ca thyroid.doc
-
Upload
chictopia-sweet -
Category
Documents
-
view
47 -
download
3
Transcript of ca thyroid.doc
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini kanker masih merupakan salah satu masalah kesehatan di
Indonesia. Masyarakat masih berpendapat bahwa kanker merupakan penyakit
yang tidak dapat disembuhkan. Meskipun organisasi kesehatan dunia WHO telah
menyatakan bahwa sepertiga penyakit kanker dapat disembuhkan dan sepertiga
lainnya dapat dilakukan usaha pencegahan dan sepertiga lainnya dapat dilakukan
pengurangan penderitaan.
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar endokrin yang paling besar pada tubuh
manusia. Pada kelenjar tiroid cukup sering ditemukan nodul didalamnya. Sekitar
4-8% nodul tiroid bisa ditemukan saat pemeriksaan fisik (palpasi daerah leher)
dan sekitar 13-67% bisa ditemukan saat pemeriksaan ultrasonografi. Meskipun
demikian, kelenjar tiroid termasuk bagian tubuh yang jarang mengalami
keganasan, terjadi 0,85% dan 2,5% dari seluruh keganasan pada pria dan wanita.
Tetapi diantara kelenjar endokrin, keganasan tiroid termasuk jenis keganasan
kelenjar endokrin yang paling sering ditemukan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Karsinoma tiroid adalah suatu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe ;
papiler, folikuler, meduler, tak berdeferensiasi (anaplastik).
Karsinoma papiler
60-80% dari karsinoma tiroid adalah karsinoma papiler. Karsinoma
papiler memiliki subtype histologis yang mikrokarsinoma papilar,
folikular, sel tinggi, sel torak, sklerosis difus, dll. Yang dimaksud
dengan mikrokarsinoma papilar (PMC) adalah karsinoma papilar tiroid
berdiameter kurang dari 1 cm, karakteristiknya adalah lesi primer
tersembunyi, multifocal, sering disertai metastasis kelenjar limfe,
prognosis baik
Karsinoma folikuler
Menempati 10-27,8% dari karsinoma tiroid. Umumnya ditemukan
pada usia 45-50 tahun. Dibagi menjadi dua subtipe yaitu infiltrasi
mikro dan infiltrasi luas
Karsinoma meduler
Berasal dari sel parafolikular (sel C), menempati 3-10% dari
karsinoma tiroid, terutama berupa penyakit sporadic, menempati 80-
90%. Sering ditemukan pada usia sekitar 50 tahun, terutama unilateral.
Karsinoma tak berdeferensiasi
Disebut juga karsinoma anaplastik. Menempati 3-8% dari karsinoma
tiroid, tingkat keganasan sangat tinggi. Umumnya dianggap timbul dari
tumor jinak atau dari karsinoma berdeferensiasi. Berdasarkan
morfologi jaringan tumor dibagi lagi menjadi karsinoma sel kecil,
karsinoma sel besar dan karsinoma sel spindle.
2
2.2 Anatomi
Tiroid adalah yang berkonsistensi lembut, berwarna merah coklat,
berbentuk “H”, terbentuk dari 2 lobus lateral, kiri dan kanan, dan bagian
ismus. Sekitar separuh dapat ditemukan lobus pyramid, umumnya muncul dari
ismus. Lobus lateral terletak dikedua sisi dari laring dan trachea, kutub atasnya
umumnya setinggi anterior margo superior kartilago krikoideus, kutub
bawahnya umumnya setinggi antara cincin tulang rawan ke-4 dan ke-5
trakhea, ismus umumnya terletak di depan cincin tulang rawan ke-2 dan ke-4
trakhea.
Di dorsal lobus lateral kelenjar tiroid terletak kelenjar paratiroid yang
memproduksi hormone yang berfungsi penting mengatur metabolisme
kalsium dan fosfat. Sisi medial berbatasan dengan laring, trakhea, faring,
esophagus. Arteri tiroidea inferior dan nervus laringeus rekuren berjalan
bersama disisi medial lobus lateral.
2.3 Epidemiologi
Karsinoma tiroid diperkirakan sebesar 1,5% dari keganasan seluruh tubuh
di negara-negara berkembang. Karsinoma tiroid menempati urutan ke-9 dari
sepuluh keganasan tersering di Indonesia. Angka insidensi bervariasi di
seluruh dunia, yaitu dari 0,5-10 jiwa per 100.000 populasi. American Cancer
Society memperkirakan sekitar 17.000 kasus baru muncul setiap tahunnya di
Amerika Serikat dan sekitar 1700 diantaranya mengakibatkan kematian. Di
Amerika Serikat, karsinoma ini relatif jarang ditemukan, mencakup 1% dari
seluruh jenis kanker dan 0,4% kematian akibat kanker. Lebih banyak
ditemukan pada wanita dengan distribusi berkisar 2:1 sampai 3:1. Secara
primer dijumpai pada dewasa muda dan usia pertengahan serta jarang
ditemukan pada anak-anak.
Karsinoma tiroid merupakan jenis keganasan jaringan endokrin yang
terbanyak, yaitu 90% dari seluruh kanker endokrin. Diantara tumor-tumor
epitelial, karsinoma yang berasal dari sel-sel folikular jauh lebih banyak
ditemukan daripada yang berasal dari sel C. Kebanyakan yang berasal dari sel
3
folikular merupakan keganasan yang berkembang secara perlahan dengan 10
year survival lebih dari 90%. Limfoma tiroid dan keganasan-keganasan non
epitelial lain jarang ditemukan.
2.4 Etiologi dan Faktor Resiko
Etiologi yang pasti dari karsinoma ini belum diketahui. Dari beberapa
penelitian, dijumpai beberapa faktor yang berperan dalam patogenesis
karsinoma tiroid yaitu radiasi ionisasi, perubahan genetik dan onkogen, jenis
kelamin, faktor diet, dan lain-lain.
Radiasi ionisasi
Paparan radiasi khususnya terhadap anak dan remaja, merupakan faktor
risiko seumur hidup bagi timbulnya nodul jinak maupun ganas tiroid.
Penelitian menunjukkan pada populasi terpapar sinar X dan radiasi γ,
insiden karsinoma papilar dan folikular tiroid lebih tinggi.
Genetik dan onkogen
Timbulnya karsinoma medular tiroid familiar berkaitan dengan mutasi gen
RET pada kromosom nomor 10. Lebih dari 95% penderita karsinoma
medular tiroid familial memiliki mutasi titik proto-onkogen RET.
Jenis kelamin dan hormonal
Pada kelenjar tiroid normal, tumor jinak dan tumor ganas tiroid terdapat
reseptor estrogen dalam jumlah bervariasi. Pada jaringan karsinoma
papilar tiroid kandungan reseptor estrogen (ER) dan reseptor progesteron
(PR) tertinggi, disimpulkan bahwa ER dan PR merupakan faktor penting
yang mempengaruhi insiden karsinoma tiroid pada wanita.
Faktor diet
Di daerah pegunungan yang defisiensi berat iodium, insiden karsinoma
tiroid relatif tinggi. Tapi data epidemiologis menunjukkan, meskipun di
daerah pesisir yang kaya iodium, karsinoma tiroid juga relatif sering
terjadi.
Lesi jinak tiroid
Penyakit hyperplasia jinak tiroid, seperti struma nodusa dan adenoma
tiroid, dapat bertransformasi ganas menjadi karsinoma. Transformasi
4
ganas adenoma berhubungan dengan tipe patologik, adenoma folikuler
tipe embrional dan tipe fetal lebih mudah menjadi ganas.
2.5 Klasifikasi
Klasifikasi karsinoma tiroid dibedakan atas dasar :
1. Asal sel
Tumor epithelial
a. Tumor berasal dari sel folikulare
Jinak : Adenoma folikelare, konvensional, varia
Ganas : karsinoma
Berdeferensiasi baik : karsinoma folikulare, karsinoma papilare
(konvensional, varian)
Berdefensiasi buruk (karsinoma insular)
Tak berdeferensiasi (anaplastik)
b. Tumor berasal dari sel C (berhubungan dengan tumor neuroendokrin)
Karsinoma medulare
c. Tumor berasal dari sel folikulare dan sel C
Sarcoma
Limfoma malignum (dan neoplasma hematopoetik yang
berhubungan)
Neoplasma miselaneus
2. Tingkat keganasan
Untuk kepentingan praktis, karsinoma tiroid dibagi atas 3 kategori, yaitu :
a. Tingkat keganasan rendah
o Karsinoma papilare
o Karsinoma folikular (dengan invasi minimal)
b. Tingkat keganasan menengah
o Karsinoma folikulare (dengan invasi luas)
o Karsinoma medulare
o Limfoma maligna
o Karsinoma tiroid berdeferensiasi buruk
5
c. Tingkat keganasan tinggi
o Karsinoma tidak berdeferensiasi
o Angiosarcoma
2.6 Gambaran Klinis
1. Tumor atau nodul tiroid
Gejala yang sering ditemukan, sejak dini dapat diketahui adanya
nodul keras dalam kelenjar tiroid, bergerak naik turun sesuai gerakan
menelan.
2. Gejala infiltrasi dan desakan lokal
Ketika tumor membesar sampai batas tertentu, sering mendesak
trachea sehingga posisinya berubah, disertai gangguan brnafas yang
bervariasi intensitasnya. Ketika tumor menginfiltrasi trachea, dapat timbul
dispnea atau hemoptoe; bila tumor mendesak esophagus dapat timbul
disfagia; bila tumor menginfiltrasi nervus laringeus rekuren dapat timbul
suara serak.
3. Pembesaran kelenjar limfe di leher
Ketika tumor mengalami metastasis kelenjar limfe, sering teraba
pembesaran kelenjar limfe leher profunda superior, media, inferior.
2.7 Diagnosis
2.7.1 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
1. Pengaruh usia dan jenis kelamin
Risiko malignansi : apabila nodul tiroid terdapat pada usia dibawah 20
tahun, dan diatas 50 tahun jenis kelamin laki-laki mempunyai risiko
malignansi lebih tinggi.
2. Pengaruh radiasi didaerah leher dan kepala
Radiasi pada masa kanak-kanan dapat menyebabkan malignansi pada
tiroid kurang lebih 33 – 37%
3. Kecepatan tumbuh tumor
o Nodul jinak membesar tidak terlalu cepat
6
o Nodul ganas membesar dengan cepat
o Nodul anaplastik membesar sangat cepat
o Kista dapat membesar dengan cepat
4. Riwayat gangguan mekanik di daerah leher
Keluhan gangguan menelan, perasaan sesak sesak, perubahan suara dan
nyeri dapat terjadi akibat desakan dan atau infiltrasi tumor.
5. Riwayat penyakit serupa pada famili/keluarga
Bila ada, harus curiga kemungkinan adanya malignansi tiroid tipe
medulare.
6. Temuan pada Pemeriksaan Fisik
o Pada tumor primer dapat berupa suatu nodul soliter atau multiple
dengan konsistensi bervariasi dari kistik sampai dangan keras
bergantung kepada jenis patologi anatomi (PA) nya.
o Perlu diketahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening
regional.
o Disamping ini perlu dicari ada tidaknya benjolan pada kalvaria,
tulang belakang, klavikula, sternum dll, serta tempat metastasis
jauh lainnya yaitu di paru-paru, hati, ginjal dan otak.
2.7.2 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan neoplasma jinak dan
ganas tiroid belum ada yang khusus. Kecuali karsinoma meduler, yaitu
pemeriksaan kalsitonin (tumor marker) dalam serum. Pemeriksaan T3 dan
T4 kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi
tirotoksikosis walaupun jarang. Human Thyroglobulin (HTG) Tera dapat
dipergunakan sebagai tumor marker terutama pada karsinoma
berdiferensiasi baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk
karsinoma tiroid, namun peninggian HTG setelah tiroidektomi total
merupakan indikator tumor residif.
7
2.7.3 Pemeriksaan Isotop scan dan Ultrasonographic
Metode Isotop scan (IS), ultrasonograhic (USG) dan sitologi saat
ini digunakan untuk mengevaluasi nodul-nodul pada tiroid. IS memiliki
spesifisitas tinggi dalam mendiagnosis neoplasma malignan apabila
akumulasi ekstratiroid 99mTc pertechnetate atau I 3IJ pada nodul
metastasis servikal atau demarcated nodul tiroid ”cold” kabur
dipertimbangkan positif. Karsinoma tiroid terlihat sebagai nodul
hipoechogenik pada pemeriksaan USG, meskipun demikian beberapa lesi
benign juga mirip dengan gambaran echographic seperti pada lesi
malignan.
2.7.4 Biopsi Aspirasi Jarum Halus
Biopsi aspirasi jarum halus tiroid telah berusia lebih dari 50 tahun dan
merupakan metode utama yang digunakan untuk diagnosis preoperatif
pada anakanak dan dewasa. Biopsi aspirasi jarum halus memegang
peranan yang penting dalam mendeteksi neoplasma tiroid dan membantu
dalam penanganan reseksi pembedahan selanjutnya serta mengidentifikasi
lesi-lesi non neoplastik yang dapat ditangani secara konservatif.
Biopsi aspirasi jarum halus merupakan test yang sensitif dan spesifik
untuk diagnosis lesi tiroid dan telah banyak publikasi yang
mengkonfirmasi keunggulan dari biopsi aspirasi jarum halus ini. Akan
tetapi, walaupun merupakan test yang akurat dengan biaya yang murah
dan sering tanpa komplikasi, biopsi aspirasi jarum halus juga memiliki
keterbatasan-keterbatasan yaitu :
Ketidakmampuan biopsi aspirasi jarum halus untuk memberikan diagnosis
banding nodul pada hypercellular goitre dan neoplasma folikular benign
dan malignan. Keterbatasan ini menyebabkan ahli sitologi sering
mendiagnosisnya sebagai suspect (4-24%) dan mengharuskan penderita
untuk melakukan lobectomy untuk diagnosis yang lebih obyektif.
Keterbatasan yang berkaitan dengan jumlah negatif palsu (1,3-17%) yang
akhirnya akan menyebabkan kegagalan penanganan neoplasma malignan.
Sejumlah kasus dimana tidak mungkin merumuskan satu diagnosis
disebabkan karena material inadekuat (2-31%) sehingga menurunkan
8
akurasi metode ini dan jumlah penderita yang menjalani lobectomy
meningkat untuk mendapatkan hasil diagnosis yang lebih akurat.
Sitologi biopsi jarum halus terutama diindikasikan pada nodul tiroid
soliter atau nodul dominan pada multinodul goiter. Empat sampai tujuh
persen orang dewasa memiliki nodul tiroid yang dapat diraba dan angka
ini meningkat dengan ultrasonografi atau pada pemeriksaan otopsi
(>60%).
2.7.4.1 Klasifikasi Sitologi Biopsi Jarum Halus
Klasifikasi sitologi biopsi jarum halus dikatakan :
1. Jinak
Sel-sel epitel tersebar dan sebagian membentuk kelompokan atau
mikrofolikular. Inti sel bulat atau oval dengan kromatin yang padat dan
homogen. Sitoplasma sedikit dan agak eosinofilik, tetapi terkadang
ditemukan sel-sel onkositik. Sejumlah koloid dapat ditemukan.
2. Curiga Ganas
Sel-sel epitel membentuk kelompokan atau susunan folikular. Inti sel
membesar, bulat atau oval dengan kromatin yang bergranul dan anak inti
yang menonjol. Sitoplasma eosinofilik, bergranul, dikarakteristikkan
dengan perubahan sel-sel onkositik. Koloid sedikit atau tidak dijumpai.
3. Ganas
Bentuk papiler : sel-sel epitel tersusun dalam gambaran papiler.
Inti bulat atau oval dengan adanya pseudoinklusi nuklear, nuclear
grooves dan/atau bentuk palisading.
Bentuk meduler : sel-sel yang hiperselular. Bentuk bervariasi
dengan inti bentuk bulat, oval atau lonjong. Inti terletak eksentrik
dengan gambaran plasmasitoid. Struktur amiloid jarang terlihat.
Bentuk anaplastik : terdiri dari sel-sel yang kecil, adanya
multinucleated giant cell dan sel-sel bentuk lonjong. Inti besar,
bizarre, satu atau banyak, dan kromatin kasar dan anak inti yang
menonjol. Kadang dijumpai mitosis atipik.
9
2.8 Penggolongan Stadium
1. Penggolongan stadium karsinoma tiroid menurut perhimpunan antitumor
internasional (UICC) dan ikatan antitumor amerika serikat (AJCC) tahun
2002.
T (Tumor primer)
TX : tumor primer sulit dinilai
T0 : tidak ada bukti tumor primer
T1 : tumor terbatas dalam tiroid, diameter terbesartumor ≤ 2 cm
T2 : tumor terbatas dalam tiroid, diameter terbesar > 1 cm, tapi tak
melebihi 4 cm
T3 : tumor terbatas dalam tiroid, diameter terbesar > 4 cm, atau
dengan mikro infiltrasi tumor diluar tiroid (misal infiltrasi otot
tiroid sternum atau jaringan lunak sekitar tiroid).
T4a : tumor menembus kapsul tiroid dan menginfiltrasi salah satu
berikut ini : jaringan subkutis, laring, trachea, esophagus atau
nervus rekuren laringeus.
T4b : tumor menginfiltrasi fasia prevertebral, pembuluh darah
mediastinum atau melingkari arteri karotis.
Seluruh tumor undifferentiated (anaplastic) dianggap T4
T4a Karsinoma anaplastik intratiroid – surgically resectable
T4b Karsinoma anaplastik ekstratiroid – surgically unresectable
N (Kelenjar getah bening regional)
Nx : Kelenjar getah bening tidak dapat dinilai
N0 : Tidak didapat metastasis ke kelenjar getah bening regional
N1 : Terdapat metastasis ke kelenjar getah bening regional
N1a : Metastasis ke level VI kelenjar getah bening ( pretracheal,
paratracheal, dan relaryngeal/Delphian)
N1b : Metastasis pada kelenjar getah bening unilateral atau kontralateral
atau mediastinum posterior
10
M (Metastasis jauh)
Mx : Metastasis jauh belum dapat dinilai
M0 : Tidak terdapat metastasis jauh
M1 : Terdapat metastasis jauh
2. Pembagian stadium klinis :
Karsinoma papilar atau folikular, < 45 th
Stadium I : T apapun, N apapun, M0
Stadium II : T apapum, N apapun, M1
Karsinoma papilar, krsinoma folikular dan karsinoma medular, ≥ 45 th
Stadium I : T1N0M0
Stadium II : T2N0M0
Stadium III : T3N0M0
T1-T3, N1aMO
Stadium IVB : T1-3N1bM0
T4aN0-1M0
Stadium IVB : T4b, N apapun, M0
Stadium IVC : T apapun, N apapun, M1
Karsinoma tak berdeferensiasi (semua kasus adalah stadium IV)
Stadium IVA : T4a, N apapun, M0
Stadium IVB : T4b, N apapun, M0
Stadium IVC : T apapun, N apapun, M1
2.9 Penanganan dan Terapi
2.9.1 Terapi Operatif
Kecuali karsinoma tak berdefensiasi, terapi kanker tiroid terutama dengan
operasi. Menurut jenis patologik dan lingkup infiltrasi yang berbeda, dipilih
model operasi yang berbeda. Berdasarkan ukuran tumor primer, jenis
patologik, lingkup infiltrasi ke jaringan sekitar, ada tidaknya metastasis dan
lingkup metastasis, ditetapkan model operasinya.
11
1. Penanganan terhadap kanker primer
a. Lobektomi unilateral plus ismektomi
Bila tumor terbatas pada satu sisi tiroid (bila hasil pemeriksaan
praoperasi adalah lesi di satu lobus, eksplorasi intraoperasi
menemukan lesi lobus bilateral, maka ditangani menurut lesi bilateral),
semua lesi yang tidak lebih dari T2 dapat dilakukan lobektomi
unilateral dan ismektomi.
b. Tiroidektomi total dan subtotal
Bila lesi tiroid mengenai kedua lobus, atau kanker tiroid sudah
memiliki metastasis jauh, memerlukan terapi dengan isotop pasca
operasi, harus terlebih dulu dilakukan tiroidektomi. Diusahakan untuk
meninggalkan satu kelenjar paratiroid seperti kapsul posterior.
c. Reseksi diperluas lobus residual unilateral
Terhadap tumor tiroid dengan sifat tak jelas dilakukan eksisi lokal
tumor, paska operasi secara patologik ternyata ganas, dilakukan
operasi lagi untuk mengangkat lobus residual, angka kanker
residualadalah 29,2%-60%.
2. Penanganan terhadap kelenjar limfe regional
Metastasis kelenjar limfe regional dari kanker tiroid mencakup kelenjar
limfe region leher dan mediastinum superior, secara klinis lebih sering
ditemukan metastasis limfe leher. Untuk kasus dengan kelenjar limfe leher
positif, harus dilakukan operasi pembersihan kelenjar limfe leher kuratif.
Dan untuk kasus dengan kelenjar limfe negative, umumnya tidak
dianjurkan untuk operasi pembersihan selektif kelenjar limfe leher.
2.9.2 Terapi non-operatif
1. Radioterapi
a. Radioterapi eksternal
Kanker tiroid berdeferensiasi tak peka terhadap radioterapi rutin, selain
itu organ disekitarnya kurang tahan terhadap radiasi, sehingga kurang
dianjurkan sebgai terapi adjuvant pasca operasi. Indikasi radioterapi
umumnya mencakup karsinoma tak berdeferensiasi, karsinoma tiroid
12
berdeferensiasi pasca operasi dengan remnant lokal, metastasis otak,
dll.
b. Radioterapi internal
Radiasi I-131 berefek destruktif terhadap jaringan tiroid, maka secara
klinis I-131 dipakai untuk terapi karsinoma tiroid berdeferensiasi,
khusus kasus dengan metastasis jauh dan bersifat mengambil I-131.
2. Terapi hormonal
Pasca operasi karsinoma tiroid berdeferensiasi pasien pada
dasarnya secara rutin diberikan tiroksin. Tiroksin dapat menghambat
sekresi TSH sehingga mengurangi rekurensi dan metastasis karsinoma
tiroid berdeferensiasi. Tindakan klinis umumnya adalah pasca operasi
memakai tiroksin secara kontinyu selama jangka waktu panjang atau
relatif panjang, dosis disesuaikan berdasarkan konsentrasi TSH serum atau
mencapai kondisi batas hipertiroid.
3. Kemoterapi
Untuk pasien karsinoma tiroid berdeferensiasi, belum ada kemoterapi yang
efektif, maka secara klinis kemoterapi hanya dipakai secara selektif untuk
pasien stadium lanjut yang tak dapat dioperasi atau pasien dengan
metastasis jauh, atau dipakai bersama metode terapi lainnya.
2.10 Prognosis
Prognosis karsinoma papiler baik, 10-year survival lebih dari 90% dan
untuk pasien muda lebih dari 98%. Perbandingan relatif area-area papiler
dan folikular tidak berhubungan dengan prognosis, tetapi invasi vaskular
dan nuklear atypia mungkin merupakan tanda-tanda prognostik yang
berlawanan. Sedangkan pada tall-cell variant dan columnar cell variant
prognostiknya sangat jelek oleh karena memiliki behavior yang sangat
agresif.
Karsinoma folikular lebih agresif daripada karsinoma papiler. Prognosis
bergantung pada invasi jauh dan staging. Secara langsung berhubungan
dengan ukuran tumor (<1,0cm mempunyai prognosis yang baik). Lebih dari
setengah penderita meninggal dunia dalam 10 tahun tetapi hal ini bervariasi
13
tergantung pada derajat invasi tumor ke dalam pembuluh darah, kapsul
tumor, atau jaringan sekitarnya.
Gambaran klinis umum berhubungan dengan prognosis bergantung pada
usia, ukuran tumor, perluasan keluar dari tiroid, pembedahan yang komplet
dan metastasis jauh. Efek prognostik yang berlawanan pada usia tua
ditekankan terhadap ukuran tumor yang besar dan perluasan ekstraglandular
dari tumor.
14
BAB III
RINGKASAN
Kanker tiroid merupakan kanker yang paling sering ditemukan pada
kelenjar endokrin insidensnya sekitar 0,85-2,5 % dari seluruh keganasan. Sekitar
90% kanker tiroid adalah tipe well-differentiated. Well-differentiated thyroid
cancer (WDT) carcinoma mempunyai perjalanan penyakit yang lambat dan
prognosisnya sangat baik,sedang undifferentiated thyroid cancer atau kanker
tiroid tipe anaplastik mempunyai sifat yang sangat agresif, tumbuh cepat dan
prognosisnya sangat jelek. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang teliti dan pastikan dengan pemeriksaan FNAB baik
dengan atau tanpa bantuan USG.
Etiologi karsinoma tiroid belum jelas, namun diduga berhubungan dengan
beberapa faktor diantaranya radiasi ionisasi, genetic onkogen, jenis kelamin dan
faktor diet. Tujuan utama dari terapi karsinoma tiroid adalah memperkecil resiko
rekurensi dan metastasis jauh, dalam hal ini menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas penderita kanker. Modalitas terapi yang bisa digunakan untuk
penanganan penderita karsinoma tiroid adalah tindakan operatif dan non operatif.
Secara umum prognosis penderita kanker tiroid (WDT) sangat baik
dengan survival lebih dari 90% namun demikian ada sepertiga dari penderita ini
dapat mengalami rekurensi. Beberapa penelitian membuktikan bahwa prognosis
ini berhubungan dengan usia penderita, umur > 60 tahun mempunyai tingkat
rekurensi dan kematian yang lebih tinggi. Secara keseluruhan, kanker tiroid tipe
papiller mempunyai angka survival yang lebih tinggi dari tipe follikular, adanya
infiltrasi kejaringan sekitar akan membuat prognosis jadi jelek. Beberapa
penelitian menyimpulkan bahwa ukuran tumor dan jenis histopatologis 1 bulan
pasca operasi merupakan faktor prognosis yang sangat penting untuk penderita
kanker tiroid.
15
DAFTAR PUSTAKA
De Jong, Wim. Sjaumsuhidajat, R, 2004, Buku Ajar Ilmu Bedah, ECG, Jakarta.
Desen Wan, Japaries Willie, 2008, Buku Ajar Onkologi Klinis, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Lukitto Pisi dkk, 2003, Protokol Penatalaksanaan Tumor/ Kanker tiroid. Protokol
PERABOI
Subekti Imam, 2006, Karsinoma Tiroid, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, Jakarta.
16