BUDIDAYA IKAN LELE

download BUDIDAYA IKAN LELE

of 10

Transcript of BUDIDAYA IKAN LELE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternak dan ternak adalah dua factor yang sangat penting dalam usaha peternakan yang menguntungkan. Seorang peternak/budi daya yang baik tidak hanya mempunyai rasa saying kepada hewan ternak yang di budidayakannya, tetapi juga harus mengetahui bagaimana kemampuan untuk menjalankan banyak pekerjaan. Oleh karenaitu, penulis memilih judul BUDI DAYA LELE DI KOLAM KARPET. Penulis memilih judul tersebut karena masih banyak kurangnya pengetahun masyarakat tentang beternak lele dalam kolam karpet. Mungkin dengan hadirmya karya tulis ini, penulis berharap bagi para peternak lele agar dapat menyadari akan pentingnya perawatan. B. Rumusan Masalah Masalah yang di bahas pada karya tulis ini hanya dibatasi oleh penulis yaitu membahas tentang cara beternak lele dalam kolam karpet. Karena dngan mengetahui cara beternak lele dalam kolam karpet yang benar seorang peternak dapat memaksimalkan pertumbuhan dan produktivitas ikan lele. C. Tujuan Penulisan Karya tulis ini disusun untuk 1. Melengkapi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia 2. Untuk menambah wawasan bagi pembaca mengenai berbudi daya ikan lele dalam kolam karpet. 3. Meningkatkan kreatifitas siswa D. Metode Penulisan Karya tulis ini menggunakan metode literature, yaitu penulis mencari buku-buku yang berkaitan dengan judul karya tulis ini. E. Sistematika Penulisan Bab I menjelaskan tentang Pendahuluan yang berisi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan dan Sistemarika Penulisan Bab II menjelaskan tentang Keistemewaan Kolam Karpet yang meliputi Dapat dibuat di lahan yang relatif Sempit, terhindar dari Pemangsa ikan, Tingkat Kematian jauh lebih rendah, Dilengkapi Pengatur Volume Air dan mudah di pindah-pindahkan. Bab III menjelaskan Petunjuk Teknis Pembuatan Kolam Karpet yang meliputi Membuat bagian Dinding dan Dasar Kolam, Membuat Alat Pengatur Volume Air dan Meletakkan Kolam Karpet dan Memasang Alat Pengatur Volume Air. Bab IV membahas tentang Pemeliharaan dan Perawatan Lele Dalam Kolam Karpet yang meliputi Penambahan Air Dalam Kolam Karpet, Penggantian air, Tanaman Pelindung dalam Kolam dan Pemberian Pakan.

Bab V berisi penutup yang meliputi Kesimpulan dan Saran. BAB II MENGENAL IKAN LELE A. Klasifikasi dan morfologi Ikan lele menurut klasifikasi berdasarkan taksonomi yang dikemukakan oleh Weber de Beaurort (1965) digolongkan sebagai berikut Filum : Chordata, yaitu binatang bertulang belakang. Kelas : Pisces, yaitu bangsa ikan yang mempunyai insang untuk bernafas Subkelas : Teleostei, yaitu ikan yang bertulang keras. Ordo : Ostariophysi, yaitu ikan yang di dalam rongga perut sebelah atasnya memiliki tulang sebagai alat perlengkapan keseimbangan yang disebut tulang weber (weberian oscicle). Subordo : Siluroidea, yaitu ikan yang bentuk tubuhnya memanjang berkulit licin (tidak bersisik) Famili : Clariidae, yaitu suatu kelompok ikan yang mempunyai cirri khas bentuk kepalanya pipih dengan lempeng tulang keras sebagai batok kepala. Selain itu, cirri khas lainnya adalah bersungut (kumis) sebanyak 4 pasang, sirip dadanya terdapat patil dan mempunyai alat pernapasan tambahan yang terletak di bagian depan rongga insang. Alat pernapasan tersebut memungkinkan ikan lele mengambil oksigen langsung dari udara. Genus : Clarias Spesies : Clarias batrachus (ikan lele local) Clarias gariepinus (hibrida) (ikan lele dumbo) Ada beberapa variasi warna tubuh ikan lele local (Clarias batrachus) di Indonesia, yaitu hitam agak kelabu (gelap), bulai (putih), merah, serta belang-belang hitam-putih dan hitam-merah. Warna pertama (hitam agak kelabu) yang paling banyak di Indonesia. Sementara itu, tiga warna terakhir yang banyak dipelihara sebagai ikan hias. Badan lele berbentuk memanjang dengan kepala pipih di bawah (depressed). Mulut berada di ujung/terminal dengan empat pasang sungut. 4 Sirip ekor mwmbundar, tidak bergabung dengan sirip anal. Sirip perut juga membundar jika mengembang. Lele mempunyai senjata yang sangat ampuh dan berbisa berupa sepasang patil berada disebelah depan sirip dada. Selain sebagai senjata, patil ini juga bias dipergunakan ikan lele untuk melompat dari kolam atau berjalan di atas tanah. Oleh karena itu, lele mempunyai predikat tambahan sebagai walking catfish. B. Jenis Ikan Lele Ada beberapa jenis (spesies) ikan lele, yaitu Clarias batrachus,Clarias leiacanthus, Clarias nieuwhofi, dan Clarias teesmani. Clarias batrachus

termasuk jenis yang paling banyak dijumpai dan dibudidayakan, di samping terdapat di alam. Lele asli Indonesia ini (Clarias batrachus) juga banyak dipelihara di Taiwan. Sementara itu, Clarias leicanthus, Clarias nieuwhofi, dan Clarias teesmanii terdapat di perairan Indonesia, tetapi jarang ditemukan dan diduga sudah langka. Tidak ada keterangan yang jelas, mengapa ketiga spesies itu menjadi langka dan tidak dibudidayakan seperti halnya Clarias batrachus. Di Indonesia juga dikenal lele dumbo. Lele dumbo (Clarias gariepinus) adalah ikan lele hibrida yang diintroduksikan ke Indonesia dari manca Negara, yaitu Taiwan. PT Cipta Mina Sentosa dari Jakarta tercatat dalam sejarah perikanan karena telah mendatangkan ikan lele hibrida baru ini pada bulan November 1986. Ketika dimasukkan ke wilayah Indonesia melalui bandara Soekarno-Hatta, ikan lele dumbo ini tercatat bernama ilmiah Clarias fuscus dengan nama popular (inggris) king cat fish yang berarti raja ikan lele. Beberapa bulan kemudian ada pemberitaan yang menyatakan bahwa namanya yang betul adalah Clarias gariepinus. Menurut keterangan peneliti dari Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor sebenarnya lele impor yang satu ini adalah hibrida atau hasil kawin silang. Hal itu dibenarkan oleh importer dan tenaga ahlinya dari Taiwan. Lele yang diimpor tersebut adalah hasil kawin silang antara induk betina asli jenis Taiwan dengan induk lele jantan asal Kenya, Afrika. Namun, tidak jelas, apakah lele yang didatangkan itu merupakan hasil silang F1, F2, atau F3. BRPBAT, Bogor telah meneliti mengenai penamaan spesies lele dumbo secara ilmiah, yaitu menurut keadaan morfologi, warna tubuh, ukuran perbandingan panjang batok kepala disbanding panjang badan dan sifat-sifat lainnya. Disimpulkan bahwa lele dumbo tidak mirip dangan Clarias fuscus, tetapi lebih mirip C. mossambicus dari Afrika, yang memiliki panjang batok kepala 1/5 bagian dari panjang badannya. Berkaitan dengan masalah hibridasi atau perkawinan silang antar ikan lele ini, perlu ditinjau buku-buku tentang ikan lele yang ada di dunia ini. Menurut TP. Chen dalam buku Aquaculture Practices in Taiwan (1970), Clarius fuscus yang diambil betinanya dalam kawin silang dengan lele asal Afrika itu, selain di Taiwan juga terdapat di Amerika. Namun, Clarius fuscus di Amerika tidak disukai dan dianggap merugikan karena suka memangsa ikan lain. Pertumbuhan Clarius fuscus relative lambat. Pada umur 1,5 tahun, ikan lele jenis ini hanya dapat mencapai berat badan 150 gram. Di Taiwan, berat badan maksimal Clarias fuscus ini hanya dapat mencapai 500 gram dan sangat digemari oleh orang Taiwan dan Hongkong. Konon orang China percaya bahwa sup ikan lele mengandung tonik, tetapi kurang jelas khasiatnya secara pasti. Oleh karena itu, sup ikan lele banyak dicari orang dan dijual di restoran. Di Benua Afrika yang sangat luas itu telah ditemukan banyak jenis ikan lele. Menurut Guy Teugles dalam buku A Systematic Outline of the African Spesies of the Genus Clarias (1982), di Afrika paling sedikit ditemukan 122 spesies. Namun, ternyata nama-nama yang diberikan oleh penemunya setelah diteliti kembali banyak yang sinonim alias sama, jadi diberi nama dobel. Sementara itu, menurut W.J .A.R. Viveen dan kawan-kawan dalam buku Practial Manual for the Culture of the African Catfish 6

(1907), di Afrika banyak sekali jenis lele, tetapi yang menonjol (dominan) ada 4 spesies, yaitu C.lazera, C.mossambicus, C.senegalensis. dan C.gariepinus. Burchell (1822) telah meleburkan keempat spesies itu menjadi satu spesies, yaitu C.gariepinus. Peleburan nama itu didasari kemiripan cirri fisik keempat spesies tersebut, perbedaannya hanya tempat penyebaran (tempat ditemukannya). Kiranya menjadi jelas sekarang walaupun bapaknya C.mossambicus yang berasal dari Kenya dan induknya C.fuscus asli Taiwan, lele dumbo itu banyak mewarisi sifat-sifat bapaknya. Oleh karena itu, lele dumbo diberi nama ilmiah C.gariepinus (hibrida). Nama C.gariepinus sinonim dengan C.mossambicus. Seiring dengan penelitian yang dilakukan maka sejak tahun 2000 oleh Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Sukabumi telah berhasil melakukan rekayasa genetic untuk menghasilkan lele dumbo strain baru. Lele tersebut diberi nama lele sangkuriang. Pada dasarnya lele ini memiliki sifat biologi yang sama dengan lele dumbo. Lele sangkuriang adalah hasil perbaikan genetic melalui silang balik (backcross). Persilangan terjadi antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2 merupakan koleksi BBAT Sukabumi yang merupakan turunan kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia pada tahun 1985. Sementara induk jantan F6 adalah stok induk yang ada BBAT. Induk dasar yang didiseminasikan dihasilkan dari silang balik tahap kedua antara induk betina generasi kedua dengan induk jantan hasil silang balik tahap pertama. Benih dari induk lele sangkuriang hanya digunakan untuk menghasilkan ikan konsumsi. Dengan demikian, tidak disarankan untuk dijadikan induk. Alasannya adalah demi mempertahankan kualitas lele yang diproduksi. C.Penyebaran Ikan lele tersebar luas di Benua Afrika dan Asia, terutama di perairan tawar. Di beberapa Negara seperti di Filipina, Thailand, Indonesia, Laos, Kamboja, Vietnam, Birma, dan India telah diternakan. Di Indonesia, ikan lele secara alami terdapat di Kepulauan Sunda Besar maupun Sunda Kecil. D. Habitat Habitat ikan lele adlah semua peraiaran air tawar. Lele tidak pernah hidup ditemukan di air payau atau asin. Di sungai yang airnya tidak terlalu deras atau perairan yang tenang, seperti danau, waduk, telaga, rawa, serta genangan kecil merupakan lingkungan hidup ikan lele. Ikan lele mempunyai organ insang tambahan yang memungkinkan pengamblan oksigen dari udara di luar air. Oleh karena itu, ikan lele tahan hidup di perairan yang mengandung sedikit oksigen. Ikan lele juga relative tahan terhadap pencemaran bahan-bahan organic sehingga ikan ini mampu hidup di comberan yang airnya kotor. Ikan lele hidup dengan baik di dataran rendah sampai daerah perbukitan yang tidak terlalu tinggi. Apabila suhu tempat hidupnya terlalu tinggi, misalnya dibawah 20o C, pertumbuhannya agak lambat. Di daerah pegunungan dengan ketinggian diatas 700 m dpl, pertumbuhan ikan lele kurang begitu baik. E. Pakan Pakan ikan lele berupa pakan alami dan pakan tamabahan. Pakan alami ialah binatang renik, seperti kutu-kutu air (Daphnia, Cladosera, dan Copepoda), cacing, larva (jentik-jentik serangga), dan siput kecil. Selain bersifat karnivora pemakan (daging), ikan

lele juga memakan sisa-sisa benda yang membusk di dalam air dan kotoran manusia. Sementara itu, tumbuh-tumbuhan kurang disenangi ikan lele. Ikan lele biasanya mencari pakan dari dasar kolam. Namun, jika ada yang terapung, pakan tersebut juga tidak lepas dari sambarannya. Karena ikan lele bersifat karnivora, pakan tambahan yang baik adalah yang benyak mengandung protein hewani. Jika pakan yang diberikan banyak mengandung protein nabati, pertumbuhannya lambat. Saat ini sudah banyak tersedia pakan lele dalam bentuk pakan buatan berupa pellet. Ntuk mendapatkannya dapat membeli di took-toko pakan ternak. Salah satu kelebhan pakan buatan adalah kandungan gizinya, terutama protein, sudah disesuaikan dengan kebutuhan ikan lele. E. Perkembangbiakkan Ikan lele mencapai kedewasaan setelah ukuran 100 gram atau lebih. Jika sudah masanya berkembangbiak, ikan jantan dan betina saling berpasangan. Pasangan tersebut lalu mencari tempat, yakni lubang yang teduh dan aman untuk bersarang. Lubang sarang ikan lele terdapat kira-kira 20 30 cm dibawah permukaan air. Ikan lele tidak membuat sarang dari suatu bahan (jerami atau rumput-rumputan),seperti ikan gurami, tetapi hanya meletakkan telurnya diatas dasar lubang sarangnya tersebut. Pada perkawinannya, induk betina melepaskan telur bersamaan waktunya dengan jantan melepaskan mani (seperma) didalam air. Setelah terjadi pembuahan dalam air, telur dijaga oleh induk betina sampai menetas dan cukup kuat berenang. Sementara itu, induk jantan meninggalkan sarang dan tidak menghiraukan anak-anaknya setelah perkawinan. Seekor ikan betina dapat menghasilkan 1000 4000 butir telur sekali memijah. Dalam tempo 24 jam setelah perkawinan, telur akan menetas. Selama 7 10 hari anak ikan lele dijaga oleh induknya sampai burayak cukup kuat meninggalkan sarangnya. Biasanya ikan lele memijah sore hari pada musim hujan. Lain halnya di kolam pemeliharaan, ikan lele dapat memijah sepanjang tahun. Hal ini mungkin disebabkan oleh keadaan kolam yang dapat dialiri air baru setiap saat. Namun, Tanpa aliran air atau sirkulasi airpun, ikan lele dapat juga memijah di kolam, tetapi frekuensinya tidak begitu sering. BAB III KEISTIMEWAAN KOLAM KARPET A. Dapat dibuat di lahan yang relatif Sempit Usaha pembesaran lele dumbo dengan kolam karpet dapat dilakukan dipekarangan ataupun di halaman rumah yang belum dimanfaatkan. Dalam setiap meter persegi kolam dapat diisi 50 70 ekor lele. Lebar kolam tidak lebih dari 3 m agar bagian dalam kolam tetap terjangkau tangan sehingga memudahkan dalam proses perawatan. Jika tersedia lahan yang cukup luas dan ada rencana untuk membuat beberapa kolam dianjurkan memulainya dengan 1 unit kolam dengan lebar 1 m dan panjang 2 m. setelah itu baru dibuat kolam dengan ukuran 3 x 6 m, dan tinggi 1 m dengan kapasitas 1.000 ekor lele. Sarana air yang digunakan dapat diambil dari air sungai, sumur galian, sumur pompa, atau air PAM.

B. Terhindar dari Pemangsa Ikan Di dalam kolam karpet uji-tetap tidak pernah ditemukan binatang seperti kepiting, ular, apalagi biawa. Namun, binatang ini Cuma akan sering dijumpai pada kolam galian untuk memangsa ikan-ikan. Kebersihan di kolam lebih mudah dijaga sehingga dapat mengurangi hama pemakan ikan. C. Tingkat kematian jauh lebih rendah Tingkat kematian tertinggi dari populasi ikan piaraan dengan menggunakan kolam karpet hanya mencapai 3 %. Sementara tingkat kematian dalam kolam galian dapat mencapai 10 30 %. Sehingga keuntungan yang diperoleh kolam karpet lebih tinggi. Sebagai gambaran dalam kegiatan uji tetap dengan menggunakan ukuran kolam 3 x 6 m, dan tinggi 1 m dapat diperoleh keuntungan usaha sebesar Rp. 385.000,00 per masa panen ( 3 bulan ). D. Dilengkapi pengatur volume air. Kolam karpet dilengkapi dengan alat pengatur volume air yang akan bermanfaat untuk memudahkan dalam penggantian air maupun pemanenan. Selain untuk menghindari banjir, alat ini juga mempermudah penyesuaian ketinggian air sesuai dengan usia ikan. Pada saat pemanenan, bagian pralon dibuka sehingga air dalam kolam akan mengalir keluar hingga kolam mongering. Ketinggian air didalam kolam yang ideal untuk bibit lele hingga usia 1 bulan adalah 30 cm. Jika ketinggian air lebih dari itu ( misalnya 40 cm, 50 cm, dan 60 cm ) maka lele seusia itu akan sulit bergerak kepermukaan untuk mengambil pakan yang mengapung atau untuk menjalankan proses pernafasan. Setelah berusia 1 3 bulan, ketinggian kolam didalam kolam ditambah secara berangsur-angsur hingga mencapai metinggian 60 cm agar lele leluasa bergerak. Pada saat musim hujan, tambahan air dari hujan yang masuk ke dalam kolam akan keluar secara otomatis melalui lubang-lubang pengaman pada bagian alat tersebut E. Mudah dipindah-pindahkan Kolam karpet dapat dengan mudah dipindah-pindahkan letaknya sesuai keinginan. Jika kolam berada di halaman dan tempat tersebut akan digunakan untuk suatu keperluan, maka lele segera dipanen dan kolam dapat digulung untuk disimpan sementara Pembuatan kolam karpet juga dapat dibuat usaha. Kolam karpet ini dapat dibuat dan dijual secara khusus dalam suatu paket, karena kolam karpet dapat dengan mudah dipindahkan. BAB IV PETUNJUK TEKNIS PEMBUATAN KOLAM KARPET A. Membuat Bagian Dinding dan Dasar Kolam Kolam karpet yang akan dibuat ini menggunakan karpet karet berukuran lebar 100 cm ( 1m ) dan panjang 200 cm ( 2m ). Dengan menyediakan 19 lembar karpet, akan dihasilkan kolam dengan ukuran panjang 580 cm, lebar 290 cm, dan tinggi 95 cm, yang dapat dipergunakan untuk membesarkan 1000 ekor lele. Untuk memudahkan pembuatan dinding maupun dasar kolam, pengerjaannya dibagi menjadi empat langkah.

Langkah pertama : Persiapan 1. Sediakan bahan karpet karet 2. Peralatan yang dipergunakan a) Cutter sebagai alat potong b) Papan kayu yang permukaannya rata dengan ukuran panjang 200 cm dan lebar 10 cm, sebagai dasar untuk memotong c) Kuas untuk mengelem karpet d) Panggaris kayu panjang 100 cm. e) Lem karet 2 kg f) Kapur untuk membuat garis pada karpet g) Gosokan karet h) Potongan kayu kasa Langkah kedua : pembuatan bagian pojok kolam 1. Siapkan 4 lembar karpet 2. Dibagian bawah masing-masing karpet diberi garis selebar 5 cm dengan kapur 3. Pada bagian lebar 5 cm disetiap karpet, tepat ditengahnya dipotong dengan cutter 4. Lengkungan karpet 5. Bagian bawah dibuat sayap yang fungsinya untuk menempelkan bagian dasar kolam 6. Langkah-langkah pembuatan pojok kolam ini dilakukan pada 4 lembar karpet tersebut. Langkah ketiga : pembuatan dinding-dinding kolam 1. Ke-4 bagian pojok kolam yang telah dibuat, lalu disambung dengan sebuah karpet untuk lebar kolam dan 2 buah karpet untuk panjangnya. Lebar sambungan karpet masingmasing 5 cm. 2. Di bagian bawah dibuat sayap, lalu sayap-sayap tersebut disambungkan mengelilingi bagian bawah kolam. 3. Hasil kegiatan 1 dan 2 akan menghasilkan dinding-dinding kolam dengan ukuran lebar 250 cm, panjang 580 cm dan tinggi 95 cm. Langkah keempat : pembuatan dasar ( lantai ) kolam 1. Untuk membuat dasar kolam dibutuhkan karpet berukuran lebar 100 cm dan panjang 200 cm sebanyak 9 lembar 2. Karpet karet 1, 2, 3 disambung dengan posisi letak permukaan karpet 2 berbeda di atas karpet 1 dan 3, untuk memudahkan pembuatannya, demikian pola penyambungan karpet 4, 5 dan 6 3. Selanjutnya ambil karpet 6 dan 7, kemudian dibagian panjangnya dipotong 10 cm sehingga menjadi 190 cm, lebar tetap 100 cm. 4. Karpet 7 dan 8 ditempatkan untuk menutup luas. Lalu karpet 9 digunakan untuk menutup bagian lain 5. Kedua bagian karpet yaitu bagian lebar dasar kolam yang menonjol dipotong sejajar dengan karpet lainnya.

B. Membuat alat pengatur Volume air Bahan-bahan : 1. Pipa pralon ukuran sedang yang panjangnya 3 m dengan diameter 5 cm 2. Satu buah keni T ukuran sesuai pipa pralon 3. Bor besi ukuran kecil 4. Gergaji 5. Tatah besi 6. Palu Pembuatan : Pralon dipotong 3 bagian dengan panjang 100 cm. Kemudian pada salah 1 pipa pralon dibuat lubang-lubang melingkari pipa pada ketinggian 60 cm. Dibagian atasnya dibuat lubang yang sama sampai menjadi 3 susun. Salah 1 14 pipa pralon yang lain dibuat lubang namun sampai ke bagian bawah. Selanjutnya lubang bagian atas ditutup dengan papan kayu. Pipa pralon ini digunakan untuk mengeringkan air. Caranya pipa pralon yang pertama dicabut lalu diganti dengan pralon ini, kemudian pasang pada keni T pada dasar kolam C. Meletakkan Kolam Karpet dan Alat Pengatur Volume Air Kolam karpet yang telah dibuat disiapkan beserta alat pengatur volume air. Permukaan tanah yang akan digunakan untuk tempat kolam karpet diratakan dulu. Setelah rata pralon terakhir dipasang pada keni T. Setelah itu permukaan tanah yang telah rata ditimbun menggunakan pasir hingga mencapai tinggi 10 cm. Pada saat yang sama pipa pralon dan keni T dipendamkan kedalam lapisan pasir. Kolam karpet yang telah jadi diletakkan diatas pasir, selanjutnya kepala keni dimasukkan kedalam lubang keni. Setelah terpasang sekeliling lubang diberi lem karet. Setelah semuanya terpasang kemudian pasang pralon penyaring pada kepala keni. BAB V PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN LELE DALAM KOLAM KARPET A. Penambahan Air dalam Kolam Karpet Bila air dalam kolam karpet berkurang karena proses penguapan maka tambahkan air hingga tinggi air kembali pada posisi normal. Penambahan air dilakukan hanya pada waktu-waktu tertentu, misalnya satu minggu sekali. Penambahan air dilakukan dari tinggi awal 30 cm hingga menjadi 60 cm secara bertahap setiap bulan ( dalam sebulan, air perlu ditambah setinggi 10 15 cm ). Air kolam setinggi 30 cm merupakan kondisi ketinggian air saat benih dimasukkan kedalam kolam, sedangkan tinggi air kolam 60 cm merupakan ketinggian air saat ikan memasuki usia 3 bulan B. Penggantian Air Penggantian air dilakukan saat air kolam mulai tampak kotor, saat membersihkan kotoran, pralon B dipasang untuk mengurangi air, tetapi air di dalam kolam jangan sampai habis. Dengan demikian, lele tetap terendam air di dalam kolam. Pada saat melakukan kegiatan ini, lele yang pertumbuhanya lambat akan diambil untuk dikonsumsi. Sebenarnya lele dumbo dapat hidup dan berkembang di dalam air kotor (misalnya air

comberan). Namun, dagingnya akan berbau tidak sedap dan warna kulitnya pun kehitamhitaman sehingga akan mengurangi minat konsumen. 16 C. Tanaman Pelindung dalam Kolam Tanaman pelindung didalam kolam berfungsi untuk melindungi dari terik sinar matahari dan juga sebagai makanan tambahan bagi lele. Selain itu, tanaman juga dapat mengisap kotoran didalam air. Jenis tanaman pelindung yang biasa digunakan yaitu apuapu dan enceng gondok. Dalam satu kolam cukup dipilih salah satu tanaman tersebut. Jumlah tanaman di dalam kolam dibatasi hingga sepertiga bagian dari luas permukaan air kolam. Pertumbuhan enceng gondok pun harus dibatasi dan harus dikurangi secara berkala. Untuk membatasi pertumbuhannya yaitu dengan member pembatas berupa bamboo yang diapungkan dan diberi tali serta bandul batu pada kedua ujungny. Cara ini dilakukan selain tanaman tampak rapi juga agar sinar matahari dapat masuk kedalam kolam. Cahaya matahari dibutuhkan dalam proses pertumbuhan lele. D. Pemberian Pakan Bibit lele yang masih kecil ukuran lubang mulutnya pun kecil, sehingga pakan pelet yang diberikan harus dihaluskan (digerus). Pemberian pelet harus dilakukan selama 1 minggu. Setelah itu, pakan tidak perlu dihaluskan. Pakan diberikan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari pada jam tertentu dan berkesinambungan. Upaya untuk menekan pengeluaran biaya pemberian pakan lele dumbo terus dilakukan. Pakan lele berupa pelet buatan pabrik di anggap sangat mahal. Solusinya yaitu dengan memberikan keong mas (siput murbei) sebagai pakannya, bagi petani padi, keong mas ini merupakan hama yang selalu muncul pada musim tanam padi. Kelompok masyarakat uji-tetap di Bekasi telah mampu melakukan penekanan biaya terhadap pemberian pakan lele (pelet) dengan memberikan pakan berupa keong mas yang diberikan saat lele berusia 1 bulan 3 bulan. Pemanfaatan keong mas untuk pakan lele akan membantu mengurangi jumlah keong mas sebagai hama tanaman padi. Jika di lingkungan sekitar terdapat sawah yang dipenuhi oleh keong mas maka hama tanaman padi tersebut dapat di manfaatkan untuk pakan substitusi, sedangkan pakan suubstitusi seperti limbah dapur dapat diperoleh dari warung-warung nasi atau restoran. Untuk mengumpulkan limbah tersebut, sebaiknya di sediakan tempat (ember) limbah yang dapat diambil setiap waktu. Demikian pula, jika dilingkungan sekitar terdapat peternakan ayam. Ayam-ayam yang mati dapat digunakan untuk pakan lele. Pakan substitusi ini mulai diberikan pada saat lele berusia satu bulan.

BAB VI PENUTUP Berdasarkan pembahasan mengenai Berbudi daya ikan lele dalam kolam karpet, maka penulis memberikan kesimpulan dan saran. A. Kesimpulan Dari uraian pembahasan tentang berbudi daya lele dalam kolam karpet penulis menyimpulkan bahwa : 1. Berbudi daya ikan lele dalam kolam karpet akan menghasilkan ikan lele dengan kualitas lebih baik dan tingkat kematiannya pun lebih rendah. 2. Berbudi daya lele yang seperti ini sangat cocok diterapkan untuk pemeliharaan lele di daerah yang kekurangan air dan di lahan yang sempit B. Saran Dalam karya tulis ini penulis menyarankan : 1. Berbudi daya ikan lele dengan baik dan benar karena ikan lele sering mengundang banyak minat dalam pemasarannya. 2. Budi daya ikan lele dilakukan sebaik mungkin supaya mendapatkan hasil yang memuaskan.