Cara Kerja Kalorimeter Bom

download Cara Kerja Kalorimeter Bom

of 16

Transcript of Cara Kerja Kalorimeter Bom

CARA KERJA KALORIMETER BOM Kalorimeter bom adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai kalori) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam O2 berlebih) suatu senyawa, bahan makanan, bahan bakar. Sejumlah sampel ditempatkan pada tabung beroksigen yang tercelup dalam medium penyerap kalor (kalorimeter), dan sampel akan terbakar oleh api listrik dari kawat logam terpasang dalam tabung. Kalorimeter bom terdiri dari tabung baja tebal dengan tutup kedap udara. Sejumlah tertentu zat yang akan diuji ditempatkan dalam cawan platina dan sebuah "kumparan besi yang diketahui beratnya (yang juga akan dibakar) ditempatkan pula pada cawan platina sedemikian sehingga menempel pada zat yang akan diuji. Kalorimeter bom kemudian ditutup dan tutupnya lalu dikencangkan. Setelah itu "bom" diisi dengan O2 hingga tekanannya mencapai 25 atm. Kemudian "bom" dimasukkan ke dalam kalorimeter yang diisi air. Setelah semuanya tersusun, sejumlah tertentu aliran listrik dialirkan ke kawat besi dan setelah terjadi pambakaran, kenaikan suhu diukur. Kapasitas panas (atau harga air) bom, kalorimeter, pengaduk, dan termometer ditentukan dengan percobaan terpisah dengan menggunakan zat yang diketahui panas pembakarannyadengan tepat (Biasanya asam benzoat)

Cara Kerja 1. Susun alat kalorimeter.

2. Isi gelas kimia dengan 50ml NaOH 3. Isi gelas kimia dengan 50ml HCL 0,1M. Ukur dan cata suhu setiap larutan. 4. Tuangkan 100ml NaOH 1M ke dalam calorimeter, disusul 100ml HCL M. Tutup kalorimeter dengan karet penyumbat lalu aduk campuran larutan. Catat suhu campuran larutan.

Puslitbang tekMIRA memiliki beberapa laboratorium yang digunakan untuk menganalisis sifat-sifat fisika maupun kimia dari batubara. Sifat-sifat fisika maupun kimia yang dapat dianalisis antara lain: 1. Nilai kalor batubara (coal calorific value)

Salah satu parameter penentu kualitas batubara ialah nilai kalornya, yaitu seberapa banyak energi yang dihasilkan per satuan massanya. Nilai kalor batubara diukur menggunakan alat yang disebut bom kalorimeter.

Gambar 1. Bomb calorimeter digunakan untuk menentukan nilai kalor dalam batubara. Kalorimater bom terdiri dari 2 unit yang digabungkan menjadi satu alat. Unit pertama ialah unit pembakaran di mana batubara dimasukkan ke dalam bejana dan dibakar dengan pasokan udara/oksigen pembakar. Unit kedua ialah unit pendingin (kondensor) yang pada gambar di atas terletak pada bagian kanan. 2. Titik leleh abu (ash melting point)

Gambar 2. Beberapa sampel abu (ash) batubara dari berbagai sumber yang berbeda.

Abu (ash) merupakan produk samping proses pembakaran batubara. Apabila proses pembakaran terjadi pada temperatur di atas titik leleh abu, abu yang terbentuk akan meleleh dan menimbulkan penyumbatan di dalam reaktor (slagging). Hal tersebut menyebabkan nilai titik leleh abu penting sangat penting untuk diketahui secara pasti. Titik leleh abu merupakan suhu yang menunjukkan perubahan karakteristik abu batubara apabila dipanaskan pada kondisi standar. Prosedur analisa dimulai dengan membentuk abu batubara menjadi seperti kerucut dengan bantuan cetakan. Abu yang telah berbentuk kerucut tersebut kemudian dipanaskan di dalam furnace. Gambar 2 menunjukkan beberapa sampel batubara dari berbagai sumber. Abu batubara yang masih berbentuk seperti bedak ini kemudian dicetak dengan cetakan kerucut seperti pada Gambar 3 kiri.

Gambar 3. Alat yang digunakan untuk mencetak abu (ash) sehingga membentuk kerucut (kiri). Sebuah ilustrasi yang menggambarkan bentuk abu selama proses pelelehan (kanan). Furnace dilengkapi dengan kamera yang terhubung dengan komputer untuk memantau karakteristik sampel di dalam furnace sehingga dapat ditentukan pada suhu berapa sampel mulai mengalami deformasi, membentuk sperikal, hemisperikal, dan akhirnya mulai meleleh. Proses perubahan bentuk dapat dilihat pada Gambar 3 kanan. Anda tahu berapa temperatur furnace yang digunakan untuk analisis titik leleh abu ini? 1170C.

Gambar 4. Komputer yang berfungsi untuk melihat foto hasil kamera yang dipasang pada furnace (kiri). Furnace yang digunakan untuk menganalisis titik leleh abu batubara (kanan). 3. Free Swelling Index (FSI)

Free Swelling Index merupakan suatu parameter seberapa jauh batubara akan memuai apabila dipanaskan. Sampel batubara dimasukkan ke dalam cawan khusus dan dipanaskan di dalam furnace. Kokas diamati profilnya dengan cara membandingkan bentuk kokas dengan bentuk profil kokas standar yang mempunyai nilai dari angka 1 sampai 9. Gambar di bawah ini menunjukkan furnace yang digunakan dalam analisis FSI dan kokas yang terbentuk setelah proses pemanasan. Warna merah di dalam furnace terlihat karena tingginya temperatur di dalam furnace; Anda dapat merasakan panas radiasinya bahkan dari jarak 3 meter.

Gambar 5. Furnace (kiri) dan kokas (coke) yang terbentuk setelah pemanasan (kanan) 4. True Specific Gravity (TSG)

Gambar 6. Piknometer yang digunakan untuk analisis True Specific Gravity (TSG) batubara. True Specific Gravity (TSG) merupakan perbandingan antara densitas batubara dengan densitas air pada suhu referensi tertentu (misalnya 60F atau 90F). True specific gravity dapat dihitung dari berat cairan tipol yang dipindahkan oleh batubara kering yang lolos ayakan 60 mesh dan telah diketahui beratnya dalam suatu botol

densitas (piknometer). Piknometer dikonsidikan dalam keadaan vakum agar batubara lebih cepat mengendap. Nilai TSG batubara umumnya bernilai antara 1,2 (bituminus) hingga 1,5 (antrasit). Dibandingkan dengan sekian banyak peralatan analisa yang ada di Puslitbang tekMIRA, peralatan penentuan TSG merupakan peralatan yang paling sederhana. 5. Kadar sulfur

Salah satu cara untuk menentukan kadar sulfur yaitu melalui pembakaran pada suhu tinggi. Batubara dioksidasi dalam tube furnace dengan suhu mencapai 1350C. Sulfur oksida (SOx) yang terbentuk sebagai hasil pembakaran kemudian ditangkap oleh oleh detektor infra merah dan kemudian dianalisis. Hasil analisis kemudian ditampilkan dalam komputer.

Gambar 7. Furnace (kiri) terhubung dengan komputer (kanan) yang digunakan untuk menganalisa kadar sulfur dengan metode infra merah. 6. Analisis ultimat batubara (coal ultimate analysis)

Analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kadar karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen, (N), dan sulfur (S) dalam batubara. Seiring dengan perkembangan teknologi, analisis ultimat batubara sekarang sudah dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Analisa ultimat ini sepenuhnya dilakukan oleh alat yang sudah terhubung dengan komputer. Prosedur analisis ultimat ini cukup ringkas; cukup dengan memasukkan sampel batubara ke dalam alat dan hasil analisis akan muncul kemudian pada layar komputer.

Gambar 8. Alat yang digunakan untuk analisa ultimat batubara (kiri). Coba perhatikan logo Elementar, perusahaan produsen alat analisa ini, yang menyandingkan unsurunsur kimia dengan warna karakternya masing-masing (kanan). 7. Analisis proksimat batubara (coal proximate analysis)

Gambar 9. Alat yang digunakan untuk analisa proksimat batubara. Analisis proksimat batubara bertujuan untuk menentukan kadar fixed carbon, volatile matters, moisture, dan abu (ash). Fixed carbon ialah kadar karbon tetap yang terdapat dalam batubara setelah volatile matters dipisahkan dari batubara. Kadar fixed carbon ini berbeda dengan kadar karbon (C) hasil analisis ultimat karena sebagian karbon berikatan membentuk senyawa hidrokarbon volatile. Volatile matters adalah kandungan batubara yang terbebaskan pada temperatur tinggi tanpa keberadaan oksigen (misalnya CxHy, H2, SOx, dan sebagainya). Moisture ialah kandungan air yang terdapat dalam batubara sedangkan abu (ash) merupakan kandungan residu noncombustible yang umumnya terdiri dari senyawa-senyawa silika oksida (SiO2), kalsium oksida (CaO), karbonat, dan mineral-mineral lainnya. Sama halnya dengan alat analisis ultimat, alat analisis proksimat ini juga sudah terkomputerisasi. Kalorimeter Bom Nilai kalor bahan bakar adalah suatu besaran yang menunjukkan nilai energi kalor yang dihasilkan dari suatu proses pembakaran setiap satuan massa bahan bakar. Bahan bakar yang

banyak digunakan umumnya berbentuk senyawa hidrokarbon. Reaksi umum yang terjadi dari suatu proses pembakaran adalah : reaktan produk Enthalpi pembakaran adalah selisih antara enthalpi dari produk dengan enthalpi dari reaktan ketika pembakaran sempurna berlangsung pada temperatur, dan tekanan tertentu (T,P). Pembakaran sempurna terjadi jika semua komponen bahan bakar (seperti C,H & N) terbakar semuanya dan membentuk ikatan dengan komponen-komponen udara membentuk suatu senyawa baru (CO2, H2O, N2). Secara teoritik, jika diketahui struktur molekul dari bahan bakar (misal: CH4, C8H18, C12H26) dan nilai enthalpi pembentukan untuk setiap komponen reaktan dan produk, harga enthalpi pembakaran bahan bakar dapat dihitung dengan menggunakan rumus : dimana ne he &ni & hi = = : jumlah nilai hRP mol enthalpi = nilai enthalpi produk produk pembakaran dan dan reaktan reaktan

masing-masing masing-masing

komponen komponen

Hubungan antara nilai kalor bahan bakar dengan enthalpi pembakaran adalah :

Cara lain untuk menentukan nilai kalor bahan bakar yaitu secara eksperimental dengan menggunakan suatu alat yang disebut kalorimeter bom. Pada pengujian kali ini akan ditentukan nilai kalor bahan bakar dengan menggunakan kalorimeter bom.

Tujuan Memilih

dari

mengetahui bahan bakar

nilai

bahan yang

bakar sesuai

adalah untuk

untuk

:

keperluan.

Menghitung efisiensi dari suatu sistem yang menggunakan bahan bakar (misal boiler, motor bakar torak) dengan sebelumnya terlebih dahulu menghitung energi kalor yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar.

Menentukan kualitas suatu bahan bakar berdasarkan besar kecilnya nilai kalor yang dimilikinya.

Berdasarkan fasa H2O yang terbentuk sebagai hasil pembakaran, nilai kalor dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

LHV (Low Heating Value), yaitu nilai kalor bahan bakar jika H2O yang dihasilkan sebagai produk pembakaran berada dalam fasa uap (gas).

HHV (High Heating Value), yaitu nilai kalor bahan bakar jika H2O yang dihasilkan sebagai produk pembakaran berada dalam fasa cair.

Nilai LHV selalu lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai HHV. Hal ini dikarenakan kalor yang dihasilkan pada proses pembakaran dengan LHV sebagian digunakan untuk mengubah H2O dari fasa cair menjadi fasa gas sehingga besar energi kalor yang dapat dimanfaatkan menjadi lebih kecil.

Penurunan Secara Nbb Dimana Nbb H T Nkp mkp Nkw mkw mbb = = = = = = Nilai = Nilai = Nilai Massa Massa kalor Nilai air Tf kalor Kalor = umum, ((H rumus x T)nilai (N

rumus kalor x bahan bakar adalah (

NBB : kJ/kg) : Bahan = bakar 11,5664 Ti = 19222,04 kapsul [kJ/kg)] kJ/oC [oC] kJ/kg [kg] 5860,40 terbakar bakar kJ/kg [kg] [kg]

m)kp-(Nxm)kw)/m_bb

kalorimeter kapsul Massa kawat kawat yang bahan

=

Untuk menentukan harga Tf, Ti dan Tawal digunakan grafik antara temperatur yang diukur terhadap waktu. Selanjutnya Ti dapat dihitung dengan menggunakan rumus perbandingan antara . Harga perbandingan tersebut adalah spesifik untuk kalorimeter bom yang digunakan dalam percobaan ini. Harga tersebut dikeluarkan oleh produsen dari kalorimeter bom. Untuk Tf dan Tawal, yaitu sebagai berikut :

menentukan harga perbandingan setiap kalorimeter bom, perlu dilakukan kalibrasi kalorimeter bom. Posted by sandra131 at 07:52 Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit.

Kalor merupakan bentuk energi maka dapat berubah dari satu bentuk kebentuk yang lain. Berdasarkan Hukum Kekekalan Energi maka energi listrik dapat berubah menjadi energi kalor dan juga sebaliknya energi kalor dapat berubah menjadi energi listrik. Dalam pembahasan ini hanya akan diulas tentang energi kalor.y

Bomb Kalorimeter

Bomb kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai kalori) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam O2 berlebih) suatu senyawa, bahan makanan, bahan bakar. Sejumlah sampel ditempatkan pada tabung beroksigen yang tercelup dalam medium penyerap kalor (kalorimeter), dan sampel akan terbakar oleh api listrik dari kawat logam terpasang dalam tabung. Sejumlah sampel dalam suatu ruang bernama BOMB dan dinyalakan atau dibakar dengan sistem penyalaan elektris sehingga sampel tersebut terbakar habis dan menghasilkan panas. Bagian-Bagian Bomb Kalorimeter

Keterangan a. b. c. d. e. f. Bom Termometer Pengaduk Katup Cawan berguna berguna oksigen untuk Kawat yaitu untuk meletakkan untuk untuk mengaduk oksigen yang untuk terjadinya akan mengukur air dari di

: suhu. pendingin. tabung. bakar.

memasukkan bahan/sampel

penyala tempat

membakar. pembakaran.

g. Jacket air yaitu jacket untuk peletakan bom. Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pengoperasian. 1. Suhu pembakaran pada bomb kalorimeter tiap menit yang dilihat pada digital temperature indicator. 2. Tekanan gas Oksigen yang diberikan pada bom.

Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat dalam suatu perubahan atau reaksi kimia. Tipe kalorimeter [sunting] Kalorimeter bom Kalorimeter bom adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai kalori) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam O2 berlebih) suatu senyawa, bahan makanan, bahan bakar. Sejumlah sampel ditempatkan pada tabung beroksigen yang tercelup dalam medium penyerap kalor (kalorimeter), dan sampel akan terbakar oleh api listrik dari kawat logam terpasang dalam tabung. Contoh kalorimeter bom adalah kalorimeter makanan.

Kalorimeter makanan. Kalorimeter makanan adalah alat untuk menentukan nilai kalor zat makanan karbohidrat, protein, atau lemak. Alat ini terdiri dari sebuah tabung kaca yang tingginya kurang lebih 19 cm dan garis menengahnya kurang lebih 7,5 cm. Bagian dasarnya melengkung ke atas membentuk sebuah penyungkup. Penyungkup ini disumbat dengan sebuah sumbat karet yang berlubang di bagian tengah. Bagian atas tabung kaca ini ditutup dengan lempeng ebonit yang bundar. Di dalam

tabung kaca itu terdapat sebuah pengaduk, yang tangkainya menembus tutup ebonit, juga terdapat sebuah pipa spiral dari tembaga. Ujung bawah pipa spiral itu menembus lubang sumbat karet pada penyungkup dan ujung atasnya menembus tutup ebonit bagian tengah. Pada tutup ebonit itu masih terdapat lagi sebuah lubang, tempat untuk memasukkan sebuah termometer ke dalam tabung kaca. Tabung kaca itu diletakkan di atas sebuah keping asbes dan ditahan oleh 3 buah keping. Keping itu berbentuk bujur sangkar yang sisinya kurang lebih 9,5 cm. Di bawah keping asbes itu terdapat kabel listrik yang akan dihubungkan dengan sumber listrik bila digunakan. Di atas keping asbes itu terdapat sebuah cawan aluminium. Di atas cawan itu tergantung sebuah kawat nikelin yang berhubungan dengan kabel listrik di bawah keping asbes. Kawat nikelin itulah yang akan menyalakan makanan dalam cawan bila berpijar oleh arus listrik. Dekat cawan terdapat pipa logam untuk mengalirkan oksigen. [sunting] Kalorimeter larutan Kalorimeter larutan adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat pada reaksi kimia dalam sistem larutan. Pada dasarnya, kalor yang dibebaskan/diserap menyebabkan perubahan suhu pada kalorimeter. Berdasarkan perubahan suhu per kuantitas pereaksi kemudian dihitung kalor reaksi dari reaksi sistem larutan tersebut. Kini kalorimeter larutan dengan ketelitian cukup tinggi dapat diperoleh dipasaran. [sunting] Bentuk kalorimetery

Beker aluminium dan gelas plastik jenis polistirin (busa) dapat digunakan sebagai kalorimeter sederhana dengan termometer sebagai pengaduk. Keuntungan

menggunakan gelas plastik sebagai kalorimeter adalah murah harganya dan setelah dipakai dapat dibuang.y

Kalorimeter yang biasa digunakan di laboratorium fisika sekolah berbentuk bejana biasanya silinder dan terbuat dari logam misalnya tembaga atau aluminium dengan ukuran 75 mm x 50 mm (garis tengah). Bejana ini dilengkapi dengan alat pengaduk dan diletakkan di dalam bejana yang lebih besar yang disebut mantel/jaket. Mantel/jaket tersebut berguna untuk mengurangi hilangnya kalor karena konveksi dan konduksi.

Kalorimeter larutan adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat pada reaksi kimia dalam sistem sistem. Pada dasarnya, kalor yang dibebaskan/diserap menyebabkan perubahan suhu pada kalorimeter.

Kalorimeter adalah alat untuk mengukur kalor. kalorimeter yang menggunakan teknik pencampuran dua zat didalam suatu wadah, umumnya digunakan untuk menentukan kalor jenis suatu zat.

beberapa jenis kalorimeter yang sering dipakai antara lain: kalorimeter alumunium, elektrik, gas dan kalorimeter bom.

Suatu benda yang mempunyai suhu lebih tinggi dari fluida bila dicelupkan kedalam fluida, maka benda tersebut akan melepaskan kalor yang akan diserap oleh fluida hingga tercapai keadaan seimbang (suhu benda = suhu fluida). Dari hasil pengamatan kami, kami mendapatkan bahwa kalor merupakan bentuk energi yaitu energi panas. oleh karena itu pada kalor berlaku hukum setelah energi jika dua buah benda yang suhunya barlainan hukum kekelan energi jika dua buah benda yang suhunya berlainan disentukan atau dicampur, benda yang bersuhu tinggi akan melepaskan kalor dan benda yang bersuhu rendah akan menyerap kalor. banyaknya kalor yang dilepas sama dengan banyaknya kalor yang diserap. pernyataan ini sesuai dengan pernyataan/azas blask yang menyatakan: Q lepas = Q terima.

Dimana kalor jenis merupakan perbandingan diantara kapasitas panas dengan massa benda = c = Q/(M . t)

Dimana c adalah kalor jenis, Q adalah jumlah kalor, adalah massa benda dan t adalah perubahan suhu perubahan suhu ini dapat dicari dengan t2 t1. dimana suhu saat setimbang kurang dengan suhu mula mula, kalor jenis zat disebut dengan kalorimeter.

Semakin tinggi suatu benda maka semakin rendah massa benda. kapasitas kalor juga disebut harga air (H) atau di sebut juga harga air kalorimeter. harga air kalorimeter dapat ditentukan dengan persamaan rumus yang di dapat melalui persamaan azas black yaitu

Q mb ma . . Cb Ca

lepas (tb + t2) H = =

= (ma mb (t2 . Ca .

Q + Cb t2) ma . Cb (t2 ma . H) (tb (t2

trima t1) t2) t1) Cb t1) t1)

H

=

mb

.

Cb

(tb (t2

H

=

mb (t2 t1)

.

Cb

(tb

t2)

Simpulan Berdasarkan hasil pengamatan yang kami peroleh penulis dapat menyimpulkan bahwa semakin tinggi suhu suatu benda maka semakin rendah massa benda. kalor dapat diartikan sebagai suatu bentuk energi yang bila ditambahkan sebuah benda akan menyebabkan kandungan energinya bertambah/temperaturnya akan naik

Nilai kalor rendah (LHV) biomass (15-20 MJ/kg) lebih rendah dibanding nilai kalor batubara (25-33 kJ/kg) dan bahan bakar minyak (gasoline, 42,5 MJ/kg). Artinya untuk setiap kg biomas hanya mampu menghasilkan energi 2/3 dari energi 1 kg batubara dan dari energi 1 kg gasoline.

Nilai kalor berhubungan langsung dengan kadar C dan H yang dikandung oleh bahan bakar padat. Semakin besar kadar keduanya akan semakin besar nilai kalor yang dikandung. Menariknya dengan proses charing (pembuatan arang), nilai kalor arang yang dihasilkan akan meningkat cukup tajam. Sebagai gambaran, dari hasil proses pembuatan arang batok kelapa pada temperatur 750oC dapat dihasilkan arang dengan nilai kalor atas (HHV) 31 MJ/kg. Nilai ini setara dengan nilai kalor batubara kelas menengah ke atas. Coba bandingkan dengan arang batubara yang mempunyai nilai kalor atas 35 MJ/kg.

Nilai kalor rendah (LHV, lower heating value) adalah jumlah energi yang dilepaskan dari proses pembakaran suatu bahan bakar dimana kalor laten dari uap air tidak diperhitungkan, atau setelah terbakar, temperatur gas pembakaran dibuat 150oC. Pada temperatur ini, air berada dalam kondisi fasa uap.

Jika jumlah kalor laten uap air diperhitungkan atau setelah terbakar, temperatur gas pembakaran dibuat 25oC, maka akan diperoleh nilai kalor atas (HHV, higher heating value). Pada temperatur ini, air akan berada dalam kondisi fasa cair.

Graz, 03.07.2007 21:34 Salah satu sumber energi terpenting terutama untuk negara berkembang adalah biomassa. Dibandingkan dengan bahan bakar yang lain, biomassa mempunyai densitas yang rendah sehingga menyebabkan densitas energi yang rendah pula. Disamping itu, dari karakteristik densitas yang rendah dan berdebu dari biomassa juga menyebabkan masalah dalam transportasi, penanganan, penyimpanan dan pembakaran langsung. Salah satu teknologi yang menjanjikan adalah proses pembriketan. Teknologi ini secara sederhana didefinisikan sebagai proses densifikasi untuk memperbaiki karakteristik bahan bakar biomassa. Sifat-sifat penting dari briket yang mempengaruhi kualitas bahan bakar adalah sifat fisik dan kimia. Sebagai contoh adalah karakteristik densitas, ukuran briket, kandungan air, nilai kalor dan energi per satuan volume. Penelitian ini menyelidiki pemanfaatan biomassa yang melimpah sebagai sumber energi dengan menjadikannya biobriket. Dengan menggunakan analisis proximate diukur beberapa parameter seperti : kandungan air, volatile matter, kandungan abu, fixed carbon dan nilai kalor dari biomassa. Parameter-parameter tadi memberikan sifat teknis dari energi biomassa sebagai bahan bakar potensial pengganti bahan bakar fosil. Pemilihan biomassa berdasarkan nilai kalor yang tinggi, kandungan volatil yang tinggi, kadar abu rendah, kandungan fixed carbon sedang dan ketersediaannya yang melimpah. Kandidat biomassa yang dipilih untuk dijadikan biobriket adalah jerami, gergajian glugu dan gergajian kayu jati. Selama tes pembriketan, pengaruh ukuran partikel, kadar air dan temperatur biomassa pada tekanan pembriketan sebesar 450 kg/cm2 diuji terhadap kualitas briket. Kualitas briket ditentukan oleh nilai kuat tekannya. Dengan menggunakan alat tekan hidrolik bertekanan 500 kg/cm2, dibuat briket berbentuk silinder berdiameter 30 mm dengan atau tanpa bahan pengikat. Sebagai bahan pengikat digunakan kanji sebesar 5%. Dalam proses pembriketan, ukuran partikel divariasi 20, 40, dan 80 mesh, kandungan air divariasi 15%, 20% dan 25%, dan temperatur pembriketan divariasi pada 60o, 80o, 100o dan 120o. Dari data

penelitian disimpulkan bahwa dengan tekanan pembriketan sebesar 450 kg/cm2 cukup bagus untuk membuat biobriket dari jerami, gergajian glugu dan gergajian kayu jati. Hasil biobriket yang optimum untuk semua bahan biomassa didapatkan untuk ukuran partikel 20 mesh, kandungan air kurang dari 15% dan dengan penambahan kanji 5%. Briket jerami yang dibuat dengan menggunakan preheating menunjukkan kuat tekan yang lebih tinggi, tetapi ini tidak terjadi pada briket glugu dan kayu jati. Briket dibakar pada alat uji pembakaran untuk mengetahui karakteristik pembakarannya.

Laju aliran udara divariasi pada kecepatan 0,6 m/s, 0,8 m/s, 1,0 m/s dan 1,2 m/s sedangkan ukuran partikel divariasi 20, 40, dan 80 mesh. Didapatkan bahwa laju aliran udara dan ukuran partikel berpengaruh pada karakteristik pembakaran. Dari uji pembakaran dapat digunakan untuk menentukan laju pembakaran, profil temperatur pembakaran, parameter kinetika pembakaran (energi aktivasi dan konstanta Arhenius) dan emisi CO. Biobriket menunjukkan laju pembakaran yang lebih tinggi, tetapi waktu pembakarannya lebih singkat dari briket batubara. Rendahnya nilai peak temperature dari biobriket mengindikasikan bahwa biobriket lebih mudah terbakar atau lebih reaktif dari briket batubara. Reaktifitas briket dari penelitian ini menurun dengan urutan : briket jerami, gergajian glugu, gergajian kayu jati dan batubara. Dari perhitungan kinetika pembakaran, tidak didapatkan korelasi antara nilai energi aktivasi dengan reaktifitas biobriket. Emisi CO dari biobriket terjadi terutama pada tahap pembakaran volatil (tahap devolatilisasi). Emisi CO dari biobriket lebih besar dari 50 ppm, melebihi ambang batas yang diijinkan, tetapi hal ini disebabkan karena desain ruang bakar dan kondisi pembakaran yang kurang optimum bukan karena sifat kimia biobriket.