Buletin FISIPERS UI Edisi 36 Tahun 2016

22
ISSN: 2355-8415 METAMORFOSIS ? EDISI 36 2016

description

Buletin ini merupakan buletin FISIPERS UI pertama dalam bentuk digital. Buletin ini mengangkat tema besar mengenai kelayakan fasilitas belajar di lingkungan kampus perjuangan.

Transcript of Buletin FISIPERS UI Edisi 36 Tahun 2016

Page 1: Buletin FISIPERS UI Edisi 36 Tahun 2016

ISSN: 2355-8415

METAMORFOSIS ?E D I S I

3 62016

Page 2: Buletin FISIPERS UI Edisi 36 Tahun 2016
Page 3: Buletin FISIPERS UI Edisi 36 Tahun 2016

DAFTAR ISI

4DARI REDAKSI

KOMIK

6LAPORANUTAMA

10

PROFIL

KABAR MAHASISWA

LENSA

OPINI

SOSIAL POLITIK

Tim FISIPERSPemimpin Umum Peri Andrian / Sekretaris Umum Sarah Mustika Putri Adhitya /

Pemimpin Perusahaan Ayu Larasati / Wakil Pemimpin Perusahaan Tama Sintaria Sihotang

/ Pemimpin Redaksi Hilary Pasulu / Bendahara I Intan Sri Setyowati / Bendahara II Eraria

Rahmatillah

STRUKTUR REDAKSIRedaktur Pelaksana Muammarafi Thufail, Nur Qolbi / Editor Teks Audrey Sarah Kristina, Shinta

Rosita Said / Editor Foto Wildan Nugroho / Editor Artistik Andri / Editor Penyiaran Digital dan

Kreatif Amelia Febriandini/ Divisi Reportase dan Kajian Raveena Fiarani, Nur Haliza, Muhammad

Ihsan Indra Fadhillah, Muhammad Abi Mulya, Indryan Swarandaru Djamin, Andi Atissa Puti

Chaniago, Dianita Catriningrum / Divisi Fotografer Elvryda Feronica, Shafina Janani Wiryastuti,

Aqila Mazi, Triasa Nitorizki H, Arya Bhaswara Sutoyo / Divisi Artistik Dimas Dwi Nugraha, Muhamad

Ervirdi Rahmat, Mecca Yumna Ning Prisie, Sarah Aprilia Faizah, Jaya Wina Santiya / Divisi

Penyiaran Digital dan Kreatif Putri Alya Ramadhani, Dena Trisieyuni, Shintia Dwi Savitri, Aditama

STRUKTUR PERUSAHAANDivisi Pengembangan Sumber Daya Manusia Ira Nurdewita Siregar, Kharin Qhairi,

Nabil Abdurrahman, Kenny Hutomo/ Divisi Hubungan Masyarakat Fakhrana Nadia R.,

Adelia Torina Tobing, Adelia Dinda Sani, Zhafira Athifah Sandi, Yunita Permata Fitri /

Divisi Iklan, Media Partner, dan Sponsorship Elga Theresia,Vanesya Yustriandita, Khadijah

Shahnaz, Khairunnisa Nirmala / Divisi Sirkulasi dan Proyek Okta Riani, Novita Arlika Rahmayanti,

Pentri Siantia, Putu Intan Raka Cinti

5 12

14

16

18

FISIPERS #36 JULI 2016

Page 4: Buletin FISIPERS UI Edisi 36 Tahun 2016

Fasilitas kampus merupakan salah satu pilar utama yang menyokong proses belajar mengajar dalam lingkungan sivitas akademika. Kita yang adalah penghuni Universi-tas Indonesia sebagai rumah, dan FISIP sebagai kamar, mengetahui dengan jelas terdapat beberapa fasilitas utama kampus yang tam-paknya tidak layak, namun tidak kunjung dibenahi hingga detik ini. Ada apa sebenarnya ?

Tim redaksi mengucap syukur atas terbitnya buletin edisi ke 36 den-gan tema besar tentang fasilitas kampus, bermula dari kebingun-gan di seputar lingkungan kampus perihal beberapa fasilitas yang su-dah cukup lama tidak dibenahi.

BO Pers FISIPERS periode ini be-rusaha untuk menjadi wadah pen-yalur aspirasi yang lebih dekat dan hangat bagi warga FISIP, maka jangan pernah ragu untuk men-yampaikan aspirasi pada BO Pers FISIPERS. Selamat membaca!

FISIPERS UI 2016Elevatif, Kontributif, Kritis

KATA PENGANTAR

Hilary PasuluPemimpin Redaksi

Penyelaras Akhir:Dimas Dwi Nugraha

4

DARI REDAKSI

Ilustrasi:Mecca Yumna

FISIPERS #36 JULI 2016

Page 5: Buletin FISIPERS UI Edisi 36 Tahun 2016

5

KOMIKFISIPERS #36 JULI 2016

Page 6: Buletin FISIPERS UI Edisi 36 Tahun 2016

6

LAPORAN UTAMA

KETIMPANGAN FASILITAS FAKULTASOleh : Ihsan Indra

Prestasi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI dari tahun ke tahun selalu mem-banggakan. dilihat dari prestasi akademik, kontingen FISIP untuk

Olimpiade Ilmiah Mahasiswa (OIM) tingkat universitas tahun 2015 kemarin memper-oleh juara umum. Selain OIM, mahasiswa FISIP selama dua tahun terakhir selalu men-jadi 2 besar dalam ajang mahasiswa ber-prestasi tingkat universitas yang diperoleh Derry Fahrizal Ulum (Kesejahteraan Sosial 2012) pada tahun 2015 dan Badai Yuda Pratama (Administrasi Fiskal 2012) pada ta-hun 2016. Untuk prestasi dalam bidang kes-enian, kontingen FISIP dalam ajang UI Art War menjadi juara umum pada tahun 2015. Prestasi FISIP dalam bidang keolahragaan juga tak kalah membanggakan. FISIP men-jadi juara umum Olimpiade UI pada tahun 2015. Hal ini membuat FISIP menggenap-kan keberhasilannya menjadi juara umum dalam ajang ini sebanyak 10 kali dari 12 kali penyelenggaraan.

Prestasi – prestasi yang telah diraih ma-hasiswa FISIP memberikan sumbangsih dalam mengharumkan nama FISIP bahkan UI. Aktivitas-aktivitas dari mahasiswa FI-SIP membuahkan hasil positif. Hal tersebut tidak terlepas dari sikap mahasiswa FISIP yang aktif dan kritis.Dari sikap kritis tersebut, banyak dari ka-langan mahasiswa yang mulai mengkriti-si pihak fakultas dalam hal kondisi fasilitas FISIP yang dianggap kurang baik apabila dibandingkan dengan fakultas lain. Sebut saja Fakutas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Fakultas Hukum (FH), Fakultas Teknik (FT), dan beberapa fakultas lainnya. Departemen Kastrat (Kajian dan Aksi Strategis) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP UI beber-apa kali mengeluarkan propaganda untuk mengkritisi pihak fakultas dalam hal kondisi fasilitas kampus.

Permasalahan pertama tertuju kepada per-pustakaan FISIP yakni Miriam Budiardjo Resource Center (MBRC) yang berdiri se-jak 2007. Sempat tidak beroperasi karena direnovasi, MBRC mulai digunakan kembali setelah peresmian penyelesaian renovasin-

ya pada 1 Februari lalu. Masalah yang timbul yaitu mahasiswa tidak setuju dengan jam operasi MBRC yang hanya sampai 16.00. kritik atas jam operasi ini membuat MBRC menambah jam operasionalnya hingga pukul 18.00. Akan tetapi, masih banyak ka-langan mahasiswa yang tidak setuju dengan penambahan jam operasional hanya sampai pukul 18.00 dengan pertimbangan tugas kuliah yang banyak dan fasilitas pun terpu-sat di MBRC, seperti fasilitas internet dan peminjaman buku.

Selain itu, banyak keluhan yang muncul dari kalangan mahasiswa tentang fasiltas kelas yang ada. Keluhan tersebut seperti banyak-nya kursi rusak di kelas. Hal tersebut mem-persulit kelancaran kegiatan belajar maha-siswa.

Sedangkan fasilitas penunjang non-akade-mis FISIP dapat dikatakan kurang. Lapan-gan futsal dan basket FISIP sekarang tidak bisa digunakan sehingga komunitas pun ha-rus menumpang latihan di PNJ (Politeknik Negri Jakarta). Padahal, Unit Kegiatan Ma-hasiswa (UKM) futsal dan basket FISIP telah banyak meraih prestasi. Apabila dibanding-kan dengan FEB atau FH, fasilitas non-ak-ademis ini dapat dikatakan sangatlah tim-pang, FEB dan FH memiliki lapangan futsal yang terintegrasi dengan lapangan basket yang sangat memadai. Untuk masalah kantin kampus, yang ber-nama Taman Korea (Takor), memang bisa dikatakan Takor ini jarang sepi dari maha-siswa. Bagaimana tidak, Takor bisa bukan hanya menjadi tempat makan, namun juga untuk bercengkrama, dan berdiskusi. Akan tetapi, hal tersebut tidak menjadikan Takor bebas dari keluhan. Keluhan yang bermun-culan adalah masalah kebersihan dari Takor sendiri. Selain itu juga mahasiwa mengeluh-kan masalah tidak disediakannya wi-fi di Ta-kor. Apabila kita lihat kembali kantin di FEB atau FH, wi-fi disediakan oleh pihak fakultas untuk keperluan mahasiswa dalam mengak-ses Internet

“Ruang Student Center sangat dibutuhkan demi kelancaran aktivitas mahasiswa, baik itu akademis, non-akademis, maupun akti-

FISIPERS #36 JULI 2016

Page 7: Buletin FISIPERS UI Edisi 36 Tahun 2016

7

LAPORAN UTAMA

Perbaikan toilet di gedung H lantai 1 FISIP UI yang tidak kunjung selesai. Perbaikan toilet ini telah dilaksanakan dari tiga bulan yang lalu (8/5).

vitas organisasi,” kata Ferdian Astrino Prat-ama, mahasiswa Ilmu Politik angkatan 2013 yang menjabat sebagai Ketua Badan Per-wakilan Mahasiwa (BPM) FISIP UI. Menurut-nya, untuk skala Indonesia, FISIP memang masih bisa dikatakan lumayan baik, tetapi untuk skala internasional, FISIP bisa dika-takan kurang. Menurut Ferdi, ketimpangan fasilitas antarfakultas ini disebabkan oleh masalah dana. Bagi FISIP sendiri, penye-bab tekendalanya dana ialah pengelolaan ventura yang kurang maksimal dan ikatan alumni yang kurang berperan. Seperti yang kita ketahui, ikatan alumni di FEB atau FT memang sangat kuat. Mereka banyak mem-berikan sumbangan berupa dana maupun fasilitas.

Pada tanggal 19 Mei, 2016 lalu, diadakan Rapat Koordinasi Temu Lembaga di Ruang Nurani Gedung A FISIP UI. Rapat tersebut dihadiri oleh beberapa petinggi fakultas ter-masuk Wakil Dekan Bidang Sumber Daya, Ventura & Administasi, Dr. Titi Muswati Pu-tranti, M.Si.. Dalam rapat tersebut, dibahas beberapa masalah tentang fasilitas di an-taranya lapangan FISIP, MBRC, dan lapan-gan parkir. Untuk lapangan olahraga sendiri, prosesnya sudah sampai tahap satu. Tahap selanjutnya ialah tahap lelang yang akan memakan waktu selama satu bulan. Proses lelang tersebut yaitu dengan memilih ven-dor mana yang memberikan penawaran ter-baik. Untuk perbaikan Teko (Teater Kolam) sendiri sudah direncanakan agar kesenian mahasiswa dapat lebih berkembang.

Dalam rapat tersebut juga disinggung ten-tang pembangunan fisik di FISIP yang san-gat minim. Pembangunan tersebut hanya berupa renovasi. Seperti yang telah kita

ketahui, renovasi yang telah berjalan seper-ti pembaharuan toilet di beberapa gedung FISIP.

Pada dasarnya, pembangunan fasilitas di setiap fakultas yang dibangun memili-ki standar yang sama. Yang membedakan adalah beberapa hal eksternal atau sum-ber dana sendiri, seperti ikatan alumni yang kuat (seperti di FH, FEB, dan FT). Selain itu pengelolaan ventura yang besar juga mem-pengaruhi adanya perbedaan pembangu-nan fasilitas di tiap-tiap fakultas.

Saat ditemui di kantornya, salah satu alum-ni FEB 2011 yang aktif di PBKM FEB (Pusat Bimbingan dan Karir), Aland Diknas Tanada mengatakan bahwa fakultas harus mem-prioritaskan pembangunan fasilitas agar semua kegiatan mahasiswa baik di segi akademis maupun non-akademis dapat berkembang. “Ikatan alumni memang san-gat berperan dalam pembangunan fasiltas di FEB, fakultas lain harus memperkuat hal tersebut apabila terkendala di masalah bi-aya.” Ujar Aland.

Memang tidak bisa kita menyalahkan semua masalah-masalah tersebut kepada pihak fakultas. Fakultas sudah berusaha demi pembangunan fisik di FISIP, tetapi kembali lagi kepada kendala pendanaan yang me-mang sulit diselesaikan. Pada Rapat Koor-dinasi tersebut pula, disinggung tentang hambatan birokrasi yang dialami oleh pihak fakultas, dan apabila meminta dana dari pusat, hal tersebut sulit untuk proses pen-cairannya. Ikatan alumni dan ventura harus dioptimalkan. Mahasiswa diminta untuk sal-ing mengerti tentang keadaan yang seperti ini. Jangan sampai karena masalah-masalah keadaan fasilitas di fakultas menghambat kegiatan-kegiatan mahasiswa

FISIPERS #36 JULI 2016

FISI

PERS

//T

Shaf

ina

Jana

ni W

.

Page 8: Buletin FISIPERS UI Edisi 36 Tahun 2016

8

LAPORAN UTAMA

PERPUSAT, APA KABAR?Oleh : Atissa Puti

Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia (UI) atau lebih dikenal dengan Perpusat UI juga menjadi simbol kebanggaan Universitas Indonesia. Perpusat UI yang di-

buka sejak 2012 merupakan elemen yang penting dalam menunjang kegiatan akade-mis di Universitas Indonesia. UI yang mer-upakan universitas dengan predikat World Class University dan yang gencar mem-promosikan dirinya sebagai research cam-pus sangat memperhatikan pembangunan dan pengelolaan perpustakaannya. Hal ini dibuktikan dengan dibangunnya perpusta-akan senilai 120 miliar yang rampung pada akhir 2012 lalu. Selain itu, berdasarkan ket-erangan Fuad Gani, S.S.,M.A selaku Kepa-la Perpustakaan UI, Universitas Indonesia menganggarkan dana sebesar 20 miliar per tahunnya untuk menambah kolektivitas buku dan jurnal. Sebagai research campus, UI memiliki langganan jurnal internasional terbanyak dan terakreditasi se-Indonesia. Perpusat UI juga menyediakan fasilitas lain-nya untuk menunjang kegiatan akademis seperti unit-unit komputer iMac yang bera-da di Kebun Apple dan kafe-kafe sebagai student corner.

Walaupun demikian, ketika pengunjung memasuki ruang baca, terlihat ember dan terpal yang sengaja dibentangkan untuk menampung air jika hujan. Hal ini bukan pemandangan yang aneh bagi mahasiswa UI yang menggunakan fasilitas Perpusat UI. Plafon yang lapuk juga menyebabkan adanya lubang yang menampakkan struk-tur atap bangunan di beberapa sisi perpus-takaan. Kerusakan juga dapat dilihat pada buku-buku yang berada di ujung ruang perpustakaan yang disebabkan oleh cu-curan air dari atap yang bocor. Akibatnya, petugas harus memindahkan buku-buku tersebut dari rak buku sebelumnya. Se-

lain itu, ruang pertemuan dan auditorium yang berada di lantai lima dan enam tidak dapat digunakan. Padahal, jika ruang audi-torium dan pertemuan dalam kondisi baik, kedua hal ini dapat menjadi sumber dana tambahan jika disewakan kepada pihak luar. Jika dihitung kembali, umur gedung Per-pusat UI sendiri masih kurang dari empat tahun. Akan tetapi, kerusakan yang terjadi dapat digolongkan parah. “Iya, waktu 2013, ketika saya masih mahasiswa baru, keru-sakannya gak separah ini. Ini makin parah, kesannya tidak ada niat untuk perbaikan,” kata Maria, mahasiswa Vokasi angkatan 2013. Menurut pengakuan Aris, salah satu office boy Perpusat UI, ia kecewa terhadap tempat ia bekerja karena tidak sesuai den-gan ekspetasinya saat pertama kali beker-ja. Menurutnya, selama ini office boy hanya ditugaskan untuk menaggulangi kebocoran jika hujan dengan ember dan terpal. “Re-pot sih, apalagi jika hujan deras,” kata Aris kepada FISIPERS saat diwawancarai.Saat dikonfirmasi ke Direktorat Pengelolaan

“Kerusakannya bukan cukup par-ah, tapi sangat parah”

-Kepala DPPF UI-

FISIPERS #36 JULI 2016

Page 9: Buletin FISIPERS UI Edisi 36 Tahun 2016

9

LAPORAN UTAMA

dan Pemeliharan Fasilitas (DPPF) UI, Dr. Ir. Gandjar Kiswanto, M.Eng selaku kepala DPPF UI dengan terbuka mengatakan bah-wa kerusakan Perpusat UI bukan cukup par-ah tapi sangat parah. Ia mengakui bahwa pada perencanaan desain Perpusat UI yang dilakasanakan oleh tim arsitektur yang be-rasal dari Australia memang kurang detail. Saat ditanyai mengapa hal ini dapat lepas dari pengawasan pihak UI, beliau menjelas-kan bahwa beliau kurang tahu mengenai pengawasan pembangunan perpustakaan kala itu karena ia belum menjabat sebagai Kepala DPFF UI. Akan tetapi, beliau meng-konfirmasi bahwa rancangan yang kurang detail mungkin disebabkan pengerjaan-nya yang cukup singkat yaitu satu tahun.Mengenai kerusakan yang terjadi, pihak UI pun tidak berdiam diri. Selama ini, DPFF UI telah melakukakan evaluasi metode per-baikan yang akan dimulai pada Juli atau Agustus tahun 2016 ini. “Pihak yang akan melaksanakan perbaikan ini telah dipilih melalui Beauty Contest oleh tim ahli. Nanti,

siapa yang terpilih kita lihat saja ya,” kata Pak Gandjar kepada FISIPERS. UI sendiri telah menganggarkan dana sebesar 15 miliar un-tuk perbaikan Perpusat UI yang diperkirakan selesai akhir tahun ini. Bukan hanya mem-perbaiki kerusakan yang ada, UI juga beru-saha untuk meningkatkan fasilitas yang ada. Selain dari itu, Beliau menjelaskan DPPF akan melakukan evaluasi atas sistem penyewaan ventura yang terletak di lan-tai 1 gedung perpusat UI dan berencana membuka toko pernak –pernik di lantai gedung 1 sebagai pusat suvenir UI. Semo-ga saja, perencanaan perbaikan perpus-tkaan segera terealisasikan dan maha-siswa pun dapat menikmati kegiatannya di perpustakaan tanpa takut kecipratan air.

.

Rak buku yang terpaksa ditutup akibat kondisi langit-lan-git dan lantai yang tidak aman (2/5).

FISIPERS #36 JULI 2016

FISI

PERS

//Tr

iasa

Nito

rizk

i H.

Page 10: Buletin FISIPERS UI Edisi 36 Tahun 2016

10

SOSIAL POLITIK

MEMBONGKARKONFLIK MASYARAKAT SAMIN DENGAN PEMERINTAH

Kaki-kaki kecil penuh kerut ter-benam dalam lumpur yang mengeras. Puluhan aktivis menyu-arakan hak pemilik kaki-kaki tersebut didepan “istana” rakyat.

Menunggu sang kepala Negara untuk dapat bertemu dengan mereka. inilah aksi yang dilakukan oleh para kaum wanita yang mer-upakan warga Kabupaten Pati, Jawa Tengah.

Mereka menuntut agar pemerintah se-cara arif dan bijaksana untuk meng-hentikan pembangunan pabrik oleh PT. Semen Indonesia di area Pegunungan Kendeng, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Aksi tersebut merupakan bentuk protes masyarakat yang tidak setuju dengan pembangunan pabrik dan pertambangan semen karena alasan perusakan lingkungan. Pembagunan pabrik ini menjadi momok per-masalahan yang menimbulkan konflik antara warga yang mendiami wilayah sekitar loka-si dengan pihak perusahaan yang memiliki motif ekonomi untuk memperdayakan sum-ber daya alam yang tersedia. Pemerintah,

dalam hal ini memiliki kuasa sebagai regula-tor yang mengeluarkan perizinina penggu-naan lahan dan pembangunan pabrik serta menjadi mediator antara kedua belah pihak dalam menyelesaikan konflik yang terjadi.

Dualisme Kebijakan Pembangunan Pabrik. Ikut yang mana?Pemerintah sebagai regulator mengeluar-kan kebijakan-kebijakan yang terkait den-gan proses pembangunan pabrik semen.

Pada tahun 2000, Pemerintah melalui kepu-tusan menteri sumber daya dan mineral No. 1456 K/20/MBM/2000 menjelaskan pedoman mengenai pengelolaan kawasan karst Keputusan ini membagi kawasan karst kedalam 3 kelas, dimana pegunun-gan kendeng masuk kedalam kelas per-tama yang merupakan pegunungan karst yang menjadi kawasan lindung karena memiliki sumber mata air. Yang digunakan

Ilustrasi dampak pembangunan pabrik PT Semen Indonesia di Rembang, Jawa Tengah terhadap masyarakat sekitar dan lingkungan.

FISIPERS #36 JULI 2016

Oleh : Muammarafi Thufail dan Indryan Swarandaru

FISI

PERS

//El

vryd

a Fe

roni

ca S

.

Page 11: Buletin FISIPERS UI Edisi 36 Tahun 2016

11

SOSIAL POLITIK

untuk mengairi pertanian warga sekitar.

Kebijakan ini diperkuat dengan peraturan pemerintah tahun Peraturan Pemerintah No-mor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang menjelaskan bahwa kawasan karst merupakan kawasan lindung nasional. Tetapi, ironisnya kebijakan yang dikeluarkan oleh gubernur jawa tengah nomor 660.1/27/2008 berisi dukungan terh-adap pembangunan pabrik semen tersebut.. Padahal, Mahkamah Agung melalui putusan Nomor 103 K/TUN/2010 yang mencab-ut izin pendirian pabrik PT. Semen Gresik pada tahun 2010 karena belum memenuhi prosedur AMDAL sehingga harus dibatalkan Adanya dualisme kebijakan ini menge-sankan pemerintah daerah mendukung pembangunan pabrik dan pertambangan yang dapat memberikan keuntungan fi-nansial. Namun, di sisi lain, pemerintah terkesan lupa bahwa ada kepentingan dan kebutuhan hidup masyarakat adat samin yang tak boleh luput dari perhatian.

Penolakan Masyarakat dan kepentingan pemerintahMasyarakat adat Samin yang mendiami wilayah itu menolak keberadaan pabrik dan tambang semen karena alasan ekologis. Menurut salah satu tetua adat masyarakat Samin, alasan utama warga melakukan penolakan karena khawatir akan adanya kerusakan sumber mata air akibat penam-bangan. Sumber air tersebut merupa-kan sarana penghidupan pertanian mas-yarakat di kawasan Pegunungan Kendeng.

Menurut Nanu Sundjaya, Dosen Sosiologi Pedesaan FISIP UI, pembangunan pabrik yang menyebabkan konflik karena pemba-ngunan tersebut tidak disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat lokal. Pemerintah menerapkan pembangunan terpusat dari atas ke bawah (Top to bottom) sehingga ke-butuhan dan aspirasi masyarakat dinomor-duakan. Kondisi ini sudah terjadi sejak masa penjajahan Belanda hingga saat ini.dima-na masih terjadi marginalisasi masyarakat adat di beberapa daerah di Indonesia.

Padahal, masyarakat samin merupakan komunitas yang masih mempertahank-an nilai-nilai luhur yang dibawa oleh tokoh adat setempat. Samin Surosentiko, selaku pelopor ajaran amin menanamkan nilai- nilai

kejujuran nurani, yaitu paham yang men-ganggap masyarakat merupakan bagian dari keluarga dan larangan untuk berbisnis karena mengandung nilai yang cenderung curang. Penolakan tersebut karena nilai-nilai diatas tidak sesuai dengan nilai yang diba-wa dalam pembangunan pabrik yaitu cend-erung mementingkan keuntungan bisnis.Penolakan masyarakat adat samin terha-dap pembangunan pabrik semen tersebut akhirnya berujung pada aksi demonstrasi yang dilakukan dengan cara membentang-kan spanduk di jalan-jalan desa. Langkah demonstrasi yang mereka pilih dilatar be-lakangi oleh anggapan mereka bahwa PT Semen Indonesia tidak memberikan sosial-isasi yang terkait dengan pembangunan pabrik semen tersebut kepada mereka.Pada tanggal 25 November 2014 terdapat pemblokiran jalan pabrik utama menuju tapak pabrik yang biasa dilewati oleh truk pemuat material. Pemblokiran jalan ini dilakukan sebagian besar oleh kalangan ibu-ibu. Penduduk Rembang mengaku sering mendapat intimidasi dari aparat keamanan. Aparat keamanan sering melakukan tinda-kan-tindakan yang brutal dalam bentuk ke-kerasan dan intimidasi oleh pihak TNI dan Kepolisian serta pamong desa setempat.

Bagaimana seharusnya?Nanu Sundjaya menjelaskan, pemerin-tah sebagai regulator harus bisa men-jalankan fungsi sosialisasi dan pendamp-ingan terhadap masyarakat adat yang menghadapi proses modernism dalam bentuk pembangunan. “Negara saat ini belum secara maksimal menjalankan per-an sosialisasi terhadap pembangunan karena masyarakat adat dianggap ti-dak akan menerima segala penjelasan. Masyarakat adat masih dianggap sebagai komunitas yang tradisional dan menolak nilai-nilai modernism” padahal, menurut-nya, masyarakat adat saat ini semakin ter-buka. ‘salah satu contoh keterbukaan yai-tu masyarakat adat menerima bantuan dari lembaga advokasi yang membantu perjuangan mereka dalam menolak pem-bangunan.” Hal ini menggambarkan mas-yarakat adat sudah mulai berpikir secara moderat, menurut beliau”. Pembangu-nan berdasarkan perspektif ekologis dan menyesuaikan dengan masyarakat seki-tar dibutuhkan sehingga keseimbangan alam bisa tetap terjaga dan kerusakan lingkungan yang ditakutkan tidak terjadi.

FISIPERS #36 JULI 2016

Page 12: Buletin FISIPERS UI Edisi 36 Tahun 2016

12

PROFIL

Diambil dari buku Tan Malaka yang berjudul Madilog (1943), kutipan di atas agaknya dapat menggambarkan sosok Ba-dai Yuda Pratama (23), maha-

siswa Ilmu Administrasi Fiskal angkatan 2012 peraih gelar Mahasiswa Berpresta-si (Mapres) Utama FISIP UI 2016 yang penganugerahannya diselenggarakan pada tanggal 19 April lalu di AJS FISIP UI.

Ajang pemilihan mahasiswa berprestasi memang dikenal sebagai suatu hal yang bergengsi. Pasalnya, dalam proses penye-leksian tidak hanya rekam akademis yang dinilai, melainkan juga pengalaman organ-isasi dan soft skill lainnya seperti kemam-puan berbahasa Inggris dan berdebat.

Badai, begitu ia kerap dipanggil, memak-nai gelar Mapres dan seluruh proses untuk mendapatkannya sebagai proses belajar. “Kalau tujuan gue menang, segala sesuatu yang gue lakuin bakal pragmatis. Selama perjalanan gue bakal enggak enjoy,” ujarn-ya kepada FISIPERS dalam perbincangan yang dilakukan di Perpustakaan Pusat UI.

Pria kelahiran Surabaya, 7 Februari 1993 ini bahkan mengaku kurang percaya diri ketika memutuskan untuk ikut dalam seleksi Mapres FISIP UI 2016. Menurutn-ya, hal ini dikarenakan kurangnya persia-pannya jika dibandingkan dengan ma-hasiswa lain yang juga mengikuti seleksi.

Badai mengungkapkan bahwa ia bahkan

“Sedangkan sebetulnya cara mendapatkan hasil itulah

yang lebih penting daripada hasil sendiri.”

Badai Yuda

Pratama

menjadi Mapres. “Waktu PSAK, Iman Us-man (Mapres Utama UI 2012) mengisi salah satu sesi. Menurut gue, beliau san-gat inspiring, kayak Mapres itu adalah ma-hasiswa yang ideal. Jadi saat itu gue ingin banget jadi Mapres, tapi seiring berjalan-nya waktu, niat itu udah enggak ada. Gue sibuk dengan kegiatan lain, dan untuk menjadi mahasiswa yang ideal, menurut gue, Mapres bukan jalannya. Ada banyak jalan lain. Gue sempat berpikiran begitu,” kenangnya. Pemikiran itu masih ia pegang hingga deadline pendaftaran seleksi tiba.

Akan tetapi, jika memang sudah digariskan oleh takdir, segala sesuatu pasti akan terjadi. Batas waktu pendaftaran seleksi diperpan-jang. Kesempatan bagi Badai untuk mening-galkan pemikiran yang ia pegang dan kembali pada niat yang ia tinggalkan masih terbuka.

Wisamodro Jati, Ketua Prodi Ilmu Adminis-trasi Fiskal, adalah orang yang bertanggu-ng jawab atas kembalinya niat Badai untuk mengikuti seleksi Mapres. Beliau meyakink-an Badai untuk menutup masa akhir kuliahn-ya dengan suatu yang luar biasa: Mapres.

Badai akhirnya memberanikan diri untuk mendaftar. Ia dan mahasiswa-mahasiswa yang mengikuti seleksi harus melewati be-berapa tahap untuk dapat memakai mahkota dan duduk di singgasana Mapres, di antara-nya seleksi Curriculum Vitae (CV), Presen-tasi Karya Tulis, dan Debat Bahasa Inggris.

Di balik kemenangannya sebagai Mapres, Badai tetap menemukan adanya kesuli-tan dalam pencapaiannya itu. Ia mengaku

FISIPERS #36 JULI 2016

Oleh : Abi Mulya & Nur Haliza

FISIPERS//Aqila Mazi

Page 13: Buletin FISIPERS UI Edisi 36 Tahun 2016

13

PROFIL

bahwa dirinya sempat kesulitan da-lam pembuatan karya tulisnya, karena ia tidak begitu menyukai tulis menu-lis seperti ia menyukai berdebat.

Ia juga mengaku ada hal yang membuat-nya sedih di balik kebahagiannya meraih gelar Mapres. Untuk mengikuti ajang Mapres, ia diharuskan untuk meninggal-kan skripsinya untuk sementara wak-tu agar fokus dalam ajang tersebut.

Selesai Mapres FISIP, Badai masih harus mempersiapkan diri untuk menghadapi ajang yang lebih besar lagi, yaitu Maha-siswa Beprestasi tingkat Universitas In-donesia. Persiapan yang ia lakukan ada-lah latihan persentasi dengan bantuan dosen-dosen. Tak lupa ia juga meminta tips dari mapres-mapres sebelumnya, sep-erti Derry Fahrizal Ulum, Mapres Utama FISIP UI 2015 dan Mapres ke-2 tingkat UI pada tahun yang sama, yang juga merupa-kan rekannya dalam project Buku Kami.

Seni Berdebat

Gelar Mapres memang tidak sembaran-gan. Gelar yang merupakan puncak pen-capaian akademis dan non-akademis ma-hasiswa ini hanya bisa diraih oleh mereka yang memiliki segudang prestasi dan mam-pu bersaing dengan mahasiswa lainnya.

Badai telah mengukir banyak prestasi, ter-utama di bidang debat dan juga public speaking. Ia berhasil meraih juara satu lom-ba debat tingkat nasional yang diadakan oleh PolcoMM Institute dan Kemenpora pada April 2015, Best Speaker pada Per-banas Debate Marketing Competition XI Tahun 2015, dan prestasi-prestasi lainnya.

Rasa cintanya pada seni berdebat su-dah terasa sejak duduk di bangku SMA, berawal dari kecenderungann-ya untuk belajar dengan mendengarkan orang lain dibanding membaca sendiri.

“Gue dari SMA senang banget ngedengerin orang ngomong dan ngedengerin ide-ide le-wat omongan, gue suka baca tapi lebih suka dibacain dibandingkan baca sendiri,” ujarnya.

Selain itu, dengan debat ia dapat men-dengar berbagai perspektif yang berbeda. Kecintaan terhadap debat dibawa Badai hingga ke bangku kuliah. Ia sempat ber-gabung dalam UI Model United Nations

Club (UI MUN Club) dan masih aktif di En-glish Debating Society UI (EDS UI) sebagai fund raiser. Ia juga membagi cinta dan il-munya dalam kegiatan debat dengan men-jadi pelatih ekstrakulikuler debat dan cara berpikir kritis di salah satu SMP di Tangerang Selatan dan satu SMA di bilangan Bogor.

Selain mengikuti organisasi yang ber-fokus pada kegiatan debat, Badai juga mengikuti beragam kegiatan dengan fokus yang berbeda-beda. 9cm, komu-nitas yang berfokus pada isu kesehatan publik dan gerakan antirokok, dan proyek Buku Kami yang berfokus pada pem-berdayaan PSK, adalah dua contohnya.

Keberhasilannya dalam memenangkan berbagai lomba dan pengalamannya da-lam berorganisasi ini juga yang menjadi modalnya dalam mengikuti seleksi Mapres.

Pencarian Passion Diri

Bagi Badai, Mapres bukanlah suatu ajang utama maupun final goals bagi setiap orang. Ia berpendapat bawa Mapres juga bukan suatu standar yang semua maha-siswa harus berlomba-lomba untuk capai.

“Ajang Mapres kebetulan sesuai dengan passion gue karena involves sesuatu yang saat ini menjadi passion gue. Gue suka public speaking dan menemukan ide-ide dan Mapres ini adalah kompetisi yang men-gakomodasi passion-passion tersebut.”

Di mata Badai, untuk berprestasi tidak ha-rus dalam bidang akademis semata. Ba-dai juga mengatakan bahwa setiap orang adalah unik dan memiliki passion berbeda. Apabila belum menemukan passion yang sesuai, ia menyarankan untuk explore berb-agai kegiatan atau ekskul yang ada dan tentukan kegiatan yang membuat bahagia tanpa keterpaksaan. Cari juga kegiatan dan kompetisi yang membantu dalam perkem-bangan diri masing-masing.

Badai juga berpesan bahwa setiap mengi-kuti kompetisi janganlah terlalu menjadi result oriented atau terpaku untuk menang karena hanya akan memberikan tekanan selama proses ajang tersebut. Usaha ti-dak akan mengkhianati hasil, apabila ga-gal pun pasti ada hal yang dapat dipelajari.“Don’t aim to be the best, but aim to give

the best,” tutupnya.

FISIPERS #36 JULI 2016

FISIPERS//Aqila Mazi

Page 14: Buletin FISIPERS UI Edisi 36 Tahun 2016

14

FISIPERS #36 JULI 2016

KABARMAHASISWA

Universitas Indonesia (UI) kembali mengirimkan delegasinya untuk mengikuti Harvard World Model United Nation (World MUN) 2016 di Roma, Italia, pada 14—18 Maret

2016. Setelah pada 2015 berhasil memenan-gi 2 diplomacy awards, tahun ini UI kembali mengirimkan sepuluh delegates, satu assis-tance chair dan satu faculty advisor dalam salah satu kompetisi simulasi PBB terbesar di dunia ini. Sepuluh delegates tersebut adalah Andrew Ebeneizer (FKM 2013), An-toni Aliarto (FIB 2013), Made Deninta Ayu (FISIP 2014), Delbert Lim (FEB 2014), Satria Afif (FH 2015), Neta Cynara Anggina (FISIP 2014), Regina Anjani (FISIP 2013), Malikah Ambarani (FISIP 2013), M. Radhiyan Paso-pati Pribadi (FISIP 2014), dan Muhammad Habib (FISIP 2014). Selain itu, Chandra An-war (FH 2012) juga terpilih menjadi assis-tant director di komite Organization of Is-lamic Cooperation (OIC).

Pada WorldMUN ke-25 ini, UI akan mewaki-li Negara Bulgaria dalam beberapa komite, seperti World Conference on Women (WCW), European Union (EU), Comission on Science and Technology for Develop-ment (CSTD), United Nations Human Rights Council (UNHRC), Disarmament and Inter-national Security (DISEC), dan High-Level Political Forum on Sustainable Develop-ment (HLPFSD).

“Kami diseleksi pada tingkat UI tahun lalu, dan kebetulan kali ini banyak anak FISIP yang diterima. WorldMUN menjadi tanta-ngan tersendiri, sih, karena ada dua ribu peserta dari seluruh negara dan salah satu MUN yang prestisius. Tapi, coaches kami merupakan peraih award dari kompetisi ini tahun lalu, sehingga kami mendapatkan la-tihan yang sangat berkualitas selama seta-hun ini,” ujar Neta.

“Persiapan kami dimulai sejak Juni tahun lalu. Setiap minggunya, kami diberikan la-tihan speech, debat, negoisasi, dan simu-lasi secara berkala. Tujuan latihan ini hanya satu, yaitu agar dapat memberikan hasil yang terbaik untuk pelatih kami, UI, dan In-donesia,” Eizer menambahkan.

Keberangkatan delegasi UI tidak terlepas dari dukungan para sponsor, seperti Bank BRI, JNE, JanSport, dan Indonesia Stock Exchange (BEI). Mereka mendukung dari awal dimulainya kegiatan hingga akhir kompetisi.

Selain berdiplomasi dan bernegoisasi da-lam berbagai sidang komite di World-MUN, dua delegasi UI juga berhasil menja-di semifinalis dalam lomba Social Venture Challenge (SVC), yang juga diadakan oleh WorldMUN. Dua delegasi UI yang berhasil menjadi semifinalis adalah Andrew Ebene-izer Timanta (FKM 2013) dan Antoni Aliarto Setiadji (FIB 2013). Mereka membawa so-cial project yang berjudul “Voices of The Homeless.” Tujuan social project mereka adalah memfasilitasi aspirasi anak jalanan dengan cara menulis dan menuangkannya dalam buku, sehingga aspirasi anak jalanan dapat didengar dan dikenal.

WorldMUN tahun ini merupakan tahun yang spesial karena adanya kehadiran Pope Francis (Paus Fransiskus) di Vatikan yang khusus hadir untuk delegates WorldMUN dan memberikan pidato mengenai hak asasi manusia, solidaritas dunia, dan per-damaian. Tak hanya Paus, dalam opening ceremony juga dihadirkan Perdana Menteri Italia, Matteo Renzi, dan beberapa menteri lainnya.

Sepuluh Mahasiswa UI Berdiplomasi di Ajang Harvard World Model United Nations Oleh : Elga Theresia

Page 15: Buletin FISIPERS UI Edisi 36 Tahun 2016

15

KABARMAHASISWA

Salah satu pelatih, Chandra, menilai ajang ini dapat mengasah kemampuan dan men-dorong kita untuk melewati batas ilmu di perkuliahan. Chandra mendorong para del-egasi untuk tidak hanya berpartisipasi, teta-pi juga meraih penghargaan seperti tahun lalu.

FISIPERS #36 JULI 2016

FISIPERS//Tim IMS

Page 16: Buletin FISIPERS UI Edisi 36 Tahun 2016

16

LENSA

Makara UI dan tulisan yang menjadi tampak depan Stadion UI (13/5).

Keadaan kolam di depan Stadion UI yang kini menjadi tempat penampungan dedaunan rontok (13/5).

Salah satu pembangunan di dekat Stasiun Pondok Cina yang belum jelas fungsinya.

(5/11)

TERBENGKALAIYANG

FISIPERS #36 JULI 2016

FISIPERS//Arya B. Sutoyo FISIPERS//Arya B. Sutoyo

FISI

PERS

//Tr

iasa

Nito

rizk

i H.

FISIPERS//Triasa Nitorizki H.

Page 17: Buletin FISIPERS UI Edisi 36 Tahun 2016

17

LENSA

Langit-langit yang rusak parah di ruang koleksi Perpustakaan Pusat UI (10/5).

Pos keamanan yang tidak terawat di jalan yang menghubungkan FISIP dengan Stasiun UI (5/11)

Kondisi salah satu halte di UI (13/5) sebagai “World Class University”.

FISIPERS #36 JULI 2016

FISIPERS//Arya B. Sutoyo

FISIPERS//Triasa Nitorizki H.

FISIPERS//Arya B. SutoyoFISIPERS//Triasa Nitorizki H.

Page 18: Buletin FISIPERS UI Edisi 36 Tahun 2016

18

OPINI

Pernahkah terlintas di pikiran kita sebuah pertanyaan iseng, bagaimana rasanya terlahir se-bagai warga negara asing, teruta-ma negara yang kita kagumi? Ten-

tu bukan keinginan yang salah mengingat diversitas yang hadir di tengah dunia hing-ga sekarang ini. Ada kalanya komparasi rela-tif antara negara kita dengan sesama asing dalam beberapa aspek mengundang has-rat untuk sekali waktu menginjakkan kaki ke negeri orang dan merasakan langsung perbedaan hidup temporer sebagai ba-gian dari lingkungan baru. Swedia dan Norwegia, bagian negara Nordik, menjadi pilihan yang layak dipertimbangkan untuk dikunjungi bagi mereka yang ingin mening-katkan kualitas hidup dengan gaya baru.

Secara keseluruhan, model negara Nordik seperti yang sering disebut orang Skan-dinavia merupakan sistem cerdas dan se-derhana yang memulai komitmen penuh pada kesetaraan dan demokrasi. Negara Nordik memberi kebebasan pada pen-duduk melalui penggunaan kapitalisme untuk menguntungkan siapapun. Jadi, ka-pitalisme justru melayani orang banyak.

Meskipun wilayahnya luas sekitar 407,000 km2 dan diakui sebagai negara terluas ke-5 di Eropa, Swedia berpenduduk sedik-it sekitar 9,8 juta jiwa. Lingkungan seperti ini memberi hawa baru dan ruang berna-pas lebih maksimal, mendorong pemaha-man kita akan bagaimana seharusnya kita menciptakan kualitas hidup yang layak. Sejalan dengan itu, fakta mencengangkan lain bahwa 97% lahan di Swedia belum ber-penduduk, terdapat 29 taman nasional dan sekitar 4,000 cagar alam, serta lingkun\

Negara Swedia berpenduduk heterogen dipandang dari aspek gender, etnik, orien-tasi seksual, keyakinan politik dan agama, kondisi fisik, mental, atau intelektual. Atas semua aspek yang heterogen tersebut, ti-dak ada kata diskriminasi namun kesamaan

hak yang direpresentasikan oleh The Equal-ity Ombudsman. Tidak ada ketakutan men-jadi turis asing yang sekadar ingin mencicip hari-hari di Swedia karena perbedaan itu dihargai. Dalam kurun waktu sepuluh ta-hun ke depan, bukan tidak mungkin masih ada perjuangan untuk menempuh pendi-dikan lebih tinggi lagi setelah lulus kuliah S-1. Swedia kelihatannya sesuai menjadi tujuan menimba ilmu dan dipastikan tidak mengecewakan. Sangat menyenangkan.Norwegia, tepat bersebelahan dengan Swedia, terbentuk ribuan tahun lalu den-gan melelehnya es yang mengisi perairan.

Sejenak Mencicipi kualitaS dan Gaya Hidup ala nordik Oleh : Vanda Situmeang

Sumber: https://www.interdependence.org/events/browse/programs/nordic-economic-model/FISIPERS #36 JULI 2016

Page 19: Buletin FISIPERS UI Edisi 36 Tahun 2016

19

OPINI

Menarik bahwa di Norwegia sendiri, orang Norwegia dikatakan lahir dengan ski di kak-inya. Anak-anak mulai berski dari umur tiga tahun dan sudah menjadi aktivitas keluar-ga. Hal menarik lain adalah betapa banyak-nya aktivitas menyenangkan yang bisa kita lakukan disini dan bersentuhan langsung dengan alam, seperti mengeksplor alam, main ski, bersepeda, menyelam, main golf, berenang, berkendara, masuk gua, tradisi panen hasil alam dengan berburu, me-

mancing, atau sekadar memetik buah alam.

Sumber: https://www.interdependence.org/events/browse/programs/nordic-economic-model/

Sumber: https://sweden.se/society/education-in-sweden/

FISIPERS #36 JULI 2016

Page 20: Buletin FISIPERS UI Edisi 36 Tahun 2016

20

OPINI

Aku salah. Salahku

Aku seorang, bukan dua orangAtau tiga

Namun, aku rasai kehadiranku bagaikan sebuah keramaian bagi keluarga iniAku + Papa

=Aku + Papa

DanAku + Mama

= Aku + Mama

KetikaAku + Papa + Mama

=Keluarga

Papa dengan jas nya yang selalu berwarna tegasMemiliki aroma khas

Dengan keringat yang ia sembunyikan di depan MamaIa lakukan setiap hal

Untuk kamiMama?

Ia tahan tidak berdansa selama 9 bulanHanya untuk menebus buah cintanya

Hadiah TuhanBagi mereka, aku adalah mereka

Bagi aku, mereka adalah aku

Suatu hari Papa menghampiri MamaAku ingin menyambut mereka yang kelelahan

Namun, aku ringkihSaat “Ya, Pengadilan memenangkanku”

Dan “plak” Mama berlari berlumuran air duka

Yang tak kutahu untuk apaMaka aku berdiam diri

Aku selalu berdiam diri sejak itu

Waktu bagaikan masa pubertasSaat tidak diingat

Ya, bertumbuh dan berlalu begitu cepatKini titik perkara meletakkan ku pada ketiak Mama

Yang telah menginjak usia perkawinan dua buah bulan purnamaDengan Bapak Tua yang berwibawa

Ia tentu menyayangikuAku tahu itu

Aku tahu ia menyayangikuDan bahkan kini ku tahu ia menyayangiku

Tidak sekadar laksana darah dagingMelainkan sebagai sahabat

Sahabat bercumbu.Aku biarkan ia menghentakkan kaki ku yang putih ketika ia telah mereguk kepuasan

darikuYang hanya menyimpan tai hati

Oleh : Muhammad Rofii Mustajab

FISIPERS #36 JULI 2016

Page 21: Buletin FISIPERS UI Edisi 36 Tahun 2016

Berhari-hari kulaluiDiawali sentuhan halus yang kurasai ketika ku terlelap

“Mau wanita tua itu hidup?”Kalimat Tanya yang akhirnya merenggut jiwa kewanitaanku

Aku lelah, lelah, lelah

AkhirnyaKu akhiri rengekanku, setelah mama merelakan

Aku pergi bersama PamanPamanku yang baik, menghargai setiap perempuan layaknya seorang istri

98 hari berlaluSelalu kulalui dengan perbuatan-perbuatan menyenangkan

Hingga angka hari bersentuhan dengan angka 113Kenapa?

Paman kan selalu menghargai setiap perempuan layaknya seorang istriPada akhirnya aku menjadi regukan kenikmatan

LagiPaman pun menjadikan setiap perempuan

Dan aku adalah sebuah dari barisan perempuan ituYang dilayakkan oleh nya sebagai Istri

Kau tahu? Kakiku yang putih kembali tertindihSetiap malam

Diiringi kehikmatan bulu-bulu yang kalian tahuAdalah milik siapa

Hingga hari 222 datangSetelah hari 221

Pertambahan semalam yang selalu menemanikuKetika kakiku yang putih kembali ditindih

Kembali, kembali, dan selalu kembali

“Papa”Harapan terakhirku merasa aman

Ia adalah sumber awal aku terbentukAku selalu berbagi bersama Papa

Ku ceritakan setiap aktifitaskuSetiap hari

Kini aku tak dapat menghitung hariKarena aku telah hidup bersama Papa dan Mama baruku

Di siniHingga dua kali pergantian tahun

Dan malam ituKeterbatasanku untuk melawan

Hanya kembali membuat tangisku tertahan dalam serbuan bibir Papa di atas bibirku

Aku tak kenal siapa kini yang mampu menjagakuBahkan Papa kandungku

Aku hanya mampu bersandiwara Demi keutuhan perasaan manusia-manusia di sekelilingku

“Papa, papa adalah Papa aku”“Dan Papa kandunganku”

Suatu ketika aku berkata ituTanpa cerita lain yang mengiringi perkataan itu

Papa memberikan hadiah perpisahan bagiku dan anak iniKetika aku hampir tidak sadar lagi

Aku sadar leherku sudah setengah terlepas dari kepalaku

Melihat Papa yang dengan mata menyala-nyala sembari tertawa puas

OPINI

21

FISIPERS #36 JULI 2016

Page 22: Buletin FISIPERS UI Edisi 36 Tahun 2016