Carsen 05 BAB 4
-
Upload
carseen-jilly-leo-evlist -
Category
Documents
-
view
215 -
download
0
Transcript of Carsen 05 BAB 4
-
8/19/2019 Carsen 05 BAB 4
1/13
62
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian
dibagi menjadi gambaran lokasi penelitian, data umum dan data khusus. Data
umum menampilkan karakteristik responden, yaitu jenis kelamin, umur,
pendidikan, pekerjaan dan hubungan. Data khusus menampilkan data tentang
hubungan dukungan keluarga pasien TB paru dengan motivasi minum obat anti
TBC (OAT) di wilayah kerja Puskesmas Puri Kabupaten Mojokerto.
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian
Pengambilan data dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Puri Kabupaten
Mojokerto pada tanggal 4 Juni-18 Juni 2012. Puskesmas Puri mencakup 16 desa
yang berada di Kecamatan Puri dan 3 puskesmas pembantu yang mengikuti
program Dinkes mengenai TBC. Puskesmas puri memiliki 5 program pokok yang
di unggulkan, dari 5 program pokok tersebut salah satu program yang di
unggulkan adalah pemberantasan penyakit menular yang salah satu programnya
adalah pemberantasan TB. Jumlah petugas kesehatan di puskesmas puri yaitu: 2
dokter, 9 perawat, 1 tim gizi, 1 analis, 1 apoteker dan 16 bidan desa setempat.
Sedangkan jumlah petugas kesehatan yang menangani program TBC ada 3 orang,
yaitu 1 perawat lulusan D3 Keperawatan yang saat ini sedang menjalani proksus,
1 dokter lulusan S1 Kedokteran dan 1 analis lulusan D3 Analis Laborat. Fasilitas
yang terdapat dipuskesmas Puri diantaranya Poli Gigi, Poli KIA, Poli Umum,
-
8/19/2019 Carsen 05 BAB 4
2/13
63
ruang imunisasi, dan apotek. Selain itu juga terdapat 5 ruang rawat inap, yaitu
ruang Adenium, Mawar, Melati, Tulip dan Anggrek.
4.1.2 Hasil Analisis Univariat
1. Karakteristik responden (Pasien TB Paru) berdasarkan jenis
kelamin
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden (Pasien TB Paru) berdasarkan jenis
kelamin di wilayah kerja Puskesmas Puri Kabupaten Mojokertotanggal 4 Juni hingga 18 Juni 2012
No Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase
1 Laki-laki 18 62%
2 Perempuan 11 38%
Total 29 100%
Sumber: Data primer tahun 2012
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar responden
(Pasien TB Paru) adalah laki-laki yaitu sebanyak 18 responden (62%).
2. Karakteristik responden (Pasien TB Paru) berdasarkan usia
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan (Pasien TB Paru) usiadi wilayah kerja Puskesmas Puri Kabupaten Mojokerto tanggal 4Juni hingga 18 Juni 2012
No Umur Frekuensi Prosentase
1 16-22 tahun 4 13,8%
2 23-29 tahun 6 20,7%
3 30-36 tahun 7 24,1%
4 37-44 tahun 12 41,4%
Total 29 100%
Sumber: Data primer tahun 2012
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar responden
(Pasien TB Paru) berumur 37-44 tahun yaitu sebanyak 12 responden
(41,4%).
-
8/19/2019 Carsen 05 BAB 4
3/13
64
3. Karakteristik responden (Pasien TB Paru) berdasarkan pendidikan
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden (Pasien TB Paru) berdasarkan pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Puri Kabupaten Mojokerto
tanggal 4 Juni hingga 18 Juni 2012
No Pendidikan Frekuensi Prosentase
1 SD 9 31,1%
2 SMP 13 44,8%
3 SMA 7 24,1%
4 Perguruan Tinggi 0 0%
Total 29 100%Sumber: Data primer tahun 2012
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar responden
(Pasien TB Paru) berpendidikan SMP yaitu sebanyak 13 responden
(44,8%).
4. Karakteristik responden (Pasien TB Paru) berdasarkan pekerjaan
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden (Pasien TB Paru) berdasarkan pekerjaan di wilayah kerja Puskesmas Puri Kabupaten Mojokerto
tanggal 4 Juni hingga 18 Juni 2012
No Pendidikan Frekuensi Prosentase
1 Tidak Bekerja 1 3,4%
2 Pelajar 1 3,4%
3 Buruh 4 13,8%
4 Swasta 16 55,2%
5 Wiraswasta 2 6,9%
6 Ibu Rumah Tangga 5 17,3%
7 PNS/Polri 0 0%
Total 29 100%
Sumber: Data primer tahun 2012
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa sebagian besar responden
(Pasien TB Paru) bekerja swasta yaitu sebanyak 16 responden (55,2%).
-
8/19/2019 Carsen 05 BAB 4
4/13
65
5. Karakteristik responden (Keluarga) berdasarkan hubungan
dengan penderita TB paru
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden (Keluarga) berdasarkan hubungandengan penderita TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Puri
Kabupaten Mojokerto tanggal 4 Juni hingga 18 Juni 2012
No Hubungan Frekuensi Prosentase
1 Bapak 1 3,4%
2 Ibu 5 17,2%
3 Anak 5 17,2%
4 Pasangan (Suami/Istri) 17 58,8%
5 Saudara 1 3,4%
Total 29 100%
Sumber: Data primer tahun 2012
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa sebagian besar responden
(Keluarga) memiliki hubungan sebagai pasangan dengan penderita TB
paru yaitu sebanyak 17 responden (58,8%).
6. Dukungan keluarga terhadap penderita TB paru dalam menjalani
pengobatan di wilayah kerja Puskesmas Puri Kabupaten
Mojokerto.
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi responden (Keluarga) berdasarkan dukungankeluarga terhadap penderita TB paru dalam menjalani pengobatan
di wilayah kerja Puskesmas Puri Kabupaten Mojokerto tanggal 4
Juni hingga 18 Juni 2012 No Dukungan Keluarga Frekuensi Prosentase
1 Dukungan Baik 11 37,9%
2 Dukungan Cukup 13 44,8%
3 Dukungan Kurang 5 17,3%
Total 29 100%
Sumber: Data primer tahun 2012
-
8/19/2019 Carsen 05 BAB 4
5/13
66
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa sebagian besar dari
responden (Keluarga) memberikan dukungan keluarga cukup kepada
pasien TB paru yaitu sebanyak 13 responden (44,8%).
7. Motivasi penderita TB paru terhadap kepatuhan minum Obat Anti
TBC (OAT) di wilayah kerja Puskesmas Puri Kabupaten
Mojokerto.
Tabel 4.7 Distribusi frekuensi responden (Pasien TB Paru) berdasarkan
motivasi penderita TB paru terhadap kepatuhan minum Obat AntiTBC (OAT) di wilayah kerja Puskesmas Puri KabupatenMojokerto tanggal 4 Juni hingga 18 Juni 2012
No Motivasi Frekuensi Prosentase
1 Motivasi Tinggi 10 34,5%
2 Motivasi Sedang 11 37,9%
3 Motivasi Rendah 8 27,6%
Total 29 100%
Sumber: Data primer tahun 2012
Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa sebagian besar responden
(Pasien TB Paru) memiliki motivasi sedang terhadap kepatuhan minum
Obat Anti TBC (OAT) yaitu sebanyak 11 responden (37,9%).
-
8/19/2019 Carsen 05 BAB 4
6/13
67
4.1.3 Hasil Analisis Bivariat
1.
Hubungan dukungan keluarga pasien TB paru dengan motivasi
kepatuhan minum Obat Anti TBC (OAT) di wilayah kerja
Puskesmas Puri Kabupaten Mojokerto.
Tabel 4.8 Tabulasi silang hubungan dukungan keluarga pasien TB paru
dengan motivasi kepatuhan minum Obat Anti TBC (OAT) diwilayah kerja Puskesmas Puri Kabupaten Mojokerto tanggal 4
Juni hingga 18 Juni 2012
DukunganKeluarga
Motivasi
TotalTinggi Sedang Rendah
F % f % F % F %
Baik 6 54,5 3 27,3 2 18,2 11 100
Cukup 3 23,1 7 53,8 3 23,1 13 100
Kurang 1 20 1 20 3 60 5 100
Total 10 34,5 11 37,9 8 27,6 29 100
Sumber: Data primer tahun 2012
Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa dari 11 responden
(Pasien TB Paru) yang mendapat dukungan keluarga baik, sebagian
besar memiliki motivasi baik terhadap kepatuhan minum Obat Anti
TBC (OAT) yaitu 6 responden (54,5%). Dari 13 responden (Pasien TB
Paru) yang mendapat dukungan keluarga cukup, sebagian besar
memiliki motivasi cukup terhadap kepatuhan minum Obat Anti TBC
(OAT) yaitu 7 responden (53,8%). Dan dari 5 responden (Pasien TB
Paru) yang mendapat dukungan keluarga kurang, sebagian besar
memiliki motivasi rendah terhadap kepatuhan minum Obat Anti TBC
(OAT) yaitu 3 responden (60%).
-
8/19/2019 Carsen 05 BAB 4
7/13
68
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan hasil ρ = 0,069. Nilai ρ
> ɑ, tingkat kemaknaan ɑ = 0,05 jadi H0 diterima, artinya tidak ada
hubungan dukungan keluarga pasien TB paru dengan motivasi minum
Obat Anti TBC (OAT) di wilayah kerja Puskesmas Puri Kabupaten
Mojokerto.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Dukungan keluarga terhadap penderita TB paru dalam menjalani
pengobatan di wilayah kerja Puskesmas Puri Kabupaten Mojokerto.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar
dari responden (Keluarga) memberikan dukungan keluarga cukup
kepada pasien TB paru yaitu sebanyak 13 responden (44,8%).
Banyaknya macam-macam obat tuberculosis membuat penderita
menjadi jenuh untuk berobat. Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang Pengawas Minum Obat (PMO). PMO sebaiknya
orang yang disegani dan selalu dekat dengan pasien TBC, misalnya
keluarga (Nova, 2007). Pasien TB paru membutuhkan dukungan dari
keluarga, karena jika tidak ada seseorang yang perduli tentang
pengobatan pasien TB paru maka tidak akan ada orang yang
mengingatkan dan mengawasi pasien TB paru untuk minum obat secara
teratur. Maka dari itu pasien TBC perlu mendapatkan pengawasan
langsung agar meminum obat secara teratur sampai sembuh
Serta berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian
besar responden (Keluarga) memiliki hubungan sebagai pasangan
-
8/19/2019 Carsen 05 BAB 4
8/13
69
dengan penderita TB paru yaitu sebanyak 17 responden (58,8%). Hal ini
menyebabkan responden akan mendapatkan dukungan penuh terutama
dari pasangannya. Pasangan cenderung lebih dominan daripada keluarga
lainnya dalam mempercepat pencapaian kesembuhan dan keteraturan
minum obat responden. Adanya perhatian dan kasih sayang dari
pasangan dan keluarga membuat responden merasakan adanya
dukungan dari berbagai aspek, terutama dukungan emosional yang
dapat mendorong responden agar lebih mematuhi pengobatan sesuai
dengan aturannya. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh
Friedman (1998) dalam Setiadi (2008) bahwa Sifat dan jenis dukungan
sosial berbeda-beda dalam berbagai tahap siklus kehidupan. Misalnya,
jenis-jenis dan kualitas dukungan sosial dalam fase perkawinan. Sangat
berbeda dengan banyaknya dan jenis-jenis dukungan sosial yang
membutuhkan ketika keluarga sudah berada dalam tahap atau fase
siklus kehidupan terakhir. Namun demikian dalam semua tahap siklus
kehidupan dukungan sosial keluarga mampu berfungsi dengan berbagai
kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan
kesehatan dan adaptasi keluarga.
4.2.2 Motivasi penderita TB paru terhadap kepatuhan minum Obat Anti
TBC (OAT) di wilayah kerja Puskesmas Puri Kabupaten Mojokerto.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar
dari responden (Pasien TB Paru) memiliki motivasi sedang terhadap
kepatuhan minum Obat Anti TBC (OAT) yaitu sebanyak 11 responden
-
8/19/2019 Carsen 05 BAB 4
9/13
70
(37,9%). Menurut Sudrajat (2008), Motivasi dapat diartikan sebagai
kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat
persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik
yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik)
maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Motivasi responden
dipengaruhi oleh umur, pendidikan dan pekerjaan.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar
responden (Pasien TB Paru) adalah laki-laki yaitu sebanyak 18
responden (62%). Menurut pendapat Smeat bahwa seseorang mengikuti
anjuran dokter termasuk anjuran untuk minum obat karena seseorang
mempunyai keinginan untuk sembuh dan mempunyai tujuan tertentu
sehingga seseorang tetap semangat demi kesembuhannya (Hutabarat,
2008). Ini menunjukkan bahwa keinginan untuk sembuh dari penyakit
TB paru sudah menjangkau semua kelompok sehingga penderita
mempuyai motivasi untuk kesembuhannya.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar
responden (Pasien TB Paru) berumur 37-44 tahun yaitu sebanyak 12
responden (41,4%). Menurut Notoatmodjo (2003), usia akan
mempengaruhi pada proses berfikir dan pengambilan keputusan untuk
melakukan pengobatan lanjutan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kartini
(2001) bahwa beberapa tingkatan usia menentukan motivasi terhadap
sesuatu yang harus dilakukan sesuai dengan peraturan yang telah dibuat.
Dalam hal ini motivasi pun dapat dikaitkan dengan usia. Untuk usia
-
8/19/2019 Carsen 05 BAB 4
10/13
71
kurang dari 5 tahun, masih belum adanya motivasi karena belum
mampu berfikir dan memikirkan masa depan (Joniyansah, 2010). Usia
dewasa merupakan usia dimana masih sehat untuk berfikir dan
memikirkan masa depan. Banyak keinginan dari responden yang selalu
bersemangat dan memikirkan masa depan mereka, anak serta keluarga
mereka nanti.
diketahui bahwa sebagian besar responden (Pasien TB Paru)
berpendidikan SMP yaitu sebanyak 13 responden (44,8%). Hal ini
sesuai dengan teori Skiner dalam notoatmodjo (2005) bahwa motivasi
adalah tindakan nyata yang dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam
diri antara lain pendidikan penderita, serta Smeat dalam Hutabarat
(2008) yang mengatakan bahwa pendidikan yang kurang akan
menyebabkan penderita kurangnya motivasi. Maka dari itu responden
yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi tidak akan merasa terlalu
kesulitan dalam menerima informasi yang diberikan oleh petugas
kesehatan dan akan mempunyai wawasan bahwa pengobatan yang
responden lakukan merupakan hal yang penting.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar
responden (Pasien TB Paru) bekerja swasta yaitu sebanyak 16
responden (55,2%). Hal ini sesuai dengan pendapat Kartini (2001)
dalam joniansah (2010), seseorang tidak akan pernah memiliki motivasi
yang kuat terhadap kesembuhan penyakitnya jika seseorang mempunyai
aktivitas rutin. Aktivitas rutin tersebut memungkinkan orang untuk lebih
-
8/19/2019 Carsen 05 BAB 4
11/13
72
banyak menghabiskan waktu dengan pekerjaannya sehingga waktu
luang pun terbatas. Hal ini akan berbeda dengan seseorang dengan
pekerjaan yang mempunyai waktu luang cukup akan memungkinkan
lebih termotivasi untuk mematuhi semua aturan demi kesembuhannya.
Pekerjaan akan mempengaruhi motivasi seseorang, karena dengan
aktivitas yang tinggi/kesibukan responden yang bekerja di bidang
swasta membuatnya kurang mampu mengatur waktu untuk mengambil
obat di puskesmas serta mengkonsumsinya sesuai aturan.
4.2.3 Hubungan dukungan keluarga pasien TB paru dengan motivasi
kepatuhan minum Obat Anti TBC (OAT) di wilayah kerja Puskesmas
Puri Kabupaten Mojokerto.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 11 responden
(Pasien TB Paru) yang mendapat dukungan keluarga baik, sebagian
besar memiliki motivasi baik terhadap kepatuhan minum Obat Anti
TBC (OAT) yaitu 6 responden (54,5%). Dari 13 responden (Pasien TB
Paru) yang mendapat dukungan keluarga cukup, sebagian besar
memiliki motivasi cukup terhadap kepatuhan minum Obat Anti TBC
(OAT) yaitu 7 responden (53,8%). Dan dari 5 responden (Pasien TB
Paru) yang mendapat dukungan keluarga kurang, sebagian besar
memiliki motivasi rendah terhadap kepatuhan minum Obat Anti TBC
(OAT) yaitu 3 responden (60%). Berdasarkan hasil uji statistik
didapatkan hasil ρ = 0,069. Nilai ρ > ɑ, tingkat kemaknaan ɑ = 0,05 jadi
H0 diterima, artinya tidak ada hubungan dukungan keluarga pasien TB
-
8/19/2019 Carsen 05 BAB 4
12/13
73
paru dengan motivasi minum Obat Anti TBC (OAT) di wilayah kerja
Puskesmas Puri Kabupaten Mojokerto. Mycobacterium tubercolusis
merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu
yang lama untuk mengobatinya. Disamping rasa bosan karena harus
minum obat dalam waktu yang lama dan banyaknya macam-macam
obat tuberculosis, seorang penderita kadang-kadang juga berhenti
minum obat sebelum massa pengobatan belum selesai (Misnadiarly,
2006). Jika pengobatannya tidak diselesaikan secara tepat waktu, maka
akan terjadi resisten terhadap obat tersebut (Akatsuki, 2011). Apalagi
jika motivasi penderita TB paru kurang, maka semakin besar
kemungkinan akan putus obat. Motivasi penderita TB paru salah
satunya dipengaruhi oleh dukungan keluarganya (Wike, 2005).
Dukungan sosial pada umumnya menggambarkan mengenai
pertolongan yang berupa materi, emosi, dan informasi yang diberikan
oleh orang-orang yang memiliki arti seperti keluarga (Masbow, 2009).
Keberhasilan pengobatan pada penderita TB paru adalah keyakinan
bahwa penderita tersebut berobat sesuai anjuran yang telah ditetapkan,
artinya harus ada seseorang yang mengawasi atau memantau secara
langsung peraturan penderita dalam melakukan pengobatan (Wike,
2005). Hal ini disebabkan karena dukungan keluarga bukan merupakan
satu-satunya faktor yang mempengaruhi motivasi penderita TB paru
karena dukungan keluarga tidak ada hubungannya dengan peningkatan
motivasi seseorang dalam kepatuhan minum obat dan kesembuhannya
-
8/19/2019 Carsen 05 BAB 4
13/13
74
terhadap penyakit TB paru. Motivasi penderita TB paru lebih banyak
dipengaruhi oleh faktor intrinsik seperti: faktor usia, tingkat pendidikan
dan pekerjaan.