Case - Katarak
-
Upload
cupidciamassie3632 -
Category
Documents
-
view
267 -
download
0
description
Transcript of Case - Katarak
PENDAHULUAN
Katarak berasal dari bahasa Yunani (Katarrhakies), Inggris (Cataract), dan Latin
(Cataracta) yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan
seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak ialah setiap keadaan kekeruhan
pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa) lensa, denaturasi
protein lensa atau akibat kedua-duanya (Ilyas, 2005).
Katarak kerap disebut-sebut sebagai penyebab kebutaan nomor satu di Indonesia.
Bahkan, mengacu pada data World Health Organization (WHO), sebagaimana dipublikasikan
dalam situs www.who.int, katarak menyumbang sekitar 48% kasus kebutaan di dunia
(Widyaningtyas, 2009).
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat
kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Katarak merupakan
penyebab utama dari kebutaan di Indonesia. Angka kebutaan di Indonesia adalah 1,4% dan
katarak menjadi masalah di masyarakat karena menimbulkan kebutaan. Katarak senilis adalah
katarak yang disebabkan oleh proses penuaan.
Tugas terpenting tenaga medis adalah memberikan informasi yang benar mengenai
buta katarak, bahwa buta katarak masih bisa ditanggulangi dengan dilakukan operasi sehingga
dapat melihat kembali. Sebagai contoh, deteksi dini, monitoring yang ketat, dan intervensi
bedah yang tepat waktu harus diperhatikan dalam manajemen katarak senilis.
ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA
Anatomi lensa
Lensa berasal dari lapisan ektoderm , merupakan struktur yang transparan berbentuk
cakram bikonveks yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadi akomodasi.
Lensa tidak memiliki suplai darah ( avaskular) atau inervasi setelah perkembangan
janin dan hal ini bergantung pada aqueus humor untuk memenuhi kebutuhan
metaboliknya serta membuang sisa metabolismenya.
Lensa terletak posterior dari iris dan anterior dari korpus vitreous. Posisinya
dipertahankan oleh zonula Zinnii yang terdiri dari serat-serat yang kuat yang
menyokong dan melekatkannya pada korpus siliar.
1
GAMBAR 1. LENSA
GAMBAR 2. STRUKTUR LENSA
Lensa terdiri dari kapsula, epitelium lensa, korteks dan nukleus.
Lensa terus bertumbuh seiring dengan bertambahnya usia. Saat lahir, ukurannya
sekitar 6,4 mm pada bidang ekuator, dan 3,5 mm anteroposterior serta memiliki berat
90 mg.
Pada lensa dewasa berukuran 9 mm ekuator dan 5 mm anteroposterior serta memiliki
berat sekitar 255 mg. Ketebalan relatif dari korteks meningkat seiring usia. Pada saat
yang sama, kelengkungan lensa juga ikut bertambah, sehingga semakin tua usia lensa
memiliki kekuatan refraksi yang semakin bertambah. Namun, indeks refraksi semakin
menurun juga seiring usia, hal ini mungkin dikarenakan adanya partikel-partikel
protein yang tidak larut. Maka, lensa yang menua dapat menjadi lebih hiperopik atau
miopik tergantung pada keseimbangan faktor-faktor yang berperan.
struktur lensa terdiri dari:
o Kapsula
Kapsula lensa memiliki sifat yang elastis, membran basalisnya yang
transparan terbentuk dari kolagen tipe IV yang ditaruh di bawah oleh
sel-sel epitelial. Kapsula terdiri dari substansi lensa yang dapat
mengkerut selama perubahan akomodatif.
2
Lapis terluar dari kapsula lensa adalah lamela zonularis yang berperan
dalam melekatnya serat-serat zonula.
Kapsul lensa tertebal pada bagian anterior dan posterior preekuatorial
dan tertipis pada daerah kutub posterior sentral di mana memiliki
ketipisan sekitar 2-4 mKapsul lensa anterior lebih tebal dari kapsul
posterior dan terus meningkat ketebalannya selama kehidupan.
Pinggie lateral lensa disebut ekuator , yaitu bagian yang dibentuk oleh
gabungan capsule anterior dan posterior yang merupakan insersi dari
zonula.
o Serat zonula
Lensa disokong oleh serat-serat zonular yang berasal dari lamina basalis dari
epitelium non-pigmentosa pars plana dan pars plikata korpus siliar. Serat-serat
zonula ini memasuki kapsula lensa pada regio ekuatorial secara kontinu.
Seiring usia, serat-serat zonula ekuatorial ini beregresi, meninggalkan lapis
anterior dan posterior yang tampak sebagai bentuk segitiga pada potongan
melintang dari cincin zonula
o Epitel Lensa
Terletak tepat di belakang kapsula anterior lensa
terdiri dari sel-sel epithelial yang mengandung banyak organel
sehingga Sel-sel ini secara metabolik ia aktif dan dapat melakukan
semua aktivitas sel normal termasuk biosintesis DNA, RNA, protein
dan lipid . sehingga dapat menghasilkan ATP untuk memenuhi
kebutuhan energi dari lensa.
Sel epitel akan menggalami perubahan morfologis ketika sel-sel
epitelial memanjang membentuk sel serat lensa. yang sering disertai
dengan peningkatan masa protein dan pada waktu yang sama, sel-sel
kehilangan organel-organelnya, termasuk inti sel, mitokondria, dan
ribosom.
Hilangnya organel-organel ini sangat menguntungkan, karena cahaya
dapat melalui lensa tanpa tersebar atau terserap oleh organel-organel
ini.
3
Tetapi dengan hilangnya organel maka fungsi metabolikpun akan
hilang sehingga serat lensa bergantung pada energi yang dihasilkan
oleh proses glikolisis
Ket :
- CZ : sentral lensa
- PZ: preequator
- EZ : equator
o Korteks dan Nukleus
Tidak ada sel yang hilang dari lensa sebagaimana serat-serat baru diletakkan,
sel-sel ini akan memadat dan merapat kepada serat yang baru saja dibentuk
dengan lapisan tertua menjadi bagian yang paling tengah. Bagian tertua dari
ini adalah nukleus fetal dan embrional yang dihasilkan selama kehidupan
embrional dan terdapat pada bagian tengah lensa. Bagian terluar dari serat
adalah yang pertama kali terbentuk dan membentuk korteks dari lensa.
Fisiologi lensa
o Lensa sebagai media refraksi
Lensa dapat merefraksikan cahaya karena indeks refraksinya, secara normal
sekitar 1,4 pada bagian tengah dan 1,36 pada bagian perifer yang berbeda dari
aqueous humor dan vitreous yang mengelilinginya. Pada keadaan tidak
berakomodasi, lensa memberikan kontribusi 15-20 dioptri (D) dari sekitar 60 D
seluruh kekuatan refraksi bola mata manusia. Sisanya, sekitar 40 D kekuatan
refraksinya diberikan oleh udara dan kornea.
o Akomodasi Lensa
4
Kemampuan mata untuk melihat jauh dan dekat dipengaruhi oleh lkelenturan
lensa , kontraksi otot – otot siliaris dan ketegangan zonula zinn.
GAMBAR 3. AKOMODASI LENSA
Metabolisme lensa
o Transparansi lensa
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation ( Na,
K).kedua kation ini berasal dari humor aqueus dan vitreus .
Kadar kalium dibagian anterior lebih tinggi dibandingkan posterior
sedangkan Kadar natrium lebih tinggi di posterior.
Ion K bergerak kebagian posterior dan keluar ke humour aqueus , dan ion
Na bergerak keantreior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui
pompa aktif Na- K ATPase
Transport aktif asam-asam amino mengambil tempat pada epitel lensa
dengan mekanisme tergantung pada gradien natrium yang dibawa oleh
pompa natrium.
Aspek fisiologi terpenting dari lensa adalah mekanisme yang mengatur
keseimbangan air dan elektrolit lensa yang sangat penting untuk menjaga
kejernihan lensa. Karena kejernihan lensa sangat tergantung pada
5
komponen struktural dan makromolekular, gangguan dari hidrasi lensa
dapat menyebabkan kekeruhan lensa.
Telah ditentukan bahwa gangguan keseimbangan air dan elektrolit sering
terjadi pada katarak kortikal, dimana kadar air meningkat secara
bermakna
Lensa manusia normal mengandung sekitar 66% air dan 33% protein dan
perubahan ini terjadi sedikit demi sedikit dengan bertambahnya usia.
Korteks lensa menjadi lebih terhidrasi daripada nukleus lensa.
Sekitar 5% volume lensa adalah air yang ditemukan diantara serat-serat
lensa di ruang ekstraselular. Konsentrasi natrium dalam lensa
dipertahankan pada 20mM dan konsentrasi kalium sekitar 120 mM.
o Epitelium Lensa sebagai Tempat Transport Aktif
Lensa bersifat dehidrasi dan memiliki kadar ion kalium (K+) dan asam
amino yang lebih tinggi dari aqueous dan vitreus di sekelilingnya.
Sebaliknya, lensa mengandung kadar ion natrium (Na+) ion klorida
(Cl-) dan air yang lebih sedikit dari lingkungan sekitarnya.
Keseimbangan kation antara di dalam dan di luar lensa adalah hasil
dari kemampuan permeabilitas membran sel-sel lensa dan aktifitas dari
pompa (Na+, K+-ATPase) yang terdapat pada membran sel dari
epitelium lensa dan setiap serat lensa.
Fungsi pompa natrium bekerja dengan cara memompa ion natrium
keluar dari dan menarik ion kalium ke dalam. Mekanisme ini
tergantung dari pemecahan ATP dan diatur oleh enzim Na+, K+-
ATPase. Keseimbangan ini mudah sekali terganggu oleh inhibitor
spesifik ATPase ouabain.
Inhibisi dari Na+, K+-ATPase akan menyebabkan hilangnya
keseimbangan kation dan meningkatnya kadar air dalam lensa.
pada perkembangan katarak kortikal beberapa studi telah menunjukkan
bahwa terjadi penurunan aktifitas Na+, K+-ATPase, sedangkan yang
lainnya tidak menunjukkan perubahan apa pun. Dan studi-studi lain
telah memperkirakan bahwa permeabilitas membran meningkat seiring
dengan perkembangan katarak
o Peranan Kalsium
6
Membran sel lensa juga secara relatif tidak permeabel terhadap
kalsium.
Hilangnya homeostasis kalsium akan sangat mengganggu metabolisme
lensa.
Peningkatan kadar kalsium dapat berakibat pada beberapa perubahan
meliputi ;
tertekannya metabolisme glukosa,
pembentukan agregat protein dengan berat molekul tinggi dan
aktivasi protease yang destruktif
Glukosa memasuki lensa melalui sebuah proses difusi
terfasilitasi yang tidak secara langsung terhubung oleh sistem
transport aktif. Hasil buangan metabolisme meninggalkan lensa
melalui difusi sederhana. Berbagai macam substansi seperti
asam askorbat, myo-inositol dan kolin memiliki mekanisme
transport yang khusus pada lensa.
o Metabolisme Karbohidrat pada Lensa
Pada lensa, energi yang diperoleh bergantung pada metabolisme glukosa.
Glukosa memasuki lensa dari aqueous baik melalui difusi sederhana dan
melalui difusi terfasilitasi.
Kebanyakan glukosa ditranportasi ke dalam lensa dalam bentuk
terfosforilasi (Glukosa 6 fosfat =G6P) oleh enzim heksokinase. Reaksi ini
adalah 70-1000 kali lebih lambat dari enzim-enzim lainnya yang terlibat
dalam proses glikolisis lensa dan kecepatan terbatas pada lensa.
Ketika terbentuk, G6P memasuki satu dari dua jalur metabolisme:
1. Jalur glikolisis anaerob ( 95%)
2. HMP shunt ( 5 %)
Jalur glikolisis anaerob ( 95%)
Kadar tekanan oksigen dalam lensa sangat rendah , tetapi walaupun
tanpa oksigen , lensa mampu mengahasilkan energi paling banyak
melalui jalur glikolisis dari pada jalur HMP shunt.
Hal ini membuktikan bahwa lensa tidak tergantung pada oksigen
tetapi dipengaruhi oleh kadar glukosa hal ini telah
didemonstrasikan dengan kemampuannya untuk menjaga
7
metabolisme normal dalam lingkungan nitrogen. Dengan diberikan
sejumlah glukosa, lensa in vitro yang anoksik tetap jernih dan utuh,
memiliki kadar normal dari ATP serta mempertahankan aktivitas
pompa asam amino dan ion. Bagaimana pun, ketika glukosa
menurun atau kekurangan, lensa tidak dapat mempertahankan
fungsi-fungsi ini dan menjadi keruh pada beberapa jam sekalipun
terdapat oksigen
HMP shunt
Jalur yang kurang aktif untuk utilisasi G6P dalam lensa adalah
heksosa monofosfat shunt (HMP shunt), yang dikenal juga dengan
istilah jalur pentosa monofosfat.
Sekitar 5% dari glukosa lensa dimetabolisme melalui jalur ini
sekalipun jalur ini distimulasi oleh peningkatan kadar glukosa.
Aktifitas HMP shunt lebih tinggi pada lensa dibandingkan dengan
jaringan lain dalam tubuh namun perannya masih belum bisa
ditetapkan.
Jalur HMP – shunt ini menghasilkan NADPH untuk biosintesis
asam lemak dan biosintesis ribosa untuk nukleotida. Juga untuk
aktifitas glutation reduktase dan aldose reduktase dalam lensa.
Aldose reduktase adalah enzim kunci pada jalur lain metabolisme
karbohidrat pada lensa, yaitu jalur sorbitol.
Enzim ini telah ditemukan memainkan peranan yang
penting dalam pembentukan katarak “gula”.
ketika kadar glukosa meningkat dalam lensa sebagaimana
terjadi pada keadaan hiperglikemia, jalur sorbitol teraktifasi
lebih daripada glikolisis dan terjadi akumulasi dari sorbitol.
Sorbitol dimetabolisme menjadi fruktosa oleh enzim polyol
dehidrogenase.
Sayangnya enzim polyol dehidrogenase memiliki affinitas
yang rendah yang berarti sorbitol akan terakumulasi
sebelum mengalami metabolisme labih lanjut.
Karakteristik ini, dikombinasikan dengan kurangnya
permeabilitas lensa terhadap sorbitol berakhir dengan
retensi sorbitol dalam lensa.
8
Sejalan dengan sorbitol, fruktosa juga terbentuk pada lensa dengan
kadar tinggi glukosa. Bersamaan, kedua gula tersebut
meningkatkan tekanan osmotik di dalam lensa dan menarik air.
Pada mulanya pompa tergantung energi pada lensa mampu
mengkompensasi, tetapi akhirnya kemampuan tersebut terlewati.
Hasilnya adalah pembengkakan serat, rusaknya arsitektur
sitoskeletal normal dan kekeruhan lensa.
Pemeriksaan Lensa
Uji bayangan iris, diketahui bahwa semakin sedikit lensa keruh semakin besar bayangan
iris pada lensa yang keruh. Sentolop disinarkan pada pupil dengan membuat sudut 450 dengan
dataran iris, dan dilihat bayangan iris pada lensa keruh. Bila letak bayangan jauh dan besar
berarti katarak imatur, sedang bila bayang kecil dan dekat pupil berarti lensa katarak matur.
Metabolisme Lensa Normal
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan
kalium). Kedua kation berasal dari humor aqueus dan vitreus. Kadar kalium dibagian anterior
lensa lebih tinggi dibandingkan posterior, sedangkan kadar Natrium lebih tinggi dibagian
posterior lensa. Ion kalium bergerak ke bagian posterior dan keluar ke humor aqueus, dari
luar ion natrium masuk secara difusi bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion
kalium dan keluar melalui pompa aktif Na-KATPase, sedangkan kadar kalsium tetap
dipertahankan didalam oleh Ca-ATPase.
Metabolisme lensa melalui glikolisis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP-
shuntmenghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas
glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktase adalah enzim yang merubah
glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fruktosa oleh enzim sorbitol
dehidrogenase.
KATARAK
Definisi
Katarak berasal dari yunani Katarrhakies, inggris cataract, dan latin cataracta yang
berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana pengelihatan seperti tertutup
air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang
dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat
kedua-keduanya.
9
Perbandingan Lensa mata normal dan katarak
Etiologi
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat
kelainan congenital, atau penyulit penyakit mata local menahun. Bermacam-macam penyakit
mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaucoma, ablasi, uveitis, dan retinitis pigmentosa.
Katarak dapat berhubungan dengan proses penyakit intraocular lainnya.
Katarak dapat disebabkan oleh bahan toksisk khusus (kimia dan fisik). Keracunan
beberapa jenis obat dapat menimbulkan katarak, seperti ; eserin (0,25%-0,5%),
kortikosteroid, ergot, dan asetilkolinesterase topical.
Kelainan sistemik atau metabolic yang dapat menimbulkan katarak adalah diabetes
militus, galaktosemia, dan distrofi miotonik. Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa
adanya kelainan mata atau sistemik (katarak senile, juvenile, dan herediter) atau kelainan
congenital mata.
Katarak dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti : fisik, kimia, penyakit
predisposisi, genetik dan gangguan perkembangan, infeksi virus dimasa pertumbuhan janin,
dan usia.
Patofisiologi
Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan sklerosi :
1. Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitel lensa yang berada di
subkapsular anterior, sehingga air tidak dapat dikeluarkan dari lensa. Air yang banyak ini
akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yang menyebabkan kekeruhan lensa.
10
2. Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabut kolagen terus
bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagen di tengah. Makin lama serabut
tersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus lensa.
Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:
1.Kapsula
a. Menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak).
b. mulai presbiopi
c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
d. Terlihat bahan granular
2.Epitel-makin tipis
a. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)
b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3.Serat lensa.
a. serat irregular
b. Pada korteks jelas kerusakan serat sel
c. Brown sclerotic nucleu, sinar UV lama kelamaan merubah proteinnukelus lensa,
sedangwarna coklat protein lensa nucleusmengandung histidin dan triptofan
disbanding normal
d. Korteks tidak berwarna karenai kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi
fotooksidasi.
e. Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi, akibat
perubahan pada serabut halus multipel yang memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di
luar lensa, misalnya menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Pada protein lensa
menyebabkan koagulasi, sehingga mengakibatkan pandangan dengan penghambatan jalannya
cahaya ke retina.
Klasifikasi Katarak Senilis
Katarak senilis semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu diatas usia
50 tahun keatas. Katarak senilis merupakan katarak yang sering dijumapai. Satu-satunya
gejala adalah distorsi penglihatan dan pengihatan yang semakin kabur. Katarak ini biasanya
berkembang lambat selamabeberapa tahun, dan pasien mungkin meninggal sebelum timbul
indikasi pembedahan. Apabila diindikasikan pembedahan, maka ekstraksi lensa secara
11
definitif akan memperbaikiketajaman penglihatan pada lebih dari 90% kasus. Sisanya (10%)
mungkin telah mengalamikerusakan retina atau mengalami penyulit pasca bedah serius
misalnya glaukoma, ablasi retina,perdarahan korpus vitreum, infeksi atau pertumbuhan epitel
ke bawah kamera okuli anterior yangmenghambat pemulihan visual.
Katarak Senilis
Perubahan lensa pada usia lanjut :
Kapsul : menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak), mulai presbiopia, bentuk
lamelkapsul berkurang atau kabur, terlihat bahan granular.
Epitel makin tipis : sel epitel pada equator bertambah berat dan besar
Serat lensa : lebih iregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel, brown slerosis
nucleus, sinar UV lama kelamaan merubah protein nukleus lensa, korteks tidak
bewarna.
1. Stadium insipien
Pada stadium ini akan terlihat kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk
jeriji menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai
terlihat didalam korteks, katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai
terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan
korteks berisi jaringan degenerative (benda morgagni) pada katarak insipient.
Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang
tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap
untuk waktu yang lama.
2. Stadium imatur
Sebagian lensa keruh tetapi belum mengenai seluruh lapis lensa. Visus pada
stadium ini 6/60 - 1/60. Kekeruhan ini terutama terdapat dibagian posterior
dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau tidak ada kekeruhan di lensa, maka
12
sinar dapat masuk ke dalam mata tanpa ada yang dipantulkan.Oleh karena
kekeruhan berada di posterior lensa, maka sinar oblik yang mengenai bagian
yang keruh ini, akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan terlihat di
pupil, ada daerah yang terang sebagai reflek pemantulan cahaya pada daerah
lensa yang keruh dan daerah yang gelap, akibat bayangan iris pada bagian
lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+). Pada stadium ini
mungkin terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa menjadi cembung,
sehingga indeks refraksi berubah karena daya biasnya bertambah dan mata
menjadi miopia. Keadaan ini dinamakan intumesensi. Dengan
mencembungnya lensa iris terdorong kedepan, menyebabkan sudut bilik mata
depan menjadi lebih sempit, sehingga dapat menimbulkan glaukoma sebagai
penyulitnya.
3. Stadium matur
Kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa, sehingga semua sinar yang
melalui pupil dipantulkan kembali ke permukaan anterior lensa. Kekeruhan
bisa terjadi akibat deposit dari ion Ca yang menyeluruh, kekeruhan seluruh
lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Visus pada
stadium ini 1/300. Bilik mata depan akan berukuran ke dalaman normal
kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji
bayangan iris negatif (shadow test (-) ). Di pupil tampak lensa seperti mutiara.
4. Stadium hipermatur
Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat
menjadi keras atau lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi
keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning
kering, pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa.
Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula
zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul
yang tebal, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar.
Maka korteks akan memperlihatkan bentuk sekantong susu disertai dengan
nucleus yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini
disebut katarak morgagni.
13
Gambaran Klinis
Gejala Subjektif
Penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan yang mnurunsecara progresif
Penurunan tajam penglihatan
– tergantung dari tipe katarak:
o Katarak polar kortikal dan anterior
kelainan tampak mencolok namun gangguan penglihatan biasanya ringan
o Katarak polar posterior dan subkapsul posterior
kelainan tampak ringan,gangguan penglihatan biasanya berat
o Katarak sklerosis nukleus
menyebabkan peningkatan miopia
Peningkatan sensitivitas terhadap cahaya: terutama pada katarak subkapsularposterior
dan katarak kortikal
Pergeseran miopi (myopic shift ) perjalanan katarak dapat meningkatkankekuatan
dioptri lensa sehingga menyebabkan terjadinya miopia ringan sampaisedang atau
pergeseran miopia.
Pada pasien dengan presbiopi bisa terjadi peningkatan kemampuan membacadekat
sehingga tidak memerlukan kacamata bacanya, disebut second sight .
Penglihatan ganda (diplopia) monokular
Rabun senja
Gejala objektif
Tampak kekeruhan lensa dalam bermacam bentuk dan tingkat.Kekeruhan ini juga
ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa seperti korteks dan nukleus.
Pemeriksaan Fisik
Setelah anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik harus dilakukan untuk
menyingkirkan penyakit sistemik yang berpengaruh pada mata dan juga perkembangan
katarak.
Pemeriksaan Oftalmologis
Pemeriksaan mata lengkap dimulai dari pemeriksaan visus.Jika pasien
mengeluhkanglare,visus juga harus diperiksa di ruangan yang sangat terang. Pemeriksaan
sensitivitas terhadap kontras juga harus dilakukan, terutama jika ada keluhan. Tes shadow
akanmenunjukkan hasil positif pada stadium katarak imatur.Pemeriksaan slit lamptidak hanya
dikonsentrasikan untuk melihat kekeruhan lensa, namun juga menilai struktur okular lainnya
14
seperti konjungtiva, kornea, iris dan bilik mata depan. Penampakan lensa harus dilihat secara
seksama sebelum dan sesudah dilatasi pupil. Posisi lensa dan keutuhan serat zonular juga
harus diperiksa karena subluksasio lensa dapat mengindikasikan trauma pada mata
sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak hipermatur.
Pemeriksaan Lain
Diagnosis katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan oftalmologis. Pemeriksaan laboratorium diperlukan sebagai bagian skrining
preoperative untuk mendeteksi penyakit penyerta (misalnya diabetes mellitus, hipertensidan
kelainan jantung). Pemeriksaan radiologis seperti USG, CT Scan dan MRIdiperlukan jika
dicurigai adanya kelainan di daerah posterior dan kurangnya gambaranpada bagian belakang
mata karena katarak yang sudah sangat padat. Pemeriksaan ini membantu dalam perencanaan
tatalaksana bedah.
Penatalaksanan
Non-Bedah
Hanya efektif dalam memperbaiki fungsi visual untuk sementara waktu.Di samping
itu,walaupun banyak penelitian mengenai tatalaksana medikamentosa bagi penderita katarak,
hingga saat ini belum ditemukan obat-obatan yang mampu memperlambat atau
menghilangkan pembentukan katarak pada manusia.Bebebrapa agent yang mungkin dapat
memperlambat pertumbuhan katarak adalah penurunan kadar sorbitol,pemberian
aspirin,antioksidan vitamin c dan E
Bedah
Indikasi pembedahan pada katarak senilis :
- Meningkatkan fungsi penglihatan merupakan indikasi paling umum
untuk ekstraksi katarak
- Katarak disertai komplikasi seperti glaukoma dan uveitsi
- Katarak stadium matur/hipermatur
Teknik Operasi
1. EKIK (Ekstraksi Katarak Intra Kapsular)
EKIK adalah teknik operasi yang membuang lensa dan kapsul secara keseluruhan.
Metode ini dilakukan di tempat yang tidak dijumpai fasilitas operasi katarak yang
lengkap seperti mikroskop operasi.
Cara ini dipilih pada kondisi katarak yang tidak stabil, menggembung, hipermatur,
dan terluksasi. Kontraindikasi mutlak untuk EKIK adalah katarak pada anak-anak dan
15
ruptur kapsul karena trauma. Sedangkan kontraindikasi relatif EKIK adalah pasien
menderita miopia tinggi, sindrom Marfan, katarak Morgagni, dan vitreus masuk ke
COA.
Keuntungan EKIK dibandingkan dengan EKEK antara lain :
Tidak memerlukan operasi tambahan karena membuang seluruh
kapsul dan lensa tanpa meninggalkan sisa
Menggunakan peralatan yang lebih sederhana
Pemulihan penglihatan segera karena menggunakan kacamata +10
dioptri
Kerugian EKIK dibandingkan EKEK :
Penyembuhan luka yang lama
Pencetus astigmatisma
Dapat menimbulkan iris dan vitreus inkarserata
2. EKEK (Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular)
EKEK adalah teknik operasi yang membuang nukleus dan korteks lensa melalui
kapsula anterior. Sebagian kapsul anterior dan seluruh kapsul posterior ditinggal
sebagai tempat untuk lensa tanam. Cara ini umumnya dilakukan pada katarak dengan
lensa mata yang sangat keruh sehingga sulit dihancurkan dengan teknik
fakoemulsifikasi. Keuntungan dari teknik ini karena melakukan insisi kecil sehingga
astigmatisma lebih kecil daripada EKIK dan menimbulkan luka yang lebih stabil atau
lebih kecil. Teknik ini dihindari pada penderita dengan zonulla zinii yang rapuh.
3. Fakoemulsifikasi
Pada fakoemulsifikasi (disintegrasi ultrasonic dari nukleus) dilakukan insisi kecil
untuk mengeluarkan lensa. Teknik ini memerlukan jarum yang diarahkan dengan
gelombang ultrasonik ke arah nukleus untuk mengaspirasi substratlensa .Teknik ini
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan ekstraksi ekstrakapsularyaitu insisi lebih
kecil, rehabilitasi yang lebih cepat dan komplikasi post operatif yanglebih jarang.
Namun operasi ini tergantung mesin dan operator serta lebih mahal.
Persiapan Operasi :
1. Keadaan umum
a. Pemeriksaan laboratorium darah rutin, waktu pembekuan, waktu perdarahan,
kadar gula darah dalam batas normal
b. Tanda-tanda vital dalam batas normal
16
c. Pada penderita DM dan hipertensi, keadaan penyakit tersebut harus terkontrol
2. Status opthalmologik
a. Tidak dijumpai tanda infeksi
b. Tekanan intraokuler normal
c. Saluran air mata lancar
Perawatan pasca operasi :
a. Mata dibebat
b. Obat tetes mata kombinasi antibiotik dengan antiinflamasi
c. Tidak boleh mengedan/angkat berat
d. Bila tanpa pemasangan IOL, perlu dikoreksi denegan lensa S +10D untuk melihat
jauh. Koreksi diberikan 3 bulan pasca operasi.
Komplikasi post operasi :
a. Astigmatisma
b. Ablatio retina
c. Katarak sekunder
d. Endoftamitis
Komplikasi
a. Glaukoma
Glaukoma dapat timbul akibat intumesenensi atau pembengkakan lensa. Jika
katarak dengan komplikasi glaukoma maka diindikasikan ekstraksi lensa.
b. Uveitis kronik
Uveitis kronik pasca operasi katarak telah dilaporkan. Hal ini berhubungan
dengan terdapatnya bakteri patogen
PROGNOSIS
Saat operasi tidak disertai dengan penyakit mata lain sebelumnya, yang akan
mempengaruhi hasil secara signifikan seperti degenerasi makula atau atropi saraf optik,
standar ECCE yang berhasil tanpa komplikasi atau fakoemulsifikasi memberikan prognosis
penglihatan yang sangat menjanjikan mencapai sekurang-kurangnya 2 baris snellen
chart.Penyebab faktor resiko utama yang mempengaruhi prognosisnvisual adalah adanya
diabetes melitus dan retnopati diabetik.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2007.
2. Suhardjo SU, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Edisi 1. Jogjakarta : Bagian Ilmu
Penyakit Mata FK UGM. 2007
3. Riordan P, Whitcher JP. Voughan & Asbur’s General Ophthalmology 17th edition.
Philadelpia : McGrawHill. 2007
4. Brown NP. Mechanism of Cataract Formation. Diunduh dari :
http://www.optometry.co.uk/uploads/articles/232fd150ab01c6cd7514ac1d1e306ac
7_brown20010406.pdf. 2001
5. Khaw PT, Shah P, Elkington. ABC of Eyes 4th edition. Spain : BMJ Publishing.
2004.
6. Lang GK. Cataract. In : Atlas Ophthalmology a Short Textbook. New York :
Thieme. 2000
7. Ming ALS, Constable IJ. Cataract. Color Atlas of Ophthamology 3rd edition.
World Science.
8. Ocampo VVD, Foster CS. Senile Cataract. Diunduh dari : http://emedicine.
medscape.com /article/ 1210914-overview. 2012
9. Cataract. Diunduh dari : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ pubmedhealth/ PMH00
01996/. 2011
18
I. IDENTITAS PASIEN
II. ANAMNESIS
Diambil dari : Auto Anamnesa, tanggal : 9 Juli 2015
Keluhan Utama
Penglihatan mata kiri kabur sejak 3 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan pandangan kabur pada kedua mata sejak 3 bulan yang lalu.
Pasien mengeluh seperti melihat kabut pada kedua mata dan pandangan perlahan-lahan
menjadi kabur. Keluhan ini dirasakan semakin lama semakin memberat hingga mengganggu
aktivitas sehari-hari.. Tidak ada mata merah, mata tidak terasa sakit, tidak ada nyeri kepala
ataupun mual. Pasien tidak pernah melihat pelangi di sekitar cahaya.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Hipertensi (+)
- DM (+)
- Riwayat penggunaan kacamata (-)
- Riwayat trauma pada mata (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
- Tidak ada yang pernah menderita sakit yang serupa seperti pasien
- Hipertensi (+)
- DM (+)
19
- Riwayat penggunaan kacamata (-)
- Riwayat trauma pada mata (-)
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tanda tanda vital
TD : 130/90 mmHg
RR : 18 kali/menit
N : 80 kali/menit
S : 36.40 C
Kepala : normocephali, deformitas (-), rambut hitam keputihan, distribusi merata
Telinga : normotia, serumen (-), sekret (-)
Hidung : deviasi septum (-), sekret (-)
Tenggorokan : Tonsil T1-T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis
Thoraks
Cor : BJ I > BJ II , reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Suara napas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : datar, peristaltik (+) normal, supel, nyeri tekan (-)
Ekstremitas : akral hangat ++/++ , odem --/-- , sianosis --/--
B. Status Opthalmologis
OD OS
Lensa keruh berwarna seperti susu
Oculi dextra (OD) Pemeriksaan Oculi sinistra (OS)
= >3/60 Visus 2/60
20
Tidak dikoreksi Koreksi Tidak dikoreksi
Gerak bola mata normal
Enophtalmus (-)
Eksophtalmus (-)
Strabismus (-)
Bulbus okuli
Gerak bola mata normal
Enophtalmus (-)
Eksophtalmus (-)
Strabismus (-)
Nyeri tekan (-)
Edema (-)
Hiperemis (-)
Blefarospasme (-)
Lagophtalmus (-)
Ektropin (-)
Entropion (-)
Palpebra
Nyeri tekan (-)
Edema (-)
Hiperemis (-)
Blefarospasme (-)
Lagophtalmus (-)
Ektropin (-)
Entropion (-)
Edem (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi siliar (-)
Bangunan patologis (-)
Infiltrat (-)
Kemosis (-)
Sekret serous (-)
Konjungtiva
Edem (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi siliar (-)
Bangunan patologis (-)
Infiltrat (-)
Kemosis (-)
Sekret serous (-)
Merah (-) Sklera Merah (-)
Bulat, jernih
Edem (-)
Infiltrat (-)
Sikatrik (-)
Kornea
Bulat, jernih
Edem (-)
Infiltrat (-)
Sikatrik (-)
Jernih
Kedalaman cukup
Hipopion (-)
Hifema (-)
COA
Jernih
Kedalaman cukup
Hipopion (-)
Hifema (-)
Kripta (-)
Warna coklat
Edema (-)
Sinekia (-)
Iris Kripta (-)
Warna coklat
Edema (-)
Sinekia (-)
21
Atrofi (-) Atrofi (-)
Reguler
Letak sentral, tampak jernih
Diameter 3 mm
Refleks pupil normal
Pupil
Reguler
Letak sentral, tampak keruh
Diameter 3 mm
Refleks pupil normal
Jernih, pantulan seperti kaca
Shadow test (-)Lensa
Keruh tidak merata
Shadow test (+)
Tidak dilakukan Vitreus Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Fundus reflek Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Retina Tidak dilakukan
Normal/palpasi TIO Normal /palpasi
IV. RESUME
Subjektif
Perempuan berusia 65 tahun, datang dengan keluhan pandangan kabur pada mata kiri sejak 3
bulan yang lalu. Pasien mengeluh seperti melihat kabut pada mata kiri.Pandangan kabur
dirasa perlahan-lahan dan semakin lama semakin memberat hingga mengganggu aktivitas..
Hipertensi (+) DM (+).
Objektif
Pada pemeriksaan fisik : dalam batas normal
Pada pemeriksaan ophtalmologis :
- OS :
Visus = 2/60
Pupil di tengah, tampak keruh, diameter 3mm, refleks pupil normal
Lensa keruh tidak merata, tes bayangan/shadow test positif
VI. DIAGNOSIS KERJA
Katarak Senilis imatur OS
Diabetes mellitus tipe 2
Hipertensi Terkontrol
V. DIAGNOSIS BANDING
22
VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Gonioskopi (melihat sudut bilik mata)
- Kampimeter (menilai lapang pandang OD)
- Retinometer (melihat fungsi retina)
- USG scan-B (anatomis retina dan axial lenght)
VII. PENATALAKSANAAN
Rujuk Spesialis Mata
IX. PROGNOSIS
OD OS
Ad Vitam Dubia Ad bonam Dubia Ad bonam
Ad Functionam Dubia Ad bonam Dubia Ad bonam
Ad Sanationam Dubia Ad bonam Dubia Ad bonam
Ad Cosmetikum Ad bonam Ad bonam
23