Budidaya Jamur Tiram

download Budidaya Jamur Tiram

of 14

Transcript of Budidaya Jamur Tiram

Budidaya Jamur Tiram

Posted by crew_cerianet

I. PENDAHULUAN Jamur merupakan tanaman yang berinti, berspora, tidak berklorofil berupa sel atau benangbenang bercabang. Karena tidak berklorofil, kehidupan jamur mengambil makanan yang sudah dibuat oleh organisme lain yang telah mati Jamur tiram bila kita budidayakan akan mendapat manfaat berganda. Selain rasanya lezat mengandung gizi yang cukup besar manfaatnya bagi kesehatan manusia sehingga jamur tiram dapat dianjurkan sebagai bahan makanan bergizi tinggi dalam menu sehari- hari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pakar jamur di Departemen Sains Kementrian Industri Thailand bebarapa zat yang terkandung dalam jamur tiram atau Oyster mushroom adalah protein 5,94 %; karbohidrat 50,59 %; serat 1,56 %; lemak 0,17 % dan abu 1,14 %. Selain kandungan ini, Setiap 100 gr jamur tiram segar ternyata juga mengandung 45,65 kalori; 8,9 mg kalsium: 1,9 mg besi; 17,0 mg fosfor. 0,15 mg Vitamin B1; 0,75 mg vitamin B2 dan 12,40 ing vitamin C. Dari hasil penelitian kedokteran secara klinis, para ilmuwan mengemukakan bahwa kandungan senyawa kimia khas jamur tiram berkhasiat mengobati berbagai penyakit manusia seperti tekanan darah tinggi, diabetes, kelebihan kolesterol, anemia, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan polio dan influenza serta kekurangan gizi. Staf Balai Tekmk>gi Pertanion, J1. dr Opto 17 tilp (0341) 426865 Lowa%-Malang Materi disampaikan pada Dikiat Purm Tugcs karyawan PT Petrokimia Gresik di Balai Teknologi Pertafflan Bedoli-Uwang, ta~l 23 Jub 2003 Secara social budaya, jamur tiram, merupakan bahan pangan bergizi, berkhasiat obat yang lebih murah dibandingkon obat modern. Secare ekonomis merupakan komoditas yang tinggi harganya dan dapat meningkatkan pendapatan petani serta dapat dijadikan makanan olahan untuk konsumsi dalam upaya peningkatan gizi masyarakat II. SYARAT TUMBUH Tempat tumbuh Jamur tiram termasuk dalam jenis jamur kayu yang dapat tumbuh baik pada kayu lapuk dan mengambil bahan organic yang ada didalamnya. Untuk membudidayakan jamur jenis ini dapat menggunakan kayu atau serbuk gergaji sebagai media tanamnya. Serbuk kayu yang baik untuk dibuat sebagai bahan media tanam adalah dari jenis kayu yang keras sebab kayu

yang keras banyak mengandung selulosa yang merupakan bahan yang diperlukan oleh jamur dalam jumlah banyak disamping itu kayu yang keras membuat media tanaman tidak cepat habis. Kayu atau serbuk kayu yang berasal dari kayu berdaun lebar komposisi bahan kimianya lebih baik dibandingkan dengan kayu berdaun sempit atau berdaun jarum dan yang tidak mengandung getah, sebab getah pada tanaman dapat menjadi zat ekstraktif yang menghambat pertumbuhan misellium. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan serbuk kayu sebagai bahan baku media tanam adalah dalam hal kebersihan dan kekeringan, selain itu serbuk kayu yang digunakan ticlak busuk dan tidak ditumbuhi jornur jenis lain.

Untuk meningkatkan produksi jamur tiram, maka dalam campuran bahan media tumbuh selain serbuk gergaji sebagai bahan utama, perlu bahan tambahan berupa bekatul dan tepung jagung. Dalam hal ini harus dipilih bekatul dan tepung jagung yang mutunya baik, masih baru sebab jika sudah lama disimpan kemungkinan telah menggumpal atau telah mengalami fermentasi serta tidak tercampur dengan bahan-bahan lain yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur. Kegunaan penambahan bekatul dan tepung jagung merupakan sumber karbohidrat, lemak dan protein. Disamping itu perlu ditambahkan bahan-bahan lain seperti kapur ( Calsium carbonat ) sebagai sumber mineral dan pengatur pH meter Media yang terbuat dari campuran bahan-bahan tersebut perlu diatur kadar airnya. Kadar air diatur 60 - 65 % dengan menambah air bersih agar misellia jamur dapat tumbuh dan menyerap makanan dari media tanam dengan baik Penambahan air yang tidak bersih dapat menyebabkan media terkontaminasi dengan mikroorganisme Tingkat keasamon ( pH) Tingkat keasaman media sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur tiram. Apabila pH terlalu rendah atau terlalu tinggi maka pertumbuhan jamur akan terhambat. bahkan mungkin akan tumbuh jamur lain yang akan mergganggu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri. Keasaman pH media perlu diatur antara pH 6 - 7 dengan menggunakan kapur ( Calsium carbonat ) Suhu udara Pada budidaya jamur tiran suhu udara memegang peranan yang penting untuk mendapatkan pertumbuhan badan buah yang optimal. Pada umumnya suhu yang optimal untuk pertumbuhan jamur tiram, dibedakan dalam dua fase yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu udara berkisar antara 22 - 28 OC dengan kelembabon 60 - 70 % dan fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara antara 16 - 22 OC. Cahaya Pertumbuhan misellium akan tumbuh dengan cepat dalam, keadaan gelap/tanpa sinar, Sebaiknya selama masa pertumbuhan misellium ditempatkan dalam ruangan yang gelap, tetapi pada masa pertumbuhan badan buah memerlukan adanya rangsangan sinar. Pada tempat yang sama sekali tidak ada cahaya badan buch tidak dapat tumbuh, oleh karena itu pada masa terbentuknya badan buah pada permukaan media harus mulai mendapat sinar dengan intensitas penyinaran ? 60 - 70 % III. TAHAPAN DALAM KEGIATAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM

1. Persiapan Media Tanam Sebelum dilakukan penanaman ( inokulasi ) bibit kedalam media tanam, perlu dilakukan persiapan-persiapan antara lain: Menyiapkan bahan dan alat yang digunakan. Mencampur serbuk kayu dengan bahan-bahan lain seperti bekatul, tepung jagung dan kapur sampai merata ( homogen ) kemudian diayak. Menambah air hingga kandungan air dalam media menjadi 60?-65 % lalu tentukan pH-nya dengan kertas lakmus. Memasukkan media tanam kedalam kantung plastik polypropilene dan memadatkannya lalu bagian atas kantung plastik diberi cincin paralon kemudian dilubangi 1/3 bagian dengan kayu dan ditutup dengan kertas lilin serta diikat dengan karet pentil. Melakukan sterilisasi pada suhu 95 OC selama 7 - 8 jam Mendinginkan media tanam selama 8 - 12 jam dalam ruangan inokulasi 2. Penanaman ( Inokulasi Inokulasi dilakukan setelah media tanam dingin dengan suhu antara 22 - 28 OC. Menyiapkon alat dan bahan yang diperlukan dalam proses penanaman ( inokulasi ). Sterilisasi semua alat dan bahan yang akan digunakan Membuka penutup/ kertas lilin dan memasukkan bibit dari dalam botol kedalam media tanam dengan menggunakan stik inokulasi. Menutup kembali penutup/kertas lilin dan mengikat dengan karet pentil. Memindahkan media tanam yang telah ditanami bibit tersebut kedalam ruangan inkubasi sampai tumbuh misellium jamur, Lamanya penumbuhan misellium jamur antara 45 - 60 hari. Setelah misellium memenuhi kantong plastik dipindahkan ke ruang produksi dengan membuka tutup kontong plastik dan menyemprot air secara teratur 3. Panen Setelah 10 - 15 hari kemudian dapat dipanen untuk pertama kali, panen berikutnya setiap dua hari sekali secara teratur selama 6 bulan. Analisa Usaha Tani Jamur Tiram ( 5.000 Polybag ) I. Biaya operasional a. Biaya langsung * 5.000 polybeg @ RP. 1250,- = Rp. 6.250.000,* Tenaga kerja ( perawatan ,panen) = Rp.3.000.000,b. Biaya tak langsung Kumbung ( Rumah jamur ) = Rp. 6.000.000,-

Ukuran 7 x 20 m Tak terduga = Rp. 500.000,TOTAL = Rp. 15.750.000,II. Penerimaan Rp. 18.000.000,Periode I Tiap polybog panen 4009r Harga RP. 9000/ kg Jadi : 400 x 5.000 = 2.000 kg x Rp. 9.000 Periode I : Rp. 18.000.000 - Rp.15.750.000 = Rp. 2.250.000 Periode II : Rp.18.000.000 - Rp 9.750.000 = RP. 8.250.000 Periode III : Rp.18.000.000 - Rp 9.750.000 = RP. 8.250.000 Periode IV : Rp.18.000.000-Rp 9.750.000 = RP. 8.250.000http://cerianet-agricultur.blogspot.com/2008/12/budidaya-jamur-tiram.html

Budidaya Jamur Tiram lebih Mudah dengan Media Murahhttp://www.cybertokoh.com/news/jamur.htm Edisi 325 / Minggu / 1 3 Maret 2005 AGRIBISNIS jamur tiram, di Nusa Tenggara Barat, sampai saat ini masih tergolong hal baru. Di Jawa dan Bali, bisnis ini sudah cukup lama dikenal. Di Lombok, tidak banyak bahkan bisa dikatakan hanya satu dua saja yang menggeluti usaha ini. Salah satunya adalah usaha yang dirintis Ir. M. Mahrup Kaseh sejak tahun 1989. Hingga kini usaha itu masih bertahan dan terus melakukan inovasi pada teknik budidaya dan pengembangan pemasarannya sehingga menjadi agribisnis yang utuh dan mudah dilaksanakan sebagai teknologi tepat guna yang ramah lingkungan. Pengembangan teknik budidaya ini dipermudah dengan menggunakan bibit sebar dedan dengan media yang mudah dan murah. Alat pres dan alat sterilisasi direkayasa sendiri sehingga mudah dilaksanakan dengan hasil yang baik. Teknik dan alat yang digunakan merupakan hasil pencarian terus menerus, ungkap pensiunan PNS ini yang mengaku, belajar membudidayakan jamur lewat buku, potongan-potongan koran, majalah dan informasi yang ia kumpulkan. Di Mataram, menurut, Ir. Parman, Ph.D, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Mataram, yang selama ini peduli dalam penelitian dan permasalahan jamur, animo masyarakat untuk membudidayakan jamur ini terbilang kurang. Padahal untuk komoditi ekspor usaha ini sangat menjanjikan, katanya. Berbeda dengan jamur merang yang perlu ruangan tertutup dan hangat serta kedap udara, jamur tiram tidak memerlukan suhu tertentu atau ruang kedap udara. Pada suhu biasa, jamur tiram bisa tumbuh dengan baik, lanjutnya. Jamur tiram yang umum dikembangkan untuk budidaya biasanya berwarna putih, sementara warna coklat dan merah muda tidak. Menyoal rasa dari

jamur tersebut, ungkap Parman, tergantung medianya. Sementara itu, untuk menghasilkan jamur sesuai warnanya tergantung pada warna asal bibit yang ditanam.-niek Cermati Ciri-ciri Jamur Beracun SECARA umum, jamur termasuk dalam jenis sayuran yang mengandung sedikit sekali protein dan hidrat arang, seperti halnya kangkung, ketimun, kool, kembang kool, tauge, sawi. Karena kandungan kalorinya rendah, jamur boleh dimakan sekehendak atau bebas tanpa memperhitungkan banyaknya, kata Ni Nyoman Widarmini, S.K.M. Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum, Mataram. Tentunya, jamur yang boleh dimakan atau tidak beracun, ungkap Ir. Parman, Ph.D. Menurutnya, jamur tiram, yang berkembang dibudidayakan hingga saat ini adalah jamur tiram putih, coklat dan merah muda. Jamur ini, tumbuh di kayu yang mengalami pelapukan atau yang sudah mati, tumbuh pula di ilalang, sampah tebu dan sampah sagu. Jamur tersebut tidak beracun dan boleh dimakan. Jamur yang tergolong beracun dan tidak dapat dikonsumsi, lanjutnya, jika jamur tiram misalnya, tumbuh di kayu yang masih hidup, tumbuh di bangkai, kotoran ayam atau binatang ternak. Jika termakan, jamur jenis ini akan menyebabkan keracunan dan dalam konsentrasi racun tinggi dan bisa menyebabkan kematian, ujarnya. Ciri-ciri jamur beracun antara lain, umumnya tangkai payungnya bergelang atau terdapat lingkaran menyerupai cincin. Tapi, katanya, tidak semua yang bergelang merupakan jamur beracun. Selain itu, aroma jamur akan terasa berbau sangat tajam, jika dipotong terdapat cairan kekuning-kuningan dan berlendir. Jika terdapat tanda-tanda tersebut, sebaiknya jamur ini jangan dikonsumsi, saran Parman. Jamur ini biasanya tumbuh liar, sementara jamur yang sengaja dibudidayakan untuk dikonsumsi tentunya jamur yang tidak beracun, jadi tidak perlu khawatir membeli jamur apalagi yang sudah dalam kemasan. Selain dikonsumsi dalam keadaan segar, jamur juga kerap dikonsumsi setelah mengalami pengeringan untuk pengawetan. Menurut Nyoman, antara jamur segar dan jamur kering terdapat perbedaan kalori yang dikandungnya. Jamur segar dalam 100 gram di dalamnya terdapat 15 kalori, protein 3,8 gram, lemak 0,6 gr, karbohidrat 0,9 gr, kalsium 3 mg, zat besi 1,7 mg, vitamin B 0,1 mg dan vitamin C 5 mg. Sedangkan pada 100 gram jamur kering terdapat 128 kalori, protein 16 gram, lemak 0,9 gr, karbohidrat 64,6 mg, kalsium 51 mg, zat besi 6,7 mg, vitamin B 0,1 mg dan tidak mengandung vitamin C. Jamur segar maupun jamur kering keduanya tidak mengandung vitamin A, ujar Nyoman yang sudah 15 tahun bekerja di Instalasi Gizi ini. niek Belum Mampu Memenuhi Permintaan BUDIDAYA jamur tiram dengan memanfaatkan limbah gergajian kayu yang dilakukan Mahrup, bisa dijadikan alternatif usaha yang mempunyai prospek sangat baik. Selain memakai bahan yang mudah dan murah, Mahrup juga membuat sendiri bibit induk dan bibit sebar jamur tiram ini, sehingga tidak perlu lagi mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli bibit. Dalam waktu dua setengah bulan bibit tersebut sudah dapat dipakai, lebih cepat ketimbang proses yang selama ini dikenal yang memakan waktu sekitar empat bulan. Membuat bibit induk dan bibit sebar jamur tiram dilakukan dengan menyediakan media antara lain dedak halus dan tepung jagung yang dicampur dan ditambahkan air lalu dibuat adonan atau pasta (perbandingan 2:1). Media tanam dipres dengan alat pres yang direkayasa sendiri. Proses perawatan hingga panen dalam budidaya jamur tiram ini juga cenderung gampang. Setelah polybag-polybag dingin, bibit jamur tiram dimasukkan satu sendok di bagian atasnya dan disimpan dalam ruang inkubasi. Jumlah bibit yang dimasukkan tidak akan berpengaruh pada berat jamur yang dihasilkan melainkan proses keluarnya jamur bisa lebih cepat, kata Mahrup.

Lama kelamaan, polybag-polybag tersebut nantinya akan kelihatan memutih di seluruh permukaannya. Jika sudah putih semua, polybag tersebut dapat dipindahkan ke ruang produksi, ujar Mahrup. Dalam ruang produksi, perawatan sederhana dimulai dengan membersihkan ruangan tiap pagi serta menyemprot polybag dengan air untuk tetap menjaga kelembaban ruangan serta merangsang tumbuhnya jamur tiram. Agar proses tumbuhnya jamur cepat, maka kapas penutup mulut polybag dibuka beberapa sebelum jamur keluar. Dalam waktu 15 hari dalam ruang produksi, jamur akan terlihat bermunculan, keluar dari mulut-mulut polybag. Tidak lama setelah itu, selang tiga hari kemudian jamur tiram pun mekar dan panen pertama pun bisa dimulai. Selain menjual jamur segar, Mahrup juga menyediakan polybag-polybag berisi jamur tiram berumur sehari untuk dijual. Artinya, kami menjual jamur yang sudah keluar dan kemungkinan sudah tidak lagi terkontaminasi, katanya. Untuk pemasaran polybag jamur siap panen ini, Mahrup memakai sistem mitra, mereka yang sengaja membeli polybag-polybag jamur siap panen tersebut. Sampai saat ini, ia memiliki setidaknya enam mitra yang rutin mengambil masingmasing 200 polybag tiap bulannya. Di samping itu, pemasaran dilakukan di pasar-pasar tradisional sekitar Mataram. Permintaan akan jamur siap panen dalam polybag tersebut, menurutnya, sangat tinggi, hanya saja ia belum mampu menyediakannya. Tahun 2005 ini ia telah membuat bibit lebih banyak dari biasanya, serta sedang melakukan proses percobaan pada kemungkinan bisa menambah berat jamur tiram saat dipanen setidaknya dua ons. Di rumahnya, tempat budidaya jamur tiram sampai saat ini, Mahrup telah banyak memberikan pelatihan-pelatihan pada mahasiswa tentang budidaya jamur tiram juga sebagai tempat PKL, sumber bahan penelitian dan konsultasi teknologi serta menjadi tempat tujuan agrowisata yang sering dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah di NTB. niekhttp://permimalang.wordpress.com/2008/02/26/budidaya-jamur-tiram-lebih-mudah-dengan-mediamurah/

Jamur tiramDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa?

Jamur tiram

Jamur tiram

Status konservasiStatus konservasi: Aman

Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Fungi Filum: Kelas: Ordo: Famili: Genus: Basidiomycota Homobasidiomycetes Agaricales Tricholomataceae Pleurotus

Spesies: P. ostreatus Nama binomial Pleurotus ostreatusChamp. Jura. Vosg. 1: 112, 1872

Jamur tiram di permukaan batang kayu.

Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah

agak cekung.[1] Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii dan sering dikenal dengan sebutan King Oyster Mushroom.[2]

Daftar isi[sembunyikan]y y y y y y

y y y

1 Karakteristik 2 Siklus hidup 3 Syarat pertumbuhan 4 Kandungan gizi 5 Manfaat 6 Budidaya o 6.1 Media tanam dan komposisi o 6.2 Media lain o 6.3 Metode budidaya 7 Lihat pula 8 Referensi 9 Pranala luar

[sunting] KarakteristikTubuh buah jamur tiram memiliki tangkai yang tumbuh menyamping (bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus.[2] Bagian tudung dari jamur tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter 5-20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit berlekuk.[1] Selain itu, jamur tiram juga memiliki spora berbentuk batang berukuran 8-113-4 m serta miselia berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat.[1] Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk.[3] Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu.[3] Untuk itu, saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat yang dibuat harus memperhatikan habitat alaminya.[4] Media yang umum dipakai untuk membiakkan jamut tiram adalah serbuk gergaji kayu yang merupakan limbah dari penggergajian kayu.[4]

[sunting] Siklus hidupPada umumnya jamur tiram, Pleurotus ostreatus, mengalami dua tipe perkembangbiakan dalam siklus hidupnya, yakni secara aseksual maupun seksual.[5] Seperti halnya reproduksi aseksual jamur, reproduksi aseksual basidiomycota secara umum yang terjadi melalui jalur spora yang terbentuk secara endogen pada kantung spora atau sporangiumnya, spora aseksualnya yang disebut konidiospora terbentuk dalam konidium. [6] Sedangkan secara seksual, reproduksinya terjadi melalui penyatuan dua jenis hifa yang bertindak sebagai gamet jantan dan betina

membentuk zigot yang kemudian tumbuh menjadi primodia dewasa.[6] Spora seksual pada jamur tiram putih, disebut juga basidiospora yang terletak pada kantung basidium.[6] Mula-mula basidiospora bergerminasi membentuk suatu masa miselium monokaryotik, yaitu miselium dengan inti haploid.[6] Miselium terus bertumbuh hingga hifa pada miselium tersebut berfusi dengan hifa lain yang kompatibel sehingga terjadi plasmogami membentuk hifa dikaryotik.[7] Setelah itu apabila kondisi lingkungan memungkinkan (suhu antara 10-20 C, kelembapan 85-90%, cahaya mencukupi, dan CO2 < 1000 ppm) maka tubuh buah akan terbentuk.[8] Terbentuknya tubuh buah diiringi terjadinya kariogami dan meiosis pada basidium.[7] Nukleus haploid hasil meiosis kemudian bermigrasi menuju tetrad basidiospora pada basidium.[7] Basidium ini terletak pada bilah atau sekat pada tudung jamur dewasa yang jumlahnya banyak (lamela).[6] Dari spora yang terlepas ini akan berkembang menjadi hifa monokarion.[6] Hifa ini akan memanjangkan filamennya dengan membentuk cabang hasil pembentukan dari dua nukleus yang dibatasi oleh septum (satu septum satu nukleus).[6] Kemudian hifa monokarion akan mengumpul membentuk jaringan sambung menyambung berwarna putih yang disebut miselium awal dan akhirnya tumbuh menjadi miselium dewasa (kumpulan hifa dikarion).[6] Dalam tingkatan ini, hifa-hifa mengalami tahapan plasmogami, kariogami, dan meiosis hingga membentuk bakal jamur.[6] Nantinya, jamur dewasa ini dapat langsung dipanen atau dipersiapkan kembali menjadi bibit induk.[6]

[sunting] Syarat pertumbuhanDalam menggunakan media pertumbuhan, jerami yang baik untuk dibuat sebagai bahan media tanam adalah dari jenis jerami yang keras sebab jerami yang keras banyak mengandung selulosa yang merupakan bahan yang diperlukan oleh jamur dalam jumlah banyak disamping itu jerami yang keras membuat media tanaman tidak cepat habis.[4] Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jerami sebagai bahan baku media tanam adalah dalam hal kebersihan dan kekeringan, selain itu jerami yang digunakan tidlak busuk dan tidak ditumbuhi jamur jenis lain.[4] Media yang terbuat dari campuran bahan-bahan tersebut perlu diatur kadar airnya.[4] Kadar air diatur 60 - 65 % dengan menambah air bersih agar misellia jamur dapat tumbuh dan menyerap makanan dari media tanam dengan baik.[4]

Habitat alami jamur tiram

Secara alami, jamur tiram Pleurotus ditemukan di hutan dibawah pohon berdaun lebar atau di bawah tanaman berkayu.[4] Jamur tiram tidak memerlukan cahaya matahari yang banyak, di tempat terlindung miselium jamur akan tumbuh lebih cepat daripada di tempat yang terang dengan cahaya matahari berlimpah.[4] Pertumbuhan misellium akan tumbuh dengan cepat dalam keadaan gelap/tanpa sinar.[4] Pada masa pertumbuhan misellium, jamur tiram sebaiknya ditempatkan dalam ruangan yang gelap, tetapi pada masa pertumbuhan badan buah memerlukan adanya rangsangan sinar.[4] Pada tempat yang sama sekali tidak ada cahaya badan buah tidak dapat tumbuh, oleh karena itu pada masa terbentuknya badan buah pada permukaan media harus mulai mendapat sinar dengan intensitas penyinaran 60 - 70 %.[4] Pada budidaya jamur tiram suhu udara memegang peranan yang penting untuk mendapatkan pertumbuhan badan buah yang optimal.[4] Pada umumnya suhu yang optimal untuk pertumbuhan jamur tiram, dibedakan dalam dua fase yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu udara berkisar antara 22 - 28 OC dengan kelembaban 60 - 70 % dan fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara antara 16 - 22 OC.[4] Tingkat keasaman media juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur tiram.[4] Apabila pH terlalu rendah atau terlalu tinggi maka pertumbuhan jamur akan terhambat.[4] bahkan mungkin akan tumbuh jamur lain yang akan mergganggu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri.[4] Keasaman pH media perlu diatur antara pH 6 - 7 dengan menggunakan kapur (Calsium carbonat).[4] Kondisi di atas lebih mudah dicapai di daerah dataran tinggi sekitar 700-800 m dpl.[1] Kemungkinan budidaya jamur di dataran rendah tidaklah mustahil asalkan iklim ruang penyimpanan dapat diatur dan disesuaikan dengan keperluan jamur.[4]

[sunting] Kandungan giziBerdasarkan penelitian Sunan Pongsamart, biochemistry, Faculty of Pharmaceutical Universitas Chulangkorn, jamur tiram mengandung protein, air, kalori, karbohidrat, dan sisanya berupa serat zat besi, kalsium, vitamin B1, vitamin B2, dan vitamin C.[9] Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan bahan makanan bernutrisi dengan kandungan protein tinggi, kaya vitamin dan mineral, rendah karbohidrat, lemak dan kalori.[10] Jamur ini memiliki kandungan nutrisi seperti vitamin, fosfor, besi, kalsium, karbohidrat, dan protein.[10] Untuk kandungan proteinnya, lumayan cukup tinggi, yaitu sekitar 10,5-30,4%.[10] Komposisi dan kandungan nutrisi setiap 100 gram jamur tiram adalah 367 kalori, 10,5-30,4 persen protein, 56,6 persen karbohidrat, 1,7-2,2 persen lemak, 0.20 mg thiamin, 4.7-4.9 mg riboflavin, 77,2 mg niacin, dan 314.0 mg kalsium.[10][11] Kalori yang dikandung jamur ini adalah 100 kj/100 gram dengan 72 persen lemak tak jenuh.[10] Serat jamur sangat baik untuk pencernaan.[10] Kandungan seratnya mencapai 7,4- 24,6 persen sehingga cocok untuk para pelaku diet.[12][10] Kandungan gizi jamur tiram menurut Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian.[10] Protein rata-rata 3.5 4 % dari berat basah.[10] Berarti dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan asparagus dan kubis. Jika dihitung berat kering.[10] Kandungan proteinnya 10,5-30,4%.[10] Sedangkan beras hanya 7.3%, gandum 13.2%, kedelai 39.1%, dan susu sapi 25.2%.[10] Jamur tiram juga mengandung 9 macam asam amino yaitu lisin, metionin, triptofan, threonin, valin, leusin, isoleusin, histidin, dan fenilalanin.[10] 72% lemak dalam jamur tiram adalah asam lemak tidak jenuh sehingga aman dikonsumsi baik yang menderita kelebihan kolesterol (hiperkolesterol) maupun gangguan metabolisme lipid lainnya.[10] 28% asam lemak jenuh serta adanya semacam polisakarida kitin di dalam jamur tiram diduga menimbulkan rasa enak.[10] Jamur tiram juga mengandung vitamin penting, terutama vitamin B, C dan D. vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin), niasin dan provitamin D2 (ergosterol), dalam jamur tiram cukup tinggi.[10] Mineral utama tertinggi adalah Kalium, Fosfor, Natrium, Kalsium, dan Magnesium.[10] Mineral utama tertinggi adalah : Zn, Fe, Mn, Mo, Co, Pb.[10] Konsentrasi K, P, Na, Ca dan Me mencapai 56-70% dari total abu dengan kadar K mencapai 45%.[10] Mineral mikroelemen yang bersifat logam dalam jarum tiram kandungannya rendah, sehingga jamur ini aman dikonsumsi setiap hari.[10]

[sunting] Manfaat

Jamur tiram sebagai bahan makanan

Jamur tiram juga memiliki berbagai manfaat yaitu sebagai makanan, menurunkan kolesterol, sebagai antibakterial dan antitumor, serta dapat menghasilkan enzim hidrolisis dan enzim oksidasi.[8] Selain itu, jamur tiram juga dapat berguna dalam membunuh nematoda[3] Jamur tiram ini memiliki manfaat kesehatan diantaranya, dapat mengurangi kolesterol dan jantung lemah serta beberapa penyakit lainnya. Jamur ini juga dipercaya mempunyai khasiat obat untuk berbagai penyakit seperti penyakit lever, diabetes, anemia.[13][10] Selain itu jamur tiram juga dapat bermanfaat sebagai antiviral dan antikanker serta menurunkan kadar kolesterol.[13][10] Di samping itu, jamur tiram juga dipercaya mampu membantu penurunan berat badan karena berserat tinggi dan membantu pencernaan.[10] Jamur tiram ini mengandung senyawa pleuran yang berkhasiat sebagai antitumor, menurunkan kolesterol, serta bertindak sebagai antioksidan.[10] Adanya polisakarida, khususnya Beta-D-glucans pada jamur tiram mempunyai efek positif sebagai antitumor, antikanker, antivirus (termasuk AIDS), melawan kolesterol, antijamur, antibakteri, dan dapat meningkatkan sistem imun.[10][13] Pada jamur tiram, produk ini disebut sebagai plovastin yang di pasaran dikenal sebagai suplemen penurun kolesterol (komponen aktifnya statin yang baik untuk menghambat metabolisme kolesterol di dalam tubuh manusia).[11][13] Dilihat dari kandungan gizi yang terdapat dalam jamur tiram maka bahan ini termasuk aman untuk dikonsumsi.[10] Adanya serat yaitu lignoselulosa baik untuk pencernaan.[10] USDA (United States Drugs and Administration) yang melakukan penelitian pada tikus menunjukkan bahwa dengan pemberian menu jamur tiram selama 3 minggu akan menurunkan kadar kolesterol dalam serum hingga 40 % dibandingkan dengan tikus yang tidak diberi pakan yang mengandung jamur tiram.[14] Sehingga mereka berpendapat bahwa jamur tiram dapat menurunkan kadar kolesterol pada penderita hiperkolesterol.[14][15] Di Jepang saat ini sedang diteliti potensi jamur tiram sebagai bahan makanan yang dapat mencegah timbulnya tumor.[10]

[sunting] BudidayaDi alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk.[5] Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu.[4] Untuk itu, saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat yang dibuat harus memperhatikan habitat alaminya.[5] Dalam budidaya jamur tiram dapat digunakan substrat, seperti kompos serbuk gergaji kayu, ampas tebu atau sekam.[5] Hal yang perlu diperhatikan dalam budi daya jamur tiram adalah faktor ketinggian dan persyarataan lingkungan, sumber bahan baku untuk substrat tanam dan sumber bibit.[5] Miselium dan tubuh buahnya tumbuh dan berkembang baik pada suhu 26-30 C.[4] Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) mulai dibudidayakan pada tahun 1900. Budidaya jamur ini tergolong sederhana.[5] Jamur tiram biasanya dipeliharan dengan media tanam serbuk gergaji steril yang dikemas dalam kantung plastik.[4]

[sunting] Media tanam dan komposisiMedia tanam Pleurotus ostreatus yang digunakan adalah jerami yang dicampur dengan air, dedak 10% dan kapur 1%.[16] Fungsi dari jerami adalah sebagai bahan dasar dari pertumbuhan jamur.[16] Jerami mengandung lignin, selulosa, karbohidrat, dan serat yang dapat didegradasi oleh

jamur menjadi karbohidrat yang kemudian dapat digunakan untuk sintesis protein.[16] Air pada jerami berfungsi sebagai pembentuk kelembapan dan sumber air bagi pertunbuhan jamur.[16] Dedak dan kapur merupakan bahan tambahan pada media tanam Pleurotus ostreatus.[16] Dedak ditambahkan pada media untuk meningkatkan nutrisi media tanam, terutama sebagai sumber karbohidrat, karbon, dan nitrogen.[16] Kapur merupakan sumber kalsium bagi pertumbuhan jamur.[5] Selain itu juga kapur berfungsi untuk mengatur pH media pertumbuhan jamur.[16]

[sunting] Media lainSelain jerami, media lain yang dapat digunakan seperti media serbuk gergaji yang mengandung selulosa, lignin, pentosan, zat ekstraktif, abu, jerami padi, media limbah kapas, alang-alang, daun pisang, tongkol jagung, klobot jagung, gabah padi, dan lain sebagainya.[12] Tetapi, tetap saja pertumbuhan yang paling baik ada di media serbuk gergaji dan merang.[12] Penyebabnya adalah karena jumlah lignoselulosa, lignin, dan serat pada serbuk gergaji dan merang memang lebih tinggi.[12] Sebagai contohnya dalam pembuatan media jerami padi, bahan-bahan yang digunakan adalah 15-20% jerami padi, 2.5% bekatul kaya karbohidrat, karbon, dan vitamin B komplek yang bisa mempercepat pertumbuhan dan mendorong perkembangan tubuh buah jamur, 1-1.5% kalsium karbonat atau kapur menetralkan media sehingga dapat ditumbuhi oleh jamur (pH 6,8 7,0).[12] Selain itu, kapur juga mengandung kalsium sebagai penguat batang / akar jamur agar tidak muda rontok.[12] 0.5% gips dapat memperkokoh struktus suatu bahan campuran, dan terakhir 0.25% pupuk TS sebagai nutrisi.[12][1]

[sunting] Metode budidayaBudi daya jamur tiram menggunakan substrat jerami dengan tahapan sebagai berikut: pembuatan media tanam dilakukan dengan memotong jerami menjadi berukuran 1-2 cm.[5] Rendam jeraminya selama semalaman.[5] Setelah itu, ditiriskan airnya sebelum ditambahkan dedak 10% dan kapur 1% sebagai zat hara pertumbuhan jamur.[5] Semua bahan diaduk rata dan campuran bahan tadi dimasukkan ke dalam plastik yang tahan panas hingga terisi 2/3 bagian.[5] Baru kemudian dipadatkan (dipukul-pukul dengan botol kaca).[5] Setelah cukup padat, leher plastik bagian atas dimasukkan pipa paralon dan dibagian tengah media subtrat diberi lubang dan ditancapkan tips.[5] Selanjutnya ditutupi dengan kapas lalu media substrat dilapisi dengan kertas dan diikat dengan karet.[5] Media tersebut disterilisasi pada 121C selama 20 menit di dalam autoklaf untuk memastikan bahwa tidak ada kontaminan yang tumbuh yang mungkin akan mengganggu pertumbuhan jamur.[5] Setelah steril, media substrat dibuka secara aseptis, lalu tips di tengah-tengah media dan kapas diambil dengan pinset steril.[5] Lubang yang terbentuk diisi dengan bibit jamur tiram yang ditumbuhkan pada biji sorgum pada botol (aseptis).[5] Lalu media ditutup kapas lagi dan dibungkus dengan kertas.[5] Media substrat diinkubasi pada suhu ruang selama beberapa minggu hingga tumbuh miselium.[5] Setelah tumbuh miselium, kapas pada media dibuang dan media dibiarkan terbuka.[5] Semprotkan air setiap hari pada tempat pertumbuhan jamur agar kondisi sekitar lembab dan mendukung pertumbuhannya.[5] Tubuh buah jamur akan tumbuh secara perlahan-lahan ketika media lembab dalam waktu sekitar 1 bulan lebih.[5] Tubuh buah yang sudah cukup besar diambil dan ditimbang untuk diamati pertumbuhannya setiap minggu.[5]

[sunting] Lihat pulay

Jamur kuping

[sunting] Referensi1. ^ a b c d e Parlindungan, A. K. 2000. Pengaruh konsentrasi urea dan TSP di dalam air rendaman baglog alang- alang terhadap pertumbuhan dan produksi jamur Tiram Putih (Pleurotusostreatus). Prosiding Seminar Hasil Penelitian Dosen UNRI.Pekanbaru, September 2000. 2. ^ a b (Inggris) Volk TJ. 1998. This month's fungus is Pleurotus ostreatus, the Oyster mushroom. [terhubung berkala] http://botit.botany.wisc.edu/toms_fungi/oct98.html [30 Mei 2009]. 3. ^ a b c (Inggris) Kuo M. 2005. Pleurotus ostreatus: The oyster mushroom. [terhubung berkala] http://www.mushroomexpert.com/pleurotus_ostreatus.html [3 Mar 2009]. 4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u Gunawan, A.W. 2000. Usaha Pembibitan Jamur. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 3-19. 5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w Gunawan AW, Agustina TW. 2009. Biologi dan bioteknologi cendawan dalam praktik. Jakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya. Hal. 77-83. 6. ^ a b c d e f g h i j (Inggris) Phillips, Roger. 2006. Mushrooms. Pub. McMilan. Hal. 266. 7. ^ a b c (Inggris)[OECD]. 2006. Safety Assessment of Transgenic Organisms. OECD Publishing: Australia. Hal.57-69 8. ^ a b Widiastui H, Panji T. 2008. Pola aktivitas enzim ligninolitik Pleurotus ostreatus pada limbah sludge pabrik kertas. Menara Perkebunan 76(1): 47-60. 9. ^ (Inggris) Eger G, Eden G, Wissig E. 1976.Pleurotus ostreatus breeding potential of a new cultivated mushroom. Theoretical and Applied Genetics 47: 155-163. 10. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab Sumarmi. 2006. Botani dan tinjauan gizi jamur tiram putih. Jurnal Inovasi Pertanian 4(2):124-130. 11. ^ a b Pradnyamitha. 2008. Jamur tiram makanan para dewa. [terhubung berkala]. http://bayivegetarian.com/?tag=jamur-tiram [15 Jun 2009]. 12. ^ a b c d e f g Trubus. 2007. Pijakan anyar jamur tiram. Jakarta: Trubus Swadaya. Hal. 21-27. 13. ^ a b c d (Inggris) Khatun K, Mahtab H, Khanam PA, Sayeed MA, Khan KA. 2007. Oyster mushroom reduced blood glucose and cholesterol in diabetic subjects. Mymensingh Med J 16 (1): 94 9. 14. ^ a b (Inggris) Hossain S, Hashimoto M, Choudhury EK, et al. 2003. Dietary mushroom (Pleurotus ostreatus) ameliorates atherogenic lipid in hypercholesterolaemic rats. Clin. Exp. Pharmacol. Physiol. 30 (7): 470 5. 15. ^ (Inggris) Bobek P, Ozdin L, Kuniak L. 1994. Mechanism of hypocholesterolemic effect of oyster mushroom (Pleurotus ostreatus) in rats: reduction of cholesterol absorption and increase of plasma cholesterol removal. Z Ernahrungswiss 33 (1): 44 50. 16. ^ a b c d e f g Winarni R, Rahayu U. 2002. Pengaruh formulasi media tanam dengan bahan dasar sebuk gergaji terhadap produksi jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). [terhubung berkala]. http://pustaka.ut.ac.id/puslata/pdf/70032.pdf [17 Juni 2009]. http://id.wikipedia.org/wiki/Jamur_tiram