Case Gnaps Final
-
Upload
ivanbanjuradja -
Category
Documents
-
view
229 -
download
0
Transcript of Case Gnaps Final
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
1/37
PRESENTASI KASUS II
GLOMERULONEFRITIS AKUT PASCA STREPTOKOKUS
dengan HIPERTENSI URGENSI
Disusun Oleh :
Zonavia Atlanta
030.08.268
Pembimbing :
Dr. Daniel Effendi, SpA
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
PERIODE 26 AGUSTUS2 NOVEMBER 2013
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA, 2013
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
2/37
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
3/37
2
BAB II
PRESENTASI KASUS
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
RS PENDIDIKAN : RSUD BUDHI ASIH
STATUS PASIEN KASUS II
Nama Mahasiswa : Zonavia Atlanta Pembimbing : Dr. Daniel Effendi, SpA
NIM : 030.08.268 Tanda tangan :
IDENTITAS PASIEN
Nama : Anak AS Suku bangsa : Betawi
Jenis kelamin : Laki-laki Pendidikan : ME (SLTP)
Umur : 12 tahun 11 bulan Agama : Islam
Alamat : Jl. Tanah 80 Klender, Jakarta Timur
Tempat/ tanggal lahir : Tangerang, 27-09-2000
Orangtua/ Wali
Ayah Ibu
Nama : Tn. A
Umur : 38 tahun
Pekerjaan : Pegawai swasta
Pendidikan : SMP
Suku bangsa : Palembang
Agama : Islam
Alamat :
- Jl. Kampung Sumur no.77 Rt.08/Rw.
17 Klender, Duren Sawit, Jakarta-
Timur
Nama : Ny.T
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SD
Suku bangsa : Betawi
Agama : Islam
Alamat :
- Jl. Kampung Sumur no.77 Rt.08/Rw.
17 Klender, Duren Sawit, Jakarta-
Timur
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
4/37
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
5/37
4
c. Riwayat Kehamilan/ Persalinan
KEHAMILAN
Morbiditas kehamilan Tidak ada
Perawatan antenatal Rutin kontrol ke Bidan 1 bulan sekali dan
sudah mendapat imunisasi vaksin TT 2 kali
KELAHIRAN
Tempat persalinan Rumah bersalin
Penolong persalinan Bidan
Cara persalinanSpontan
Penyulit : -
Masa gestasi Cukup bulan
Keadaan bayi
Berat lahir : 3000 gr
Panjang lahir : 51 cm
Lingkar kepala : (tidak tahu)
Langsung menangis (+)
Kemerahan (+)
Nilai APGAR : (tidak tahu)
Kelainan bawaan : tidak ada
Kesimpulan riwayat kehamilan/ persalinan : Kontrol kehamilan baik, persalinan
spontan, langsung menangis. Nilai cukup bulan, sesuai masa kehamilan.
d. Riwayat PerkembanganPertumbuhan gigi I : Umur 8 bulan (Normal: 5-9 bulan)
Gangguan perkembangan mental : Tidak ada
Psikomotor
Tengkurap : Umur 6 bulan (Normal: 3-4 bulan)
Duduk : Umur 8 bulan (Normal: 6-9 bulan)
Berdiri : Umur 12 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Berjalan : Umur 18 bulan (Normal: 13 bulan)
Bicara : Umur 12 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Perkembangan pubertas
Belum pubertas.
Kesimpulan riwayat pertumbuhan dan perkembangan : Tidak terdapat gangguan
perkembangan fisik maupun mental. Pasien belum pubertas.
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
6/37
5
e. Riwayat MakananUmur
(bulan)ASI/PASI Buah / Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
02 ASI - - -
24 ASI - - -
46 ASI - - -
68 ASI + + -
810 ASI + + +
10 -12 ASI + + +
Jenis Makanan Frekuensi dan Jumlah
Nasi 3 x/ hari & 2-3 centong
Sayur 3 x/ minggu
Daging -
Ayam 2 x/ minggu & 1 potong
Telur 1 x/ minggu & 1 buah
Tahu dan Tempe 1 x/ hari & 1 potong
Susu -
Ikan -
Kesimpulan riwayat makanan: Tidak ada kesulitan makan pada pasien, jenis makanan
cukup bervariasi dengan jumlah yang cukup.
f. Riwayat ImunisasiVaksin Dasar ( umur ) Ulangan ( umur )
BCG 1 bulan - - - -
DPT / PT 2 bulan 4 bulan 6 bulan - 6 tahun
Polio 0 bulan 2 bulan 4 bulan - 6 tahun
Campak 9 bulan - - - 6 tahun
Hepatitis B 0 bulan 1 bulan 6 bulan - -
Pneumokokus - - - - -
Hib - - - - -
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
7/37
6
Kesimpulan riwayat imunisasi: Imunisasi dasar lengkap. Imunisasi ulangan dilakukan
di SD saat kelas 1 SD. Imunisasi Pneumokokus dan Hib tidak pernah dilakukan.
g. Riwayat Keluargaa. Corak ReproduksiNo
Tanggal
lahir
Jenis
kelaminHidup
Lahir
matiAbortus
Mati
(sebab)
Keterangan
kesehatan
1. 09- 01-1996 Perempuan + - - - Baik
2. 27-09-200 Laki-laki + - - - Pasien
3 10-10-2005 Laki-laki + - - - Baik
4 03-08-2008 Perempuan + - - - Baik
b. Riwayat Pernikahan
Ayah / Wali Ibu / Wali
Nama Tn. A Ny. T
Perkawinan ke- 1 1
Umur saat menikah 25 tahun 20 tahun
Pendidikan terakhir SLTP SD
Agama Islam Islam
Suku bangsa Palembang Betawi
Keadaan kesehatan Sehat Sehat
Kosanguinitas Tidak ada Tidak ada
Penyakit, bila ada - -
c. Riwayat Penyakit Keluarga: Ibu dari ayah menderita DM dan ayah dari ibu pasien
menderita hipertensi. Penyakit ginjal disangkal.
Kesimpulan riwayat keluarga: Tidak ada keluarga pasien yang memiliki riwayat
penyakit serupa. Penyakit ginjal (-).
h. Riwayat LingkunganPasien tinggal di Pesantren. Pesantren beratap genteng, berlantai keramik, berdinding
tembok. Satu kamar berisi 7 orang siswa. Ventilasi dan pencahayaan kurang. Sumber air
bersih dari air tanah. Sampah dibuang ke empang, menurut pasien tidak ada sampah yang
ditimbun. Kerja bakti biasa dilakukan setiap hari Jumat.
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
8/37
7
Kesimpulan keadaan lingkungan: Keadaan lingkungan kurang baik.
i. Riwayat Sosial dan EkonomiAyah pasien bekerja sebagai pegawai swasta dan untuk tambahan berdagang pulsa dengan
penghasilan Rp.2.000.000,-/bulan. Sedangkan ibu pasien merupakan ibu rumah tangga.
Menurut ibu pasien penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-
hari.
Kesimpulan sosial ekonomi: Cukup baik.
II. PEMERIKSAAN FISIKA.Status GeneralisKeadaan Umum
Kesan Sakit : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Kesan Gizi : baik
Keadaan lain : anemis (-), ikterik (-), sianosis (-), dyspnoe (-)
Data Antropometri
Berat Badan sekarang : 48 kg Lingkar Kepala : 55 cm
Berat Badan sebelum sakit : 44 kg Lingkar Lengan Atas : 25 cm
Tinggi Badan : 155cm Lingkar Perut : 70 cm
Berat badanedema : 100/120 x 48 kg = 40 kg
Status Gizi
- BB / U = 40/ 46 x 100 % = 86 % (Gizi normal menurut kurva NCHS)
- TB / U = 155/ 156 x 100 % = 99 % (Tinggi normal menurut kurva NCHS)
- BB / TB = 40/ 46 x 100 % = 86 % (Gizi normal menurut kurva NCHS)
- LK = 55 cm (+1 SD Kurva Neillhaus)
- LILA = 25 cm (persentil 50 - 75 tabel Frisancho A.R)
Tanda Vital
Nadi : 146 x/ menit, kuat, isi cukup, ekual kanan dan kiri, regular
Tekanan Darah : 180/ 130 mmHg
Pernapasan : 20 x/ menit, tipe abdomino-torakal, inspirasi : ekspirasi = 1 : 3
Suhu : 36,80oC, axilla (diukur dengan termometer air raksa)
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
9/37
8
KEPALA : Deformitas (-), hematoma (-)
RAMBUT :Rambut hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut, cukup tebal
WAJAH : Wajah simetris, edema palpebra (+/+), luka atau jaringan parut
MATA :
Visus : tidak dinilai Ptosis : -/-
Sklera ikterik : -/- Lagofthalmus : -/-
Konjuntiva pucat : -/- Cekung : -/-
Exophthalmus : -/- Kornea jernih : +/+
Strabismus : -/- Lensa jernih : +/+
Nistagmus : -/- Pupil : bulat, isokor
Refleks cahaya : langsung +/+ , tidak langsung +/+
TELINGA :
Bentuk : normotia Tuli : -/-
Nyeri tarik aurikula : -/- Nyeri tekan tragus : -/-
Liang telinga : lapang Membran timpani : intak +/+
Serumen : +/+ Refleks cahaya : sulit dinilai
Cairan : -/-
HIDUNG :
Bentuk : simetris Napas cuping hidung : - / -
Sekret : -/- Deviasi septum : -
Mukosa hiperemis : -/-
BIBIR:
- Simetris saat diam, mukosa berwarna merah muda, kering (-), sianosis (-)
MULUT:
-Oral higiene baik, trismus (-), mukosa gusi dan pipi merah muda, ulkus (-), halitosis (-).
Lidah : normoglosia, ulkus (-), hiperemis (-) massa (-)
TENGGOROKAN:
-Arkus faring simetris, hiperemis (+). Tonsil T1-T1 tidak hiperemis, kripta tidak melebar,
detritus (-). Faring hiperemis, granula (-), ulkus (-), massa (-), PND (-)
LEHER:
-Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran tiroid maupun KGB, tidak tampak
deviasi trakea, tidak teraba pembesaran tiroid maupun KGB, trakea teraba di tengah
-Tiroid tidak teraba membesar
- JVP 5 + 1 cmH2O
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
10/37
9
THORAKS :
JANTUNG
Inspeksi : Ictus cordis terlihat pada ICS V 1cm medial linea midklavikularis sinistra
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V 1 cm medial linea midklavikularis sinistra
Perkusi : Batas kiri jantung : ICS V linea midklavikularis sinistra
Batas kanan jantung : ICS IIIV linea sternalis dextra
Batas atas jantung : ICS III linea parasternalis sinistra
Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
PARU
Inspeksi
- Bentuk thoraks simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada pernapasan yang
tertinggal, pernapasan abdomino-torakal, pada sela iga tidak terlihat adanya retraksi,
tidak ditemukan efloresensi pada kulit dinding dada.
Palpasi
- Nyeri tekan (-), benjolan (-), gerak napas simetris kanan dan kiri, vokal fremitus sama
kuat kanan dan kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru.
Auskultasi :Suara napas vesikuler, reguler, ronkhi -/-, wheezing -/-
ABDOMEN :
Inspeksi
-Perut cembung, tidak dijumpai adanya efloresensi bermakna, benjolan (-), turgor baik
Palpasi
-Datar, supel, NT (-), hepar dan lien tidak teraba membesar.
-Ballotement -/-, Nyeri ketok CVA -/-
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang perut, shifting dullness (+)
Auskultasi :Bising usus (+), frekuensi 4 x / menit
ANOGENITALIA:
-Testis turun sempurna (+), edema skrotum (-), hipospadi (-), epispadi (-), fimosis (-),
parafimosis (-)
KGB :
Preaurikuler : tidak teraba membesar
Postaurikuler : tidak teraba membesar
Submandibula : tidak teraba membesar
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
11/37
10
Supraclavicula : tidak teraba membesar
Axilla : tidak teraba membesar
Inguinal : tidak teraba membesar
ANGGOTA GERAK :
Ekstremitas : akral hangat ++/++
Tangan Kanan Kiri
Tonus otot normotonus normotonus
Sendi aktif aktif
Refleks fisiologis (+) (+)
Refleks patologis (-) (-)
Lain-lain edema (-) edema (-)
Kaki Kanan Kiri
Tonus otot normotonus normotonus
Sendi aktif aktif
Refleks fisiologis (+) (+)
Refleks patologis (-) (-)
Lain-lain edema (+) edema (+)
KULIT:
- Warna sawo matang merata, pucat (-), tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kulit baik,
lembab, pengisian kapiler
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
12/37
11
III. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan laboratorium Puskesmas Duren Sawit (13-09-2013)
Hematologi Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 10,7 g/ dL Menurun
Hematokrit 33% Menurun
Leukosit 7.900/L Normal
Trombosit 337.000/ L Normal
SGOT 22,6 mU/dl Normal
SGPT 10,3 mU/dl Normal
Urinalisis
Warna Kuning agak keruh Jernih
Ph 6,0 Normal
Berat jenis 1.005 Normal
Darah samar ++ Meningkat
Sedimen
Leukosit 10-15/ LPB Meningkat
Eritrosit 40-70/ LPK Meningkat
Silinder - Normal
Epitel + Normal
Kristal - Normal
Pemeriksaan Hematologi 14-09-2013
Hematologi Hasil Nilai Normal
Leukosit 6,1 ribu/ uL Normal
Eritrosit 4,9 juta/ uL Normal
Hemoglobin 12,5 g/dL Normal
Hematokrit 39% Normal
Trombosit 357,000/ uL Normal
LED 7 mm/jam Normal
Hitung jenis
- Basofil
- Eosinofil
1%
6%
Normal
Normal
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
13/37
12
- Netrofil Batang
- Netrofil Segmen
- Limfosit
- Monosit
0%
44%
41%
8%
Menurun
Menurun
Batas atas
Normal
KIMIA KLINIK
HATI
Protein total 6,1 g/ dL Batas atas
Albumin 3,4g/ dL Menurun
GINJAL
Ureum 15 mg/ dL Normal
Kreatinin 0,85 mg/ dL Normal
IMUNOSEROLOGI
ASTO 600 IU/mL Meningkat
AUTOIMUN
CRP Kuantitatif 18 mg/L Meningkat
Laju Filtrasi Glomerulus = 127,6 cm/mg/dL (Tidak ada penurunan LFG)
Urinalisis
Urine Lengkap Hasil Nilai normal
Warna Kuning Normal
Kejernihan Agak keruh Tidak normal
Glukosa - Normal
Bilirubin - Normal
Keton - Normal
Ph 5,5 Normal
Berat Jenis 1.020 Normal
Albumin urin - Normal
Urobilinogen 0,2 E.U/dl Normal
Nitrit - Normal
Darah +2 Normal
Esterase lekosit - Normal
Sedimen urin
Leukosit 68/ LPB Meningkat
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
14/37
13
Eritrosit 35/ LPB Meningkat
Epitel - Normal
Silinder - Normal
Kristal - NormalBakteri - Normal
Jamur - Normal
IV. RESUMEPasien laki-laki usia 13 tahun dengan keluhan bengkak pada daerah mata, wajah, dan tungkai.
Perut pasien terasa begah dan membesar, mual (+), dan nyeri kepala (+). Riwayat sakit
tenggorok dan batuk (+) 10 hari SMRS. Pada pemeriksaan didapatkan tekanan darah 170/ 130
mmHg, nadi: 146 x/menit, pernapasan: 24xmenit. Edema palpebra +/+, shifting dullness (+),
edema pretibial dan dorsum pedis (+/+). Hasil laboratorium menunjukkan terdapat
hipoalbuminemia, mikrohematuria, ASTO 600 IU/mL, dan CRP 18 mg/L.
V. DIAGNOSIS KERJAGlomerulonefritis akut pasca streptokokus dengan hipertensi urgensi
VI. DIAGNOSIS BANDING- Glomerulonefritis akut non pasca streptokokus dengan hipertensi urgensi
- Nefropati igA dengan hipertensi urgensi
- Glomerulonefritis membranoploriperatif dengan hipertensi urgensi
VII. PEMERIKSAAN ANJURAN- Pemeriksaan C3
- Biopsi ginjal
- Pemeriksaan elektrolit
- Rontgen thorax PA
VIII.TATALAKSANANon-medikamentosa
- Informasi dan edukasi mengenai keadaan dan penyakit pasien
- Observasi tanda vital
- Tirah baring
- Balancecairan negatif sampai tanda vital stabil( tampung urin/ 24 jam)
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
15/37
14
- IV line
- Diet rendah garam
Medikamentosa
- Nifedipin 5 mg + Diazepam 2 mg Puyer 4 x 5mg p.o
- Furosemid 2 x 40 mg p.o
- Amoxicilin 3 x 500 mg p.o
IX. PROGNOSIS- Ad Vitam : dubia ad bonam
- Ad Sanationam : bonam
- Ad Fungsionam : dubia ad bonam
X. FOLLOW UPTanggal S O A P
15-09-2013 Bengkak
Kembung
Batuk berdahak
(+)
Sesak (-)
Nyeri kepala (+)
KU/Kes: tss/ CM
TD: 130/ 90 mmHg,
N: 80 x/ menit, S: 36,6
oC, P: 20 x/ menit
Mata: edema palpebra
+/+, CP -/-
Hidung: nch -, sekret
-/-
Mulut: bibir kering
(+), faring hiperemis
(+)
Thorax:
BJI-II reg, m (-), g (-).
SN ves rh -/-, wh -/-
Abdomen:
Supel. BU (+), NT (-)
SD (+)
Ext: edema pretibial &
dorsum pedis (+/+)
GNAPS
dengan
hipertensi
urgensi
Venflon
Captopril 2 x
12,5 mg
Amoxicilin 3 x
500 mg
Furosemid 2 x 40
mg
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
16/37
15
BB: 44 kg
M: 500 cc
U: 2400 cc, kuning
pekat
BC: -1900 cc
D: 2,3 cc/ kgBB/ jam
LP: 68 cm
16-09-2013 Bengkak
Kembung
Batuk berdahak
(+)
Sesak (-)
KU/Kes: tss/ CM
TD: 110/ 80 mmHg,
N: 72 x/ menit, S: 36,5
oC, P:18 x menit
Mata: edema palpebra
+/+, CP -/-
Hidung : nch -, sekret
-/-
Mulut: bibir kering (-),
faring hiperemis (+)
Thorax:
BJI-II reg, m (-), g (-).
SN ves rh -/-, wh -/-
Abdomen:
Supel. BU (+), NT (-)
SD (+)
Ext: edema pretibial (-
/-)
BB: 44 kg
M: 1500 cc, kuning
pekat
U: 1500 cc
BC: 0 cc
D:1,4 cc/ kgBB/ jam
LP: 65 cm
GNAPS
dengan
hipertensi
urgensi
Venflon
Captopril 2 x
12,5 mg
Amoxicilin 3 x
500 mg
Furosemid 2 x 40
mg
Ambroxol 3 x 1
tab
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
17/37
16
17-09-2013 Bengkak
Kembung (-)
Batuk berdahak
(+)
Sesak (-)
KU/Kes: tss/ CM
TD: 110/ 80 mmHg,
N: 68 x/ menit, S: 36,8
oC, P: 20 x/ menit
Mata: edema palpebra
-/-, CP -/-
Hidung : nch -, sekret
-/-
Mulut: bibir kering
(+), Faring hiperemis
(+)
Thorax:
BJI-II reg, m (-), g (-).
SN ves rh -/-, wh -/-
Abdomen:
Supel. BU (+), NT (-)
SD (+)
Ext: edema pretibial (-
/-)
BB: 43 kg
M: 300 cc
U: 1000 cc
BC: -700 cc
D: 0,96 cc/ kgBB/ jam
LP: 63 cm
GNAPS
dengan
hipertensi
urgensi
Venflon
Captopril 2 x
12,5 mg
Amoxicilin 3 x
500 mg
Furosemid 2 x 40
mg
Ambroxol 3 x 1
tab
18-09-2013 Bengkak
Kembung (-)
Batuk berdahak
(+)
KU/Kes: tss/ CM
TD: 110/ 80 mmHg,
N: 68 x/ menit, S: 36,5
oC, P:20 x/ menit
Mata: edema palpebra
-/-, CP -/-
Hidung : nch -, sekret
GNAPS
dengan
hipertensi
urgensi
Venflon
Captopril 2 x
12,5 mg
Amoxicilin 3 x
500 mg
Ambroxol 3 x 1
tab
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
18/37
17
-/-
Mulut: bibir kering
(+), faring hiperemis
(-)
Thorax:
BJI-II reg, m (-), g (-).
SN ves rh -/-, wh -/-
Abdomen:
Supel, BU (+), NT (-)
SD (-)
Ext: edema pretibial (-
/-)
BB: 42 kg
M: 1200 cc
U: 500 cc
BC: -700 cc
D: 0,5 cc/ kgBB/ jam
LP: 60 cm
19-09-2013 Bengkak (-)
Kembung (-)
Batuk berdahak
(+)
KU/Kes: tss/ CM
TD: 110/ 70 mmHg,
N: 72 x/ menit, S: 36,7
oC, P:20 x/ menit
Mata: edema palpebra
-/-, CP -/-
Hidung : nch -, sekret
-/-
Mulut: bibir kering (-),
faring hiperemis (-)
Thorax:
BJI-II reg, m (-), g (-).
SN ves rh -/-, wh -/-
Abdomen:
GNAPS
dengan
hipertensi
urgensi
Venflon
Captopril 2 x
12,5 mg
Amoxicilin 3 x
500 mg
Ambroxol 3 x 1
tab
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
19/37
18
Supel, BU (+), NT (-)
SD (-)
Ext: edema pretibial (-
/-)
BB: 42 kg
M: 500 cc
U: 900 cc
BC: -400 cc
D: 0,4 cc/ kgBB/ jam
LP: 59 cm
LAB
-Na+: 140 mmol /L
-K+: 4,7 mmol /L
-Cl- : 99 mmol /L
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
20/37
19
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. GLOMERULONEFRITIS AKUT PASCA STREPTOKOKUSa. DEFINISI
Glomerulonefritis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya inflamasi
glomerulus, baik sebagai penyakit primer ginjal ataupun sebagai manifestasi proses
penyakit sistemik.1
Glomerulonefritis akut pasca Streptokokus (GNAPS) adalah suatu sindrom nefritik
yang ditandai dengan onset tiba-tiba hematuria, edema, hipertensi, dan penurunan fungsi
ginjal. GNAPS adalah salah satu penyebab gross hematuria glomelular yang paling
sering pada anak. Gejala timbul setelah infeksi, umumnya oleh kuman Streptococcus -
hemoliticusgrup A di saluran napas atas atau kulit.2
b. EPIDEMIOLOGI
GNAPS masih merupakan komplikasi yang sering terjadi akibat infeksi Streptococcus
-hemoliticusgrup A di dunia. Insidensi tertinggi adalah di negara-negara berkembang,
yaitu 24,3-6,0 kasus per 100.000 orang.1Insidensi yang lebih rendah dipengaruhi oleh
faktor kebersihan lingkungan dan penyebaran antibiotik untuk mengobati infeksi
Streptococcus -hemoliticus grup A. Hasil penelitian multisenter di Indonesia pada
tahun 1988, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di rumah sakit pendidikan
dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%), kemudian disusul
berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%). Pasien laki-
laki dan perempuan berbanding 1,3:1 dan terbanyak menyerang anak pada usia antara 6-
8 tahun (40,6%).3
Usia rata-rata penderita GNAPS adalah usia 6-8 tahun. Prevalensinya rendah pada
usa dibawah 2 tahun dan diatas 20 tahun. Laki-laki berisiko dua kali lebih besar
dibandingkan perempuan.1
GNAPS sering didahului faringitis saat musim dingin atau didahului pioderma saat
musim panas. Infeksi Streptococcus -hemoliticus grup A di tenggorok disebabkan
serotype 12 sedangkan di kulit disebabkan serotype 49.4
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
21/37
20
c. ETIOLOGI
Terdapat 80 subtipe Streptococcus -hemoliticus grup A yang diklasifikasikan
berdasarkan protein M permukaannya. Masa inkubasi bakteri ini adalah 7-14 hari, tapi
dapat lebih lama pada pioderma Streptococcus -hemoliticusgrup A.1
GNAPS didahului oleh infeksi Streptococcus -hemoliticus grup Amjarang oleh
streptokokus dari tipe lain. Hanya sedikit Streptococcus -hemoliticus grup A strain
nefritogenik yang mampu menimbulkan GNAPS. Beberapa tipe yang sering menyerang
saluran napas adalah dari tipe M 1, 2, 4, 12, 18, 25 dan yang menyerang kulit adalah tipe
M 49, 55, 57, 60.2
d. PATOGENESIS
Secara umum patogenesis glomerulonefritis telah dimengerti, namun mekanisme yang
tepat bagaimana terjadinya lesi glomerulus dan hematuria pada GNAPS belumlah jelas.
Pembentukan kompleks-imun bersirkulasi dan pembentukan kompleks-imun in situ
telah ditetapkan sebagai mekanisme patogenesis GNAPS. Hipotesis lain yang sering
disebut adalah adanya neuroamidase yang dihasilkan oleh streptokokus yang mengubah
IgG endogen sehingga menjadi autoantigenik. Akibatnya terbentuklah autoantibodi
terhadap IgG yang telah berubah tersebut yang mengakibatkan pembentukan kompleks
imun bersirkulasi, yang kemudian mengendap di ginjal.2
Kebanyakan bentuk glomerulonefritis akut dimediasi oleh proses imunologik. Pada
GNAPS, bukti-bukti menunjukkan bahwa kompleks imun, yang dibentuk oleh
kombinasi antibodi spesifik dan antigen streptokokus, terlokalisir di dinding kapiler
glomerulus dan mengaktivasi sistem komplemen. Sistem imun mungkin juga diaktivasi
oleh antigen steptokokal yang menempel ke struktur glomerulus dan berperan sebagai
planted antigen atau dengan perubahan antigen endogen.5
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
22/37
21
Gambar 1. Patofisiologi GNAPS5
Bermacam-macam sitokin dan faktor imunitas seluler menginisiasi suatu respon
inflamasi yang bermanifestasi menjadi proliferasi seluler dan edema di glomerular.5
Hanya beberapa strain streptokokus yang menyebabkan glomerulonefritis akut.
Penelitian yang dilakukan 53 tahun lalu menunjukkan identifikasi strain tertentu dari
streptokokus grup A yang nefritogenik. Yang lebih baru, streptokokus non-grup A,
terutama grup C, ditemukan juga menyebabkan glomerulonefritis.5
Sedikitnya 2 antigen diisolasi dari streptokokus nefritogenik, zimogen (suatu
prekursor dari exotoksin B) dan glyceraldehydes phosphate dehydrogenase (GNADH),
telah diidentifikasi dan dipercaya mampu menginisiasi respons imunologik. Fraksi
tersebut memiliki afinitas tertentu terhadap glomerulus dan telah terbukti menginduksi
respons antibodi. Hal ini membawa pada aktivasi sejumlah jalur mediator proinflamasi
di glomerulus.
Walaupun infeksi streptokokus dihubungkan secara erat dengan GNAPS,
sesungguhnya mekanisme kerusakan pada ginjal masih belum dijelasskan secara detail.
Penelitian terbaru juga menunjukkan kemampuan dari SPEB dan NAPIr, suatu reseptor
plasmin streptokokal, untuk terikat dan mengaktivasi plasmin, dengan demikian
menginisiasi kaskade inflamasi.
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
23/37
22
Gambar 2. Etiopatogenesis GNAPS 5
Nefritogenisitas dari NAPIr-GAPDH streptokokus (kiri) diperkirakan berhubungan
dengan aktivitas pengikatan-plasmin yang mampu memicu reaksi inflamasi dan
degradasi Membran Basal Glomerulus, kompleks ini menempati glomerulus dengan
plasmin, tapi tidak dengan IgG atau komplemen. SpeB dan zSpeB (kanan) dapat
menginduksi immune-complex-mediated glomerulonephritis ketika SpeB menempel
dengan komplemen dan IgG dan tampak di tumpukan subepitelial, dimana merupakanpenampakan khas dari GNAPS.5
Pada kebanyakan pasien dengan GN akut sedang-berat, terjadi penurunan filtrasi
glomerulus, dan kemampuan untuk mengekskresi garam dan air biasanya berkurang
yang menyebabkan peningkatan volume cairan ekstraseluler. Volume cairan
ekstraseluler yang meningkat menyebabkan edema, dan juga berperan dalam hipertensi,
anemia, kongesti sirkulasi, dan ensefalopati.5
e. PATOLOGI
Seperti pada GN akut lain, ginjal terlihat membesar simetris. Pada mikroskop cahaya,
seluruh glomeruli tampak membesar dan bloodless dan menampakkan proliferasi sel
mesangial difus dengan pembesaran matriks mesangial.4
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
24/37
23
Gambar 3. Glomerulus pasien GNAPS terlihat membesar dan perdarahan kurang dan
menunjukkan proliferasi mesangial dan eksudasi netrofil. (400x) 4
PMN sering ada di glomerulus selama masa awal penyakit. Kresentik dan inflamasi
intersisial mungkin dapat terlihat pada kasus sangat berat. Perubahan-perubahan initidak spesifik untuk GNAPS. Mikroskopik imunofloresensi menampakkan deposit yang
bertumpuk-tumpuk dari immunoglobulin dan komplemen di membrane basalis
glomerulus dan di mesangial. Pada mikroskop electron, deposit electron-dense atau
humps terlihat pada sisi epitel membran basalis glomerulus.4
Gambar 4. Mikroskop electron pada GNAPS memperlihatkan deposit electron dense
(D) di sisi epitel (Ep) dari membrane basalis glomerulus. PMN (P) tampak di dalam
lumen (L) kapiler. BS = Bowman space. M = mesangium.4
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
25/37
24
Gambar 5. Gambaran mikroskopik sedimen urin memperlihatkan gambaran khas pada
hematuria non-glomerular: sel darah merah dalam bentuk dan ukuran yang seragam
namun menunjukkan dua populasi sel karena sejumlah kecil sel kehilangan pegmenhemoglobinnya.4
Gambar 6. Gambaran mikroskopik sedimen urin memperlihatkan gambaran khas pada
hematuria glomerular: sel darah merah kecil dan bervariasi dalam bentuk, ukuran, dan
kandungan hemoglobin.4
f. GEJALA KLINIS
Gejala klinis klasik dari GNAPS adalah sindrom nefritik akut yang ditandai dengan
hematuria, edema, hipertensi, dan gangguan ginjal. Makroskopik hematuria terdapat
pada sepertiga pasien, dan biasanya akan menghilang setelag beberapa hari. Namun,
mikroskopik hematuria dapat bertahan hingga bertahun-tahun dan memburuk saat
demam.4
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
26/37
25
Tabel 1. Penyakit primer ginjal yang bermanifestasi sebagai glomerulonefritis akut4
Pasien biasanya menunjukan gejala sindrom nefritis akut 1-2 minggu setelah
faringitis streptokokus atau 3-6 minggu setelah pioderma. Tingkat keparahan kerusakan
bervariasi dari hematuria mikroskopik asimtomatik dengan fungsi ginjal normal hingga
gagal ginjal akut. Pasien dapat juga mengalami ensefalopati dan/atau gagal ginjal yang
disebabkan oleh hipertensi atau hipervolemia. Ensefalopati dapat juga terjadi karena
akibat langsung dari efek toksik bakteri streptokokus di system saraf pusat. Edema
biasanya disebabkan dari retensi air dan garam dan sindrom nefrotik dapat muncul pada
10-20 % kasus. Gejala nonspesifik seperti malaise, letargi, nyeri abdomen/pinggang,
dan demam umum terjadi. Edema subglotis akut dan gangguan pernapasan juga pernah
dilaporkan muncul.1
Tanda kardinal yang khas terdiri dari :
1. Hematuria dengan urin berwarna teh/cucian daging tanpa disertai disuria,
2. Edema terutama periorbital dan dapat juga seluruh tubuh,
3. Hipertensi,
4. Oliguria / anuria.6
Dapat disertai dengan tanda-tanda sindrom nefrotik seperti proteinuria dan
hipoalbuminemia. Selain itu karena komplikasinya dapat terjadi tanda-tanda kongesti
dan ensefalopati.
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
27/37
26
Fase akut biasanya menyembuh sendiri dalam 6-8 minggu. Walaupun ekskresi
protein urin dan hipertensi biasanya normal dalam 4-6 minggu setelah onset, hematuria
mikroskopik dapat bertahan hingga 1-2 tahun.7
Edema terjadi pada 90% pasien, tetapi edema yang terjadi biasanya ringan.
Hipertensi terjadi pada 80% anak dan setengahnya merupakan hipertensi berat sehingga
memerlukan terapi antihipertensi. Edema dan hipertensi biasanya akan membaik setelah
5-10 hari. 5% anak mengalami komplikasi otak akibat hipertensi seperti nyeri kepala,
kejang, perubahan kesadaran, dan gangguan penglihatan.1
g. DIAGNOSIS
Diagnosis secara klinis GNAPS dapat ditegakkan pada seorang anak dengan sindrom
nefritis akut (gross hematuria, edema, hipertensi, dan penurunan fungsi ginjal), bukti
infeksi strptokokus sebelumnya, ASTO + dan C3 serum yang rendah.1,4,7
h. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Konfirmasi diagnosis membutuhkan adanya bukti yang jelas tentang infeksi
streptokokus yang invasive. Kultur tenggorok yang positif dapat mendukung diagnosis
atau menunjukkan keadaan karier. Di sisi lain, peningkatan antibodi terhadap antigen
streptokokal memastikan adanya infeksi streptokokus. Penting untuk diketahui titer
antistreptolisin O (ASTO) biasanya meningkat setelah infeksi faring namun jarang
meningkat setelah infeksi kulit pioderma. Titer antibodi tunggal yang paling baik untuk
menunjukkan adanya infeksi streptokokus di kulit adalah deoxyribonuclease(DNase) B
antigen. Tes streptozim merupakan suatu pemeriksaan alternative untuk mendeteksi
antibodi terhadap streptolysin O, DNase B, hyaluronidase, streptokinase, dan
nicotinamide-adenine dinucleotidasemenggunakan tes slide aglutinasi.8
Tabel 2. Kadar komplemen pada nefritis akut 8
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
28/37
27
i. TATALAKSANA
Tatalaksana ditujukan untuk menangani efek akut dari penurunan fungsi ginjal dan
hipertensi. Walaupun pemberian 10 hari antibiotik sistemik dengan penisilin dianjurkan
untuk membatasi penyebaran organisme nefritogenik, terapi antibiotik tidak
memperngaruhi perjalanan penyakit dari glomerulonefritis. Pembatasan garam, dieresis,
dan farmakoterapi dengan antagonis kalsium, vasodilator, atau ACE-inhibitor adalah
terapi standar yang digunakan untuk menangani hipertensi.1,4,7,8
j. PROGNOSIS
Penyembuhan sempurna terdapat pada >95% anak dengan GNAPS. Mortalitas dari fase
akut dapat dicegah dengan penanganan yang tepat dari gagal ginjal akut, gagal jantung,
dan hipertensi. Fase akut sangat berat dan membawa pasien pada hialinisasi glomerular
dan insufisiensi ginjal kronik sangat jarang terjadi. Rekurensi sangat jarang terjadi.
Tabel 3. Perbedaan antara etiologi, gejala klinis, dan prognosis pada sindroma nefritik8
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
29/37
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
30/37
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
31/37
30
Tabel 5. Pemeriksaan laboratorium pada anak dengan hipertensi 12
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
32/37
31
Tabel 6. Evaluasi klinis pada anak dengan hipertensi11
Hipertensi urgensi adalah hipertensi berat tanpa disertai kerusakan target organ.
Obat anti-hipertensi oral biasanya berhasil untuk mengontrol tekanan darah, walaupun pada
beberapa kasus diindikasikan pengobatan secara parenteral.13
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
33/37
32
Terdapat banyak obat yang aman yang dapat digunakan utuk anak dengan krisis
hipertensi, antara lain sodium nitrprussidem nikardipin, labetalol, nifedipin, esmolol,
diazoxide, hidralazin, dan minoxidil. Nifedipin merupakan obat yang sangat efektif dalam
mengontrol krisis hipertensi.11,14-17 Pada suatu penelitian nifedipin sublingual 2,5-10 mg
diberikan untuk menangani krisis hipertensi pada 31 pasien anak. Rata-rata tekanan darah
adalah 160/ 111 mmHg. Sistolik dan diastolik turun dalam 5 menit dan efek maksimal
didapatkan setelah 60 menit. Sesuai dengan data, nifedipin dapat diberikan sublingual
ataupun ditelan. Nifedipin akan menurunkan tekanan darah dalam 5 20 menit, dengan
efek maksimum pada 6090 menit setelah pemberian. Dosis awal pemberian adalah 0,25
0,50 mg/kg, sampai dosis maksimal 10 mg.11,18
Tabel 7. Obat anti-hipertensi pada hipertensi berat pada anak usia 1-17 tahun11
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
34/37
33
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Pasien laki-laki usia 13 tahun datang dengan keluhan bengkak pada wajah dan tungkai, BAK
pasien berwarna kuning jernih, dan terdapat riwayat sakit tenggorok & batuk 10 hari sebelumnya.
Pada pemeriksaan fisik menunjukkan adanya hipertensi urgensi dimana tekanan darah pasien
170/130 mmHg tanpa disertai kerusakan organ target. Tekanan darah pasien berada diatas persentil
99 untuk anak diusianya baik sistolik maupun diastolik. Maka pasien dapat didiagnosis dengan
Hipertensi berat/ Stage II dengan krisis hipertensi. Didapatkan bahwa hipertensi terjadi pada 80%
anak dan setengahnya merupakan hipertensi berat.
Pada pasien dilakukan pemeriksaan urinalisis, hal ini dilakukan untuk melihat ada tidaknya
kerusakan organ target dan kemungkinan etiologi dari hipertensi yang terjadi. Untuk membedakan
hipertensi emergensi dengan hipertensi urgensi perlu dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang
minimal pemeriksaan EKG dan funduskopi, untuk melihat ada atau tidaknya kerusakan target
organ. Hasil urinalisis menunjukkan kadar ureum, kreatinin, sgot, sgpt yang normal hal ini
menunjukkan tidak terjadi kerusakan organ ginjal maupun hati sehingga diagnosis pada pasien
adalah hipertensi urgensi.
Pada pasien diberikan nifedipin 2 x 5 mg untuk menangani hipertensi urgensi, hal ini sesuai
dengan literatur dimana dosis nifedipin sublingual/oral untuk anak adalah 0,25-0,5 mg/kgBB
dengan dosis maksimal 10 mg.
Pasien datang dengan bengkak pada wajah dan tungkai, nyeri kepala, perut kembung,
dengan begitu diagnosis banding adalah gangguan ginjal, jantung, atau hati. Diagnosis gangguan
jantung disingkirkan karena pada penyakit ini akan ditandai dengan edema yang dimulai dari
tungkai, berdebar, nyeri dada khas, pasien tidur menggunakan 1 bantal, tidak suka terbangun saat
malam karena sesak yang tidak ditemukan pada pasien ini. Gangguan hati tidak menjadi diagnosis
karena pada pasien tidak didapatkan riwayat kuning, hepatomegali, riwayat transfuse ataupun
riwayat menggunakan obat-obatan.
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
35/37
34
Diagnosis mengarah kepada gangguan ginjal, dimana edema yang terjadi berawal dari
periorbital, lalu tungkai, kemudian rongga perut. Pasien menyangkal riwayat BAK berwarna cucian
daging menyingkirkan diagnosis banding nefropati IgA dimana pada penyakit ini pasien akan
melewati fase hematuria berat diselingi dengan fase non-hematuria intermittent. Pasien menyangkal
adanya BAK seperti cucian daging tidak menyingkirkan adanya sel darah merah pada urin pasien,
dimana menurut data didapatkan 50% kasus GNAPS bermanifestasi sebagai mikrohematuria.
GNANon-PS disingkirkan dengan adanya riwayat ISPA 10 hari lalu. Riwayat sakit
tenggorok menunjukkan adanya fokus infeksi awal dari Streptokokusus hemolitikus grup A yang
sering menyerang saluran napas atas atau kulit dan memiliki masa inkubasi antara 7-14 hari sesuai
dengan pada kasus dimana pasien mengalami infeksi tenggorok 10 hari sebelumnya.
GNMP belum bisa disingkirkan karena diagnosis pada penyakit ini harus menggunakan
gambaran histopatologis, maka pada oemeriksaan anjuran saya mencantumkan pemeriksaan biopsi
ginjal.
Edema menunjukkan terdapat kegagalan filtrasi glomerulus ditandai dengan
hipoalbuminemia dan hematuria pada pasien. Laju filtrasi glomerulus pasien adalah 127,6
cm/mg/dL menunjukkan tidak terjadi gagal ginjal akut.
Dasar diagnosis GNAPS pada pasien ini adalah adanya riwayata ISPA 7 hari SMRS,
hematuria tanpa disertai dengan disuria, edema, hipertensi, dan hasil ASTO +600 IU/mL.
Terapi pada GNAPS bertujuan untuk menangani atau mencegah penurunan fungsi ginjal.
Ampisilin bertujuan untuk membatasi penyebaran organisme nefritogenik. Anti hipertensi yang
digunakan adalah captopril yang merupakan golongan ACE-inhibitor dimana akan meningkatkan
laju filtrasi glomerulus dengan cara vasodilatasi pembuluh darah eferen glomerulus.
Prognosis ad vitam dubia ad bonam karena derajat penyakit pada pasien ini tidak berat dan
akan membaik dengan penanganan yang adekuat. Sesuai dengan literature dimana >95% kasus
GNAPS akan sembuh sempurna. Prognosis ad fungsionam dubia ad bonam karena tidak ada
penurunan fungsi ginjal akut pada pasien. Prognosis ada sanationam bonam karena menurut
literature rekurensi pada kasus GNAPS adalah sangat jarang.
-
8/13/2019 Case Gnaps Final
36/37
35
DAFTAR PUSTAKA
1. McCaffrey J, Shenoy M. The glomerulonephritides. Symposium: Nephrology. Pediatrics
and Child Health, 2011: 22:8
2. Rusdidjas,Ramayati R, Infeksi Saluran Kemih dalam: Buku Ajar NefrologiAnak: Edisi 2:
Alatas H,dkk : IDAI : Jakarta, 2002: 323-61
3. Sardjito DRH, Alatas H, Singadipoera B, et al. Glomerulonefritis pasca streptokokus pada
anak studi kolaboratif multisenter. Dalam: Kosnadi L dkk, ed. Naskah lengkap
Simposium Nasional IV Nefrologi Anak dan peningkatan berkala I. Kesehatan Anak ke 6.
Semarang, 23-24 Juni 1989; 176-94
4. Davis ID, Avner ED. Conditions Particularly Associated with Hematuria. In: Behrman RE,
Kliegman RM, Jenson HB, editors. Nelson Textbook of Pediatrics. Pennsylvania: Saunders;
2004
5. Acute Post-Streptococcal Glomerulonephritis. Diunduh dari:
http://www.health.nt.gov.au/library/scripts/objectifyMedia.aspx?file=pdf/10/84.pdf.Diakses
14 September 2013.
6. Kasahara T, et all. Prognosis of ASPGN is excellent in children, when adequately
diagnosed. Pediatrics International, 2001, 43:364-7
7.
Hay WW, Hayward AR, Levin MJ, Sondheimer JM. Current Pediatric Diagnosis &Treatment. 18th edition. New York: McGraw Hill; 2006.
8. Madaio MP, Harrington JT. The Diagnosis of Glomerular Disease. Arch Intern Med, 2011;
161: 25-34
9. John AR. Diagnosis and management of hypertension in childhood. Pediatr Ann 1997;26:
105-10.
10.Fivush B, Neu A, Furth S. Acute hypertensive crises in children: emergencies and
urgencies. Curr Opin Pediatr 1997;9:233-6.11.National High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure
in Children and Adolescents. The fourth report on the diagnosis, evaluation, and treatment
of high blood pressure in children and adolescents.Pediatrics. Aug 2004;114(2 Suppl 4th
Report): 555-76.
12.Acute Hypertension and Hypertensive Crisis in Children. Diunduh dari:
http://www.pedheartsat.org/articles/Acute%20Hypertension%20and%20Hypertensive%20C
risis%20in%20Children.html.Diakses 14 September 2013
http://www.health.nt.gov.au/library/scripts/objectifyMedia.aspx?file=pdf/10/84.pdfhttp://www.health.nt.gov.au/library/scripts/objectifyMedia.aspx?file=pdf/10/84.pdfhttp://www.pedheartsat.org/articles/Acute%20Hypertension%20and%20Hypertensive%20Crisis%20in%20Children.htmlhttp://www.pedheartsat.org/articles/Acute%20Hypertension%20and%20Hypertensive%20Crisis%20in%20Children.htmlhttp://www.pedheartsat.org/articles/Acute%20Hypertension%20and%20Hypertensive%20Crisis%20in%20Children.htmlhttp://www.pedheartsat.org/articles/Acute%20Hypertension%20and%20Hypertensive%20Crisis%20in%20Children.htmlhttp://www.pedheartsat.org/articles/Acute%20Hypertension%20and%20Hypertensive%20Crisis%20in%20Children.htmlhttp://www.health.nt.gov.au/library/scripts/objectifyMedia.aspx?file=pdf/10/84.pdf -
8/13/2019 Case Gnaps Final
37/37