budaya khatab

8

Click here to load reader

Transcript of budaya khatab

Page 1: budaya khatab

YA DARI FILM MY NAME IS KHAN

Genre : Drama Release Date : February 12, 2010Director : Karan JoharScript : Shibani Bathija, Shibani Bathija, Niranjan IyengarProducer : Hiroo Yash Johar, Gauri KhanDistributor : Fox Searchlight PicturesDuration : 161 minutes

My Name is Khan menceritakan tentang perjalanan hidup seorang muslim India bernama

Rizvan Khan, yang diperankan oleh Shahruk Khan. Dalam film ini Rizvan Khan diceritakan sebagai

seorang yang memiliki kelainan mental “Aspergus Syndrome”. Meskipun demikian, dia adalah

seorang yang sangat cerdas dan memiliki jiwa kemanusiaan yang sangat tinggi. Saat dewasa, pasca

meninggalnya ibunya,  ia memutuskan untuk menyusul adiknya, Zakir, yang lebih dahulu menetap di

Amerika Serikat. Di Amerika Serikat ia menikahi seorang wanita janda beranak satu bernama

Mandira. Pernikahan tersebut sempat ditentang adiknya karena tidak setuju Rizvan menikahi wanita

yang berbeda agama dengan dirinya (Mandira seorang Hindu).

Page 2: budaya khatab

YA DARI FILM MY NAME IS KHAN

Rizvan dan istrinya menjalani kehidupan dengan penuh bahagia dan mereka berdua memiliki

usaha produk kosmetik sendiri yang berjalan sukses. namun semuanya berubah sejak kejadian 9/11.

Suatu ketika istrinya mengalami depresi berat akibat terbunuhnya anak mereka yang bernama

Sameer Khan dalam sebuah insiden yang dilatarbelakangi kebencian teman-temannya karena

Sameer adalah anak seorang muslim. Kematian itu sangat menyakitkan dan tidak bisa diterima oleh

Mandira. Mandira mempersalahkan keputusannya menikah dengan seorang muslim sehingga

menyebabkan terbunuhnya satu-satunya anak mereka. Mandira pun dalam keadaan emosi yang luar

biasa meluapkan amarahnya kepada Rizvan dan meminta suaminya itu memberitahukan kepada

seluruh rakyat Amerika dan juga presiden AS bahwa Rizvan Khan adalah seorang muslim dan ia

bukan teroris. Ia tidak diperbolehkan kembali ke istrinya sebelum misinya terpenuhi.

“My name is Khan. I’m not a terrorist.” Kalimat inilah yang berulang-ulang diucapkan oleh

Rizwan Khan (Shahrukh Khan) ketika berusaha berjumpa dengan Presiden George W. Bush yang

sedang berkunjung ke sebuah universitas di Los Angeles. Keinginan pria yang mengidap penyakit

Asperger Syndrome – penderita perhatian teralih ini, bukan tanpa alasan. Tragedi kelam 11

September 2001 beberapa tahun silam, telah menyudutkan dirinya, keluarganya, kaum muslim dan

juga kaum imigran terutama dari Timur Tengah, di negeri yang mengaku sangat menjunjung tinggi

demokrasiitu

Cerita berawal ketika Khan, demikian nama panggilannya, hijrah dari Mumbai ke San

Fransisco. Di kota yang tidak bisa dibilang sepi ini, pria yang phobia terhadap warna kuning dan suara

yang keras ini bertemu dengan seorang janda cantik beranak satu yang bernama Mandira (Kajol).

Pertemuan mereka sendiri bermula ketika Khan karena penyakitnya tersebut, menjadi sangat

terganggu dengan lalulalangnya bis yang berwarna kuning dan suara-suara bising di tengah jalan

raya ketika hendak menyebrang. Ia nyaris tertabrak sebuah angkutan transportasi darat yang

melintas di depannya. Untungnya, benda yang terbuat dari besi ini mengerem mendadak. Terang

saja, orang-orang jadi panik dan mengerubungi pria yang belakangan jatuh cinta pada Mandira.

Wanita inilah yang mengusir orang-orang di jalan raya agar tidak mengerumuni Khan. Tindakannya

ini sangat membekas di hati Khan, apalagi mereka belum pernah bertemu sebelumnya.

Page 3: budaya khatab

YA DARI FILM MY NAME IS KHAN

Di San Fransisco, Khan tinggal bersama saudara laki-lakinya, Zakir dan istrinya yang bernama

Haseena-ahli psikologi. Kehidupan mereka baik-baik saja, apalagi istri saudara laki-lakinya itu sangat

peduli terhadap kondisi Khan. Wanita berkerudung ini bahkan mengajari Khan menggunakan

handycam untuk mengabadikan gambar-gambar yang menurutnya penting. Saudara laki-lakinya itu

juga sempat menawari Khan bekerja sebagai sales sebuah produk kecantikan. Profesinya inilah yang

membawanya lebih dekat dengan Mandira. Khan pun berlatih dengan keras untuk mempromosikan

produk tersebut. Dengan kegigihannya, Khan berupaya menarik perhatian pelanggan Mandira yang

notabene bekerja di sebuah salon sebagai pemangkas rambut wanita.

Meski sosok yang selagi kecil diperankan oleh Tanay Chheda ini menderita ‘idiot safan’ bukan berarti

ia bodoh. Sama sekali tidak. Malah Khan adalah orang yang cerdas, hanya saja kecerdasannya tidak

terbagi rata. Kerap kali perhatiannya teralih pada hal-hal lain, terkadang seperti berada di dunia lain.

Namun demikian, pria yang bergaul dengan siapa saja meski beda keyakinan dengan dirinya

ini adalah seorang audiotori yang hebat, sementara emosinya nyaris nol. Ia tidak mampu marah,

menangis atau tertawa. Saking cerdasnya, ia nyaris bisa memperbaiki apa saja.

Lambat laun, Mandira menyukai Khan yang berbeda keyakinan dengannya. Di mata wanita cantik ini,

Khan adalah sosok yang mudah akrab dengan Sam, anak Mandira. Akhirnya mereka memutuskan

menikah, meski ditentang oleh saudara laki-laki Khan, hingga menyebabkan Khan diusir dari rumah

saudara laki-lakinya itu. Jadilah pernikahan ini adalah sebuah penyatuan suci antara dua lawan jenis

yang berbeda agama. Acara sakral itu berlangsung sederhana dengan mengundang kerabat-kerabat

Mandira.

Mereka hidup bahagia hingga tercetuslah tragedi WTC yang efeknya sangat mempengaruhi

kehidupan muslim di Amerika, termasuk Khan dan rumah tangganya. Situasi dan kondisi pada saat

itu, sangat membuat kehidupan para muslim gerah karena lingkungan menganggap mereka adalah

teroris. Ketidaksukaan mereka pada muslim dilampiaskan dengan hal-hal yang sangat merugikan

muslim di sana. Malah, Wanita yang menggunakan kerudung dijambak kerudungnya. Sebagian yang

lain, mengata-ngatai muslim dengan kata-kata yang kasar. Akibatnya, para muslim disana seolah-

olah malu mengakui identitasnya bahkan mereka mengubah penampilannya sedemikia rupa

sehingga tidak dikenali sebagai muslim. Mereka pun melepas kerudung (bagi wanita) dan mencukur

janggut (bagi pria)

Page 4: budaya khatab

YA DARI FILM MY NAME IS KHAN

Keluarga kecil Khan tak luput dari hal ini. Sam anaknya, dibenci teman-temannya dan

dianggap mempunyai ayah teroris hanya karena Khan seorang muslim. Sam kecil dianggap

bertanggungjawab terhadap kematian ayah dari salah seorang temannya. Ia pun harus membayar

mahal dengan mati di tangan teman-temannya. Hal inilah yang membuat keluarga Khan terguncang.

Sang istri, Mandira sangat terpukul dengan kejadian ini. Ia lantas membenci Khan karena dianggap

telah membuat anak satu-satunya meninggal. Sangat disayangkan, sang istri yang mestinya

mendukung Khan ditengah kondisi yang tak bersahabat ini malah mengusir khan karena sangat

kecewa dan marah.

Akhirnya dengan perasaan yang sangat sedih (meski tidak bisa begitu terlihat karena

penyakit yang dideritanya), Khan meninggalkan rumah yang telah memberinya kenangan manis dan

pelajaran yang sangat berharga. Khan mendapatkan kasih sayang yang sejati dari Mandira dan Sam

yang sangat dicintainya, meski bocah ini bukan anak kandungnya. Rumah tangganya itu,

menorehkan hal sangat membekas dalam hidupnya, betapa perbedaan itu ternyata indah.

Bisa dibayangkan, Khan adalah seorang muslim sedangkan Mandira adalah seorang Hindu

yang cukup taat dan berusaha mendidik anaknya dengan keyakinan yang dia anut. Tapi hal ini sama

sekali tidak mengurangi keharmonisan mereka dalam berkeluarga. Meski awalnya saya sebagai

penonton sempat bertanya-tanya, “Kok bisa ya mereka menikah, kan beda agama?” Apalagi dalam

film yang berdurasi kurang lebih 2 jam ini, Khan digambarkan sebagai muslim yang taat.

Berbeda dengan film Bollywood yang senantiasa mengusung tema pengorbanan untuk cinta

terhadap lawan jenis semata, film ini mempunyai karakter cinta yang lain-yang lebih sejati. Bisa kita

lihat dalam alur ceritanya, bagaimana cinta terhadap agama melebur sisi-sisi kehidupan dalam

sebuah jalinan universal yang sangat dinamis dan harmonis. Cinta pada agama yang

direpresentasikan secara benar dalam kehidupan sehari-hari dan sangat jauh dari fanatisme belaka

yang merugikan. Mengurai dinding dan sekat-sekat kehidupan yang membuat masyarakat terkotak-

kotak bahkan terpecah-belah atas nama agama-dengan pemahaman yang dangkal dan sempit.

Inilah yang paling saya suka dari film ini, selain pengetahuan tentang bagaimana menghadapi

pengidap penyakit mental asperger syndrome. Pesan moral yang sangat menonjol ini membuat film

ini sangat layak ditonton oleh siapa saja, baik muslim atau non muslim. Cerita film ini adalah kritik

terhadap sikap non muslim terhadap muslim yang kurang layak-jauh dari sikap-sikap persamaan,

kebebasan dan keterbukaan, apalagi paska tragedi 11 september 2001 yang sangat menggemparkan

dunia itu

Page 5: budaya khatab

YA DARI FILM MY NAME IS KHAN

Film ini juga berhasil menyampaikan pesan yang sangat mendalam, yakni bagaimana para

muslim semestinya memperlakukan lingkungan sekitar yang bukan muslim. Tidak hanya itu, film ini

juga kritik terhadap kaum muslim yang salah menafsirkan ajaran Islam. Seperti dalam adegan di

sebuah mesjid, ketika Khan yang usai solat memprotes ajaran yang disalahtafsirkan oleh seorang

ustad. Pada saat itu Khan sangat marah sehingga menyebut ustad itu setan dan melempar batu ke

arahnya. Sebagai seorang muslim, ini adalah tamparan yang cukup mengena, mengingat seringkali

perbedaan tafsir malah mengakibatkan perpecahan antar muslim yang satu dengan yang lainnya.

Sementara itu, pesan moral antar umat beragama sangat jelas ketika Khan mencoba menghadiri

sebuah acara makan malam yang akan dihadiri oleh presiden Amerika.

Namun, acara tersebut, khusus untuk umat Kristiani. Setelah mengetahui hal ini dari

resepsionis yang menanyakan Khan dari gereja mana, pria yang sangat auditory ini tidak lantas

mengambil kembali uang yang telah didaftarkannya untuk acara tersebut, melainkan Khan

menyumbangnya untuk acara yang jelas-jelas tidak sama dengan keyakinanya.

Pesan yang lain seputar kemanusiaan, begitu gamblang dipertontonkan pada saat Khan menolong

seorang ibu berkulit hitam-Mama Jenny dan mempunyai anak satu yang beragama Kristiani yang

sedang mengalami kebanjiran di sebuah daerah pemukiman di Georgia. Tidak hanya sekedar

menolong, namun Khan menjadi inspirator bagi semua kalangan untuk bersikap menjunjung tinggi

kemanusiaan,persahabatan dan tolong–menolong meski beda keyakinan.

Selain pesan di atas, ada lagi pesan yang juga tak kalah pentingnya dari film ini. Pesan itu

adalah kritik terhadap media yang selama ini memojokkan kaum muslim dengan berita-beritanya

yang tidak berimbang. Seperti yang terjadi sekarang ini, berita tentang tertangkapnya seorang

teroris seperti Dulmatin yang baru terjadi beberapa waktu lalu begitu diekspos sedemikian rupa

dengan porsi tayang yang cukup banyak.

Sebaliknya berita seputar kerukunan antar umat beragama, masih demikian minim

dipertontonkan pada publik. Lalu sisi edukatif media sebagai edukator bagi masyarakat sedang

bersembunyi dimana? Hal ini terpampang jelas dalam film My Name Is Khan, bagaimana sebuah

berita tentang tragedi 11 September 2001 – yang sangat tidak berimbang, mampu meluluhlantakkan

kehidupan beragama yang tadinya sangat harmonis. Kerukunan beragama itu harus ternoda dengan

kematian sam

Page 6: budaya khatab

YA DARI FILM MY NAME IS KHAN

Akhirnya, film ini memuaskan dahaga penonton dengan happy endingnya. Setelah melalui

waktu yang tidak sebentar, upaya Khan untuk menemui presiden berbuah manis. Ia berhasil

memenuhinya janjinya terhadap Mandira, dengan bertemu presiden baru terpilih Barrack Obama

dan mengatakan kalimat yang sangat berarti dan berharga baginya: “My name is Khan. I am not

terrorist