Campak

22
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis karena pada usia tersebut seorang anak rentan terhadap masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang dihadapi oleh anak usia sekolah pada dasarnya cukup kompleks dan bervariasi. Peserta didik pada tingkat Sekolah Dasar (SD) misalnya, masalah kesehatan yang muncul biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkungan, seperti penyakit-penyakit infeksi salah satunya adalah Campak (Mikail, 2011) Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan vaksin kedalam tubuh agar membuat antibodi untuk mencegah penyakit tertentu. Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk 1

description

Makalah Campak

Transcript of Campak

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis karena pada usia

tersebut seorang anak rentan terhadap masalah kesehatan. Masalah kesehatan

yang dihadapi oleh anak usia sekolah pada dasarnya cukup kompleks dan

bervariasi. Peserta didik pada tingkat Sekolah Dasar (SD) misalnya, masalah

kesehatan yang muncul biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan dan

lingkungan, seperti penyakit-penyakit infeksi salah satunya adalah Campak

(Mikail, 2011)

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak

dengan memasukan vaksin kedalam tubuh agar membuat antibodi untuk

mencegah penyakit tertentu. Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk

merangsang pembentukan zat anti yang dimasukan kedalah tubuh melalui

suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak dan Polio.

Campak merupakan salah satu penyakit menular dengan berbagai

komplikasi yang berat, sangat potensial menimbulkan wabah atau kejadian luar

biasa serta dapat menyebabkan kematian. Sedangkan gambaran situasi global di

tahun 2008, diketahui terdapat 164.000 kematian akibat campak didunia. Artinya

terdapat 405 kematian akibat campak terjadi setiap hari, atau 18 kematian akibat

1

campak terjadi setiap jam. Namun pada dasarnya, penyakit ini merupakan

penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).

Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) bertujuan untuk memberikan

perlindungan bagi anak sekolah dasar terhadap penyakit campak, difteri dan

tetanus.Imunisasi yang telah diperoleh pada waktu bayi belum cukup untuk

melindungi terhadapa apenyakit PD3I sampai usia anak sekolah. Hal ini

disebablan karena sejak anak mulai memasuki usia sekolah dasar terjadi

penurunan terhadap tingkat kekebalan yang diperoleh saat imunisasi ketika bayi.

Oleh sebab itu pemerintah menyelenggarakan imunisasi ulangan pada anak usia

sekolah atau sederajat (MI/SDLB) yang dilaksanakan serentak di Indonesia.

Angka cakupan imunisasi di seluruh Indonesia saat ini menunjukkan tren

positif. Terjadi peningkatan angka partisipasi imunisasi dari anak usia sekolah.

Namun, tren positif ini patut untuk ditingkatkan mengingat pentingnya peran

imunisasi dalam mencegah terjadinya penyakit-penyakit infeksi. Angka cakupan

imunisasi di Indonesia saat ini belum mencapai angka 80%. Walaupun banyak

daerah yang telah mencapai angka tersebut namun beberapa daerah menunjukkan

angka cakupannya masih rendah.

Kabupaten Semarang adalah salah satu kabupaten yang telah mencapai

angka cakupan imunisasi yg cukup tinggi. Area cakupan imunisasi Puskesmas

Ambarawa salah satu contohnya, telah mencapai angka cakupan imunisasi

hampir 80 %. Angka cakupan tersebut seharusnya bisa ditingkatkan lagi

mengingat ada beberapa sekolah yang kurang menanggapi positif program

2

imunisasi tersebut terkait dengan beberapa isu yang beredar tentang kehalalan

dari vaksin imunisasi tersebut. Hal ini yang menjadi perhatian dari penulis

sehingga perlu diadakan promosi kesehatan lebih intensif untuk meningkatkan

angka cakupan imunisasi di Kabupaten Semarang.

3

TINJAUAN PUSTAKA

CAMPAK

1. Definisi campak

Menurut Soegijanto (2008) penyakit campak adalah penyakit akut yang

disebabkan oleh virus penyakit campak yang sangat menular pada anak-anak.

Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak golongan Paramyxovirus,

genus morbili. Penyakit ini cukup berbahaya karena dapat menyebabkan

komplikasi serius bahkan kematian. Kejadian mengenai penyakit ini sangat

berkaitan dengan keberhasilan program imunisasi campak.

Campak merupakan penyakit serius yang mudah ditularkan melalui udara.

Tingkat penularan infeksi campak sangat tinggi sehingga sering menimbulkan

KLB (Kejadian Luar Biasa). Penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian

imunisasi campak.

Penyakit ini biasanya akan sembuh dengan sendirinya dan diketahui bahwa

seseorang hanya akan terkena penyakit ini sekali seumur hidup. Sesuai dengan

sifat alami penyakit campak yang monotipik, yaitu hanya terdiri dari satu tipe

saja, setelah pemberian imunisasi campak seharusnya seorang anak akan kebal

seumur hidup. Namun ada beberapa kasus mengenai anak yang dinyatakan

terkena penyakit campak oleh dokter, padahal orang tuanya telah melakukan

imunisasi campak pada anak tersebut.

2. Transmisi

4

Penyebaran virus campak maksimal adalah melalui percikan ludah (droplet) dari

mulut selama masa prodormal (stadium kataral). Penularan terhadap penderita

rentan sering terjadi sebelum diagnosis kasus aslinya. Orang yang terinfeksi

menjadi menular pada hari ke 9-10 sesudah pemajanan, pada beberapa keadaan

dapat menularkan hari ke 7. Virus campak ini dapat hidup dan berkembang biak

pada selaput lender tenggorokan, hidung, dan saluran pernafasan.

Campak merupakan salah satu infeksi manusia yang paling mudah ditularkan.

Berada di dalam kamar yang sama saja dengan seorang penderita campak dapat

mengakibatkan infeksi. Penderita campak biasanya dapat menularkan penyakit

dari saat sebelum gejala timbul sampai empat hari setelah ruam timbul. Waktu

dari eksposur sampai jatuh sakit biasanya adalah 10 hari. Ruam biasanya timbul

kirakira 14 hari setelah eksposur. Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum

gejala muncul

3. Manifestasi Klinis

Masa inkubasi penyakit campak berlangsung sekitar 10-12 hari, pada tahap ini

anak yang sakit belum memperlihatkan gejala dan tanda sakit.

Penampilan klinis penyakit campak dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu

a. Fase Prodormal

timbul gejala yang mirip dengan penyakit flu, seperti tubuh terasa demam

dan menggigil dengan suhu 38-40 derajat Celcius, lelah, batuk, hidung

beringus, mata merah berair dan sakit, pada mulut muncul bintik putih

5

(bercak Koplik) dan kadang disertai mencret. Bercak Koplik ini berwarna

putih kelabu, sebesar ujung jarum, dikelilingi oleh eritema, dan berlokalisasi

di mukosa mulut.Bercak ini biasanya muncul menjelang akhir stadium

kataral.

b. Fase Erupsi

ditandai dengan munculnya bercak merah dan gatal seiring dengan demam

tinggi yang terjadi. Ruam tersebut mulai dari belakang telinga, leher, dada,

muka, tangan, kaki. Biasanya bercak menyebar hingga seluruh tubuh dalam

waktu 4-7 hari. Bila bercak merah sudah keluar, demam akan turun dengan

sendirinya.

c. Fase Konvalesens

bercak merah ini makin lama menjadi kehitaman dan bersisik

(hiperpigmentasi), lalu rontok atau sembuh dengan sendirinya. Periode ini

merupakan masa penyembuhan yang butuh waktu sampai 2 minggu.

4. Komplikasi

6

Komplikasi dapat terjadi karena virus campak menyebar melalui aliran darah ke

jaringan tubuh lainnya. Yang paling sering menimbulkan kematian pada anak

adalah kompilkasi radang paru-paru (broncho pneumonia) dan radang otak

(ensefalitis). Komplikasi ini bisa terjadi cepat selama berlangsung penyakitnya.

Beberapa komplikasi yang mungkin timbul diantaranya :

1. Laringitis akut

Laringitis timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran

nafas, yang bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya.

Ditandai dengan distres pernafasan, sesak, sianosis, dan stridor. Ketika

demam turun keadaan akan membaik dan gejala akan menghilang.

2. Bronkopneumonia

Dapat disebabkan oleh virus campak maupun infeksi bakteri. Ditandai

dengan batuk, meningkatnya frekuensi nafas, dan adanya ronki basah halus.

Pada saat suhu turun, apabila disebabkan oleh virus, gejala pneumonia akan

menghilang, kecuali batuk yang masih dapat berlanjut sampai beberapa hari

lagi. Apabila suhu tidak juga turun pada saat yang diharapkan dan gejala

saluran nafas masih terus berlangsung, dapat diduga adanya pneumonia

karena bakteri yang telah mengadakan invasi pada sel epitel yang telah

dirusak oleh virus.

Gambaran infiltrat pada foto toraks dan adanya leukositosis dapat

mempertegas diagnosis. Di negara sedang berkembang dimana malnutrisi

7

masih menjadi masalah, penyulit pneumonia bakteri biasa terjadi dan dapat

menjadi fatal bila tidak diberi antibiotik.

3. Kejang Demam

Kejang dapat timbul pada periode demam, umumnya pada puncak

demam saat ruam keluar. Kejang dalam hal ini diklasifikasikan sebagai

kejang demam.

4. Ensefalitis

Merupakan penyulit neurologik yang paling sering terjadi, biasanya

terjadi pada hari ke 4-7 setelah timbulnya ruam. Kejadian ensefalitis sekitar

1 dalam 1000 kasus campak, dengan mortalitas antara 30-40%. Terjadinya

ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik maupun melalui invasi

langsung virus campak ke dalam otak.

Gejala ensefalitis dapat berupa kejang, letargi (keadaan lemah, tidak

ada dorongan untuk melakukan kegiatan), koma dan iritabel. Keluhan nyeri

kepala, frekuensi nafas meningkat, twitching, disorientasi juga dapat

ditemukan. Pemeriksaan cairan serebrospinal menunjukkan pleositosis

ringan, dengan predominan sel mononuklear, peningkatan protein ringan,

sedangkan kadar glukosa dalam batas normal.

8

5. Pencegahan

Imunisasi campak adalah salah satu dari 5 imunisasi yang diwajibkan oleh

pemerintah bagi balita. Vaksin campak dapat diberikan saat anak berusia 9 bulan

atau lebih. Walaupun vaksinasi Campak tidak menghindarkan 100% si anak dari

campak di kemudian hari, namun anak yang telah divaksinasi umumnya

memiliki gejala dan komplikasi yang ringan jika terkena kedua penyakit tersebut

kelak. Jadi vaksinasi masih merupakan pendekatan penting bagi penanganan

primer dari penyakit campak, khususnya bagi anak.

Imunisasi diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit campak

secara aktif. Vaksin campak yang beredar di Indonesia dapat diperoleh dalam

bentuk kemasan kering tunggal atau dalam kemasan kering kombinasi dengan

vaksin gondong dan rubella. Kemasan ini dikenal dengan nama vaksin MMR

(Measles-Mumps-Rubella). Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada

usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.

Pada tahun 1963 telah dibuat dua macam vaksin campak, yaitu (1) vaksin yang

berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan (tipe Edmonstone B) dan

(2) vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak yang

berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam aluminiun). Sejak

tahun 1967 vaksin yang berasal dari virus campak yang telah dimatikan tidak

digunakan lagi oleh karena efek proteksinya hanya bersifat sementara dan dapat

menimbulkan gejala atypical measles yang hebat.

9

Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan adalah

1.100 TCID-50 atau sebanyak 0.5 ml. Tetapi dalam hal vaksin hidup, pemberian

dengan 20 TCID-50 saja mungkin sudah dapat memberikan hasil yang baik. Cara

pemberian yang dianjurkan adalah subkutan (penyuntikan di bawah kulit),

walaupun dari data yang terbatas dilaporkan bahwa pemberian secara

intramuscular (penyuntikan ke dalam otot rangka, sejauh mungkin dengan syaraf

utama) tampaknya mempunyai efektivitas yang sama dengan subkutan.

10

Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif, dan

kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir dari ibu yang telah kebal.

Penelitian terbaru menunjukkan bayi rentan terhadap penyakit campak saat

berusia 2-3 bulan hingga mendapatkan imunisasi pertamanya, karena

kekebalan tubuh yang didapat dari ibunya sudah berkurang.

Penelitian ini berdasarkan catatan medis dari 207 perempuan sehat dan

bayinya di lima rumah sakit Belgia pada tahun 2006. Hasil penelitian ini

sudah diterbitkan secara online pada 18 Mei 2010 dalam British Medical

Journal (BMJ). Berdasarkan penelitian ini diketahui perempuan yang telah

tertular penyakit campak dalam kehidupannya menjadi lebih kebal dan bisa

memberikan perlindungan lebih pada bayinya, dibandingkan dengan

perempuan yang telah divaksinasi tapi belum pernah terkena penyakit ini.

Tapi perlindungan yang berasal dari ibu hanya berlangsung pada bulan

pertama hingga ke empat untuk semua perempuan sehingga perlu untuk

dilakukan imunisasi campak.

Program imunisasi campak di Indonesia dimulai tahun 1982, dan pada

tahun 1991 Indonesia telah mencapai imunisasi dasar lengkap (Universal

Child Immunization=UCI) secara nasional; meskipun demikian masih ada

11

beberapa daerah yang cakupan imunisasi campaknya masih rendah sehingga

sering terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) campak.

Tabel pemberian imunisasi pada bayi

Vaksin harus diupayakan agar tidak menimbulkan efek samping yang berat,

dan jauh lebih ringan dari gejala klinis penyakit secara alami. Pada

kenyataannya tidak ada vaksin yang benar-benar ideal, namun dengan

kemajuan teknologi saat ini telah dapat dibuat vaksin yang efektif dan

relative aman. Reaksi simpang dikenal sebagai kejadian Ikutan Pasca

Imunisasi (KIPI) atau Adverse Events Following Immunization. KIPI ini

adalah kejadian medic yang berhubungan dengan imunisasi, baik berupa

efek vaksin ataupun efek samping, toksisitas, reaksi sensitivitas, efek

farmakologis, koinsidensi, reaksi suntikan, atau hubungan kasual yang tidak

dapat ditentukan. Dibawah ini merupakan table gejala klinis :

12

Untuk efek samping atau KIPI dari vaksin MMR berupa :

a. Demam lebih dari 39,5 derajat Celcius yang terjadi pada 5% - 15%

kasus, demam dijumpai pada hari ke-5 samapi ke-6 sesudah imunisasi

dan berlangsung selama 2 hari.

b. Kejang demam.

c. Ruam timbul pada hari ke-7 sampai ke-10 sesudah imunisasi dan

berlangsung selama 2-4 hari.

d. Memar karena berkurangnya trombosit.

e. Infeksi virus campak pada imunodefisiensi, seperti penderita HIV.

13

f. Reaksi KIPI berat dapat menyerang system syaraf, yang reaksinya

diperkirakan muncul pada hari ke-30 sesudah imunsasi.

Gejala syok anafilaktik :

a. Terjadi mendadak

b. Gejala klasik : kemerahan merata, edem

c. Urtikaria, sembab pada kelopak mata, sesak, nafas berbunyi

d. Jantung berdebar kencang

e. Tekanan darah menurun

f. Anak pingsan / tidak sadar

g. Dapat pula terjadi langsung berupa tekanan darah menurun dan pingsan

tanpa didahului oleh gejala lain.

Tindakan untuk syok anafilaktik :

a. Suntikan adrenalin 1:1000, dosis 0,1 – 0,3 ml, sk/im

b. Jika pasien membaik dan stabil dilanjutkan dengan suntikan

deksametason (1 ampul) secara intravena/intramaskular.

c. Segera pasang infuse NaCl 0,9%

d. Rujuk ke Rumah Sakit terdekat.

14