bu kholis bab 2.pdf

42
49 BAB II PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH 2.1. Penetapan Prioritas Masalah Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan apa yang aktual terjadi (observed). Pada laporan ini, yang diharapkan merupakan target pada kegiatan dan yang aktual terjadi merupakan data cakupan yang telah dilaporkan. Perlu ditentukan masalah yang menjadi prioritas karena keterbatasan sumber daya, dana, dan waktu menyebabkan tidak semua permasalahan dapat dipecahkan sekaligus. Setelah pada tahap awal merumuskan masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan prioritas masalah yang harus dipecahkan. Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan pembobotan. Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring perlu dibentuk sebuah kelompok diskusi. Agar pembahasan dapat dilakukan secara menyeluruh dan mencapai sasaran, maka setiap anggota kelompok diharapkan mempunyai informasi dan data yang tersedia. Beberapa langkah yang dilakukan dalam penetapan prioritas masalah meliputi: 1. Menetapkan Kriteria 2. Memberikan bobot masalah 3. Menentukan skoring tiap masalah 2.1.1. Non-Scoring Technique Bila tidak tersedia data, maka cara penetapan prioritas masalah yang lazim digunakan adalah teknik non skoring. Dengan menggunakan teknik ini, masalah dinilai melalui diskusi kelompok, oleh sebab itu juga disebut Nominal Group Technique” (NGT). NGT terdiri dari dua, yaitu: A. Metode Delbecq Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini dilakukan melalui diskusi dan kesepakatan sekelompok orang, namun yang tidak sama keahliannya. Sehingga untuk menentukan prioritas masalah, diperlukan penjelasan terlebih dahulu untuk memberikan pengertian dan pemahaman

Transcript of bu kholis bab 2.pdf

49

BAB II

PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH

2.1. Penetapan Prioritas Masalah

Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected)

dengan apa yang aktual terjadi (observed). Pada laporan ini, yang diharapkan

merupakan target pada kegiatan dan yang aktual terjadi merupakan data

cakupan yang telah dilaporkan. Perlu ditentukan masalah yang menjadi

prioritas karena keterbatasan sumber daya, dana, dan waktu menyebabkan

tidak semua permasalahan dapat dipecahkan sekaligus. Setelah pada tahap

awal merumuskan masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan prioritas

masalah yang harus dipecahkan.

Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan

pembobotan. Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring

perlu dibentuk sebuah kelompok diskusi. Agar pembahasan dapat dilakukan

secara menyeluruh dan mencapai sasaran, maka setiap anggota kelompok

diharapkan mempunyai informasi dan data yang tersedia. Beberapa langkah

yang dilakukan dalam penetapan prioritas masalah meliputi:

1. Menetapkan Kriteria

2. Memberikan bobot masalah

3. Menentukan skoring tiap masalah

2.1.1. Non-Scoring Technique

Bila tidak tersedia data, maka cara penetapan prioritas masalah yang

lazim digunakan adalah teknik non skoring. Dengan menggunakan teknik ini,

masalah dinilai melalui diskusi kelompok, oleh sebab itu juga disebut

“Nominal Group Technique” (NGT). NGT terdiri dari dua, yaitu:

A. Metode Delbecq

Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini dilakukan melalui

diskusi dan kesepakatan sekelompok orang, namun yang tidak sama

keahliannya. Sehingga untuk menentukan prioritas masalah, diperlukan

penjelasan terlebih dahulu untuk memberikan pengertian dan pemahaman

50

peserta diskusi, tanpa mempengaruhi peserta diskusi. Hasil diskusi ini

adalah prioritas masalah yang disepakati bersama.

B. Metode Delphi

Yaitu masalah masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang

mempunyaikeahlian yang sama melalui pertemuan khusus. Para peserta

diskusi diminta untuk mengemukakan pendapat mengenai beberapa

masalah pokok. Masalah yang terbanyak dikemukakan pada pertemuan

tersebut, menjadi prioritas masalah.

2.1.2. Scoring Technique

Berbagai teknik penentuan prioritas masalah dengan menggunakan

teknik skoring antara lain:

A. Metode Bryant

Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu :

1. Prevalence

Besarnya masalah yang dihadapi

2. Seriousness

Pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah dalam

masyarakat dan dilihat dari besarnya angka kesakitan dan angka

kematian akibat masalah kesehatan tersebut.

3. Manageability

Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan sumber daya

4. Community concern

Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah Kesehatan tersebut

Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang ingin

dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan

adalah satu sampai lima yang ditulis dari arah kiri ke kanan sesuai baris

untuk tiap masalah. Kemudian dengan penjumlahan dari arah atas ke

bawah sesuai kolom untuk masing-masing masalah dihitung nilai skor

akhirnya. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai

prioritas masalah. Tetapi metode ini juga memiliki kelemahan yaitu hasil

51

yang didapat dari setiap masalah terlalu berdekatan sehingga sulit untuk

menentukan prioritas masalah yang akan diambil.

B. Metode Matematik PAHO

Dalam metode ini parameter diletakkan pada kolom dan masalah-

masalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada baris, dan digunakan

kriteria untuk penilaian masalah yang akan dijadikan sebagai prioritas

masalah. Kriteria yang dipakai ialah :

1. Magnitude

Berapa banyak penduduk yang terkena masalah atau penyakit yang

ditunjukkan dengan angka prevalens.

2. Severity

Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukkan dengan case fatality

rate masing- masing penyakit.

3. Vulnerability

Sejauh mana ketersediaan teknologi atau obat yang efektif untuk

mengatasi masalah tersebut.

4. Community and political concern

Menunjukkan sejauh mana masalah tersebut menjadi concern atau

kegusaran masyarakat dan para politisi.

5. Affordability

Menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia.

C. METODE MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment)

Pada metode MCUA, yang menjadi kriteria penilaian untuk menentukan

prioritas masalah adalah :

1. Emergency

Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga

menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam

kriteria ini adalah CFR (Case Fatality Rate), jika masalah yang dinilai

berupa penyakit. Adapun jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain,

maka digunakan parameter kuantitatif berupa angka kematian maupun

angka kesakitan yang dapat ditimbulkan oleh permasalahan tersebut.

52

2. Greatest member

Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak penduduk

yang terkena masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan yang

berupa penyakit, maka parameter yang digunakan adalah prevalence

rate. Sedangkan untuk masalah lain, maka greatest member ditentukan

dengan cara melihat selisih antara pencapaian suatu kegiatan pada sebuah

program kesehatan dengan target yang telah ditetapkan.

3. Expanding Scope

Menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap

sektor lain diluar sektor kesehatan. Parameter penilaian yang digunakan

adalah seberapa luas wilayah yang menjadi masalah, berapa banyak

jumlah penduduk di wilayah tersebut, serta berapa banyak sektor di luar

sektor kesehatan yang berkepentingan dengan masalah tersebut.

4. Feasibility

Kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah seberapa

mungkin masalah tersebut diselesaikan. Parameter yang digunakan adalah

ketersediaan sumber daya manusia berbanding dengan jumlah kegiatan,

fasilitas terkait dengan kegiatan bersangkutan yang menjadi masalah, serta

ada tidaknya anggaran untuk kegiatan tersebut.

5.Policy

Berhubungan dengan orientasi masalah yang ingin diselesaikan adalah

masalah kesehatan masyarakat, maka sangat penting untuk menilai apakah

masyarakat memiliki kepedulian terhadap masalah tersebut serta apakah

kebijakan pemerintah mendukung terselesaikannya masalah tersebut.

Metode ini memakai lima kriteria yang tersebut diatas untuk penilaian

masalah dan masing-masing kriteria harus diberikan bobot penilaian

untuk dikalikan dengan penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang

didapat lebih obyektif. Pada metode ini harus ada kesepakatan mengenai

kriteria dan bobot yang akan digunakan.

Dalam menetapkan bobot, dapat dibandingkan antara kriteria yang satu

dengan yang lainnya untuk mengetahui kriteria mana yang mempunyai bobot

yang lebih tinggi. Setelah dikaji dan dibahas, didapatkan kriteria mana yang

53

mempunyai nilai bobot yang lebih tinggi. Nilai bobot berkisar satu sampai

lima, dimana nilai yang tertinggi adalah kriteria yang mempunyai bobot lima.

Bobot 5 : paling penting

Bobot 4 : sangat penting sekali

Bobot 3 : sangat penting

Bobot 2 : penting

Bobot 1 : cukup penting

Dari teknik skoring yang ada ditetapkan untuk digunakan teknik MCUA

atas alasan agar dapat menilai prioritas masalah secara lebih sensitive dengan

mengatur nilai bobot untuk setiap kriteria.

2.1.4. Emergency

1. Menunjukkan besar kerugian yang timbul. Ini

ditunjukkan dengan Case Fatality Rate (CFR) masing-

masing penyakit. Proxy CFR adalah suatu angka yang

digunakan untuk masalah-masalah yang tidak berhubungan

secara langsung dengan penyakit, tetapi dapat

mempengaruhi terjadinya suatu penyakit. Nilai proxy CFR

ditentukan berdasarkan hasil diskusi, argumentasi, serta

justifikasi. Angka proxy yang akan digunakan untuk

masalah “Cakupan TPM yang memenuhi syarat tidak

mencapai target di Kecamatan Koja pada periode Januari –

Desember 2015 sebesar 18,18% tidak mencapai target 30%

adalah CFR Diare. . CFR diare di Indonesia pada tahun

2012 ditemukan sebesar 1,45% yaitu sebanyak 1450 orang

per 100 000 orang penduduk. CFR untuk DBD ditemukan

54

sebesar 0,7% di Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak

700 orang per 100 000 orang penduduk.

Dari jumlah penduduk tersebut berdasarkan CFR, ditentukan skoring berdasarkan

skala per 100 000 penduduk seperti yang dapat terlihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Penentuan Score Emergency dari nilai Proxy

Range Jumlah Penduduk Score

45 620 – 45 785 1

45 786 – 45 951 2

45 952 – 46 117 3

46 118 – 46283 4

46284 – 46 450 5

55

Tabel 2.2 Penentuan Score Emergency Masalah Program Kesehatan Lingkungan berdasarkan proxy CFR pada Puskesmas Kecamatan

Koja Periode Januari 2015 – Desember 2015

No Masalah Cakupan

(%)

Target

(%)

Resiko

Kematian

(per 100.000

kelahiran

hidup)

Referensi

CFR

(per

100.000

kelahiran

hidup)

Proxy

(per

100.000

kelahiran

hidup)

Score

1 Cakupan sampel Tempat Pengelolaan Makanan di TPM

Puskesmas Se Kecamatan Koja periode Januari – Juli 2015

sebesar 18,18%, tidak mencapai target 30%

18,18 30 45 000 1450 46 450 5

2

3

Cakupan sampel Rekapitulasi PJB pada Puskesmas Se

kecamatan Koja periode Januari – Desember 2015 dengan rata-

rata 90,87% tidak mencapai target >95 %

Cakupan TTU yang tidak memenuhi syarat di kelurahan

Rawabadak Utara di Puskesmas Se Kecamatan Koja pada

periode Januari Desember 2015 sebesar 83,33% tidak

90,87

83,33

>95

100

44 920

45000

700

1450

45 620

46450

1

5

56

4

5

6

7

8

mencapai target 100%

Cakupan TTU yang tidak memenuhi syarat di Kelurahan Tugu

Utara di Puskesmas Se Kecamatan Koja pada periode Januari –

Desember 2015 sebesar 58,33% tidak mencapai target sebesar

100%

Cakupan Sarana Pendidikan yang tidak memenuhi syarat di

wlayah Puskesmas Se Kecamatan Koja pada periode Januari –

Desember 2015 sebesar 0% tidak mencapai target sebesar

100%

Cakupan Sarana Pendidikan yang tidak memenuhi syarat di

Kelurahan Lagoa di Puskesmas Se Kecamatan Koja pada

periode Januari – Desember 2015 sebesar 0% tidak mencapai

target sebesar 100%

Cakupan Sarana Pendidikan yang tidak memenuhi syarat di

Kelurahan Tugu Utara di Puskesmas Se Kecamatan Koja pada

periode Januari – Desember 2015 sebesar 88,89% tidak

mencapai target sebesar 100%

58,33

0

0

88,89

0

100

100

100

100

100

45000

45000

45000

45000

45000

1450

1450

1450

1450

1450

46450

46450

46450

46450

46450

5

5

5

5

5

57

Cakupan Sarana Pendidikan yang tidak memenuhi syarat di

Kelurahan Tugu Selatan di Puskesmas Se Kecamatan Koja

pada periode Januari – Desember 2015 sebesar 0% tidak

memenuhi syarat sebesar 100%

58

59

2.1.5. Greatest Member

Greatest member menunjukkan berapa banyak penduduk yang terkena

masalah atau penyakit yang ditunjukkan dengan angka prevalensi. Semakin besar

selisih antara target dan cakupan maka akan semakin besar score yang didapatkan.

Tahap-tahap melakukan perhitungan Score Greatest Member :

1. Mengidentifikasi besarnya target dari tiap indikator program kesehatan

lingkungan.

2. Mengidentifikasi seberapa besar angka cakupan (hasil) yang tercapai dari

tiap-tiap program kesehatan lingkungan.

3. Hitung selisih dari target dan cakupan.

4. Sesuaikan hasil yang diperoleh dari perhitungan tersebut dengan Score

Greatest Member yang telah ditetapkan.

Untuk menentukan score pada Greatest Member digunakan range. Range

didapatkan dari selisih antara target dan cakupan dari tiap masalah. Diberikan

score dari 1 - 10 dengan jarak tiap range sebesar 1.04 agar mendapatkan nilai

Greatest Member yang bervariasi.

Tabel 2.3 Skala Score Greatest Member

Range (%) Skor

1 – 10 1

11.04 – 21.04 2

22.08 – 32.08 3

33.12 – 43.12 4

44.16 – 54.16

55.5 - 65.2

66.24 - 76.24

5

6

7

60

77.28 - 87.28

88.32 - 98.32

99.36 - 109.36

8

9

10

61

Tabel 2.4 Penentuan Score Greatest Member Program Kesehatan Lingkungan pada Puskesmas Se Kecamatan Koja

Periode Januari 2015 – Desember 2015

No Masalah Cakupan

(%)

Target

(%)

Prevalence

(%) Score

1

2

3

4

5

Cakupan sampel Tempat Pengelolaan Makanan di TPM Se Kecamatan Koja pada periode

Januari – Juli 2015 sebesar 18,18%, tidak mencapai target 30%

Cakupan sampel Rekapitulasi PJB pada Se kecamatan Koja pada periode Januari –

Desember 2015 dengan rata-rata 90,87% tidak mencapai target >95 %

Cakupan Tempat-tempat Umum di Kelurahan Rawabadak Utara pada periode Januari –

Desember 2015 sebesar 83,33% tidak mencapai target 100%

Cakupan Tempat-tempat Umum di Kelurahan Tugu Utara pada periode Januari –

Desember 2015 sebesar 58,33% tidak mencapai target 100%

Cakupan Sarana Pendidikan yang tidak memenuhi syarat di Kelurahan Koja pada periode

Januari – Desember 2015 sebesar 0% tidak mencapai target 100%

18,18

90,87

83,33

58,33

0

30

>95

100

100

100

11,82

5,13

16,67

41,67

100

2

1

2

4

10

62

6

7

8

Cakupan Sarana Pendidikan yang tidak memenuhi syarat di Kelurahan Lagoa pada

periode Januari – Desember 2015 sebesar 0% tidak mencapai target 100%

Cakupan Sarana Pendidikan yang tidak memenuhi syarat di Kelurahan Tugu Utara pada

periode Januari – Desember 2015 sebesar 88,89% tidak mencapai target 100%

Cakupan Sarana Pendidikan yang tidak memenuhi syarat di Kelurahan Tugu Selatan pada

periode Januari – Desember 2015 sebesar 0% tidak mencapai target 100%

0

88,89

0

100

100

100

100

11,11

100

10

2

10

63

64

2.1.6. Expanding Scope

Expanding Scope menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor lain diluar kesehatan, berapa banyak jumlah

penduduk di wilayah tersebut, serta ada tidaknya sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan dengan masalah tersebut. Total

expanding score tertinggi pada program Kesehatan Lingkungan terdapat Cakupan TPM & Cakupan sampel Rekapitulasi PJB dengan nilai

sebesar 10.

Tabel 2.5 Penentuan Score Pengaruh Sektor

Keterangan Score

Ada Pengaruh 2

Tidak Ada Pengaruh 1

65

Tabel 2.6 Penentuan Score Jumlah Penduduk

Range Jumlah Penduduk Score

17 908 – 58 133 1

58 134 – 98359

2

98 360 – 138.586 3

138.587 – 183.507 4

66

Tabel 2.7 Penentuan Score Luas Wilayah

Range Luas Wilayah (Ha) Score

100.1 – 400.1 1

401.12 – 800.1

2

801.12 – 1.200.1 3

1.201.12 – 1.600.1 4

67

Tabel 2.8. Skoring Expanding Scope Terhadap Program Kesehatan Lingkungan Se Kecamatan Koja Periode Januari-Desember

2015

No Masalah Pengaruh Jumlah

Penduduk Luas Wilayah Jumlah

1

2

3

4

Cakupan TPM yang memenuhi syarat tidak mencapai target di Kecamatan

Koja pada periode Januari – Desember 2015 sebesar 18,18% tidak

mencapai target 30%

Cakupan sampel Rekapitulasi PJB pada sekecamatan Koja pada periode

Januari – Desember 2015 dengan rata-rata 90,87% tidak mencapai target

>95 %

Cakupan Tempat-tempat Umum di Kelurahan Rawabadak Utara pada

periode Januari – Desember 2015 sebesar 83,33% tidak mencapai target

100%

Cakupan Tempat-tempat Umum di Kelurahan Tugu Utara pada periode

Januari – Desember 2015 sebesar 58,33% tidak mencapai target 100%

2

2

2

2

4

4

1

1

4

4

1

1

10

10

4

4

68

5

6

7

8

Cakupan Sarana Pendidikan yang tidak memenuhi syarat di Kelurahan

Koja pada periode Januari – Desember 2015 sebesar 0% tidak mencapai

target 100%

Cakupan Sarana Pendidikan yang tidak memenuhi syarat di Kelurahan

Lagoa pada periode Januari – Desember 2015 sebesar 0% tidak mencapai

target 100%

Cakupan Sarana Pendidikan yang tidak memenuhi syarat di Kelurahan

Tugu Utara pada periode Januari – Desember 2015 sebesar 88,89% tidak

mencapai target 100%

Cakupan Sarana Pendidikan yang tidak memenuhi syarat di Kelurahan

Tugu Selatan pada periode Januari – Desember 2015 sebesar 0% tidak

mencapai target 100%

2

2

2

2

1

1

1

1

1

1

1

1

4

4

4

1

69

70

71

2.1.7. Feasibility

Feasibility merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai seberapa

mungkin suatu masalah dapat diselesaikan. Pada dasarnya, kriteria ini adalah

kriteria kualitatif. Oleh karena itu, perlu dibuat parameter kuantitatif sehingga

penilaian terhadap kriteria ini menjadi objektif. Adapun parameter yang

digunakan untuk menilai apakah suatu masalah dapat diselesaikan meliputi :

1. Rasio tenaga kerja puskesmas terhadap jumlah penduduk (Sumber Daya

Manusia). Semakin banyak jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah

penduduk, maka kemungkinan suatu permasalahan terselesaikan akan

semakin besar. Oleh karena itu, dilakukan penghitungan rasio tenaga

kesehatan di setiap puskesmas kelurahan terhadap jumlah penduduk yang

menjadi sasaran program kesehatan di masing-masing wilayah puskesmas.

Tabel 2.9 Penentuan Scoring Rasio Tenaga Kesehatan dengan Jumlah

Penduduk di Puskesmas Kecamatan Koja Periode Januari-Desember 2015

Range Score

1 : 100 – 1 : 349 5

1 : 350 – 1 : 800 4

1 : 801 – 1 : 1350 3

1 : 1351 – 1 : 1701 2

1 : 1702 – 1 : 2152 1

72

Tabel 2.10 Scoring Rasio Tenaga Kesehatan dengan Jumlah Penduduk di

Wilayah Puskesmas Kecamatan Koja

Periode Januari-Desember 2015

No Puskesmas

Jumlah

Tenaga

Kesehatan

Jumlah

Penduduk Perbandingan Score

1 Koja 16 10 869 1 : 679 4

2 Lagoa 20 42 327 1 : 2116 1

3 Rawabadak Utara 21 30 439 1 : 1449 2

4 Rawabadak Selatan 32 46 008 1 : 1437 2

5 Tugu Utara 30 34 613 1 : 1153 3

6 Tugu Selatan 21 16 341 1 : 778 4

2. Ketersediaan fasilitas (material), fasilitas juga merupakan hal yang

dibutuhkan untuk menjalankan suatu kegiatan dan menyelesaikan suatu

masalah dan cakupan kegiatan tersebut. Namun, fasillitas yang dibutuhkan

oleh setiap kegiatan berbeda-beda. Oleh karena itu, dibuatkan kategori untuk

fasilitas yang dibutuhkan oleh kegiatan-kegiatan tersebut. Kategori fasilitas

digolongkan menjadi dua yaitu ketersediaan alat/obat dan ketersediaan

tempat. Penilaian berdasarkan ada dalam jumlah mencukupi, ada namun

kurang mencukupi dan tidak ada sama sekali. Digolongkan cukup bila dari

kegiatan pelaksanaan program tidak ada maasalah yaitu selalu tersedia dan

diberi nilai dua. Digolongkan kurang bila tersedia namun jumlah kurang, atau

terlambat datang, atau ada namun tidak layak pakai dan diberi nilai satu. Dan

tidak ada bila tidak tersedia dan diberi nilai nol.

73

Tabel 2.11 Penentuan Scoring Ketersediaan Fasilitas Terhadap Kegiatan

di Puskesmas Kecamatan Koja Periode Januari – Desember 2015

No Kategori Ketersediaan Score

1 Tempat Ada 2

Tidak ada 1

2 Alat/ Obat Ada dan lengkap 3

Ada tetapi kurang 2

Tidak ada 1

3. Ketersediaan dana, Scoring ketersediaan dana terhadap setiap kegiatan

Puskesmas penilaian dibagi tiga yaitu “tidak ada”, “kurang” dan “cukup”.

Penilaian berdasarkan wawancara dengan pemegang program dan kepala

Puskesmas terkait.

Tabel 2.12 Penentuan Scoring Ketersediaan Dana Terhadap Kegiatan di

Puskesmas Kecamatan Koja Periode Januari – Desember 2015

Dana Score

Ada dan cukup 3

Ada tetapi kurang 2

Tidak ada 1

74

Tabel 2.13 Penentuan Score Feasibility Program Kesehatan Lingkungan

Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas Se Kecamatan Koja

Periode Januari – Desember 2015

No Daftar Masalah

S

D

M

Fasilitas

Dana Total Tem

pat

Alat/

Obat

1

2

3

4

5

Cakupan TPM yang memenuhi

syarat tidak mencapai target di

Kecamatan Koja pada periode

Januari – Desember 2015 sebesar

18,18% tidak mencapai target 30%

Cakupan sampel Rekapitulasi PJB

pada sekecamatan Koja pada periode

Januari – Desember 2015 dengan

rata-rata 90,87% tidak mencapai

target >95 %

Cakupan Tempat-tempat Umum di

Kelurahan Rawabadak Utara pada

periode Januari – Desember 2015

sebesar 83,33% tidak mencapai

target 100%

Cakupan Tempat-tempat Umum di

Kelurahan Tugu Utara pada periode

Januari – Desember 2015 sebesar

58,33% tidak mencapai target 100%

Cakupan Sarana Pendidikan yang

tidak memenuhi syarat di Kelurahan

Koja pada periode Januari –

Desember 2015 sebesar 0% tidak

5

5

3

4

2

2

2

2

1

1

3

3

2

1

1

3

2

2

2

1

13

12

9

8

5

75

6

7

8

mencapai target 100%

Cakupan Sarana Pendidikan yang

tidak memenuhi syarat di Kelurahan

Lagoa pada periode Januari –

Desember 2015 sebesar 0% tidak

mencapai target 100%

Cakupan Sarana Pendidikan yang

tidak memenuhi syarat di Kelurahan

Tugu Utara pada periode Januari –

Desember 2015 sebesar 88,89%

tidak mencapai target 100%

Cakupan Sarana Pendidikan yang

tidak memenuhi syarat di Kelurahan

Tugu Selatan pada periode Januari –

Desember 2015 sebesar 0% tidak

mencapai target 100%

2

3

2

1

2

1

1

2

1

1

2

1

5

9

5

76

Feasibility tertinggi pada program Kesehatan lingkungan adalah Cakupan

TPM yang memenuhi syarat tidak mencapai target di Kecamatan Koja pada

periode Januari – Desember 2015 sebesar 18,18% tidak mencapai target 30%

dengan nilai total 13 poin.

2.1.8. Policy

Untuk dapat diselesaikan, aspek lain yang harus dipertimbangkan dari

suatu masalah kesehatan adalah apakah pemerintah memiliki concern terhadap

masalah tersebut. Parameter yang digunakan untuk menilai seberapa concern

pemerintah adalah kebijakan pemerintah yang concern terhadap permasalahan

tersebut, serta apakah masalah tersebut terpublikasi di berbagai media.

Parameter tersebut diberikan nilai berdasarkan parameter yang paling

mungkin sampai ke masyarakat. Publikasi suatu isu kesehatan di media cetak

memiliki jangkauan yang lebih luas dibandingkan dengan penyuluhan. Maka skor

untuk Penyuluhan diberikan 1. Sedangkan untuk iklan di media cetak diberikan

nilai 2. Begitupun dengan media elektronik yang memiliki jangkauan yang lebih

luas dibandingkan dengan media cetak. Maka untuk adanya publikasi masalah

kesehatan tersebut di media elektronik diberikan nilai 3.

Total score policy terbesar adalah Cakupan sampel Rekapitulasi PJB pada

sekecamatan Koja pada periode Januari – Desember 2015 dengan nilai total 7

poin.

Tabel 2.14 Penentuan Scoring Kebijakan Pemerintah Terhadap Program

Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Kecamatan Koja Periode Januari–

Desember 2015

Parameter Score

Tidak ada kebijakan 0

77

Ada kebijakan 1

Tabel 2.15 Penentuan Score Policy Terhadap Kegiatan Puskesmas di

Kecamatan Koja Periode Januari – Desember 2015

Parameter Score

Penyuluhan 1

Media Cetak (Poster, Majalah, Koran) 2

Media Elektronik (TV, radio, internet) 3

78

Tabel 2.16 Penentuan Score Policy Program Kesehatan Lingkungan Terhadap Kegiatan di Puskesmas Se Kecamatan Koja

Periode Januari – Desember 2015

No Masalah Kebijakan

Pemerintah

Publikasi

Jumlah Penyuluh

an

Media

Cetak

Media

Elektron

ik

1

2

3

Cakupan TPM yang memenuhi syarat tidak mencapai target di

Kecamatan Koja pada periode Januari – Desember 2015 sebesar

18,18% tidak mencapai target 30%

Cakupan sampel Rekapitulasi PJB pada sekecamatan Koja pada

periode Januari – Desember 2015 dengan rata-rata 90,87% tidak

mencapai target >95 %

Cakupan Tempat-tempat Umum di Kelurahan Rawabadak Utara

pada periode Januari – Desember 2015 sebesar 83,33% tidak

mencapai target 100%

1

1

1

1

1

1

0

2

0

0

3

3

2

7

5

79

4

5

6

7

8

Cakupan Tempat-tempat Umum di Kelurahan Tugu Utara pd

periode Januari – Desember 2015 sebesar 58,33% tdk mencapai

target 100%

Cakupan Sarana Pendidikan yang tidak memenuhi syarat di

Kelurahan Koja pada periode Januari – Desember 2015 sebesar 0%

tidak mencapai target 100%

Cakupan Sarana Pendidikan yang tidak memenuhi syarat di

Kelurahan Lagoa pada periode Januari – Desember 2015 sebesar

0% tidak mencapai target 100%

Cakupan Sarana Pendidikan yang tidak memenuhi syarat di

Kelurahan Tugu Utara pada periode Januari – Desember 2015

sebesar 88,89% tidak mencapai target 100%

Cakupan Sarana Pendidikan yang tidak memenuhi syarat di

Kelurahan Tugu Selatan pada periode Januari – Desember 2015

sebesar 0% tidak mencapai target 100%

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

2

0

0

0

0

0

0

0

3

0

4

2

2

5

2

80

81

Setelah diklasifikasikan berdasarkan lima kriteria di atas, keseluruhan hasil

penghitungan dari kriteria-kriteria tersebut dimasukan ke dalam tabel penentuan masalah

program KIA menurut metode MCUA untuk dikalikan dengan bobot masing-masing kriteria.

Kemudian hasil perkaliannya dijumlahkan.

Tabel 2.17 Penentuan Masalah Program Kesehatan Lingkungan Menurut Metode

MCUA MS 1-MS 10 di Puskesmas Kecamatan Koja Periode Januari – Desember 2015

MS

-

1

2

3

4

5

Cakupan sampel Tempat Pengelolaan Makanan di TPM Puskesmas

Se Kecamatan Koja periode Januari – Juli 2015 sebesar 18,18%,

tidak mencapai target 30%

Cakupan sampel Rekapitulasi PJB di Se kecamatan Koja pada

periode Januari – Desember 2015 dengan rata-rata 90,87% tidak

mencapai target >95 %

Cakupan Tempat-tempat Umum di Kelurahan Rawabadak Utara di

Se kecamatan Koja pada periode Januari – Desember 2015 sebesar

83,33% tidak mencapai target 100%

Cakupan Tempat-tempat Umum di Kelurahan Tugu Utara di Se

kecamatan Koja pada periode Januari – Desember 2015 sebesar

58,33% tdk mencapai target 100%

Cakupan Sarana Pendidikan yang tidak memenuhi syarat di

82

6

7

8

Kelurahan Koja di Se kecamatan Koja pada periode Januari –

Desember 2015 sebesar 0% tidak mencapai target 100%

Cakupan Sarana Pendidikan yang tidak memenuhi syarat di

Kelurahan Lagoa di Se kecamatan Koja pada periode Januari –

Desember 2015 sebesar 0% tidak mencapai target 100%

Cakupan Sarana Pendidikan yang tidak memenuhi syarat di

Kelurahan Tugu Utara di Se kecamatan Koja pada periode Januari –

Desember 2015 sebesar 88,89% tidak mencapai target 100%

Cakupan Sarana Pendidikan yang tidak memenuhi syarat di

Kelurahan Tugu Selatan di Se kecamatan Koja pada periode Januari

– Desember 2015 sebesar 0% tidak mencapai target 100%

Berdasarkan perhitungan tabel MCUA dari 8 masalah di atas didapatkan prioritas

masalah sebagai berikut:

1

2

Cakupan sampel Tempat Pengelolaan Makanan di TPM Puskesmas Se

Kecamatan Koja periode Januari – Juli 2015 sebesar 18,18%, tidak

mencapai target 30%

Cakupan sampel Rekapitulasi PJB di Se kecamatan Koja pada periode

Januari – Desember 2015 dengan rata-rata 90,87% tidak mencapai target

>95 %

2.2 Menentukan Kemungkinan Penyebab Masalah

Setelah dilakukan penetapan prioritas terhadap masalah yang ada, selanjutnya

ditentukan kemungkinan penyebab masalah untuk mendapatkan penyelesaian yang ada

terlebih dahulu. Pada tahap sebelumnya telah dicoba mencari apa yang menjadi akar

permasalahan dari setiap masalah yang merupakan prioritas. Pada tahap ini digunakan

diagram sebab-akibat yang disebut juga dengan diagram tulang ikan (fishbone) atau

diagram ishikawa. Dengan memanfaatkan pengetahuan dan dibantu dengan data yang

tersedia, dapat disusun berbagai penyebab masalah secara teoritis.

83

Penyebab masalah dapat timbul dari bagian input maupun proses. Input, yaitu

sumber daya atau masukan oleh suatu sistem. Sumber daya antara lain man (sumber daya

manusia), money (dana), material (sarana), method (cara). Sedangkan proses merupakan

kegiatan sistem. Melalui proses, inputakan diubah menjadi output, yang terdiri dari:

a. Planning (perencanaan)

Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi sampai dengan

menetapkan alternatif kegiatan untuk mencapainya.

b. Organizing (pengorganisasian)

Rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya (potensi)

yang dimiliki organisasi dan memanfaatkannya secara efektif dan efisien untuk

mencapai tujuan organisasi.

c. Actuating (pelaksanaan)

Proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara optimal

menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan yang telah dimiliki

dan dukungan sumber daya yang tersedia.

d. Controlling (monitoring)

Proses untuk mengamati secara terus-menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan

rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi (evaluating) jika terjadi

penyimpangan

84

2.3 Diagram Ishikawa/Fishbone sampel Cakupan TPM yang memenuhi syarat tidak mencapai target pada Program Kesehatan Lingkungan di

Puskesmas Kecamatan koja Periode Januari-Desember 2015

Cakupan TPM yang

memenuhi syarat di

Kecamatan Koja

pada periode Januari

– Desember 2015

sebesar 18,18%,

tidak mencapai target

30%

Method Material Money Man

Alat penunjang

program tidak

terpenuhi

Tidak menyiapkan

alat untuk program

tersebut

Petugas puskesmas

tidak rutin melakukan

survey

Petugas tidak

menganggap penting

Managemen uang

dialokasikan ke

program yang lain

Keterlambatan petugas Puskesmas

dalam menilai TPM yang bersih

dan sehat

Petugas puskesmas

mementingkan program

yang lain

Petugas Puskesmas

menganggap program

sudah berjalan dengan

baik

Environment Controlling Actuating Organizing Planning

Kesalahan dalam

menentukan

sasaran

Tidak

memahami

kondisi lapangan

Petugas jarang

turun ke

lapangan

Kurangnya peran serta

pemilik warung dalam

program TPM

Terbatasnya waktu yang

dimiliki oleh pemilik

warung

Kurangnya pengetahuan

pemilik warung dalam

mengenali tanda bahaya

TPM tidak bersih

Tidak menerapkan

sistem pengelolaan

makanan dengan baik

di TPM Petugas TPM tidak

mengontrol kinerja

pemilik warung

Program kekurangan

SDM untuk

mengawas pemilik-

pemilik warung

Kurangnya pengarahan

petugas TPM ke pemilik

warung

Kinerja petugas TPM

kurang optimal dalam

melakukan pembinaan

pada TPM

Kurangnya pembinaan

terhadap pemilik-

pemilik warung

Kurangnya pemahaman

pengurus program

mengenai pembinaan

program

Kurangnya kerjasama

antara Ptgs TPM dan

tempat-tempat

pengelolaan makanan

Kurangnya komunikasi

yang dilakukan

petugas TPM

Pembinaan kepada

petugas TPM kurang

efektif

Pertemuan Petugas

Puskesmas dan petugas

TPM jarang.

kurangnya komunikasi

yang baik antar

petugas puskesmas

dengan petugas TPM

Bagan 2.1 Diagram Ishikawa/Fishbone Sampel Pengelolaan Makanan di TPM yang memenuhi syarat tidak mencapai target pada Program

Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Kecamatan Koja Periode Januari-Desember 2015

Comment [u1]: kok hitam2...pd input ????

85

86

2.3 Akar Penyebab pada masalah “Cakupan TPM yang memenuhi syarat di Kecamatan Koja

pada periode Januari – Desember 2015 sebesar 18,18%, tidak mencapai target 30%”

1. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada input adalah :

a. Man

Petugas Puskesmas menganggap program sudah berjalan dengan baik

b. Money

Managemen uang dialokasikan ke program yang lain

c. Material

Tidak menyiapkan alat untuk program tersebut

d. Method

Pertemuan Petugas Puskesmas dan petugas TPM jarang.

2. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada proses adalah :

a. Planning

Petugas jarang turun ke lapangan

b. Organizing

Kurangnya komunikasi yang dilakukan petugas TPM

C. Actuating

Kurangnya pembinaan terhadap pemilik warung

c. Controlling

Program kekurangan SDM untuk mengawas pemilik-pemilik warung

3. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada lingkunganadalah:

a. Environment

Kurangnya pengetahuan pemilik warung dalam mengenali tanda bahaya

TPM tidak bersih

87

Dari Sembilan akar penyebab masalah di atas maka ditetapkan dua akar penyebab

masalah yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi langsung juga

pemahaman yang cukup. Dua akar penyebab masalah yang paling dominan tersebut

yang didapatkan dari wawancara penanggung jawab program kesehatan lingkungan di

puskesmas kecamatan koja. Masalah tersebut berupa:

1. Petugas Puskesmas menganggap program sudah berjalan dengan baik

(Man).

2. Program kekurangan SDM untuk mengawas pemilik-pemilik warung

(Controlling)

88

2.4 Cakupan Rekapitulasi PJB Sekecamatan Koja

Cakupan sampel Rekapitulasi PJB pada sekecamatan Koja pada periode Januari – Desember 2015 dengan rata-rata 90,87% tidak

mencapai target >95 %. Dari diagram fishbone ditemukan sembilan akar penyebab masalah

Bagan 2.2 Fishbone Cakupan sampel Rekapitulasi PJB pada sekecamatan

Koja pada periode Januari – Desember 2015 dengan rata-rata 90,87% tidak

mencapai target >95 %

Tumpang tindih

pekerjaan kader saat di

lapangan Program yang

dilaksanakan oleh

pelaksana lebih dari satu

Jumlah penduduk

padat dan jalanan

sempit

Wilayah kerja tersebar

luas dan akses sulit

Tempat

melakukan

program jauh dari

puskesmas

Kegiatan PSN hanya

dilakukan dibeberapa

tatanan

Penduduk tidak

berada dirumah saat

dilaksanaan PSN

Pelaksanaan

PSN pada saat

jam kerja

Tenaga untuk melaksanakan program

tidak memadai

Cakupan di

lapangan tidak

sesuai target.

Petugas puskesmas dan petugas jumantik

tidak merencanakan kegiatan dengan

matang

Kurangnya sosialisasi pencapaian

target kepada petugas jumantik

keterbatasan dana untuk

perencanaan dan

pelaksanaan program.

Anggaran yang turun tidak

tepat waktu untuk

pelaksanaan dan

perencanaan program

Distribusi dana untuk program

tidak merata

Alat penunjang program

tidak dipenuhi

Alat dan bahan untuk

kegiatan PSN terbatas

Pertemuan rutin dengan

kader jumantik berjalan

1kali dalam 1bulan yang

seharusnya 4 kali dalam

1 bulan

Pembinaan petugas jumantik

tidak dilakukan secara berkala

dan pelaksanaan yang tidak tepat

waktu

Controlling Environment Actuating

Man

Planning

Money Method Material rial

Organizing

Cakupan sampel

Rekapitulasi PJB pada

sekecamatan Koja

pada periode Januari –

Desember 2015

dengan rata-rata

90,87% tidak

mencapai target >95

%

Kurangnya pelatihan petugas

untuk program PSN dan

pertemuan dengan petugas

jumantik.

Pengawasan

untuk program

tidak maksimal

Pelaksana program bekerja

dengan tidak fokus

Pelaksana program melaksanakan

seluruh program sendiri

Koordinasi antara

petugas kesehatan dan

petugas jumantik tidak

berjalan dengan baik

89

2.4 Akar Penyebab pada masalah “Cakupan sampel Rekapitulasi PJB pada sekecamatan Koja

pada periode Januari – Desember 2015 dengan rata-rata 90,87% tidak mencapai target

>95 %”.

2. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada input adalah :

d. Man

Tenaga untuk melaksanakan program tidak memadai

e. Money

Anggaran yang turun tidak tepat waktu untuk pelaksanaan dan perencanaan

program

f. Material

Alat dan bahan untuk kegiatan PSN terbatas

g. Method

Pembinaan petugas jumantik tidak dilakukan secara berkala dan pelaksanaan

yang tidak tepat waktu

2. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada proses adalah :

d. Planning

Kurangnya sosialisasi pencapaian target kepada petugas jumantik

e. Organizing

Koordinasi antara petugas kesehatan dan petugas jumantik tidak berjalan

dengan baik

f. Actuating

Pelaksanaan PSN pada saat jam kerja

g. Controlling

Pengawasan untuk program tidak maksimal.

3. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada lingkunganadalah:

b. Environment

Jumlah penduduk padat dan jalanan sempit.

Dari Sembilan akar penyebab masalah di atas maka ditetapkan tiga akar

penyebab masalah yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi

langsung juga pemahaman yang cukup. Tiga akar penyebab masalah yang paling

90

dominan tersebut yang didapatkan dari wawancara penanggung jawab program

kesehatan lingkungan di puskesmas kecamatan Koja. Masalah tersebut berupa:

1. Anggaran yang turun tidak tepat waktu untuk pelaksanaan dan

perencanaan program. (Money).

2. Koordinasi antara petugas kesehatan dan petugas jumantik tidak berjalan

dengan baik (Organizing)

3. Pelaksanaan PSN pada saat jam kerja (Actuating)