Case BPPV Vero Roby

download Case BPPV Vero Roby

of 47

description

good to learn

Transcript of Case BPPV Vero Roby

BAB IPENDAHULUAN

BAB IPENDAHULUANVertigo adalah perasaan dimana penderita merasa dirinya berputar atau ia merasa dunia sekitarnya. Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar mengelilingi pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar.1 Sistem keseimbangan tubuh kita dibagi menjadi dua yaitu sistem vestibuler (pusat dan perifer) dan non vestibuler (visual: retina, otot bola mata, dan somatokinetik: kulit, sendi, dan otot). Sistem vestibuler sentral terletak pada batang otak, serebelum dan serebrum.2 Sebaliknya sistem vestibuler perifer meliputi labirin dan saraf vestibular. Vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ) atau disebut juga Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah salah satu jenis vertigo vestibular tipe perifer yang paling sering dijumpai, ditandai dengan serangan-serangan yang menghilang spontan. BPPV juga sering dikenal dengan kelainan pada bagian vestibular.3

BPPV merupakan vertigo yang berasal dari kelainan perifer terbanyak, paling sering dijumpai di masyarakat, yaitu sekitar 30%. Wanita lebih sering dari pada pria. Pada populasi umum prevalensi BPPV yaitu antara 11 sampai 64 per 100.000 (prevalensi 2,4%).4 Dari segi onset BPPV biasanya diderita pada usia 50-70 tahun. Perbandingan wanita lebih besar dibandingkan dengan laki-laki yaitu 2,2 : 1,5. 4

Serangan vertigo dapat dsebabkan oleh perubahan sikap, misalnya bila penderita berguling di tempat tidur, menolehkan kepala, melihat ke bawah, menengadah. Biasanya vertigo dirasakan sangat berat, berlangsung singkat hanya beberapa detik saja. Keluhan dapat disertai mual bahkan sampai muntah, sehingga penderita merasa khawatir akan timbul serangan lagi. Vertigo jenis ini sering berulang kadang-kadang dapat sembuh dengan sendirinya. Diagnosis BPPV ditinjau dari anamnesis, gejala klinis yang terjadi serta dikonfirmasi oleh berbagai manuver diagnosis.

Secara umum penatalaksanaan BPPV bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup serta mengurangi resiko jatuh yang dapat terjadi oleh pasien. Penatalaksanaan BPPV secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu penatalaksanaan non-farmakologi dengan terapi rehabilitatif yang termasuk berbagai manuver didalamnya dan penatalaksanaan farmakologi. Penatalaksanaan dengan menuver yang dilakukan dengan baik dapat mengurangi angka morbiditas.5Terapi non farmakologi dengan rehabilitatif adalah serangkaian terapi yang dapat diterapkan pada pasien BPPV. Penting untuk membuat sebuah pendekatan menggunakan pengetahuan dalam memberi terapi yang tepat untuk pasien BPPV. Pilihan terapi dapat menggunakan pengobatan simptomatik dan dapat pula ditambah dengan terapi fisik dengan lama pengobatan yang bervariasi.BAB II

STATUS PASIEN

IDENTIFIKASI

Nama: Tn. MS

Umur: 54 tahun

Jenis Kelamin: Laki-laki

Pekerjaan: Pengusaha

Alamat: Jl. Peltu tulus yahya lr. Bersama II no.107 2 ilir

Agama: Islam

MRS Tanggal: 18 November 2015 ( 10.15 WIB)

ANAMNESA (Autoanamnesa, tanggal 18 November 2015, pukul 16.30)

Penderita datang berobat ke Poliklinik Neurologi RSMH karena mengalami pusing berputar yang dipengaruhi oleh posisi kepala secara tiba-tiba sejak 2 hari SMRS

2 hari sebelum masuk rumah sakit, penderita mengalami pusing berputar. Penderita merasa bahwa dirinya berputar terhadap lingkungan. Pusing yang dirasakan timbul secara tiba-tiba dan dirasakan hilang timbul. Penderita merasa dirinya melayang mengitari ruangan, terutama jika pasien membuka mata dan mengubah posisi kepala seperti saat bangun dari berbaring dan berdiri setelah duduk dan terutama bila kepala penderita pada posisi miring (ke kiri). Keluhan terjadi selama beberapa menit, dan hilang timbul. Rasa berputar berkurang bila penderita berbaring dan memejamkan matanya. Penderita juga mengeluh mual dan muntah, telinga berdenging (-), gangguan pendengaran (-), keluar cairan dari telinga (-), kejang (-), penurunan kesadaran (-), kelemahan sesisi tubuh (-), bicara pelo (-), mulut mengot (-), gangguan sensibilitas (-). Pasien tidak mengeluhkan pandangan ganda atau kelemahan pada mata. Pasien tidak mengalami kesulitan dalam mengungkapkan atau memahami dalam bahasa lisan, tulisan, maupun isyarat. Keluhan penderita mengganggu aktivitas, sebelumnya pasien tidak pernah merasakan pusing yang sehebat ini.

Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun SMRS dan tidak terkontrol, Tidak ada riwayat diabetes melitus. Tidak ada riwayat trauma kepala atau terjatuh dan demam sebelumnya. Tidak ada riwayat kejang dan penurunan kesadaran. Tidak ada riwayat keluar cairan dari telinga. Tidak ada riwayat mendengar suara berdenging di telinga, atau perasaan penuh di telinga yang disertai dengan penurunan fungsi pendengaran. Tidak ada riwayat pemakaian obat-obatan jangka panjang dari obat-obatan seperti streptomisin, gentamisin, kuinin, atau obat-obatan anti-neoplastik.

PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS

Kesadaran: Compos mentis

GCS: 15 (E4M6V5)

Suhu Badan: 36,7 C

Nadi: 84 x/menit

Pernapasan: 24 x/menit

Tekanan Darah : 170/100 mmHg

Tinggi Badan: 172 cm

Berat Badan: 70 kg

Gizi: Cukup

STATUS INTERNUS

Jantung: HR = 84x/menit, murmur (-), gallop (-)

Paru-paru: Vesikuler (+) normal, ronki (-),wheezing (-)

Hepar : Tidak teraba

Lien : Tidak teraba

Anggota Gerak: Lihat status neurologikus

Genitalia: Tidak ada kelainan

STATUS PSKIATRIKUS

Sikap: Wajar, kooperatifEkspresi Muka: Wajar

Perhatian: AdaKontak Psikis: Ada

STATUS NEUROLOGIKUS

Kepala

Bentuk: NormocephaliDeformitas: (-)

Ukuran : NormalFraktur: (-)

Simetris: SimetrisNyeri fraktur: (-)

Hematom: (-)Pembuluh darah: Tidak ada pelebaran

Tumor: (-)Pulsasi: (-)

Leher

Sikap: Lurus

Deformitas

: (-)

Tortikolis: (-)

Tumor

: (-)

Kaku kuduk: (-)

Pembuluh darah: Tidak ada pelebaran

Saraf-saraf otak

N. OlfaktoriusKananKiri

PenciumanTidak ada kelainanTidakada kelainan

Anosmia(-)(-)

Hyposmia(-)(-)

Parosmia(-)(-)

N.Opticus

Kanan

Kiri

Visus

6/6

6/6

Anopsia

(-)

(-)

Hemianopsia

(-)

(-)

Fundus oculi

Papil edematidak diperiksatidak diperiksa

Papil atrofitidak diperiksatidak diperiksa

Perdarahan retinatidak diperiksatidak diperiksa

Nn. Occulomotorius, Trochlearis,

dan AbducensKananKiri

Diplopia(-)(-)

Celah mata(-)(-)

Ptosis(-)(-)

Sikap bola mata

Strabismus(-)(-)

Exophtalmus(-)(-)

Enophtalmus(-)(-)

Deviasikonjugae(-)(-)

Gerakan bola matabaik ke segala arahbaik ke segala arah

Pupil

Bentuknyabulatbulat

Besarnya 3 mm 3 mm

Isokori/anisokor

isokor

Refleks cahaya

- Langsung(+)(+)

- Konsensuil(+)(+)

- Akomodasi(+)(+)

N.TrigeminusKananKiri

Motorik

Menggigittidak ada kelainantidak ada kelainan

Trismustidak adatidak ada

Refleks kornea(+)(+)

Sensorik

Dahitidak ada kelainantidak ada kelainan

Pipitidak ada kelainantidak ada kelainan

Dagutidak ada kelainantidak ada kelainan

N.FacialisKananKiri

Motorik

Mengerutkan dahisimetrissimetrisMenutup matalagoftalmus (-)lagoftalmus (-)

Menyeringaitidak ada kelainantidak ada kelainan

Plica nasolabialistidak ada kelainantidak ada kelainan

Bentuk Muka

Istirahattidak ada kelainantidak ada kelainan

Berbicara/bersiultidak ada kelainantidak ada kelainan

Sensorik

2/3 depan lidahtidak ada kelainan

Otonom

Salivasitidak ada kelainan

Lakrimasitidak ada kelainan

Chvosteks sign(-)(-)

N. VestibulocochlearisKananKiri

Suara bisikantidak ada kelainantidak ada kelainan

Detik arlojitidak ada kelainantidak ada kelainan

Tes Webertidak ada lateralisasitidak ada lateralisasi

Tes Rinnetidak ada kelainantidak ada kelainan

Dix-Hallpike

(-)

(-)

Nistagmus (+)

(+) Nn. Glossopharingeus

dan VagusKananKiri

Arcus pharingeus

simetris

simetris

Uvula

tidak ada kelainan

Gangguan menelan

disfagia (-)

Suara serak/sengau

disfonia (-)

Denyut jantung

normal

Refleks

Muntah(+)

Batuk(+)

Okulokardiak(+)

Sensorik

1/3 belakang lidahtidak ada kelainan

N. AccessoriusKananKiri

Mengangkat bahusimetrissimetris

Memutar kepalatidak ada kelainan

N. Hypoglossus

Mengulur lidah tidak ada deviasi

Fasikulasi

(-)

Atrofi papil

(-)

Disartria

(-)

Fungsi Motorik

LenganKananKiri

Gerakancukupcukup

Kekuatan

5

5

Tonusnormalnormal

Refleks fisiologis

Bicepsnormalnormal

Tricepsnormalnormal

Radiusnormalnormal

Ulnanormalnormal

Refleks patologis

Hoffman Ttromner(-)(-)

Leri(-)(-).

Meyer(-)(-)

Trofikeutrofikeutrofik

TungkaiKananKiri

Gerakancukupcukup

Kekuatan

5

5

Tonusnormalnormal

Klonus

Paha(-)(-)

Kaki(-)(-)

Refleks fisiologis

K P Rnormalnormal

A P Rnormalnormal

Refleks patologis

Babinsky(-)(-)

Chaddock(-)(-)

Oppenheim(-)(-)

Gordon(-)(-)

Schaeffer(-)(-)

Rossolimo(-)(-)

Mendel-Beckhterew(-)(-)

Fungsi Sensorik

Tidak ada kelainan

Fungsi Vegetatif

Miksi: Tidak ada kelainan

Defekasi: Tidak ada kelainan

Kolumna Vertebralis

Kyphosis: (-)

Lordosis: (-)

Gibbus: (-)

Deformitas: (-)

Tumor: (-)

Meningocele: (-)

Hematoma: (-)

Nyeri ketok: (-)

Gejala Rangsang Meningeal

Kaku kuduk

: (-)

Kerniq

: (-)

Lasseque

: (-)

Brudzinsky

Neck: (-)

Cheek: (-)

Symphisis

: (-)

Leg I

: (-)

Leg II

: (-)

Gait dan Keseimbangan

Ataxia: (-)Romberg: (+)

Hemiplegic: (-)Dyemsetria : (-)

Scissor: (-)- Jari-jari: normal

Propulsion: (-)- Jari-hidung: normal

Histeric: (-)- Lutut-tumit: normal

Limping: (-)Rebound phenomena: (-)

Steppage: (-)Dysdiadochokinesis: (?)

Astasia-Abasia: (-)Trunk Ataxia: (-)

Limb Ataxia: (-)

Gerakan Abnormal

Tremor: (-)

Chorea: (-)

Athetosis: (-)

Ballismus: (-)

Dystoni: (-)

Myocloni: (-)

Fungsi Luhur

Afasia motorik: (-)

Afasia sensorik: (-)

Apraksia: (-)

Agrafia: (-)

Alexia: (-)

Afasia nominal: (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

- BSS = 146RESUME

IDENTIFIKASI

ANAMNESA

PEMERIKSAAN FISIK

Dari pemerikaan status generalis dengan kesadaran GCS 15 (E4M6V5), tekanan darah 120/80 mmHg, temperatur suhu 36,8C, nadi 86 x/menit, pernapasan 22 x/menit, gizi cukup.

STATUS NEUROLOGIKUS

Nn. Cranialis:

N. III:Pupil bulat, isokor, 3 mm/ 3 mm, refleks cahaya +/+N. VII:Dahi simetris, lagoftalmus (-), plica nasolabialissimetris

N. VIII:Nistagmus (+), Dix-Hallpike (-) N. XII:Deviasi lidah (-), fasikulasi (-), atropi lidah (-), disatria (-)Fungsi motorikLengan KananLengan KiriTungkai KananTungkai Kiri

GerakanCukupCukupCukupCukup

Kekuatan5555

TonusNormalNormalNormalNormal

Klonus(-)(-)

Refleks fisiologisNormalNormalNormalNormal

Refleks Patologis(-)(-)(-)(-)

Fungsi Sensorik: tidak ada kelainan

Fungsi Luhur: tidak ada kelainan

Fungsi Vegetatif: tidak ada kelainan

GRM: (-)

Gerakan abnormal: (-)

Gait dan Keseimbangan:Roomberg (+), Dysmetria (-),

Dysdiadochokinesis (-)

DIAGNOSIS

DIAGNOSA KLINIK:Benign Postural Paroksismal Vertigo (BPPV)

DIAGNOSA TOPIK: Vestibular kanal posterior

DIAGNOSA ETIOLOGI: Idiopatik

DIAGNOSA (+)

: Hipertensi stage II

RENCANA PEMERIKSAAN

Konsul ke bagian THT

TATALAKSANA

Farmakologi

Betahistine Mesylate 3 x 6 mg tablet

Flunarizine Dimenhydrinate 3 x 50 mg tablet

Ondansentron 3 x 4 mgNon Farmakologi

Tirah baring (Istirahat yang cukup dan mengurangi aktivitas yang dapat menimbulkan keluhan)

Terapi Manuver

Minum obat sesuai anjuran

Menerapkan pola hidup sehat (makan makanan yang bergizi, tidur cukup, dan olahraga teratur)

PROGNOSIS

Quo ad vitam:bonam

Quo ad functionam:bonam

Quo ad sanationam: bonam

BAB IIITINJAUAN PUSTAKAVertigo

Definisi

Vertigo adalah perasaan dimana penderita merasa dirinya berputar atau ia merasa dunia sekitarnya berputar. Vertigo merupakan halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar mengelilingi pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar. 1

Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar yang merujuk pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan.Epidemiologi

Vertigo merupakan gejala yang sering didapatkan pada individu dengan prevalensi sebesar 7%. Pada sebuah studi mengemukakan vertigo lebih banyak ditemukan pada wanita dibanding pria (2:1), sekitar 88% pasien mengalami episode rekuren.4 Etiologi

Vertigo merupakan suatu gejala yang banyak penyebabnya antara lain akibat kecelakaan,stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit atau banyak aliran darah ke otak dan lain-lain. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri.2

Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi tentang posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Penyebab umum dari vertigo:2

Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.

Obat-obatan : alkohol, gentamisin.

Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian dalam yang menyebabkan benign paroxysmal positional

Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis, penyakit maniere.Peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.

Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf vestibularis, sklerosis multipel, dan patah tulang otak yang disertai cedera pada labirin, persyarafannya atau keduanya.

Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak (transient ischemic attack) pada arteri vertebral dan arteri basiler.

Penyebab vertigo dapat berasal dari perifer yaitu dari organ vestibuler sampai ke inti nervus VIII sedangkan kelainan sentral dari inti nervus VIII sampai ke korteks. Penyebab vertigo serta lokasi lesi:3Labirin, telinga dalam

vertigo posisional paroksisimal benigna

pasca trauma

penyakit menierre

labirinitis (viral, bakteri)

toksik (misalnya oleh aminoglikosid, streptomisin, gentamisin)

oklusi peredaran darah di labirin

fistula labirin

Saraf otak ke VIII

neuritis iskemik (misalnya pada DM)

infeksi, inflamasi (misalnya pada sifilis, herpes zoster)

neuritis vestibular

neuroma akustikus

tumor lain di sudut serebelo-pontin

Telinga luar dan tengah

Otitis media

Tumor

Sentral

Supratentorial

Trauma

Epilepsi

Infratentorial

Klasifikasi

Tabel 1. Perbedaan umum Vertigo perifer dan Vertigo sentral

Ciri-ciriVertigo periferVertigo sentral

LesiSistem vestibuler (telinga dalam, saraf perifer)Sistem vertebrobasiler dan gangguan vaskular (otak, batang otak, serebelum)

Penyebab Vertigo posisional paroksismal jinak (BPPV), penyakit meniere, neuronitis vestibuler, labirintis, neuroma akustik, traumaiskemik batang otak, vertebrobasiler insufisiensi, neoplasma, migren basiler

Gejala gangguan SSPTidak adaDiantaranya:diplopia, parestesi, gangguan sensibilitas dan fungsi motorik, disartria, gangguan serebelar

Masa laten3-40 detikTidak ada

HabituasiYaTidak

FatigabelYaTidak

Intensitas vertigoBeratRingan

Telinga berdenging dan atau tuliKadang-kadangTidak ada

Nistagmus spontan+-

Tabel 2. klinis vertigo vestibular, perifer dan sentral

PeriferSentral

Bangkitan vertigoMendadakLambat

Derajat vertigoBeratRingan

Pengaruh gerakan kepala(+)(-)

Gejala otonom(++)(-)

Gangguan pendengaran(+)(-)

Benign Paroxismal Positional Vertigo(BPPV)Definisi

Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah salah satu jenis vertigo vestibular tipe perifer yang paling sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, ditandai dengan serangan-serangan yang menghilang spontan. Benign Paroxysmal Positional Vetigo didefinisikan sebagai kelainan pada telinga bagian dalam yang mana ada pengulangan episodic dari vertigo posisional. BPPV juga sering dikenal dengan kelainan pada bagian vestibular.3

EpidemiologiBenign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan salah satu gangguan Neurotologi dimana 17% pasien datang dengan keluhan pusing. Pada populasi umum prevalensi BPPV yaitu antara 11 sampai 64 per 100.000.

BPPV biasanya diderita pada usia 50-70 tahun. Proporsi antara wanita lebih besar dibandingkan dengan laki-laki yaitu 2,2 : 1,5. BPPV merupakan bentuk dari vertigo posisional.4EtiologiIdiopatik

Sekitar 50% penderita BPPV tidak diketahui penyebabnya.Simtomatik

Pasca trauma, pasca-labirinitis virus, insufisiensi vertebrobasilaris, Meniere, pasca-operasi, ototoksisitas, mastoiditis kronik.Pada orang tua, penyebab paling umum adalah degenerasi dari sistem vestibular dari telinga bagian dalam.3

PatofisiologiVestibulum mengatur pergerakan dan posisi kepala dengan mendeteksi akselerasi linier dan angular. Bagian vestibular dari labirin terdiri dari tiga kanal semisirkular, yakni kanal anterior, posterior, dan horisontal. Ketiga kanal semisirkularis ini mendeteksi akselerasi angular. Setiap kanal semisirkular terisi oleh endolimfe dan pada bagian dasarnya terdapat penggelembungan yang disebut sebagai ampula. Ampula mengandung kupula, suatu masa gelatin yang memiliki densitas yang sama dengan endolimfe, serta melekat pada sel rambut.

Labirin juga terdiri dari dua struktur otolit, yakni utrikulus dan sakulus yang mendeteksi akselerasi linear, termasuk deteksi terhadap gravitasi. Organ reseptornya adalah makula. Makula utrikulus terletak pada dasar utrikulus kira-kira di bidang kanalis semisirkularis horisontal. Makula sakulus terletak pada dinding medial sakulus dan terutama terletak di bidang vertikal. Pada setiap makula terdapat sel rambut yang mengandung endapan kalsium yang disebut otolith (otokonia). Makula pada utrikulus diperkirakan sebagai sumber dari partikel kalsium yang menjadi penyebab BPPV. 3,9Kupula adalah sensor gerak untuk kanal semisirkular dan ini teraktivasi oleh defleksi yang disebabkan oleh aliran endolimfe. Pergerakan kupula oleh karena endolimfe dapat menyebabkan respon, baik berupa rangsangan atau hambatan, tergantung pada arah dari gerakan dan kanal semisirkular yang terkena. Kupula membentuk barier yang impermeabel yang melintasi lumen dari ampula, sehingga partikel dalam kanal semisirkular hanya dapat masuk atau keluar kanal melalui ujung yang tidak mengandung ampula. . 3,4, 9

Gambar 1. Labirin Membran (Lavender) dan Tulang (Putih) dari Telinga Dalam Sisi Kiri.

Ampulofugal berarti pergerakan yang menjauhi ampula, sedangkan ampulapetal berarti gerakan mendekati ampula. Pada kanal semisirkular posterior dan superior, defleksi utrikulofugal dari kupula bersifat merangsang (stimulatory) dan defleksi utrikulopetal bersifat menghambat (inhibitory). Pada kanal semisirkular lateral, terjadi yang sebaliknya. 3,4Terdapat 2 hipotesa yang menerangkan patofisiologi BPPV, yaitu:,7,8

Hipotesa kupulotiasis

Hipotesa kanalitiasis

1. Hipotesa Kupulotiasis

Adanya debris yang berisi kalsium karbonat berasal dari fragmen otokonia yang terlepas dari macula utrikulus yang berdegenerasi, menempel pada permukaan kupula semisirkularis posterior yang letaknya langsung di bawah makula urtikulus. Debris ini menyebabkannya lebih berat daripada endolimfe sekitarnya, dengan demikian menjadi lebih sensitif terhadap perubahan arah gravitasi. Bilamana pasien berubah posisi dari duduk ke berbaring dengan kepala tergantung, seperti pada tes Dix Hallpike, kanalis posterior berubah posisi dari inferior ke superior, kupula bergerak secara utrikulofugal, dengan demikian timbul nistagmus dan keluhan vertigo. Pergeseran massa otokonia tersebut membutuhkan waktu, hal ini yang menyebabkan adanya masa laten sebelum timbulnya nistagmus dan keluhan vertigo.3,4,8Gerakan posisi kepala yang berulang akan menyebabkan otokonia terlepas dan masuk ke dalam endolimfe, hal ini yang menyebabkan timbulnya fatigue, yaitu berkurangnya atau menghilangnya nistagmus/vertigo, disamping adanya mekanisme kompensasi sentral.

2. Hipotesa Kanalitiasis

Debris otokonia tidak melekat pada kupula, melainkan mengambang di dalam endolimfe kanalisis posterior. Pada perubahan posisi kepala debris tersebut akan bergerak ke posisi paling bawah, endolimfe bergerak menjauhi ampula dan merangsang nervus ampularis. Bila kepala digerakkan tertentu debris akan ke luar dari kanalis posterior ke dalam krus komunis, lalu masuk ke dalam vestibulum, dan vertigo/nistagmus menghilang.3,4

Gejala KlinisGejala umum yang didapatkan yaitu pusing biasanya muncul setelah beberapa gerakan kepala, bermasalah dengan keseimbangan, dan rasa ingin muntah (mual).8

Vertigo muncul mendadak pada perubahan posisi, misalnya miring ke satu sisi pada waktu berbaring, bangkit dari tidur, membungkuk atau waktu menegakkan kembali badan, menunduk atau menengadah. Serangan berlangsung dalam waktu singkat, biasanya kurang dari 30 detik. Umumnya BPPV menghilang sendiri dalam beberapa hari sampai minggu dan kadang-kadang bisa kambuh lagi.8DiagnosisDiagnosis BPPV ditegakkan secara klinis berdasarkan:, 4,5,8

AnamnesisPasien biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang dari 10-20 detik akibat perubahan posisi kepala. Posisi adalah berbalik di tempat tidur pada posisi lateral, bangun dari tempat tidur, melihat ke atas dan belakang, dan membungkuk. Dapat disertai oleh rasa mual, kadang-kadang muntah.5Pemeriksaan fisik

Pada yang idiopatik tidak ditemukan kelainan. Pasien memiliki pendengaran yang normal, tidak ada nistagmus spontan, dan pada evaluasi neurologis normal. Pada yang simptomatik bisa ditemukan kelainan neurologic fokal, atau kelainan sistemik.

Pemeriksaan untuk menentukan letak lesi sentral atau perifer:

Test Fungsi Vestibuler

Tes Dix Hallpike

Tes ini dilakukan sebagai berikut:Sebelumnya pasien diberi penjelasan dulu mengenai prosedur pemeriksaan supaya tidak tegang.

Pasien duduk dekat bagian ujung pemeriksa.

Dengan mata terbuka dan berkedip sedikit mungkin selama pemeriksaan, pada posisi duduk kepala menengok ke kiri atau ke kanan, lalu dengan cepat badan pasien dibaringkan sehingga kepala tergantung pada ujung meja pemeriksa, lalu dilihat adanya nistagmus dan keluhan vertigo, pertahankan posisi tersebut selama 10 sampai 15 detik, setelah itu pasien dengan cepat didudukkan kembali. Berikutnya maneuver tersebut diulang dengan kepala menunjuk kesisi lain. Untuk melihat adanya fatigue maneuver ini diulang 2-3 kali.

Interpretasi Tes Dix HallpikeNormal: tidak timbul vertigo dan nistagmus dengan mata terbuka. Kadang-kadang dengan mata tertutup bisa terekam dengan elektronistagmografi adanya beberapa detak nistagmus.

Abnormal: timbulnya nistagmus posisional yang pada BPPV mempunyai 4 ciri, yaitu: ada masa laten, lamanya kurang dari 30 detk, disertai vertigo yang lamanya sama dengan nistagmus, dan adanya fatigue, yaitu nistagmus dan vertigo yang makin berkurang setiap kali manuver diulang. 3,5,8Perifer(benign positional vertigo): vertigo dan nistagmus timbul setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue). Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo ber-langsung lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue). 3,5,8

Gambar 2. Tes Dix Hallpike bagian I.

Gambar 3. Tes Dix Hallpike bagian II.

Gambar 4. Tes Dix Hallpike bagian III.

Tes kalori

Tes kalori ini dianjurkan oleh Dix dan Hallpike. Pada cara ini dipakai 2 macam air, dingin dan panas. Suhu air dingin adalah 300C, sedangkan suhu air panas adalah 440C. Volume air yang dialirkan ke dalam liang telinga masing-masing 250 ml, dalam waktu 40 detik. Setelah air dialirkan, dicatat lama nistagmus yang timbul. Setelah telinga kiri diperiksa dengan air dingin, diperiksa telinga kanan dengan air dingin juga. Kemudian telinga kiri dialirkan air panas, lalu telinga dalam. Pada tiap tiap selesai pemeriksaan (telinga kiri atau kanan atau air dingin atau air panas) pasien diistirahatkan selama 5 menit (untuk menghilangkan pusingnya).5,8Tes Supine Roll

Jika pasien memiliki riwayat yang sesuai dengan BPPV dan hasil tes Dix-Hallpike negatif, dokter harus melakukan supine roll test untuk memeriksa ada tidaknya BPPV kanal lateral. BPPV kanal lateral atau disebut juga BPPV kanal horizontal adalah BPPV terbanyak kedua. Pasien yang memiliki riwayat yang sesuai dengan BPPV, yakni adanya vertigo yang diakibatkan perubahan posisi kepala, tetapi tidak memenuhi kriteria diagnosis BPPV kanal posterior harus diperiksa ada tidaknya BPPV kanal lateral.3,4

Gambar 5. Supine Roll Test

Kriteria Diagnosis BPPV:Diagnosis BPPV dapat ditegakkan berdasarkan riwayat dan pemeriksaan fisik.

1. Diagnosis BPPV Tipe Kanal Posterior

Tipe kanal posterior ketika nistagmus posisional paroksismal dapat dilakukan dengan manuver Dix-Hallpike. Manuver ini dilakukan dengan memeriksa pasien dari posisi berdiri ke posisi berbaring (hanging position) dengan kepala di posisikan 45 derajat terhadap satu sisi dan leher diekstensikan 20 derajat. Manuver Dix-Hallpike menghasilkan torsional upbeating nystagmus yang terkait dalam durasi dengan vertigo subjektif yang dialami pasien, dan hanya terjadi setelah memposisikan Dix-Hallpike pada sisi yang terkena. Diagnosis presumtif dapat dibuat dengan riwayat saja, tapi nistagmus posisional paroksismal menegaskan diagnosisnya.5,8Tabel 3. Kriteria Diagnosis untuk BPPV Tipe Kanal Posterior

RiwayatPasien melaporkan episode berulang dari vertigo yang terjadi karena perubahan posisi kepala

Pemeriksaan FisikSetiap kriteria berikut terpenuhi:

- Vertigo berkaitan dengan nistagmus diprovokasi oleh tes Dix-Hallpike-Ada periode laten antara selesainya tes Dix-Hallpike

dengan onset vertigo dan nistagmus

- Vertigo dan nistagmus yang diprovokasi meningkat dan kemudian hilang dalam periode waktu 60 detik sejak onset nistagmus.

Komponen nistagmus yang didukung oleh manuver Dix-Hallpike menunjukkan karakteristik campuran gerakan torsional dan vertikal (sering disebut upbeating-torsional). Dlam beberapa saat nistagmus biasanya mulai secara lembat, meningkat dalam hal intensitas, dan kemudian berkurang dalam hal intensitas ketika ia menghilang. Ini disebut sebagai crescendo-decrescendo nystagmus. Nistagmus sering terlihat setelah pasien kembali ke posisi kepala tegak dan selama bangun, tetapi arah nystagmus mungkin terbalik. Karakteristik lain dari nistagmus pada BPPV kanal posterior adalah nistagmusnya dapat mengalami kelelahan (fatigue), yakni berkurangnya keparahan nistagmus ketika manuver tersebut diulang-ulang. Tetapi karakteristik ini tidak termasuk kriteria diagnosis.4,5,82. Diagnosis BPPV Tipe Kanal Lateral

BPPV tipe kanal lateral (horisontal) dapat ditimbulkan oleh Dix-Hallpike manuver. Namun cara yang paling dapat diandalkan untuk mendiagnosis BPPV horisontal adalah dengan supine roll test atau supine head turn maneuver (Pagnini- McClure maneuver). Dua temuan nistagmus yang potensial dapat terjadi pada manuver ini, menunjukkan dua tipe dari BPPV kanal lateral. a. Tipe Geotrofik. Pada tipe ini, rotasi ke sisi patologis menyebabkan nistagmus horisontal yang bergerak (beating) ke arah telinga paling bawah. Ketika pasien dimiringkan ke sisi lain, sisi yang sehat, timbul nistagmus horisontal yang tidak begitu kuat, tetapi kembali bergerak ke arah telinga paling bawah.

b. Tipe Apogeotrofik. Pada kasus yang lebih jarang, supine roll test menghasilkan nistagmus yang bergerak ke arah telinga yang paling atas. Ketika kepala dimiringkan ke sisi yang berlawanan, nistagmus akan kembali bergerak ke sisi telinga paling atas.5,8Pada kedua tipe BPPV kanal lateral, telinga yang terkena diperkirakan adalah telinga dimana sisi rotasi menghasilkan nistagmus yang paling kuat. Di antara kedua tipe dari BPPV kanal lateral, tipe geotrofik adalah tipe yang paling banyak. 4,53. Diagnosis BPPV Tipe Kanal Anterior dan Tipe Polikanalikular

Benign Paroxysmal Positional Vertigo tipe kanal anterior berkaitan dengan paroxysmal downbeating nystagmus, kadang-kadang dengan komponen torsi minor mengikuti posisi Dix-Hallpike. Bentuk ini mungkin ditemui saat mengobati bentuk lain dari BPPV. Benign Paroxysmal Positional Vertigo kanal anterior kronis atau persisten jarang. Dari semua tipe BPPV, BPPV kanal anterior tampaknya tipe yang paling sering sembuh secara spontan. Diagnosisnya harus dipertimbangkan dengan hati-hati karena downbeating positional nystagmus yang berhubungan dengan lesi batang otak atau cerebellar dapat menghasilkan pola yang sama. Benign Paroxysmal Positional Vertigo tipe polikanalikular jarang, tetapi menunjukkan bahwa dua atau lebih kanal secara bersamaan terkena pada waktu yang sama. Keadaan yang paling umum adalah BPPV kanal posterior dikombinasikan dengan BPPV kanal horisontal.5,8Penatalaksanaan Benign Paroxismal Positional Vertigo (BPPV)3.3.1. Farmakologi

Penatalaksanaan dengan farmakologi untuk BPPV tidak secara rutin dilakukan. Beberapa pengobatan hanya diberikan untuk jangka pendek untuk gejala-gejala vertigo, mual dan muntah yang berat yang dapat terjadi pada pasien BPPV. Pengobatan untuk vertigo yang disebut juga pengobatan suppresant vestibular yang digunakan adalah:9Golongan benzodiazepine (diazepam, lorazepam) dengan dosis Lorazepam dosis dapat diberikan 0,5 mg 1 mg dan Diazepam dosis dapat diberikan 2 mg 5 mg.

Antihistamine (meclizine, dipenhidramin). Benzodiazepines dapat mengurangi sensasi berputar namun dapat mengganggu kompensasi sentral pada kondisi vestibular perifer. Antihistamine mempunyai efek supresif pada pusat muntah sehingga dapat mengurangi mual dan muntah karena motion sickness. Harus diperhatikan bahwa benzodiazepine dan antihistamine dapat mengganggu kompensasi sentral pada kerusakan vestibular sehingga penggunaannya diminimalkan.

Dimenhidrinat (Dramamine), Lama kerja obat ini ialah 4 6 jam. Dapat diberi per oral atau parenteral (suntikan intramuscular dan intravena). Dapat diberikan dengan dosis 25 mg 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek samping ialah mengantuk.Difhenhidramin Hcl (Benadryl), Lama aktivitas obat ini ialah 4 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1 kapsul) 50 mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan parenteral. Efek samping mengantuk. 6,93.3.2. Non Farmakologi

Benign Paroxysmal Positional Vertigo dikatakan adalah suatu penyakit yang ringan dan dapat sembuh secara spontan dalam beberapa bulan. dengan pemberian terapi dengan manuver reposisi partikel/ Particle Repositioning Maneuver (PRM) dapat secara efektif menghilangkan vertigo pada BPPV, meningkatkan kualitas hidup, dan mengurangi risiko jatuh pada pasien. Keefektifan dari manuver-manuver yang ada bervariasi mulai dari 70%-100%. Beberapa efek samping dari melakukan manuver seperti mual, muntah, vertigo, dan nistagmus dapat terjadi, hal ini terjadi karena adanya debris otolitith yang tersumbat saat berpindah ke segmen yang lebih sempit misalnya saat berpindah dari ampula ke kanal bifurcasio. Setelah melakukan manuver, hendaknya pasien tetap berada pada posisi duduk minimal 10 menit untuk menghindari risiko jatuh.14 Latihan bertujuan untuk mengatasi gangguan vestibular, membiasakan atau mengadaptasi diri terhadap gangguan keseimbangan.6,9,10Tujuan latihan ialah :

Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium untuk meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun.

Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata.

Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan.10,111. Manuver Epley

Manuver Epley adalah yang paling sering digunakan pada kanal vertikal. Pasien diminta untuk menolehkan kepala 45 ke sisi yang sakit, lalu pasien berbaring dengan kepala tergantung dan dipertahankan 1-2 menit. Lalu kepala ditolehkan 90 ke sisi sebaliknya, dan posisi supinasi berubah menjadi lateral dekubitus dan dipertahan 30-60 detik. Setelah itu pasien mengistirahatkan dagu pada pundaknya dan kembali ke posisi duduk secara perlahan. 6,9,10Indikasi Epley manuver :

Episode berulang pusing dipicu BPPV.

Positif menemukan gejala dan nistagmus dengan pengujian posisi (misalnya, uji Dix-Hallpike).

Keterbatasan Epley manuver :

1. Penggunaan CRP pada pasien tidak memiliki BBPV (diagnosis yang salah).

2. Salah kinerja masing-masing komponen CRP. Prosedur manuver Epley :

Gambar 6. Manuver Epley I

Pertama posisi duduk, kepala menoleh ke kiri ( pada gangguan keseimbangan / vertigo telinga kiri ) (1)Kemudian langsung tidur sampai kepala menggantung di pinggir tempat tidur (2), tunggu jika terasa berputar / vertigo sampai hilang, kemudian putarkepala ke arah kanan (sebaliknya) perlahansampai muka menghadap ke lantai (3), tunggu sampai hilang rasa vertigo.

Kemudian duduk dengan kepala tetap pada posisi menoleh ke kanan dan kemudianke arah lantai (4), masing-masing gerakan ditunggu lebih kurang 30 60 detik.

Dapat dilakukan juga untuk sisi yang lain berulang kali sampai terasa vertigo hilang. 6,9,10,11Manuver Epley di rumah :

Prosedur ini lebih efektif dari prosedur di ruangan, karena diulang setiap malam selama seminggu. Metode ini (untuk sisi kiri), seseorang menetap pada posisi supine selama 30 detik dan pada posisi duduk tegak selama 1 menit. Dengan demikian siklus ini membutuhkan waktu 2 menit. Pada dasarnya 3 siklus hanya mengutamakan untuk beranjak tidur, sangat baik dilakukan pada malam hari daripada pagi atau siang hari, karena jika seseorang merasa pusing setelah latihan ini, dapat teratasi sendiri dengan tidur. 11

Gambar 7. Manuver Epley

Gambar 8. Canalith Repositioning Procedure (Epley Manuver).

Gambar 9. Posisi tidur setelah Manuver Epley.

2. Manuver Semont

Manuver ini diindikasikan untuk pengobatan cupulolithiasis kanan posterior. Jika kanal posterior terkena, pasien diminta duduk tegak, lalu kepala dimiringkan 45 ke sisi yang sehat, lalu secara cepat bergerak ke posisi berbaring dan dipertahankan selama 1-3 menit. Ada nistagmus dan vertigo dapat diobservasi. Setelah itu pasien pindah ke posisi berbaring di sisi yang berlawanan tanpa kembali ke posisi duduk lagi. 6,9,10,11Latihan Semont Liberatory :

Gambar 10. Manuver Semont Liberatory

Keterangan Gambar :

Pertama posisi duduk (1), untuk gangguan vertigo telinga kanan, kepala menoleh ke kiri.

Kemudian langsung bergerak ke kanan sampai menyentuh tempat tidur (2) dengan posisi kepala tetap, tunggu sampai vertigo hilang (30-6- detik)

Kemudian tanpa merubah posisi kepala berbalik arah ke sisi kiri (3), tunggu 30-60 detik, baru kembali ke posisi semula. Hal ini dapat dilakukan dari arah sebaliknya, berulang kali.

Latihan ini dikontraindikasikan pada pasien ortopedi dengan kasus fraktur tulang panggul ataupun replacement panggul. Hampir sama dengan Semont Liberatory, hanya posisi kepala berbeda, pertama posisi duduk, arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian balik posisi duduk, arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri, masing-masing gerakan ditunggu kira-kira 1 menit, dapat dilakukan berulang kali, pertama cukup 1-2 kali kiri kanan, besoknya makin bertambah.9,10,113. . Manuver Lempert

Manuver ini dapat digunakan pada pengobatan BPPV tipe kanal lateral. Pasien berguling 3600, yang dimulai dari posisi supinasi lalu pasien menolehkan kepala 900 ke sisi yang sehat, diikuti dengan membalikkan tubuh ke posisi lateral dekubitus. Lalu kepala menoleh ke bawah dan tubuh mengikuti ke posisi ventral dekubitus. Pasien kemudian menoleh lagi 900 dan tubuh kembali ke posisi lateral dekubitus lalu kembali ke posisi supinasi. Masing-masing gerakan dipertahankan selama 15 detik untuk migrasi lambat dari partikel-partikel sebagai respon terhadap gravitasi. 6,9,10.11 Gambar 11. Manuver Lempert.

4. Forced Prolonged Position Manuver ini digunakan pada BPPV tipe kanal lateral. Tujuannya adalah untuk mempertahankan kekuatan dari posisi lateral dekubitus pada sisi telinga yang sakit dan dipertahankan selama 12 jam.6,9,10

Gambar 12. Forced Prolonged Position5. Brandt-Daroff exercise Brand Daroff merupakan suatu metode untuk mengobati BPPV. Latihan ini 95% lebih berhasil dari pada penatalaksanaan di tempat praktek. Latihan ini dilakukan dalam 3 set perhari selama 2 minggu. Pada tiap-tiap set, sekali melakukan manuver dibuat dalam 5 kali. Satu pengulangan yaitu manuver dilakukan pada masing-masing sisi berbeda (membutuhkan waktu 2 menit). Manuver ini dikembangkan sebagai latihan untuk di rumah dan dapat dilakukan sendiri oleh pasien sebagai terapi tambahan pada pasien yang tetap simptomatik setelah manuver Epley atau Semont. Latihan ini juga dapat membantu pasien menerapkan beberapa posisi sehingga dapat menjadi kebiasaan. 6,9,10,11Caranya adalah:

Pasien duduk tegak ditepi tempat tidur dengan kedua tungkai tergantung. Lalu dengan kedua mata tertutup baringkan tubuh dengan cepat ke salah satu sisi, pertahankan selama 30 detik, setelah itu duduk tegak kembali. Setelah 30 detik baringkan dengan cepat ke sisi lain, perahankan selama 30 detik, lalu duduk tegak kembali. Lakukan latihan ini 3 kali pada pagi hari sebelum bangun tidur, dan 3 kali pada malam hari sebelum tidur, sampai 2 hari berturut-turut tidak timbul vertigo. 6,9,10

Gambar 13. Metoda Brandt Daroff6. Barbecue Maneuver

Pasien diminta untuk berputar 360o dalam posisi tidur, dimulai dengan telinga yang sakit di posisi bawah, berputar 90o sampai satu putaran lengkap (360o). Setiap posisi dipertahankan selama 30 detik. Manuver ini akan menggerakkan otokonia keluar dari kanal menuju utrikulus kembali.11

Gambar 14. Barbecue Maneuver

7. Log Roll Maneuver

Pasien berputar 270o dalam posisi tidur miring ke sisi telinga yang sakit, berputar 90o tiap satu menit menuju ke telinga yang sehat dengan total putaran 270o. 6,9,10

Gambar 15. Log Roll Maneuver

8. Gufoni Maneuver

Pasien duduk dengan kepala menghadap lurus ke depan dan direbahkan dengan cepat ke arah sisi lesi, posisi ini dipertahankan selama satu menit setelah nistagmus apogeotropik berakhir. Dalam posisi rebah, kepala pasien diputar 45o ke depan (hidung ke atas), posisi ini dipertahankan selam dua menit. Pasien kembali ke posisi semula. 6,9,10

Gambar 16. Gufoni Maneuver

Terapi ini diharapkan mampu mengkonversi nistagmus apogeotropik menjadi nistagmus geotropik .

BAB IV

ANALISA KASUS

Diagnosis banding Diagnosis Klinik:

Vertigo Lesi Perifer

Vertigo Lesi Sentral

1. Lesi PeriferGajala pada pasien adalah:

Onset tiba-tiba.

Pusing berputar berat.

Mual dan muntah hebat.

Pusing tergantung pada perubahan posisi dan pergerakan kepala.

Pada manuver Dix-Hallpike nystagmus (+) dengan arah horizontal, latensi (+), fatigabel (+), habituasi (+).Onset tiba-tiba

Pusing berputar hebat.

Mual (+), muntah (-).

Perubahan posisi mencetuskan pusing, diperparah dengan menggerakkan kepala ke kanan.

Nystagmus (+) pada manuver Dix-Hallpike ke arah kanan, dengan arah horizontal, latensi (+), fatiabel (+), habituasi (+).

Lesi SentralGajala pada pasien adalah:

Pusing berputar, biasanya terjadi perlahan-lahan, dan bertambah berat.

Pusing mentap dalam beberapa hari hingga beberapa minggu (permanen).

Pusing tidak bergantung pada perubahan posisi dan gerakan kepala.

Nystagmus (+) dengan arah vertikalatau rotatoar, fatigabel (-), latensi (-), habituasi (-).

Disertai dengan kelainan batang otak: diplopia, disartria, disfagia, difonia.

Disertai dengan kelaianan serebellum: kelaianan koordinasi, kesulitan dan gemetaran saat melakukan aktivitas.Onset tiba-tiba

Pusing berputar hebat.

Mual (+), muntah (-).

Perubahan posisi mencetuskan pusing, diperparah dengan menggerakkan kepala ke kanan.

Nystagmus (+) pada manuver Dix-Hallpike ke arah kanan, dengan arah horizontal, latensi (+), fatiabel (+), habituasi (+).

Tidak ada gejala batang otak.

Tidak ada gejala kelaianan serebellum.

Jadi pada kasus ini diagnosis vertigo termasuk vertigo lesi perifer.

Keluhan utama pasien pada saat datang adalah pusing berputar yang dipengaruhi oleh posisi kepala secara tiba-tiba. Berdasarkan keluhan utama, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis yang telah dilakukan tersebut maka diagnosis kerja pada pasien mengarah ke Benign Paroxysmal Positional Vertigo tipe kanal posterior.

Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah salah satu jenis vertigo vestibular tipe perifer yang paling sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, ditandai dengan serangan-serangan yang menghilang spontan. Benign Paroxysmal Positional Vetigo didefinisikan sebagai kelainan pada telinga bagian dalam yang mana ada pengulangan episodic dari vertigo posisional. BPPV juga sering dikenal dengan kelainan pada bagian vestibular. BPPV dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Dari AnamnesisPasienTeori

Sekitar 4 hari SMRS penderita mengalami pusing berputar

Penderita merasa bahwa dirinya berputar terhadap lingkungan. Pusing yang dirasakan timbul secara tiba-tiba dan dirasakan hilang timbul.

Penderita merasa dirinya melayang mengitari ruangan, terutama jika pasien membuka mata dan mengubah posisi kepala seperti saat bangun dari berbaring dan berdiri setelah duduk dan terutama bila kepala penderita pada posisi miring (ke kiri).

Keluhan terjadi selama beberapa menit, dan hilang timbul.

Rasa berputar berkurang bila penderita berbaring dan memejamkan matanya.

Penderita juga mengeluh mual dan muntahPasien biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang dari 10-20 detik akibat perubahan posisi kepala.

Posisi yang memicu adalah berbalik di tempat tidur pada posisi lateral, bangun dari tempat tidur, melihat ke atas dan belakang, dan membungkuk.

Vertigo bisa diikuti dengan mual.

Pemeriksaan fisik

FaktaTeori

Setelah dilakukan tes Dix-Hallpike pasien mengalami vertigo dan terlihat adanya nistagmusVertigo dan nistagmus yang timbul pada tes Dix-Hallpike mula-mula meningkat dan kemudian menurun perlahan dan hilang dalam waktu kurang dari 1 menitPada pengulangan ke 2 dan ke 3 pemeriksaan Dix-Hallpike, nistagmus yang terjadi semakin berkurang keparahannya

Vertigo berkaitan dengan nistagmus diprovokasi oleh tes Dix-HallpikeAda periode laten antara selesainya tes Dix-Hallpike dengan onset vertigo dan nistagmusVertigo dan nistagmus yang diprovokasi meningkat dan kemudian hilang dalam periode waktu 60 detik sejak onset nistagmus.

Karakteristik lain dari nistagmus pada BPPV kanal posterior adalah nistagmusnya dapat mengalami kelelahan (fatigue), yakni berkurangnya keparahan nistagmus ketika manuver tersebut diulang-ulang.

Berdasarkan penjelasan tabel diatas pada kasus ini di diagnosis dengan BPPV (Benign Paroxysmal Positional Vertigo)Penatalaksanaan BPPV secara farmakologi dan non farmakologi.

PasienTeori

Farmakologis

Betahistine 3x6mgDimenhydrinate 3x50mgNon Farmakologis

Manuver SemontBrandt-Daroff exerciseNon Farmakologis

Manuver Epley

Manuver Semont

Manuver Lempert

Forced Prolonged PositionBrandt-Daroff exerciseFarmakologis

BenzodiazepinAntihistaminOperasi

Singular neurectomyOklusi Kanal

Penatalaksanaan pasien BPPV secara farmakologis dapat diberikan betahistine sebagai antivertigo yang dapat mengurangi sensasi berputar. Dimenhydrinate merupakan antihistamine yang berperan sebagai vestibular suppressant dan mempunyai efek supresif pada pusat muntah sehingga dapat mengurangi mual dan muntah karena motion sickness. Manuver Semont merupakan rehabilitasi yang biasa digunakan untuk pengobatan BPPV kanal posterior, sedangkan Brandt-Daroff exercise dapat digunakan untuk latihan dirumah.BAB V

KESIMPULAN

Vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ) atau disebut juga Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah gangguan keseimbangan perifer yang sering dijumpai. Gejala yang dikeluhkan adalah vertigo yang datang tiba-tiba pada perubahan posisi kepala. Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai, yang sering digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness, unsteadiness) atau rasa pusing (dizziness). Diagnosis BBPV dapat di tegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya.

Penatalaksanaan BPPV terbagi dua yaitu Farmakologi, Non farmakologi.. Penatalaksanaan dengan nor farmakologi sering deilakukan dan mudah dilakukan. yaitu dengan terapi rehabilitatif dengan manuver yang dapat dilakukan adalah Manuver Epley, Manuver Semont, Manuver lempert, Forced Prolonged Position, Brand-Daroff Exercise, Barbecue Maneuver, Log Roll Maneuver, dan Guvoni Maneuver. Prosedur dengan terapi manuver ini memberikan perbaikan gejala lebih efektif dalam mengurangi BPPV.DAFTAR PUSTAKA

Sura, DJ, Newell, S. 2010. Vertigo- Diagnosis and management in primary care, Journal: BJMP. 3(4): a351.Labuguen, RH. 2006. Initial Evaluation of Vertigo . Journal : American Family Physician January 15, 2006 Volume 73, NumberFife D.T. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. Semin Neurol Journal. 2009;29:500-508.

John, C dan Meyers, A. 2014. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. http://emedicine.medscape.com/article/884261

Parnes et al. Diagnosis and Management of Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV). CMAJ. 2003;169 (7): 681-93.

Teixeira L.J., Pollonio J.N., Machado. 2006. Maneuvers for the treatment of Benign Positional Paroxysmal Vertigo: a systemic review. Brazilian Journal of Otorhinolaryngology.72(1): 130-8.

Turner, B, Lewis, NE. 2010. Symposium Neurology :Systematic Approach that Needed for establish of Vetigo. The Practitioner Journal September 2010 - 254 (1732): 19-23.

Bittar et al. 2011. Benign Paroxysmal Positional Vertigo: Diagnosis and Treatment. International Tinnitus Journal.16(2): 135-45.

Oghalai JS, Manolidis S, Barth JL, et al. 2000. Unrecognized benign paroxysmal positional vertigo in elderly patients. Otolaryngol Head Neck Surg. 122:630-4.

Simhadri S, Panda N, Raghunathan M. 2003. Efcacy of particle repositioning maneuver in BPPV: a prospective study. Am J Otolaryngol. 24:35560.

Touma, B.J. 2014. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV). http://american-hearing.org/disorders/benign-paroxysmal-positional-vertigo. :1-8.1