Buku Petunjuk Praktikum Pemetaan Fotogrammetri_Secured
description
Transcript of Buku Petunjuk Praktikum Pemetaan Fotogrammetri_Secured
-
PETUNJUK PRAKTIKUM
PEMETAAN FOTOGRAMMETRI
Oleh: Ir. Bambang Sudarsono, MS.
Yudo Prasetyo, ST., MT.
LABORATORIUM FOTOGRAMMETRI DAN PENGINDERAAN JAUH
PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2006
-
BAB I
PENDAHULUAN 1.1. Umum
Dalam rangka pelaksanaan perkuliahan di jurusan Teknik Geodesi Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro, mahasiswa diberi materi kuliah yang berisi
dasar-dasar teori mata kuliah ditambah dengan tugas dalarn bentuk latihan
hitungan, menggambar dan praktek di laboratorium Fotogrammetri dan
Penginderaan Jauh. Untuk mata kuliah Pemetaan Fotogrametri, selain diberikan
dasar-dasar teori mahasiswa juga diwajibkan untuk mengikuti praktikum di
laboratorium Fotogrammetri dan Penginderaan Jauh. Adapun materi praktikum
pemetaan fotogrametri adalah membuat PETA SEDERHANA dengan alat
stereoskop.
1.2. Maksud Dan Tujuan
Maksud dari praktikum penggunaan stereoskop adalah membuat peta dengan
menggunakan data foto udara dan alat stereoskop. Adapun tujuan dari praktikurn
penggunaan steoroskop antara lain agar:
1. Mahasiswa dapat mengenal foto udara dan menggunakan peralatan stereoskop.
2. Mahasiswa diharapkan dapat membuat peta sederhana dengan alat stereoskop.
3. Mahasiswa dapat rnelakukan interpretasi foto udara
-
BAB II
FOTO UDARA
2.1.Tanda - Tanda Tepi Foto Udara
Foto Udara adalah foto yang dipotret dari Udara dengan kamera Udara yang
dipasang di pesawat terbang dari ketinggian tertentu. Tiap lembar foto udaraa
selalu ada tanda-tanda tepi seperti yang terlihat pada Lampiran 1, yang terdiri
dari:
1. Nivo
Nivo ini dapat digunakan untuk mengetahui adanya kemiringan kamera udara
pada waktu pemotretan.
2. Jam Pemotretan
Umumnya pemotretan foto udara dilakukan pada pagi hari atau sore hari, hal ini
dilakukan karena pada pagi hari atau sore hari matahari memancarkan
cahaya yang cukup cerah dan tidak terlalu papas dan cahaya tersebut
cukup baik untuk keperluan pemotretan udara, sehingga diperoleh kualitas
gambar yang baik. Selain itu pada pemotretan pagi hari atau sore hari
apabila ada obyek yang tinggi, maka akan ada bayangan pada arah barat
atau timer yang dapat digunakan untuk keperluan orientasi arah di
lapangan.
3. Altimeter
Altimeter ini digunakan untuk mengetahui ketinggian pemotretan udara
terhadap referensi tertentu.
4. Fokus Kamera Udara
Fokus kamera menunjukkan besarnya fokus karnera yang digunakan untuk
pernotretan udara.
5. Nomor Foto
Nomor foto menunjukkan Nomor unit foto yang dapat diatur sesuai
dengan keinginan.
6. Fiducial Mark: Tanda fiducial mark ini untuk keperluan orientasi foto.
-
2.2. Skala Foto Udara
Skala foto udara untuk setiap lembar peta tidak sama, oleh karena itu
ditentukan skala foto udara rata-rata / skala pendekatan.
Untuk menentukan skala foto udara, maka diperlukan data fokus kamera udara,
tinggi terbang dan elevasi rata-rata penmikaan tanah yang dipotret. Adapun
skala foto udara dinyatakan sebagai berikut
Skala foto Udara = hrH
f
................................................ (2.1)
Keterangan
f = fokus kamera udara
H = tinggi terbang yang dibaca pada altimeter
hr = elevasi rata-rata pennukaan tanah yang dipotret
2.3. Penentuan Koordinat Tanah dari Foto Udara
Apabila data tinggi terbang, koordinat foto dan fokus kamera Udara diketahui,
maka dapat dihittuig koordinat tanah dengan rumus sebagai berikut:
( )f
hiHxiXi
= . (2.2)
( )f
hiHyiYi
= . ..(2.3)
Keterangan
( Xi , Yi ) Koordinat tanah
( xi , yi ) Koordinat foto
H Tinggi terbang diatas referensi tertentu misalnya Mean Sea Level
-
2.4. Perhitungan Beda Tinggi dengan Paralaks
Untuk Perhitungan beda tinggi antara dua titik, maka diperlukan data
pengamatan paralaks dari titik-titik tersebut. Pada praktikum ini yang akan
digunakan sebagai titik acuan adalah Titik Utama Foto Udara.
Adapun data yang diperlukan adalah sebagai berikut:
Basis foto udara (b)
Bacaan paralaks di titik utama (pXTU )
Bacaan paralaks di titik yang diamati (pX1)
Fokus kamera udara (f)
Skala foto udara
Rumus yang digunakan untuk perhitungan beda tinggi adalah:
( ) ( )( )pxTUpxibpxTUpxixskalafxbilanganhi +
= 1
( )pb
pxskalafxbilanganhi +
=
Keterangan
A hi Beda tinggi antara titik detail dengan titik utalna
f Fokus kamera Udara
A p Selisih paralaks titik detail dan titik utama = (pxi-pxTU)
b Basis foto
Apabila elevasi titik utalna di permukaan tanah diketahui (misalnya hTU),
maka elevasi titik detail (hi ) dapat dihitung sebagai berikut:
hihh TUi +=
Untuk keperluan praktikum, setiap mahasiswa diwajibkan melakukan
pengamatan paralaks pada detail permukaan bumi sebanyak kurang lebih 25
titik sampai 50 titik sesuai dengan kebutuhan pengamatan.
-
BAB III
INTERPRETASI FOTO UDARA 3.1. Dasar-Dasar Interpretasi Foto Udara
Untuk melakukan interpretasi foto udara setiap orang mempunyai
kemampuan yang berbeda, sehingga hasil interpretasi tergantung dari
kemampuan interpreter dan latar belakang disiplin ilmu yang dimiliki.
Misalnya seorang ahli geologi apabila melakukan kegiatan interpretasi foto
udara, maka informasi yang akan disajikan tentu yang berkaitan dengan
infonnasi geologi, begitu pula seorang ahli pertanian akan menyajikan basil
Interpretasi foto udara yang berkaitan dengan informasi bidang pertanian.
Nanum dernikian secara umum ada tujuh (7) kunci untuk keperluan interpretasi
foto udara yaitu:
1. Size (ukuran).
2. Shape (bentuk).
3. Shadow (bayangan).
4. Site (lokasi).
5. Tone (derajat kehitaman).
6. Texture (kekasaran citra foto).
7. Pattern (pola).
Dengan menggunakan tujuh kunci tersebut seorang interpreter akan inampu
mendeskripsikan obyek yang ada di foto udara berdasarkan ukuran, bentuk,
bayangan, lokasi, derajat kehitaman, kekasaran citra dan pola.
3.2. Tahapan Interpretasi Foto Udara
Pelaksanaan Interpretasi udara dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu:
1. Peninjauan Umum (General examination).
Tahap ini secara umum menetapkan sifat-sifat atau karakterisitik dari daerah
yang diamati. Sifat-sifat daerah secara usmun antara lain ineliputi susunan relief,
jenis tumbuh-tumbuhan, kebudayaan dan bentang alam.
-
2. Idenfikasi (Identification)
Pada tahap ini semua detail topografi atau situasi yang ada pada foto udara
harus diidentifikasi berdasarkan kunci interpretasi foto udara. Pada tahap
identifikasi ini dilakukan pemeriksaan secara detail, misalnya mempelajari
susunan jalan, distribusi dan tipe bangunan, bentuk-bentuk khusus bangunan
ibadah seperti mesjid, gereja, daerah terbuka antara lain lapangan olahraga,
tarnan dan kuburan. Selain itu dengan identifikasi kita dapat membedakan
daerah perkebunan, pertanian dan hutan. Berdasarkan hasil identifikasi
ini, maka dapat dilakukan analisis mendetail pada daerah yang lebih kecil
3. Klasifikasi (Classification)
Tahap klasifikasi ini merupakan merupakan tahapan yang tidak dapat
dipisahkan dari tahap sebelumnya. Melalui tahap klasifikasi ini semua obyek
yang sudah diidentifikasi pada tahap sebelumnya diklasifikasi lebih mendetail.
Alasannya untuk jalan harus dibedakan jalan utama, jalan kelas dua dan
jalan penghubung. Untuk bangunan dapat diklasifikasi lebih mendetail
menjadi bangunan rumah tinggal, bangunan perkantoran, bangunan
pertokoan, bangunan pasar tradisional, bangunan ibadah atau klasifikasi lain
yaitu bangunan satu lantai, bangunan bertingkat dua dan bangunan bertingkat
banyak.
Dari hasil interpretasi foto udara akan diperoleh informasi yang mendetail dan
sudah diklasifikasi sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk keperluan
tertentu, misalnya untuk melengkapi peta dengan membuat simbol sesuai
obyek yang akan digambar
-
BAB IV
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
4.1. Peralatan
Peralatan dan bahan yang diperlukan untuk praktikum Pemetaan Fotogrametri,
antara lain:
I . Stereoskop
2. Paralax Bar
3. Foto udara stereo
4. Kertas manila warm putih ukuran A1
5. Kertas transparan dua lembar
6. Spidol OHP ukuran F sebanyak empat wama (Hitam, Biru, Hijau dan
Merah)
7. Celotape / Isolasi
8. Penggaris
9. Alat-alat tubs
4.2. Metode Pelaksanaan
Sebelum mulai praktikum terlebih dahulu baru mencatat data, sebagai berikut:
a. Nomor alat stereoskop
b. Skala foto udara
c. Fokus kamera udara
d. Tinggi terbang yang dapat dilihat di Altimeter
e. Nomor foto udara
Adapun tahap pelaksanaan praktikum adalah, sebagai berikut:
a. Interpretasi foto udara
L Tentukan titik utama foto udara 1 dengan menghubungkan titik fiducial
mark dan diberi notasi TU1, dan dengan cara yang sama tentukan titik
utarna foto udara 2 dengan notasi TU2.
-
2. Lakukan identifikasi titik utama foto udara 2 di foto udara dan diberi tanda
TU2. Melalui cara yang sama identifikasi titik utama foto udara 1 di foto
udara 2 dan diberi tanda TU1'. Kemudian diukur panjang basis foto udara 1
dan basis foto udara 2 dengan mengukur panjang b1=TU1-TU2 dan
b2=TU2-TU1, kemudian dihitung basis foto rata-rata:
( )2
21 bbb +=
TU1 TU2 + +
TU1 TU2 + +
3. Buat garis arah terbang di foto udara 1 dengan menghubungkan TU1 ke
TU2 dan garis arah terbang foto udara 2 dengan menghubungkan garis
dari TU2 ke TU1.
TU1 TU2
TU1 TU2
4. Tahap selanjutnya memasang kertas manila ukuran Al diatas meja
praktikum dan dicelotape / diisolasi.
5. Buat garis arah terbang diatas kertas manila dengan jarak kurang lebih 20
cm - 25 cm diukur dari bawah.
-
6. Kemudian dilanjutkan memasang foto udara 1 dengan mengimpitkan garis
arah terbang di foto udara 1 dengan garis arah terbang di kertas manila.
7. Selanjutnya pasang stereoskop diatas meja praktikum dan diatur
sedemikian rupa sehingga garis yang menghubungkan titik pusat lensa
stereoskop sejajar dengan garis arah terbang.
8. Kemudian foto udara 2 dipasang di sebelah kanan foto udara 1 dengan
mengimpitkan garis arah terbang foto udara 2 dengan garis arah terbang di
kertas manila serta diatur sedemikian rupa sehingga apabila dilihat dengan
steteroskop akan terlihat bayangan 3 dimensi.
-
9. Tahap berikutnya memasang kertas transparan diatas foto udara 1 dan foto
udara 2, kemudian kedua kertas transparan tersebut dilekatkan diatas meja
praktikum dengan celotape / diisolasi.
10. Selanjutnya boat sistem salib sumbu dengan pusat sistem koordinat di titik
utama dan garis-garis grid diatas kertas transparan dengan ukuran 1 cm x 1
cm atau ukuran 2 cm x 2 cm. Garis grid ini dibuat dengan maksud untuk
memudahkan dalaJn mencatat koordinat foto pada waktu pengamatan
dan jugs diharapkan dapat memudahkan pada saat penggambaran peta.
11. Kemudian lakukan Interpretasi foto udara dengan slat stereoskop dan
langsung dibuat peta planimetris diatas kertas transparan yang sudah ada
garis grid dengan simbol warna.
b. Pengamatan paralaks X
1. Pengamatan paralaks X di titik utama.
Untuk keperluan perhitungan beda tinggi pertalna kali diukur paralaks X di
titik utama dengan menggunakan paralax bar. Adapun caranya adalah dengan
menempatkan floating mark (titik apung) yang ada di keping kaca tepat di
atas titik utama foto udara 1 dan dengan alat stereoskop, floating mark (titik
apung) sebelah kanan diatur sedemikian rupa dengann sekrup paralax bar,
sehingga floating mark kiri dan kanan berimpit dan berada tepat diatas
pennukaan tanah. Kemudian dicatat koordinat dan besarnya bacaan paralaks
X.
2. Kemudian lakukan pengunatan paralaks X titik-titik detail yang ada di foto
udara dengan alat paralax bar. Penyebaran titik-titik detail yang diamati
diatas foto udara dibuat merata pada selunih daerah yang diamati,
sehingga akan dapat digunakatl untuk pembuatan garis kontur dengan
metode inteipolasi. Adapun data yang harus dicatat meliputi: nomor titik
detail, koordinat foto, bacaan paralaks X dalam keterangan titik yang
diamati. Data dicatat diatas formulir Tabel Pengamatan Paralaks seperti yang
ada pada Lampiran 2.
-
Setelah pembuatan peta dan pengamatan paralaks X selesai, maka alat stereoskop
dan paralax bar dimasukkan kedalam kotak alat dan foto udara dilepas dari
atas meja praktikum, kemudian dibuat foto copy untuk dilampirkan di Laporan
Praktikum. Selanjutnya alat stereoskop dan foto udara diserahkan kembali ke
Petugas Laboratorium Jurusan Geodesi FT UNDIP.
4.3. Pengolahan Data
Dari data pengamatan telah diperoleh data koordinat foto dan bacaan paralaks X.
Tahap selanjutnya adalah pengolahan data yang meliputi:
a. Menghitung koordinat tanah (Xi,Yi)
Koordinat tanah titik detail (Xi,Yi) dapat dihitung dengan rumus (2.2) dan
rumus (2.3).
b. Menghitung elevasi titik acuan di Titik Utama (htu)
Elevasi titik utama dihitung dengan asumsi bahwa elevasi titik utama
merupakan elevasi rata-rata permukaan tanah di foto yang bersangkutan.
Rumus yang digunakan untuk perhitungan elevasi titik utama, sebagai berikut:
TUhHfSkala
=
H-hTU= f x bilangan skala.
HTU = H-( f x bilangan skala).
c. Menghitung beda tinggi titik detil dengan titik utama (hi). Beda tinggi titik detil I dengan titik utama dapat dihitung dengan rumus (2.4).
d. Menghitung elevasi titik detil (hi)
Elevasi titik detil dapat dihitung dengan rumus (2.5). Data perhitungan dibuat
dalam tabel tersendiri seperti contoh pada Lampiran 3.
Data perhitungan dibuat dalam tabel tersendiri seperti contoh pada Lampiran 3.
-
4.4. Penggambaran Peta
Penggambaran peta dilakukan dalam dua tahap sebagai berikut:
a. Penggambaran di kertas milimeter
Penggambaran di kertas milimeter digambar dengan skala 2 kali dari
skala aslinya, fnisalnya skala foto udara l:10.000, maka peta digambar
dengan skala 1:5.000. Adapun tahap penggambaran di kertas milimeter adalah
sebagai berikut:
1. Tentukan titik utama diatas kertas milimeter
2. Buat sistem salib sumbu dengan titik utama sebagai pusat sistem koordinat
(X,Y).
3. Plotting titik-titik detail planimetris sesuai dengan data yang ada di
kertas transparan, sehingga diperoloh gambar peta diatas kertas milimeter
yang bentuknya sama dengan peta di kertas transparan, hanya skalanya yang
berbeda.
4. Kemudian dilanjutkan plotting titik detail ketinggian (spotheight)
berdasarkan data koordinat tanah hasil hitungan dan elevasi titik detail. Titik
desimal data elevasi diplot tepat pada koordinat titik detail, sedailgkan
nomor titik detail tidak perlu diplot di peta.
5. Setelah selesai plotting titik detail, kemudian dilanjutkan penarikan garis
kontur dengan interval tertentu.
b. Penggambarah di kertas kalkir
Penggambaran diatas kalkir dilaksanakan dengan cara, sebagai berikut:
1. Siapkan kertas kalkir ukuran 50 cm x 50 cm.
2. Buat betas muka peta dan kop gambar dengan ukuran seperti Lampiran 4.
3. Plotting peta di bagian muka peta dengan ukuran kurang lebih 30 cm x 45
cm.
4. Buat infonnasi tepi peta antara lain meliputi:
Logo Universitas Diponegoro
Gambar arah utara
Skala numeris den skala grafts
-
TUGAS PEMETAAN FOTOGRAMMETRI
GAMBAR PETA SITUASI
NAMA DAN NIM peserta praktikum
KETERANGAN atau LEGENDA
DIPERIKSA : NAMA ASISTEN
DISETUJUI : NAMA DOSEN
Paling bawah diberi keterangan
SUMBER DATA : FOTO UDARA SKALA 1:10.000
LOKASI DAN TAHUN DIPOTRET: /TAHUN .
(Disesuaikan dengan data foto udara yang digunakan waktu praktikum).
4.5. Pembuatan Laporan
Isi laporan secara umum antara lain berisi:
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN: menguraikan tentang maksud dan tujuan
praktikum, pembatasan masalah dan
sistematika pembuatan laporan.
BAB II DASAR TEORI: menguraikan dasar-dasar teori yang digunakan
untuk pembuatan peta sederhana dengan
menggunakan stereoskop.
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM: menguraikan seluruh kegiatan
pelaksanaan praktikum mulai dari pengambilan
data sampai tahap penggambaran.
BAB IV PEMBAHASAN: menguraikan pembahasan terhadap hasil praktikum.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN: menguraikan kesimpulan hasil
praktikum dan saran-saran.
-
LAMPIRAN
1. Formulir Pengamatan Paralaks X
-
2. Formulir Perhitungan Data Elevasi dan Koordinat
-
3. Hasil Plotting Titik di Mika Transparan
-
4. Hasil Plotting Titik dan Garis di Kertas Milimeter Blok
-
5. Format Gambar Kalkir
PETUNJUK PRAKTIKUMPEMETAAN FOTOGRAMMETRI Oleh:Ir. Bambang Sudarsono, MS.Yudo Prasetyo, ST., MT. LABORATORIUM FOTOGRAMMETRI DAN PENGINDERAAN JAUHPROGRAM STUDI TEKNIK GEODESIFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS DIPONEGORO2006BAB I PENDAHULUAN1.1. UmumDalam rangka pelaksanaan perkuliahan di jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, mahasiswa diberi materi kuliah yang berisi dasar-dasar teori mata kuliah ditambah dengan tugas dalarn bentuk latihan hitungan, menggambar dan praktek di laboratorium Fotogrammetri dan Penginderaan Jauh. Untuk mata kuliah Pemetaan Fotogrametri, selain diberikan dasar-dasar teori mahasiswa juga diwajibkan untuk mengikuti praktikum di laboratorium Fotogrammetri dan Penginderaan Jauh. Adapun materi praktikum pemetaan fotogrametri adalah membuat PETA SEDERHANA dengan alat stereoskop.1.2. Maksud Dan TujuanMaksud dari praktikum penggunaan stereoskop adalah membuat peta dengan menggunakan data foto udara dan alat stereoskop. Adapun tujuan dari praktikurn penggunaan steoroskop antara lain agar:1. Mahasiswa dapat mengenal foto udara dan menggunakan peralatan stereoskop. 2. Mahasiswa diharapkan dapat membuat peta sederhana dengan alat stereoskop. 3. Mahasiswa dapat rnelakukan interpretasi foto udaraBAB II FOTO UDARA2.1.Tanda - Tanda Tepi Foto UdaraFoto Udara adalah foto yang dipotret dari Udara dengan kamera Udara yang dipasang di pesawat terbang dari ketinggian tertentu. Tiap lembar foto udaraa selalu ada tanda -tanda tepi seperti yang terlihat pada Lampiran 1, yang terdiri dari: 1. NivoNivo ini dapat digunakan untuk mengetahui adanya kemiringan kamera udara pada waktu pemotretan.2. Jam PemotretanUmumnya pemotretan foto udara dilakukan pada pagi hari atau sore hari, hal ini dilakukan karena pada pagi hari atau sore hari matahari memancarkan cahaya yang cukup cerah dan tidak terlalu papas dan cahaya tersebut cukup baik untuk keperluan pemotretan udara, sehingga diperoleh kualitas gambar yang baik. Selain itu pada pemotretan pagi hari atau sore hari apabila ada obyek yang tinggi, maka akan ada bayangan pada arah barat atau timer yang dapat digunakan untuk keperluan orientasi arah di lapangan.3. AltimeterAltimeter ini digunakan untuk mengetahui ketinggian pemotretan udara terhadap referensi tertentu.4. Fokus Kamera UdaraFokus kamera menunjukkan besarnya fokus karnera yang digunakan untuk pernotretan udara.5. Nomor FotoNomor foto menunjukkan Nomor unit foto yang dapat diatur sesuai dengan keinginan.6. Fiducial Mark: Tanda fiducial mark ini untuk keperluan orientasi foto.2.2. Skala Foto UdaraSkala foto udara untuk setiap lembar peta tidak sama, oleh karena itu ditentukan skala foto udara rata-rata / skala pendekatan.Untuk menentukan skala foto udara, maka diperlukan data fokus kamera udara, tinggi terbang dan elevasi rata-rata penmikaan tanah yang dipotret. Adapun skala foto udara dinyatakan sebagai berikutSkala foto Udara = ................................................ (2.1)Keteranganf = fokus kamera udaraH = tinggi terbang yang dibaca pada altimeterhr = elevasi rata-rata pennukaan tanah yang dipotret2.3. Penentuan Koordinat Tanah dari Foto UdaraApabila data tinggi terbang, koordinat foto dan fokus kamera Udara diketahui, maka dapat dihittuig koordinat tanah dengan rumus sebagai berikut: (2.2) ..(2.3)Keterangan( Xi , Yi ) Koordinat tanah( xi , yi ) Koordinat fotoH Tinggi terbang diatas referensi tertentu misalnya Mean Sea Level2.4. Perhitungan Beda Tinggi dengan ParalaksUntuk Perhitungan beda tinggi antara dua titik, maka diperlukan data pengamatan paralaks dari titik-titik tersebut. Pada praktikum ini yang akan digunakan sebagai titik acuan adalah Titik Utama Foto Udara.Adapun data yang diperlukan adalah sebagai berikut: Basis foto udara (b) Bacaan paralaks di titik utama (pXTU ) Bacaan paralaks di titik yang diamati (pX1) Fokus kamera udara (f) Skala foto udara Rumus yang digunakan untuk perhitungan beda tinggi adalah: KeteranganA hi Beda tinggi antara titik detail dengan titik utalnaf Fokus kamera UdaraA p Selisih paralaks titik detail dan titik utama = (pxi-pxTU) b Basis fotoApabila elevasi titik utalna di permukaan tanah diketahui (misalnya hTU), maka elevasi titik detail (hi ) dapat dihitung sebagai berikut: Untuk keperluan praktikum, setiap mahasiswa diwajibkan melakukan pengamatan paralaks pada detail permukaan bumi sebanyak kurang lebih 25 titik sampai 50 titik sesuai dengan kebutuhan pengamatan.BAB III INTERPRETASI FOTO UDARA3.1. Dasar-Dasar Interpretasi Foto UdaraUntuk melakukan interpretasi foto udara setiap orang mempunyai kemampuan yang berbeda, sehingga hasil interpretasi tergantung dari kemampuan interpreter dan latar belakang disiplin ilmu yang dimiliki. Misalnya seorang ahli geologi apabila melakukan kegiatan interpretasi foto udara, maka informasi yang akan disajikan tentu yang berkaitan dengan infonnasi geologi, begitu pula seorang ahli pertanian akan menyajikan basil Interpretasi foto udara yang berkaitan dengan informasi bidang pertanian. Nanum dernikian secara umum ada tujuh (7) kunci untuk keperluan interpretasi foto udara yaitu:1. Size (ukuran).2. Shape (bentuk).3. Shadow (bayangan).4. Site (lokasi).5. Tone (derajat kehitaman).6. Texture (kekasaran citra foto).7. Pattern (pola).Dengan menggunakan tujuh kunci tersebut seorang interpreter akan inampu mendeskripsikan obyek yang ada di foto udara berdasarkan ukuran, bentuk, bayangan, lokasi, derajat kehitaman, kekasaran citra dan pola.3.2. Tahapan Interpretasi Foto UdaraPelaksanaan Interpretasi udara dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu: 1. Peninjauan Umum (General examination).Tahap ini secara umum menetapkan sifat-sifat atau karakterisitik dari daerah yang diamati. Sifat-sifat daerah secara usmun antara lain ineliputi susunan relief, jenis tumbuh-tumbuhan, kebudayaan dan bentang alam.2. Idenfikasi (Identification)Pada tahap ini semua detail topografi atau situasi yang ada pada foto udara harus diidentifikasi berdasarkan kunci interpretasi foto udara. Pada tahap identifikasi ini dilakukan pemeriksaan secara detail, misalnya mempelajari susunan jalan, distribusi dan tipe bangunan, bentuk-bentuk khusus bangunan ibadah seperti mesjid, gereja, daerah terbuka antara lain lapangan olahraga, tarnan dan kuburan. Selain itu dengan identifikasi kita dapat membedakan daerah perkebunan, pertanian dan hutan. Berdasarkan hasil identifikasi ini, maka dapat dilakukan analisis mendetail pada daerah yang lebih kecil3. Klasifikasi (Classification)Tahap klasifikasi ini merupakan merupakan tahapan yang tidak dapat dipisahkan dari tahap sebelumnya. Melalui tahap klasifikasi ini semua obyek yang sudah diidentifikasi pada tahap sebelumnya diklasifikasi lebih mendetail. Alasannya untuk jalan harus dibedakan jalan utama, jalan kelas dua dan jalan penghubung. Untuk bangunan dapat diklasifikasi lebih mendetail menjadi bangunan rumah tinggal, bangunan perkantoran, bangunan pertokoan, bangunan pasar tradisional, bangunan ibadah atau klasifikasi lain yaitu bangunan satu lantai, bangunan bertingkat dua dan bangunan bertingkat banyak.Dari hasil interpretasi foto udara akan diperoleh informasi yang mendetail dan sudah diklasifikasi sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk keperluan tertentu, misalnya untuk melengkapi peta dengan membuat simbol sesuai obyek yang akan digambarBAB IVPELAKSANAAN PRAKTIKUM4.1. PeralatanPeralatan dan bahan yang diperlukan untuk praktikum Pemetaan Fotogrametri, antara lain:I . Stereoskop2. Paralax Bar3. Foto udara stereo4. Kertas manila warm putih ukuran A15. Kertas transparan dua lembar6. Spidol OHP ukuran F sebanyak empat wama (Hitam, Biru, Hijau dan Merah) 7. Celotape / Isolasi8. Penggaris9. Alat-alat tubs4.2. Metode PelaksanaanSebelum mulai praktikum terlebih dahulu baru mencatat data, sebagai berikut: a. Nomor alat stereoskopb. Skala foto udarac. Fokus kamera udarad. Tinggi terbang yang dapat dilihat di Altimeter e. Nomor foto udaraAdapun tahap pelaksanaan praktikum adalah, sebagai berikut: a. Interpretasi foto udaraL Tentukan titik utama foto udara 1 dengan menghubungkan titik fiducial mark dan diberi notasi TU1, dan dengan cara yang sama tentukan titik utarna foto udara 2 dengan notasi TU2.2. Lakukan identifikasi titik utama foto udara 2 di foto udara dan diberi tanda TU2. Melalui cara yang sama identifikasi titik utama foto udara 1 di foto udara 2 dan diberi tanda TU1'. Kemudian diukur panjang basis foto udara 1 dan basis foto udara 2 dengan mengukur panjang b1=TU1-TU2 dan b2=TU2-TU1, kemudian dihitung basis foto rata-rata: 3. Buat garis arah terbang di foto udara 1 dengan menghubungkan TU1 ke TU2 dan garis arah terbang foto udara 2 dengan menghubungkan garis dari TU2 ke TU1.4. Tahap selanjutnya memasang kertas manila ukuran Al diatas meja praktikum dan dicelotape / diisolasi.5. Buat garis arah terbang diatas kertas manila dengan jarak kurang lebih 20 cm - 25 cm diukur dari bawah. 6. Kemudian dilanjutkan memasang foto udara 1 dengan mengimpitkan garis arah terbang di foto udara 1 dengan garis arah terbang di kertas manila.7. Selanjutnya pasang stereoskop diatas meja praktikum dan diatur sedemikian rupa sehingga garis yang menghubungkan titik pusat lensa stereoskop sejajar dengan garis arah terbang.8. Kemudian foto udara 2 dipasang di sebelah kanan foto udara 1 dengan mengimpitkan garis arah terbang foto udara 2 dengan garis arah terbang di kertas manila serta diatur sedemikian rupa sehingga apabila dilihat dengan steteroskop akan terlihat bayangan 3 dimensi. 9. Tahap berikutnya memasang kertas transparan diatas foto udara 1 dan foto udara 2, kemudian kedua kertas transparan tersebut dilekatkan diatas meja praktikum dengan celotape / diisolasi.10. Selanjutnya boat sistem salib sumbu dengan pusat sistem koordinat di titik utama dan garis-garis grid diatas kertas transparan dengan ukuran 1 cm x 1 cm atau ukuran 2 cm x 2 cm. Garis grid ini dibuat dengan maksud untuk memudahkan dalaJn mencatat koordinat foto pada waktu pengamatan dan jugs diharapkan dapat memudahkan pada saat penggambaran peta.11. Kemudian lakukan Interpretasi foto udara dengan slat stereoskop dan langsung dibuat peta planimetris diatas kertas transparan yang sudah ada garis grid dengan simbol warna.b. Pengamatan paralaks X1. Pengamatan paralaks X di titik utama.Untuk keperluan perhitungan beda tinggi pertalna kali diukur paralaks X di titik utama dengan menggunakan paralax bar. Adapun caranya adalah dengan menempatkan floating mark (titik apung) yang ada di keping kaca tepat di atas titik utama foto udara 1 dan dengan alat stereoskop, floating mark (titik apung) sebelah kanan diatur sedemikian rupa dengann sekrup paralax bar, sehingga floating mark kiri dan kanan berimpit dan berada tepat diatas pennukaan tanah. Kemudian dicatat koordinat dan besarnya bacaan paralaks X.2. Kemudian lakukan pengunatan paralaks X titik-titik detail yang ada di foto udara dengan alat paralax bar. Penyebaran titik-titik detail yang diamati diatas foto udara dibuat merata pada selunih daerah yang diamati, sehingga akan dapat digunakatl untuk pembuatan garis kontur dengan metode inteipolasi. Adapun data yang harus dicatat meliputi: nomor titik detail, koordinat foto, bacaan paralaks X dalam keterangan titik yang diamati. Data dicatat diatas formulir Tabel Pengamatan Paralaks seperti yang ada pada Lampiran 2.Setelah pembuatan peta dan pengamatan paralaks X selesai, maka alat stereoskop dan paralax bar dimasukkan kedalam kotak alat dan foto udara dilepas dari atas meja praktikum, kemudian dibuat foto copy untuk dilampirkan di Laporan Praktikum. Selanjutnya alat stereoskop dan foto udara diserahkan kembali ke Petugas Laboratorium Jurusan Geodesi FT UNDIP.4.3. Pengolahan DataDari data pengamatan telah diperoleh data koordinat foto dan bacaan paralaks X. Tahap selanjutnya adalah pengolahan data yang meliputi:a. Menghitung koordinat tanah (Xi,Yi)Koordinat tanah titik detail (Xi,Yi) dapat dihitung dengan rumus (2.2) dan rumus (2.3).b. Menghitung elevasi titik acuan di Titik Utama (htu)Elevasi titik utama dihitung dengan asumsi bahwa elevasi titik utama merupakan elevasi rata-rata permukaan tanah di foto yang bersangkutan.Rumus yang digunakan untuk perhitungan elevasi titik utama, sebagai berikut: H-hTU= f x bilangan skala.HTU = H-( f x bilangan skala).c. Menghitung beda tinggi titik detil dengan titik utama (hi).Beda tinggi titik detil I dengan titik utama dapat dihitung dengan rumus (2.4).d. Menghitung elevasi titik detil (hi)Elevasi titik detil dapat dihitung dengan rumus (2.5). Data perhitungan dibuat dalam tabel tersendiri seperti contoh pada Lampiran 3.Data perhitungan dibuat dalam tabel tersendiri seperti contoh pada Lampiran 3.4.4. Penggambaran PetaPenggambaran peta dilakukan dalam dua tahap sebagai berikut:a. Penggambaran di kertas milimeterPenggambaran di kertas milimeter digambar dengan skala 2 kali dari skala aslinya, fnisalnya skala foto udara l:10.000, maka peta digambar dengan skala 1:5.000. Adapun tahap penggambaran di kertas milimeter adalah sebagai berikut:1. Tentukan titik utama diatas kertas milimeter2. Buat sistem salib sumbu dengan titik utama sebagai pusat sistem koordinat (X,Y).3. Plotting titik-titik detail planimetris sesuai dengan data yang ada di kertas transparan, sehingga diperoloh gambar peta diatas kertas milimeter yang bentuknya sama dengan peta di kertas transparan, hanya skalanya yang berbeda.4. Kemudian dilanjutkan plotting titik detail ketinggian (spotheight) berdasarkan data koordinat tanah hasil hitungan dan elevasi titik detail. Titik desimal data elevasi diplot tepat pada koordinat titik detail, sedailgkan nomor titik detail tidak perlu diplot di peta.5. Setelah selesai plotting titik detail, kemudian dilanjutkan penarikan garis kontur dengan interval tertentu.b. Penggambarah di kertas kalkirPenggambaran diatas kalkir dilaksanakan dengan cara, sebagai berikut: 1. Siapkan kertas kalkir ukuran 50 cm x 50 cm.2. Buat betas muka peta dan kop gambar dengan ukuran seperti Lampiran 4.3. Plotting peta di bagian muka peta dengan ukuran kurang lebih 30 cm x 45 cm. 4. Buat infonnasi tepi peta antara lain meliputi: Logo Universitas Diponegoro Gambar arah utara Skala numeris den skala grafts TUGAS PEMETAAN FOTOGRAMMETRI GAMBAR PETA SITUASI NAMA DAN NIM peserta praktikum KETERANGAN atau LEGENDA DIPERIKSA : NAMA ASISTEN DISETUJUI : NAMA DOSEN Paling bawah diberi keteranganSUMBER DATA : FOTO UDARA SKALA 1:10.000 LOKASI DAN TAHUN DIPOTRET: /TAHUN .(Disesuaikan dengan data foto udara yang digunakan waktu praktikum).4.5. Pembuatan LaporanIsi laporan secara umum antara lain berisi:KATA PENGANTARDAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN: menguraikan tentang maksud dan tujuan praktikum, pembatasan masalah dan sistematika pembuatan laporan.BAB II DASAR TEORI: menguraikan dasar-dasar teori yang digunakan untuk pembuatan peta sederhana dengan menggunakan stereoskop. BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM: menguraikan seluruh kegiatan pelaksanaan praktikum mulai dari pengambilan data sampai tahap penggambaran. BAB IV PEMBAHASAN: menguraikan pembahasan terhadap hasil praktikum.BAB V KESIMPULAN DAN SARAN: menguraikan kesimpulan hasil praktikum dan saran-saran.LAMPIRAN1. Formulir Pengamatan Paralaks X 2. Formulir Perhitungan Data Elevasi dan Koordinat 3. Hasil Plotting Titik di Mika Transparan 4. Hasil Plotting Titik dan Garis di Kertas Milimeter Blok 5. Format Gambar Kalkir