Brown Sequard Syndrome Ppt

15
BROWN SEQUARD SYNDROME NI KADEK WIDYA ANGGARINI H1A012037

description

ppt

Transcript of Brown Sequard Syndrome Ppt

BROWN SEQUARD SYNDROME

BROWN SEQUARD SYNDROMENI KADEK WIDYA ANGGARINIH1A012037DEFINISIBrown-SquardSyndrome secara sederhana dapat diartikan sebagai kumpulan gejala yang diakibatkan oleh adanya lesi pada sumsum tulang belakang yang biasanya terdapat pada bagian servikal bagian lateral. Penderita sindrom ini kehilangan fungsi motorik, proprioseptif, dan rasa getar ipsilateral disertai dengan kehilangan sensasi nyeri dan suhu kontralateral. EPIDEMIOLOGIInsiden kejadian Sindrom Brown Sequard jarang, meskipun kejadian sebenarnya tidak diketahui. Tidak ada data nasional untuk merekam semua kejadian Sindrom sumsum tulang belakang yang baik yang etiologinya berasal dari hasil trauma maupun nontraumatik. Insiden kerusakan tulang belakang traumatis di Amerika Serikat diperkirakan 12.000 kasus baru pertahun, dengan sindrom Brown Squard dihasilkan dari 2-4% dari semua kejadian itu. Prevalensi semua kejadian kerusakan sumsum tulang belakang di Amerika Serikat diperkirakan menjadi sekitar 273.000 orang. Kejadian internasional sindrom ini tidak diketahui. ETIOLOGIPenyebab Trauma Sindrom Brown Sequard dapat disebabkan oleh mekanisme yang mengakibatkan kerusakan pada satu sisi sumsum tulang belakang. Beberapa penyebab sindrom Brown Sequard telah dijelaskan dalam literatur. Penyebab paling umum yaitu luka trauma, paling sering pada mekanisme penetrasi, seperti tusukan atau luka tembak atau bisa disebabkan oleh fraktur unilateral dan dislokasi akibat kecelakaan kendaraan bermotor atau jatuh. Penyebab nontraumatic Tumor (primer atau metastasis)Multiple sclerosisHerniasSpondylosis serviksHernia dari sumsum tulang belakang melalui defek dural (idiopatik atau pasca trauma)Epidural hematomaDiseksi arteri vertebralismielitis transversaRadiasiTipe II penyakit dekompresi Penggunaan narkoba suntikanTuberkulosisPenulangan dari ligamentum flavumRadang selaput otak (Meningitis)EmpiemaHerpes zosterHerpes simpleksSipilisIskemiaPerdarahan Termasuk tulang belakang subdural / epidural dan hematomyelia

PATOFISIOLOGIBrown-SquardSyndrome terjadi karena adanya lesi pada traktus ascenden dan atau descendens medula spinalis yang mengenai salah satu sisi medulla spinalis. Perdarahan berupa bintik-bintik peteki di grey matter akan meluas dan menyatu dalam 1 jam setelah trauma terjadi. Perkembangan selanjutnya berupa nekrosis hemoragik terjadi dalam waktu 24-36 jam setelah trauma. Peteki pada white matter terjadi pada 3-4 jam setelah trauma. Serat myelin akan mengalami kerusakan yang ekstensif.MANIFESTASI KLINISGejala-gejalayangmunculpadakeadaaniniadalahsebagaiberikut:Pada sisi lesi jaras motorik desenden terganggu, dan setelah syok spinal awal menghilang, maka akan menyebabkan paralisis spastik ipsilateral dibawah tingkat lesi dengan hiperrefleksia dan refleks abnormal pada jari-jari kaki. Ipsilateral karena traktus telah menyilang pada tingkat yang lebih tinggi, dan spastik karena traktus tersebut juga mengandung serat ekstrapiramidal.Cedera funiculus menghilangkan rasa untuk posisi,getaran,dan diskriminasi taktildi bawah tingkatlesi.

Ataksia seharusnya dapat ditemukan, tapi tidak terlihat karena adanya paralisis ipsilateral.Rasa nyeri dan suhu tidak menghilang dibawah tingkat cedera, karena disini serat traktus spinotalamikus telah menyeberang kesisi yangsehat. Sebaliknya, rasa nyeri dan suhu menghilang pada sisi kontralateral dibawah tingkat lesi.Rasa taktil sederhana tidak menurun karena serat yang mengirim rasa ini menggunakan dua jaras, yaitu funikuli posterior dan traktus spinotalamikus anterior.

PENEGAKAN DIAGNOSISPemeriksaan PenunjangRadiologi Studi radiografik membantu untuk memastikan diagnosis dan menentukan etiologi Brown-SquardSyndrome. Foto polos selalu diperlukan dalam trauma akut pada tulang belakang, tapi informasi lebih lanjut biasanya diperoleh dengan teknik-teknik baru. Radiografi polos tulang belakang dapat menggambarkan cedera tulang trauma tembus atau tumpul. Fraktur massa lateral dapat menyebabkan Brown-SquardSyndrome setelah cedera tumpul.CT Scan Pada orang yang tidak mampu memiliki MRI scan dilakukan sebuah myelogram CT sebagai pemeriksaan lain. Pencitraan ini diharapkan untuk mengungkapkan kerusakan jaringan saraf terlokalisasi pada satu sisi dari sumsum tulang belakang. MRI Magnetic resonance imaging (MRI) sangat berguna dalam menentukan struktur yang tepat yang telah rusak di Brown-SquardSyndrome serta dalam mengidentifikasi etiologi nontraumatik dari gangguan.

TATALAKSANAPasien dengan Brown-Squard Syndrome akibat trauma perlu dievaluasi kemungkinan adanya cedera lain, seperti halnya penderita trauma. Evaluasi lain dapat meliputi :pemasangan kateter urinimobilisasipemasangan naso-gastric tubeImobilisasi servikal, vertebra dorsal bawah, dan imobilisasi dengan hard collar jika terjadi cedera servikal.Pasien dengan Brown-Squard Syndrome mengalami kehilangan daya sensasi. Untuk mengetahui adanya kemungkinan cedera intraabdominal dapat dilakukan CT-scan atau peritoneal lavage.

Pemberian medikamentosa (farmakoterapi) bertujuan untuk mencegah kompikasi. Banyak penelitian menunjukkan penyembuhan yang lebih baik pada penderita yang diberikan steroid dosis tinggi pada awal pengobatan.

KOMPLIKASIKomplikasi sindrom ini adalah sebagai berikut:DepresiInfeksiemboli paruhipotensiDisk herniaDiseksi arteri vertebralispatah TulangKejang sumsum tulang belakangFibromyalgia

PROGNOSISPrognosis dari kembalinya fungsi motorik dari penderita Brown-SquardSyndrome umumnya baik. Satu setengah hingga dua pertiga kasus dalam satu tahun penyembuhan fungsi motorik kembali dalam 1-2 bulan setelah lesi terjadi. Fungsi motorik akan kembali secara perlahan-lahan dalam 3-6 bulan dan masih akan terus berlanjut membaik hingga mencapai 2 tahun setelah lesi terjadi. Penyembuhan dari sindrom ini berlangsung secara bertahap mencakup:1. Penyembuhan dari musculus ekstensor proksimal ipsilateral sebelum fleksor distal ipsilateral.2. Penyembuhan dari kelemahan ekstremitas dengan kehilangan sensoris sebelum penyembuhan muncul di bagian ekstremitas yang berlawanan.3. Penyembuhan dari kekuatan motorik volunter dan fungsi melangkah hingga 1-6 bulan.

DAFTAR USTAKAAbouhashem S. 2013. Management of Brown-Sequard Syndrome in Cervical Disc Diseases. Turkish Neurosurgery: 23(4);470-475. Available from < http://www.turkishneurosurgery.org.tr/pdf/pdf_JTN_1173.pdf > [Accessed 8 April 2015]

Amarendra. 2012. Brown sequard syndrome- treatment, symptoms, cause. Available from < http://syndromespedia.com/brown-sequard-syndrome.html > [Accessed 8 April 2015]

Carol V,A. 2014. BrownSequardSyndrome. Medscape reference. Available from < http://emedicine.medscape.com/article/321652overview > [Accessed 8 April 2015]

Dlangamandla S, Mahomed N. 2012. Traumatic Brown-Sequard syndrome clinicoradiological Correlation on MRI. Sa Journal of Radiology. Available from < http://www.ajol.info/index.php/sajr/article/view/81486 > [Accessed 8 April 2015]Engelhardt E. 2014. Brown-Squard On neural networks and brain localization of functions. Dement Neuropsychol 2014 March;8(1):79-82. Available from < http://www.demneuropsy.com.br/detalhe_artigo.asp?id=442 > [Accessed 8 April 2015]

Ranga U. 2014. Brown-Squard syndrome. Indian J Med Res 140; 572-573. Available from < http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4277151/ > [Accessed 9 April 2015]

Snell, R. 2013. Neuroanatomi Klinis edisi 7. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGCUrrutia J, Fadic R. 2012. Cervical disc herniation producing acute Brown-Sequard syndrome: dynamic changes documented by intraoperative neuromonitoring. Eur Spine J 21 (4): S418S421 Available from < http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21674209 > [Accessed 8 April 2015]