Buku Kumpulan Kuliah Faring Laring

79
Kumpulan Kuliah THT s Anatomi Kerangka laring terdiri dari : Cartilago thyroidea Cartilago cricoidea Cartilagines arytaenoidea Cartilagines corniculata (Santorini) Cartilagines Cuneiforme (Wrisbergi) Epiglotis Kerangka cartilago ini dilengkapi dengan : Membran hyothyreoidea, yang terbentang antara tepi atas cartilago thyreoidea dan os hyoidea Conus elasticus, terbentang dari tepi atas cartilago cricoidea sampai pada ligamentum vocale. Cavum laryngis dimulai dari aditus laryngis yang dibatasi di depan oleh tepi atas epiglotis, di lateral oleh plica aryepiglottica dengan tuberculum cuneiforme dan di belakang oleh tuberculum corniculatum dan incisura interarytaenoidea. Di kanan kiri dari aditus laryngis terdapat sinus piriformis. Vestibulum laryngis yang mulai dari aditus sampai plica ventricularis merupakan bagian atas dari cavum laryngis. Bagian tengahnya disebut glotis, dimulai dari plica ventricularis sampai tepi bebas plica vocalis. Sedangkan rima glottidis adalah celah yang dibatasi oleh commissural anterior, kedua plicae vocalis dan commissura posterior, yang dibagi menjadi pars intermembranacea (di antara kedua plicae vocalis) dan pars intercartilaginea (di antara kedua cartilago arytaenoidea). Bagian terbawah dari cavum laryngis adalah yang disebut subglotis dan dimulai dari plica vocalis sampai cartilago trachealis yang pertama. 1 Retype by : Dionisius, Jean Jenny, Ratna, Nessya, Stefi

Transcript of Buku Kumpulan Kuliah Faring Laring

Kumpulan Kuliah THT

sAnatomi

Kerangka laring terdiri dari :

Cartilago thyroidea

Cartilago cricoidea

Cartilagines arytaenoidea

Cartilagines corniculata (Santorini)

Cartilagines Cuneiforme (Wrisbergi)

EpiglotisKerangka cartilago ini dilengkapi dengan :

Membran hyothyreoidea, yang terbentang antara tepi atas cartilago thyreoidea dan os hyoidea

Conus elasticus, terbentang dari tepi atas cartilago cricoidea sampai pada ligamentum vocale.

Cavum laryngis dimulai dari aditus laryngis yang dibatasi di depan oleh tepi atas epiglotis, di lateral oleh plica aryepiglottica dengan tuberculum cuneiforme dan di belakang oleh tuberculum corniculatum dan incisura interarytaenoidea. Di kanan kiri dari aditus laryngis terdapat sinus piriformis.

Vestibulum laryngis yang mulai dari aditus sampai plica ventricularis merupakan bagian atas dari cavum laryngis. Bagian tengahnya disebut glotis, dimulai dari plica ventricularis sampai tepi bebas plica vocalis. Sedangkan rima glottidis adalah celah yang dibatasi oleh commissural anterior, kedua plicae vocalis dan commissura posterior, yang dibagi menjadi pars intermembranacea (di antara kedua plicae vocalis) dan pars intercartilaginea (di antara kedua cartilago arytaenoidea). Bagian terbawah dari cavum laryngis adalah yang disebut subglotis dan dimulai dari plica vocalis sampai cartilago trachealis yang pertama.

Mukosa laring merupakan lanjutan dari mukosa laringofaring dan meneruskan diri menjadi mukosa dari trakea. Pada permukaan dorsal epiglotis dan pada plica vocalis ia melekat erat dengan jaringan ikat longgar sehingga mudah sekali membengkak dan inflamasi dan oedema.

Epithelium pada laringofaring berupa epitel berlapis gepeng, pada vestibulum sampai dengan ventriculus epithel semu berlapis columnair bercilia, pada plica vocalis epithel berlapis gepeng, sedang pada subglotis epithel columnair semu berlapis bersilia.

Glandula mukosa banyak terdapat kecuali pada plica vocalis dan bersifat tubulo-alveolar.

Otot-otot laring terdiri dari :

Otot-otot extrinsik yang berasal dari luar laring melekat pada cartilago thyroidea dan os hyoideum dan disebut juga strap-muscle :

M. sternohyoideus

M. sternothyroideus

M. thyreohyoideus

Otot-otot intrinsik yang dibagi menurut fungsinya menjadi :

Dilatator lumen (cavum laryngis)

Membuka aditus laryngis :

M. thyreoepiglotticus

Membuka rima glottidis (abductor):

M. cricoarytaenoideus posterior atau M. Posticus

Constrictor cavum laryngis

Menutup aditus laryngis: M. arytaenoideus transverses M. arytaenoideus oblicuus M. aryepiglotticus Menutup rima glottidis (adductor) :

pars intermembranacea :

M. thyreoarytaenoideus M. cricoarytaenoideus lateralis Pars intercartilaginea :

M. arytaenoideus transverses M. arytaenoideus oblicuus Mengatur tensi plica vocalis :

Mengatur tensi plica vocalis : Mengatur tensi plica vocalis: Menegangkan (tensor):

M. cricothyroideus Mengendurkan :

M. vocalis M. thyreoarytaenoideus

Persarafan laring :

N. laryngeus superior merupakan cabang dari N. X :

Ramus internus : bersifat sensible dan sekretoris untuk mukosa laring sampai dengan subglotis Ramus externus

: bersifat motoris untuk m. cricothyreoideus

N. laryngeus inferior merupakan lanjutan dari n. recurrens N. X dan masuk ke laring di belakang articulatio cricothyreoidea, bersifat motoris untuk inervasi semua otot-otot intrinsik lainnya.

Vaskularisasi laring :

A. laryngea superior berasal dari a. thyreoidea superior cabang dari a. carotis externa.

A. laryngea inferior berasal dari a. thyreoidea inferior cabang dari truncus thyreocervicalis yang dipercabangkan oleh a. subclavia

V. laryngea superior bermuara di v. jugularis interna

V. laryngea inferior bermuara di v. anonyma sinistra

Aliran lymphe :

Dari daerah supraglottik lymphe dialirkan ke kelompok kelenjar leher profunda superior, sedang dari daerah infraglottik lymphe dialirkan ke bagian bawah dari kelompok kelenjar cervical profunda superior.

Fisiologi

Laring berfungsi :

1. Protective :

a. Pada waktu menelan dan muntah, aditus akan menutup

b. Kalau ada corpus alienum akan terjadi reflek batuk

2. Respiratory :

a. Secara pasif sebagai jalan napas. Di sini cartilago cricoidea sangat penting sebagai kerangka untuk mempertahankan lumen terutama pada trauma

b. Secara aktif mengatur lebar rima glotidis dalam pernapasan, waktu inspirasi tenang rima terbuka sedikit. Waktu expirasi tenang rima menyempit sedikit dan waktu inspirasi dalam rima akan membuka lebar. Ini adalah untuk mengatur pertukaran CO2 dan O2 dan dengan demikian mempengaruhi acid-base balance dalam darah dan jaringan.3. Circulatory :

a. Dengan perubahan tekanan di dalam tracheobronchial tree dan parenkim paru-paru terjadilah efek pemompaan darah dalam pembuluh-pembuluh darah di dinding alveoli.4. Fixative :

Dengan menutup glotis pada akhir inspirasi terjadi fixasi dari thorax sehingga thorax dapat berfungsi sebagai :

Punctum fixum dari otot-otot lengan atas, misalnya pada waktu mengangkat beban berat. Punctum fixum otot-otot abdominal, misalnya untuk mengejan pada waktu partus, defaecatio, mictio dan lain-lain.5. Deglutitory :

Pada reflek menelan laring diangkat dan aditus laryngis menutup. Pada bayi letak laring relatif masih tinggi seolah-olah seperti cerobong sehingga ia bisa menyusu sambil bernapas.6. Tussive :

Reflek batuk jika ada corpus alienum.7. Expectorative :

Kedua macam fungsi ini sebetulnya juga bersifat protective dan merupakan pertahanan lini kedua, yaitu pada

1. Corpus alienum yang berhasil melewati lini pertama (aditus dan glotis) akan menyebabkan reflek batuk yang mengusahakan keluarnya corpus alienum tersebut. JACKSON menyebut reflek batuk ini sebagai the watchdog of the lung2. Corpus alienum endogen seperti sekret dan sequestra dari bagian perifer paru-paru dan bronkhioli digerakkan oleh silia dan baru setelah sampai di cabang bronkhi yang lebih besar karena tekanan pada dasar ventriculus laryngis.

8. Emotional : laring jelas berperan dalam :

a. Menangis

b. Rasa takut, terkejut (berteriak)

c. Mengantuk / menguap

9. Phonatory :

a. Bisanya dianggap sebagai satu-satunya fungsi utama, padahal sebenarnya fungsi ini tidak vital.b. Laring tidak menghasilkan kata-kata, tetapi hanya suara yang dihasilkan dari getaran plica vocalis bagian depan.

Kata-kata ini dibentuk oleh apa yang disebut the molds of speech yaitu : faring, palatum, lidah, gigi-gigi dan bibir. Kita semua mengenal ucapan kata-kata yang tidak sempurna pada gangguan dari molds of speech ini, misalnya pada paltoschizis, parese lidah, gigi yang ompong, labioschizis dan sebagainya.

Tinggi rendahnya suara bergantung dari :

Ketegangan plica vocalis : makin tegang makin tinggi nadanya, seperti meniup terompet makin tegang bibir makin tinggi nada yang keluar. Panjangnya kolom udara supraglotik, makin pendek makin tinggi suaranya (ingat pada instrumen musik trombone). Diameter kolom udara di atas plica vocalis, makin sempit makin tinggi nadanya.

Tekanan udara intratrakeal : makin tinggi tekanannya makin tinggi nada suara.

Biduan dengan suara tinggi (soprano) waktu menyanyikan nada yang tinggi akan menaikkan tekanan intratrakeal (peganglah Adams Apple waktu menyanyi, makin tinggi suara, laring makin naik), dan menyempitkan diameter faring dan ventriculus laryngis.

The molds of speech membentuk kata-kata dari suara yang dihasilkannya : S adalah suara dari aliran udara di antara lidah dan palatum durum yang sempit ; F suara udara antara incisivus atas dan bibir bawah ; P, T, K adalah suara udara yang dilepaskan dengan tiba-tiba.

Suara menyanyi (singing voice) sebenarnya adalah pemanjangan suara huruf hidup (vocal sounds) dengan tinggi nada yang dikontrol.

Suara pria dibedakan :

Bass

: frekuensi E 80 E 320

Baritone : antara bass dan tenor

Tenor

: frekuensi C 128 B 480

Suara wanita :

Contralto: E 160 E 640

Mezzo-soprano: antara contralto dan soprano

Soprano: C 256 C 1024

Bisanya seseorang mempunyai range 2 oktaf, tetapi dengan latihan vocal dapat mencapai 3 oktaf. Frekuensi C 1024 disebut juga high C, sedangkan suara setnggi C 2048 pernah dicapai.Mutasi suara : pada adolescentio, anak laki-laki laringnya tumbuh dengan cepat menjadi panjang dan lebar, karena itu suara menjadi besar dan kadang-kadang diselingi seuara tinggi karena kontrol masih kurang sempurna. Pada anak perempuan pertumbuhan laringnya secara lambat-laun hingga hampir tak ada perubahan suara.

Suara konversasi (percakapan) pada pria berkisar sekitar C 128 ( C below middle C ) sedangkan pada wanita sekitar C 256 ( middle C ).

Sifat suara (character of sound) : kita bisa mengenali suara seseorang karena sifat-sifat yang sudah tertentu pada orang tua itu tentang :

Molds of speechnya

Anatomi laringnya

Ruang-ruang resonansinya

Gerakan otot-ototnya

Suara orang tua (suara senile) : bisanya tinggi dan gemetar, karena :

Adanya fibrosis dan hyalinisasi plica vocalis hingga banyak mengandung jaringan ikat padat dan kasar

Bertambahnya epithel berlapis gepeng

Kelemahan syaraf dan otot-otot laringSuara bisik terjadi karena getaran udara melalui pars intercartilaginea dengan getaran lemah dari plica vocalis, sehingga berbisik-bisik bukanlah vocal rest.

Ventriloquist (verter = perut, locotus = berbicara) sebenarnya berbicara (fonasi) pada waktu inspirasi sehingga terjadi resonansi dalam kolom udara tracheobronchial.

BEBERAPA GEJALA KELAINAN LARING

1. BATUK : ditimbulkan oleh iritasi mukosa laring2. DYSPHONIA dan APHONIA Adalah gejala yang penting karena dalam bentuknya yang kronis merupakan gejala dini dari penyakit yang serius.Dysphonia = suara yang kasar yang bernada lebih rendah dari pada normal untuk seseorang. Setiap kelainan yang mengganggu bertemunya kedua plica vocalis, ketegangannya dan bergetarnya dapat menyebabkan dysphonia.

Misalnya :

Paralysis otot-otot intrinsic Oedema karena :

Alergi

Trauma (laringkoskopi direk, trakeoskopi, bronkhoskopi, intubasi nasotrakeal / endotrakeal, menelan zat-zat korosif, radiasi, dll)

Inflamasi karena merokok, minum alkohol, inhalasi udara padas dan uap zat-zat yang merangsang

Infeksi : terjadi oedema dan sekret

Tumor

Sikatriks pada plica vocalis

Fiksasi dari articulatio cricoarytaenoideus

Dysphonia plicae ventricularis

Congenital

3. ODYNOPHONIA : rasa sakit waktu berbicara

4. STRIDOR : suara yang terjadi pada obstruksi aliran udara ke dalam atau keluar dari lower respiratory tract. Kalau obstruksi di permulaan tracheobronchial tree seperti di laring, suara terjadi pada inspirasi dan disebut stridor inspiratoir. Stridor inspiratoir ini yang suaranya khas disebut croup.

5. GAGGING (gangguan menelan, kesalak, choking)

Sering terjadi pada anak kecil (