Buku Tips Membuat Media Yang Baik

96
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’a laikum Wr. Wb., Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, atas izin dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan buku ini dalam tugas mata kuliah Media Pembelajaran. Buku ini diberi judul: “Tips-Tips Membuat Media”. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan buku ini masih jauh dari sempurna, karena mengingat keterbatasan kemampuan penulis baik dalam ilmu teori maupun waktu . Namun demikian penulis mengharapkan Buku ini dapat berguna bagi para pembaca, terutama bagi penulis sendiri. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahnda dan Ibunda tercinta atas semua kesempatan, perhatian serta do’a yang selalu di berikan kepada penulis hingga saat ini. Juga kepada adik-adikku yang selalu memberikan dukungan kepada penulis hingga penulis dapat menyelasaikan laporan ini. Dan dengan

Transcript of Buku Tips Membuat Media Yang Baik

Page 1: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu’a laikum Wr. Wb.,

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, atas izin

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan buku ini dalam tugas

mata kuliah Media Pembelajaran.

Buku ini diberi judul: “Tips-Tips Membuat Media”. Penulis

menyadari bahwa dalam penyusunan buku ini masih jauh dari sempurna,

karena mengingat keterbatasan kemampuan penulis baik dalam ilmu teori

maupun waktu . Namun demikian penulis mengharapkan Buku ini dapat

berguna bagi para pembaca, terutama bagi penulis sendiri.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Ayahnda dan Ibunda tercinta atas semua

kesempatan, perhatian serta do’a yang selalu di berikan kepada penulis

hingga saat ini. Juga kepada adik-adikku yang selalu memberikan dukungan

kepada penulis hingga penulis dapat menyelasaikan laporan ini. Dan dengan

segala hormat dan kerendahan hati, penulis juga mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada Dosen mata Kuliah Media Pembelajaran

Lena Nuryanti beserta rekan rekan satu kelas yang telah bersama-sama saling

membantu dalam penyusunan buku ini .

Page 2: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR TABEL..........................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................iii

PENDAHULUAN.........................................................................................................1

BAB 1.........................................................................................................................2

PENGERTIAN MEDIA........................................................................................2

A. Pendahuluan..............................................................................................2

B. Pengertian Media.......................................................................................4

C. Landasan Teoretis Penggunaan Media Pendidikan....................................8

D. Ciri-ciri Media Pendidikan......................................................................13

E. Pengelompokkan Media..........................................................................16

BAB 2.......................................................................................................................24

MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR.....................24

A. Proses Belajar Mengajar..........................................................................24

B. Media Pendidikan....................................................................................26

C. Perkembangan Media Pendidikan............................................................27

D. Proses Belajar Mengajar sebagai Proses Komunikasi..............................29

E. Kegunaan Media Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar.................31

BAB 3.......................................................................................................................33

HYPNOTEACHING...........................................................................................33

F. Awal Mula dan Perkembangan Hipnotis.................................................33

G. Hipnotis Tradisional................................................................................34

H. Magnetisme dan Mesmerisme yang Menjadi Cikal Bakal Hipnotis Modern............................................................................................................38

I. Hipnotis Konvensional............................................................................41

J. Langkah-langkah Dasar menjadi Guru yang Menguasai Hypnoteaching 42

K. Tips Memaksimalkan Pembelajaran Hypnoteaching...............................43

Page 3: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

L. Cara Pelaksanaan Metode pembelajaran Hypnoteaching.........................44

BAB 4.......................................................................................................................49

MEMBUAT MEDIA YANG BAIK....................................................................49

M. KRITERIA PEMILIHAN MEDIA......................................................49

N. LANGKAH-LANGKAH PEMILIHAN MEDIA....................................52

O. PRINSIP-PRINSIP PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN........54

P. POLA PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN............................55

Q. LANGKAH-LANGKAH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN56

PENUTUP.................................................................................................................58

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................59

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pesan dalam Komunikasi...................................................................9

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale.................................................11Gambar 2. Kerucut Pengalaman E. Dale.......................................................29Gambar 3. Franz Anton Mesmer...................................................................39Gambar 4. James Braid..................................................................................42

Page 4: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

PENDAHULUAN

Media pembelajaran merupakan salah faktor penting dalam

peningkatan kualitas pembelajaran. Hal tersebut disebabkan adanya

perkembangan teknologi dalam bidang pendidikan yang menuntut efisiensi

dan efektivitas dalam pembelajaran. Untuk mencapai tingkat efisiensi dan

efektivitas yang optimal, salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah

mengurangi bahkan jika perlu menghilangkan dominasi sistem penyampaian

pelajaran yang bersifat verbalistik dengan cara menggunakan media

pembelajaran.

Sehubungan dengan penggunaan media dalam kegiatan

pembelajaran, para tenaga pengajar atau guru perlu cermat dalam pemilihan

dan atau penetapan media yang akan digunakannya. Kecermatan dan

ketepatan dalam pemilihan media akan menunjang efektivitas kegiatan

pembelajaran yang dilakukannya. Disamping itu juga kegiatan pembelajaran

menjadi menarik sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, dan

perhatian siswa menjadi terpusat kepada topik yang dibahas dalam kegiatan

pembelajaran yang dilakukannya. Kecermatan dan ketepatan dalam memilih

media pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor seperti luas sempitnya

pengetahuan dan pemahaman tenaga pengajar tentag kriteria dan faktor-

faktor yang perlu dipertimbangkan serta prosedur pemilihan media

pembelajaran. Uraian berikut akan membahas hal-hal dimaksud agar kita

dalam memilihan media pembelajaran lebih tepat.

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri

setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya

Page 5: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar

dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa

seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri

orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat

pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.

Apabila proses belajar itu diselenggarakan secara formal di sekolah-

sekolah, tidak lain ini dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri

siswa secara terencana, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan,

maupun sikap. Interaksi yang terjadi selama proses belajar tersebut

dipengaruhi oleh lingkungannya, yang antara lain terdiri dari murid, guru,

petugas perpustakaan, kepala sekolah, bahan atau materi pelajaran (buku,

modul, selebaran, majalah, rekaman video atau audio, dan yang sejenisnya),

dan berbagai sumber belajar dan fasilitas (proyektor overhead, perekam pita

audio dan video, radio, televisi, komputer, perpustakaan, laboratorium, pusat

sumber belajar, dan lain-lain).

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong

upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam

proses belajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang

dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-

alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru

sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang

meskipun sederhana dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya

mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.

Di samping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga

dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media

pembelajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum

tersedia. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang

cukup tentang media pembelajaran, yang meliputi (Hamalik, 1994:6):

Page 6: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

a. Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses

belajar mengajar

b. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan

c. Seluk-beluk proses belajar mengajar

d. Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan

e. Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran

f. Pemilihan dan penggunaan media pendidikan

g. Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan

h. Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran

i. Usaha inovasi dalam media pendidikan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian

yang tidak dapat terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya

tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada

khususnya.

Page 7: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

BAB 1

PENGERTIAN MEDIA

A. Pengertian Media

Kata mediaberasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah

berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Gerlach dan Ely (1971)

mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah

manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat

siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam

pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.

Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar

cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis

untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau

verbal.

Batasan lain telah pula dikemukakan oleh para ahli yang sebagian di

antaranya akan diberikan berikut ini. AECT (Assosiation of Educational and

Communcation Technology, 1977) memberi batasan tentang media sebagai

segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau

informasi. Di samping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang

sering diganti dengan kata mediator menurut Fleming (1987:234) adalah

penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan

mendamaikan. Dengan istilahnya mediator media menunjukkan fungsi atau

perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama

dalam proses belajar-siswa dan isi pelajaran. Di samping itu, mediatordapat

pula mencerminkan pengertian bahwa setiap sistem pembelajaran yang

melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai kepada peralatan paling

Page 8: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

canggih, dapat disebut media. Ringkasnya, media adalah alat yang

menyampaikan atau menghantarkan pesan-pesan pembelajaran.

Heinich, dan kawan-kawan (1982) mengemukakan istilah medium

sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima.

Jadi, televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan,

bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila

mediaitu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional

atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media

pembelajaran. Sejalan dengan batasan ini, Hamidjojo dalam Latuheru (1993)

memberi batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan

oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau

pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai

kepada penerima yang dituju.

Acapkali kata media pendidikan digunakan secara bergantian dengan

istilah alat bantu atau media komunikasi seperti yang dikemukakan oleh

Hamalik (1986) dimana ia melihat bahwa hubungan komunikasi akan

berjalan lancar dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat

bantuyang disebut media komunikasi. Sementara itu, Gagne’ dan Briggs

(1975) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat

yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran,

yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video

recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan

komputer. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau

wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa

yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Di lain pihak, National

Education Association memberikan definisi media sebagai bentuk-bentuk

komunikasi baik tercetak maupun audio-visual dan peralatannya. Dengan

demikian, media dapat dimanipulasi, dilihat, didengar atau dibaca.

Page 9: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

Istilah “media” bahkan sering dikaitkan atau dipergantikan dengan

kata “teknologi” yang berasal dari kata latin tekne (bahasa Inggris art) dan

logos (bahasa Indonesia “ilmu”).

Menurut Webster (1983:105), “art” adalah keterampilan (skill) yang

diperoleh lewat pengalaman, studi dan observasi. Dengan demikian,

teknologi tidak lebih dari suatu ilmu yang membahas tentang keterampilan

yang diperoleh lewat pengalaman, studi, dan observasi. Bila dihubungkan

dengan pendidikan dan pembelajaran, maka teknologi mempunyai

pengertian sebagai:

Perluasan konsep tentang media, dimana teknologi bukan sekadar

benda, alat, bahan, atau perkakas, tetapi tersimpul pula sikap, perbuatan,

organisasi dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu.

(Achsin, 1986:10).

Erat hubungannya dengan istilah “teknologi”, kita juga mengenal

kata teknik. Teknik dalam bidang pembelajaran bersifat apa yang

sesungguhnya terjadi antara guru dan murid. Ia merupakan suatu strategis

khusus (Anthony, 1963:96). Bahkan Richards dan Rodgers (1982:154)

menjelaskan pula bahwa “teknik” adalah prosedur dan praktek yang

sesungguhnya dalam kelas. Dari sini, tampak jelas bahwa “teknologi”

bukanlah hanya pembuatan kapal terbang modern mutakhir dan semisalnya

saja, tetapi melipat-lipat kertas jadi kapal terbang mainan itu juga hasil

teknologi; karena itu juga merupakan suatu keterampilan dan seni (skill).

Barangkali inilah yang menyebabkan beberapa kalangan lantas membagi

pengertian teknologi menjadi dua macam; ada yang disebut teknologi tinggi

(canggih), ada pula yang disebut teknologi tradisional. Teknologi

pembelajaran agama sementara masih heavy ke wawasan pengertian

teknologi tradisional.

Page 10: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

Dengan demikian, kalau ada teknologi pembelajaran agama

misalnya, maka itu akan membahas masalah bagaimana kita memakai media

dan alat bantu dalam proses mengajar agama, akan membahas masalah

keterampilan, sikap, perbuatan, dan strategi mengajarkan agama.

Dalam kegiatan belajar mengajar, sering pula pemakaian kata media

pembelajaran digantikan dengan istilah-istilah seperti alat pandang-dengar,

bahan pengajaran (instructional material), komunikasi pandang-dengar

(audio-visual communication), pendidikan alat peraga pandang (visual

education), teknologi pendidikan (educational technology), alat peraga dan

media penjelas.

Berdasarkan uraian beberapa batasan tentang media di atas, berikut

dikemukakan ciri-ciri umum yang terkandung pada setiap batasan itu.

1. Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal

sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat,

didengar, atau diraba dengan pancaindera.

2. Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai

software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam

perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa.

3. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.

4. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar

baik di dalam maupun di luar kelas.

5. Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi

guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

6. Media pendidikan dapat digunakan secara massal (misalnya: radio,

televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya film, slide, video,

OHP), atau perorangan (misalnya: modul, komputer, radio tape/kaset, video

recorder).

Page 11: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

7. Sikap, perbuatan, organisasi, strategi dan manajemen yang

berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.

B. Landasan Teoretis Penggunaan Media Pendidikan

Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan-perubahan

sikap dan perilaku dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru

dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. Menurut Bruner

(1966:10-11) ada tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu pengalaman

langsung (enactive), pengalaman piktorial/gambar (iconic), dan pengalaman

abstrak (symbolic). Pengalaman langsung adalah mengerjakan, misalnya arti

kata “simpul” dipahami dengan langsung membuat “simpul”. Pada tingkatan

kedua yang diberi label iconic (artinya gambar atau image), kata “simpul”

dipelajari dari gambar, lukisan, foto, atau film. Meskipun siswa belum

pernah mengikat tali untuk membuat “simpul” mereka dapat mempelajari

dan memahaminya dari gambar, lukisan, foto, atau film. Selanjutnya, pada

tingkatan simbol, siswa membaca (atau mendengar) kata “simpul” dan

mencoba mencocokkannya dengan “simpul” pada image mental atau

mencocokkannya dengan pengalamannya membuat “simpul”. Ketigas

tingkat pengalaman ini saling berinteraksi dalam upaya memperoleh

“pengalaman” (pengetahuan, keterampilan, atau sikap) yang baru.

Tingkatan pengalaman pemerolehan hasil belajar seperti itu

digambarkan oleh Dale (1969) sebagai suuatu proses komunikasi. Materi

yang ingin disampaikan dan diinginkan siswa dapat menguasainya disebut

sebagai pesan. Guru sebagai sumber pesan menuangkan pesan ke dalam

simbol-simbol tertentu (encoding) dan siswa sebagai penerima menafsirkan

simbol-simbol tersebut sehingga dipahami sebagai pesan (decoding).

Page 12: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

Cara pengolahan pesan oleh guru dan murid dapat digambarkan pada

gambar 1.1

Pesan diproduksi

dengan

Pesan dicerna dan

diinterpretasi dengan

Berbicara, menyanyi,

memainkan alat musik, dsbMendengarkan

Memvisualisasikan

melalui film, foto, lukisan,

gambar, model, patung, grafik,

kartun, gerakan nonverbal

Mengamati

Menulis atau mengarang Membaca

Tabel 1. Pesan dalam Komunikasi

Uraian tersebut memberikan petunjuk bahwa agar proses belajar

mengajar dapat berhasil dengan baik, siswa sebaiknya diajak untuk

memanfaatkan semua alat inderanya. Guru berupaya untuk menampilkan

rangsangan (stimulus) yang dapat diproses dengan berbagai indera. Semakin

banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi

semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat

dipertahankan dalam ingatan. Dengan demikian, siswa diharapkan akan

dapat menerima dan menyerap dengan mudah dan baik pesan-pesan dalam

materi yang disajikan.

Levie & Levie (1975) yang membaca kembali hasil-hasil penelitian

tentang belajar melalui stimulus gambar dan stimulus kata atau visual dan

verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang

lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat

Page 13: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

kembalim dan menghubung-hubungkan fakta dan konsep. Di lain pihak,

stimulus verbal memberi hasil belajar yang lebih apabila pembelajaran itu

melibatkan ingatan yang berurut-urutan (sekuensial). Hal ini merupakan

salah satu bukti dukungan atas konsep dual coding hypothesis (hipotesis

koding ganda) dari Paivio (1971). Konsep itu mengatakan bahwa ada dua

sistem ingatan manusia, satu untuk mengolah simbol-simbol verbal

kemudian menyimpannya dalam bentuk proposisi image, dan yang lainnya

untuk mengolah image nonverbal yang kemudian disimpan dalam bentuk

proposisi verbal.

Belajar dengan menggunakan indera ganda-pandang dan dengar

berdasarkan konsep di atas akan memberikan keuntungan bagi siswa. Siswa

akan belajar lebih banyak daripada jika materi pelajaran disajikan hanya

dengan stimulus pandang atau hanya dengan stimulus dengar. Para ahli

memiliki pandangan yang searah mengenai hal itu. Perbandingan

pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang dan indera dengar sangat

menonjol perbedaannya. Kurang lebih 90% hasil belajar seseorang diperoleh

melalui indera pandang, dan hanya sekitar 5% diperoleh melalui indera

dengar dan 5% lagi dengan indera lainnya (Baugh dalah Achsin, 1986).

Sementara itu, Dale (1969) memperkirakan bahwa pemerolehan hasil belajar

melalui indera pandang berkisar 75%, melalui indera dengar sekitar 13% dan

melalui indera lainnya sekitar 12%.

Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai

landasan teori penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale’s Cone of

Experience (Kerucut Pengalaman Dale) (Dale, 1969). Kerucut ini merupakan

elaborasi yang rinci dari konsep tiga tingkatan pengalaman yang

dikemukakan oleh Bruner sebagaimana diuraikan sebelumnya. Hasil belajar

seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (konkret), kenyataan

yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan,

Page 14: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

sampai kepada lambang verbal (abstrak). Semakin ke atas di puncak kerucut

semakin abstrak media penyampai pesan itu. Perlu dicatat bahwa urut-urutan

ini tidak berarti proses belajar dan interaksi mengajar belajar harus selalu

dimulai dari pengalaman langsung, tetapi dimulai dengan jenis pengalaman

yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok siswa yang

dihadapi dengan mempertimbangkan situasi belajarnya.

Gambar 1Kerucut Pengalaman Edgar Dale

Dasar pengembangan kerucut di bawah bukanlah tingkat kesulitan,

melainkan tingkat keabstrakan. Jumlah jenis indera yang turut serta selama

lambang

visual

lambang kata

gambar diam, rekaman

radio

gambar hidup

pameran

televisi

karyawisata

dramatisasi

benda tiruan/pengamatan

pengalaman langsung

Page 15: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

penerimaan isi pengajaran atau pesan. Pengalaman langsung akan

memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan

gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu, oleh karean itu, ia

melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan

peraba. Ini dikenal dengan learning by doing misalnya keikutsertaan dalam

menyiapkan makanan, membuat perabot rumah tangga, mengumpulkan

perangko, melakukan percobaan di laboratorium, dan lain-lain. Yang

kesemuanya itu memberi dampak langsung terhadap pemerolehannya dan

pertumbuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Tingkat keabstrakan pesan akan semakin tinggi ketika pesan itu

dituangkan ke dalam lambang-lambang seperti bagan, grafik, atau kata. Jika

pesan terkandung dalam lambang-lambang seperti itu, indera yang dilibatkan

untuk menafsirkannya semakin terbatas, yakni indera penglihatan atau indera

pendengaran. Meskipun tingkat partisipasi fisik berkurang, keterlibatan

imajinatif semakin bertambah dan berkembang. Sesungguhnya, pengalaman

konkret dan pengalaman abstrak dialami silih berganti, hasil belajar dari

pengalaman langsung mengubah dan memperluas jangkauan abstraksi

seseorang dan sebaliknya. Kemampuan interpretasi lambang kata membantu

seseorang untuk memahami pengalaman yang di dalamnya ia terlibat

langsung.

Page 16: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

C. Ciri-ciri Media Pendidikan

Gerlach & Ely (1971) mengemukakan tiga ciri media yang

merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat

dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang efisien)

melakukannya.

1. Ciri fiksatif (Fixative Property)

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan,

melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa

atau objek dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti fotografi,

video tape, audio tape, disket komputer, dan film. Suatu objek telah diambil

gambarnya (direkam) dengan kamera atau video kamera dengan mudah

dapat direproduksi dengan mudah kapan saja diperlukan. Dengan ciri fiksatif

ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi

pada satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu.

Ciri ini amat penting bagi guru karena kejadian-kejadian atau objek

yang telah direkam atau disimpan dengan format media yang ada dapat

digunakan setiap saat. Peristiwa yang kejadiannya hanya sekali (dalam satu

dekade atau satu abad) dapat diabadikan dan disusun kembali untuk

keperluan pembelajaran. Prosedur laboratorium yang rumit dapat direkam

dan diatur untuk kemudia direproduksi berapa kali pun pada saat diperlukan.

Demikian pula kegiatan siswa dapat direkam untuk kemudian dianalisis dan

dikritik oleh siswa sejawat baik secara perorangan maupun secara kelompok.

Page 17: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

2. Ciri Manipulatif (Manipulative Property)

Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media

memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat

disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik

pengambilan gambar time-lapse recording. Misalnya, bagaimana proses

larva menjadi kepompong kemudia menjadi kupu-kupu dapat dipercepat

dengan teknik rekaman fotografi tersebut. disamping dapat dipercepat, suatu

kejadian dapat pula diperlambat pada saat menayangkan kembali hasil suatu

rekaman video.Misalnya, proses loncat galah atau reaksi kimia dapat diamati

melalui bantuan kemampuan kumulatif dari media. Demikian pula, suatu

aksi gerakan dapat direkam dengan kamera untuk foto. Pada rekaman

gambar hidup (video, motion film) kejadian dapat diputar mundur. Media

(rekaman video atau audio) dapat diedit sehingga guru hanya menampilkan

bagian-bagian penting/utama dari ceramah, pidato, atau urutan suatu

kejadian dengan memotong bagian-bagian yang tidak diperlukan.

Kemampuan media dari ciri manipulatif memerlukan perhatian sungguh-

sungguh karena apabila terjadi kesalahan dalam pengaturan kembali urutan

kejadian atau pemotongan bagian-bagian yang salah, maka akan terjadi pula

kesalahan penafsiran yang tentu saja akan membingungkan dan bahkan

menyesatkan sehingga dapat mengubah sikap mereka ke arah yang tidak

diinginkan.

Manipulasi kejadian atau objek dengan jalan mengedit hasil rekaman

dapat menghemat waktu. Proses penanaman dan panen gandum, pengolahan

gandum menjadi tepung, dan penggunaan tepung untuk membuat roti dapat

dipersingkat waktunya dalam suatu urutan rekaman video atau film yang

mampu menyajikan informasi yang cukup bagi siswa untuk mengetahui asal-

usul dan proses dari penanaman bahan baku tepung hingga menjadi roti.

Page 18: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

3. Ciri Distributif (Distributive Property)

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian

ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut

disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yyang

relatif sama mengenai kejadian itu. Dewasa ini, distribusi media tidak hanya

terbatas pada satu kelas atau beberapa kelas pada sekolah-sekolah di dalam

suatu wilayah tertentu, tetapi juga media itu misalnya rekaman video, audio,

disket komputer dapat disebar ke seluruh penjuru tempat yang diinginkan

kapan saja.

Sekali informasi direkam dalam format media apa saja, ia dapat

direproduksi seberapa kali pun dan siap digunakan secara bersamaan di

berbagai tempat atau digunakan secara berulang-ulang disuatu tempat.

Konsistensi informasi yang telah direkam akan terjamin sama atau hampir

sama dengan aslinya.

Page 19: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

D. Pengelompokkan Media

Dalam perjalanannya, perkembangan media pembelajaran mengikuti

arus pengembangan teknologi. Teknologi paling tua yang dimanfaatkan

dalam proses belajar adalah sistem percetakan yang bekerja atas dasar

prinsip mekanistik. Kemudian lahir teknologi aaudio visual yang

menggabungkan penemuan mekanistik dan elektronik untuk tujuan

pembelajaran. Teknologi yang muncul terakhir adalah teknologi mikro-

processor yang melahirkan pemakaian komputer dan kegiatan interaktif

(Seels and Richey, 1994). Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut,

maka media pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok,

yaitu:

1) Media hasil teknologi cetak

2) Media hasil teknologi audio visual

3) Media hasil teknologi yang berdasarkan komputer

4) Media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.

1. Media Hasil Teknologi Cetak

Teknologi cetak adalah cara untuk menghasilkan atau menyampaikan

materi seperti buku dan materi visual statis, terutama melalui proses

pencetakan mekanis atau fotografis. Materi cetak dan visual merupakan

dasar pengembangan dan penggunaan kebanyakaan materi pembelajaran

lainnya. teknologi ini menghasilkan materi dalam bentuk salinan tercetak.

Teknologi cetak memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a) Teks dibaca secara linear, sedangkan visual diamati berdasarkan

ruang

b) Baik teks maupun visual, keduanya menampilkan komunikasi satu

arah dan reseptif

c) Teks dan visual ditampilkan statis

Page 20: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

d) Pengembangannya sangat tergantung kepada prinsip-prinsip

kebahasaan dan persepsi visual

e) Baik teks maupun visual, keduanya berorientasi pada siswa

f) Informasi dapat diatur atau ditata ulang oleh pemakai

2. Media Hasil Teknologi Audio Visual

Teknologi audio visual merupakan cara menghasilkan atau

menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan

elektronik, untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Ciri-ciri utama

teknologi media audio visual adalah sebagai berikut:

a) Bersifat linear

b) Menyajikan visualisasi yang dinamis

c) Digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh

perancang atau pembuatnya

d) Merupakan representasi fisik dari gagasan riil atau gagasan abstrak

e) Dikembangkan menurut prinsip psikologi behaviorisme dan kognitif

f) Umumnya berorientasi kepada guru, dengan tingkat keterlibatan

interaktif siswa yang rendah.

3. Media Hasil Teknologi Berbasis Komputer

Teknologi berbasis komputer merupakan cara menghasilkan atau

menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber yaang berbasis

mikro-processor. Beberapa ciri media yang dihasilkan teknologi berbasis

komputer (baik perangkat keras maupun perangkat lunak) adalah sebagai

berikut:

a) Dapat digunakan secara acak, non sekuensial, atau secara linear

b) Dapat digunakan berdasarkan keinginan siswa atau berdasarkan

keinginan perancang atau pengembang sebagaimana direncanakannya

Page 21: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

c) Biasanya gagasan-gagasan disajikan dalam gaya abstrak dengan kata,

simbol, dan grafik

d) Prinsip-prinsip ilmu kognitif untuk mengembangkan media ini

e) Pembelajaran berorientasi pada siswa dan melibatkan interaksi siswa

yang tinggi.

4. Media Hasil Gabungan Teknologi Cetak dan Komputer

Teknologi gabungan adalah cara untuk menghasilkan dan menyampaikan

materi yang menggabungkan pemakaian beberapa bentuk media yang

dikendalikan oleh komputer. Perpaduan beberapa jenis teknologi ini

dianggap teknik yang paling canggih apabila dikendalikan oleh komputer

yang memiliki kemampuan yang hebat seperti jumlah random access

memory yang besar, harddisk yang besar, dan monitor yang bersolusi tinggi

ditambah dengan peripheral lainnya. beberapa ciri utama teknologi berbasis

komputer adalah sebagai berikut:

a) Dapat digunakan secara acak, sekuensial, secara linear

b) Dapat digunakan sesuai dengan keinginan siswa, bukan saja dengan

cara yang direncanakan dan diinginkan oleh perancangnya

c) Gagasan-gagasan sering disajikan secara realistik dalam konteks

pengalaman siswa, menurut apa yang relevan dengan siswa, dan di bawah

pengendalian siswa

d) Prinsip ilmu kognitif dan konstruktivisme diterapkan dalam

pengembangan pelajaran

e) Pembelajaran ditata dan terpusat pada lingkup kognitif, sehingga

pengetahuan dikuasai jika pelajaran itu digunakan

f) Bahan-bahan pelajaran melibatkaan banyak interaktivitas siswa

g) Bahan-bahan pelajaran memadukan kata dan visual dari berbagai

sumber

Page 22: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

Teleconference adalah suatu teknik komunikasi antar kelompok-

kelompok yang berada di lokasi geografis berbeda dengan menggunakan

mikrofon dan amplifier khusus yang dihubungkan antara satu dengan

lainnya, sehingga setiap orang dapat berpartisipasi dengan aktif dalam suatu

pertemuan besar dan diskusi. Kuliah jarak jauh (telecture) adalah suatu

teknik pembelajaran yang direalisasikan dengan seseorang ahli dalam suatu

bidang ilmu tertentu menghadapi sekelompok pendengar melalui amplifier

telepon. Pendengar dapat bertanya kepada pembicara dan kelompok itu dapat

mendengarkan jawaban atau tanggapan pembicara.

Computer assisted instruction adalah suatu sistem penyampaian

materi pelajaran yang berbasis mikro-processor. Pelajarannya dirancang dan

diprogram ke dalam sistem tersebut.

Hypertext adalah suatu tulisan yang tak berurutan, non-sequential.

Dengan suatu sistem authoring (menulis), pengarang mampu

menghubungkan informasi dari bagian manapun dalam paket pelajaran itu,

menciptakan jalur-jalur melalui suatu materi yang berkaitan, memberi

keterangan teks yang tersedia, dan membuat catatan yang menghubungkan

teks-teks itu.

Hypermedia adalah perluasan dari hypertext yang menggabungkan

media lain ke dalam teks. Dengan sistem hypermedia, pengarang dapat

membuat suatu korpus materi yang kait-mengkait meliputi teks, grafik,

gambar animasi, bunyi, video, musik, dan lain-lain.

Interactive video adalah suatu sistem penyampaian pembelajaran

menggunakan materi video rekaman, disajikan dengan pengendalian

komputer kepada penonton (siswa) yang tidak hanya mendengar dan melihat

video dan suara, tetapi juga memberikan respons yang aktif, sehingga

respons itu yang menentukan kecepatan dan sekuens penyajian. Peralatan

yanga diperlukan antara lain komputer, videodisclaser, dan layar monitor.

Page 23: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

Compact video disc adalah sistem penyimpanan dan rekaman video,

dimana signal audio visual direkam pada disc plastik, bukan pada pita

magnetik,

Kemp dan Dayton (1985) mengelompokkan media kedalam delapan

jenis, diantaranya:

Media cetakan

Media panjang

Overhead transparancies

Rekaman audio-tape

Seri slide dan filmstrips

Penyajian multiimage

Rekaman video dan film hidup

Komputer

Media cetakan meliputi bahan-bahan yang disiapkan di atas kertas

untuk pembelajaran dan informasi. Di samping buku teks atau buku ajar,

termasuk pula lembaran penuntun, berupa daftar cek tentang langkah-

langkah yang harus diikuti ketika mengoperasikan seluruh peralatan atau

memeriksa peralatan. Lembaran ini berisi gambar atau foto di samping teks

penjelasan.

Penuntun belajar adalah bentuk media cetak lain yang

mempersiapkan dan mengarahkan siswa untuk maju ke unit berikutnya dan

menyelesaikan mata pelajaran. Di samping itu, ada pula penuntun guru yang

memberikan tuntunan dan bantuan kepada guru pada saat mempersiapkan

dan menyampaikan pelajaran. Jadi, penuntun guru meliputi bahasan yang

akan diajarkan. Bentuk lain dari media cetakan adalah brosur dan newsletter.

Brosur merupakan pengumuman atau pemberitahuan mengenai sesuatu

Page 24: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

program atau pelayanan, sedangkan newsletter berisikan laporan kegiatan

suatu organisasi.

Teks terprogram adalah salah satu jenis media cetakan yang banyak

digunakan. Dalam buku teks terprogram, informasi disajikan secara

terkendali. Dalam arti, bahwa siswa hanya memiliki akses untuk melihat

(dan membaca) teks yang diinginkan langkah demi langkah. Teks informasi

ini merupakan stimulus yang meminta siswa untuk memberikan respons,

kemudian siswa diberitahukan jawaban benar dengan membandingkan

jawabannya dengan jawaban yang disiapkan pada halaman buku itu. Dengan

tahapan demikian, siswa dapat meneruskan bacaannya apabila ia sudah

menguasai informasi yang disajikan, atau siswa akan diminta mengulang

membaca informasi yang serupa sebelum ia disajikan dengan informasi baru.

Beberapa kelebihan media cetakan, termasuk teks terprogram, adalah sebagai

berikut:

a) Siswa dapat belajar dan maju sesuai dengan kecepatan masing-

masing. Materi pelajaran dapat dirancang sedemikian rupa, sehingga mampu

memenuhi kebutuhan siswa, baik yang cepat maupun yang lamban membaca

dan memahami. Namun, pada akhirnya semua siswa diharapkan dapat

menguasai materi pelajaran itu.

b) Dapat mengulangi materi dalam media cetakan, sehingga akan

mengikuti ukuran pikiran secara logis

c) Perpaduan teks dan gambar dalam halaman cetak sudah merupakan

hal lumrah, perpaduan ini dapat menambah daya tarik, serta dapat

memperlancar pemahaman informasi yang disajikan dalam dua format

sekaligus, yaitu verbal dan visual

d) Khusus pada teks terprogram, siswa akan berpartisipasi atau

berinteraksi dengan aktif karena harus memberi respons terhadap pertanyaan

Page 25: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

dan latihan yang disusun, siswa dapat segera mengetahui apakah jawabannya

benar atau salah.

e) Meskipun isi informasi media cetak harus diperbaharui dan direvisi

sesuai dengan perkembangan dan temuan-temuan baru dalam bidang ilmu

itu, namun materi tersebut dapat direproduksi dengan ekonomis dan

didistribusikan dengan mudah.

Keterbatasan media cetakan adalah sebagai berikut:

a)Sulit menampilkan gerak dalam halaman media cetakan

b)Biaya pencetakan akan mahal apabila ingin menampilkan ilustrasi,

gambar, atau foto yang berwarna-warni

c)Proses pencetakan media seringkali memakan waktu beberapa hari

sampai berbulan-bulan, tergantung kepada peralatan percetakan dan

kerumitan informasi pada halaman cetakan

d)Pembagian unit-unit dalam media cetakan harus dirancang sedemikian

rupa, sehingga tidak terlalu panjang dan membosankan siswa

e)Umumnya media cetakan dapat membawa hasil yang baik jika tujuan

pelajaran itu bersifat kognitif, misalnya belajar tentang fakta dan

keterampilan. Jarang sekali, jika ada, media cetakan terutama teks

terprogram yang mencoba menekankan perasaan, emosi atau sikap

f) Jika tidak dirawat dengan baik, media cetakan cepat rusak atau hilang.

Page 26: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

Media cetakan pada umumnya digunakan untuk menyampaikan

pesan atau informasi di depan kelompok kecil. Media ini meliputi papan

tulis, flip chart, papan magnet, papan kain, papan buletin, dan pameran.

Media panjang yang paling sederhana dan hampir selalu tersedia adalah

papan tulis. Dengan perencanaan yang baik, papan tulis dapat menjadi alat

penyajian pelajaran yang efektif. Penyajian dengan flipchart sangat

menguntungkan untuk informasi visual seperti kerangka pikiran, diagram,

bagan (chart), atau grafik karena dengan mudah karton-karton lebar yang

disusun sebelum penyajian dibuka dan dibalik dan jika perlu dapat

ditunjukkan kembali kemudian.

Page 27: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

BAB 2

MEDIA PENDIDIKAN DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

A. Proses Belajar Mengajar

Dalam kedua istilah diatas terlihat adanya dua proses atau kegiatan,

yaitu: proses/kegiatan belajar dan proses/kegiatan mengajar. Kedua proses

tersebut seolah-olah tak terpisahkan satu sama lain. Orang menganggap

bahwa ada proses belajar tentu ada proses mengajar.

Seseorang belajar karena ada yang mengajar. Tapi benarkah itu?

Kalau mengajar kita pandang sebagai kegiatan atau proses yang terarah dan

terencana yang mengusahakan agar terjadi proses belajar pada diri seseorang,

pendapat tersebut tidaklah benar. Proses belajar dapat terjadi kapan saja dan

dimana saja terlepas dari ada yang mengajar atau tidak. Proses belajar terjadi

karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua

orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga liang lahat

nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya

perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut

menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan

keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap

(afektif). Namun tidak semua perubahan tingkah laku dapat dikategorikan ke

dalam belajar.

Kalau kita simpulkan, seseorang telah belajar kalau terdapat

perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tersebut hendak terjadi

sebagai akibat interaksinya dengan lingkungannya, tidak karena proses

pertumbuhan fisik atau kedewasaan; tidak karena kelelahan, penyakit yang

Page 28: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

diderita atau pengaruh obat-obatan. Perubahan tersebut harus bersifat relative

permanen, tahan lama dan menetap, tidak berangsung sesaat saja.

Dalam belajar haruskah ada yang mengajar? Guru memang buakan satu-

satunya sumber belajar. Mau tak mau sebagai guru atau instruktur suatu

latihan kita harus mengakui bahwa bukanlah satu-satunya sumber belajar.

Peserta didik, petugas perpustakaan, kepala sekolah, tutor, tokoh-tokoh

masyarakat atau orang-orang yang mempunyai kemampuan tertentu di

masyarakat juga merupakan sumber belajar. Mereka dapat digolongkan

sumber belajar jenis orang (people). Jenis sumber belajar yang lain adalah

pesan (massage) yaitu ajaran atau informasi yang akan dipelajari oleh peserta

didik. Materi-materi jenis pesan diantaranya:

Bahan (materials). Jenis ini bisa disebut dengan istilah perangkat lunak

atau software.

Alat (device), bisa disebut istilah hardware atau perangkat keras dan

digunakan untuk menyajikan pesan.

Teknik adalah prosedur rutin atau acuan yang disiapkan untuk

menggunakan alat, bahan, orang dan lingkungan untuk menyajikan pesan,

misalnya teknik demonstrasi, kuliah, ceramah,, Tanya jawab, pengajaran

terprogram dan belajar sendiri.

Lingkungan atau setting, memungkinkan siswa belajar. Misalnya:

gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium dan lain-lain baik yang

disengaja dirancang untuk belajar siswa atau dirancang untuk tujuan lain

tetapi kita memanfaatkan untuk belajar peserta didik.

Walaupun tugas, peranan dan fungsinya dalam proses belajar mengajar

sangat penting. Kalau dilihat dari sejarah perkembangan profesi guru, tugas

mengajar sebenarnya adalah pelimpahan dari tugas orang tua karena tidak

mampu lagi memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap tertentu

Page 29: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan berkembangnya ilmu

pengetahuan dan teknologi dan perkembangan masyarakat serta budaya pada

umumnya, berkembang pulalah tugas dan peranan guru, seiring dengan

berkembangnya jumlah anak yang memerlukan pendidikan.

Dulu pada zaman Socrates ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada

siswanya adalah hasil penemuan atau daaya pikir Socrates sendiri.

Perkembangan selanjutnya membuktikan bahwa situasi semacam itu tak

mungkin untuk dipertahankan.

B. Media Pendidikan

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak

dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.

Medoe adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima

pesan.

Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Assosiation of

Education and Communication Technology/AECT) di Amerika, membatasi

media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk

menyalurkan pesan atau informasi. Gagne (1970) menyatakan bahwa media

adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat

merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs (1970) berpendapat

bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta

merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai adalah

contoh-contohnya.

Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Assosiation/NEA)

menyebutkan bahwa pengertian media adalah bentuk-bentuk komunikasi

baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya

dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Persamaan dari setiap

pengertian media diatas bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga

Page 30: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian

siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

C. Perkembangan Media Pendidikan

Dilihat dari perkembangannya, pada mulanya media hanya dianggap

sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids). Alat bantu yang dipakai

adalah alat bantu visual, misalnya gambar, model, objek, dan alat-alat lain

yang dapat memberikan pengalaman konkret, motivasi belajar serta

mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Dengan masuknya

pengaruh teknologi audio pada sekitar abad ke-20, alat visual untuk

mengkonkretkan ajaran ini dilengkapi dengan alat audio sehingga kita kenal

adanya alat audio visual atau audio visual aids (AVA).

Bermacam peralatan dapat digunakan oleh guru untuk

menyampaikan pesan ajaran kepada siswa melalui penglihatan dan

pendengaran untuk menghindari verbalisme yang masih mungkin terjadi

kalau hanya digunakan alat bantu visual semata. Dalam usaha memanfaatkan

media sebagai alat bantu ini Edgar Dale mengadakan klasifikasi pengalaman

menurut tingkat dari yanga paling konkret ke yang paling abstrak. Klasifikasi

tersebut dikenal dengan nama kerucut pengalaman (cone of experience) dari

Edgar Dale dan pada saat itu dianut secara luas dalam menentukan alat bantu

apa yang paling sesuai untuk pengalaman belajar tertentu.

Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi mulai mempengaruhi

penggunaan alat bantu audio visual, sehingga selain sebagai alat bantu media

juga berfungsi sebagai penyalur pesan atau informasi belajar. Sejak saat itu,

alat audio visual bukan hanya dipandang sebagai alat bantu guru saja, tetapi

juga sebagai alat penyalur pesan atau media

Pada tahun 1960-1965 teori tingkah laku (behavioursm theory) ajaran

B. F. Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam kegiatan

pembelajaran. Menurut teori ini, mendidik adalah mengubah tingkah laku

Page 31: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

siswa. Jadi teori ini telah mendorong diciptakannya media yang dapat

mengubah tingkah laku siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Media

instruksional yang terkenal yang dihasilkan oleh teori ini adalah teaching

machine dan programmed instruction.

Pada tahun 1965-1970, pendekatan system (system approach) mulai

menampakkan pengaruhnya dalam kegiatan pendidikan dan kegiatan belajar.

Pendekatan system ini mendorong digunakannya media sebagai bagian

integral dalam program pembelajaran. Program pembelajaran memusatkan

perhatian pada siswa. Program pembelajaran ini direncanakan berdasarkan

kebutuhan dan karakteristik siswa.

Adanya konsep penggunaan multi media dalam kegiatan

pembelajaran karena adanya pengalaman para guru yang melihat tingkah

laku dan cara belajar siswa yang berbeda-beda. Ada siswa yang belajar lebih

cepat melalui media visual, sebagian melalui media audio, sebagian lebih

senang melalui media cetak, yang lain melalui media audiovisual, dan

sebagainya.

Sebagai pembawa pesan, media tidak hanya digunakan oleh guru,

tetapi dapat pula digunakan oleh siswa.

Page 32: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

D. Proses Belajar Mengajar sebagai Proses Komunikasi

Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi,

yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media

tertentu ke penerima pesan. Komponen-komponen yang terdapat di dalam

proses komunikasi adalah pesan, sumber pesan, saluran/media dan penerima

pesan. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran atau didikan yang

ada dalam kurikulum. Sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun

penulis buku dan produser media. Salurannya adalah media pendidikan dan

penerima pesannya adalah siswa atau juga guru.

Pesan berupa isi atau ajaran dan didikan yang ada di kurikulum

dituangkan oleh guru atau sumber lain ke dalam symbol-simbol komunikasi

baik komunikasi verbal maupun symbol non-verbal atau visual. Proses

penuangan pesan ke dalam symbol-simbol komunikasi itu disebut encoding.

Selanjutnya si penerima pesan menafsirkan symbol-simbol komunikasi

tersebut sehingga diperoleh pesan. Proses penafsiran symbol-simbol

komunikasi yang mengandung pesan-pesan tersebut disebut decoding. Ada

beberapa factor yang menjadi penghambat atau penghalang komunikasi yang

biasanya dikenal dengan istilah barriers atau noises.

Kegagalan proses komunikasi dalam proses belajar mengajar adalah

ketika guru menyampaikan suatu pesan, tetapi dari sekian siswa hanya da

beberapa siswa yang dapat menafsirkan pesan tersebut secara tepat.

Sebaliknya, keberhasilan proses komunikasi dalam proses belajar mengajar

dimana ketika sumber pesan menyampaikan isi pesannya melalui media dan

guru menyampaikan kepada para siswa, seluruh siswa dapat menafsirkan

pesan tersebut secara benar. Jadi dalam hal ini guru dan media harus bekerja

sama dalam menyajikan suatu pesan. Situasi lain menyebutkan proses belajar

jarak jauh. Dalam situasi ini, seperti penulis buku, modul atau prosedur

program-program audio, video maupun film merupakan sumber pesan. Jadi

Page 33: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

siswa berinteraksi dengannya secara tak langsung lewat media-media yang

mereka buat.

E. Kegunaan Media Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar

Kegunaan-kegunaan dari media pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat

verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka)

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti

misalnya:

a. Objek yang terlalu besar-bisa digantikan dengan realita,

gambar, film bingkai, film, atau model

b. Objek yang kecil-dibantu dengan proyektor mikro, film

bingkai, film, atau gambar

c. Gerak yang terlalu lambat atau yang terlalu cepat, dapat

dibantu dengan timelapse atau high-speed photography

d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa

ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun

secara verbal

e. Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat

disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain

f. Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim,

dan lain-lain) dapat divisualkan dalm bentuk film, film bingkai, gambar dan

lain-lain

3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi

dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan

berguna untuk:

a. Menimbulkan kegairahan belajar

Page 34: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

b. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak

didik dengan lingkungan dan kenyataan

c. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut

kemampuan dan minatnya

4. Adanya lingkungan dan pengalaman serta sifat setiap siswa

yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama

untuk setiap siswa. Media pendidikan dapat mengatasi masalah ini, yaitu

dengan kemampuannya dalam:

a. Memberikan perangsang yang sama

b. Mempersamakan pengalaman

c. Menimbulkan persepsi yang sama

Page 35: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

BAB 3

HYPNOTEACHING

F. Awal Mula dan Perkembangan Hipnotis

Sebagian besar masyarakt kita, terutama masyarakat awam, masih

banyak yang memandang negatif terhadap hipnotis. Ketika mendengar kata

hipnotis, mereka langsung mengaitkannya dengan dendam, kejahatan, pelet,

dan beberapa hal yang bersifat mistis ataupun magis lainnya. hal tersebut

tentu saja merupakan kesalahan besar karena mereka belum mengetahui apa

sebenarnya hipnotis ini.

Hipnotis tidak selalu berkonotasi negatif. Hipnotis adalah sesuatu

yang bisa dibuktikan secara ilmiah, bahkan secara logis. Hipnotis

mempunyai manfaat besar dalam kehidupan ini, baik bagi kesehatan fisik,

psikologis, dan hal-hal yang menyangkut patologi sosial.

Di negara-negara maju, hipnotis berkembang pesat dan dimanfaatkan

secara positif. Untuk itu, disana, hipnotis sudah sejak lama digunakan untuk

mengatasi masalah-masalah psikis dan fisik. Pada dasarnya, hipnotis

memang sebuah pengetahuan ilmiah, yang kemudian berkembang hingga

menjadi pengetahuan yang sejajar dengan pengetahuan ilmiah lainnya.

hipnotis juga bisa menjadi salah satu cara pengobatan yang aman. Bahkan, di

beberapa universitas di Amerika Serikat, hipnotis dipelajari hingga tingkat

doktoral.

Salah satu alasan mengapa di Barat hipnotis berkembang dengan

pesat ialah karena masyarakatnya mengetahui betul apa itu hipnotis dan

percaya bahwa hipnotis adalah sesuatu yang ilmiah. Sedangkan, masyarakat

Indonesia umumnya menganggap hipnotis sebagai sesuatu yang magis dan

Page 36: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

mistis, sehingga hipnotis sulit diterima. Apalagi, ditambah adanya statement

yang menganggap bahwa hipnotis adalah ilmu untuk memberdayakan orang,

berbuat tindak kejahatan, atau melakukan perbuatan yang merugikan lainnya.

Sehingga, hipnotis di tanah air semakin sulit diterima oleh masyarakat.

Maka dari itu, untuk menghindari terjadinya kesalahan persepsi yang

berkelanjutan, meskipun beberapa tahun terakhir ini masyarakat kita sudah

mulai menerima hipnotis, kita semua perlu mengetahui apa itu sebenarnya

hipnotis, yang akan dirunut dari penjelasan secara historis.

G. Hipnotis Tradisional

Tidak ada data yang pasti mengenai kapan pertama kali hipnotis

muncul, karena hipnotis ada sebelum sejarah tercatat. Intinya, hipnotis

adalah ilmu kuno yang muncul pada masa silam. Hipnotis sama tuanya

dengan sihir, ilmu tabib, ilmu perbintangan (astronomi), dan beberapa ilmu

mistis lainnya. hal tersebut bisa kita lihat dalam kitab-kitab kuno Mesir,

Yunani, India, Arab, dan lain-lain.

Pada beberapa kitab tersebut menyebutkan bahwa ternyata beribu-

ribu tahun lamanya masyarakat India, Mesir, Yunani, dan Arab sudah

mengenal semacam ilmu hipnotis. Mereka juga telah mengenal teknik-teknik

untuk melakukan hipnotis, seperti memusatkan pandangan, memberi pesan

ke dalam hati, dan lain sebagainya.

Pada zaman dahulu, hipnotis dipraktikkan dalam ritual agama

maupun ritual penyembuhan. Saat itu, bangsa Eropa tidak

memperhatikannya, bahkan pada abad pertengahan, hipnotis dicap sebagai

sihir dan dianggap sebagai ilmu yang menggunakan bantuan makhluk halus,

serta diidentikkan dengan kerahasiaan yang bersifat takhayul.

Seorang Raja Mesir yang bernama Papyrus, Kaisar Vespasian,

Francis I dari Prancis, dan para bangsawan dari Prancis lainnya, sampai

Page 37: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

Charles X, ternyata juga mempraktikkan cara pengobatan yang intinya

memberi sugesti kepada pasien untuk sembuh. Pada sebuah dinding kuil di

India, juga digambarkan suatu proses pengobatan saat pasien dalam kondisi

trance, yang dicapai melalui suatu tarian atau gerakan-gerakan monoton

dalam acara ritual penyembuhan.

Adapun sejarah hipnotis pada zaman tradisional adalah sebagai

berikut:

1. Zaman 4000 SM

Di Assyo Babylonia, data arkeologis menunjukkan adanya praktik

pengobatan oleh pendeta dengan memanfaatkan pembakaran dupa dan

pembacaan doa. Api digunakan agar pasien dapat berkonsentrasi. Pendeta

akan memandang mata si klien, dan pada saat yang sama akan disampaikan

doa permintaan kepada Tuhan untuk mengusir penyakit. Selama proses

penyembuhan, juga diiringi dengan bunyi-bunyian tifa dan gong.

2. Zaman 2000 SM

Wang Tai, seorang tokoh peletak dasar pengobatan Cina,

mengajarkan bagaimana memanfaatkan pikiran pasien untuk membantu

menghilangkan penyakit baik psikis maupun fisik. Dalam kitab agama

Hindu, Weda, mengajarkan metode agar pasien memfokuskan pikiran

terhadap organ tubuh tertentu yang memerlukan penyembuhan.

3. Zaman 1552 SM

Pada sebuah manuskrip di Mesir, dilaporkan bahwa ada praktik

dokter yang menyembuhkan pasiennya dengan cara tangan sang dokter

memegang kepala pasien, kemudian pasien menutup mata dan konsentrasi

Page 38: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

pada bagian tubuh yang sakit. Saat itu, dokter seperti memperoleh kekuatan

untuk menyingkirkan penyakit tersebut.

4. Zaman 1200 SM

Seorang dokter Yunani, Aesclepius, melakukan ritual penyembuhan

dengan membuat bangunan suci tidur. Dalam metodenya, pasien diminta

tidur dan mendapatkan penyembuhan penyakit melalui mimpi.

5. Zaman 1000 SM

Di Mesir, terdapat bangunan suci yang dipergunakan khusus untuk

ritual penyembuhan. Saat itu, pendeta akan melakukan penyembuhan dengan

kekuatan sentuhan dan kata-kata kepada pasiennya.

6. Zaman 928 SM

Di Yunani, seorang dokter yang bernama Chiron melakukan operasi

dengan membuat pasien terlebih dahulu masuk dalam keadaan trance yang

diperoleh melalui hirupan aroma wewangian dan mendengarkan lantunan

do’a.

7. Zaman 400-377 SM

Dokter Yunani, yakni Hippocrates, memperkenalkan keadaan trance

yang merupakan proses penyembuhan sekaligus sebagai bagian dari upacara

kelulusan. Ia mempercayai bahwa karakter, kepribadian, dan sikap mental

pasien berkaitan erat dengan tipe penyakit yang diderita. Bahkan, ia

mengatakan bahwa jauh lebih penting mengenal orang yang mengalami

penyakit tertentu daripada mengetahui penyakit apa yang dialami orang

tersebut. ia juga mengungkapkan bahwa rasa sakit yang dialami oleh tubuh

sebenarnya juga bisa dilihat oleh sang jiwa sambil menutup mata.

Page 39: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

8. Zaman 300-270 SM

Raja Phyrus dari Mesir adalah raja dan pendeta yang menyiapkan

tempat untuk berdo’a sekaligus tempat penyembuhan. Ia memberi nama

tempat tersebut dengan sebutan Bangunan Suci Tidur. Para peneliti

menemukan pula dokumen dan gambar yang menunjukkan posisi tubuh

pasien yang dinyatakan sering terinduksi dan mengalami trance.

9. Zaman 70 SM

Kaisar Roma, Vespassian, mengatakan bahwa ia bisa melakukan

penyembuhan hanya dengan menggunakan sentuhan. Kitab Injil menyatakan

fenomena penyembuhan alamiah bisa dilakukan melalui jiwa, tubuh, hingga

kekuatan supranatural. Dengan keyakinan kepada Tuhan, maka munculnya

penyakit menandakan adanya hukuman, sehingga kesembuhan dimaknai

sebagai sebuah pemaafan.

10. Tahun 1060 M

Sementara itu, pada tahun 1060 M, Raja Edward dari Inggris

menyatakan bahwa ia dapat melakukan penyembuhan penyakit melalui

sentuhan kepada pasiennya.

Page 40: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

H. Magnetisme dan Mesmerisme yang Menjadi Cikal Bakal Hipnotis

Modern

Setelah masa tradisional, hipnotis berkembang dan mulai memasuki

era yang disebut dengan magnetisme dan mesmerisme. Mesmerisme berasal

dari kata “mesmer” yang merupakan nama seorang dokter asal Austria yang

hidup pada tahun 1734-1815. Ia mempunyai nama lengkap Franz Anton

Mesmer, yang kemudian dianggap sebagai Bapak Hipnotis Modern karena

dianggap orang pertama yang meletakkan dasar-dasar hipnotisme modern.

Pada masa itu, hipnotis lebih dikenal dengan istilah magnetisme.

Magnetisme adalah teori seputar teknik medan magnet yang dikembangkan

berbeda dengan hipnotis yang dipelajari saat ini. Mesmer beranggapan

bahwa tubuh surgawi memberi makan tubuh manusia melalui magnet. Ia

juga berkeyakinan bahwa magnet mampu mengobati berbagai macam

penyakit.

Gambar 2. Franz Anton Mesmer

Melalui tesisnya, Mesmer meyakini bahwa terdapat kekuatan

magnetik dan cairan universal yang berfungsi menjaga keseimbangantubuh

Page 41: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

manusia. Apabila cairan dalam tubuhnya tersumbat atau tidak lancar, maka

ia akan sakit, baik secara fisik maupun mental.

Mesmer mengkalim bahwa dirinya memiliki kekuatan magnetis yang

mampu melepaskan sumbatan dan memperlancar aliran cairan dalam tubuh

dan menyembuhkan penyakit manusia. Teorinya yang terdengar ilmiah itu

bertepatan dengan penemuan listrik dan perkembangan astronomi pada masa

itu. Ia diyakini sebagai dokter pertama yang memahami hubungan trauma

psikologi terhadap penyakit. Ia juga memperkenalkan keadaan trance kepada

pasien yang kelak dikenal sebagai mesmerisme, yang dengan sukses mampu

mengatasi kelainan pada saraf.

Metode tersebut kemudian dinamakan sebagai animal magnetism dan

populer dengan sebutan mesmerisme. Teknik ini menjadi dasar bagi

hipnoterapi modern. Melalui efek sugesti yang ditimbulkan dalam proses

pengobatannya, banyak pasien yang berhasil disembuhkan, sehingga

membuat Mesmer semakin terkenal dan kaya, serta menimbulkan pro dan

kontra di kalangan dokter pada saat itu.

Pada tahun 1784, Raja Louis XVI membentuk komite khusus untuk

menyelidiki metode pengobatan Mesmer, yang beranggotakan Antoine

Lavoisier (ahli kimia), Joseph Ignace Guillotin (dokter dan ahli fisika), Jean

Silvain Bailly (ahli Astronomi), dan Benjamin Franklin (Duta Besar

Amerika Serikat). Komite tersebut menyimpulkan bahwa kesembuhan yang

dialamin pasien adalah akibat dari kepercayaan dan imajinasinya, serta tidak

terjadi karena transfer energi yang tidak tampak (animal mesmerisme) dari

mesmerisme (orang yang ahli pengobatan Mesmer) kepada pasiennya.

Mesmer memulai perjalanannya saat mengamati rohaniwan Jesiut di

Paris yang bernama Father Hell yang berhasil menyembuhkan orang-orang

sakit dengan mengetuk pelan sebuah salib besi ke kepala mereka. Dari hal

itu, Mesmer kemudia mengembangkan teori animan magnetism-nya. Ia

Page 42: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

meyakini bahwa pada setiap tubuh manusia terdapat fluidium magnetis.

Ketika cairan tersebut mengalir ancar, maka segala hal dalam tubuh

berlangsung secara sempurna karena aliran fluidium magnetis dalam tubuh

terhalang. Ia lalu menjalankan lempengan logam melalui tubuh pasien guna

melancarkan aliran cairan tersebut.

Metode terapi yang dilakukan Mesmer adalah dengan mengisi penuh

sebuah bak dengan air, lalu diisi besi magnet. Pasien yang ingin diobati

diminta memegang besi dalam bak air tersebut. Jika pasiennya lebih dari

satu, mereka diminta memegang kabel yang menghubungkan satu sama lain,

dengan maksud agar energi magnet tersebut mengalir ke setiap tubuh

mereka.

Kemudian, saat pengobatan, Mesmer melakukan sebuah drama

penyembuhan yang menimbulkan efek sugesti yang kuat. Hal ini membuat

pasien yang ada menjadi terhanyut dalam imajinasi drama tersebut. Ada juga

pasien yang mengalami halusinasi, sehingga seolah-oleh melihat tangan

Mesmer mengeluarkan asap atau energi. Pada sesi terakhir proses

penyembuhan, ia menyentuh pasien sambil memberi sugesti bahwa pasien

sudah disembuhkan.

Sebenarnya, orang yang pertama kali menggunakan media magnet

dalam pengobatan adalah Paracelsus (1493-1541). Ia adalah ahli kimia,

seorang dokter, ahli astrologi, dan ahli okultisme dari Swiss. Magnetisme

Mesmer yang kemudian lebih terkenal di kemudian hari itu mengadopsi dari

magnetisme Paracelsus. Sebagaimana yang terjadi pada pengobatan Mesmer,

banyak juga pasien yang menyatakan bahwa mereka sembuh setelah

tubuhnya dilewati magnet oleh paracelsus.

Setelah itu, muncullah nama Abbe Faria, seorang pendeta Portugis

yang mengklaim bahwa fenomena magnetisme terjadi karena kekuatan

pengharapan dan kerja sama dari dalam pikiran pasien. Teori Faria ini

Page 43: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

dikembangkan oleh penerusnya dan memberikan kontribusi besar terhadap

teknik autosugesti.

I. Hipnotis Konvensional

Setelah itu, james Braid, seorang dokter dari negara Inggris pada

abad ke-19 melakukan penyelidikan dalam bidang hipnotis. Ia kemudian

membuktikan bahwa hipnotis bersifat psikologis. Hal itu menjadikannya

sebagai orang pertama yang menggunakan dan memperkenalkan istilah

hipnotis atau hipnotisme untuk menggantikan mesmerisme dan magnetisme.

Ia pun kemudian disebut sebagai Bapak Hipnotis.

Sebagaimana telah dijelaskan, James Braid adalah orang pertama

yang mencoba menjelaskan fenomena mesmerisme dari sudut pandang ilmu

psikologi. Pada tahun 1841, ia melakukan pemeriksaan media pertama

terhadap seorang subjek yang berada dalam kondisi trance mesmerisme.

Setelah pemeriksaan pertama, ia memulai eksperimen pribadi dan

melibatkan rekan kerja yang ia percaya. Dari hasil penelitian yang ia

lakukan, akhirnya hipnotis dapat dijelaskan dalam kerangka ilmiah dan

diterima sebagai suatu teknik pengobatan oleh dunia kedokteran Inggris.

Dalam penelitiannya, Braid menemukan bahwa pemfokusan

pandangan mata (eye fixation) mengakibatkan suatu kondisi kelelahan,

misalnya kelopak mata menjadi sangat lelah, sehingga tidak bisa dibuka oleh

subjek. Ia beranggapan bahwa itu adalah kunci mesmerisme.

Page 44: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

Gambar 3. James Braid

James Braid mempercayai bahwa keadaan hypnos adalah suatu

bentuknervous sleep (sarap tertidur) yang diakibatkan oleh perhatian terus-

menerus (fokus) pada objek tertentu. Saat ia bekerja sama dengan Profesor

Willian Benjamin Carpenter, seorang neuropsikolog yang memperkenalkan

teori sugesti ideomotor reflex, ia kemudian mengasimilasikan pengamatan

Carpenter pada teorinya sendiri dan menyadari bahwa pengaruh fokus

perhatian adalah untuk meningkatkan respons ideomotor refleks.

J. Langkah-langkah Dasar menjadi Guru yang Menguasai

Hypnoteaching

Dalam melakukan Hypnoteaching, hanya diperlukan langkah-langkah

sederhana. Berikut ini adalah langkah-langkah dasar yang wajib dilakukan

agar dapat menguasai jurus menjadi guru yang menguasai Hypnoteaching:

1. Niat dan Motivasi dalam diri sendiri

Kesuksesan seseorang tergantung pada niat dalam dirinya untuk

mencapai kesuksesan tersebut.

2. Pacing

Berarti menyamakan posisi, gerak tubuh, bahasa, serta gelombang otak

dengan orang lain atau siswa.

Page 45: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

3. Leading

Memiliki pengertian memimpin atau mengarahkan sesuatu.

4. Gunakan Kata Positif

Penggunaan kata positif ini sesuai dengan cara kerja ikiran bawah sadar

yang tidak mau menerima kata negative.

5. Berikan Pujian

Pujian merupakan reward atas peningkatan harga diri seseorang. Pujian

merupakan salah satu cara untuk membentuk konsep diri seseorang.

6. Modeling

Adalah proses memberi teladan melalui ucapan dan perilaku yang

konsisten dan merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam

Hypnoteaching.

K. Tips Memaksimalkan Pembelajaran Hypnoteaching

Adapun beberapa tips dalam memaksimalkan pembelajaran Hypnoteaching

adalah sebagai berikut:

1. Menguasai Materi secara Komprehensif

2. Libatkan Siswa secara Aktif

3. Upayakan untuk Melakukan Interaksi Informal dengan Siswa

4. Berikan Siswa Kewenangan dan Tanggung Jawab atas Belajarnya

5. Yakinkan bahwa Setiap Siswa Memiliki Cara Belajar yang Berbeda-

Beda

6. Yakinkan siswa bahwa meraka mampu berhasil dalam pelajaran

7. Beri kesempatan kepada siswa untuk melakukan sesuatu secara

kolaboratif atau kooperatif

8. Upayakan materi yang disampaikan kontekstual

9. Berikan umpan balik dengan cepat dan bersifat deskriptif

10. Tingkatkan jam terbang

Page 46: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

L. Cara Pelaksanaan Metode pembelajaran Hypnoteaching

Hipnotis adalah suatu hal yang memiliki kekuatan tersendiri.Dan, tidak bisa

dipungkiri bahwa hipnotis dapat digunakan sebagai sarana untuk

mempengaruhi orang lain, baik dalam hal positif maupun negative.Adapun

segi positifnya adalah hipnotis sangat ampuh untuk mengoptimalkan

kegiatan belajar mengajar, yang kemudian berujung pada keuntungan, karena

dalam menumbuhkan siswa-siswa yang pintar.

Dalam konteks ini, seorang guru tentu saja perlu belajar untuk menggunakan

hipnotis dalam pengajarannya. Hipnotis dapat diaplikasikan untuk

meningkatkan daya ingat, kreatifitas, focus, menembus batasan mental (self

limiting mental block), dan lain sebagainya dalam diri siswa.

Mengajar dengan metode hipnotis (Hypnoteaching) adalah sebuah metode

mutakhir yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar, baik secara

formal maupun nonformal.Akan tetapi, metode ini masih dalam eksperimen

dan banyak kemungkinan untuk dikembangkan sesuai dengan situasi,

kondisi dan karakteristik material di dunia keguruan.

Adapun cara hipnoteaching ini, yaitu gelombang otak siswa harus diturunkan

dari kondisi beta menjadi alpha, bahkan theta. Hal ini bertujuan agar ia lebih

mudah menerima informasi secara efektif dalam pikiran bawah sadarnya.

Agar kondisi tersebut bisa tercapai, seorang guru harus bisa menghipnotis

siswa kedalam kondisi rileks atau masuk ke alam bawah sadar, dengan

menggunakan bahasa-bahasa yang dapat membuatnya rileks dan nyaman.

Selain itu, dalam proses hipnoteaching, juga diperlukan teknik imprivisasi

yang bagus, intonasi suara diatur, bersifat persuasive penuh bujukan,

kualitas, vocal dan pemilihan kata. Ketika siswa berada pada gelombang otak

alpha, saat itu guru memasukan afirmasi positif atau sugesti positif kedalam

43

Page 47: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

pikiran bawah sadarnya.Afirmasi ini merupakan ucapan-ucapan positif untuk

menggantikan nilai-nilai negative dalam pikiran bawah sadarnya.

Kekuatan kata yang berasal dari guru harus benar-benar memberikan

pengaruh kuat kepada siswa.ini biasanya dilakukan dengan memberikan

dorongan kuat yang positif dan meniadakan kata-kata yang memiliki

konotasi negasi. Untuk mendukung hal tersebut, dibutuhkan keterampilan

dalam memilih kata-kata yang pas bagi usia siswa itu sendiri.

5. Latihan Hipnotis untuk Guru

Setiap guru memiliki potensi yang dapat melakukan Hypnoteaching, karena

metode ini merupakan keterampilan yang dapat dipelajari.Untuk dapat

menumbuhkan kemampuan Hypnoteaching terdapat beberapa langkah yang

dapat dilakukan olehnya.

1. Biasakan mengucapkan lafal-lafal dengan fasih

Fasih berarti mengucapkan kata-kata dengan jelas.

2. Belajar menggunaka intonasi yang bervariasi

Anggap kelas adalah tempat kita memerankan suatu tokoh dalam sebuah

drama

3. Hilangkan penggunaan kata jeda

Seorang ahli hipnotis mampu menguraikan kata secara spontanitas, tanpa

ada jeda kata yang terlalu lama, apalagi mengeluarkan kata-kata jeda dan

sejenisnya.

4. Biasakan mengatakan ide yang terlintas dalam pikiran kita, meskipun

tidak nyambung

Kebiasaan ini akan membantu kita untuk membantu mengucapkan ide

yang datang secara tiba-tiba.

5. Biasakan menatap tajam objek yang diajak biacara

44

Page 48: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

Tatapan mata adalah tanda bahwa seseorang ingin menyampaikan

sesuatu kepada orang yang ditujunya.

6. Gerakan anggota badan kita secara dinamis

Gerakan badan badan dalam sebuah dialog menunjukan bahwa sesuatu

itu sangat penting dan dahsyat.

7. Gunakan media yang efektif

Memanfaatkan media sangat membantu agar orang yang diajak bicara

mampu menangkap pesan secara lebih lengkap ketimbang pembicaraan

saja.

8. Biasakan menggunakan kata-kata yang memotivasi

Kata-kata yang bisa memotivasi sangat membantu seseorang untuk

mengikuti apa yang kita inginkan. Dengan demikian pemilihan kata yang

tepat pun sangat diperlukan.

9. Biasakan menyampaikan pesan dengan sepenuh hati

Membiasakan diri untuk menyampaikan pesan dengan sepenuh hati

adalah kunci yang menentukan keberhasilan ketika kita hendak mengajak

orang lain mengikuti keinginan kita.

6. Prinsip dalam Pelaksanaan Hypnoteaching agar Tujuan

Pembelajaran dapat Tercapai

Pembelajaran dengan menggunakan hipnotis tentu saja berbeda dengan

model pembelajaran lainnya, sehingga terdapat beberapa hal yang harus

dibedakan dalam pelaksanaannya. Hal ini dilakukan supaya pelaksanaan

pembelajaran dengan model Hypnoteaching bisa berjalan secara efektif dan

mendapatkan hasil yang maksimal. Adapun beberapa langkah yang perlu

dilakukan oleh guru agar bisa mencapai tujuan pembelajaran dengan baik

adalah sebagai berikut:

45

Page 49: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

1. Mengudentifikasi terlebih dahulu kebutuhan siswa.

2. Merencanakan pembelajaran dengan mengaitkan media hipnotis, seperti

suara, gambar, tulisan, gerak dan simbol-simbol.

3. Memulai mengajar sesuai dengan rencana yang telah dibuat, seperti

melakukan induksi (cara untuk masuk ke dalam keadaan fokus.

4. Melakukan afirmasi (menyatakan sesuatu yang positif tentang diri

sendiri) sebagai bahan untuk memunculkan gagasan dari siswa.

5. Melakukan visualisasi sebagai sarana agar siswa dapat memproduksi

gagasan sebanyak-banyaknya berkaitan dengan topik pembelajaran hari

itu.

6. Melakukan evaluasi.

7. Sebelum pembelajaran berakhir, dilakukan refleksi tentang sesuatu yang

dialami oleh siswa.

7. Metode Pembelajaran Hypnoteaching

Salah satu unsur hipnotis dalam proses pembelajaran adalah menggunakan

alat peraga atau mengeluarkan ekspresi diri, jika perlu seluruh anggota badan

dapat digerakan. Adapun salah satu keberhasilan metode Hypnoteaching

adalah menggunakan teknik cerita dan kisah tentang orang-orang sukses

sebagai upaya untuk memotivasi siswa.adapun beberapa metode dalam

pembelajaran Hypnoteaching tersebut adalah:

1. Semua siswa dipersilahkan duduk dengan rilex.

2. Kosongkan fikiran untuk sesaat.

3. Tarik nafas panjang melalui hidung, lalu hembuskan lewat mulut.

4. Lakukan terus secara berulang dengan pernafasan yang teratur.

5. Berikan sugesti pada setiap tarikan nafas supaya badan terasa rilex.

6. Lakukan terus-menerus dan berulang, kata-kata sugesti yang akan

membuat suyet nyenyak dan tertidur.

46

Page 50: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

7. Perhatikan posisi kepala dari semua suyet. Bagi yang sudah tidur, akan

tampak tertunduk atau leher tidak mampu menahan beratnya kepala.

8. Berikan sugesti positif, seperti fokus pada pikiran, peka terhadap

pendengan, fresh otak dan pikiran, serta kenyamanan pada seluruh badan.

9. Jika dirasa sudah cukup, bangunkan suyet secara bertahap dengan

melakukan hitungan 1-10 maka, pada hitungan ke 10 akan tersadar dalam

kondisi segar bugar.hanyalah salah satu dari beberapa metode yang dapat

dilaksanakan dalam proses pembelajaran yang efektivitas dan

efisiensinya sangat tergantung kepada pelaku, objek, situasi dan kondisi

pembelajaran. Oleh karena itu sebelum seorang guru memutuskan untuk

menggunakan metode Hypnoteaching, dibutuhkan analisis karena semua

daya dukung yang mampu membantu terlaksananya metode ini.

47

Page 51: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

BAB 4

MEMBUAT MEDIA YANG BAIK

M.KRITERIA PEMILIHAN MEDIA

Media pembelajaran yang beraneka ragam jenisnya tentunya

tidak akan digunakan seluruhnya secara serentak dalam kegiatan

pembelajaran, namun hanya beberapa saja. Untuk itu perlu di lakukan

pemilihan media tersebut. Agar pemilihan media pembelajaran

tersebut tepat, maka perlu dipertimbangkan faktor/kriteria-kriteria

dan langkah-langkah pemilihan media. Kriteria yang perlu

dipertimbangkan guru atau tenaga pendidik dalam memilih media

pembelajaran menurut Nana Sudjana (1990: 4-5) yakni 1) ketepatan

media dengan tujuan pengajaran; 2) dukungan terhadap isi bahan

pelajaran; 3) kemudahan memperoleh media; 4) keterrampilan guru

dalam menggunakannya; 5) tersedia waktu untuk menggunakannya;

dan 6) sesuai dengan taraf berfikir anak. Sepadan dengan hal itu I

Nyoman Sudana Degeng (1993; 26-27) menyatakan bahwa ada

sejumlah faktor yang perlu dipertimbangkan guru/pendidik dalam

memilih media pembelajaran, yaitu: 1) tujuan instruksional; 2)

keefektifan; 3) siswa; 4) ketersediaan; 5) biaya pengadaan; 6) kualitas

teknis. Selanjutnya menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti

(1992/1993: 67-68) kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam

pemilihan media yaitu: 1) tujuan; 2) karakteristik siswa; 3) alokasi

waktu; 4) ketersediaan; 5) efektivitas; 6) kompatibilitas; dan 7) biaya.

Berkaitan dengan pemilihan media ini, Azhar Arsyad (1997:

76-77) menyatakan bahwa kriteria memilih media yaitu: 1) sesuai

48

Page 52: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

dengan tujuan yang ingin dicapai; 2) tepat untuk mendukung isi

pelajaran; 3) praktis, luwes, dan tahan; 4) guru terampil

menggunakannya; 5) pengelompokan sasaran; dan 6) mutu teknis.

Selanjutnya Brown, Lewis, dan Harcleroad (1983: 76-77)

menyatakan bahwa dalam memilih media perlu mempertimbangkan

kriteria sebagai berikut: 1) content; 2) purposes; 3) appropriatness;

4) cost; 5) technical quality; 6) circumstances of uses; 7) learner

verification, and 8) validation.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditegaskan bahwa pada

prinsipnya pendapat-pendapat tersebut memiliki kesamaan dan saling

melengkapi. Selanjutnya menurut hemat penulis yang perlu

dipertimbangkan dalam pemilihan media yaitu tujuan pembelajaran,

keefektifan, peserta didik, ketersediaan, kualitas teknis, biaya,

fleksibilitas, dan kemampuan orang yang menggunakannya serta

alokasi waktu yang tersedia. Untuk memperoleh gambaran yang jelas

tentang hal ini akan diuraikan sebagai berikut:

1. Tujuan pembelajaran. Media hendaknya dipilih yang dapat

menunjang pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan

sebelumnya, mungkin ada sejumlah alternatif yang dianggap cocok untuk

tujuan-tujuan itu. Sedapat mungkin pilihlah yang paling cocok. Kecocokan

banyak ditentukan oleh kesesuaian karakteristik tujuan yang akan dicapai

dengan karakteristik media yang akan digunakan.

2. Keefektifan. Dari beberapa alternatif media yang sudah

dipilih, mana yang dianggap paling efektif untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.

3. Peserta didik. Ada beberapa pertanyaan yang bisa diajukan

ketika kita memilih media pembelajaran berkait dengan peserta didik,

seperti: apakah media yang dipilih sudah sesuai dengan karakteristik peserta 49

Page 53: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

didik, baik itu kemampuan/taraf berpikirnya, pengalamannya, menarik

tidaknya media pembelajaran bagi peserta didik? Digunakan untuk peserta

didik kelas dan jenjang pendidikan yang mana? Apakah untuk belajar

secara individual, kelompok kecil, atau kelompok besar/kelas? Berapa

jumlah peserta didiknya? Di mana lokasinya? Bagaimana gaya belajarnya?

Untuk kegiatan tatap muka atau jarak jauh? Pertanyaan-pertanyaan tersebut

perlu dipertimbangkan ketika memilih dan menggunakan media dalam

kegiatan pembelajaran.

4. Ketersediaan. Apakah media yang diperlukan itu sudah

tersedia? Kalu belum, apakah media itu dapat diperoleh dengan mudah?

Untuk tersedianya media ada beberapa alternatif yang dapat diambil yaitu

membuat sendiri, membuat bersama-sama dengan peserta didik, meminjam

menyewa, membeli dan mungkin bantuan.

5. Kualitas teknis. Apakah media media yang dipilih itu kualitas

baik? Apakah memenuhi syarat sebagai media pendidikan? Bagaimana

keadaan daya tahan media yang dipilih itu?

6. Biaya pengadaan. Bila memerlukan biaya untuk pengadaan

media, apakah tersedia biaya untuk itu? Apakah yang dikeluarkan seimbang

dengan manfaat dan hasil penggunaannya? Adakah media lain yang mungkin

lebih murah, tetapi memiliki keefektifan setara?

7. Fleksibilitas (lentur), dan kenyamanan media. Dalam memilih

media harus dipertimbangkan kelenturan dalam arti dapat digunakan dalam

berbagai situasi dan pada saat digunakan tidak berbahaya.

8. Kemampuan orang yang menggunakannya. Betapapun

tingginya nilai kegunaan media, tidak akan memberi manfaat yang banyak

bagi orang yang tidak mampu menggunakannya.

9. Alokasi waktu, waktu yang tersedia dalam proses

pembelajaran akan berpengaruh terhadap penggunaan media pembelajaran.

Untuk itu ketika memilih media pembelajaran kita dapat mengajukan 50

Page 54: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

beberapa pertanyaan seperti; apakah dengan waktu yang tersedia cukup

untuk pengadaan media, apakah waktu yang tersedia juga cukup untuk

penggunaannya.

N. LANGKAH-LANGKAH PEMILIHAN MEDIA

Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam pemilihan

media pembelajaran. Pendapat Gagne dan Briggs yang dikutip oleh

Mohammad Ali (1984: 73) menyarankan langkah-langkah dalam

memilih media pengajaran yaitu: 1) merumuskan tujuan

pembelajaran, 2) mengklasifikasi tujuan berdasarkan domein atau

tipe belajar, 3) memilih peristiwa-peristiwa pengajaran yang akan

berlangsung, 4) Menentukan tipe perangsang untuk tiap peristiwa, 5)

mendaftar media yang dapat digunakan pada setiap peristiwa dalam

pengajaran, 6) Mempertimbangkan (berdasarkan nilai kegunaan)

media yang dipakai. 7) Menentukan media yang terpilih akan

digunakan, 8) menulis rasional (penalaran) memilih media tersebut,

9) Menuliskan tata cara pemakaiannya pada setiap peristiwa, dan 10)

Menuliskan script pembicaraan dalam penggunaan.media. Selaras

dengan hal tersebut, Anderson (1976) menyarankan langkah-langkah

yang perlu ditempuh dalam pemilihan media pembelajaran, yaitu:

1. Langkah 1: Penerangan atau Pembelajaran

Langkah pertama menentukan apakah penggunaan media

untuk keperluan informasi atau pembelajaran. Media untuk keperluan

informasi, penerima informasi tidak ada kewajiban untuk dievaluasi

kemampuan/keterampilannya dalam menerima informasi,

sedangkankan media untuk keperluan pembelajaran penerima

pembelajaran harus menunjukkan kemampuannya sebagai bukti

bahwa mereka telah belajar.51

Page 55: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

2. Langkah 2: Tentukan Transmisi Pesan

Dalam kegiatan ini kita sebenarnya dapat menentukan pilihan,

apakah dalam proses pembelajaran akan digunakan ‘alat bantu

pengajaran’ atau ‘media pembelajaran’. Alat bantu pengajaran alat

yang didesain, dikembangkan, dan diproduksi untuk memperjelas

tenaga pendidik dalam mengajar. Sedangkan media pembelajaran

adalah media yang memungkinkan terjadinya interaksi antara produk

pengembang media dan peserta didik/pengguna. Atau dengan kata

lain peran pendidik sebagai penyampai materi pembelajaran

digantikan oleh media.

3. Langkah 3: Tentukan Karakteristik Pelajaran

Asumsi kita bahwa kita telah menyusun disain pembelajaran,

dimana kita telah melakukan analisis tentang mengajar, merumuskan

tujuan pembelajaran, telah memilih materi dan metode. Selanjutnya

perlu dianalisis apakah tujuan pembelajaran yang telah ditentukan itu

termasuk dalam ranah kognitif, afektif atau psikomotor. Masing-

masing ranah tujuan tersebut memerlukan media yang berbeda.

4. Langkah 4: Klasifikasi Media

Media dapat diklasifikasikan sesuai dengan ciri khusus

masing-masing media. Berdasarkan persepsi dria manusia normal

media dapat diklasifikasikan menjadi media audio, media video, dan

audio visual. Berdasarkan ciri dan bentuk fisiknya media dapat

dikelompokkan menjadi media proyeksi (diam dan gerak) dan media

non proyeksi (dua dimensi dan tiga dimensi). Sedangkan jika

diklasifikasikan berdasarkan keberadaannya, media dikelompokkan

menjadi dua yaitu media yang berada di dalam ruang kelas dan

media-media yang berada di luar ruang kelas. Masing-masing media

52

Page 56: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan bila dibandingkan

dengan media lainnya.

5. Langkah 5: Analisis karakteristik masing-masing media.

Media pembelajaran yang banyak macamnya perlu dianalisis

kelebihan dan kekurangannya dalam mencapai tujuan pembelajaran

yang telah ditetapkan. Pertimbangan pula dari aspek ekonomi dan

ketersediaannya. Dari berbagai alternatif kemudian dipilih media

yang paling tepat.

O. PRINSIP-PRINSIP PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN

Penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran

akan memberi kontribusi terhadap efektivitas pencapaian tujuan

pembelajaran. Berbagai hasil penelitian pada intinya menyatakan

bahwa berbagai macam media pembelajaran memberikan bantuan

sangat besar kepada peserta didik dalam proses pembelajaran. Namun

demikian peran tenaga pengajar itu sendiri juga menentukan terhadap

efektivitas penggunaan media dalam pembelajaran. Peran tersebut

tercermin dari kemampuannya dalam memilih media yang

digunakan.

Penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran

perlu mempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu:

1. Tidak ada satu media pun yang paling baik untuk semua

tujuan. Suatu media hanya cocok untuk tujuan pembelajaran tertentu, tetapi

mungkin tidak cocok untuk pembelajaran yang lain.

2. Media adalah bagian integral dari proses pembelajaran. Hal

ini berarti bahwa media bukan hanya sekedar alat bantu mengajar guru saja,

tetapi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran.

Penetapan suatu media haruslah sesuai dengan komponen lain dalam

perancangan pembelajaran. Tanpa alat bantu mengajar mungkin 53

Page 57: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

pembelajaran tetap dapat berlangsung, tetapi tanpa media itu tidak akan

terjadi.

3. Media apapun yang hendak digunakan, sasaran akhirnya

adalah untuk memudahkan belajar peserta didik. Kemudahan belajar peserta

didik haruslah dijadikan acuan utama pemilihan dan penggunaan suatu

media.

4. Penggunaan berbagai media dalam satu kegiatan

pembelajaran bukan hanya sekedar selingan/pengisi waktu atau hiburan,

melainkan mempunyai tujuan yang menyatu dengan pembelajaran yang

berlangsung.

5. Pemilihan media hendaknya objektif, yaitu didasarkan pada

tujuan pembelajaran, tidak didasarkan pada kesenangan pribadi tenaga

pengajar.

6. Penggunaan beberapa media sekaligus akan dapat

membingungkan peserta didik. Penggunaan multi media tidak berarti

menggunakan media yang banyak sekaligus, tetapi media tertentu dipilih

untuk tujuan tertentu dan media yang lain untuk tujuan yang lain pula.

7. Kebaikan dan kekurangan media tidak tergantung pada

kekonkritan dan keabstrakannya saja. Media yang konkrit ujudnya, mungkin

sukar untuk dipahami karena rumitnya, tetapi media yang abstrk dapat pula

memberikan pengertian yang tepat.

P. POLA PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN

Secara umum pola penggunaan media pembelajaran

dikelompokkan menjadi dua yaitu pola penggunaan di dalam kelas

dan pola penggunaan di luar kelas. Pola penggunaan di dalam kelas

atau pada pembelajaran tatap muka, media pembelajaran digunakan

untuk menunjang penyajian materi pembelajaran sehingga lebih

54

Page 58: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

mudah dipahami peserta didik yang pada akhirnya tujuan

pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai dengan baik.

Sedangkan pola penggunaan media pembelajaran di luar kelas, media

pada umumnya digunakan untuk belajar mandiri dan belajar jarak

jauh. Media yang digunakan antara lain modul, kaset/CD, VCD dan

internet.

Q. LANGKAH-LANGKAH PENGGUNAAN MEDIA

PEMBELAJARAN

Media pembelajaran yang telah dipilih agar dapat digunakan

secara efektif dan efisien perlu menempuh langkah-langkah secara

sistematis. Ada tiga langkah yang pokok yang dapat dilakukan yaitu

persiapan, pelaksanaan/penyajian, dan tindak lanjut.

8. Persiapan

Persiapan maksudnya kegiatan dari seorang tenaga pengajar

yang akan mengajar dengan menggunakan media pembelajaran.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan tenaga pengajar pada

langkah persiapan diantaranya: a) membuat rencana pelaksanaan

pembelajaran/perkuliahan sebagaimana bila akan mengajar seperti

biasanya. Dalam rencana pelaksanaan pembelajaran/perkuliahan

cantumkan media yang akan digunakan. b) mempelajari buku

petunjuk atau bahan penyerta yang telah disediakan, c) menyiapkan

55

Page 59: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

dan mengatur peralatan yang akan digunakan agar dalam

pelaksanaannya nanti tidak terburu-buru dan mencari-cari lagi serta

peserta didik dapat melihat dan mendengar dengan baik.

9. Pelaksanaan/Penyajian

Tenaga Pengajar pada saat melakukan proses pembelajaran

dengan menggunakan media pembelajaran perlu mempertimbangkan

seperti: a) yakinkan bahwa semua media dan peralatan telah lengkap

dan siap untuk digunakan. b) jelaskan tujuan yang akan dicapai, c)

jelaskan lebih dahulu apa yang harus dilakukan oleh peserta didik

selama proses pembelajaran, d) hindari kejadian-kejadian yang

sekiranya dapat mengganggu perhatian/konsentrasi, dan ketenangan

peserta didik.

10. Tindak lanjut

Kegiatan ini perlu dilakukan untuk memantapkan pemahaman

peserta didik tentang materi yang dibahas dengan menggunakan

media. Disamping itu kegiatan ini dimaksudkan untuk mengukur

efektivitas pembelajaran yang telah dilakukannya. Kegiatan-kegiatan

yang dapat dilakukan diantaranya diskusi, eksperimen, observasi,

latihan dan tes.

56

Page 60: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

57

Page 61: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

PENUTUP

Media pembelajaran merupakan faktor penting dalam

peningkatan kualitas pembelajaran. Media pembelajaran sangat

banyak macamnya, tentunya tidak digunakan sekaligus. Untuk itu

perlu dipilih secara cermat, media mana yang lebih tepat untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Ada beberapa

kriteria dan langkah yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media.

Kriteria yang dimaksud yaitu tujuan pembelajaran, keefektifan,

karakteristik peserta didik, ketersediaan, kualitas teknis, biaya,

fleksibilitas, kemampuan orang yang menggunakannya dan waktu

yang tersedia. Langkah-langkah yang perlu dipertimbangkan dalam

pemilihan media pembelajaran yaitu kegiatan penerangan atau

pembelajaran, Tentukan transmisi pesan, Tentukan karakteristik

pelajaran, Klasifikasi media, dan Analisis karakteristik masing-

masing media. Betapapun baiknya media yang telah dipilih, bila

tidak digunakan dengan baik tentunya tidak banyak manfaatnya.

Dalam penggunaan media pembelajaran terdapat dua pola yang dapat

dilakukan yaitu pola penggunaan di dalam kelas dan pola

penggunaan di luar kelas. Adapun prosedur pokok yang dapat

dilakukan dalam penggunaan media pembelajaran yaitu persiapan,

pelaksanaan, dan tindak lanjut.

58

Page 62: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

DAFTAR PUSTAKA

Azar Arsyad. (1997). Media Pengajaran. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto (2011). Media

Pembelajaran manual dan digital. Bogor : Ghalia Indonesia

Mohamad Ali. (1984). Guru Dalam Proses Belajar

Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. (1991). Media Pengajaran.

Bandung: Sinar Baru.

Arief S. Sadiman, dkk. (1990). Media Pendidikan

(Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya). Jakarta: CV.

Rajawali

Degeng, I Nyoman Sudana. (1993) Media Pendidikan.

Malang: FIP IKIP Malang.

Basuki Wibawa dan Farida Mukti. (1992/1993). Media

Pengajaran. Jakarta: Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Dikti

Dipdikbud.

Brown, James W, Lewis Robert B, and Harcleroad, Fred F.

(1983). AV Instructional: Technology, Media, and Method. New

York: Mc. Graw-Hill Book Company.

59

Page 63: Buku Tips Membuat Media Yang Baik

Heinich, Robert, Cs. (1982). Instructional Media. New York:

John Wiley & Sons.

Anderson, Ronald H. (1976). Selecting and Developing Media for

Instruction,. Westcounsin: ASTD.

60