Case Gnaps Final

download Case Gnaps Final

of 37

Transcript of Case Gnaps Final

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    1/37

    PRESENTASI KASUS II

    GLOMERULONEFRITIS AKUT PASCA STREPTOKOKUS

    dengan HIPERTENSI URGENSI

    Disusun Oleh :

    Zonavia Atlanta

    030.08.268

    Pembimbing :

    Dr. Daniel Effendi, SpA

    KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

    PERIODE 26 AGUSTUS2 NOVEMBER 2013

    RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

    JAKARTA, 2013

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    2/37

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    3/37

    2

    BAB II

    PRESENTASI KASUS

    BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

    RS PENDIDIKAN : RSUD BUDHI ASIH

    STATUS PASIEN KASUS II

    Nama Mahasiswa : Zonavia Atlanta Pembimbing : Dr. Daniel Effendi, SpA

    NIM : 030.08.268 Tanda tangan :

    IDENTITAS PASIEN

    Nama : Anak AS Suku bangsa : Betawi

    Jenis kelamin : Laki-laki Pendidikan : ME (SLTP)

    Umur : 12 tahun 11 bulan Agama : Islam

    Alamat : Jl. Tanah 80 Klender, Jakarta Timur

    Tempat/ tanggal lahir : Tangerang, 27-09-2000

    Orangtua/ Wali

    Ayah Ibu

    Nama : Tn. A

    Umur : 38 tahun

    Pekerjaan : Pegawai swasta

    Pendidikan : SMP

    Suku bangsa : Palembang

    Agama : Islam

    Alamat :

    - Jl. Kampung Sumur no.77 Rt.08/Rw.

    17 Klender, Duren Sawit, Jakarta-

    Timur

    Nama : Ny.T

    Umur : 35 tahun

    Pekerjaan : Ibu rumah tangga

    Pendidikan : SD

    Suku bangsa : Betawi

    Agama : Islam

    Alamat :

    - Jl. Kampung Sumur no.77 Rt.08/Rw.

    17 Klender, Duren Sawit, Jakarta-

    Timur

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    4/37

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    5/37

    4

    c. Riwayat Kehamilan/ Persalinan

    KEHAMILAN

    Morbiditas kehamilan Tidak ada

    Perawatan antenatal Rutin kontrol ke Bidan 1 bulan sekali dan

    sudah mendapat imunisasi vaksin TT 2 kali

    KELAHIRAN

    Tempat persalinan Rumah bersalin

    Penolong persalinan Bidan

    Cara persalinanSpontan

    Penyulit : -

    Masa gestasi Cukup bulan

    Keadaan bayi

    Berat lahir : 3000 gr

    Panjang lahir : 51 cm

    Lingkar kepala : (tidak tahu)

    Langsung menangis (+)

    Kemerahan (+)

    Nilai APGAR : (tidak tahu)

    Kelainan bawaan : tidak ada

    Kesimpulan riwayat kehamilan/ persalinan : Kontrol kehamilan baik, persalinan

    spontan, langsung menangis. Nilai cukup bulan, sesuai masa kehamilan.

    d. Riwayat PerkembanganPertumbuhan gigi I : Umur 8 bulan (Normal: 5-9 bulan)

    Gangguan perkembangan mental : Tidak ada

    Psikomotor

    Tengkurap : Umur 6 bulan (Normal: 3-4 bulan)

    Duduk : Umur 8 bulan (Normal: 6-9 bulan)

    Berdiri : Umur 12 bulan (Normal: 9-12 bulan)

    Berjalan : Umur 18 bulan (Normal: 13 bulan)

    Bicara : Umur 12 bulan (Normal: 9-12 bulan)

    Perkembangan pubertas

    Belum pubertas.

    Kesimpulan riwayat pertumbuhan dan perkembangan : Tidak terdapat gangguan

    perkembangan fisik maupun mental. Pasien belum pubertas.

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    6/37

    5

    e. Riwayat MakananUmur

    (bulan)ASI/PASI Buah / Biskuit Bubur Susu Nasi Tim

    02 ASI - - -

    24 ASI - - -

    46 ASI - - -

    68 ASI + + -

    810 ASI + + +

    10 -12 ASI + + +

    Jenis Makanan Frekuensi dan Jumlah

    Nasi 3 x/ hari & 2-3 centong

    Sayur 3 x/ minggu

    Daging -

    Ayam 2 x/ minggu & 1 potong

    Telur 1 x/ minggu & 1 buah

    Tahu dan Tempe 1 x/ hari & 1 potong

    Susu -

    Ikan -

    Kesimpulan riwayat makanan: Tidak ada kesulitan makan pada pasien, jenis makanan

    cukup bervariasi dengan jumlah yang cukup.

    f. Riwayat ImunisasiVaksin Dasar ( umur ) Ulangan ( umur )

    BCG 1 bulan - - - -

    DPT / PT 2 bulan 4 bulan 6 bulan - 6 tahun

    Polio 0 bulan 2 bulan 4 bulan - 6 tahun

    Campak 9 bulan - - - 6 tahun

    Hepatitis B 0 bulan 1 bulan 6 bulan - -

    Pneumokokus - - - - -

    Hib - - - - -

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    7/37

    6

    Kesimpulan riwayat imunisasi: Imunisasi dasar lengkap. Imunisasi ulangan dilakukan

    di SD saat kelas 1 SD. Imunisasi Pneumokokus dan Hib tidak pernah dilakukan.

    g. Riwayat Keluargaa. Corak ReproduksiNo

    Tanggal

    lahir

    Jenis

    kelaminHidup

    Lahir

    matiAbortus

    Mati

    (sebab)

    Keterangan

    kesehatan

    1. 09- 01-1996 Perempuan + - - - Baik

    2. 27-09-200 Laki-laki + - - - Pasien

    3 10-10-2005 Laki-laki + - - - Baik

    4 03-08-2008 Perempuan + - - - Baik

    b. Riwayat Pernikahan

    Ayah / Wali Ibu / Wali

    Nama Tn. A Ny. T

    Perkawinan ke- 1 1

    Umur saat menikah 25 tahun 20 tahun

    Pendidikan terakhir SLTP SD

    Agama Islam Islam

    Suku bangsa Palembang Betawi

    Keadaan kesehatan Sehat Sehat

    Kosanguinitas Tidak ada Tidak ada

    Penyakit, bila ada - -

    c. Riwayat Penyakit Keluarga: Ibu dari ayah menderita DM dan ayah dari ibu pasien

    menderita hipertensi. Penyakit ginjal disangkal.

    Kesimpulan riwayat keluarga: Tidak ada keluarga pasien yang memiliki riwayat

    penyakit serupa. Penyakit ginjal (-).

    h. Riwayat LingkunganPasien tinggal di Pesantren. Pesantren beratap genteng, berlantai keramik, berdinding

    tembok. Satu kamar berisi 7 orang siswa. Ventilasi dan pencahayaan kurang. Sumber air

    bersih dari air tanah. Sampah dibuang ke empang, menurut pasien tidak ada sampah yang

    ditimbun. Kerja bakti biasa dilakukan setiap hari Jumat.

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    8/37

    7

    Kesimpulan keadaan lingkungan: Keadaan lingkungan kurang baik.

    i. Riwayat Sosial dan EkonomiAyah pasien bekerja sebagai pegawai swasta dan untuk tambahan berdagang pulsa dengan

    penghasilan Rp.2.000.000,-/bulan. Sedangkan ibu pasien merupakan ibu rumah tangga.

    Menurut ibu pasien penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-

    hari.

    Kesimpulan sosial ekonomi: Cukup baik.

    II. PEMERIKSAAN FISIKA.Status GeneralisKeadaan Umum

    Kesan Sakit : tampak sakit sedang

    Kesadaran : compos mentis

    Kesan Gizi : baik

    Keadaan lain : anemis (-), ikterik (-), sianosis (-), dyspnoe (-)

    Data Antropometri

    Berat Badan sekarang : 48 kg Lingkar Kepala : 55 cm

    Berat Badan sebelum sakit : 44 kg Lingkar Lengan Atas : 25 cm

    Tinggi Badan : 155cm Lingkar Perut : 70 cm

    Berat badanedema : 100/120 x 48 kg = 40 kg

    Status Gizi

    - BB / U = 40/ 46 x 100 % = 86 % (Gizi normal menurut kurva NCHS)

    - TB / U = 155/ 156 x 100 % = 99 % (Tinggi normal menurut kurva NCHS)

    - BB / TB = 40/ 46 x 100 % = 86 % (Gizi normal menurut kurva NCHS)

    - LK = 55 cm (+1 SD Kurva Neillhaus)

    - LILA = 25 cm (persentil 50 - 75 tabel Frisancho A.R)

    Tanda Vital

    Nadi : 146 x/ menit, kuat, isi cukup, ekual kanan dan kiri, regular

    Tekanan Darah : 180/ 130 mmHg

    Pernapasan : 20 x/ menit, tipe abdomino-torakal, inspirasi : ekspirasi = 1 : 3

    Suhu : 36,80oC, axilla (diukur dengan termometer air raksa)

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    9/37

    8

    KEPALA : Deformitas (-), hematoma (-)

    RAMBUT :Rambut hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut, cukup tebal

    WAJAH : Wajah simetris, edema palpebra (+/+), luka atau jaringan parut

    MATA :

    Visus : tidak dinilai Ptosis : -/-

    Sklera ikterik : -/- Lagofthalmus : -/-

    Konjuntiva pucat : -/- Cekung : -/-

    Exophthalmus : -/- Kornea jernih : +/+

    Strabismus : -/- Lensa jernih : +/+

    Nistagmus : -/- Pupil : bulat, isokor

    Refleks cahaya : langsung +/+ , tidak langsung +/+

    TELINGA :

    Bentuk : normotia Tuli : -/-

    Nyeri tarik aurikula : -/- Nyeri tekan tragus : -/-

    Liang telinga : lapang Membran timpani : intak +/+

    Serumen : +/+ Refleks cahaya : sulit dinilai

    Cairan : -/-

    HIDUNG :

    Bentuk : simetris Napas cuping hidung : - / -

    Sekret : -/- Deviasi septum : -

    Mukosa hiperemis : -/-

    BIBIR:

    - Simetris saat diam, mukosa berwarna merah muda, kering (-), sianosis (-)

    MULUT:

    -Oral higiene baik, trismus (-), mukosa gusi dan pipi merah muda, ulkus (-), halitosis (-).

    Lidah : normoglosia, ulkus (-), hiperemis (-) massa (-)

    TENGGOROKAN:

    -Arkus faring simetris, hiperemis (+). Tonsil T1-T1 tidak hiperemis, kripta tidak melebar,

    detritus (-). Faring hiperemis, granula (-), ulkus (-), massa (-), PND (-)

    LEHER:

    -Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran tiroid maupun KGB, tidak tampak

    deviasi trakea, tidak teraba pembesaran tiroid maupun KGB, trakea teraba di tengah

    -Tiroid tidak teraba membesar

    - JVP 5 + 1 cmH2O

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    10/37

    9

    THORAKS :

    JANTUNG

    Inspeksi : Ictus cordis terlihat pada ICS V 1cm medial linea midklavikularis sinistra

    Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V 1 cm medial linea midklavikularis sinistra

    Perkusi : Batas kiri jantung : ICS V linea midklavikularis sinistra

    Batas kanan jantung : ICS IIIV linea sternalis dextra

    Batas atas jantung : ICS III linea parasternalis sinistra

    Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)

    PARU

    Inspeksi

    - Bentuk thoraks simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada pernapasan yang

    tertinggal, pernapasan abdomino-torakal, pada sela iga tidak terlihat adanya retraksi,

    tidak ditemukan efloresensi pada kulit dinding dada.

    Palpasi

    - Nyeri tekan (-), benjolan (-), gerak napas simetris kanan dan kiri, vokal fremitus sama

    kuat kanan dan kiri

    Perkusi : Sonor di kedua lapang paru.

    Auskultasi :Suara napas vesikuler, reguler, ronkhi -/-, wheezing -/-

    ABDOMEN :

    Inspeksi

    -Perut cembung, tidak dijumpai adanya efloresensi bermakna, benjolan (-), turgor baik

    Palpasi

    -Datar, supel, NT (-), hepar dan lien tidak teraba membesar.

    -Ballotement -/-, Nyeri ketok CVA -/-

    Perkusi : Timpani pada seluruh lapang perut, shifting dullness (+)

    Auskultasi :Bising usus (+), frekuensi 4 x / menit

    ANOGENITALIA:

    -Testis turun sempurna (+), edema skrotum (-), hipospadi (-), epispadi (-), fimosis (-),

    parafimosis (-)

    KGB :

    Preaurikuler : tidak teraba membesar

    Postaurikuler : tidak teraba membesar

    Submandibula : tidak teraba membesar

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    11/37

    10

    Supraclavicula : tidak teraba membesar

    Axilla : tidak teraba membesar

    Inguinal : tidak teraba membesar

    ANGGOTA GERAK :

    Ekstremitas : akral hangat ++/++

    Tangan Kanan Kiri

    Tonus otot normotonus normotonus

    Sendi aktif aktif

    Refleks fisiologis (+) (+)

    Refleks patologis (-) (-)

    Lain-lain edema (-) edema (-)

    Kaki Kanan Kiri

    Tonus otot normotonus normotonus

    Sendi aktif aktif

    Refleks fisiologis (+) (+)

    Refleks patologis (-) (-)

    Lain-lain edema (+) edema (+)

    KULIT:

    - Warna sawo matang merata, pucat (-), tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kulit baik,

    lembab, pengisian kapiler

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    12/37

    11

    III. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan laboratorium Puskesmas Duren Sawit (13-09-2013)

    Hematologi Hasil Nilai Normal

    Hemoglobin 10,7 g/ dL Menurun

    Hematokrit 33% Menurun

    Leukosit 7.900/L Normal

    Trombosit 337.000/ L Normal

    SGOT 22,6 mU/dl Normal

    SGPT 10,3 mU/dl Normal

    Urinalisis

    Warna Kuning agak keruh Jernih

    Ph 6,0 Normal

    Berat jenis 1.005 Normal

    Darah samar ++ Meningkat

    Sedimen

    Leukosit 10-15/ LPB Meningkat

    Eritrosit 40-70/ LPK Meningkat

    Silinder - Normal

    Epitel + Normal

    Kristal - Normal

    Pemeriksaan Hematologi 14-09-2013

    Hematologi Hasil Nilai Normal

    Leukosit 6,1 ribu/ uL Normal

    Eritrosit 4,9 juta/ uL Normal

    Hemoglobin 12,5 g/dL Normal

    Hematokrit 39% Normal

    Trombosit 357,000/ uL Normal

    LED 7 mm/jam Normal

    Hitung jenis

    - Basofil

    - Eosinofil

    1%

    6%

    Normal

    Normal

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    13/37

    12

    - Netrofil Batang

    - Netrofil Segmen

    - Limfosit

    - Monosit

    0%

    44%

    41%

    8%

    Menurun

    Menurun

    Batas atas

    Normal

    KIMIA KLINIK

    HATI

    Protein total 6,1 g/ dL Batas atas

    Albumin 3,4g/ dL Menurun

    GINJAL

    Ureum 15 mg/ dL Normal

    Kreatinin 0,85 mg/ dL Normal

    IMUNOSEROLOGI

    ASTO 600 IU/mL Meningkat

    AUTOIMUN

    CRP Kuantitatif 18 mg/L Meningkat

    Laju Filtrasi Glomerulus = 127,6 cm/mg/dL (Tidak ada penurunan LFG)

    Urinalisis

    Urine Lengkap Hasil Nilai normal

    Warna Kuning Normal

    Kejernihan Agak keruh Tidak normal

    Glukosa - Normal

    Bilirubin - Normal

    Keton - Normal

    Ph 5,5 Normal

    Berat Jenis 1.020 Normal

    Albumin urin - Normal

    Urobilinogen 0,2 E.U/dl Normal

    Nitrit - Normal

    Darah +2 Normal

    Esterase lekosit - Normal

    Sedimen urin

    Leukosit 68/ LPB Meningkat

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    14/37

    13

    Eritrosit 35/ LPB Meningkat

    Epitel - Normal

    Silinder - Normal

    Kristal - NormalBakteri - Normal

    Jamur - Normal

    IV. RESUMEPasien laki-laki usia 13 tahun dengan keluhan bengkak pada daerah mata, wajah, dan tungkai.

    Perut pasien terasa begah dan membesar, mual (+), dan nyeri kepala (+). Riwayat sakit

    tenggorok dan batuk (+) 10 hari SMRS. Pada pemeriksaan didapatkan tekanan darah 170/ 130

    mmHg, nadi: 146 x/menit, pernapasan: 24xmenit. Edema palpebra +/+, shifting dullness (+),

    edema pretibial dan dorsum pedis (+/+). Hasil laboratorium menunjukkan terdapat

    hipoalbuminemia, mikrohematuria, ASTO 600 IU/mL, dan CRP 18 mg/L.

    V. DIAGNOSIS KERJAGlomerulonefritis akut pasca streptokokus dengan hipertensi urgensi

    VI. DIAGNOSIS BANDING- Glomerulonefritis akut non pasca streptokokus dengan hipertensi urgensi

    - Nefropati igA dengan hipertensi urgensi

    - Glomerulonefritis membranoploriperatif dengan hipertensi urgensi

    VII. PEMERIKSAAN ANJURAN- Pemeriksaan C3

    - Biopsi ginjal

    - Pemeriksaan elektrolit

    - Rontgen thorax PA

    VIII.TATALAKSANANon-medikamentosa

    - Informasi dan edukasi mengenai keadaan dan penyakit pasien

    - Observasi tanda vital

    - Tirah baring

    - Balancecairan negatif sampai tanda vital stabil( tampung urin/ 24 jam)

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    15/37

    14

    - IV line

    - Diet rendah garam

    Medikamentosa

    - Nifedipin 5 mg + Diazepam 2 mg Puyer 4 x 5mg p.o

    - Furosemid 2 x 40 mg p.o

    - Amoxicilin 3 x 500 mg p.o

    IX. PROGNOSIS- Ad Vitam : dubia ad bonam

    - Ad Sanationam : bonam

    - Ad Fungsionam : dubia ad bonam

    X. FOLLOW UPTanggal S O A P

    15-09-2013 Bengkak

    Kembung

    Batuk berdahak

    (+)

    Sesak (-)

    Nyeri kepala (+)

    KU/Kes: tss/ CM

    TD: 130/ 90 mmHg,

    N: 80 x/ menit, S: 36,6

    oC, P: 20 x/ menit

    Mata: edema palpebra

    +/+, CP -/-

    Hidung: nch -, sekret

    -/-

    Mulut: bibir kering

    (+), faring hiperemis

    (+)

    Thorax:

    BJI-II reg, m (-), g (-).

    SN ves rh -/-, wh -/-

    Abdomen:

    Supel. BU (+), NT (-)

    SD (+)

    Ext: edema pretibial &

    dorsum pedis (+/+)

    GNAPS

    dengan

    hipertensi

    urgensi

    Venflon

    Captopril 2 x

    12,5 mg

    Amoxicilin 3 x

    500 mg

    Furosemid 2 x 40

    mg

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    16/37

    15

    BB: 44 kg

    M: 500 cc

    U: 2400 cc, kuning

    pekat

    BC: -1900 cc

    D: 2,3 cc/ kgBB/ jam

    LP: 68 cm

    16-09-2013 Bengkak

    Kembung

    Batuk berdahak

    (+)

    Sesak (-)

    KU/Kes: tss/ CM

    TD: 110/ 80 mmHg,

    N: 72 x/ menit, S: 36,5

    oC, P:18 x menit

    Mata: edema palpebra

    +/+, CP -/-

    Hidung : nch -, sekret

    -/-

    Mulut: bibir kering (-),

    faring hiperemis (+)

    Thorax:

    BJI-II reg, m (-), g (-).

    SN ves rh -/-, wh -/-

    Abdomen:

    Supel. BU (+), NT (-)

    SD (+)

    Ext: edema pretibial (-

    /-)

    BB: 44 kg

    M: 1500 cc, kuning

    pekat

    U: 1500 cc

    BC: 0 cc

    D:1,4 cc/ kgBB/ jam

    LP: 65 cm

    GNAPS

    dengan

    hipertensi

    urgensi

    Venflon

    Captopril 2 x

    12,5 mg

    Amoxicilin 3 x

    500 mg

    Furosemid 2 x 40

    mg

    Ambroxol 3 x 1

    tab

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    17/37

    16

    17-09-2013 Bengkak

    Kembung (-)

    Batuk berdahak

    (+)

    Sesak (-)

    KU/Kes: tss/ CM

    TD: 110/ 80 mmHg,

    N: 68 x/ menit, S: 36,8

    oC, P: 20 x/ menit

    Mata: edema palpebra

    -/-, CP -/-

    Hidung : nch -, sekret

    -/-

    Mulut: bibir kering

    (+), Faring hiperemis

    (+)

    Thorax:

    BJI-II reg, m (-), g (-).

    SN ves rh -/-, wh -/-

    Abdomen:

    Supel. BU (+), NT (-)

    SD (+)

    Ext: edema pretibial (-

    /-)

    BB: 43 kg

    M: 300 cc

    U: 1000 cc

    BC: -700 cc

    D: 0,96 cc/ kgBB/ jam

    LP: 63 cm

    GNAPS

    dengan

    hipertensi

    urgensi

    Venflon

    Captopril 2 x

    12,5 mg

    Amoxicilin 3 x

    500 mg

    Furosemid 2 x 40

    mg

    Ambroxol 3 x 1

    tab

    18-09-2013 Bengkak

    Kembung (-)

    Batuk berdahak

    (+)

    KU/Kes: tss/ CM

    TD: 110/ 80 mmHg,

    N: 68 x/ menit, S: 36,5

    oC, P:20 x/ menit

    Mata: edema palpebra

    -/-, CP -/-

    Hidung : nch -, sekret

    GNAPS

    dengan

    hipertensi

    urgensi

    Venflon

    Captopril 2 x

    12,5 mg

    Amoxicilin 3 x

    500 mg

    Ambroxol 3 x 1

    tab

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    18/37

    17

    -/-

    Mulut: bibir kering

    (+), faring hiperemis

    (-)

    Thorax:

    BJI-II reg, m (-), g (-).

    SN ves rh -/-, wh -/-

    Abdomen:

    Supel, BU (+), NT (-)

    SD (-)

    Ext: edema pretibial (-

    /-)

    BB: 42 kg

    M: 1200 cc

    U: 500 cc

    BC: -700 cc

    D: 0,5 cc/ kgBB/ jam

    LP: 60 cm

    19-09-2013 Bengkak (-)

    Kembung (-)

    Batuk berdahak

    (+)

    KU/Kes: tss/ CM

    TD: 110/ 70 mmHg,

    N: 72 x/ menit, S: 36,7

    oC, P:20 x/ menit

    Mata: edema palpebra

    -/-, CP -/-

    Hidung : nch -, sekret

    -/-

    Mulut: bibir kering (-),

    faring hiperemis (-)

    Thorax:

    BJI-II reg, m (-), g (-).

    SN ves rh -/-, wh -/-

    Abdomen:

    GNAPS

    dengan

    hipertensi

    urgensi

    Venflon

    Captopril 2 x

    12,5 mg

    Amoxicilin 3 x

    500 mg

    Ambroxol 3 x 1

    tab

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    19/37

    18

    Supel, BU (+), NT (-)

    SD (-)

    Ext: edema pretibial (-

    /-)

    BB: 42 kg

    M: 500 cc

    U: 900 cc

    BC: -400 cc

    D: 0,4 cc/ kgBB/ jam

    LP: 59 cm

    LAB

    -Na+: 140 mmol /L

    -K+: 4,7 mmol /L

    -Cl- : 99 mmol /L

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    20/37

    19

    BAB III

    TINJAUAN PUSTAKA

    I. GLOMERULONEFRITIS AKUT PASCA STREPTOKOKUSa. DEFINISI

    Glomerulonefritis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya inflamasi

    glomerulus, baik sebagai penyakit primer ginjal ataupun sebagai manifestasi proses

    penyakit sistemik.1

    Glomerulonefritis akut pasca Streptokokus (GNAPS) adalah suatu sindrom nefritik

    yang ditandai dengan onset tiba-tiba hematuria, edema, hipertensi, dan penurunan fungsi

    ginjal. GNAPS adalah salah satu penyebab gross hematuria glomelular yang paling

    sering pada anak. Gejala timbul setelah infeksi, umumnya oleh kuman Streptococcus -

    hemoliticusgrup A di saluran napas atas atau kulit.2

    b. EPIDEMIOLOGI

    GNAPS masih merupakan komplikasi yang sering terjadi akibat infeksi Streptococcus

    -hemoliticusgrup A di dunia. Insidensi tertinggi adalah di negara-negara berkembang,

    yaitu 24,3-6,0 kasus per 100.000 orang.1Insidensi yang lebih rendah dipengaruhi oleh

    faktor kebersihan lingkungan dan penyebaran antibiotik untuk mengobati infeksi

    Streptococcus -hemoliticus grup A. Hasil penelitian multisenter di Indonesia pada

    tahun 1988, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di rumah sakit pendidikan

    dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%), kemudian disusul

    berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%). Pasien laki-

    laki dan perempuan berbanding 1,3:1 dan terbanyak menyerang anak pada usia antara 6-

    8 tahun (40,6%).3

    Usia rata-rata penderita GNAPS adalah usia 6-8 tahun. Prevalensinya rendah pada

    usa dibawah 2 tahun dan diatas 20 tahun. Laki-laki berisiko dua kali lebih besar

    dibandingkan perempuan.1

    GNAPS sering didahului faringitis saat musim dingin atau didahului pioderma saat

    musim panas. Infeksi Streptococcus -hemoliticus grup A di tenggorok disebabkan

    serotype 12 sedangkan di kulit disebabkan serotype 49.4

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    21/37

    20

    c. ETIOLOGI

    Terdapat 80 subtipe Streptococcus -hemoliticus grup A yang diklasifikasikan

    berdasarkan protein M permukaannya. Masa inkubasi bakteri ini adalah 7-14 hari, tapi

    dapat lebih lama pada pioderma Streptococcus -hemoliticusgrup A.1

    GNAPS didahului oleh infeksi Streptococcus -hemoliticus grup Amjarang oleh

    streptokokus dari tipe lain. Hanya sedikit Streptococcus -hemoliticus grup A strain

    nefritogenik yang mampu menimbulkan GNAPS. Beberapa tipe yang sering menyerang

    saluran napas adalah dari tipe M 1, 2, 4, 12, 18, 25 dan yang menyerang kulit adalah tipe

    M 49, 55, 57, 60.2

    d. PATOGENESIS

    Secara umum patogenesis glomerulonefritis telah dimengerti, namun mekanisme yang

    tepat bagaimana terjadinya lesi glomerulus dan hematuria pada GNAPS belumlah jelas.

    Pembentukan kompleks-imun bersirkulasi dan pembentukan kompleks-imun in situ

    telah ditetapkan sebagai mekanisme patogenesis GNAPS. Hipotesis lain yang sering

    disebut adalah adanya neuroamidase yang dihasilkan oleh streptokokus yang mengubah

    IgG endogen sehingga menjadi autoantigenik. Akibatnya terbentuklah autoantibodi

    terhadap IgG yang telah berubah tersebut yang mengakibatkan pembentukan kompleks

    imun bersirkulasi, yang kemudian mengendap di ginjal.2

    Kebanyakan bentuk glomerulonefritis akut dimediasi oleh proses imunologik. Pada

    GNAPS, bukti-bukti menunjukkan bahwa kompleks imun, yang dibentuk oleh

    kombinasi antibodi spesifik dan antigen streptokokus, terlokalisir di dinding kapiler

    glomerulus dan mengaktivasi sistem komplemen. Sistem imun mungkin juga diaktivasi

    oleh antigen steptokokal yang menempel ke struktur glomerulus dan berperan sebagai

    planted antigen atau dengan perubahan antigen endogen.5

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    22/37

    21

    Gambar 1. Patofisiologi GNAPS5

    Bermacam-macam sitokin dan faktor imunitas seluler menginisiasi suatu respon

    inflamasi yang bermanifestasi menjadi proliferasi seluler dan edema di glomerular.5

    Hanya beberapa strain streptokokus yang menyebabkan glomerulonefritis akut.

    Penelitian yang dilakukan 53 tahun lalu menunjukkan identifikasi strain tertentu dari

    streptokokus grup A yang nefritogenik. Yang lebih baru, streptokokus non-grup A,

    terutama grup C, ditemukan juga menyebabkan glomerulonefritis.5

    Sedikitnya 2 antigen diisolasi dari streptokokus nefritogenik, zimogen (suatu

    prekursor dari exotoksin B) dan glyceraldehydes phosphate dehydrogenase (GNADH),

    telah diidentifikasi dan dipercaya mampu menginisiasi respons imunologik. Fraksi

    tersebut memiliki afinitas tertentu terhadap glomerulus dan telah terbukti menginduksi

    respons antibodi. Hal ini membawa pada aktivasi sejumlah jalur mediator proinflamasi

    di glomerulus.

    Walaupun infeksi streptokokus dihubungkan secara erat dengan GNAPS,

    sesungguhnya mekanisme kerusakan pada ginjal masih belum dijelasskan secara detail.

    Penelitian terbaru juga menunjukkan kemampuan dari SPEB dan NAPIr, suatu reseptor

    plasmin streptokokal, untuk terikat dan mengaktivasi plasmin, dengan demikian

    menginisiasi kaskade inflamasi.

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    23/37

    22

    Gambar 2. Etiopatogenesis GNAPS 5

    Nefritogenisitas dari NAPIr-GAPDH streptokokus (kiri) diperkirakan berhubungan

    dengan aktivitas pengikatan-plasmin yang mampu memicu reaksi inflamasi dan

    degradasi Membran Basal Glomerulus, kompleks ini menempati glomerulus dengan

    plasmin, tapi tidak dengan IgG atau komplemen. SpeB dan zSpeB (kanan) dapat

    menginduksi immune-complex-mediated glomerulonephritis ketika SpeB menempel

    dengan komplemen dan IgG dan tampak di tumpukan subepitelial, dimana merupakanpenampakan khas dari GNAPS.5

    Pada kebanyakan pasien dengan GN akut sedang-berat, terjadi penurunan filtrasi

    glomerulus, dan kemampuan untuk mengekskresi garam dan air biasanya berkurang

    yang menyebabkan peningkatan volume cairan ekstraseluler. Volume cairan

    ekstraseluler yang meningkat menyebabkan edema, dan juga berperan dalam hipertensi,

    anemia, kongesti sirkulasi, dan ensefalopati.5

    e. PATOLOGI

    Seperti pada GN akut lain, ginjal terlihat membesar simetris. Pada mikroskop cahaya,

    seluruh glomeruli tampak membesar dan bloodless dan menampakkan proliferasi sel

    mesangial difus dengan pembesaran matriks mesangial.4

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    24/37

    23

    Gambar 3. Glomerulus pasien GNAPS terlihat membesar dan perdarahan kurang dan

    menunjukkan proliferasi mesangial dan eksudasi netrofil. (400x) 4

    PMN sering ada di glomerulus selama masa awal penyakit. Kresentik dan inflamasi

    intersisial mungkin dapat terlihat pada kasus sangat berat. Perubahan-perubahan initidak spesifik untuk GNAPS. Mikroskopik imunofloresensi menampakkan deposit yang

    bertumpuk-tumpuk dari immunoglobulin dan komplemen di membrane basalis

    glomerulus dan di mesangial. Pada mikroskop electron, deposit electron-dense atau

    humps terlihat pada sisi epitel membran basalis glomerulus.4

    Gambar 4. Mikroskop electron pada GNAPS memperlihatkan deposit electron dense

    (D) di sisi epitel (Ep) dari membrane basalis glomerulus. PMN (P) tampak di dalam

    lumen (L) kapiler. BS = Bowman space. M = mesangium.4

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    25/37

    24

    Gambar 5. Gambaran mikroskopik sedimen urin memperlihatkan gambaran khas pada

    hematuria non-glomerular: sel darah merah dalam bentuk dan ukuran yang seragam

    namun menunjukkan dua populasi sel karena sejumlah kecil sel kehilangan pegmenhemoglobinnya.4

    Gambar 6. Gambaran mikroskopik sedimen urin memperlihatkan gambaran khas pada

    hematuria glomerular: sel darah merah kecil dan bervariasi dalam bentuk, ukuran, dan

    kandungan hemoglobin.4

    f. GEJALA KLINIS

    Gejala klinis klasik dari GNAPS adalah sindrom nefritik akut yang ditandai dengan

    hematuria, edema, hipertensi, dan gangguan ginjal. Makroskopik hematuria terdapat

    pada sepertiga pasien, dan biasanya akan menghilang setelag beberapa hari. Namun,

    mikroskopik hematuria dapat bertahan hingga bertahun-tahun dan memburuk saat

    demam.4

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    26/37

    25

    Tabel 1. Penyakit primer ginjal yang bermanifestasi sebagai glomerulonefritis akut4

    Pasien biasanya menunjukan gejala sindrom nefritis akut 1-2 minggu setelah

    faringitis streptokokus atau 3-6 minggu setelah pioderma. Tingkat keparahan kerusakan

    bervariasi dari hematuria mikroskopik asimtomatik dengan fungsi ginjal normal hingga

    gagal ginjal akut. Pasien dapat juga mengalami ensefalopati dan/atau gagal ginjal yang

    disebabkan oleh hipertensi atau hipervolemia. Ensefalopati dapat juga terjadi karena

    akibat langsung dari efek toksik bakteri streptokokus di system saraf pusat. Edema

    biasanya disebabkan dari retensi air dan garam dan sindrom nefrotik dapat muncul pada

    10-20 % kasus. Gejala nonspesifik seperti malaise, letargi, nyeri abdomen/pinggang,

    dan demam umum terjadi. Edema subglotis akut dan gangguan pernapasan juga pernah

    dilaporkan muncul.1

    Tanda kardinal yang khas terdiri dari :

    1. Hematuria dengan urin berwarna teh/cucian daging tanpa disertai disuria,

    2. Edema terutama periorbital dan dapat juga seluruh tubuh,

    3. Hipertensi,

    4. Oliguria / anuria.6

    Dapat disertai dengan tanda-tanda sindrom nefrotik seperti proteinuria dan

    hipoalbuminemia. Selain itu karena komplikasinya dapat terjadi tanda-tanda kongesti

    dan ensefalopati.

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    27/37

    26

    Fase akut biasanya menyembuh sendiri dalam 6-8 minggu. Walaupun ekskresi

    protein urin dan hipertensi biasanya normal dalam 4-6 minggu setelah onset, hematuria

    mikroskopik dapat bertahan hingga 1-2 tahun.7

    Edema terjadi pada 90% pasien, tetapi edema yang terjadi biasanya ringan.

    Hipertensi terjadi pada 80% anak dan setengahnya merupakan hipertensi berat sehingga

    memerlukan terapi antihipertensi. Edema dan hipertensi biasanya akan membaik setelah

    5-10 hari. 5% anak mengalami komplikasi otak akibat hipertensi seperti nyeri kepala,

    kejang, perubahan kesadaran, dan gangguan penglihatan.1

    g. DIAGNOSIS

    Diagnosis secara klinis GNAPS dapat ditegakkan pada seorang anak dengan sindrom

    nefritis akut (gross hematuria, edema, hipertensi, dan penurunan fungsi ginjal), bukti

    infeksi strptokokus sebelumnya, ASTO + dan C3 serum yang rendah.1,4,7

    h. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Konfirmasi diagnosis membutuhkan adanya bukti yang jelas tentang infeksi

    streptokokus yang invasive. Kultur tenggorok yang positif dapat mendukung diagnosis

    atau menunjukkan keadaan karier. Di sisi lain, peningkatan antibodi terhadap antigen

    streptokokal memastikan adanya infeksi streptokokus. Penting untuk diketahui titer

    antistreptolisin O (ASTO) biasanya meningkat setelah infeksi faring namun jarang

    meningkat setelah infeksi kulit pioderma. Titer antibodi tunggal yang paling baik untuk

    menunjukkan adanya infeksi streptokokus di kulit adalah deoxyribonuclease(DNase) B

    antigen. Tes streptozim merupakan suatu pemeriksaan alternative untuk mendeteksi

    antibodi terhadap streptolysin O, DNase B, hyaluronidase, streptokinase, dan

    nicotinamide-adenine dinucleotidasemenggunakan tes slide aglutinasi.8

    Tabel 2. Kadar komplemen pada nefritis akut 8

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    28/37

    27

    i. TATALAKSANA

    Tatalaksana ditujukan untuk menangani efek akut dari penurunan fungsi ginjal dan

    hipertensi. Walaupun pemberian 10 hari antibiotik sistemik dengan penisilin dianjurkan

    untuk membatasi penyebaran organisme nefritogenik, terapi antibiotik tidak

    memperngaruhi perjalanan penyakit dari glomerulonefritis. Pembatasan garam, dieresis,

    dan farmakoterapi dengan antagonis kalsium, vasodilator, atau ACE-inhibitor adalah

    terapi standar yang digunakan untuk menangani hipertensi.1,4,7,8

    j. PROGNOSIS

    Penyembuhan sempurna terdapat pada >95% anak dengan GNAPS. Mortalitas dari fase

    akut dapat dicegah dengan penanganan yang tepat dari gagal ginjal akut, gagal jantung,

    dan hipertensi. Fase akut sangat berat dan membawa pasien pada hialinisasi glomerular

    dan insufisiensi ginjal kronik sangat jarang terjadi. Rekurensi sangat jarang terjadi.

    Tabel 3. Perbedaan antara etiologi, gejala klinis, dan prognosis pada sindroma nefritik8

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    29/37

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    30/37

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    31/37

    30

    Tabel 5. Pemeriksaan laboratorium pada anak dengan hipertensi 12

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    32/37

    31

    Tabel 6. Evaluasi klinis pada anak dengan hipertensi11

    Hipertensi urgensi adalah hipertensi berat tanpa disertai kerusakan target organ.

    Obat anti-hipertensi oral biasanya berhasil untuk mengontrol tekanan darah, walaupun pada

    beberapa kasus diindikasikan pengobatan secara parenteral.13

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    33/37

    32

    Terdapat banyak obat yang aman yang dapat digunakan utuk anak dengan krisis

    hipertensi, antara lain sodium nitrprussidem nikardipin, labetalol, nifedipin, esmolol,

    diazoxide, hidralazin, dan minoxidil. Nifedipin merupakan obat yang sangat efektif dalam

    mengontrol krisis hipertensi.11,14-17 Pada suatu penelitian nifedipin sublingual 2,5-10 mg

    diberikan untuk menangani krisis hipertensi pada 31 pasien anak. Rata-rata tekanan darah

    adalah 160/ 111 mmHg. Sistolik dan diastolik turun dalam 5 menit dan efek maksimal

    didapatkan setelah 60 menit. Sesuai dengan data, nifedipin dapat diberikan sublingual

    ataupun ditelan. Nifedipin akan menurunkan tekanan darah dalam 5 20 menit, dengan

    efek maksimum pada 6090 menit setelah pemberian. Dosis awal pemberian adalah 0,25

    0,50 mg/kg, sampai dosis maksimal 10 mg.11,18

    Tabel 7. Obat anti-hipertensi pada hipertensi berat pada anak usia 1-17 tahun11

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    34/37

    33

    BAB IV

    PEMBAHASAN KASUS

    Pasien laki-laki usia 13 tahun datang dengan keluhan bengkak pada wajah dan tungkai, BAK

    pasien berwarna kuning jernih, dan terdapat riwayat sakit tenggorok & batuk 10 hari sebelumnya.

    Pada pemeriksaan fisik menunjukkan adanya hipertensi urgensi dimana tekanan darah pasien

    170/130 mmHg tanpa disertai kerusakan organ target. Tekanan darah pasien berada diatas persentil

    99 untuk anak diusianya baik sistolik maupun diastolik. Maka pasien dapat didiagnosis dengan

    Hipertensi berat/ Stage II dengan krisis hipertensi. Didapatkan bahwa hipertensi terjadi pada 80%

    anak dan setengahnya merupakan hipertensi berat.

    Pada pasien dilakukan pemeriksaan urinalisis, hal ini dilakukan untuk melihat ada tidaknya

    kerusakan organ target dan kemungkinan etiologi dari hipertensi yang terjadi. Untuk membedakan

    hipertensi emergensi dengan hipertensi urgensi perlu dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang

    minimal pemeriksaan EKG dan funduskopi, untuk melihat ada atau tidaknya kerusakan target

    organ. Hasil urinalisis menunjukkan kadar ureum, kreatinin, sgot, sgpt yang normal hal ini

    menunjukkan tidak terjadi kerusakan organ ginjal maupun hati sehingga diagnosis pada pasien

    adalah hipertensi urgensi.

    Pada pasien diberikan nifedipin 2 x 5 mg untuk menangani hipertensi urgensi, hal ini sesuai

    dengan literatur dimana dosis nifedipin sublingual/oral untuk anak adalah 0,25-0,5 mg/kgBB

    dengan dosis maksimal 10 mg.

    Pasien datang dengan bengkak pada wajah dan tungkai, nyeri kepala, perut kembung,

    dengan begitu diagnosis banding adalah gangguan ginjal, jantung, atau hati. Diagnosis gangguan

    jantung disingkirkan karena pada penyakit ini akan ditandai dengan edema yang dimulai dari

    tungkai, berdebar, nyeri dada khas, pasien tidur menggunakan 1 bantal, tidak suka terbangun saat

    malam karena sesak yang tidak ditemukan pada pasien ini. Gangguan hati tidak menjadi diagnosis

    karena pada pasien tidak didapatkan riwayat kuning, hepatomegali, riwayat transfuse ataupun

    riwayat menggunakan obat-obatan.

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    35/37

    34

    Diagnosis mengarah kepada gangguan ginjal, dimana edema yang terjadi berawal dari

    periorbital, lalu tungkai, kemudian rongga perut. Pasien menyangkal riwayat BAK berwarna cucian

    daging menyingkirkan diagnosis banding nefropati IgA dimana pada penyakit ini pasien akan

    melewati fase hematuria berat diselingi dengan fase non-hematuria intermittent. Pasien menyangkal

    adanya BAK seperti cucian daging tidak menyingkirkan adanya sel darah merah pada urin pasien,

    dimana menurut data didapatkan 50% kasus GNAPS bermanifestasi sebagai mikrohematuria.

    GNANon-PS disingkirkan dengan adanya riwayat ISPA 10 hari lalu. Riwayat sakit

    tenggorok menunjukkan adanya fokus infeksi awal dari Streptokokusus hemolitikus grup A yang

    sering menyerang saluran napas atas atau kulit dan memiliki masa inkubasi antara 7-14 hari sesuai

    dengan pada kasus dimana pasien mengalami infeksi tenggorok 10 hari sebelumnya.

    GNMP belum bisa disingkirkan karena diagnosis pada penyakit ini harus menggunakan

    gambaran histopatologis, maka pada oemeriksaan anjuran saya mencantumkan pemeriksaan biopsi

    ginjal.

    Edema menunjukkan terdapat kegagalan filtrasi glomerulus ditandai dengan

    hipoalbuminemia dan hematuria pada pasien. Laju filtrasi glomerulus pasien adalah 127,6

    cm/mg/dL menunjukkan tidak terjadi gagal ginjal akut.

    Dasar diagnosis GNAPS pada pasien ini adalah adanya riwayata ISPA 7 hari SMRS,

    hematuria tanpa disertai dengan disuria, edema, hipertensi, dan hasil ASTO +600 IU/mL.

    Terapi pada GNAPS bertujuan untuk menangani atau mencegah penurunan fungsi ginjal.

    Ampisilin bertujuan untuk membatasi penyebaran organisme nefritogenik. Anti hipertensi yang

    digunakan adalah captopril yang merupakan golongan ACE-inhibitor dimana akan meningkatkan

    laju filtrasi glomerulus dengan cara vasodilatasi pembuluh darah eferen glomerulus.

    Prognosis ad vitam dubia ad bonam karena derajat penyakit pada pasien ini tidak berat dan

    akan membaik dengan penanganan yang adekuat. Sesuai dengan literature dimana >95% kasus

    GNAPS akan sembuh sempurna. Prognosis ad fungsionam dubia ad bonam karena tidak ada

    penurunan fungsi ginjal akut pada pasien. Prognosis ada sanationam bonam karena menurut

    literature rekurensi pada kasus GNAPS adalah sangat jarang.

  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    36/37

    35

    DAFTAR PUSTAKA

    1. McCaffrey J, Shenoy M. The glomerulonephritides. Symposium: Nephrology. Pediatrics

    and Child Health, 2011: 22:8

    2. Rusdidjas,Ramayati R, Infeksi Saluran Kemih dalam: Buku Ajar NefrologiAnak: Edisi 2:

    Alatas H,dkk : IDAI : Jakarta, 2002: 323-61

    3. Sardjito DRH, Alatas H, Singadipoera B, et al. Glomerulonefritis pasca streptokokus pada

    anak studi kolaboratif multisenter. Dalam: Kosnadi L dkk, ed. Naskah lengkap

    Simposium Nasional IV Nefrologi Anak dan peningkatan berkala I. Kesehatan Anak ke 6.

    Semarang, 23-24 Juni 1989; 176-94

    4. Davis ID, Avner ED. Conditions Particularly Associated with Hematuria. In: Behrman RE,

    Kliegman RM, Jenson HB, editors. Nelson Textbook of Pediatrics. Pennsylvania: Saunders;

    2004

    5. Acute Post-Streptococcal Glomerulonephritis. Diunduh dari:

    http://www.health.nt.gov.au/library/scripts/objectifyMedia.aspx?file=pdf/10/84.pdf.Diakses

    14 September 2013.

    6. Kasahara T, et all. Prognosis of ASPGN is excellent in children, when adequately

    diagnosed. Pediatrics International, 2001, 43:364-7

    7.

    Hay WW, Hayward AR, Levin MJ, Sondheimer JM. Current Pediatric Diagnosis &Treatment. 18th edition. New York: McGraw Hill; 2006.

    8. Madaio MP, Harrington JT. The Diagnosis of Glomerular Disease. Arch Intern Med, 2011;

    161: 25-34

    9. John AR. Diagnosis and management of hypertension in childhood. Pediatr Ann 1997;26:

    105-10.

    10.Fivush B, Neu A, Furth S. Acute hypertensive crises in children: emergencies and

    urgencies. Curr Opin Pediatr 1997;9:233-6.11.National High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure

    in Children and Adolescents. The fourth report on the diagnosis, evaluation, and treatment

    of high blood pressure in children and adolescents.Pediatrics. Aug 2004;114(2 Suppl 4th

    Report): 555-76.

    12.Acute Hypertension and Hypertensive Crisis in Children. Diunduh dari:

    http://www.pedheartsat.org/articles/Acute%20Hypertension%20and%20Hypertensive%20C

    risis%20in%20Children.html.Diakses 14 September 2013

    http://www.health.nt.gov.au/library/scripts/objectifyMedia.aspx?file=pdf/10/84.pdfhttp://www.health.nt.gov.au/library/scripts/objectifyMedia.aspx?file=pdf/10/84.pdfhttp://www.pedheartsat.org/articles/Acute%20Hypertension%20and%20Hypertensive%20Crisis%20in%20Children.htmlhttp://www.pedheartsat.org/articles/Acute%20Hypertension%20and%20Hypertensive%20Crisis%20in%20Children.htmlhttp://www.pedheartsat.org/articles/Acute%20Hypertension%20and%20Hypertensive%20Crisis%20in%20Children.htmlhttp://www.pedheartsat.org/articles/Acute%20Hypertension%20and%20Hypertensive%20Crisis%20in%20Children.htmlhttp://www.pedheartsat.org/articles/Acute%20Hypertension%20and%20Hypertensive%20Crisis%20in%20Children.htmlhttp://www.health.nt.gov.au/library/scripts/objectifyMedia.aspx?file=pdf/10/84.pdf
  • 8/13/2019 Case Gnaps Final

    37/37