Carla-SL Penulisan Ilmiah

7
Penyakit Akibat Kerja karena Debu Batu Bara Carla Oktavia Heryanti Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana [email protected] Abstrak: Perkembangan industri yang semakin pesat di Indonesia sekarang ini dapat memberikan dampak yang kurang baik, dimana masalah kesehatan dan keselamatan pekerja sering terlupakan, sehingga masih banyak terjadi penyakit akibat kerja. Salah satu contohnya adalah pneumokoniosis. Pneumokoniosis merupakan penyakit paru akibat terhirupnya partikel anorganik berupa debu nonfibrogenik ataupun fibrogenik. Salah satu penyakit yang termasuk dalam golongan pneumokoniosis adalah pneumokonisis pada penambang batu bara (Coal Worker’s Pneumoconiosis, CWP). CWP adalah penyakit paru akibat deposisi atau penimbunan debu batu bara dalam paru atau respons paru terhadap debu batu bara yang tertimbun dan menetap dalam paru. Keparahan penyakit tergantung pada banyaknya debu yang terhirup, lamanya pemaparan, konsentrasi dan kelarutan partikel atau debu. Bila dilihat dari gejala yang muncul maka CWP dibagi menjadi tiga kategori, yaitu CWP sederhana (tidak menimbulkan gejala berarti), CWP komplikasi (menimbulkan sesak napas saat beraktivitas dan bersifat progresif), dan sindrom Caplan (pada pekerja dengan adanya gejala sendi berupa rematoid artritis). 1

description

Contoh penulisan karya ilmiah

Transcript of Carla-SL Penulisan Ilmiah

Penyakit Akibat Kerja karena Debu Batu Bara

Carla Oktavia HeryantiMahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida [email protected]

Abstrak: Perkembangan industri yang semakin pesat di Indonesia sekarang ini dapat memberikan dampak yang kurang baik, dimana masalah kesehatan dan keselamatan pekerja sering terlupakan, sehingga masih banyak terjadi penyakit akibat kerja. Salah satu contohnya adalah pneumokoniosis. Pneumokoniosis merupakan penyakit paru akibat terhirupnya partikel anorganik berupa debu nonfibrogenik ataupun fibrogenik. Salah satu penyakit yang termasuk dalam golongan pneumokoniosis adalah pneumokonisis pada penambang batu bara (Coal Workers Pneumoconiosis, CWP). CWP adalah penyakit paru akibat deposisi atau penimbunan debu batu bara dalam paru atau respons paru terhadap debu batu bara yang tertimbun dan menetap dalam paru. Keparahan penyakit tergantung pada banyaknya debu yang terhirup, lamanya pemaparan, konsentrasi dan kelarutan partikel atau debu. Bila dilihat dari gejala yang muncul maka CWP dibagi menjadi tiga kategori, yaitu CWP sederhana (tidak menimbulkan gejala berarti), CWP komplikasi (menimbulkan sesak napas saat beraktivitas dan bersifat progresif), dan sindrom Caplan (pada pekerja dengan adanya gejala sendi berupa rematoid artritis). Resiko terjadinya penyakit ini cukup tinggi, sehingga perlu diketahui gejala penyakit, deteksi dini, serta pencegahannya. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah menggunakan alat pelindung diri untuk pekerja, pengontrolan debu, berhenti merokok, dan memberikan penyuluhan kepada pekerja tentang bahaya penyakit ini. Kata kunci: Pneumokoniosis penambang batu bara.

Abstract: Industrial development in Indonesia that increase rapidly nowadays can give a low impact, where the problem of health and safety of workers often forgotten, so there still a lot of occupational diseases that happens. For an example is pneumoconiosis. Pneumoconiosis is a lung disease caused by inhalation of inorganic particles such as non-fibrogenic dust and fibrogenic dust. One of the diseases that included in the pneumoconiosis is pneumoconiosis in coal miners called Coal Workers Pneumoconiosis (CWP). CWP is a lung disease caused by deposition or accumulation of coal dust in the lungs or pulmonary response to coal dust were buried and settle in the lungs. Severity of the disease depends on the amount of respirable dust, duration of exposure, concentration and solubility of particles or dust. Seen from the symptoms, then CWP is divided into three categories, namely simple CWP (not cause significant symptoms), complicated CWP (cause shortness of breath on exertion and progressive), and Caplan syndrome (in workers with symptoms of the joints such as rheumatoid arthritis). The risk of this disease is high enough, so need to know about the symptoms of the disease, early detection, and prevention. Precautions that can be done are using personal protective equipment for workers, dust control, stop smoking, and educate the employees about the dangers of this disease. Key words: Coal workers pneumoconiosis.

PendahuluanIndonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai banyak sumber daya alam. Salah satunya adalah batu bara. Sumber daya ini cukup memadai tidak hanya untuk memenuhi permintaan dalam negeri tetapi dapat berpotensi untuk penerimaan ekspor. Selain itu, banyak juga sumber daya manusia yang bekerja di bagian pertambangan atau yang berhubungan dengan tambang khususnya batu bara.Perkembangan industri yang terjadi di Indonesia sekarang ini dapat memberikan perubahan atau dampak baik positif maupun negatif pada masyarakat. Dampak positif dari perkembangan tersebut akan meningkatkan taraf ekonomi maupun sosial masyarakat dan juga dapat menambah lapangan pekerjaan. Namun perkembangan industri juga dapat memberikan dampak negatif terhadap kesehatan terutama bagi para pekerja, sehingga perlu dilakukan antisipasi terhadap pekerja yang kemungkinan dapat terpapar atau terpajan oleh zat-zat yang diolah atau gas yang terjadi pada proses pengolahan di lapangan pekerjaan mereka masing-masing. Penyakit paru kerja adalah penyakit atau kerusakan paru yang disebabkan oleh debu, asap, dan gas berbahaya yang terhirup oleh pekerja di tempat kerjanya.1 Banyak lingkungan kerja lapangan yang mengancam kesehatan pekerja terutama kesehatan paru. Oleh karena pertumbuhan industri di Indonesia berkembang dengan pesat, kejadian penyakit yang berhubungan pekerjaan ini juga meningkat dengan cepat. Salah satu penyakit paru kerja yang sering ditemukan pada pekerja tambang dan juga industri tertentu adalah pneumokoniosis. Pneumokoniosis bisa berupa silikosis, asbestosis, pneumokoniosis batu bara, serta bentuk yang lainnya. Dan yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah tentang pneumokoniosis batu bara. Tujuan dari penulisan tinjauan pustaka ini agar pembaca dapat mengerti tentang penyakit paru kerja khususnya pada penambang batu bara, mengetahui tentang gejala atau tanda dari penyakit ini sampai pada terapi serta tindakan pencegahan agar dapat mengurangi resikonya serta terhindar dari penyakit ini. Pneumokoniosis adalah penyakit paru yang disebabkan oleh terhirupnya partikel anorganik berupa debu nonfibrogenik ataupun fibrogenik.1 Debu nonfibrogenik merupakan debu yang bila terhirup masuk ke dalam tubuh tidak menimbulkan reaksi jaringan paru, contohnya debu besi dan timah putih. Sedangkan debu fibrogenik dapat menimbulkan reaksi jaringan paru sehingga terbentuk jaringan parut atau fibrosis. Salah satu contoh dari debu fibrogenik adalah batu bara. Terdapat beberapa faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan bila debu tesebut terhirup, antara lain yang pertama adalah jumlah debu yang terhirup dan kemudian tertahan di paru, yang bergantung dari lamanya pemaparan, konsentrasi debu serta efektivitas mekanisme pembersihan. Kemudian yang kedua dilihat dari ukuran, bentuk dan sifat mengembangnya partikel dimana yang berpotensi menyebabkan bahaya adalah partikel yang berukuran 1-5 m karena partikel ini menetap di alveolus paru. Dan yang ketiga adalah kelarutan partikel dimana partikel yang sangat mudah larut dapat segera menyebabkan keracunan dan partikel yang lain menahan pelarutan dan tetap menetap untuk menimbulkan reaksi kronis fibrotik.2 Pneumokoniosis yang terjadi pada penambang batu bara biasanya disebut Coal Workers Pneumoconiosis (CWP).Coal Workers Pneumoconiosis (CWP) biasa juga disebut Black Lung Disease. Penyakit ini merupakan penyakit paru akibat deposisi atau penimbunan debu batu bara dalam paru atau respons paru terhadap debu batu bara yang tertimbun dan menetap dalam paru. Disebut black lung karena debu batu bara berwarna hitam, sehingga paru yang tertimbun tersebut berwarna hitam juga.3 Para pekerja yang sering terkena penyakit ini umumnya bekerja di kapal pengangkut batu bara terutama pada pekerja yang bertugas memangkas atau meratakan batu bara saat dicurahkan ke kapal untuk persiapan keberangkatan.4 Namun kini termasuk penyakit paru jarang, dan terjadi pada pria manula yang disebabkan karena inhalasi debu batu bara. Dosis paparan total berhubungan dengan beratnya penyakit.5 Respons dari paru akibat debu batu bara kurang menimbulkan fibrosis bila dibandingkan dengan debu silika, tetapi bila bersamaan dengan silika yang ada terdapat dalam debu maka secara radiologis akan memberikan bayangan atau opasitas yang bervariasi.Berdasarkan bentuk serta ukuran opasitas radiologis terdapat dua jenis CWP, yaitu simple CWP dan complicated CWP.3Pada simple CWP, debu yang terinhalasi dibungkus oleh sel radang yang membentuk nodul atau disebut coal macula kecil, hitam, bulat, berukuran kurang dari 1 cm dan tersebar merata di lobus paru bagian atas. Pada complicated CWP, kumpulan nodul kecil bergabung membentuk nodul atau coal macula besar, warna hitam dan berukuran lebih dari 1 cm. Apabila ukuran coal macula lebih dari 3 cm disebut lesi masif atau progressive masive fibrosis (PMF) dengan inti terdiri dari debu, jaringan kolagen dan protein, serta di bagian tepinya terdapat lapisan kapsul.3 Apabila dilihat dari manifestasi klinis yang muncul terdapat tiga jenis CWP, yaitu CWP sederhana (simple CWP), CWP komplikasi (complicated CWP) dan sindrom Caplan. Pada CWP sederhana biasanya tidak menimbulkan gejala atau asimtomatis, progresivitas perlahan serta diagnosis berdasarkan opasitas radiologis dan faal paru masih normal. Namun, satu sampai dua persen penderita CWP sederhana dapat mengalami progressivve masive fibrosis.1 Pada CWP komplikasi biasanya sudah terdapat sesak napas terutama saat beraktivitas, bisa ditemukan batuk dengan sputum hitam (melanoptysis), dan dapat berlanjut kor pulmonal kronik, hipertensi pulmonal atau payah jantung kanan. Sindrom Caplan terdapat pada pekerja tambang batu bara yang disertai rematoid artritis dengan nodul-nodul besar, bulat, dan terletak di daerah tepi paru. Pada nodul sering ditemukan kavitas dan nodul tersebut sebelum ada gejala sendi. Pemeriksaan untuk penyakit rematoid pada penderita sindrom Caplan akan memberikan hasil positif.1,3,5Diagnosis CWP ditegakkan berdasarkan riwayat paparan debu batu bara serta pemeriksaan rontgen paru yang menunjukkan adanya abnormalitas gambaran radiologis.3,4 Diagnosis juga dapat ditegakkan dengan foto toraks dengan tujuan untuk membedakan nodul kecil atau besar, dan juga dengan melakukan tes fungsi paru pada CWP komplikasi untuk mengetahui adanya penurunan volume paru disertai obstruksi aliran udara.5 Pada pasien dengan kavitas paru dan ada dugaan terdapat infeksi tuberkulosis, maka diagnosis tuberkulosis harus dilakukan secara intensif. Insidens karsinoma atau keganasan paru baik pada CWP sederhana dan komplikasi adalah kecil. Gambaran klinis untuk mengetahui adanya PMF adalah bila ada bayangan atau opasitas radiologis dengan densitas yang bervariasi, ada opasitas reguler di bagian tepi paru, ada kalsifikasi dalam lesi dan ada riwayat melanoptysis.3 Pneumokonisis pada penambang batu bara atau CWP ini berbeda dengan silikosis. Cara untuk membedakannya terutama didasarkan pada riwayat pekerjaan selain itu bisa juga dengan melakukan biopsi. Namun, meskipun biopsi dapat membedakan kedua penyakit tersebut tetapi jarang sekali diperlukan.4 Pengobatan spesifik untuk penyakit ini tidak ada. Biasanya pengobatan hanya berdasarkan gejala atau simtomatis dan ditujukan pada kepada komplikasi atau keadaan tertentu.4 Bila terdapat infeksi tuberkulosis harus diobati secara tuntas. Beberapa pencegahan yang perlu dilakukan adalah dengan menganjurkan para pekerja agar memakai alat pelindung diri, seperti menggunakan masker basah saat bekerja, kemudian diberikan penyuluhan mengenai bahaya dari penyakit ini terutama kepada para pekerja dan untuk perokok dianjurkan untuk berhenti merokok.3,4 Selain itu beberapa hal penting lainnya yang juga dapat dilakukan adalah pengontrolan debu dan pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi penyakit serta memindahkan pekerja yang terdiagnosa terkena pneumokoniosis. Bila ditemukan pekerja muda dengan gambaran radiologis simple CWP disarankan agar berhenti bekerja karena resiko terjadi PMF cukup tinggi. Insidens penyakit ini dapat berhasil diturunkan dengan mengurangi atau menghindari paparan. Disabilitas atau kecacatan akibat CWP bisa dikompensasi.5Prognosis penyakit ini cukup baik karena berkat pengendalian kadar debu, penyakit jarang menjadi lebih berat. Gagal napas dapat terjadi pada pasien dengan progressive masive fibrosis atau PMF.5

PenutupPenyakit CWP cukup mengkhawatirkan bagi para penambang batu bara meskipun sudah jarang terjadi. Penyebab terjadinya penyakit ini kebanyakan tergantung dari intensitas seseorang terpapar debu batu bara. Tidak ada pengobatan yang spesifik, namun perlu adanya tindakan pencegahan agar dapat terhindar penyakit ini.

Daftar Pustaka1. Robbins SL, Cotran RS, Kumar V. Translation of pocket companion to pathologic basis of disease. 5th ed. Jakarta: EGC; 2007.h.447-8.2. Djojodibroto RD. Penyakit paru kerja. Dalam: Respirologi. Jakarta: EGC; 2009.h. 198,202. 3. Rahmatullah P. Pneumonitis dan penyakit paru lingkungan. Dalam: Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-5. Jakarta: Interna Publishing; 2009.h.2283-4. 4. Jeyaratnam J, Koh D. Buku ajar praktik kedokteran kerja. Diterjemahkan dari Suryadi, penerjemah; Neary R, Sihombing E, Widyastuti P, penyunting. Textbook of occupational medicine practice. Jakarta: EGC; 2009.h.89-90.5. Davey P. Penyakit paru industri. Diterjemahkan dari Rahmalia A, Novianty C, penerjemah; Safitri A, penyunting. Medicine at a glance. Dalam: At a glance medicine. Jakarta: Erlangga; 2005.h.199.5