Merujuk panduan WHO menggunakan second line drug
Strategi DOTS
DOTS ( Directly Observed Therapy, short course) :
• Pusatkan (Direct attention) pada identifikasi BTA +
• Observasi (Observe) langsung px minum obatnya
• Pengobatan (Treatment), dgn regimen obat :
• OAT jangka pendek (Short course) melalui
pengelolaan, distribusi & penyediaan obat yg baik.
Mengapa DOTS??
• Pengobatan jangka pendek menjamin
kesembuhan px
• Pengawasan langsung : Pengalaman
membuktikan bahwa penyebab utama
kegagalan pengobatan adalah rendahnya
ketaatan px untuk minum obat secara teratur.
Edukasi Pasien???
1. TBC bukan penyakit keturunan atau kutukan.
2. TBC dapat disembuhkan dengan berobat teratur.
3. Tatalaksana pengobatan : tahap intensif dan
lanjutan.
4. Pentingnya berobat teratur dan pengawasan
minum obat.
5. Efek samping obat & tindakan yg dilakukan bila
ada efek samping obat.
6. Cara penularan dan mencegah penularan TBC.
Apa itu FDC??
• FDC ( Fixed Drug Combination):
Satu tablet berisi beberapa jenis obat TBC
• Keuntungan nya?
- Lebih aman dan mudah pemberiannya
- Lebih nyaman untuk penderita (o.k jumlah obat <<)
- Meningkatkan kepatuhan minum obat
- Lebih sesuai antara dosis obat dengan berat badan
- Pengelolaan obat lebih mudah
Pencegahan TBC
1. Sanitasi lingkungan yang baik
2. Berhadapan dengan px TBC, tutup hidung/ palingkan
kepala saat px bersin / batuk
3. Penderita TBC dianjurkan menutup hidung / mulut saat
batuk / bersin.
4. Tidak membuang dahak di sembarang tempat
5. Anak kecil / orang tua yang tinggal bersama px TBC,
sebaiknya di kontrol.
6. Menjaga kondisi tubuh : istirahat teratur, gizi baik,
olahraga.
PROGNOSIS
Tergantung pada luas proses, saat
mulai pengobatan, kepatuhan
penderita mengikuti aturan
penggunaan dan cara pengobatan
yang digunakan.