Terobosan Teknologi Informasi (Materi Presentasi Seminar Wirausaha)
Buletin Terobosan Edisi 349
-
Upload
azhari-terobosan -
Category
Documents
-
view
252 -
download
0
Transcript of Buletin Terobosan Edisi 349
-
7/30/2019 Buletin Terobosan Edisi 349
1/16
Media ini dikelola oleh Pelajar dan Mahasiswa Indonesia sebagai media informasi, opini dan komunikasi
mahasiswa Indonesia di Mesir. Redaksi menerima tulisan dari pelbagai pihak dan berhak mengeditnya tanpa
menghilangkan makna dan tujuan.
Sekapur Sirih, Terimakasih,Halaman 2
Sikap, Stagnasi Jurnalistik
Masisir, salah siapa?, Halaman 3
Laporan Utama, Sekelumit
Birokrasi Mahasiswa Baru,Halaman 4-5
Komentar Peristiwa,
Meninjau Pelaksanaan Ormaba
PPMI, Halaman 6-7
Seputar Kita, PCINU Mesir
Gelar Konfercab VII, Halaman 8
Seputar Kita, PPMI
Mengadakan SosialisasiKeamanan Masisir, Halaman 8
Sketsa, Harapan di atas
Harapan, Halaman 9
Sastra, Arti Namaku, Itulah
Aku, Halaman 10
Layar, Suntikan Semangat
Untuk Masisir, Merah Putih di
Negeri Kinanah, Halaman 11
Bahasa, Bahasa Nusantara
Terjajah,Halaman 12
Opini, Carut Marut Media,Halaman 13
Dinamika, Kenali Mesir danMasisir, Halaman 14
Kolom, Ormaba, Halaman 15
Edisi34918 November 2012
Selamat Membaca!
Santai dan penting dibaca
Tajam tanpa melukai
Kritis tanpa menelanjangi
Sekelumit Birokrasi
Mahasiswa BaruStatus KPP MABA dan kelanjutan birokrasi Maba saat ini
Simak Laporan Utama hal 4-5
-
7/30/2019 Buletin Terobosan Edisi 349
2/16
TROBOSAN, Edisi348, 18 November 2012
Sekapur Sirih
Terimakasih
Pendiri: Syarifuddin Abdullah, Tabrani Sabirin. Pimpinan Redaksi: Tsabit Qodami, Fahmi
Hasan Nugroho. Dewan Redaksi: Kadarisman, Abdul Majid, Ahmad Farros El-Halimy, Ulfiya
Nur Faiqoh, M. Hadi Bakri. Reportase: Ahmad Ainul Yaqien, M. Zainuddin, Sulhansyah Jibran, Fitroh Riyadi, Dirga Zabrian, Ainun
Mardiah, Erika Nadarul Khoir, Luthfiatul Fuadah al-Hasan. Editor: Zulfahani Hasyim, Pembantu Umum: Keluarga TROBOSAN.
Alamat Redaksi: Indonesian Hostel-302 Floor 04, 08 el-Wahran St. Rabea el-Adawea, Nasr City Cairo-Egypt. Telepon: 22609228 E-
mail: [email protected]. Facebook : Terobosan Masisir. Untuk pemasangan Iklan dan Layanan Pelanggan silakan
menghubungi nomor telpon : 011 593 198 78 (Tsabit) atau 011 222 17 17 6 (Fahmi)
Setelah sempat mati suri selama hampir
dua bulan sejak ujian termin dua, akhirnya
kami kembali bangkit. Meski dengan kru yang
berjumlah delapan orang beserta dua orang
pimpinan, kami mencoba untuk selalu ada
untuk Masisir.
Dan Alhamdulillah untuk awal tahun ini
kami telah dua kali mencoba untuk menerbit-
kan buletin TROBOSAN melalui media
online, dan kami merasakan perubahan yang
signifikan. Penyebaran buletin kali ini kami
rasa lebih baik dari sebelumnya. Dua buletin
edisi lalu rata-rata telah dibuka lebih dari dua
ribu kali dan telah diunduh lebih dari dua
ratus kali, sebuah angka yang bagus jika di-
banding dengan penyebaran buletin seperti
biasanya. DanAlhamdulillah kami pun banyak
mendapatkan respon yang positif dari para
pembaca.
Kami pun tetap menyebarkan buletin
TROBOSAN dalam edisi cetak, namun edisi
ini kami khususkan untuk para pemesan dan
pelanggan, dengan beberapa eksemplar kami
sebarkan bebas seperti biasa.
Sebenarnya bukan materi yang kami
inginkan dari usaha kami menghadirkan
buletin ini kepada anda, dan kami pun tidak
enak hati jika memaksa anda untuk memberi-
kan sepond atau dua pond untuk setiapbuletin yang kami tawarkan. Namun kami
kira anda telah paham bahwa proses cetak
setiap eksemplar buletin ini membutuhkan
biaya, belum lagi proses menggali ide, men-
cari tulisan dan ongkos print, dan hubungan
sana-sini yang juga membutuhkan biaya.
Namun terlepas dari hal itu, respon
pembaca atau sekedar komentar dari
pembaca itu sudah sangat menyenangkan
bagi kami. Paling tidak, itu menjadi bukti
bahwa hasil jerih payah kami bermanfaat,
tulisan kami dibaca, dan keberadaan
kami terlihat.
Kami tetap berusaha untuk mem-
benahi diri. Dengan jumlah kami yang
delapan orang ini kami selalu berusaha
untuk memberikan yang terbaik untuk
Masisir. Terlepas dari isu lesunya dunia
jurnalistik Masisir, kami optimis bahwa
dunia jurnalistik masihlah berjalan,
paling tidak masih ada kami serta be-
berapa orang insan media lain yang ber-
gelut dalam bidang ini.
Untuk edisi kali ini, kami mencobauntuk mengangkat tentang proses bi-
rokrasi mahasiswa baru dan kinerja KPP
MABA yang kali ini memiliki perbedaan
dengan tahun-tahun sebelumnya.
Mengangkat beberapa masalah yang ter-
kait dengan hal ini, salah satunya adalah
berbedanya biaya keberangkatan maha-
siswa baru tahun ini.
Kami pun mengangkat tentang orien-
tasi mahasiswa baru (ORMABA) yang
telah beberapa kali mengalami pengun-
duran. Kami mencoba untuk mencari
beberapa pihak yang terkait dalam ma-
salah ini untuk mengklarifikasi atau me-
luruskan isu yang beredar.
Dan untuk rubrik Sikap, kami men-
coba untuk mengomentari beberapa tuli-
san dari rekan-rekan sesama penulis Ma-
sisir. Kami pun mencoba menganalisa
lemahnya dunia jurnalistik yang sedang
kita alami.
Saran dan kritik anda tetap kami
terima. Dan hal ini menandakan bahwa
buletin yang kami berikan tidak hanya
menjadi koleksi di meja ataupun menjadi
alas makan.
Terimakasih untuk Masisir atas masu-
kan dan ide yang selama ini kami terima.
Selamat membaca! []
02
RALATDalam artikel kami rubrik Laporan
Utama edisi Interaktif Sumpah Pemuda,
30 Oktober 2012 yang berjudul PPMI
Memperingati Sumpah Pemudaterdapat
kesalahan penulisan nama, di sana
tertulis:
Fadhillah Kartolo
seharusnya:
Ahmad Fadhillah Kartono
Kami memohon maaf yang sebesar-
besarnya atas kesalahan ini.
Express Copy
Menerima segala jenis
fotokopi
Mahatthah Mutsallas,
Hay `Asyir
Building 102 Sweesry.
Keluarga Besar
TROBOSAN
Megucapkan:
Selamat Tahun baru
Hijriyah 1434 H
Kulla `Am Antum bi
Khayr
-
7/30/2019 Buletin Terobosan Edisi 349
3/16
TROBOSAN, Edisi349, 18 November 2012
Stagnasi Jurnalistik Masisir, Salah Siapa?
S i k a p
Menarik rasanya membaca tulisan
rekan-rekan sesama penulis di jejaring
sosial Facebook, dimulai dari tulisan sau-
dara Berry Prima yang berjudul Stagnasi
Minat Jurnalistik di Kancah Masisir, sau-
dara Abdul Wahid dengan Refleksi, dan
ditutup oleh saudara Dana Ahmad Dahlani
dengan Ini Tentang Masisir, Jurnalistik
dan IJMA. Secara garis besar bisa terlihat
bahwa faktor terbesar dari lemahnya
minat jurnalistikatau lebih luasnya, tulis
menulisdi kalangan Masisir adalah
karena Masisir itu sendiri yang mulai ter-
lena dengan dunia hedonis Masisir, bisnis,
gadget, internet, atau tren yang selalu
mengikuti zaman. Namun ada hal lain
yang seolah lupa untuk diangkat. Yaitu
media itu sendiri.
Kenapa? Ada apa dengan media?
Kita (baca: para insan media) selalu
menjadikan Masisir sebagai kambing hi-
tam lemahnya minat jurnalistik dan tulis
menulis di dunia Masisir. Kita biasa
menyalahkan para pebisnis yang telah
menghapus status mahasiswa dari
dirinya, kita salahkan internet yang mem-
buai para mahasiswa untuk terus mena-
tapinya, dan kita salahkan Masisir yang
sudah tak lagi peduli dengan kemaha-siswaannya. Tapi tanpa disadari, kita tidak
pernah mengaca atau setidaknya melihat
kepada diri sendiri bahwa faktor mun-
durnya dunia jurnalistik dan tulis menulis
di Masisir juga berasal dari media itu
sendiri.
Maka, yang terlihat saat ini adalah
para insan media mengeluh, curcol, dan
menyerah kepada keadaan Masisir saat
ini, diam karena telah melimpahkan se-
mua kesalahan kepada Masisir seperti
yang telah dituliskan di paragraf atas.Coba para insan media berfikir kembali,
apa yang menjadi daya jual dari media-
media tersebut saat ini?
Menyakitkan hati memang ketika kita
melihat buletin yang telah kita buat susah
payah tidak mendapatkan respon yang
positif dari para pembaca. Tergeletak be-
gitu saja, dibuang, atau dijadikan alas
makan. Lantas apa kita harus salahkan
mereka ketika apa yang kita suguhkan di
buletin itu sudah tidak lagi menarik? Jika
kemarin kita mengeluhkan stagnasi
minat jurnalistik di kalangan Masisir,
kenapa tidak juga kita keluhkan tentang
stagnasi insan media Masisir?
Merasakah bahwa Insan media terke-
san ekslusif? malu untuk berbicara?
bahkan segan untuk sekedar menawarkan
buletinnya? Tidak kreatif? Tidak bisa
memberikan inovasi atau perubahan yang
signifikan?
Oke, kita kalah dengan dominasi inter-
net, kita kalah cepat dalam menyuguhkan
berita, kita kalah menarik dalam hiburan,
kalah dalam menarik minat pembaca,
ataulebih pahitnyakita kalah dalam
segala hal. Tapi jangan jadikan kekalahan
ini sebagai alasan untuk berkemas dan
pulang, berhenti tanpa ingin berusaha.
Inilah sebenarnya tantangan agar kita
semakin kreatif dalam memberi nilai jual
kepada dunia yang kita pegang.
Menurut Prof. Dr. Qurays Syihab
dalam Membumikan Al-Quran, terdapat
tiga macam kelompok dalam menyikapi
perkembangan zaman: pertama, kelom-
pok yang berpandangan bahwa perma-
salahan zaman bisa diatasi dengan meng-
gunakan metode lama (yang pernah ber-
hasil pada masa lalu) namun mereka
meninggalkan metode baru; kedua, kelom-
pok yang berpandangan bahwa perma-
salahan zaman hanya bisa diatasi denganmenggunakan metode yang benar-benar
baru; ketiga, kelompok yang memadukan
antara metode lama dan baru untuk
mengatasi masalah zaman yang selalu
berubah.
Dalam dunia jurnalistik Masisir, kita
bisa menentukan sikap antara tiga kelom-
pok di atas, apakah kita menjadi kelompok
pertama, kedua atau ketiga? Kelompok
pertama tetap menggunakan cara lama,
menerbitkan buletin seperti biasa,
mengoplah seperti biasa, dan tidak terlalumengadakan perubahan yang signifikan.
Kita bisa melihat dari kelompok ini masih
ada beberapa yang bisa bertahan, di anta-
ranya buletin Suara PPMI (yang belum
hidup kembali di periode ini), dan buletin
kekeluargaan seperti Prestasi dari KSW
atau Manggala dari KPMJB. Setidaknya
kelompok ini masih memiliki satu poin
positif yang bisa dikembangkan; ketaja-
man tulisan, nalar kritis dan kualitas yang
bisa dikembangkan secara maksimal
tanpa harus terseok mengejar kecepatan
deadline. Namun, mau tidak mau mereka
harus rela menelan pil pahit jika respon
yang diterima sangat kurang. Biaya besar
utuk percetakan, namun penyebaran yang
tidak merata menjadikan buletin-buletin
ini tidak menerima income yang seimbang,
baik dari segi materi ataupun respon pem-
baca.
Kelompok kedua menggunakan cara
baru, membuat website, menyebarkan
informasi dalam bentuk digital yang
mengharuskan mereka untuk bekerja
keras bersaing dengan dunia yang melin-
tas sangat cepat di sekitar mereka. Kelom-
pok kedua ini bisa kita lihat seperti
Masisir Online yang pada mulanya ingin
mencoba bermain di dunia digital namun
akhirnya tergerus dan terpaksa mati suri.
Atau Wihdah yang juga sempat membuat
blog, kelompok kajian Sinai, Darussalam
Center Cairo, ataupun Kemass. Tantangan
bagi kelompok ini, mereka harus bisa
bekerja layaknya media online lainnya,
mengusahakan agar setiap informasi bisa
secepat mungkin ter-update, harus tetap
konsisten dalam pemuatan tulisan, dan
gencar dalam pemasaran. Namun
sayangnya terkadang kualitas, nalar kritis,
ketajaman tulisan, atau bahkan objektivi-
tas beritauntuk tulisan jenis beritater
-nomerdua-kan karena mengejar kece-patan. Namun meski begitu, kita harus
tetap mengapresiasi dan terus mendu-
kung usaha mereka.
Sedangkan untuk kelompok ketiga,
kelompok inilah tempat para orang cerdas
berkreasi. Tidak terlalu stagnan seperti
kelompok pertama, dan memiliki pertim-
bangan lebih dari pada kelompok kedua.
Mari kita pikirkan cara agar tulisan tetap
terbaca, cepat, penyebaran merata,
berkualitas, dan menarik. Tidak mening-
galkan cara lama, tetap mengedepankankualitas dan nalar kritis, namun juga terus
berinovasi. Al-Muhafazah ala al-qadim al-
shalih wa al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah.
Masalah ini adalah masalah kita
bersama, bukan hanya milik media A atau
B. Insan media seharusnya saling berkom-
petisi, berlomba, bersaing secara sehat,
terus berkreasi dan berinovasi agar ma-
salah yang selalu dikeluhkan ini tidak
hanya sebatas ditulis dalam wacana,
namun juga bisa teratasi.
Mari kita duduk bersama, berbicara
santai sambil ditemani teh hangat. []
03
-
7/30/2019 Buletin Terobosan Edisi 349
4/16
TROBOSAN, Edisi348, 18 November 2012
Sekelumit Birokrasi Mahasiswa Baru
Laporan Utama
04
Minat para pelajar Indonesia untuk
menuntut ilmu di Mesir tidak pernah su-
rut, salah satunya ditandai dengan masih
berdatangannya para pelajar dari Indone-
sia setiap tahunnya. Proses pemberangka-
tan dan pendaftaran para calon maha-
siswa ini pun selalu mendapatkan ma-
salah yang berbeda di setiap tahunnya,
salah satu penyebabnya adalah karena
kebijakan pihak Al-Azhar dan beberapa
pihak terkait yang selalu berubah-ubah.
Tak terkecuali tahun ajaran 2012-2013
ini.
Status IAAI dan KPP MABA
Proses birokrasi calon mahasiswa
baru tahun ini sedikit mengalami peruba-han dari tahun-tahun sebelumnya. Proses
ujian hingga pendaftaran mahasiswa baru
tahun ini diadakan melalui satu pintu
yaitu melalui Ikatan Alumni Al-Azhar In-
donesia (IAAI) di Jakarta. Perubahan ini
antara lain disebabkan oleh dihapusnya
status mu`adalah bagi seluruh ijazah non-
Azhar dari seluruh negara pada tahun
lalu. Hal inilah yang menjadikan Atase
Pendidikan KBRI beserta IAAI mengusa-
hakan untuk mencari solusi dalam ma-salah status mu`adalah ijazah ini, yang
akhirnya menghasilkan satu bentuk ijazah
yang telah diterima oleh Al-Azhar dan
bisa digunakan oleh seluruh calon maha-
siswa yang berasal dari Indonesia, yaitu
ijazah Madrasah Islamiyah al-Hukumiyah.
Ijazah ini lebih mirip seperti sertifikat
yang diterima oleh para peserta yang te-
lah lulus ujian penerimaan yang diadakan
oleh IAAI. Para pelajar awalnya men-
daftarkan dirinya ke IAAI dengan mem-
bawa ijazah dari sekolah masing untuk
mengikuti ujian penerimaan, dan bagi
para peserta yang telah lulus IAAI telah
menyiapkan satu bentuk ijazah yang telah
diterima oleh Azhar sebagaimana yang
tertulis di atas, dan ijazah ini juga yang
kelak menjadi pegangan para mahasiswa
untuk mendaftar ke Al-Azhar.
Nur Hidayat, salah seorang anggota
Komite Pelaksana Pendaftaran Mahasiswa
Baru (KPP MABA) menuturkan, Pada
tahun ini alhamdulillah seluruh negara
yang tidak berbicara bahasa Arab harus
ikut daur lughoh dulu, kecuali Indonesia.
Ini juga salah satu hasil kerja dari IAAI
Dan berbeda dengan tahun sebelum-
nya, KPP MABA saat ini mendapatkan
mandat langsung dari ketua IAAI, Prof. Dr.
Quraish Shihab untuk melaksanakan
proses pendaftaran para calon mahasiswa
ke Al-Azhar. Ketua KPP MABA, saudara
Aziz Hasbullah menuturkan, Saat ini KPP
berada di bawah IAAI, karena kita menda-
patkan SK dari IAAI, tidak seperti sebe-
lumnya berada di bawah PPMI.
Berbedanya garis koordinasi KPP
MABA pada tahun ini memang memiliki
nilai positif dan negatif. Andri Aziz, salah
seorang anggota KPP MABA menuturkanbahwa proses birokrasi yang langsung
memang lebih mudah untuk dijalani,
Kalo kita di bawah PPMI, berarti garis
koordinasinya dari KPP harus melalui
PPMI, lalu ke KBRI, dan baru ke rabithah.
Kalo sekarang langsung dari rabithah, ke
KPP dan langsung ke Azhar. Langsungnya
koordinasi seperti ini mempermudah IAAI
dalam berhubungan dengan Azhar mau-
pun sebaliknya tanpa harus melalui be-
berapa tahap seperti yang disebutkan diatas.
Namun proses seperti ini pun
memiliki kekurangan. Andri menjelaskan
bahwa salah satu kekurangan dalam hal
ini adalah hilangnya hubungan yudikasi
pihak PPMI atas KPP. Hal tersebut
mengakibatkan jika terdapat sebuah pe-
langgaran dari pihak KPP, PPMI tidak
memiliki wewenang untuk melakukan
tindakan yudikatif karena KPP tidak lagi
memiliki hubungan koordinasi secara
struktural dengan PPMI. Lucu memang,
kami mengurusi calon mahasiswa di sini,
memegang uang mahasiswa di sini, tapi
kami tidak punya hubungan apapun se-
cara kelembagaan dengan perhimpunan
mahasiswa di Mesir. Itu kekurangannya.
ungkap pemuda yang juga anggota tim
grup nasyid Da`I Nada ini.
Mengomentari hal ini, Hilmy Mubarok,
Pimpinan BPA menjelaskan bahwa KPP
MABA seolah terlepas dari PPMI adalah
ketika PPMI pimpinan Abu Nashar yang
saat itu tidak memberikan SK kepada KPP.
Hal ini juga diiyakan oleh Andri Aziz. Ia
menyatakan bahwa saat itu ia bersama
beberapa orang KPP lama menginginkan
agar SK cepat keluar agar proses penguru-
san camaba cepat dilaksanakan, namun
karena PPMI tidak juga memberikan SK
maka IAAI yang mengeluarkan SK.
Saat ini, Andri bersama beberapa
orang lainnya tengah mengusahakan ran-
cangan undang-undang baru untuk KPP
dan pengurusan calon mahasiswa baru
untuk mengganti undang-undang yang
pernah ada di BPA sebelumnya. Udang-
undang tentang KPP ini sebelumnya telah
ada sejak tahun 2007, dan telah direvisi
pada tahun 2010, namun revisi undang-undang itu dinyatakan telah hilang dari
BPA karena beberapa sebab. Oleh karena
itulah pihaknya bukan sekedar merevisi
undang-undang yang telah ada, namun
mengusahakan pembuatan undang-
undang yang baru dan lebih menyeluruh.
Namun ketika dikonirmasi masalah
hilangnya undang-undang ini, Hilmy men-
gatakan bahwa pada tahun 2010 BPA me-
mang tidak mengamendemen revisi un-
dang-undang Maba, karena pada periodeitu BPA hanya mengamendemen dua un-
dang-undang, yaitu UU Temus dan UU
keorganisasian.
Birokrasi Calon Mahasiswa Baru
Pada tahun-tahun sebelumnya, pengu-
rusan legalisir dan terjemah berkas dila-
kukan oleh broker masing-masing calon
mahasiswa baru dan KPP MABA hanya
mengurusi pendaftaran ke pihak Al-Azhar.
Namun tahun ini berbeda.
Kebijakan pengurusan pendaftaran
satu pintu melalui IAAI ini menjadikan
seluruh berkas dan pengurusannya men-
jadi tanggung jawab KPP MABA. Mereka
mengurusi terjemahan berkas, legalisir,
dan mereka juga yang mengurusi pen-
daftaran para calon mahasiswa ini, se-
dangkan broker keberangkatan hanya
mengurusi tiket dan tempat tinggal para
calon mahasiswa.
Untuk tahun ini, setiap calon maha-
siswa diharuskan untuk membayar biaya
sebesar 3,5 juta Rupiah melalui IAAI.
Biaya ini sudah termasuk proses pembua-
-
7/30/2019 Buletin Terobosan Edisi 349
5/16
TROBOSAN, Edisi349, 18 November 2012
Laporan Utama
05
tan ijazah, pengiriman berkas, terjemah
dan legalisir berkas, biaya pendaftaran
kuliah atau mazruf sebesar 270 Pound,
biaya PPMI, ormaba dan PMIK sebesar
145 Pound, biaya penjemputan sebesar 50
Pound, biaya uang pengurusan rumah
untuk satu bulan sebesar 550 Pound dan
biaya operasional KPP MABA. Biaya itu
sebagian telah digunakan oleh IAAI di
Indonesia untuk pengurusan berkas dan
pengirimannya, dan kemudian dikirimkan
ke KPP MABA untuk kemudian digunakan
untuk proses pendaftaran yang lebih lan-
jut. Sebelumnya pun direncanakan bahwa
pengurusan camaba selesai dalam waktu
satu bulan, namun ternyata molor men-
jadi dua bulan setengah. Kami mendapat-
kan biaya operasional KPP hanya untukkerja selama satu bulan, tapi ternyata
kami kerja selama dua bulan setengah
lebih ungkap Nur Hidayat.
Seluruh proses beserta pengeluaran
biaya birokrasi camaba ini kelak akan
dilaporkan langsung kepada IAAI di Ja-
karta, hal ini dikarenakan IAAI adalah
lembaga yang memberikan SK kepada
KPP MABA. Aziz menuturkan, Kami mem-
berikan laporan kepada lembaga yang
mengeluarkan SK. Karena yang menge-luarkan SK sekarang adalah IAAI maka
kami melaporkannya ke IAAI.
Sedangkan mengenai kelanjutan
proses pendaftaran mahasiswa baru saat
ini seluruhnya dinyatakan telah selesai,
dalam artian seluruh mahasiswa telah
mendapatkan ishol, termasuk para pene-
rima beasiswa Al-Azhar sebanyak 18
orang.
Mediator dan penempatan maha-
siswa baru
Tugas mediator atau broker untuk
tahun ini tidak terlalu sulit, karena selu-
ruh pengurusan berkas dipegang oleh
IAAI beserta KPP MABA. Mediator pada
tahun ini hanya mengusahakan penguru-
san tiket dan penempatan mahasiswa
baru tanpa perlu berurusan dengan
berkas.
Namun seperti tahun-tahun sebelum-
nya, tidak ada keseragaman biaya keber-
angkatan mahasiswa baru antara media-
tor satu dengan yang lain. Untuk pember-
angkatan melalui mediator di IAAI, para
calon mahasiswa diharuskan untuk mem-
bayar sebesar
6,6 juta
Rupiah (di
luar biaya
berkas). Lain
halnya den-
gan mediator
Histadi, selu-
ruh maha-
siswa baru
yang berang-
kat melalui
mediator ini
diharuskan
untuk mem-
bayar sebesar
11 juta
Rupiah. Se-dangkan maha-
siswa baru yang melalui mediator IKPM
diharuskan membayar sebesar 10,5 juta
Rupiah. Sedangkan Mumtaza sebesar 15
juta Rupiah, dan dikembalikan sebesar 2
juta Rupiah. Bahkan TROBOSANmenda-
patkan salah seorang pelajar yang tidak
lulus dalam ujian penerimaan di IAAI,
namun ia tetap berangkat ke Mesir me-
lalui seorang alumni dengan biaya sebesar
18,5 juta Rupiah.Perbedaan biaya antar mediator ini
salah satunya karena perbedaan fasilitas
yang diberikan oleh masing-masing me-
diator. Di antaranya terdapat mediator
yang menambah biaya untuk fasilitas pen-
gurusan berkas, penempatan calon maha-
siswa, dan bimbingan belajar selama satu
tahun. Namun di lain pihak, KPP MABA
telah menjelaskan bahwa pengurusan
berkas seluruhnya diurus oleh KPP MABA
tanpa melibatkan mediator dalam hal ini.
Bahkan lebih lanjut dikatakan bahwa
setiap calon mahasiswa telah memiliki
uang untuk penempatan rumah selama
satu bulan di KPP MABA sebesar 550
Pound yang diambil oleh para mediator
untuk mengurusi rumah calon mahasiswa
yang bersangkutan.
Bahkan lebih lajut, terdapat satu me-
diator yang menempatkan beberapa
mahasiswa baru di kota Mansurah, pada-
hal pada tahun ini tidak ada mahasiswa
yang didaftarkan di luar Kairo, seluruh
mahasiswa baru saat ini telah terdaftar
seluruhnya di Al-Azhar Kairo termasuk
beberapa orang yang ditempatkan di Man-
surah tadi.
Salah satu sumber kami mengatakan
bahwa ia mengetahui ada seorang maha-
siswa yang hendak menguruskan rumah
untuk adik kelasnya yang berasal dari
kekeluargaan Gamajatim, kemudian ia
meminta biaya pengurusan rumah itu
kepada pihak kekeluargaan namun hanya
diberikan uang sebesar 300 Pound. Sete-lah mengetahui bahwa jatah untuk pengu-
rusan rumah adalah 550 Pound, maka ia
langsung datang dan meminta kejelasan
dari uang sisa itu, namun dikatakan
bahwa sebagian uangnya adalah untuk
kas dan untuk orang yang mencari rumah.
Menanggapi isu ini, Rohmat Romad-
hona, ketua kekeluargaan Gamajatim
menyangkal hal tersebut. Dalam perbin-
cangan lewat telfon ia mengatakan kepada
TROBOSAN bahwa seluruh uang yang
diambil oleh setiap ketua kekeluargaan
adalah sebesar 550 Pound dan seluruhnya
digunakan hanya untuk pengurusan
rumah. Pihaknya menampik isu yang
mengatakan bahwa pihak kekeluargaan
telah mengambil jatah untuk kas keke-
luargaan.
Pengurusan calon mahasiswa baru
memang selalu memiliki masalah yang
berbeda di setiap tahunnya. Semoga tahun
-tahun setelahnya permasalahan birokrasi
maba bisa diminimalisir. [] Dirga,
Fahmi.
Image:facebook.com/kppmaba.mesir
Salah satu kesibukan tim KPP MABA, menguruskan berkas mahasiswa baru
sebanyak 430 orang.
-
7/30/2019 Buletin Terobosan Edisi 349
6/16
TROBOSAN, Edisi348, 18 November 2012
Komentar Peristiwa
06
Setiap mahasiswa baru pasti akan
merasakan masa orientasi di masing-
masing universitas. Di Indonesia masa ori-
entasi ini terkenal dengan istilah OSPEK(Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus),
sedangkan di Mesir biasa kita sebut
ORMABA (Orientasi Mahasiswa Baru). Ori-
entasi ini setiap tahunnya diadakan oleh
organisasi induk di Masisir, PPMI. Namun
uniknya, tidak hanya PPMI yang mengada-
kan orientasi untuk mahasiswa baru.
Hampir setiap organisasi di bawah naun-
gan PPMI, baik itu kekeluargaan maupun
badan afiliatif lain yang juga mengadakan
acara orientasi bagi mahasiswa baru. Ten-
tunya ini bertujuan untuk mencari kader
guna melanjutkan dan mempertahankan
eksistensi organisasinya. Bagaimana sepak
terjang ORMABA PPMI kali ini? Silahkan
simak laporan tim TROBOSANberikut ini!
Pelaksanaan ORMABA Diundur
Pelaksanaan ORMABA kali ini sempat
beberapa kali mengalami pengunduran
dari jadwal awal yang sudah ditentukan
panitia. Hal ini dikarenakan beberapa hal
dan berbagai pertimbangan. Menurut Ab-
dul Wahid selaku ketua ORMABA PPMI
2012, awalnya panitia merencanakan
ORMABA tahun ini dilaksanakan pada tang-
gal 15 Oktober, namun kemudian diundur
hingga 22 Oktober. Lalu diundur lagi dan
direncanakan pada tanggal 18 November
2012. Akhirnya setelah beberapa pengun-
duran tersebut, pihak panitia memastikan
pelaksanaan ORMABA pada tanggal 18 dan
19 November 2012.
Masih menurut Wahid, ada beberapa
kendala yang menjadi penyebab diun-durnya ORMABA tahun ini. Diantaranya,
banyaknya agenda PPMI untuk Masisir
yang dilaksanakan bersamaan dalam satu
waktu kemarin. Penyebab lain adalah pihak
panitia juga harus menunggu kedatangan
sebagian besar mahasiswa baru yang ketika
tanggal 15 oktober belum mencapai dua
pertiganya, itu pun status kemahasiswaan
mereka belum sah karena pengurusan ber-
kas pendaftaran belum selesai.
Wahid juga menuturkan alasan lain
diundurnya ORMABA kali ini adalah karena
belum adanya dana dari pihak Atase Pen-
didikan KBRI. Karena kas di Atdik ketika itu
sedang kosong, maka satu-satunya jalan
untuk menanggulanginya adalah menunggu
keputusan dari bapak Duta Besar RI. Na-
mun karena ketika itu Duta Besar RI Mesir,
Drs. Nurfaizi Suwandi, MM. tengah men-
jalankan ibadah haji, jadi keputusan terkait
dana ditangguhkan hingga kepulangan
beliau ke Mesir. Adapun mengenai infor-
masi kepulangan beliau, pihak panitia men-
dapatkan kemungkinan harinya pada 2
November 2012. Karena dana itu sangat
urgent, jadi keputusan final ada di pihak
KBRI, ungkap pria yang mahir bermain
biola ini.
Adapun mengenai dana, ORMABA tahun
ini memerlukan dana yang cukup banyak.
ORMABA tahun ini membutuhkan dana
sekitar 3000-4000 pound. Pihak panitia
mengaku bahwa yang paling banyak me-
makan biaya adalah untuk keperluan kon-sumsi dan transportasi. Untuk jumlah
dana pastinya saya lupa, tapi yang jelas
sekitar segitu, terang Wahid.
Namun Presiden PPMI, Jamil Abdul
Latief menyangkal bahwa pengunduran
ORMABA tahun ini karena terlambatnya
suntikan dana dari KBRI. Menurutnya, pen-
gunduran ini terjadi dikarenakan penye-
suaian dari beberapa pihak, yakni KBRI,
PPMI, serta kedatangan mahasiswa baru
sendiri. Kita nunggu kapan kosongnya
bapak-bapak KBRI, biar semua bersinergi ,
kata Presiden PPMI.
ORMABA Tersendat Kedatangan
Maba
Pelaksanaan ORMABA sangat erat kai-
tannya dengan kedatangan Maba, selaku
pihak yang menikmatinya nanti. Menurut
pihak KPP, kedatangan mahasiswa baru
sampai berita ini diangkat telah mencapai
jumlah keseluruhan, kecuali mahasiswa
yang akan tinggal di Asrama Buuts. Jika
melihat data yang ada, jumlah keseluruhan
mahasiswa baru sekitar 430 orang, dan
yang akan tinggal di Asrama Buuts ada 18
orang. Hal ini diungkapkan oleh pihak KPP
Maba ketika ditemui TROBOSAN di
gedung konsuler KBRI, Hay Tasi pada
Selasa, 6 November kemarin.
Menurut pihak KPP, penyebab perma-
salahan keterlambatan Maba peraih
beasiswa Al-Azhar (baca: Buuts) adalah
belum keluarnya visa. Visa mereka mung-
kin turun jika pihak panitia pemberangka-tan Maba segera menyerahkan isholkepada
pihakAmn Dauli. Memang proses birokrasi
mahasiswa baru yang akan tinggal di buuts
berbeda dengan mahasiswa lainnya karena
prosesnya berkaitan langsung dengan pi-
hak Al-Azhar. Hal ini baru mereka pahami
ketika pihak KPP Maba yang berada di In-
donesia menanyakan perkembangan visa
Maba kepada pihak terkait. Setelah menge-
tahui hal ini mereka menyatakan akan
segera menyerahkan ishol kepada Amn
Dauli. Selain ishol, pihak KPP Maba juga
akan menyerahkan nota diplomatik agar
Meninjau Pelaksanaan Ormaba PPMI
Orientasi Mahasiswa Baru PPMI tahun ajaran 2011-2012
Image:facebook.com/ppmimesir
-
7/30/2019 Buletin Terobosan Edisi 349
7/16
TROBOSAN, Edisi349, 18 November 2012
Komentar Peristiwa
07
Maba peraih beasiswa Al-Azhar yang ter-
sisa bisa segera berangkat.
Organisasi dan Acara Orientasi
Beberapa minggu kemarin PPMI per-
nah mengadakan acara Coffe Break di
Rumah Daerah LIMAS yang sempat mem-
bahas tentang agenda orientassi Maha-
siswa Baru. Acara tersebut dihadiri oleh
pihak PPMI, kekeluargaan, dan badan
afiliatif lainnya. Mereka bersepakat bahwa
orientasi untuk mahasiswa baru tidak
lebih dari dua hari, karena melihat ban-
yaknya orientasi yang diadakan oleh or-
ganisasi terkait.
Menanggapi hasil acara Coffee Break
pada bulan lalu, pihak PPMI menegaskan
bahwa organisasi yang berdiri dibawah
naungan PPMI maupun organisasi inde-
penden berhak menyelenggarakan orien-
tasi karena memang itu hak mereka.
Adapun mengenai kesepakatan lainnya dari
acara Coffee Break, publik bersepakat untuk
menyampaikan materi dalam acara orien-
tasi bukanlah materi yang sama dengan apa
yang akan disampaikan pada ORMABA
PPMI. Ketika ditanya mengenai kenyataan
di lapangan PPMI melihat sebagian besar
sudah menjalankan hasil kesepakatan ini.
Sebenarnya kesepakatan ini adalah him-bauan yang sifatnya mengikat. Saya lihat
sebagian besar sudah melaksanakan, ung-
kap Jamil.
Pembahasan mengenai orientasi pada
acara Coffee Break itu sebenarnya Karena
melihat banyaknya orientasi yang diadakan
berbagai organisasi di ranah Masisir. Hal ini
terkadang membuat peserta mahasiswa
baru jenuh dan lelah.
Hal ini juga diamini oleh Hanifa
Efiryani, mahasiswa baru asal Karawang,
Jawa Barat yang mengaku sudah tiga kali
mengikuti acara orientasi mahaiswa baru.
Padahal tiga orientasi tersebut belum ter-
masuk baginya ORMABA PPMI. Dia
mengaku senang dengan adanya acara ori-
entasi, namun karena banyaknya kegiatan
diapun merasa hal itu cukup menggang-
gunya. Hmm, gimana ya ka? kalo menurut
ana sih bagus-bagus aja adanya orientasi.
Secara buat mengenalkan kita juga. Apa sih
Mesir itu dan siapa Masisir itu? Tapi mung-
kin karena waktunya yang bentrok,
akhirnya membuat saya menjadi merasa
nggak nyaman, ungkapnya ketika ditanya
TROBOSAN.
Berbeda dengan pengakuan Yusuf
Syakir, mahasiswa baru asal Pasuruan,
Jawa Timur yang baru mengikuti sekali
acara orientasi mahasiswa baru. Dia men-
yatakan senang dengan adanya acara orien-
tasi atau semacamnya. Kita bisa belajar
kemasyarakatan, belajar kebersamaan,
dilatih lebih dewasa dan mandiri dalam
permasalahan hidup, katanya.
Melihat fenomena ini panitia akan
membuat beberapa hal baru ketika acarapelaksanaan, agar peserta tetap antusias
dengan acara ORMABA. Wahid satunggal,
ketua panitia ORMABA yang dipilih sejak 1
oktober lalu menyatakan, ada yang berbeda
dalam acara ORMABA PPMI tahun ini. Jika
di tahun-tahun sebelumnya pembentukan
marhalah dilakukan pada akhir acara, maka
tahun ini dilakukan di awal acara (hari per-
tama). Hal ini bertujuan agar keor-
ganisasian marhalah baru dapat dijalankan
selama ORMABA berlangsung. Adapun
mengenai hari pelaksanaan, menurut ketua
panitia ORMABA tahun ini akan dilaksana-
kan dalam dua hari (18-19/11/2012) di
dua tempat. Yakni hari pertama di KBRI,
Garden City dan hari kedua di aula gedung
Shalah Kamil, Hay Sadis.
Urgensitas ORMABA
Ditanya mengenai urgensitas ORMABA,
Wahid mengungkapkan bahwa acara ini
sangatlah diperlukan. Karena selain men-
yambut mahasiswa baru, ORMABA juga
bertujuan untuk mengenalkan sosok uni-
versitas Al Azhar yang sebagai universitas
idaman bagi para tholabul ilmi. Serta mem-
berikan pengetahuan tentang kondisi bu-
daya Mesir pasca revolusi dan solusi untuk
menyikapinya. Dan tentunya ORMABA ini
juga akan memberikan manfaat bagi PPMI.
Yakni agar PPMI mudah mengontrol Ma-
sisir, salah satunya memudahkan kontrol
mahasiswa baru dengan adaannya pem-
bentukan marhalah.
Sementara Jamal Abdul latief, selaku
presiden PPMI berharap dengan adanya
ORMABA ini mahasiswa baru bisa segera
menyesuaikan kondisi Mesir saat ini. Jugaselalu berkomitmen menjalankan niat
awalnya untuk tholabul ilmi di negeri ki-
nanah ini, namun juga tidak menafikan
belajar sosial. Karena keduanya merupakan
kewajiban bagi setiap mahasiswa. Selain itu
PPMI juga mensupport atau membimbing
mahasiswa baru tahun ini dalam hal in-
telektual ataupun tulis menulis di Masisir
ini.
Mahasiswa baru tentunya masih
memiliki semangat baru yang menggebu.
Alangkah baiknya jika semangat itu senan-
tiasa dipertahankan dan diarahkan dengan
benar oleh para senior. Semoga dengan
adanya ORMABA ini, semua mahasiswa
baru bisa menjadikannya sebagai jalan
untuk menuntun dan merealisasikan im-
pian mereka. Amin![] Erika, Tsabit.
Orientasi Mahasiswa Baru PPMI tahun ajaran 2010-2011
Image:facebook.com/ppmimesir
-
7/30/2019 Buletin Terobosan Edisi 349
8/16
TROBOSAN, Edisi348, 18 November 2012
Seputar Kita
08
PCINU Mesir baru saja menggelar
acara Konferensi Cabang (Konfercab)
PCINU Mesir yang ke VII pada hari sabtu
(10/11) lalu. Acara yang bertempat di Aula
Griya KSW ini dihadiri oleh lebih dari 150
warga Nahdliyyin yang berada di Mesir.
Acara ini merupakan agenda rutinan
yang diadakan setiap dua tahun sekali.
Selain membahas tentang laporan
pertanggung jawaban pengurus lama dan
pemilihan ketua tanfidziyah baru, Konfer-
cab kali ini juga membincang perihal
agama dan bangsa pada dewasa ini. Hal ini
terbukti dengan diadakannya Muktamar
Fikih Kontekstual yang mengulas tentang
kontekstualisasi ikih zakat pada hari
sabtu (27/10) lalu.
Fahmi Farid Purnama, ketua panitia
Konfercab VII menuturkan, Konfercab
kali ini terdapat beberapa runtutan acara
yang telah kami laksanakan, diawali
dengan OPABA NU, dilanjutkan Muktamar
Fikih Kontekstual, NU games, dan puncak
acaranya pada hari sabtu kemarin.
Acara yang bertajuk "Membumikan
nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan" ini
memutuskan Khozien Dipo sebagai ketua
tanfidziyah periode 2012-2014 yang
sebelumnya dipegang oleh Muhammad
Tabrani Basya. Sedangkan ketua dewan
syuriyah tetap diamanahkan kepada Bpk.
Mukhlashon Jalaluddin. LC.
Dipo dalam sambutannya mengajak
warga Nahdliyyin untuk bersama
memajukan NU-Mesir, Jika kita tidak
mampu memajukan PCINU-Mesir, jangan
harap kita bisa memajukan Indonesia
tandasnya. Ia juga berusaha akan
melakukan apa yang harus ia lakukan
sebagai pimpinan PCINU.
Bagi warga Nahdliyyin, Dipo adalah
sosok yang tidak asing lagi. Selain telah
lama berkecimpung di organisasi NU, dia
juga pernah menjadi Pimpinan redaksi
majalah NU Akar (2009-2010), dan wakil
ketua Tanidziyyah periode 2010-2012. Ia
juga memperoleh torehan suara lebih dari
50% dibanding kandidat lainnya; Ahmad
Hadidul Fahmi, Muhammad Qadhafi, Saiful
Rijal dan Falahuddin Qudsi.
Muhammad Tabrani Basya turut
mengomentari hasil pemilihan tersebut, ia
menuturkan, Semua kandidat yang
dicalonkan bagus. Dan Mas Dipo juga
bagus. Ia juga berpesan pada pengurus
baru NU, Semoga segenap pengurus NU
masa khidmat 2012-2014 mampu
menambal kekurangan-kekurangan di
masa sebelumnya. [] Yaqien.
PCINU Mesir Gelar Konfercab VII
Pada selasa (6/11) lalu, PPMI
mengadakan sosialisasi tentang keamanan
Masisir yang bertempat di Konsuler. Acara
ini dihadiri oleh sekitar 55 orang yangberasal dari perwakilan dari, Presiden dan
Wakil Presiden PPMI, Wihdah, DKKM,
ketua-ketua kekeluargaan, ketua senat
mahasiswa, organisasi afiliatif dan media.
Dalam acara ini Jamil Abdul Lathief
selaku presiden PPMI menyebutkan
bahwa saat ini kondisi keamanan Mesir
memang kurang baik, bahkan ia menye-
butkan bahwa penduduk sipil saat ini pun
sudah bisa mendapatkan senjata api
dengan harga yang terjangkau. Pihaknya
juga mengusulkan beberapa point terkait
keamanan ini; yaitu menetapkan jam ma-
lam untuk mahasiswi yaitu jam 10 malam,
himbauan untuk tidak menggunakan jasa
tuk-tuk, dan rencana pemeriksaan ber-
sama rumah-rumah Masisir.
Masih menanggapi hal ini, Pak
Mukhlason Jalaluddin selaku perwakilan
dari KBRI berencana membuat data ten-
tang pemetaan rumah-rumah Masisir
bekerjasama dengan ketua-ketua keke-
luargaan. Namun terdapat kendala dalam
pelaksanaan rencana ini, yaitu tidak valid-
nya data mahasiswa yang terdapat di Kon-
suler dikarenakan banyaknya Masisir yang
tidak lapor pendidikan. Ia menambahkan
bahwa sampai beberapa jam sebelumacara itu dimulai, jumlah mahasiswa yang
terdata secara lengkap di Konsuler hanya
sekitar 1.400 orang. Oleh karena itu pi-
haknya menghimbau kepada Masisir un-
tuk terus melapor di setiap tahunnya, agar
data ini menjadi acuan pendataan Masisir
selanjutnya. Pihaknya pun menegaskan
bahwa siapa yang tidak lapor pendidikan
maka keberadaannya di negeri ini tidak
dianggap, karena keberadaannya tidak
terlacak.
Menanggapi hal ini, pihak KBRI ber-
sama dengan setiap kekeluargaan telah
menunjuk penanggung jawab dari setiap
kekeluargaan untuk melakukan pendataan
alamat rumah seluruh anggota kekeluar-
gaan, sekaligus menghimbau agar para
anggota kekeluargaannya untuk lapor
pendidikan ke Konsuler.
Salah seorang hadirin, Abdul Rosyid
dalam acara itu menawarkan sebuah
solusi yang bisa digunakan oleh Masisir
untuk melindungi diri, yaitu dengan
Pepper Spray, sebuah semprotan yang
telah diisi ramuan yang memedihkan mata
untuk membela diri.
Dalam acara ini juga, Abdurrahman
selaku ketua DKKM periode ini menjelas-kan tentang pembagian zona tempat ting-
gal Masisir beserta beberapa kontak yang
bisa dihubungi jika terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan. Ia pun menjelaskan
bahwa sebagian besar korban penjambre-
tan adalah mahasiswi yang mengenakan
tas selendang, maka ia pun menghimbau
agar para mahasiswi tidak lagi mengena-
kan tas jenis itu, atau paling tidak agar
mereka menjaganya agar tidak lagi terjadi
kasus penjambretan.
Salah seorang hadirin, Fahmi Hasan
sebagai utusan dari media memberikan
usulan bagi DKKM untuk mendata setiap
kejahatan yang menimpa Masisir agar data
itu bisa direkap sesuai dengan jenis keja-
hatan, waktu, tempat, motif dan kerugian,
dan kelak data tersebut bisa untuk dipela-
jari dan kemudian dilakukan pencegahan.
Semoga permasalahan keamanan di
negeri ini khususnya Masisir bisa teratasi.
[]Zainuddin, Fahmi.
PPMI Adakan Sosialisasi Keamanan Masisir
-
7/30/2019 Buletin Terobosan Edisi 349
9/16
TROBOSAN, Edisi349, 18 November 2012
S k e t s a
09
Harapan di atas HarapanOleh: Luthfiatul Fuadah al-Hasan*
Harapan menjadi sebuah barometer
seseorang untuk mendapatkan sesuatu.
Demi memperbaiki nasib, banyak hal yang
mereka gantungkan lebih dalam sebuah
harapan. Ada atau tanpa adanya sebuahkomitmen dan tindakan. Harapan tidak
akan mengecewakan selama kita dapat
mengombinasikan antara komitmen dan
tindakan. Namun, sebuah tindakan tidak
akan pernah menggantikan harapan.
Kerjakan apa yang harus dikerjakan,
dengan ada atau tidaknya sebuah
harapan. Pekerjaan yang baik adalah
sesuatu yang akan mewujudkan harapan
kita tercapai.
Ketika harapan menjadi satu-satunya
alat untuk menggantungkan keinginan.Semua golongan tanpa memandang umur
pasti memiliki sebuah harapan. Menjadi
apa yang diharapkan, menginginkan apa
yang diharapkan dengan diringi doa dan
usaha semua akan menjadi jawaban
terindah yang akan kita dapatkan dalam
relung kepasrahan.
Teringat dengan harapan salah
seorang mujahidah dalam lemahnya
tubuh dibilik rumah sakit. Sebuah harapan
sederhana ingin sehat kembali dan ingin
lulus dalam ujian akhir semester, karena
pada saat itu hanya beberapa hari
menjelang ujian dimulai. Seorang
mahasiswa tingkat pertama yang dalam
kerapuhannya ia memiliki harapan besar.
Dengan sebuah harapan doa dan
semangat yang dimilikinya dalam
keyakinan ia pasrahkan. Kadang sesuatu
itu tidak dapat sepenuhnya sesuai dengan
harapan yan kita miliki, ia tidak mampu
terbangun untuk melaksanakan ujian
syafawi. Gelak tangis dalam doa ia
panjatkan. Kaka senior membantu
mengurus agar ia dapat mengikuti ujian
syafawi susulan, dan akhirnya Rais Qism
setiap maddah pun mengizinkan.
Ujian tulis pun datang, namun
kondisinya belum pulih seratus persen.
Semangat yang mendorong ia untuk
bangkit, di balik kelemahan ia berdiri.
Akhirnya ia mengikuti ujian dengan sisa
semangat yang ia miliki, belajar dalam
keadaan terbaring dengan tetes air mata
yang mengalir. Terfikir di benaknya,mungkin kah aku lulus? Semua tugas
telah ia lakukan untuk memenuhi
harapanya, doa, usaha dan pasrah, karena
pemberi hasil terbaik hanyalah Allah. Ia
sempat berputus asa, tidak mungkin
rasanya aku lulus. Namun, ia teringat
dengan satu perkataan bahwa setiap
rencana Allah itu akan indah padaakhirnya. Ketika hasil ujian turun,
harapan ia pun terjawab, bahwa segalanya
tidak lah seburuk dengan apa yang kita
pikirkan.
Perasaan bahagia akan didapatkan
ketika sebuah harapan terwujud, semua
tak terlepas dari komitmen dan tindakan.
Sebagai makhluk Allah yang diciptakan
memiliki hawa nafsu, sampai kapan pun
manusia tidak akan pernah berhenti
untuk dapat menginginkan sesuatu. Atas
segala sifat yang dimiliki manusia, adayang mampu mengatur mana yang lebih
baik didahulukan atau tidak, atau terjebak
dalam keinginannya sendiri.
Dengan mengungkapkan harapan kita
bisa lebih mengerti apa yang akan kita
tuju. Bukankah sebuah harapan dapat
menjadikan kita bertambah semangat
dalam meriaih mimpi-mimpi? Namun,
tidak semua hal dapat kita gantungkan
melalui harapan, ada kalanya sesuatu itu
cukup menjadi pembelajaran saja.
Memang dalam hidup ada suka dan ada
duka setiap harinya, untuk itu lah kita
harus berdo'a agar kita dijauhkan dari hal-
hal yang buruk.
Ada sebuah pepatah mengatakan
Harapan itu seperti jalan di dalam hutan.
Di sana tak pernah ada jalan, tapi jika
banyak orang yang melewatinya, jalan itu
menjadi ada. Secara kasat mata sebuah
harapan tak dapat terlihat namun secara
jelas harapan itu ada. Hanya keyakinan
yang mampu menjadikan harapan itu ada.
Pernahkah kita menyadari dalam setiap
waktu harapan itu selalu digantungkan
dalam pikiran kita ? berharap dapat
memahami pelajaran, berharap
mendapatkan ilmu bermanfaat, berharap
menjadi yang terbaik, dan harapan-
harapan lainnya.
Yang menjadi persoalan bagi manusia
dalam hal harapan adalah sering
terjadinya kesalahan dalam pengetahuan
tentang harapan. Bagaimana cara Allah
memperkenankan dan menjawab harapan-harapan itu? pemahaman atas jawaban
ini sangatlah penting, agar tidak ada
prasangka buruk (suudzan) terhadap diri
bahkan terhadapat Allah. Karena tidak
semua yang diharapkan seseorang dapat
menjadi hal baik bagi dirinya atau bisa
juga hal yang tidak diharapkan justru
adalah hal baik bagi dirinya. Allah SWTberfirman :
(:612)
Telah diperintahkan kepadamu untuk
berperang sedangkan itu adalah hal yang
kau benci. Boleh jadi kamu membenci
sesuatu, padahal itu baik bagimu. Dan
boleh jadi kamu mencintai sesuatu,
padahal itu amat buruk bagimu.
(Mengapa?) Allah maha mengetahui,sedangkan kamu tidak mengetahui. (QS.
Albaqarah: 216).
Dalam hadits riwayat Ahmad dan
Al-Hakim dari Abu Said Rasulullah SAW.
menjelaskan tiga cara Allah SWT.
mengabulkan setiap harapan atau doa
hamba-Nya, selama hamba tersebut tidak
memutuskan hubungan silaturrahim dan
melakukan dosa besar: Pertama, harapan
itu langsung dikabulkan dalam waktu
yang tidak berapa lama. Hal ini dapat
dilihat dari prioritas seseorang contohnya
doa orang tua kepada anaknya, orang
yang teraniaya, pemimpin yang adil dan
selainnya. Kedua, harapan itu ditunda di
dunia dan menjadi tabungan pahala yang
akan diterima diakhirat nanti. Seringkali
seseorang mengeluh tidak adanya
keadilan dalam hidupnya, namun
percayalah keadilan akhirat pasti ada.
Kesadaran ini seharusnya dapat
memupuk optimis dalam hidup agar hasil
terbaik yang diinginkan pun tercapai.Ketiga, dijauhkan dari keburukan yang
sebanding dengan harapan itu. Dengan
kata lain, Allah akan mengganti harapan
kita dengan hal yang tidak dapat kita
sangka sebelumnya atau mengganti
dengan harapan kita yang lain.
Semoga saja harapan-harapan baik
yang tergantung dibenak kita dapat
terealisasi sesuai dengan apa yang kita
inginkan. Semua tidak terlepas dari Sang
pemberi harapan Allah SWT, hanya
dengan keridhaannya lah semua harapmenjadi nyata. []
*Penulis adalah kru TROBOSAN.
-
7/30/2019 Buletin Terobosan Edisi 349
10/16
TROBOSAN, Edisi348, 18 November 2012
Arti Namaku, itulah AkuOleh: Ahmad Ainul Yaqien*
S a s t r a
10
Sangat nyaman dan segar. Memang
Tuhan tak pernah salah dalam setiap kepu-
tusan-Nya. Ia jadikan zuhur salah satu
waktu salat untuk menyelamatkan kepala
manusia dari panasnya sengatan matahari.
Setelah kuguyur semua bagian kepala dan
kusempurnakan wudu, aku bergegas
mengisi saf yang ada. Barisan salat lengang,
sepertinya sebagian besar mahasiswa ma-
sih ada mata kuliah. Berbeda dengan fakul-
tasku, Tafsir-Hadist, setiap hari kamis kami
hanya terbebani satu mata kuliah.
Sudah sewajarnya sebagai mahasiswa
IAIN Surabaya yang telah menginjak se-
mester 7 dan hampir mendapatkan gelar
sarjana mempunyai laptop dan sepeda
motor. Namun itu bukan diriku. Aku hanya
anak seorang petani yang mengandalkan
beasiswa untuk bisa bertahan hidup di
kota metropolitan ini. Hanya bermodal
komputer butut yang aku beli dari salah
seorang teman dengan pembayaran ber-
angsur, aku bisa melalui hari-hari study-ku
di universitas paling terkemuka di Jawa
Timur. Juga tak jarang tulisan-tulisanku
termuat di salah satu media terkenal Sura-
baya. Lumayan untuk meringankan biaya
indekos yang mencekik. Untuk bepergian,
jelas aku bertumpu pada kedua kakiku dan
angkutan umum.
Setelah salat, aku sempatkan membeli
kertas A4 dan tinta print di belakang kam-
pus. Lalu menunggu angkutan umum
menuju rumah temanku. Ia memintaku
menemaninya membeli HP Blackberry
keluaran terbaru. Ah, orang berduit me-
mang tak ada puasnya dengan dunia. Aku
saja tak pernah ganti HP semenjak mening-
galkan kampung halaman, setia pada Nokia
3210.
Angkot yang digambarkan oleh te-
manku lewat telepon tadi datang. Aku lam-
baikan tanganku, lalu aku duduk di kursi
pojok sebelah kanan. Di dalamnya hanya
ada lima orang penumpang, bisa dibilang
mereka termasuk orang-orang yang masih
sudi naik angkutan umum semacam ini,
karena sebagian besar orang metropolitan
lebih memilih membeli motor ketimbang
berpanas-panasan menunggu angkutan
umum.
Sekitar beberapa ratus meter mobil
melaju, naiklah seorang perempuan berk-
erudung hitam panjang. Aku taksir dia juga
mahasiswi, tetapi biarlah aku tak men-
genalnya. Tak lama kemudian, angkot ber-
henti hendak menaikkan seorang gadis
cantik, putih berpakaian minim. Sangat
minim. Ia mengenakan kaos putih ketat tak
berlengan yang memperlihatkan bentuk
dadanya ditambah dengan rok hitam
pendek yang membalut bagian bawahnya,
itupun masih menyingkap satu jengkal dari
lututnya. Astaghfirulloh, kenapa aku sejeli
itu menilainya. Astaghfirulloh, bukankah
hari ini aku sedang berpuasa?. Kucerca
diriku berkali-kali seraya meminta ampun
kepada sang Rabbi.
Allah, gadis itu duduk tepat di depanku.
Pojok sebelah kiri di samping perempuan
berkerudung panjang tadi. Darahku ber-
henti mengalir. Tanganku mengepal. Kupe-
jamkan mataku sembari beristighfar.
Hatiku mendesah, "Tuhan, aku sedang ber-
puasa. Siapa juga orang tua gadis itu? Apa
mereka tidak mengajarkan tata cara ber-
pakaian? Atau cuaca panas Surabaya men-
jadi alasan ia mengumbar auratnya?
Ia berusaha menutup paha mulusnya
dengan buku diktat kuliah yang ia bawa,
Estetika Sastra Indonesia. Di pojok kover
depan tertulis namanya Aisyah Qonita
Bella. Aku tercengang usai membaca na-
manya. Mataku melotot seakan tak terima.
Kesekian kalinya hatiku bergemuruh,
"Bagaimana tidak memalukan seorang
gadis bernama istri Rasul berpakaian
seperti ini?" Lagi-lagi aku kesal dibuatnya.
Seakan-akan Islam hanya sebuah legalitas
agama belaka. Sangat kontras perbedaan
antara kedua wanita yang kini ada di depan
mataku. Seolah terpandang jauh antara
surga dan neraka. Namun nuraniku mene-
pisnya. Bukankah sabda Nabi menjelaskan
bahwa ada seseorang yang rutin menga-
malkan amalan ahli surga tetapi di sisa
hidupnya ia berbalik mengamalkan amalan
ahli neraka lalu mati dengan cap
PENGHUNI NERAKA. Ah, entahlah. Aku tak
mau menghakimi orang lain.
Di kantor pos depan aku akan turun.
Rumah temanku tak jauh dari kantor pos
itu. Dengan berat hati aku beranikan
sedikit bertanya kepada gadis berpakaian
minim tadi, "Mbak, tahu gak apa artinya
Aisyah Qonita Bella?"
"Gak tahu, Mas." Jawabnya kaget
karena ada yang memberinya perhatian.
"Seorang perempuan yang tunduk
kepada Allah." singkatku.
"Kiri pak sopir." Tak lama aku pun tu-
run dan membayar ongkos angkot lalu
berjalan dan tak menghiraukan gadis itu.
Aku berhak muak dengan penampilannya,
karena terumbarnya aurat bisa mengkem-
bang-kempiskan imanku. Ah, bukannya aku
sok suci tapi ini ajaran agamaku, agama
gadis itu dan agama kita. Ini syariat dan
prinsip agama bukan harga suatu barang
pasar yang bisa ditawar. "Kehidupan kota
sangat memilukan. Tak jauh beda juga den-
gan desa. Jika di kota para gadis cantik yang
berpakaian minim tetapi di desa para nenek
tua yang hanya berpakaian selembar-dua
lembar kain."Senyumku hampa.
****
Setelah mandi, salat maghrib dan ber-
buka, seperti biasa kubaca Alquran.
Kurampungkan hingga akhir surat Al-
Ahzab sebab targetku setiap bulan bisa
menamatkan Alquran. Tak lama setelah itu,
HP tuaku berdering. Rupanya ada sebuah
pesan masuk:
Assalamu `alaikum. Mas Mustafa ya?
Trims ya udah ngasih tahu arti namaku
tadi. Ini diktat kuliah mas ketinggalan di
angkot. Sekali lg terima kasih atas ilmunya.
Aisyah jadi sadar gimana seharusnya men-
jadi perempuan dan Aisyah janji sama diri
Aisyah sendiri mulai sekarang akan ber-
pakaian rapi dan berkerudung. Terima
kasih ya? :)
Aisyah Qonita Bella
Astaghfirulloh, kenapa aku sampai lupa
dengan diktat kuliahku? Untungnya di
setiap buku diktatku aku cantumkan no-
mor HPku agar jika hilang atau terbawa
oleh teman bisa dikembalikan dengan mu-
dah. Namun biarlah mungkin kejadian ini
alat untuk mengingatkan gadis itu.
Wa`alaikum salam wr. wb. Iya sama-
sama mbak, kita saling mengingatkan
sesama muslim. Alhamdulillah kalo mbak
sekarang sadar. Wah gimana aku harus
mengambilnya mbak?Balasku.
Gini aja, sabtu besok aku kosong, gak
ada mata kuliah. Ntar aku antar ke kampus
IAIN deh? Gmn?
Okey. O, iya baca terjemahan Al-quran
surat Al-Ahzab ayat 59, ya?
Siap, Insya Allah. Singkatnya.
Alhamdulillah, setetes kasih sayang
petunjuk Allah telah jatuh hari ini teruntuk
hambanya: Aisyah Qonita Bella.[]
*Penulis adalah kru TROBOSAN.
-
7/30/2019 Buletin Terobosan Edisi 349
11/16
TROBOSAN, Edisi349, 18 November 2012
L a y a r
11
Seringkali pembahasan mengenai su-
rutnyakalau tak mau dibilang sekarat
minat Masisir untuk berkecimpung dalam
dunia tulis menulis, menjadi topik yang
hangat. Baik dalam jejaring sosial seperti
facebookmisalnya, atau dalam diskusi rin-
gan sampai obrolan antar sesama pegiat
dunia tulis menulis.
Sebagian bernada apatis, mati satu tak
tumbuh lagi. Namun banyak juga yang
tetap optimis, dunia tulis menulis Masisir
harus bangkit kembali. dan Bagi yang
merasa tidak berminat dalam dunia ini,lebih memilih bersikap acuh tak acuh.
Karena pembahasan mengenai hal ini bu-
kan sesuatu yang pantas untuk disikapi
dengan keprihatinan.
Ibarat perjalanan melewati gurun yang
gersang nan tandus, dunia kepenulisan
Masisir sedang haus akan penulis-penulis
yang peka dan kritis. Syukurnya, dalam
masa kritis seperti itu, terdapat oase kecil
yang menawarkan kesegaran dan kenikma-
tan. Salah satunya lewat workshop kepenu-
lisan dan penerbitan yang diadakan olehatase pendidikan dan kebudayaan KBRI
bekerjasama dengan penerbit Galang Press.
6-7 Agustus 2012 lalu.
Bertempat di Konsuler KBRI, hadir se-
bagai pembicara Bapak Julianus Felicianus
dan Ibu Sophie Mou dari Galang Press. Yang
membawakan materi seputar kepenulisan
dan seluk beluk penerbitan.
Dalam acara yang dihadiri sekitar 40
orang utusan tiap lembaga dan media Ma-
sisir ini, melahirkan sebuah kesepakatan
untuk menerbitkan buku berisi kumpulan
tulisan masing-masing peserta workshop.
Selang dua bulan kemudian, tepatnya pada
29 Oktober 2012, buku tersebut diluncur-
kan.
Acara peluncuran buku ini diawali den-
gan workshop kepenulisan yang dihadiri
oleh Prof. Sangidu,M.Hum., Bapak Salman
Faridi dari penerbit Bentang Pustaka Mi-
zan, dan Ibu Sophie Mou dari Galang Press.
Penerbit yang memiliki kantor pusat di
Yogyakarta, Indonesia ini meluncurkan dua
buah buku karya Masisir. Merah Putih di
Negeri Kinanah : Catatan Harian Mahasiswa
Indonesia di Mesir yang merupakan karya
bersama Masisir dan Shocking Egypt yang
ditulis oleh Mukhlason Jalaluddin, Lc.
Lewat berbagai kisah di buku ini, kitabisa merasakan denyut kehidupan para
mahasiswa Indonesia di Mesir, apa
adanya. Komentar dari seorang penulis,
Junanto Herdiawan di sampul depan buku
Merah Putih di Negeri Kinanah: Catatan
Harian Mahasiswa Indonesia di Mesir ini
cukup menggambarkan isi buku tersebut.
Buku yang memuat 31 tulisan Masisir ini
memang isinya beragam. Banyak yangmenulis layaknya diary, namun ada juga
yang memaparkan tentang beberapa
fenomena yang hanya terjadi di Mesir,
bahkan ada pula yang mengkritisi seputar
pola kehidupan dan pembelajaran ala Ma-
sisir.
Jika buku ini dibaca oleh oleh selain
Masisir, maka tanpa perlu jauh-jauh ke
Mesir dan menyaksikan secara langsung
dinamika kehidupan Masisir, pembaca akan
memperoleh gambaran garis besarnya.
Karena kumpulan tulisan ini begitu ber-agam dalam menceritakan suka duka per-
juangan Masisir dalam menaklukkan Al-
azhar dan berbaur dengan masyarakat Me-
sir di ibu kota, Cairo.
Pembaca akan menikmati kisah per-
juangan seorang Masisir yang bersusah
payah dan mencuri-curi kesempatan demi
mengambil foto Presiden Turki dalam kun-
jungannya ke Mesir secara langsung dan
bersalaman dengan orang yang ia kagumi
itu. Di beberapa tulisan lain, Masisir ber-
cerita mengenai beberapa kota, objek
wisata dan bangunan-bangunan bersejarah
di dalamnya. Patut disimak juga cerita kon-
yol dan menggelikan mereka saat ber-
interaksi langsung dengan masyarakat Me-
sir yang kesehariaannya berbahasa ammi-
yah..
Tetapi tak disangka di balik sikap
kasarnya menyimpan kejujuran hati dalam
bekerja dan pembawa amanah yang baik...
Itu ungkapan yang diceritakan dalam tuli-
san berjudul Bukan Tukang Kacang Polong
Biasa... yang mengisahkan pengalaman
unik penulis saat berinteraksi dengan
pedagang
di pasar.
A d a
juga cerita
s e p u t a r
p e r j u a n -
gan dalam
menakluk-
kan Uni-
v e r s i t a s
t e r t u a
kedua di
dunia, AlA z h a r .
B u k a n
hanya tentang beratnya bobot akademis,
namun juga birokrasi perkuliahan yang
menuntut kesabaran dan keikhlasan. Belum
lagi saat menghadapi lalu lintas ibu kota
yang macet dan tanpa lampu rambu-rambu
lalu lintas.
Yang tak kalah pula, cerita tentang sua-
sana bulan suci Ramadhan di Mesir yang
sangat meriah dengan aksesoris dan
makanan-makanan khasnya. Juga seputaruniknya watak dan kebiasaan mayarakat
Mesir di bulan kesembilan dalam penang-
galan Hijriah ini.
Ragam tulisan dalam buku ini memang
cukup mewakili dinamika kehidupan Ma-
sisir secara apa adanya, suka dan dukanya.
Karena penulisnya pun beragam, sehingga
pembaca tidak hanya mendapat gambaran
kehidupan Masisir dari satu sudut pandang
saja. Namun terdapat pula beberapa tulisan
yang hampir serupa isinya. Sehingga cerita
yang sama pada tulisan berikutnya tidak
lagi membuat pembaca penasaran sebagai-
mana halnya saat ia membaca tulisan yang
awal.
Ala kulli haldengan hadirnya buku ini,
penulis-penulis di dalamnya patut diapresi-
asi. Di tengah lesunya geliat kepenulisan di
lingkungan Masisir, mereka mampu mem-
buktikan bahwa dunia tulis-menulis Ma-
sisir belumlah mati. Semoga hadirnya buku
ini menjadi suntikan semangat bagi Masisir
untuk terus berkarya dengan tulisan. Ma-
sisir, ayo menulis.[]
*Penulis adalah Kru TROBOSAN.
Suntikan Semangat Untuk Masisir,
Merah Putih di Negeri KinanahOleh: Ainun Mardiyah*
Dunia tulis menulis Masisir terasa semakin kering, lesu, tak bergairah. Galau!
-
7/30/2019 Buletin Terobosan Edisi 349
12/16
TROBOSAN, Edisi348, 18 November 2012
Bahasa Nusantara TerjajahOleh: Nurul Azizah*
B a h a s a
12
Sebulan yang lalu, baru saja masyara-
kat Indonesia merayakan hari Sumpah
Pemuda yang jatuh pada tanggal 28 Okto-
ber. Sumpah Pemuda adalah bukti otentik
dilahirkannya bangsa Indonesia, makasudah seharusnya sebagai bangsa Indone-
sia kita merayakan momentum yang ber-
harga ini. Cobalah sejenak kita mengingat
apa saja tiga point di dalam teks sumpah
pemuda.
Pertama: Kami putra dan putri
Indonesia, mengaku bertumpah darah
yang satu, tanah air Indonesia.
Kedua: Kami putra dan putri Indonesia,
mengaku berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia.
Ketiga: Kami putra dan putri Indonesia,
menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.
Saya membayangkan bagaimana
Sugondo Djojopuspito ketika itu melafal-
kannya, pasti dengan suara lantang, di-
tambah sorot mata yang menggambarkan
masa depan yang cerah. Para pemuda
ketika itu bertekad akan mengangkat har-
kat dan martabat bangsa Indonesia dari
kolonialisme. Sekarang perhatikan se-
jenak pada tulisan teks sumpah pemuda
yang dituliskan oleh Moehammad Yamin.
Semua kalimatnya dituliskan dengan ba-
hasa Indonesia yang sesuai dengan EYD
(Ejaan Yang Disempurnakan), jelas, ten-
tunya bisa dibaca dengan mudah.
Coba bayangkan, bagaimana teks sum-
pah pemuda ditulis dengan bahasa gaul
masa kini atau sering disebut Bahasa
Alay, yang pasti akan sulit dibaca. Selain
itu, merusak penjiwaan kita terhadap se-
jarah sumpah pemuda. Ketika para pe-
muda membacakan teks sumpah pemudadengan lantang artinya mereka bangga
dengan bangsanya dan juga bahasanya,
yaitu bahasa Indonesia. Tentu saja bahasa
alay merusak bahasa Indonesia yang me-
rupakan salah satu kekayaan bangsa ini.
Maraknya bahasa alay merupakan
salah satu fenomena yang terjadi di kalan-
gan anak muda saat ini. Bahasa alay
digunakan mulai dari SMS, chatting, face-
book, twitter, blackberry messenger, dan
sebagainya. Contohnya seperti, ciyusan,
miapah, atau hurufnya yang gede-kecil.Misalkan untuk huruf A saja bisa diubah
menjadi @ atau angka 4, jadi terlihat
seperti sandi, tetapi kalau sandi atau kode
ada nilai sejarahnya, lain lagi dengan ba-
hasa alay sama sekali tidak ada sejarah-
nya.
Saya pernah bertanya kepada salahsatu teman, bagaimana bisa mereka bisa
menulis huruf gede-kecil ditambah den-
gan huruf yang diganti dengan angka
dalam setiap status facebookatau SMS.
Jawabannya cukup mengejutkan, karena
ada handphone yang memang sudah
disetting untuk bahasa alay, tinggal pilih
mahu hurufnya gedel-kecil berurutan atau
selang-seling. Saya saja pernah mencoba
mengetikkan bahasa alaypada handphone
dan memakan waktu yang sangat lama,
wajar saja saya heran kenapa mereka bisa
menggunakan bahasa alay dalam status
facebookberkali-kali dalam sehari.
Bahasa Indonesia ada karena melalui
peradaban yang memakan jangka waktu
panjang, tidak punah, karena dia kuat.
Lain lagi dengan bahasa alay, semakin hari
maka semakin ada yang ter-update, yang
sudah lewat hilang begitu saja diganti
yang baru, karena dia tidak kuat atau dia
tidak melewati suatu peradaban yang
panjang. Bahasa Indonesia juga disebut
salah satu kekayaan budaya bangsa kita,
jika salah satu kebudayaan kita dirusak,
mahu jadi apa bangsa ini?
Negara yang maju terlihat dari para
pemuda bangsa tersebut, jika para pemu-
danya berkualitas maka negara tersebut
akan mengalami kejayaan, karena
merekalah yang akan membangun nega-
ranya. Akan tetapi, bisa dibayangkan jika
para pemudanya saja sibuk update status
facebook, atau twitter, apalagi dengan
membudayanya bahasa alay, bagaimanabangsa ini ingin maju?
Takut dibilang temannya tidak gaul
kalau tidak memakai bahasa alay, me-
mangnya negara akan maju jika pen-
duduknya gaul? Apakah gaul itu membuat
dirinya menjadi sukses?
Saya pernah membaca bahwa tulisan
seseorang mencerminkan kepribadian
dirinya, jika tulisannya saja menggunakan
bahasa alay, saya tidak bisa membayang-
kan bagaimana kepribadian orang terse-
but. Jika semua generasi muda mengguna-
kan bahasa alay, saya takut dengan mus-
nahnya penulis-penulis muda, karena
tidak mungkin misalnya mereka menulis
novel dengan bahasa alay. Pastinya, tidak
ada satu pun penerbit yang akan mener-
bitkan novel tersebut, lagi pula siapa yang
rela mengedit naskah dengan bahasa alay?Generasi muda saat ini semakin dira-
suki oleh budaya luar, rela menabung
demi menonton konser boybandasal ko-
rea, karaoke-an dan sebagainya. Selalu
mengejar-ngejar apa update-an terbaru,
seperti bahasa ciyusan, miapah yang se-
dang booming kali ini. Saya sering mene-
mukan di facebook atau twitter, sampai-
sampai iklan di salah satu stasiun televisi
turut ber-ciyusan dan miapah.
Saya yakin bahasa seperti itu akan
musnah seiring berjalannya waktu, pasti
ada saja update-an terbaru. Seperti yang
saya katakan, karena bahasa ciyusan mia-
pah tidak kuat, tidak memiliki nilai sejarah
dan tidak melewati suatu peradaban pan-
jang. Saya heran, kenapa mereka tidak
menggunakan bahasa Indonesia secara
benar, saya kira tidak sulit untuk menulis-
kan dengan bahasa yang benar, tidak me-
makan waktu yang banyak. Lagi pula se-
bagai pelajar pasti setiap harinya menulis
dengan bahasa yang benar, tidak mungkin
kita menulis pelajaran dengan bahasa
alay.
Ingin saya bertanya, apa maksud
mereka menggunakan bahasa ciyusan,
miapah, mungkin ingin dibilang imut atau
manja. Seperti kata Darwis Tere-Liye,
kalau hanya sekedar menjadi imut atau
unyu-unyu, boneka juga punya sifat oten-
tik seperti itu. Saya paling risih jika ada
nama user facebookmenggunakan bahasa
alay, biasanya jika ada permintaan perte-
manan oleh orang-orang bernama alay,tidak saya confirm.
Sebagai generasi muda, banggalah
dengan Negara kita, bangsa kita, terutama
bahasa kita. Jangan sampai bahasa kita
terjajah, sudah cukup bahasa kita terjajah
oleh para kolonial terdahulu. Jadilah ke-
pribadian yang bagus, dewasa, dengan
menggunakan tulisan yang benar. Pesan
saya, bahwa menulis dengan bahasa yang
benar itu tidak susah, tidak membuat
anda merugi.
*Penulis adalah keluarga Informatika,
kru buletin Citra, dan pegiat kajian ilmu
falak Afda PCIM.
-
7/30/2019 Buletin Terobosan Edisi 349
13/16
TROBOSAN, Edisi349, 18 November 2012
O p i n i
13
Media di tanah air saat ini ibarat mag-
net, menarik perhatian pelbagai kalangan.
Setiap orang berusaha untuk menjadi
bagian dari media. Demikian karena begitu
pentingnya peran media di era teknologi
informasi seperti saat ini. Media juga lak-
sana pedang bermata dua.
Suatu ketika, ia bisa men-
jadi kawan yang sangat
membantu. Tapi di lain
waktu, media dapat men-
jadi musuh yang amat ke-
jam.
Peran media sangat efektif
dalam mendongkrak citra seseo-
rang. Fungsi inilah yang biasanya
dimanfaatkan oleh para politisi. Misal-
nya, dalam pemberitaan Pilkada DKI
Jakarta, media banyak memberitakan
pasangan kandidat dengan porsi lebih
banyak dibanding kandidat lainnya. Siapa
yang tak kenal Joko Widodo alias Jokowi?
Seorang pengusaha yang tiba-tiba men-
jelma menjadi Walikota Solo. Namanya
semakin melambung ketika ia resmi dilan-
tik menjadi Gubernur Jakarta. Sosoknya
yang sederhana dan santun seringkali mun-
cul di berbagai media. Keberhasilan Jokowimenjadi orang nomor satu di ibukota tak
lepas dari peran media. Hampir tidak per-
nah terdengar sisi buruk Jokowi yang dis-
entuh media. Terlepas dari isu pencitraan
atau bukan, sejauh ini Jokowi mampu
menunjukkan kapasitasnya sebagai guber-
nur dengan menerapkan visi misi yang
diusungnya.
Di sisi lain, media juga sarana mujarab
untuk memperburuk opini. Terkadang, hal
tersebut dilakukan untuk memojokkan dan
menjatuhkan seseorang atau golongan.Jurnalis saat ini mirip seperti prajurit in-
fanteri, bahkan jauh lebih menakutkan. Jika
prajurit infanteri membutuhkan waktu
berhari-hari untuk membunuh musuh,
maka jurnalis dapat membunuh karakter
musuh hanya dalam hitungan detik.
Di kalangan Masisir, media juga punya
masalah yang tak kalah runyam. Baru-baru
ini merebak tulisan seputar isu lama mero-
sotnya daya tarik tulis-menulis di kalangan
Masisir. Alasan yang dikemukakan ber-
agam. Sebagian berasumsi penyebabnya
karena menurunnya minat baca Masisir.
Bagaimana mereka menulis, jika membaca
saja malas. Kemajuan teknologi dan
perkembangan jejaring sosial dianggap
turut serta dalam menggilas peran para
j u r n a l i s . Pasalnya, khalayak lebih ter-
tarik dengan
b e r i t a
p a r a
pewarta
dadakan lewat status
Facebook mereka, meskipun tidak bisa
dipertanggungjawabkan. Alasannya, karena
instan.
Ada pula yang beranggapan bahwa
mandeknya dunia penulisan Masisir dise-
babkan oleh menjamurnya dunia bisnis.
Orientasinya hanya materi. Bagi para busi-nessman, dunia tulis menulis hanyalah
membuang waktu yang dapat menjadi
uang. Bagi mereka, keuntungan media se-
batas tempat mempromosikan dagangan.
Ada satu alasan yang sedikit absurd, se-
bagian kalangan menilai terpuruknya me-
dia Masisir dikarenakan konsentrasi para
agent of change dalam bidang akademis.
Akibat dari stagnasi dunia tulis-menulis
Masisir, IJMA (Ikatan Jurnalis Masisir) yang
notabenenya sebagai forum perkumpulan
para jurnalis menjadi kambing hitam. IJMAdinilai belum mampu mengakomodasi ang-
gotanya. Program-program yang digalak-
kan hanya sebatas menunjukkan eksistens-
inya. Kegiatan semacam kunjungan ke me-
dia-media Mesir tak ubahnya seperti rihlah.
Acara kopi darat yang bertujuan untuk
sharing antar media hanya dihadiri sege-
lintir orang. Belum ada pengaruh kuat yang
dirasakan secara konkret. Dunia kepenuli-
san Masisir masih tetap lesu. Bahkan, bagi
sebagian orang IJMA dianggap sebagai alat
KBRI untuk mengintervensi media-media
Masisir. Barangkali ini yang membuat se-
bagian jurnalis bersikap apatis terhadap
IJMA. Terlepas daripada itu semua, usaha
komunitas besutan KBRI itu patut menda-
patkan apresiasi.
Persamaan beberapa Media di Indone-
sia dan lingkungan Masisir terletak pada
konten informasi yang relatif kurang
berimbang. Segala sesuatu diberitakan
berdasarkan kacamata penulis atau
afiliasi yang menaungi, bu-
kan fakta kebenaran. Sering-
kali penulis kurang mem-
perhatikan data yang
akurat. Adanya kecenderungan
tersebut, membuat pembaca tidak
memperoleh informasi yang lengkap
dan utuh sehingga menimbulkan ke-
bingungan. Bahkan pembaca digiring
untuk mendukung golongan atau mem-
benci kelompok tertentu. Adanya afiliasi
media terhadap suatu komunitas juga men-
imbukan independensi para jurnalis. Insan
media seperti kru, layouterhingga pemim-
pin redaksi tidak bisa bekerja secara inde-
penden. Akibatnya, mental dan harga diri
terkait profesionalisme menjadi menurun.
Indonesia sudah cukup mengalami
masa-masa keterbelakangan pada masa
orde lama dulu. Tidak ada pers yang bebassaat itu, semua harus melewati seleksi
(dalam hal ini departemen penerangan).
Sekarang, dalam negara demokrasi, pers
dan media menjadi salah satu pilar penjaga
demokrasi. Pers dituntut untuk melakukan
pemberitaan yang berimbang dan tidak
menghakimi, namun tetap bisa menyam-
paikan semua fakta yang ada.
Pada akhirnya memang, konten yang
tersaji akan kembali kepada selera dan
tingkat pemahaman pembaca. Tulisan yang
menyanjung figur atau ideologi suatukelompok dinilai wowoleh sebagian orang.
Namun oleh sebagian lain, akan dinilai se-
bagai tulisan sampah. Tinggal bagaimana
pembaca menyikapinya. Mereka yang
mempunyai fanatisme tinggi akan menjadi
korban media. Namun mereka yang cerdas
akan mengkomparasikan dan memfilter
dengan tulisan-tulisan yang lain.
*Penulis adalah Pemimpin Redaksi
Buletin Informatika.
Image:gupable.com
Carut Marut MediaOleh: Sifrul Akhyar*
-
7/30/2019 Buletin Terobosan Edisi 349
14/16
-
7/30/2019 Buletin Terobosan Edisi 349
15/16
TROBOSAN, Edisi349, 18 November 2012
OrmabaOleh: Berry Prima*
K o l o m
15
Shalah Kamil pada tanggal 18 November
nanti akan ramai oleh wajah-wajah baru
mahasiswa Indonesia. Pada hari itu, mereka
akan mengikuti rangkaian acara Orientasi
Mahasiswa Baru. Semacam Ospek jika di
kampus Indonesia. Acara ini bisa dikatakan
adalah acara paripurna dari seluruh rang-
kaian orientasi yang digelar oleh Masisir.
Sebab acara ini diselenggarakan organisasi
induk mahasiswa Indonesia di Mesir. Sebe-
lumnya, beberapa organisasi seperti Keke-
luargaan, Almamater dan Organisasi Afiliasi
sudah menggelar orientasi semacam ini,
sebagai sambutan terhangat untuk adik-adik
baru tentunya. Beberapa organisasi mengge-
lar secara besar-besaran, sebagian dilaku-
kan sederhana.
Tradisi seperti ini patut dibangga-
kan.Tradisi mengajak, membimbing dan
memperkenalkan sesuatu yang tidak ada
untung ruginya bagi senior jika tidak dilaku-
kan. Namun bagi junior yang masuk ke
dalam suasana dan tradisi yang sama sekali
baru, bimbingan semacam ini sangat dibu-
tuhkan. Persis seperti yang sering kita ucap-
kan tak kenal maka tak sayang, sebuah
perkenalan adalah pintu masuk bagi kasih
sayang abadi.
Orientasi mahasiswa baru adalah mo-
men bersejarah bagi siapa saja yang akan
memasuki perguruan tinggi. Oleh sebab itu,
program ini akan menentukan langkah pe-
serta didik kemudian hari. Namun demikian,
orientasi di sini bukan berarti doktrin.
Dalam KBBI, orientasi berarti peninjauan
untuk menentukan sikap. Sikap seperti apa
yang akan diambil oleh mahasiswa baru
akan banyak terpengaruh oleh program
seperti ini. Meski tidak dinafikan, ada ban-
yak faktor yang mempengaruhi peserta
didik di luar ORMABA. Menyadari
pentingnya orientasi ini untuk mahasiswa
baru, di Masisir acara ORMABA dilakukan
secara serius dan didukung oleh KBRI. Ini
bertolak belakang dengan tradisi OSPEK di
Indonesia, bukan hanya berbeda secara
penamaan. OSPEK di Indonesia lebih banyak
mengenalkan hal-hal buruk, seperti bagai-
mana kakak-kakak pembimbing mem-
perolok adik-adik barunya. Membuat
disiplin yang tidak masuk akal, memberi
hukuman yang tidak pantas. Fenomena se-
rupa tidak ditemukan di Masisir.
Sejatinya, orientasi mahasiswa baru
adalah pengenalan studi dan kampus serta
mekanisme yang berlaku di dalamnya. Acara
ini idealnya dimotori oleh pihak kampus.
Namun kenyataanya di Al-Azhar tidak ada
tradisi pengenalan semacam ini. Oleh
karenanya, KBRI sebagai institusi induk
masyarakat Indonesia di Mesir dan PPMI
sebagai organisasi kemahasiswaan, mem-
buat loncatan besar untuk melakukan orien-
tasi bagi mahasiswa baru yang datang ke
Mesir. Oleh karenanya, materi pengenalan
sedikit banyak berbeda dengan orientasi
mahasiswa yang dikenal di Indonesia. di
Indonesia peserta orientasi hanya dikenal-
kan kepada kampus dan segala macam akti-
fitas dan mekanismenya, bidang studi dan
organisasi kemahasiswaan. Di Masisir, pe-
serta orientasi mahasiswa baru juga akan
dikenalkan kepada KBRI beserta segala
macam aturan dan fasilitas bagi WNI, or-
ganisasi-organisasi kemahasiswaan dan non
-kemahasiswaan, plus tips menghadapi
ujian.
Di Masisir, ORMABA dilakukan dengan
ramah, tanpa aturan-aturan yang aneh. Para
pemateri dari pejabat teras universitas al-
azhar memberikan wejangan dengan bahasa
yang santun, dengan bahasa fushah yang
sebisa mungkin dapat dimengerti oleh
mahasiswa baru. Kemudian pengenalan
Senat-Senat mahasiswa yang dibawakan
oleh kakak-kakak ketua Senat dengan nada
yang tidak kalah ramah. Dari sekian sambu-
tan hangat di atas, ada satu acara tambahan
yang menggelikan, yaitu kiat-kiat mengha-
dapi ujian dari para senior yang mendapat
nilai Mumtaz.
Kiat-kiat menghadapi ujian ala maha-
siswa berprestasi akademik selalu ada di
setiap ormaba. Wejangan-wejangan yang
diberikan oleh para senior nana diluhung ini
biasanya berkutat pada: taktik jitu melahap
diktat kuliah, kemudian pada gilirannya
bagaimana jurus ampuh menaklukkan soal-
soal ujian. Khusus program yang satu ini
tidak akan kita temukan di kampus
manapun. Sebab tidak dinafikan, ujian Al-
Azhar adalah bagian terpenting dari sekian
proses belajar di Al-Azhar. Gagal dalam ujian
berarti menambah kontrak satu tahun den-
gan kampus. Gagal lagi bertambah lagi kon-
trak, begitu seterusnya. Itulah sebabnya bagi
sebagian mahasiswa Al-Azhar, hal ter-
penting adalah ujian.
Mengingat pentingnya nilai ujian bagi
mahasiswa Al-Azhar, membuat acara penyu-
luhan kiat-kiat menghadapi ujian menjadi
popular. Namun demikian, acara seperti ini
akan sangat bermanfaat jika tidak menafi-
kan proses belajar yang diadakan oleh kam-
pus. Artinya, selain mengikuti jurus-jurus
pamungkas ala senior berprestasi di atas,
tidak mengkesampingkan kegiatan belajar di
kampus Al-Azhar kemudian sibuk mengge-
lar Halaqoh-Halaqoh Itizali yang membahas
diktat di luar kampus. Sangat disayangkan
jika diktat yang seharusnya dipelajari ber-
sama dosen di kelas, dilahap habis secara
terpisah di bawah pengaruh kesaktian sen-
ior-senior.
Apresiasi setinggi-tingginya bagi penye-
lenggara Fushul Taqwiyah dan bimbingan
Muqorror. Program ini sangat membantu
dalam menghadapi ujian. Namun jika tujuan
utama adalah ilmu, seharusnya proses
menuju ke sana untuk lebih dihargai. Jika
tidak, para penyelenggara program tersebut
sedang menggiring peserta didik ke pada
kekeliruan besar. Tanpa disadari kita sedang
memberikan pelajaran buruk kepada adik-
adik baru. Program serupa diadakan tahun
lalu di bawah tanggung jawab PPMI. Bagai-
mana mungkin membahas habis-habisan
kitab diktat yang seharusnya di bawah
bimbingan dosen, namun dibelokkan ketem-
pat yang tidak semestinya. Disadari ataupun
tidak, program ini sedang memberikan pela-
jaran kurang baik bagi Masisir. Atau jika
nilai yang menjadi prioritas utama, bukan
ilmu, program semacam ini tidak terban-
tahkan.
Kurang lebih 430 mahasiswa baru Indo-
nesia akan tergabung ke dalam ORMABA
tahun ini. Acara ini akan memberikan efek
positif bagi peserta jika dilakukan dengan
baik. Artinya, narasumber dalam acara
tersebut memberikan pilihan bagi peserta
untuk memilih. Bukan sebaliknya menggir-
ing peserta untuk masuk ke dalam satu po-
ros tertentu. Kalau boleh mengira-ngira,
penulis kira mahasiswa baru sudah letih
dengan orientasi. Sebelummengikuti ormaba
tanggal 18 nanti, mahasiswa baru sudah
beberapa kali mengikuti acara serupa sebe-
lumnya. Oleh karenanya penting dicatat
bahwa proses belajar serta dinamika keil-
muan di Mesir mesti dijunjung tinggi. Nilai
ujian sangat penting, namun proses menun-
tut ilmu tidak kalah penting.
Untuk mahasiswa baru, selamat belajar
dan selamat berdinamika.
*Penulis adalah keluarga TROBOSAN.
-
7/30/2019 Buletin Terobosan Edisi 349
16/16
TROBOSAN Edisi 349 18 November 2012
16
What happened to our human rights?
What happened to the sanctity of life?
And all those other lies...
Palestine tomorrow will be free...
Image:likhalid.devianart.com