breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

123
TESIS BREATHING EXERCISE SAMA BAIKNYA DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS VITAL (KV) DAN VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP 1 ) PADA TENAGA SORTASI YANG MENGALAMI GANGGUAN PARU DI PABRIK TEH PT. CANDI LOKA JAMUS NGAWI DIKA RIZKI IMANIA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014

Transcript of breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

Page 1: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

TESIS

BREATHING EXERCISE SAMA BAIKNYA DALAMMENINGKATKAN KAPASITAS VITAL (KV) DAN VOLUME

EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP1) PADATENAGA SORTASI YANG MENGALAMI GANGGUAN

PARU DI PABRIK TEH PT. CANDI LOKA JAMUS NGAWI

DIKA RIZKI IMANIA

PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR2014

Page 2: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

i

TESIS

BREATHING EXERCISE SAMA BAIKNYA DALAMMENINGKATKAN KAPASITAS VITAL (KV) DAN VOLUME

EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP1) PADATENAGA SORTASI YANG MENGALAMI GANGGUAN

PARU DI PABRIK TEH PT. CANDI LOKA JAMUS NGAWI

DIKA RIZKI IMANIANIM 1290361023

PROGRAM MAGISTERPROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA

PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR2014

Page 3: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

ii

BREATHING EXERCISE SAMA BAIKNYA DALAMMENINGKATKAN KAPASITAS VITAL (KV) DAN VOLUME

EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP1) PADATENAGA SORTASI YANG MENGALAMI GANGGUAN

PARU DI PABRIK TEH PT. CANDI LOKA JAMUS NGAWI

Tesis untuk Memperoleh Gelar MagisterPada Program Magister, Program Studi Fisiologi Olahraga,

Konsentrasi FisioterapiProgram Pascasarjana Universitas Udayana

DIKA RIZKI IMANIANIM 1290361023

PROGRAM MAGISTERPROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA

PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR2014

Page 4: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

iii

LEMBAR PENGESAHAN

TESIS INI TELAH DISETUJUIPada Tanggal 7 Oktober 2014

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS. AIF.AFO S. Indra Lesmana, SKM, S.Ft, M.OrNIP. 19501231 198003 1 015 NIDN. 0307076801

Mengetahui

Ketua Program Studi Magister DirekturFisiologi Olahraga Program Pascasarjana

Universitas Udayana Universitas UdayanaDenpasar Denpasar

Dr. dr. Susy Purnawati, M. KK. Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S.(K)NIP. 19680929 199903 2 001 NIP. 19590215 198510 2 001

Page 5: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

iv

PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS

Tesis Ini Telah DiujiPada Tanggal 16 Oktober 2014

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan Surat KeputusanRektor Universitas Udayana, Nomor : 3472/UN.14.4/HK/2014

Tanggal 22 September 2014

Ketua : Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS, AIF, AIFO

Sekretaris : Syahmirza Indra Lesmana, SKM, S.Ft, M.Or

Anggota : 1. Prof. dr. Nyoman Agus Bagiada, S. P, Biok

2. Dr. dr. Bagus Komang Satryasa, M.Repro

3. Muh. Irfan, SKM, SSt.Ft., M.Fis

Page 6: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

v

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS UDAYANA

PROGRAM MAGISTER FISIOLOGI OLAHRAGAKONSENTRASI FISIOTERAPI

Jalan Panglima Besar Sudirman Denpasar BaliTelpon/Fax : (0361) 223797/(0361) 247962. Laman : www.pps.unud.ac.id

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Dika Rizki Imania

NIM : 1290361023

Program Studi : Magister Fisiologi Olahraga Konsetrasi Fisioterapi

Judul Tesis : Breathing Exercise Sama Baik Dalam Meningkatkan

Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) dan

Kapasitas Vital (KV) pada Tenaga Sortasi yang

Mengalami Gangguan Paru di Pabrik Teh PT. Candi Loka

Jamus Ngawi

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas plagiat. Apabila

dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya

bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 8 Januari 2015

Pembuat Pernyataan

(Dika Rizki Imania)NIM : 1290361023

Page 7: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

vi

UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillahirobbil’alamin, penulis panjatkan puji syukur kehadirat

ALLAH SWT karena hanya atas ridho-Nya dan karunia-Nya tesis ini dapat

diselesaikan. Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW

beserta keluarga dan para sahabatnya.

Ucapan terimakasih ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof.

Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang

diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan

Program Magister Di Universitas Udayana. Ucapan terimakasih ini juga ditujukan

kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof. Dr. dr. A.A.

Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk

menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pasca Sarjana Universitas

Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkana terimakasih kepada Dr. dr. Susy

Purnawati, M. KK. selaku Ketua Program Studi Pascasarjana Fisiologi Olahraga

Konsentrasi Fisioterapi Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada

penulis untuk mengikuti pendidikan Program Studi Pascasarjana Fisiologi

Olahraga Konsentrasi Fisioterapi Universitas Udayana.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS,

AIF, AIFO selaku pembimbing I atas bimbingan dan sarannya selama

menyelesaikan tesis ini. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Syahmirza

Indra Lesmana SSt.Ft, M.Or yang telah memberikan semangat kepada penulis

untuk terus belajar dan membimbing penulis agar dapat menyelesaikan tesis ini.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis,

Prof. Dr. Nyoman Agus Bagiada, Sp.Biok dan Dr.dr.Bagus Komang Satriyasa,

M.Repro serta Mmuh. Irfan, SKM, SST.Ft., M.Fis yang telah memberikan

masukan, saran, bimbingan, sanggahan dan koreksi sehingga tesis ini dapat

terwujud menjadi lebih baik.

Page 8: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

vii

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staff dosen

pengajar dan staff pengelola Program Studi Fisiologi Olahraga Konsentrasi

Fisioterapi Pascasarjana Universitas Udayana yang telah membantu dan memberi

dukungan bagi penulis.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Badan Pembina Harian

(BPH) dan Ketua Stikes Aisyiyah Yogyakarta yang telah memberikan bantuan

finansial sehingga meringankan beban penulis dalam menyelesaikan studi ini.

Ucapan terima kasih kepada papah dan mamah ku tercinta, atas do’a-do’a

beliau semua yang selalu membuat penulis semangat dalam menyelesaikan tesis

ini, serta kakak dan adikku tersayang beserta seluruh keluarga yang telah menjadi

inspirasi bagi penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

Tidak lupa pula kepada suamiku tercinta Dwi Nuryoni dan kedua putri

cantikku Q. Keyna Azzalea dan Janeen Azkabrillia Y.A yang dengan penuh

perhatian, dukungan dan pengorbanan memberikan kesempatan kepada penulis

untuk dapat menyelesaikan tesis ini.

Terima kasih untuk teman sejawatku Magister Fisiologi Olahraga

2012/2013 (mami siska, mba irene, mb ade, qina yang selalu buat gaduh di hotel,

dan pak yoga serta arif) yang selalu memberikan dukungan dalam proses

penyelesaian tesis ini.

Semoga penulis dapat memberikan sumbangan kepada masyarakat dan

profesi setelah menyelesaikan pendidikan Program Pascasarjana Fisiologi

Olahraga Konsentrasi Fisioterapi Universitas Udayana.

Semoga Allah SWT selalu menuntun dan melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya kepada penulis dan memberikan rahmat kepada semua pihak yang

telah membantu dalam menyelesaikan tesis ini. AMIN.

Denpasar, Oktober 2014

Penulis

Dika Rizki Imania

Page 9: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

viii

ABSTRAK

BREATHING EXERCISE SAMA BAIKNYA DALAM MENINGKATKANKAPASITAS VITAL (KV) DAN VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIKPERTAMA (VEP1) PADA TENAGA SORTASI YANG MENGALAMI

GANGGUAN PARU DI PABRIK TEH PT. CANDI LOKAJAMUS NGAWI

Gangguan fungsi paru adalah penyakit paru yang disebabkan olehberbagai sebab, seperti virus, bakteri, debu maupun partikel lainnya. Terpaparnyadebu teh setiap hari pada tenaga kerja sortasi mengakibatkan penurunan fungsiparu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran breathing exercise dalammeningkatkan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dan kapasitas vitalparu (KVP).

Penelitian merupakan eksperimen murni, dengan the one group pre test &post test design, dimana pengambilan sampel dari populasi dilakukan secararandom yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Subjek terdapat 10orang dan mendapatkan perlakuan Breathing Exercise. Frekuensi latihan 3 kaliseminggu selama 6 minggu. Subjek penelitian adalah semua tenaga kerja sortasiyang mengalami gangguan paru yang sudah didiagnosis melalui prosedurpengukuran fungsi paru dengan menggunakan spirometer yang dilakukan dipabrik teh PT. Candi Loka Jamus Ngawi.

Analisis kemaknaan dengan Paired t-test (berpasangan) menunjukkanbahwa pemberian breathing execise meningkatan nilai Volume Ekspirasi Paksadetik pertama (VEP1) dan Kapasitas Vital (KV), berbeda secara bermakna(p<0,05). Sedangkan uji beda selisih pada nilai VEP1 dan KV setelah perlakuandengan Independent t-test (tidak berpasangan) menunjukkan bahwa nilai p =0,749. Hasil tersebut menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan peningkatanantara nilai Volume Ekspirasi Paksa detik pertama (VEP1) dan Kapasitas Vital(KV) setelah perlakuan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberian breathing exercisesama baik dalam meningkatkan nilai volume ekspirasi paksa detik pertama(VEP1) dan nilai kapasitas vital (KV).

Kata Kunci : Breathing exercice, Volume Ekspirasi Paksa detik pertama (VEP1)dan Kapasitas Vital (KV)

Page 10: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

ix

ABSTRACT

BREATHING EXERCISE IS AS BETTER AS TO INCREASE THEFORCED EXPIRATORY VOLUME IN SECOND (FEV1) AND VITAL

CAPACITY (VC) OF THE SORTER EXPERIENCE IN LUNGDISORDERS AT TEA FACTORY OF PT. CANDI LOKA JAMUS NGAWI

Impaired lung function is a disease caused by various reasons, such asviruses, bacteria, dust and other particles. It is exposure by dust tea every day oflabor sorting result in decrease of lung function. This study aims to determine therole of breathing exercise in improving forced expiratory volume in 1 second(FEV1) and vital capacity (VC).

The research designs is experiment true by the one group pre-test and post-test design, where taking sample from the population by random that fulfill theinclusion and exclusion criteria. There are 10 as subjec of people and gettingtreatment Breathing Exercise. Frequency of exercise 3 times a week for 6 weeks.The subjects were all labors sorting who had impaired lung that has beendiagnosed by the measured procedure with lung physiology measurements wereperformed using a spirometer in the tea factory of PT. Candi Loka Jamus Ngawi.

The significance analysis of Paired t-test (paired) showed that givingbreathing exercise increase the vital capasity (VC) and forced expiratory volume(FEV1) was significantly different (p <0.05). While different test on VC and FEV1after treatment with the Independent t-test (unpaired) show that the value of p =0.749. The results means that there is no an increase between the value of forcedexpiratory volume in 1 second (FEV1) and Vital Capacity (VC) after treatment.

Thus it can be concluded, the giving of breathing exercises is as better asthe increase value of forced expiratory volume in 1 second (FEV1) and VitalCapacity (VC).

Keyword: Breathing exercises, Forced expiratory volume in 1 second (FEV1) andVital Capacity (VC).

Page 11: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

PRASYARAT GELAR ................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ............................................................... iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ................................................ v

UCAPAN TERIMAKASIH............................................................................. vi

ABSTRAK ....................................................................................................... viii

ABSTRACT .................................................................................................... ix

DAFTAR ISI.................................................................................................... x

DAFTAR TABEL............................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi

DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH....................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 7

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 7

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 7

1.4.1 Bagi Akademik ............................................................... 7

1.4.2 Bagi Praktisi .................................................................... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA .......................................................................... 9

2.1 Sistem Pernafasan ...................................................................... 9

2.1.1 Pengertian Pernafasan ..................................................... 9

2.1.2 Anatomi Saluran Pernafasan .......................................... 10

2.1.3 Fisiologi Pernafasan ....................................................... 14

Page 12: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

xi

2.1.3.1 Tahapan Proses Pernafasan .............................. 16

2.1.3.2 Mekanisme Pernafasan..................................... 17

2.2 Volume dan Kapasitas Fungsi Paru ............................................ 17

2.2.1 Volume Paru .................................................................. 17

2.2.2 Kapasitas Fungsi Paru ..................................................... 19

2.2.3 Pengukuran Fisiologi Paru .............................................. 20

2.2.3.1 Nilai Normal Fisiologi Paru ............................... 21

2.2.3.2 Gangguan Fungsi Paru ....................................... 21

2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Fungsi Paru ..... 23

2.2.4.1 Faktor Internal . ................................................. 23

2.2.4.2 Faktoe Eksternal................................................ 24

2.2.5 Faktor yang Mendasari Timbulnya Gejala PenyakitPernafasan . ..................................................................... 28

2.3 Debu . .......................................................................................... 29

2.3.1 Pengertian Debu .............................................................. 29

2.3.2 Pengertian Debu Kayu. .................................................... 29

2.3.3 Efek Debu terhadap Kesehatan . ...................................... 30

2.3.4 Nilai Ambang Batas ........................................................ 30

2.3.5 Faktor yang mempengaruhi Terjadinya pengendapan partikel

debu dalam paru . ............................................................ 31

2.3.6 Penurunan Fungsi Paru akibat Kualitas Udara . .............. 35

2.3.6.1 Mekanisme Penimbunan Debu di Paru . ............ 35

2.3.6.2 Mekanisme Penurunan Fungsi Paru akibat Paparan

Debu .................................................................. 37

2.4 Tenaga Kerja Pabrik Teh............................................................. 38

2.5 Latihan Pernafasan (Breathing Exercise) ................................... 41

2.5.1 Deep Breathing Exercise ................................................. 42

Page 13: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

xii

2.5.1.1 Prosedur pelaksanaan latihan pernafasan dalam

(Deep Breathing Exercise)............................... 43

2.5.2 Pursed Lips Breathing ................................................... 44

2.5.2.1 Prosedur pelaksanaan latihan Pursed Lips

Breathing.......................................................... 43

2.5.2.2 Fisiologis Pursed Lips Breathing..................... 48

2.6 Pengaruh Breathing Exercise terhadap Peningkatan Kapasitas Vital

Paru (KVP) dan Volume Ekpirasi Paksa (FEV1). ....................... 50

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS.................. 52

3.1 Kerangka Berpikir....................................................................... 52

3.2 Konsep Penelitian ....................................................................... 54

3.3 Hipotesis...................................................................................... 54

BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................. 55

4.1 Rancangan Penelitian .................................................................. 56

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 56

4.3 Penentuan Sumber Data .............................................................. 56

4.3.1 Populasi ........................................................................... 56

4.3.1.1 Populasi Target.................................................... 56

4.3.1.1 Populasi Terjangkau............................................ 56

4.3.2 Sampel............................................................................. 56

4.3.2.1 Kriteria Inklusi .................................................... 56

4.3.2.2 Kriteria Eklusi ..................................................... 57

4.3.2.3 Besar Sampel....................................................... 57

4.3.3 Teknik Pengambilan Sample ........................................... 58

4.4 Variabel Penelitian ...................................................................... 59

4.4.1 Variabel Independent ...................................................... 59

4.4.2 Variabel dependent.......................................................... 59

Page 14: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

xiii

4.5 Defenisi Operasional .................................................................. 59

4.5.1 Breathing Exercise ......................................................... 59

4.5.2 Kapasitas Vital Paru (KVP) ............................................ 60

4.5.3 Volume Ekspirasi Paksa ................................................. 60

4.6 Instrumen Penelitian.................................................................... 60

4.6.1 Cara penggunaaan alat ..................................................... 61

4.7 Prosedur Penelitian...................................................................... 61

4.7.1 Tahap persiapan ................................................................ 61

4.7.1 Tahap penentuan sampel ................................................... 61

4.7.1 Tahap pelaksanaan ............................................................ 62

4.7.1 Tahap Akhir ...................................................................... 62

4.8 Alur Penelitian ............................................................................ 64

4.9 Tekhnik Analisis Data................................................................. 64

BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................ 65

5.1 Deskripsi Karakteristik Subjek.................................................... 65

5.2 Distribusi Subjek berdasarkan Jenis Kelamin ............................. 67

5.3 Analisi data deskriptif peningkatan Nilai KVP dan FEV1 .......... 67

5.4. Uji Normalitas Data ................................................................... 68

5.5 Uji Homogenitas Data ................................................................. 69 Penderita Osteoarthritis Lutut

5.6 Pengujian Peningkatan nilai Kapasitas Vital Paru (KVP) Sebelum

dan Setelah perlakuan breathing exercise. .................................. 70

5.7 Pengujian Peningkatan Nilai Volume Ekspirasi Paksa dalam 1 Detik

(FEV1) Sebelum dan Setelah pemberian breathing exercise. .... 71

BAB VI PEMBAHASAN................................................................................ 72

6.1 Karakteristik Subjek .................................................................... 72

6.2 Distribusi dan Varian Subjek Penelitian ..................................... 75

Page 15: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

xiv

6.3 Pengujian peningkatan kapasitas vital (KV) dan volume ekspirasi

paksa detik pertama (VEP1) Sebelum dan Setelah perlakuan

Breathing exercise ...................................................................... 76

6.4 Uji Beda selisih peningkatan kapasitas vital (KV) dan volume

ekspirasi paksa detik pertama (VEP1)......................................... 77

6.5 Kelemahan Penelitian.................................................................. 81

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 82

7.1 Simpulan...................................................................................... 82

7.2 Saran............................................................................................ 82

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 84

LAMPIRAN

Page 16: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis Debu dan Contoh .................................................................... 32

Tabel 5.1 Karakteristik Subjek ......................................................................... 65

Tabel 5.2 Distribusi Subjek berdasarkan Jenis Kelamin. ................................ 67

Tabel 5.3 Uji Normalitas. ................................................................................ 67

Tabel 5.4 Uji Homogenitas. ............................................................................ 68

Tabel 5.5 Uji Peningkatan nilai KV sebelum dan sesudah perlakuan ............ 69

Tabel 5.6 Uji Peningkatan nilai VEP1 sebelum dan sesudah perlakuan. ........ 70

Tabel 5.7 Uji Selisih Rerata Nilai KV dan VEP1. ........................................... 71

Page 17: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Respirasi pada Manusia ............................ 13

Gambar 2.2 Mesin Sortasi Teh ................................................................ 40

Gambar 2.3 Proses Tenaga Kerja Terpapar Debu di Bagian Sortasi Teh 40

Gambar 2.4 Teknik Deep Breathing.......................................................... 44

Gambar 2.5 Teknik Pursed Lip Breathing................................................. 46

Gambar 3.1 Kerangka Berfikir................................................................... 53

Gambar 3.2 Kerangka Konsep................................................................... 54

Gambar 4.1 Bagan Rancangan Penelitian ............................................... 55

Gambar 4.2 Bagan Alur Penelitian .......................................................... 63

Page 18: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

xvii

DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH

P : Populasi

S : Sampel

RA : Random Alokasi

NP : Nilai Pengukuran

BE : Breathing Exercise

KV : Kapasitas Vital

KVP : Kapasitas Volume Paru

VEP1 : Volume Ekspirasi Paksa detik pertama

SB : Simpangan Baku

th : Tahun

n : Jumlah Sampel

s/d : Sampai Dengan

% : Persen

< : Kurang Dari

> : Lebih Besar Dari

= : Sama Dengan

± : Kurang Lebih

Page 19: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian .................................................................. 90

Lampiran 2. Surat Pelaksanaan Penelitian .................................................... 91

Lampiran 3. Formulir Persetujuan ............................................................... 92

Lampiran 4. Kuisioner ................................................................................. 93

Lampiran 5. Hasil Statistik ........................................................................... 94

Page 20: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini sektor industri di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun.

Penigkatan ini sejalan dengan peningkatan taraf ekonomi negara. Majunya

industri maka terbuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Daerah sekitar

perindustrian juga berkembang dalam bidang sarana transportasi,

komunikasi, perdagangan dan bidang lain.

Perwujudan dari komitmen politik dan pilihan pembangunan yang

tepat oleh pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan bagi segenap rakyat

Indonesia adalah Pembangunan dalam bidang industri. Dengan diwujudkan

kesejahteraan tersebut, pembangunan industri yang dipilih harus

berwawasan lingkungan, dengan tujuan sedikit mungkin memberikan

dampak negatif terhadap lingkungan sebagai akibat penggunaan sumber

daya alam (Wardana, 2001).

Kemajuan dalam bidang industri di Indonesia memberikan berbagai

dampak positif yaitu terbukanya lapangan kerja, semakin baiknya sarana

transportasi dan komunikasi serta meningkatnya taraf sosial ekonomi

masyarakat. Suatu kenyataan dapat disimpulkan bahwa perkembangan

kegiatan industri secara umum juga merupakan sektor yang potensial

sebagai sumber pencemaran yang akan merugikan bagi kesehatan dan

lingkungan (Khumaidah, 2009).

Page 21: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

2

Tenaga Kerja harus memahami dan membudayakan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) dalam aktivitasnya, sehingga tenaga kerja dapat

bekerja dengan aman, selamat, sehat dan bergairah serta mampu menilai

besarnya bahaya, resiko dan akibatnya selama melakukan tugasnya di

lingkungan kerja masing - masing. Sebaliknya dari pihak industri akan

terhindar dari semua faktor kerugian terpeliharanya proses produksi bahkan

dapat terhindar dari hilangnya investasi di perusahaan (Suma’mur, 1995

dalam Roslan, 2000).

Penyakit pneumokoniosis adalah salah satu Penyakit Akibat Kerja

(PAK) yang diakibatkan dari adanya pencemaran lingkungan kerja oleh

debu. Penyakit pneumokoniosis yaitu bentuk gangguan pernafasan terhadap

pengendapan/penimbunan debu pada saluran pernafasan dan paru-paru.

Khusus untuk industri tekstil, ditinjau dari aspek K3 memiliki segi-segi

khusus yang tidak ditemukan pada industri lain, misalnya tentang

kekhususan penyakit Bysinosis (Suma’mur, 1995 dalam Roslan, 2000).

Perhatian atas dampak pajanan bahan-bahan berbahaya di tempat kerja

dan lingkungan terhadap kesehatan sejak beberapa dekade terakhir tampak

semakin meningkat karena peranannya terhadap gangguan saluran

pernafasan. Penyebab atau memperburuknya penyakit seperti asma, kanker,

dermatitis dan tuberculosis salah satunya adalah pajanan bahan yang

berbahaya di tempat kerja. Diperkirakan jumlah kasus baru penyakit akibat

kerja di Amerika Serikat 125.000 sampai 350.000 kasus pertahun dan terjadi

5,3 juta kecelakaan kerja pertahun. Sedangkan penyakit saluran pernafasan

Page 22: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

3

merupakan penyakit yang sering dijumpai di negara berkembang,

prevalensinya bervariasi antara 2 – 20 % (Wahyuningsih, 2003).

Penyebab insiden penyakit karena debu mineral telah menurun pada

masa sekarang di negara pasca industri dan asma telah berkembang menjadi

penyakit akibat kerja yang utama. Setiap tahun berbagai bahan baru telah

diperkenalkan di tempat kerja dan banyak diantaranya menimbulkan

penyakit paru (Aditama, 2002).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada

tahun 80-an (NIOSH, 1991) diprediksikan bahwa sekitar 1,7 juta pekerja

Amerika Serikat terpajan oleh kristal silika (silika bebas) di luar industri

pertambangan dan diperkirakan kurang lebih 700.000 pekerja terpajan oleh

asbestosis. Dan pada tahun 1987, Badan Internasional khusus penelitian

kanker mengklasifikasikan bahwa golongan yang kemungkinan dapat

menyebabkan kanker paru pada manusia adalah partikel silika (silika bebas).

Hasil penelitian akhir-akhir ini tahun 1996 telah mengklasifikasikan ulang

bahwa partikel silika (silika bebas) merupakan salah satu faktor penyebab

kanker paru pada manusia dan sekarang pneumoconiosis merupakan

pembunuh secara perlahan (tersembunyi) pada negara-negara di seluruh

dunia terutama pada negara miskin dan berkembang (Astrawinata, 1997).

Kontak yang terus menerus dan menahan dan serta dalam konsentrasi

yang cukup tinggi dengan debu-debu terhadap tenaga kerja industri, maka

lama kelamaan pada jaringan parunya akan mengalami suatu proses

degenaratif (Mulyono, 1997). Kelainan yang terjadi pada paru ataupun

Page 23: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

4

saluran pernafasan akibat dari debu menurut Mulyono (1997), dapat berupa

hal-hal sebagai berikut:

1. Berkurangnya kualitas maupun kuantitas serabut elastis paru.

2. Terjadinya restriksi pada saluran pernafasan.

3. Timbulnya obstruksi pada saluran pernafasan.

Roslan (2000), menyatakan bahwa pekerjaan selalu berhubungan

dengan zat pencemar debu, lambat laun akan menderita aneka gangguan di

dalam tubuh pekerja pabrik yang dikenal dengan nama pneumokoniosis dan

yang terganggu diantaranya faal paru-parunya.

Efek yang di timbulkan di lingkungan kerja seperti terpapar debu yaitu

gangguan fungsi pernapasan. Beberapa faktor dari karakteristik pekerja itu

sendiri juga dapat mempengaruhi keadaan paru seperti umur, kebiasaan

merokok, riwayat penyakit, kebiasaan penggunaan alat pelindung diri, status

gizi, kebiasaan olahraga dan masa kerja (Mengkidi, 2006).

PT. Candi Loka adalah sebuah perusahaan yang mengelola teh,

terdapat perkebunan teh yang sangat luas dan memilik pabrik teh yang

cukup besar. PT Candi Loka ini terletak di dusun Jamus desa Girikerto

kecamatan Sine kabupaten Ngawi, hasil produksi tehnya pun tidak sedikit.

Teh adalah sebuah tanaman yang dipetik daunnya lalu diolah sehingga bisa

digunakan sebagai bahan dasar minuman. Perusahaan ini memiliki banyak

karyawan, semua sesuai dengan bidang keahlian masing-masing (Wahyu,

2014)

Berdasarkan survei yang peneliti lakukan pada saat pertama

Page 24: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

5

mendatangi pabrik teh PT. Candi Loka Jamus Ngawi, khususnya di bagian

sortasi, peneliti melihat adanya debu teh yang cukup tinggi karena di bagian

sortasi ini adalah bagian pengayaan dimana terdapat mesin pengayaan yang

memilah teh yang telah kering baik itu dari daun yang pucuk, tangkai dan

dust (teh yang telah hancur). Setelah teh di ayak lalu teh di kemasi dalam

kantong, yang tentunya menimbulkan debu teh yang terbang di udara.

Dilihat dari aspek kesehatan, debu yang tinggi di bagian sortasi tersebut

dapat mempengaruhi saluran pernafasan tenaga kerja yang kemudian

mempengaruhi fungsi paru dari tenaga kerja tersebut.

Peneliti melakukan wawancara kepada sebagian tenaga kerja yang

bekerja di unit sortasi, selama mereka bekerja di bagian sortasi memang

fungsi pernafasan mengalami gangguan berupa sesak nafas, hal ini

disebabkan oleh salah satu faktor yaitu akibat debu teh yang masuk melalui

saluran pernafasan dan kemudian mempengaruhi fungsi paru tenaga kerja

ini. Selain faktor debu tersebut, faktor pemakaian APD berupa masker

ternyata kurang dipatuhi oleh tenaga kerja yang mengalami gangguan

pernafasan.

Peneliti ingin melakukan eksperimen pada tenaga sortasi dengan

melakukan latihan pernafasan (Breathing Exercise), dengan melakukan

Breathing Exercise apakah keluhan yang di rasakan tenaga kerja seperti

sesak nafas akan berkurang atau biasa saja.

Bagian sortasi merupakan bagian yang bekerjanya mengayak dan

mensortasi teh-teh sesuai dengan bagian-bagian teh dan dikemasi. Ketika

Page 25: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

6

pengayaan dan pengemasan teh, debu berjenis kayu (kayu teh) berhamburan

di udara sehingga tenaga sortasi memerlukan masker, dimana masker yang

digunakan hanyalah sehelai kain/sleyer untuk melindungi dari debu

(Wahyu, 2014)

Waktu kerja bagian sortasi dari jam 07.00 – 14.00 Wib. Rata-rata

tenaga kerja yang bekerja di bagian sortasi dan bagian pengolahan ini

sebagian sudah ada yang bekerja hingga 8 tahun, hal tersebut merupakan

faktor terjadinya gangguan fungsi paru karena lamanya paparan debu pada

tenaga kerja di bagian sortasi tersebut (Wahyu, 2014).

Upaya peningkatan kapasitas vital paru dapat dilakukan melalui

latihan pernapasan (breathing exercise) dan diharapkan dapat memperbaiki

fungsi ventilasi paru (Ignatavicius & Workman, 2006).

Penelitian El-Batanoun (2009), menyebutkan bahwa latihan

pernapasan setelah enam minggu dapat meningkatkan kekuatan otot

pernapasan sehingga fungsi ventilasi paru membaik. Perbaikan ventilasi

dapat dicapai setelah latihan diafragmatik, nafas dalam, spirometrik insentif,

gaya berjalan dan latihan ekstremitas. Adanya peningkatan tahanan jalan

udara dan penurunan udara residu mengakibatkan kekuatan otot inspirasi

yang dibutuhkan menjadi minimal.

Memperbaiki fungsi kerja paru dan bermanfaat untuk mengatur

pernapasan saat terjadi keluhan sesak nafas merupakan fungsi dari Deep

breathing exercise. Pada saat inspirasi dalam, dinding perut relaks (pasif)

Page 26: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

7

dan udara masuk ke paru-paru melalui hidung. Latihan ini sebaiknya diikuti

tehnik relaksasi (Nury, 2008).

Hasil Workshop Rehabilitasi Penyakit Paru di RS Moewardi Surakarta

2005 dan beberapa literatur bahwa pursed lips breathing yang dilakukan

secara teratur dapat memperbaiki ventilasi sehingga dapat memperbaiki

aliran udara dan volume paru akibat penyumbatan pada paru.

Berdasaran dari latar belakang tersebut diatas, maka peneliti

mengambil judul “Breathing Exercise Meningkatkan Kapasitas Vital (KV)

dan Volume Ekspirasi Paksa 1 detik pertama (VEP1) pada Tenaga Sortasi

yang Mengalami Gangguan Paru di Pabrik Teh PT. Candi Loka Jamus

Ngawi”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas maka

rumusan masalah yang disampaikan yaitu :

1. Apakah breathing exercise meningkatkan kapasitas vital (KV) pada

tenaga sortasi yang mengalami gangguan paru di pabrik teh PT. Candi

Loka Perkebunan Teh Jamus Ngawi?

2. Apakah breathing exercise meningkatkan volume ekspirasi paksa detik

pertama (VEP1) pada tenaga sortasi yang mengalami gangguan paru di

pabrik teh PT. Candi Loka Jamus Ngawi?

3. Apakah breathing exercise sama baik dalam meningkatkan kapasitas

vital (KV) dan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) pada

Page 27: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

8

tenaga sortasi yang mengalami gangguan paru di pabrik teh PT. Candi

Loka Jamus Ngawi?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui breathing exercise lebih

meningkatkan kapasitas vital (KVP) atau volume ekspirasi paksa detik

pertama (VEP1) pada tenaga sortasi yang mengalami gangguan paru di PT.

Candi Loka Perkebunan Teh Jamus Ngawi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademik

Manfaat akademik penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi ilmiah, terutama dalam melengkapi

informasi-informasi yang sudah ada dari literatur maupun hasil-

hasil penelitian.

2. Memberikan bukti empiris dan teori tentang sama baik peningkatan

kapasitas vital (KV) dan volume ekspirasi paksa detik pertama

(VEP1) dengan penggunaan breathing exercise terhadap tenaga

kerja sortasi di pabrik teh Jamus

1.4.2. Manfaat Praktisi

Manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini dapat mengungkapkan seberapa pengaruh

breathing exercise lebih meningkatkan kapasitas vital (KV)

Page 28: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

9

daripada volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) pada tenaga

kerja sortasi.

2. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan untuk upaya

meningkatkan pelayanan pada kasus kardiorespirasi yang lain.

Page 29: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

10

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1Sistem Pernapasan

2.1.1 Pengertian Pernafasan

Peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2 (oksigen)

ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2

(karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh merupakan

pengertian dari Pernapasan (respirasi). Penghisapan ini disebut inspirasi dan

menghembuskan disebut ekspirasi (Syaifuddin, 1997).

Sistem pernapasan terdiri dari paru-paru dan sistem saluran yang

menghubungkan jaringan paru dengan lingkungan luar paru yang berfungsi

untuk menyediakan oksigen untuk darah dan membuang karbondioksida.

Menurut Alsagaff(2002)sistem pernapasan secara umum terbagi atas :

1. Bagian Konduksi

Bagian konduksi terdiri dari rongga hidung, nasofaring, laring, trakea,

bronkus, dan bronkiolus. Bagian ini berfungsi untuk menyediakan

saluran udara untuk mengalir ke dan dari paru-paru untuk membersihkan,

membasahi dan menghangatkan udara yang diinspirasi.

2. Bagian Respirasi

Bagian ini terdiri dari alveoli dan struktur yang berhubungan. Pertukaran

gas antara udara dan darah terjadi dalam alveoli. Selain struktur diatas

terdapat pula struktur yang lain, seperti bulu-bulu pada pintu masuk yang

penting untuk menyaring partikel-partikelyang masuk. Sistem pernafasan

Page 30: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

11

memiliki sistem pertahanan sendiri di dalam melawan setiap bahan yang

masuk yang dapat merusak.

Terdapat tiga kelompok mekanisme pertahanan menurut Tabrani

(1996),yaitu :

a. Arsitektur saluran nafas; bentuk, struktur, dan caliber saluran nafas yang

berbeda-beda merupakan saringan mekanik terhadap udara yang dihirup,

mulai dari hidung, nasofaring, laring, serta percabangan trakeobronkial.

Iritasi mekanik atau kimiawi merangsang reseptor disaluran nafas,

sehingga terjadi bronkokonstriksi serta bersin atau batuk yang mampu

mengurangi penetrasi debu dan gas toksik di dalam saluran nafas.

b. Lapisan cairan serta silia yang melapisi saluran nafas, yang mampu

menangkap partikel debu dan mengeluarkannya.

c. Mekanisme pertahanan spesifik, yaitu sistem imunitas di dalam paru

yang berperan terhadap partikel-partikel biokimiawi yang tertumpuk di

saluran nafas.

2.1.2 AnatomiSaluran Pernapasan

Anatomi saluran pernafasan menurut Sloane (2003),terdiri dari :

1. Hidung

Hidung berbentuk piramid yang tersusun dari tulang, kartilago hialin

dan jaringan fibroaerolar. Hidung dibagi menjadi dua ruang oleh septum

nasal. Struktur hidung pada bagian eksternal terdapat folikel rambut,

kelenjar keringat, kelenjar sebasea yang merentang sampai vestibula yang

terletak di dalam nostril. Kulit bagian ini mengandung vibrissae yang

berfungsi menyaring partikel dari udara terhisap. Sedangkan pada rongga

Page 31: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

12

nasal yang lebih dalam terdiri dari epitel bersilia dan sel goblet. Udara yang

masuk dalam hidung akan mengalami proses penyaringan partikel dan

pengahangatan dan pelembaban udara terlebih dahulu sebelum memasuki

saluran nafas yang lebih dalam.

2. Faring

Faring adalah tabung muskular berukuran 12,5cm. Terdiri dari

nasofaring, orofaring dan laringofaring. Pada nasofaring terdapat tuba

eustachius yang menghubungkan dengan telinga tengah. Faring merupakan

saluran bersama untuk udara dan makanan.

3. Laring

Laring adalah tabung pendek yang bentuknya seperti kotak triangular

dan ditopang oleh sembilan kartilago, tiga berpasangan dan tiga lainnya

tidak berpasangan. Tiga kartilago yang tidak berpasangan adalah kartilago

tiroid yang terlrtak dibagian proksimal kelenjar tiroid, kartilago krikoid

yang merupakan cincin anterior yang lebih dalam dan lebih tebal, epiglotis

yang merupakan katup kartilago yang melekat pada tepi anterior kartilago

tiroid.Pada saat menelan Epiglotis menutup untuk mencegah masuknya

makanan dan cairan ke saluran pernapasan bawah. Epiglotis juga merupakan

batas antara saluran napas atas dan bawah.

4. Trakea

Trakea adalah tuba dengan panjang 10-12 cm yangterletak di

anterioresofagus. Trakea tersusun dari 16 – 20cincin kartilago berbentuk C

yang diikat bersama jaringanfibrosa yang melengkapi lingkaran di belakang.

Trakea berjalan dari bagian bawah tulang rawankrikoid laring dan berakhir

Page 32: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

13

setinggi vertebra thorakal 4 atau 5.Percabangan trakea yaitu bronkus

principallisdextra dan sinistra di tempat yang disebut carina. Carinaterdiri

dari 6 – 10 cincin tulang rawan.

5. Bronkus

Bronkus merupakan struktur dalam mediastinum, yang merupakan

percabangan dari trakea. Bronkus sebelah kanan lebih pendek, lebar dan

lebih dekat dengan trakea. Setiap bronkus primer bercabang membentuk

bronkus sekunder dan tersier dengan diameter yang semakin mengecil dan

menyempit, batang atau lempeng kartilago mengganti cincin kartilago.

Bronkus kanan kemudian akan bercabang menjadi lobus superior, lobus

medius dan lobus inferior. Bronkus kiri terdiri dari lobus superior dan

inferior.

6. Bronkhiolus

Bronkiolus berkisar diameter dari beberapa milimeter sampai kurang

dari setengah milimeter. Ujung dari setiap bronkioli, disebut terminal

bronkioli, berakhir pada sekelompok alveoli. Yang memastikan bahwa

udara yang masuk dipasok ke setiap alveolus (kantung udara, tunggal untuk

alveoli) merupakan fungsi dari bronkiolus

7. Alveolus

Alveolus adalah kantung udara yang ukurannya sangat kecildan

merupakan akhir dari bronkiolus respiratorius sehinggamemungkinkan

pertukaran oksigen dan karbondioksida.Alveolus terdiri dari membran

alveolar dan ruang intesrstisial.

Page 33: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

14

8. Paru

Paru adalah organ berbentuk piramid seperti spons dan berisi udara

yang terletak di rongga toraks. Paru merupakan jalinan atau susunan

bronkus, bonkiolus, bronkiolus respiratori, alveoli, respirasi paru, saraf dan

sistem limfatik. Alat pernapasan utama yang merupakan organ berbentuk

kerucut dengan apex di atas dan sedikit lebih tinggi dari klavikula di dalam

dasar leher disebut dengan paru.

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Respirasi pada Manusia

Sumber : Campbell (1999)

Paru dibagi menjadi beberapa lobus oleh fisura. Paru kanan terbagi

menjadi 3 lobus oleh 2 fisura, sedangkan paru kiri terbagi menjadi 2 lobus

oleh 1 fisura (Sloane, 2003).Paru dilapisi oleh pleura. Pleura terdiri dari

pleuraviseral yang melekat pada paru dan tidak dapat dipisahkan dan pleura

parietal yang melapisi strenum, diafragma dan mediastinum. Diantara

kedua pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan pleura sehingga

Page 34: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

15

memungkinkan paru untuk berkembang dan berkontraksi tanpa gesekan

(Sloane, 2003).

2.1.3 Fisiologi Pernapasan

Pernapasan terdiri dari organ pertukaran gas yaitu paru dengan pompa

ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot diafragma, isi dan dinding

abdomen serta pusat pernapasan di otak. Otot pernapasan primer adalah

diafragma yang berbentuk kubah, berada pada dasar torak yangmemisahkan

thorak dengan abdomen sedangkan otot pernapasan tambahan terdiri dari

ototintercosta eksterna dan interna, otot sternocleidomastoidius danelevator

scapula.Otot pernapasan dipersyarafi oleh nervus phrenikus yang berfungsi

mengendalikan otot diafragma dan otot dinding abdomen yang terdiri dari

rectus abdominis, obligus internus dan eksternus serta trasversus

abdominis(Guyton dan Hall, 2006).

Kerja inspirasi dibagi menjadi 3 yaitu : kerja compliane/elastisitas,

kerja resistensi jaringan dan kerja resitensi jalan nafas. Mekanisme

pernapasan terdiri dari inspirasi dan ekspirasi melalui peranan compliance

paru dan resistensi jalan nafas. Selama inspirasi normal, hampir semua otot-

otot pernapasan berkontraksi, sedangkan selama ekspirasi hampir

seluruhnya pasif akibat elastisitas paru dan struktur rangka dada. Sebagian

besar kerja pada saat bernafasdilakukan oleh otot-otot pernapasanyang

berfungsi untuk mengembangkan paru (Guyton & Hall, 2006).

Otot diafragma berkontraksi dan mendatar pada saat inspirasi dan

menyebabkan longitudinal paru bertambah. Otot diafragma mengalami

relaksasi dan naik kembali ke posisi istirahat pada saat ekspirasi. Dalam

Page 35: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

16

keadaan normal otot tambahan tidak aktif, mulai berperan pada saat

aktivitas atau resistensi jalan nafas dan rongga thorak meningkat.

Mekanisme complianceparu dengan mengangkat rangka dan elevasi iga,

sehingga tulang iga dan sternum secara langsung maju menjauhi spinal,

membentuk jarak anteroposterior dada ± 20% lebih besar selama inspirasi

maksimal daripada saat ekspirasi. Complianceparu tergantung pada ukuran

paru untuk melakukan perubahan volume intrathorak. Usia dan

ukurantubuh berpengaruh terhadap kemampuan compliance paru (Guyton &

Hall, 2006).

2.1.3.1 Tahapan proses pernapasan menurutPrice & Wilson (2006)

meliputi:

a. Ventilasi

Proses keluar masuk udara dari dan ke paru yang membutuhkan

koordinasi otot paru dan thorak yang elastis dengan persyarafan yang utuh

disebut ventilasi. Adequasi ventilasi paru ditentukan oleh volume paru,

resistensi jalan nafas, sifat elasitik atau complianceparu dan kondisi dinding

dada. Perbedaan tekanan udara antara intrapleuradengan tekanan atmosfer,

pada inspirasi tekanan intrapleura lebih rendah daripada tekanan atmosfer

sehingga udara masuk ke alveoli. Fungsi ventilasi paru tergantung pada: 1)

bersihan jalan nafas, adanya sumbatan/obstruksi jalan napas; 2)sistem saraf

pusat dan pusat pernapasan; 3) kemampuan pengembangan dan

pengempisan (compliance) paru; 4) kemampuan otot-otot pernapasan

seperti; otot diafragma, otot interkosta eksterna dan interna, otot abdomen.

Page 36: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

17

b. Perfusi

Proses pergerakan darah melewati sistem sirkulasi paru untuk

dioksigenasi, selanjutnya mengalir dalam arteri pulmonalisdan akan

memperfusi paru serta berperan dalam proses pertukaran gas O2 dan CO2 di

kapiler paru dan alveoli disebut dengan perfusi paru.

c. Difusi

Difusi adalah pergerakan gas O2 dan CO2 dari area dengan

bertekanan tinggi ke tekanan rendah antara alveolus dengan membran

kapiler.

Dapat disimpulkan bahwa mekanisme dasar pernapasan meliputi: 1)

ventilasi paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara antara alveoli dan

atmosfir; 2) difusi dari oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah;

3) transpor oksigen dan karbondioksida dalam darah dan cairan tubuh ke

dan dari sel; 4) pengaturan ventilasi (Guyton & Hall, 2006).

2.1.3.2Mekanisme Pernafasan menurut Sudadi (1990) yaitu :

Pada pernapasan terjadi dua proses, yaitu proses inspirasi dan

ekspirasi. Proses inspirasi berlangsung, otot antar tulang rusuk

berkontraksi sehingga tulang rusuk terangkat ke atas, dan otot diafragma

berkontraksi sehingga diafragma menjadi datar, akibatnya rongga dada

menjadi besar. Rongga dada yang besar menyebabkan tekanan udara di

dalam rongga dada berkurang atau lebih kecil dari pada tekanan udara di

luar. Pada proses ekspirasi otot antar tulang rusuk dan otot diafragma

mengendor, sehingga rongga dada mengecil. Rongga dada yang

Page 37: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

18

mengecil menyebabkan tekanan udara di dalam rongga dada naik atau

lebih besar daripada tekanan udara di luar.

2.2Volume dan Kapasitas Fungsi Paru

Volume paru dan kapasitas fungsi paru merupakan gambaran fungsi

ventilasi sistem pernapasan. Dengan mengetahui besarnya volume dan

kapasitas fungsi paru dapat diketahui besarnya kapasitas ventilasi maupun

ada atau tidaknya kelainan fungsi ventilasi paru.

2.2.1 Volume Paru

Selama berlangsungnya proses pernapasan terdapat volume dari paru

yang berubah-ubah. Terdapat beberapa parameter yang menggambarkan

volume paru menurut Hall dan Guyton(1997), yaitu:

a. Volume tidal (VT)

Volume tidal adalah volume udara yang masuk atau keluar paru selama

satu kali bernapas. Nilai rata-rata volume tidal pada saat istirahat adalah

500 ml.

b. Volume cadangan inspirasi (VCI)

Volume cadangan inspirasi adalah volume tambahan yang dapat secara

maksimal dihirup melebihi volume tidal saat istirahat. Volume cadangan

inspirasi dihasilkan oleh kontraksi maksimum diafragma, musculus

intercostae externus dan otot inspirasi tambahan. Nilai rata-ratanya

adalah 3.000 ml.

c. Volume cadangan ekspirasi (VCE)

Volume cadangan ekspirasi adalah volume tambahan udara yang dapat

secara aktif dikeluarkan oleh kontraksi maksimum melebihi udara yang

Page 38: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

19

dikeluarkan secara pasif pada akhir volume tidal biasa. Nilai rata-rata

volume cadangan ekspirasi adalah 1.000 ml.

d. Volume residual (VR)

Volume residual adalah volume minimum udara yang tersisa di paru

bahkan setelah ekspirasi maksimum. Nilai rata-rata volume residual

adalah 1.200 ml.

e. Volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1)

Volume ekspirasi paksa detik pertama adalah volume udara yang dapat

diekspirasikan selama satu detik pertama ekspirasi pada penentuan

kapasitas vital. Nilai volume ekspirasi paksa dalam satu detik biasanya

adalah sekitar 80% yang berarti dalam keadaan normal 80% udara yang

dapat dikeluarkan dalam satu detik pertama.

2.2.2 Kapasitas Fungsi Paru

Kapasitas fungsi paru merupakan penjumlahan dari dua volume paru

atau lebih. Yang termasuk pemeriksaan kapasitas fungsi paru menurut Hall

dan Guyton(1997) adalah:

a. Kapasitas inspirasi (KI)

Kapasitas inspirasi adalah volume maksimum udara yang dapat dihirup

pada akhir ekspirasi normal tenang (KI=VCI+TV). Nilai rata-rata

kapasitas inspirasi adalah 3.500 ml.

b. Kapasitas residual fungsional (KRF)

Kapasitas residual fungsional adalah volume udara di paru pada akhir

ekspirasi pasif normal (KFR=VCE+VR). Nilai rata-rata kapasitas

residual fungsional adalah 2.200 ml.

Page 39: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

20

c. Kapasitas Vital (KV)

Kapasitas vital adalah volume maksimum udara yang dapat dikeluarkan

selama satu kali bernapas setelah inspirasi maksimum. Subyek mula-

mula melakukan inspirasi maksimum kemudian melakukan ekspirasi

maksimum (KV=VCI+VT+VCE). Nilai rata-rata kapasitas vital adalah

4.500 ml.

d. Kapasitas paru total (KPT)

Kapasitas paru total adalah volume udara maksimal yang dapat

ditampung oleh seluruh paru (KPT=KV+VR). Nilai rata-rata kapasitas

paru total adalah 5.700 ml.

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi kapasitas vital adalah posisi

orang tersebut selama pengukuran kapasitas vital, kekuatan otot pernafasan,

distensibilitas paru-paru dan sangkar dada yang disebut “Compliance paru-

paru” (Guyton, 1991).

2.2.3Pengukuran Fisiologis Paru

Pengukuran fisiologis paru sangat dianjurkan bagi pekerja,

pengukuran dilakukan dengan menggunakan spirometer. Spirometer dipilih

dengan alasan mudah digunakan, biaya murah, ringan, praktis, dapat dibawa

kemana-mana, tidak memerlukan tempat khusus, cukup sensitif, akurasi

tinggi, dan tidak invasif (Yunus,1997).

Spirometri merupakan suatu metode sederhana yang dapat mengukur

sebagian terbesar volume dan kapasitas paru- paru. Spirometri merekam

secara grafis atau digital volume ekspirasi paksa dan kapasitas vital paksa.

Volume Ekspirasi Paksa dalam atau Forced Expiratory Volumeadalah

Page 40: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

21

volume dari udara yang dihembuskan dari paru-paru setelah inspirasi

maksimum dengan usaha paksa minimum, diukur pada jangka waktu

tertentu.Biasanya diukur dalam 1 detik (FEV1) . Kapasitas Vital paksa atau

Forced Vital Capacity (FVC) adalah volume total dari udara yang

dihembuskan dari paru-paru setelah inspirasi maksimum yang diikuti oleh

ekspirasi paksa minimum. Pemeriksaan dengan spirometer ini penting untuk

pengkajian fungsi ventilasi paru secara lebih mendalam. Jenis gangguan

fungsi paru dapat digolongkan menjadi dua yaitu gangguan fungsi paru

obstruktif (hambatan aliran udara) dan restriktif (hambatan pengembangan

paru). Seseorang dianggap mempunyai gangguan fungsi paru obstruktif bila

nilai FEV1 kurang dari 75% dan menderita gangguan fungsi paru restriktif

bila nilai kapasitas vital kurang dari 80% dibanding dengan nilai standar.

(Alsagaff, 2005).

Dengan pemeriksaan spirometri dapat diketahui hampir semua volume

dan kapasitas paru. Dengan demikian dapat dinilai gangguan fungsional

ventilasi paru yang dapat digolongkan menjadi (Yunus, 1997) :

a. Gangguan obstruktif, yaitu gangguan berupa hambatan pada aliran udara

yang ditandai dengan penurunan FEV1 dan KV.

b. Gangguan restriktif, yaitu gangguan berupa kegagalan pengembangan

paru yang ditandai dengan penurunan KV, VRdan KPT.

2.2.3.1 Nilai Normal Fisiologi Paru

Untuk menginterpretasikan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

perlu dilakukan pembandingan dengan nilai standarnya. Berdasarkan hasil

pemeriksaan, fungsi paru digolongkan menjadi (Yunus, 1997) :

Page 41: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

22

a. Normal, bila hasil KV >80% dan FEV1>75%

b. Gangguan restriksi, bila KV <80% dan FEV1 ≥75% atau <75%

c. Gangguan obstruksi, bila KV >80% dan FEV1<75%

2.2.3.2 Gangguan Fungsi Paru

1. Pengertian

Gangguan fungsi paru adalah penyakit yang dialami oleh

paru-paru yang disebabkan oleh berbagai sebab, misalnya virus, bakteri,

debu maupun partikel lainnya. Penyakit pernafasan yang

diklasifikasikan karena uji spirometri ada dua macam yaitu penyakit yang

menyebabkan gangguan ventilasi obstruksi dan yang menyebabkan

gangguan ventilasi restriktif (Hall dan Guyton, 1997).

2. Macam Gangguan Fungsi

Menurut Yunus (1997), gangguang fungsi paru ada 3, yaitu :

A. Gangguan paru obstuktif

Penurunan kapasitas paru yang diakibatkan oleh penimbunan

debu sehingga menyebabkan penurunan dan penyumbatan saluran

pernafasan.Tidak dapat menghembuskan udara (Unable to get air out).

FEV1/FVC <75% Semakin parah obstruksinya :

- FEV1 : 60-75% = mild

- FEV1 : 40-59% = moderate

- FEV1 : <40 = severe

Jalan napas yang menyempit akan mengurangi volume udara

yang dapat dihembuskan pada satu detik pertama ekspirasi.

Page 42: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

23

B.Gangguan paru restriktif

Penyempitan saluran paru yang diakibatkan oleh bahan

yang bersifat alergi seperti debu, spora, jamur yang mengganggu

saluran pernafasan dan kerusakan jaringan paru-paru.Tidak dapat

menarik napas (unable to get air in).

- FVC rendah; FEV1/FVC normal atau meningkat

- TLC berkurang → sebagai Gold Standart

FEV1 dan FVC menurun, karena jalan napas tetap terbuka, ekspirasi

bisa cepat dan selesai dalam waktu 2-3 detik. Rasio FEV1/FVC tetap

normal atau malah meningkat, tetapi volume udara yang terhirup dan

terhembus lebih kecil dibandingkan normal.

C.Gangguan paru mixed

Kombinasi dari penyakit paru restriktif dan obstuktif.

2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Kapasitas Fungsi Paru

pada Pekerja

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penurunan kapasitas fungsi

paru tenaga kerja dibedakan menjadi 2, yaitu faktor internal dan faktor

eksternal.

2.2.4.1 Faktor internal, terdiri dari:

1) Umur

Usia berhubungan dengan proses penuaan atau bertambahnya umur.

Semakin tua usia seseorang maka semakin besar kemungkinan terjadi

Page 43: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

24

kapasitas fungsi paru menurut Suyono (2001). Kebutuhan zat tenaga terus

meningkat sampai akhirnya menurun setelah usia 40 tahun berkurangnya

kebutuhan tenaga tersebut dikarenakan telahmenurunnya kekuatan fisik.

Dalam keadaan normal, usia juga mempengaruhi frekuensi pernapasan dan

kapasitas paru. Frekuensi pernapasan pada orang dewasa antara 16-18 kali

permenit, pada anakanak sekitar 24 kali permenit sedangkan pada bayi

sekitar 30 kali permenit. Walaupun pada orang dewasa pernapasan frekuensi

pernapasan lebih kecil dibandingkan dengan anak-anak dan bayi, akan tetapi

Kapasitas Vital (KV) pada orang dewasa lebih besar dibanding anak-anak

dan bayi. Dalam kondisi tertentu hal tersebut akan berubah misalnya akibat

dari suatu penyakit, pernapasan bisa bertambah cepat dan sebaliknya

(Syaifuddin, 1997).

2) Jenis kelamin

Menurut Guyton dan Hall (2006), volume dan kapasitas seluruh paru

pada wanita kira-kira 20 sampai 25 persen lebih kecil daripada pria, dan

lebih besar lagi pada atletis dan orang yang bertubuh besar daripada orang

yang bertubuh kecil dan astenis. Menurut Tambayong (2001), disebutkan

bahwa kapasitas paru pada pria lebih besar yaitu 4,8 L dibandingkan pada

wanita yaitu 3,1 L.

3) Riwayat penyakit

Kondisi kesehatan dapat mempengaruhi kapasitas fungsi paru

seseorang. Kekuatan otot-otot pernapasan dapat berkurang akibat sakit.

Terdapat riwayat pekerjaan yang menghadapi debu akan mengakibatkan

pneumunokiosis dan salah satu pencegahannya dapat dilakukan dengan

Page 44: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

25

menghindari diri dari debu dengan cara memakai masker saat bekerja

(Suma’mur, 1996).

2.2.4.2 Faktor eksternal, terdiri dari:

1). Faktor Lingkungan kerja

a. Ventilasi

Pertukaran udara secara mekanik dilakukan dengan cara memasang

sistem pengeluaran udara (exchaust system) dan pemasukan udara

(supply system) dengan menggunakan fan. Exhaust system dipasang

untuk mengeluarkan udara beserta kontaminan yang ada sekitar ruang

kerja, biasanya ditempatkan disekitar ruang kerja atau dekat dengan

sumber dimana kontaminan dikeluarkan. Supply system dipasang untuk

memasukkan udara ke dalam ruangan, umumnya digunakan untuk

menurunkan tingkat konsentrasi kontaminandi dalam lingkungan kerja.

Sebagai ruang produksi, sistem ventilasi umumnya terbuka atau setengah

terbuka, dan banyak dilengkapi dengan exhauster yang berfungsi sebagai

penyedot udara sehingga pergantian udara menjadi lebih lancar

(Khumaidah, 2009).

b. Suhu

Persyaratan kesehatan untuk ruang kerja industri yang nyaman di

tempat kerja adalah suhu yang tidak dingin dan tidak menimbulkan

kepanasan bagi tenaga kerja yaitu berkisar antara 18 0C sampai 30 0C

dengan tinggi langit-langit dari lantai minimal 2,5 m. Bila suhu udara >

30 0C perlu menggunakan alat penata udara sepertiair conditioner, kipas

Page 45: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

26

angin dan lain-lain. Bila suhu udara luar < 18 0C perlu menggunakan alat

pemanas ruangan (Depkes RI,2002).

c. Kelembaban

Kelembaban udara tergantung berapa banyak uap air (dalam %)

yang terkandung di udara. Saat udara dipenuhi uap air dapat dikatakan

bahwa udara berada dalam kondisi jenuh dalam arti kelembaban tinggi

dan segala sesuatu menjadi basah.

Kelembaban lingkungan kerja yang tidak memberikan pengaruh

kepada kesehatan pekerja berkisar antara 65 % - 95 %. Kelembaban

sangat erat kaitannya dengan suhu dan keduanya merupakan pemicu

pertumbuhan jamur dan bakteri. Pada umumnya kondisi optimal

perkembangbiakan mikroorganisme adalah pada kondisi kelembaban

tinggi. Kelembaban udara yang relatif rendah yaitu kurang dari 20%

dapat menyebabkan kekeringan selaput lendir membran. Sedangkan

kelembaban yang tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan

mikroorganisme dan pelepasan formaldehid dari material bangunan

(Suma’mur, 1994).

2). Kebiasaan merokok

Definisi kebiasaan merokok adalah seseorang yang pernah

merokok 100 atau lebih rokok selama hidupnya dan dilaporkan sekarang

masih terus atau kadangkadang merokok. Dalam beberapa penelitian

menyimpulkan bahwa rokok meningkatkan kekerapan kelainan paru,

Page 46: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

27

dengan demikian rokok memperburuk efek debu terhadap paru (Putranto,

2007).

Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi

saluran pernapasan dan jaringan paru. Kebiasaan merokok akan

mempercepat penurunan faal paru. Penurunan volume ekspirasi paksa

pertahun adalah 28,7 mL untuk non perokok, 38,4mL untuk bekas

perokok dan 41,7 mL untuk perokok aktif. Pengaruh asap rokok dapat

lebih besar dari pada pengaruh debu hanya sekitar sepertiga dari

pengaruh buruk rokok (Depkes RI, 2003).

Inhalasi asap tembakau baik primer maupun sekunder dapat

menyebabkan penyakit saluran pernapasan pada orang dewasa. Asap

rokok mengiritasi paru-paru dan masuk ke dalam aliran darah. Merokok

lebih merendahkan kapasitas fungsi paru dibandingkan beberapa bahaya

kesehatan akibat kerja (Suyono, 2001).

3). Kebiasaan olah raga

Faal paru dan olahraga mempunyai hubungan yang timbal balik,

gangguan faal paru dapat mempengaruhi kemampuan olahraga. Sebaliknya,

latihan fisik yang teratur atau olahraga dapat meningkatkan faal paru.

Seseorang yang aktif dalam latihan akanmempunyai kapasitas aerobik yang

lebih besar dan kebugaran yang lebih tinggi serta kapasitas paru yang

meningkat. Kapasitas fungsiparu dapat dipengaruhi oleh kebiasaan

seseorang melakukan olahraga. Olah raga dapat meningkatkan aliran darah

melalui paru-paru sehingga menyebabkan oksigen dapat berdifusi ke dalam

kapiler paru dengan volume yang lebih besar atau maksimum. Kapasitas

Page 47: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

28

fungsi pada seorang atletis lebih besar daripada orang yang tidak pernah

berolahraga. Kebiasaan olah raga akan meningkatkan kapasitas paru dan

akan meningkat 30 – 40 %. (Guyton dan Hall, 2006).

4). Pemakaian Alat Pelindung Pernafasan (APD)

Alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga

kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi

bahaya atau kecelakaan. Alat ini digunakan seseorang dalam melakukan

pekerjaannya, yang dimaksud untuk melindungi dirinya dari sumber bahaya

tertentu baik yang berasal dari pekerjaan maupun dari lingkungan kerja.

(Budiono, 2002). Alat pelindung diri untuk pekerja adalah alat pelindung

untuk pekerja agar aman dari bahaya atau kecelakaan akibat melakukan

suatu pekerjaannya. Alat pelindung diri untuk pekerja di Indonesia sangat

banyak sekali permasalahannya dan masih dirasakan banyak kekurangannya

(Yunus, 1997).

Alat pelindung diri (APD) yang baik adalah APD yang memenuhi

standar keamanan dan kenyamanan bagi pekerja (Safety and acceptation),

apabila pekerja memakai APD yang tidak nyaman dan tidak bermanfaat

maka pekerja enggan memakai, hanya berpura-pura sebagai syarat agar

masih diperbolehkan untuk bekerja atau menghindari sanksi perusahaan

(Khumaidah, 2009).

Menurut Budiono (2002), APD yang tepat bagi tenaga kerja yang

berada pada lingkungan kerja dengan paparan debu berkonsentrasi tinggi

Page 48: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

29

adalah masker. Masker untuk melindungi dari debu atau partikel-partikel

yang lebih kasar yang masuk ke dalam saluran pernafasan. Masker terbuat

dari kain dengan ukuran poripori tertentu.Salah satu jenis masker yait

masker penyaring debu, masker ini berguna untuk melindungi pernafasan

dari serbuk-serbuk logam, penggerindaan atau serbuk kasar lainya. Jenis

masker lainnya yaitu masker berhidung, masker bertabung, masker kertas

dan masker kertas.

5). Masa Kerja

Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja (pada suatu

kantor, badan dan sebagainya). Menurut Solech (2001), masa kerja adalah

lamanya seorang tenaga kerja bekerja dalam (tahun) dalam satu lingkungan

perusahaan, dihitung mulai saat bekerja sampai penelitian berlangsung.Masa

kerja dapat dikategorikan menjadi:

a). Masa kerja baru ( < 5 tahun )

b). Masa kerja lama ( ≥ 5 tahun )

Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia

telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerjatersebut

(Suma’mur, 1996).

2.2.5 Faktor yang mendasari timbulnya gejala penyakit pernafasan,

menurut Putranto (2007) :

1. Batuk

Timbulnya gejala batuk karena iritasi partikulat adalah jika terjadi

rangsangan pada bagian-bagian peka saluran pernafasan, misalnya

trakeobronkial, sehingga timbul sekresi berlebih dalam saluran pernafasan.

Page 49: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

30

Batuk timbul sebagai reaksi refleks saluran pernafasan terhadap iritasi pada

mukosa saluran pernafasan dalambentuk pengeluaran udara (dan lendir)

secara mendadak disertai bunyi khas.

2. Dahak

Dahak terbentuk secara berlebihan dari kelenjar lendir (mucus glands)

dan sel gobletolehadanya stimuli, misalnya yang berasal dari gas, partikulat,

alergen dan mikroorganisme infeksius. Karena proses inflamasi, di

samping dahak dalam saluran pernafasan juga terbentuk cairan eksudat

berasal dari bagian jaringan yang berdegenerasi.

3. Sesak nafas

Sesak nafas atau kesulitan bernafas disebabkan oleh aliran udara

dalam saluran pernafasan karena penyempitan. Penyempitan dapat terjadi

karena saluran pernafasan menguncup, oedema atau karena sekret yang

menghalangi arus udara. Sesak nafas dapat ditentukan dengan menghitung

pernafasan dalam satu menit.

4. Bunyi mengi

Bunyi mengi merupakan salah satu tanda penyakit pernafasan yang

turut diobservasikan dalam penanganan infeksi akut saluran pernafasan.

2.3 Debu

2.3.1 Pengertian Debu

Debu yaitu partikel zat padat, yang disebabkan oleh kekuatan-

kekuatan alamiah atau mekanis seperti pengolahan, penghancuran,

Page 50: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

31

pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan dan lain-lain dari bahan-

bahan, baik organik maupun anorganik, misalnya batu, kayu, biji logam,

arang batu, butir-butir zat dan sebagainya (Suma’mur, 1994).

2.3.2Pengertian Debu Kayu

Debu kayu adalah partikel-partikel zat padat (kayu) yang dihasilkan

oleh kekuatan alami atau mekanik seperti pada pengolahan, penghancuran,

pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan dal lain-lain dari bahan

organik maupun non organik seperti kayu, biji logam dan batu arang

(Yunus,1997).

2.3.3 Efek Debu Terhadap Kesehatan

Bahaya debu kayu bagi kesehatan bahwa debu merupakan bahan

partikel apabila masuk ke dalam organ pernafasan manusia maka dapat

menimbulkan penyakit pada tenaga kerja khususnya berupa gangguan

sistem pernafasan yang ditandai dengan pengeluaran lendir secara

berlebihan yang menimbulkan gejala utama yang sering terjadi adalah

batuk, sesak nafas dan kelelahan umum.

Mekanisme penimbunan debu dalam paru dapat dijelaskan sebagai

berikut: debu diinhalasi dalam partikel debu solid, atau suatu campuran dan

asap, debu yang berukuran antara 5-10 μ akan ditahan oleh saluran nafas

bagian atas, debu yang berukuran 3-5 μ akan ditahan oleh saluran nafas

bagian tengah, debu yang berukuran 1-3 μ disebut respirabel, merupakan

ukuran yang paling bahaya, karena akan tertahan dan tertimbun mulai dari

Page 51: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

32

bronchiolus terminalis sampai hinggap di permukaan alveoli/selaput lendir

sehingga menyebabkan fibrosis paru. Sedangkan debu yang berukuran 0,1 –

1 μ melayang di permukaan alveoli (Pudjiastuti, 2002).

2.3.4Nilai Ambang Batas

Suma’mur (1994) menyatakan Nilai Ambang Batas (NAB) adalah

kadar yang pekerja sanggup menghadapinya dengan tidak menunjukkan

penyakit atau kelainan dalam pekerjaan mereka sehari-hari untuk waktu 8

jam sehari dan 40 jam seminggunya. Debu-debu yang hanya mengganggu

kenikmatan kerja (nuisance dust) adalah debu-debu yang tidak berakibat

fibrosis kepada paru-paru, melainkan bereffek sangat sedikit atau tidak sama

sekali pada penghirupan normal. Dahulu debu-debu demikian disebut debu

inert (lamban), tetapi ternyata tidak ada debu yang sama sekali tanpa reaksi

selluler, sehingga istilah inert tidak dipakai lagi.Reaksi jaringan paru-paru

terhadap penghirupan debu-debu yang demikian adalah:

a. Susunan saluran udara tetap utuh.

b. Tidak berbentuk jaringan parut.

c. Reaksi jaringan potensil dapat pulih kembali.

Untuk mencegah terjadinya pencemaran udara di lingkungan kerja

perlu dilakukan upaya pengendalian pencemaran udara dengan penetapan

nilai ambang batas. Nilai Ambang Batas Faktor Kimia di Lingkungan Kerja

yaitu sebesar 3 mg/m3.NAB kadar debu di udara tidak boleh melebihi 3,0

mg/m³. NAB dari debu-debu yang hanya mengganggu kenikmatan kerja

adalah 10 mg/m³ atau 30 dalam juta partikel perkaki kubik / 30 jppkk

(Depnaker, 1997)

Page 52: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

33

2.3.5Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Pengendapan Partikel

Debu dalam paru.

Tidak semua partikel yang terinhalasi akan mengalami pengendapan

di paru. Faktor pengendapan debu di paru dipengaruhi oleh pertahanan

tubuh dan karakterisrik debu sendiri yang meliputi jenis debu, ukuran

partikel debu, konsentrasi partikel dan lama paparan, pertahanan tubuh.

1. Jenis Debu

Tabel 2.1Jenis Debu dan Contoh

(Sumber : Suma’mur, 1999)

Jenis debu terkait daya larut sifat kimianya. Adanya perbedaan daya

No Jenis Debu Contoh Jenis Debu1 Organik

a. Alamiah1. Fosil2. Bakteri3.Jamur4. Virus5. Sayuran

6. Binatang

b. Sintesis1. Plastik2. Reagen

Batu bara, karbon hitam, arang, granitTBC, antraks, enzim bacillus substilisKoksidimikosis, histoplasmosis, kriptokokusthermophilicPsikatosis, cacar air, Q feverKompos jamur, ampas tebu, tepung padi, gabus, atapalang-alang, katun, rami, serta nanasKotoran burung merpati, kesturi, ayam

Politetra fluoretilen diesosianatMinyak isopropyl, pelarut organik

2 Anorganika. Silica bebas

1. Crystaline2. Amorphus

b. Silika1. Fibrosis2. Lain-lain

c. Metal1. Inert2. Lain-lain3.Bersifatkeganasan

Quarrz, trymite cristobaliteDiatomaceous earth, silica gel

Asbestosis, silinamite, talkMika, kaolin, debu semen

Besi, barium, titanium, tin, alumunium, sengBeriliumArsen, kobal, nikel hematite, uranium, asbes, khrom

Page 53: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

34

larut dan sifat kimiawi ini, maka kemampuan mengendapnya juga akan

berbeda pula. Demikian juga tingkat kerusakan yang ditimbulkannya juga

akan berbeda pula. Suma’mur (1996) mengelompokkan partikel debu

menjadi dua yaitu debu organik dan anorganik.

2. Ukuran Partikel

Tidak semua partikel dalam udara yang terinhalasi akan mencapai

paru. Partikel yang berukuran besar pada umumnya telah tersaring di

hidung. Partikel dengan diameter 0,5-0,1 μ yang disebut partikel terhisap

yang dapat mencapai alveoli. Partikel berdiameter 0,5-0,1 μ dapat

mengendap di alveoli dan menyebabkan terjadinyapneumokoniosis (Malaka,

1996).

Partikel debu yang berdiameter > 10 μ yang disebut coarse particle

merupakan indikator yang baik tentang adanya kelainan saluran pernafasan,

karena adanya hubungan yang kuat antara gejala penyakit saluran

pernafasan dengan kadar partikel debu di udara (Malaka, 1996)

3. Konsentrasi Pertikel Debu dan Lama Paparan

Semakin tinggi konsentrasi partikel debu dalam udara dansemakin

lama paparan berlangsung, jumlah partikel yangmengendap di paru juga

akan semakin banyak. Pneumokoniosisakibat debu akan timbul setelah

penderita mengalami kontaklama dengan debu. Pneumokoniosis jarang

ditemui kelainan bilapaparan kurang dari 10 tahun. Dengan demikian lama

paparanmempunyai pengaruh besar terhadap kejadian gangguan fungsiparu

Page 54: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

35

(Khumaidah,2009).

4. Pertahanan Tubuh terhadap Paparan Partikel Debu yang

Terinhalasi

Beberapa orang yang mengalami paparan debu yang sama baik

jenis maupun ukuran partikel. Konsentrasi maupun lamanya paparan

berlangsung, tidak selalumenunjukkan akibat yang sama. Sebagian ada

yang mengalami gangguan paru berat,namun ada yang ringan bahkan

mungkin ada yang tidak mengalami gangguan samasekali.

Hal ini diperkirakan berhubungan dengan perbedaan kemampuan

sistem pertahanan tubuh terhadap paparan partikel debu terinhalasi.

Menurut Murray & Lopez (2006), dilakukan dengan cara yaitu:

a. Secara mekanik yaitu: pertahanan yang dilakukan dengan menyaring

partikel yang ikut terinhalasi bersama udara dan masuk saluran

pernafasan. Penyaringan berlangsung di hidung, nasofaring dan saluran

nafas bagian bawah yaitu bronkus dan bronkiolus. Di hidung

penyaringan dilakukan oleh bulu-bulu cilia yang terdapat di lubang

hidung, sedangkan di bronkus dilakukan reseptor yang terdapat pada otot

polos dapat berkonstraksi apabila ada iritasi. Apabila rangsangan yang

terjadi berlebihan, maka tubuh akan memberikan reaksi berupa bersin

atau batuk yang dapat mengeluarkan benda asing termasuk partikel debu

dari saluran nafas bagian atas maupun bronkus.

b. Secara kimia yaitu cairan dan cilia dalam saluran nafas secara fisik dapat

memindahkan partikel yang melekat di saluran nafas, dengan gerakan

cilia yang mucociliary escalator ke laring. Cairan tersebut bersifat

Page 55: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

36

detoksikasi dan bakterisid. Pada paru bagian perifer terjadi ekskresi

cairan secara terus menerus dan perlahan-lahan dari bronkus ke alveoli

melalui limfatik. Selanjutnya makrofag alveolarmenfagosit partikel yang

ada di permukaan alveoli.

c. Secara imunitas, melalui proses biokimiawi yaitu humoral dan seluler.

Ketiga sistem tersebut saling berkait dan berkoordinasi dengan baik

sehingga partikel yang terinhalasi disaring berdasarkan pengendapan

kemudian terjadi mekanisme rekasi atau perpindahan partikel.

2.3.6 Penurunan Fungsi Paru akibat Kualitas Udara

2.3.6.1 Mekanisme Penimbunan Debu di Paru

Faktor yang berpengaruh pada inhalasi bahan pencemar ke dalam paru

adalah faktor komponen fisik, kimiawi dan faktor penderita. Aspek

komponen fisik yang pertama adalah keadaan dari bahan yang diinhalasi

(gas, debu, uap). Ukuran, bentuk, kelarutan dan nilai higroskopi akan

berpengaruh dalam proses penimbunan di paru. Kompanen kimia yang

berpengaruh adalah kecenderungan berekasi dengan jaringan sekitar,

keasaman dan tingkat alkalinitas yang dapat merusak silia dan sistem enzim

(Khumaidah, 2009).

Faktor manusia yang perlu diperhatikan terutama berkaitan dengan

sistem pertahanan paru, baik secara anatomis maupun fisiologis, lamanya

paparan dan kerentanan individu.

Dengan menarik napas, udara yang mengandung debu masuk dalam

paru. Apa yang terjadi dengan debu itu tergantung dari besarnya

ukuran debu yang masuk paru. Debu yang berukuran antara 5-10

Page 56: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

37

mikron akan ditahan oleh jalan pernapasan atas, sedangkan yang berukuran

3-5 mikron akan ditahan oleh jalan pernapasan tengah. Partikel yang

besarnya antara 1-3 mikron akan langsung menuju ke permukaan

alveoli paru, dan partikel yang berukuran 0,1-1 mikron mengendap di

permukaan alveoli. Debu yang berukuran kurang dari 0,1 mikron

bermasa terlalu kecil, sehingga tidak hinggap di permukaan alveoli atau

selaput lendir karena gerak brown, debu ini bergerak keluar masuk alveoli

(Suma’mur, 2009).

Mekanisme timbulnya debu dalam paru, menurut Putranto (2007) :

1. Kelembaban dari debu yang bergerak (inertia)

Pada waktu udara membelok ketika jalan pernafasan yang tidak lurus,

partikel-partikel debu yang bermasa cukup besar tidak dapat membelok

mengikuti aliranudara, tetapi terus lurus dan akhirnya menumpuk selaput

lendir dan hinggap diparu-paru.

2. Pengendapan (Sedimentasi)

Pada bronchioli kecepatan udara pernafasan sangat kurang, kira-kira 1

cm perdetik sehingga gaya tarik bumi dapat bekerja terhadap partikel

debu danmengendapnya.

3. Gerak Brown terutama partikel berukuran sekitar atau kurang dari 0,1 μ,

partikel-partikel tersebut membentuk permukaan alveoli dan tertimbun di

paru-paru.

Menurut Suma’mur (2009), penimbunan debu dalam paru

Page 57: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

38

mempunyai pengaruh:

a. Fibrosis paru mineral

Fibrosis paru dapat berwujud nodulasi dan difus (fibrosis ringan)

berupa tidak elastisnya jaringan paru.

b. Fibrosis paru ekstensi

Fibrosis paru ekstensif berupa nodulus ekstensif dan fibrosis paru yang

jelas.

c. Peradangan dan perlukaan

Fibrosis pada paru-paru merangsang terjadinya peradangan atau

perlukaan pada saluran pernafasan.

d. Keracunan sistemis

Absorbsi aerosol berakibat timbulnya reaksi toksis patologis.

e. Alergi

Pembengkakan membran dapat meningkatkan secret (lendir) di

hidung, nafas berat, dan kapasitas vital menurun.

f. Reaksi demam

Reaksi demam merupakan kompensasi tubuh terhadap proses

peradangan.

2.3.6.2 Mekanisme Penurunan Fungsi Paru Akibat Paparan Debu

Paru sebagai organ pernapasan utama merupakan tempat bertukarnya

udara dari lingkungan dalam tubuh dan lingkungan luar tubuh. Udara

lingkungan luar tubuh yang berpolusi dapat terhirup masuk ke dalam paru.

Akibat dari adanya partikel-partikel dalam alveolus adalah memicu reaksi

pertahanan tubuh berupa reaksi clearance alveolus. Bila jumlah partikel

Page 58: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

39

asing dalam alveolus cukup banyak maka sistem clearance ini tidak dapat

membersihkan semua partikel dan akan ada partikel yang mengendap di

alveolus. Dengan adanya pengendapan partikel asing ini reaksi pertahanan

tubuh akan memicu reaksi inflamasi dengan efek samping rusaknya jaringan

alveolus (Mengkidi, 2006). Sebagai akibatnya paru tidak dapat berfungsi

secara maksimal.

2.3.6.3Penyakit Paru Akibat Kerja

Penyakit paru akibat kerja adalah penyakit paru yang diderita oleh

tenaga kerja yang disebabkan oleh pekerjaannya atau oleh faktor-faktor

lingkungan kerja (Suma’mur, 2009).

Umumnya penyakit paru akibat kerja berlangsung kronis menetap dan

kadang sulit untuk mengetahui kapan mulainya. Pasien umumnya

mengeluhkan sesak napas, batuk, mengi dan batuk berdahak. Kelainan yang

sering ditemukan pada pemeriksaan fisik adalah suara mengi, ekspirasi

memanjang, ronki dan batuk.

Menurut Suma’mur (2009), beberapa jenis penyakit paru akibat

kerja beserta faktor-faktor penyebabnya antara lain:

a. Pneumokoniosis, yang disebabkan oleh tertimbunnya debu mineral

dalam paru.

b. Penyakit-penyakit paru dan saluran napas atau bronchopulmoner

yang disebabkan oleh debu logam keras.

c. Penyakit-penyakit paru dan saluran pernapasan atau

bronchopulmoner yang disebabkan oleh debu kapas, valas, henep dan

sisal (byssinosis).

Page 59: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

40

d. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab-penyebab

sensitasi dan zat-zat perangsang yang dikenal dan berada dalam proses

pekerjaan.

e. Alveolitis allergis dengan penyebab faktor dari luar sebagai akibat

penghirupan debu-debu organik.

f. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh debu asbes.

2.4 Tenaga Kerja Pabrik Teh

PT. Candi Loka adalah sebuah perusahaan yang mengelola teh,

terdapat perkebunan teh yang sangat luas dan memilik pabrik teh yang

cukup besar. PT Candi Loka ini terletak di dusun Jamus desa Girikerto

kecamatan Sine kabupaten Ngawi, hasil produksi tehnya pun tidak sedikit.

Teh adalah sebuah tanaman yang dipetik daunnya lalu diolah sehingga bisa

digunakan sebagai bahan dasar minuman. Perusahaan ini memiliki banyak

karyawan, semua sesuai dengan bidang keahlian masing-masing (Wahyu,

2014)

Berdasarkan survei yang peneliti lakukan pada saat pertama

mendatangi pabrik teh PT. Candi Loka Jamus Ngawi, khususnya di

bagiansortasi, peneliti melihat adanya debu teh yang cukup tinggi karena di

bagian sortasi ini adalah bagian pengayaan dimana terdapat mesin

pengayaan yang memilah teh yang telah keringbaik itu dari daun yang

pucuk, tangkai dan dust (teh yang telah hancur). Setelah teh di ayak lalu teh

di kemasi dalam kantong, yang tentunya menimbulkan debu teh yang

terbang di udara. Dilihat dari aspek kesehatan, debu yang tinggi di

bagiansortasi tersebut dapat mempengaruhi saluran pernafasan tenaga kerja

Page 60: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

41

yang kemudian mempengaruhi fungsi paru dari tenaga kerja tersebut

(Wahyu, 2014)

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan kepada sebagian tenaga

kerja yang bekerja di unit sortasi, selama mereka bekerja di bagian sortasi

memang fungsi pernafasan sedikit mengalami gangguan berupa sesak nafas,

hal ini disebabkan oleh salah satu faktor yaitu akibat debu teh yang masuk

melalui saluran pernafasan dan kemudian mempengaruhi fungsi paru tenaga

kerja ini. Selain faktor debu tersebut, faktor pemakaian APD berupa masker

ternyata kurang dipatuhi oleh tenaga kerja yang mengalami gangguan

pernafasan tersebut.

Wahyu (2014), menerangkan bahwa waktu kerja bagian sortasi dari

jam 07.00 – 13.00 Wib. Tenaga kerja yang bekerja di bagiansortasisebagian

sudah ada yang bekerja hingga 8 tahun lamanya, hal tersebut yang dapat

mengakibatkanterjadinya gangguan fungsi paru karena lamanya paparan

debu pada tenaga kerja di bagian sortasi tersebut.

Gambar 2.2Mesin sortasi teh

Page 61: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

42

Sumber : Pabrik Teh Jamus, 2014

(a) (b)

Gambar 2.3(a) dan (b) Proses tenaga kerja terpapar debu di bagian sortasi teh

Sumber : Pabrik Teh Jamus, 2014

2.5Latihan Pernafasan (Breathing Exercise)

Tenaga kerja sortasi yang mengalami ganggua paru perlu diajarkan

untuk mengontrol aktifitas pernafasannya untuk meningkatkan efisiensi dan

mengurangi kerja respirasi.

1. Breathing exercise didesain untuk memperbaiki fungsi otot-otot respirasi,

meningkatkan ventilasi dan oksigenisasi.

2. Exercise aktive ROM pada shoulder dan trunk akan membantu ekspansi

thorax, memfasilitasi deep breathing dan sering digunakan untuk

menstimulasi reflexbatuk.

3. Breathing exercise adalah bagian dari program treatment yang didesain

Page 62: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

43

untuk meningkatkan status pulmonal, endurance dan fungsi ADL.

4. Tergantung pada problem klinik pasien, breathing exercise sering

dikombinasikan dengan pengobatan, postural drainage penggunaan alat-

alat respirasi terapi dan program conditioning.

Menurut Basuki (2008) bahwa berdasarkan pada penekanan saat

inspirasi atau ekspirasi sebenarnya teknik-teknik pernafasan masih dapat

dikategorikan menjadi dua yaitu breathing control (control pernafasan) dan

breathing exercises (latihan pernafasan). Kontrol pernafasan hanya

mengerahkan tenaga minimal, sedangkan latihan pernafasan memberikan

penekanan pada saat inspirasi untuk ekspansi thorak dan atau penekanan

pada saat ekspirasi untuk teknik ekspirasi paksa.

Berdasarkan tujuan latihan pernafasan, terdapat tiga tipe latihan

pernafasan yakni ;

a. Latihan pernafasan yang bertujuan untuk meningkatkan volume paru,

redistribusi ventilasi dan meningkatkan pertukaran gas.

b. Latihan pernafasan yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan, daya

tahan dan efisiensi pernafasan.

c. Latihan pernafasan yang bertujuan untuk menurunkan beban kerja

pernafasan, sensasi sesak nafas dan meningkatkan efisiensi ventilasi.

Menurut Basuki (2008) ada berbagai macam teknik yang dapat

digunakan untuk menurunkan kerja pernapasan, diantaranya adalah

melalui pemberian latihan pernapasan dan control pernapasan. Latihan

pernapasan (Breathing Exercise) yang dapat digunakan untuk

Page 63: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

44

menurunkan kerja pernapasan adalah deep breathing dan Pursed Lips

Breathing.

2.5.1 Deep Breathing

Pada tenaga kerja yang setiap harinya terpapar oleh debu kayu yang

berakibat adanya sumbatan pada jalan napas, akan menyebabkan

kecenderungan penderita untuk bernapas dengan menggunakan pernapasan

dada, mengingat bahwa pada pernapasan dada dilakukan oleh otot-otot

bantu pernapasan yang sangat kuat, sehingga penderita akan merasa lebih

lega. Namun demikian, diperlukan energi pernapasan yang sangat besar.

Disamping itu otot-otot bantu pernapasan adalah merupakan otot tipe 1 yang

memiliki kharakteristik mudah lelah. Oleh karena itu perlu diberikan latihan

pernapasan yang bertujuan untuk menurunkan kerja pernapasan. Latihan

pernafasan dalam (deep bretahing exercise) merupakan latihan napas yang

menekankan pada pernapasan pada normal FRC dan normal Vt, sehingga

otot-otot bantu pernapasan tidak terlibat pada pernapasan ini yang akan

berakibat pada penurunan kerja pernapasan(Basuki, 2008).

Deep breathing exercise merupakan salah satu latihan pernafasan

yang banyak dikembangkan dalam kajian fisioterapi. Latihan ini bertujuan

untuk meningkatkan kemampuan otot-otot pernafasan yang berguna untuk

meningkatkan compliance paru untuk meningkatkan fungsi ventilasi dan

memperbaiki oksigenasi (Smeltzer, 2008).

2.5.1.1 Prosedur pelaksanaan latihan pernafasan dalam (deep bretahing

exercise).

Page 64: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

45

Menurut Smeltzer (2008), Teknik deep breathing exercise diantaranya

meliputi:

1) Mengatur posisi klien dengan half laying di tempat tidur/kursi;

2) Meletakkan satu tangan klien di atas abdomen (tepat dibawah iga) dan

tangan lainnya pada tengah dada untuk merasakan gerakan dada dan

abdomen saat bernafas;

3) Menarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik sampai dada dan

abdomen terasa terangkat maksimal, jaga mulut tetap tertutup selama

inspirasi, tahan nafas selama 2 detik;

4) Menghembuskan nafas melalui bibir yang dirapatkan dan sedikit terbuka

sambil mengencangkan (kontraksi) otot-otot abdomen dalam 4 detik;

5) Melakukan pengulangan selama 1 menit dengan jeda 2 detik setiap

pengulangan, mengikuti dengan periode istirahat 2 menit;

6) Melakukan latihan dalam lima siklus selama 15 menit

Gambar 2.4 Teknik Deep BreathingSumber : (http://www.drugs.com/cg/chronic-bronchitis-discharge-care.html)

2.5.2 Pursed lip breathing

Pursed lip breathing merupakan latihan pernapasan yang menekankan

Page 65: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

46

pada proses ekspirasi dengan tujuan untuk memudahkan proses pengeluaran

udara yang terjebak oleh saluran napas yang floppy. Melalui teknik ini,

maka udara yang keluar akan dihambat oleh kedua bibir, akan menyebabkan

tekanan dalam rongga mulut lebih positif. Tekanan positif ini akan menjalar

kedalam saluran napas yang floppy dan bermanfaat untuk mempertahankan

saluran napas yang floppy tetap terbuka. Dengan terbukanya saluran napas,

maka udara dapat keluar melalui saluran napas yang floppy dengan mudah.

Kunci keberhasilan dari pelaksanaan teknik ini adalah dilakukan dengan

rileks (Basuki, 2008).

Menurut Basuki (2008), Pursed Lip Breathing adalah salah satu

strategi kontrol pernafasan (breathing control) yang bertujuan untuk

menurunkan beban kerja pernafasan, sensasi sesak nafas dan meningkatkan

efisiensi ventilasi. Pursed Lip Breathing adalah salah satu cara yang paling

sederhana untuk mengontrol nafas pendek. Cara yang cepat dan mudah

untuk mengatur pernafasan, membuat pola pernafasan menjadi lebih efektif.

Pursed Lip Breathing adalah suatu metode breathing control atau

mengontrol pernafasan dimana pada fase ekspirasi dilakukan dengan

mengerutkan bibir dan dengan kecepatan tertentu (prolonged expiration)

tanpa diawali dengan nafas dalam (deep inspiration).

2.5.2.1 Prosedur pelaksanaan pursed lip breathing

Menurut Basuki (2008) prosedur pelaksanaan pursed lip breathing

adalah sebagai berikut :

a. Jelaskan tujuan dan prosedur terapi,

b. Mengatur posisi klien dengan half laying di tempat tidur/kursi

Page 66: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

47

c. Tempatkan satu tangan di atas abdomen, lalu instruksikan pasien untuk

inspirasi perlahan seperti biasa , (hindari nafas dalam) melalui hidung

selama hitungan 2 detik.

d. Saat ekspirasi, instuksikan pasien untuk mengerutkan mulut, seperti

posisi bibir hendak bersiul atau hendak meniup lilin, lepaskan udara

secara perlahan selama hitungan 4 detik atau sampai dengan batas

dimana sebelum otot abdomen mulai berkontraksi yaitu dengan

melakukan gerakan pasif dan sadari udara yang keluar dari mulut.

e. Instruksikan pasien untuk berhenti ekspirasi, ketika otot abdomen mulai

terasa berkontraksi pada palpasi oleh tangan fisiterapis.

f. Lakukan berulang-ulang sampai pasien menguasai teknik ini

g. Ketika pasien telah dapat melakukan teknik Pursed Lip Breathing tanpa

petunjuk / arahan, mintalah subjek menempatkan tangannya sendiri di

atas abdomen untuk melaksanakan teknik ini.

h. Ulangi teknik ini sampai dengan pasien benar-benar merasa sesaknya

berkurang.

i. Jika pasien telah bisa melakukannya dengan benar, dapat pula dilakukan

tanpa menempatkan tangan di atas perut.

j. Melakukan pengulangan selama 1 menit dengan jeda 2 detik setiap

pengulangan, mengikuti dengan periode istirahat 2 menit;

k. Melakukan latihan dalam lima siklus selama 15 menit

l. Perlu dilakukan pengecekan terhadap pelaksanaan teknik ini, mengingat

pada umumnya pasien kesulitan dalam melaksanakan teknik ini yang

berakibat pada pasien merasa lebih sesak napas.

Page 67: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

48

Gambar 2.5 Teknik Pursed Lip Breathing

Sumber : (http://meditasizen.com/2013/01/22/menyadari-napas)

Menurut Basuki (2008) hal–hal yang harus diperhatikan selama

pelaksanaan teknik pursed lips breathing adalah sebagai berikut :

1) Selama proses pelaksanaan , mintalah subjek untuk merasakan,

membayangkan dan fokus pada udara yang keluar dan masuk paru –

paru nya.

2) Penempatan tangan terapis atau pasien di atas abdomennya adalah

untuk memastikan agar pasien tidak melakukan nafas dalam / deep

inspiration dan tidak menggunakan otot perutnya ketika ekspirasi,

yang bisa menyebabkan ekspirasi paksa.

Page 68: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

49

3) Hentikan pelaksanaan teknik ini jika menimbulkan pusing (dizzy) ,

berkunang - kunang (light-headed) dan sangat gelisah (overly anxious)

mintalah subjek untuk segera kembali bernafas seperti biasa.

4) Tidak setiap subjek dapat melakukannya dengan durasi inspirasi 2

detikdan ekspirasi 4 detik (rasio 1:2) sesuaikan dengan kemampuan dan

kondisi pasien.

5) Prolonged ekspirasi ini adalah bertujuan untuk memperlambat irama

pernafasan dan mengeluarkan jebakan udara dalam paru.

6) Jika dianggap perlu dapat menggunakan bantuan manuver ; sebelum

ekspirasi cepitkan hidung dengan jemari atau pencepit hidung untuk

memastikan ekspirasi hanya melalui mulut.

7) Pastikan pasien cukup santai / hindari ketegangan dan minta pasien

jangan memaksakan atau mendorong udara keluar dari mulutnya dan

harus dilakukan tanpa mengerahkan tenaga. Udara yang keluar justru

diperlambat oleh posisi mulut yang mengkerut / posisi bersiul dan

bukan didorong keluar.

8) Jangan terlalu kecil mengerutkan mulut karena akan membuat udara

yang keluar menjadi sulit sehingga pasien terpaksa mengerahkan tenaga

9) Untuk memastikan kadar tekanan udara yang keluar dari mulut tidak

terlalu kuat, dapat menggunakan cara sebagai berikut ; nyalakan lilin 4

sampai 6 inci di depan mulut, lalu minta pasien melakukan teknik

Pursed Lip Breathing , jika nyala api lilin hanya bergoyang atau

berkedip dan tidak mati, berarti kadar tekanan udara yang keluar dari

mulut benar / tidak terlalu kuat.

Page 69: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

50

10) Kesalahan yang sering terjadi sebelum memulai teknik Pursed Lip

Breathing adalah ketika pasien hendak memulai ekspirasi, justru yang

terjadi adalah kekakuan pada bibir sehingga pasien harus mengerahkan

tenaga untuk mengeluarkan udara dari mulutnya sehingga tekanan

obstruktif ini diteruskan ke belakang sepanjang jalan nafas secara

berlebihan dan pasien merasa justru sesaknya bertambah buruk.

2.5.2.2 Fisiologi Pursed Lip Breathing

Koordinasi yang dilakukan saat inspirasi dan ekspirasi akan membuat

subjek menyadari keluar masuknya udara dari mulut, sehingga dapat

mengatur irama pernafasan menjadi lebih teratur. Teknik Pursed Lip

Breathing secara sederhana akan memberikan sedikit tekanan/pembebanan

obstruksi saat udara keluar dari mulut, dimana tekanan ini akan diteruskan

ke belakang sepanjang saluran pernafasan untuk membantu saluran nafas

tetap terbuka dan mencegah kolap saat ekspirasi. Irama pernafasan yang

disadari dan teratur ini akan menurunkan frekuensi pernafasan / RR, dan

meningkatkan jumlah udara yang masuk ke paru dan alveolus, karenapola

pernafasan yang cepat sangat merugikan karena banyak energi yang

terbuang akibat turbulensi udara, sementara pola nafas yang dangkal juga

sangat merugikan karena banyak pula energi yang terbuang akibat adanya

faktor ventilasi ruang rugi (ventilating deat space). Ventilasi ruang rugi ini

terjadi karena pertukaran gas dalam sistem pernafasan hanya terjadi di

bagian terminal jalan nafas, maka gas yang menempati bagian lain sistem

pernafasan tidak tersedia untuk pertukaran gas/difusi dengan darah kapiler

paru. “The presence of dead space is one reason why it is more economical

Page 70: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

51

to increase ventilation by breathing deeper rather than faster ”. Ekspirasi

yang lebih lama dari inspirasi ini (prolonged expiration) akan meningkatkan

waktu difusi dan keseimbangan oksigen dikapiler darah paru dan

alveolus(pada kondisi normal istirahat tidak hamil, berlangsung 0.25 detik

dari total waktu kontak selama 0.75 detik, sedangkan pada wanita hamil,

waktu difusi menjadi lebih singkat akibat adanya hiperventilasi dan nafas

cepat). Prolonged ekspiarasi ini juga akan menurunkan frekuensi pernafasan

dan membantu mengeluarkan jebakan udara dalam paru sehingga

memungkinkan udara segar dapat memasuki paru. (Alexandra, 2001)

Kontrol otot pernafasan pada aplikasi Pursed lip breathing saat

inspirasi akan memfasilitasi peningkatan volume tidal / Vt, dan penurunan

inspiratory flow rate serta frekuensi pernafasan. Penurunan frekuensi

pernafasan ini akan meningkatkan efisiensi ventilasi alveolus (karena

ventilasi alveolus adalah perkalian antara volume tidal / Vt dan frekuensi

pernafasan / RR) , serta meringankan beban jantung memompa darah

keseluruh tubuh, “ A diminished breathing capacity makes it more difficult

for the heart to pump blood the body ”. Penurunan frekuensi pernafasan juga

akan membuat otot pernafasan menjadi lebih efektif dan menurunkan beban

kerja pernafasan karena tidak banyak energy yang terbuang, sehingga

potensial menunda kelelahan (Alexandra, 2001).

2.6 Pengaruh Breathing Exercise terhadap Peningkatan Kapasitas

Vital Paru (KVP) dan Volume Ekspirasi Paksa detik pertama

(FEV1)

Page 71: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

52

Latihan pernapasan terdiri atas latihan dan praktik pernapasan yang

dirancang untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien untuk

mengurangi kerja pernapasan. Latihan pernapasan termasuk deep breathing

exercise dan Pursed Lip Breathingdapat meningkatkan kemampuan

pengembangan paru dan mempengaruhi fungsi perfusi dan difusi sehingga

suplay oksigen ke jaringan adequat. Breathing exercise diajarkan pada klien

yang sadar dan kooperatif untuk memperbaiki ventilasi, meningkatkan

inflasi alveolar maksimal, meningkatkan relaksasi otot, meningkatkan

mekanisme batuk efektif, mencegah atelektasis, meningkatkan kekuatan

otot pernapasan, mobilitas dada dan vertebra thorakalis serta mengoreksi

pola pernapasan yang abnormal (Smeltzer, 2008).

Breathing exercise dapat dipraktikkan dalam beberapa posisi, karena

distribusi udara dan sirkulasi pulmonal beragam sesuai dengan posisi dada.

Breathing secara perlahan merupakan pernapasan paling efisien dengan

inspirasi dalam secara efektif dapat membuka pori-pori khon, menimbulkan

ventilasi kolateral sehingga alveolar tidak kolaps dan selama ekspirasi pori-

pori khon menutup untuk membantu ventilasi paru (Smeltzer, 2008).

Pada keadaan normal, absorbsi gas lebih mudah karena tekanan

parsial total gas darah lebih rendah daripada tekanan atmosfer. Gaya

ekspirasi yang lebih besar, yaitu sesudah bernafas dalam, glotis tertutup dan

kemudian terbuka tiba-tiba seperti pada proses batuk normal (Price &

Wilson, 2006). Breathing exercise dapat mencegah atelektasis,

meningkatkan fungsi ventilasi dan meningkatkan oksigenasi (Westerdahl,

2005).

Page 72: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

53

53

BAB III

KERANGKA BERFIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Berfikir

Tenaga kerja di bagian sortasi teh PT. Candi Loka Jamus sering

mengeluh sesak nafas. Keluhan sesak nafas dikarenakan tenaga sortasi dan

setiap harinya kontak atau terpapar langsung terhadap debu kayu teh. Untuk

mengurangi resiko lebih lanjut selain sesak nafas maka para tenaga sortasi

menggunakan alat pelindung diri seperti masker.Kontak atau paparan debu

yang berlangsung setiap hari dan dalam jangka waktu yang lama akan

menurunkan fungsi paru padatenaga kerja sortasi.

Menurunnya nilai KVP.dan VEP1dipengaruhi oleh beberapa faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu usia, jenis kelamin dan

riwayat penyakit sedangkan faktor ekstrenal ekternal yaitu lingkungan kerja

dan masa kerja.

Bahaya debu kayu bagi kesehatan bahwa debu merupakan bahan

partikel apabila masuk ke dalam organ pernafasan manusia maka dapat

menimbulkan penyakit pada tenaga kerja khususnya berupa gangguan

sistem pernafasan yang ditandai dengan pengeluaran lendir secara

berlebihan yang menimbulkan gejala utama yang sering terjadi adalah

batuk, sesak nafas dan kelelahan umum.

Gangguan fungsi paru ada tiga yaitu gangguan paru obstruktif (nilai

VEP1< 75%), gangguan paru restriktif (nilai KVP <80%), gangguan paru

mixed (gangguan kombinasi restriktif dan obstruktif).Untuk mengetahui

Page 73: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

54

adanya gangguan paru maka harus mengetahui nilai KVPdan

VEP1dengan melakukan pemeriksaan paru menggunakan alat spirometri.

Upaya yang dilakuakan agar nilai KVP dan VEP1 meningkat yaitu

dengan breathing exercise. Breathing exerciseadalah suatu teknik

pernafasan yang sistematis bertujuan untuk meningkatkan volume paru,

redistribusi ventilasi dan meningkatkan pertukaran gas. Kombinasi teknik

breathing exercise yaitu deep breathing dan pursed lips breathing sehingga

otot pernafasan lebih efektif dan terjadi penurunan beban kerja pernafasan

karena tidak banyak energi yang terbuang maka subjek tidak mudah lelah

sehingga dapat melakukan aktivitas kerjanya sehari hari dengan baik.

Pemberian Breathing Exercise yaitu tiga kali seminggu selama enam

minggu dengan tujuan untuk meningkatkan nilai kapasitas vital paru dan

volume ekspirasi paksa dalam 1 detik, kunci dari pelaksanaan breathing

exercise yaitu dilakukan dengan rileks.

Gambar 3.1 Kerangka Berpikir

TenagaKerja

TerpaparDebu

Faktorinternal

Faktorinternal

PenurunanFungsi paru

BreathingExercise

Fungsi parumeningkat

Page 74: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

55

3.2 Kerangka Konsep

Gambar 3.2 Kerangka konsep

3.3 Hipotesis

Berdasarkan analisis sintesis dari teori yang menjadi landasan berfikir

peneliti, maka ditetapkan hipotesis :

1. Breathing exercise meningkatkan nilai kapasitas vital paru (KVP) dan

volume ekspirasi paksa dalam 1 detik (VEP1)pada tenagasortasi yang

mengalami gangguan paru di pabrik teh PT. Candi Loka Jamus Ngawi.

2. Breathing exercise meningkatkan nilai volume ekspirasi paksa detik

pertama (VEP1)pada tenagasortasi yang mengalami gangguan paru di

pabrik teh PT. Candi Loka Jamus Ngawi.

3. Breathing exercise sama baik dalammeningkatkan kapasitas vital(KV) dan

volume ekspirasi detik pertama(VEP1) pada tenagasortasi yang

mengalami gangguan paru di pabrik teh PT. Candi Loka Jamus Ngawi.

Breathing Exercise

Nilai KVP dan VEP1

Faktor Internal :1. Umur2. Jenis Kelamin3. Riwayat Penyakit

Faktor Eksternal :1. Lingkungan kerja2. Masa Kerja

Meningkatkan

Page 75: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

56

56

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian.

Penelitian ini adalah penelitian Pra Eksperimental dengan rancangan

penelitian yang digunakan adalah The One Group Pre and Post Test Design

yaitu penelitian dengan cara melakukan satu kali pengukuran di depan (pre test)

sebelum adanya perlakuan dan dilakukan pengukuran lagi (post test) setelah

perlakuan (Sumadi, 2008). Skema rancangan penelitian digambarkan berikut ini:

BE

KVP/FEV1 Pre KVP/FEV1 Post

Gambar 4.1 Rancangan Penelitian

Keterangan :

P : Populasi

S : Sampel

RA : Random Alokasi

BE : Breathing Exercise

Pre : Sebelum Perlakuan

Post : Setelah Perlakuan

KVP : Kapasitas Vital Paru

FEV1 : Volume Expirasi Paksa dalam 1 detik

O1 : Data awal KVP dan FEV1

O2 : Data akhir KVP dan FEV1

P RA O1 O2S

Page 76: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

57

Penelitian ini dilakukan untuk melihat penggunaanbreathing exercise

terhadap peningkatan nilaikapasitas vital paru (KVP)dan volume ekspirasi paksa

dalam 1 detik (FEV1) pada tenaga sortasi yang mengalami gangguan paru. Pada

penelitian ini sampelsatu kelompok dengan jumlah kelompok adalah 10 orang.

4.2 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Pabrik Teh PT. Candi Loka Jamus Ngawi

selama 8 minggu yaitu bulan Mei – Juni 2014. Perlakuan yang diberikan kepada

responden dilakukan seminggu 3 kali selama 30 menit dimulai pada pukul

07.00WIB.

4.3 Penentuan Sumber Data

4.3.1 Populasi

4.3.1.1 Populasi target

Dalam penelitian ini populasi target adalah sejumlah tenaga kerja sortasi

yang mengalami gangguan parunya.

4.3.1.2 Populasi terjangkau

Dalam penelitian ini populasi terjangkau adalah sejumlah tenaga kerja

sortasi yang bersedia ikut dalam program penelitian di pabrik teh PT. Candi Loka

Jamus Ngawi

4.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah populasi yang memenuhi kriteria inklusi

dan eksklusi sebagai berikut:

4.3.2.1 Kriteria inklusi

1. Bersedia sebagai subjek penelitian dari awal sampai akhir, dengan

menandatangani surat persetujuan bersedia sebagai sampel.

Page 77: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

58

2. Tenaga kerja yang berada di bagian unit sortasi teh di pabrik teh PT. Candi

Loka Jamus Ngawi.

3. Tenaga kerja yang mengalami gangguan paru-parunya diketahui setelah

pemeriksaan spirometri.

4.`Tenaga kerja bukan perokok aktif.

4.3.2.2 Kriteria Ekslusi

Kriteria eksklusi adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi, karena

sesuatu keadaan dikeluarkan dari sampel, antara lain tidak menyetujui

persetujuan sebagai sampel, menderita penyakit kardiovaskuler.

4.3.2.3 Besar Sampel

Menggunakan rumus Pocock (2008) maka besar sampel dapat dihitung

sebagai berikut:

n = 2σ² f (α,β)(μ2 – μ1) ²

Dimana:

n =Besarsampel

σ = Simpang baku

= Tingkat kesalahan I (ditetapkan 0,05)

Interval kepercayaan 95,0)1(

= Tingkat kesalahan II (ditetapkan 0,20)

Tingkat kekuatan uji / power of test 0.80

f (α,β) = Interval kepercayaan 7,9 (sesuaitabelpocock)

1 = rerata nilai pada kelompok kontrol

2 = rerata nilai pada kelompok perlakuan

Page 78: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

59

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

Nurhayatidi UniversitasUdayana Bali tahun 2013 didapatkan hasil

reratabreathing exercise, 1 = 55,2 , standar deviasi = 7,6 , dengan

harapan peningkatan setelah pelatihan sebesar 20% yaitu rerata 2 = 66,24.

Dengan demikian dapat dihitung sebagai berikut :

9,7

2,5524,66)6,7(2

2

2

xn

9,7

04,11)76,57(2

2 xn

9,7

88,121)52,115( xn

49,7n dibulatkan 8

)8%20(8 xn

6,18n

6,9n

Dari perhitungan di atas jumlah sampel yang didapat 7,49 dibulatkan

menjadi 8 sampel pada setiap kelompok. Untuk mengantisipasi

pengguguran respondenmaka hasil awal ditambah 20%(1,6), maka (1,6 + 8)

= 9,6 dibulatkan menjadi 10.Hasil rumusan diatas, dapat disimpulkan bahwa

kelompok memiliki jumlah sampel 10 orang.

4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan tehnik random

sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang diambil secara

acak dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Page 79: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

60

1) Melakukan pemilihan sejumlah sampel dari seluruh tenaga

kerja unit sortasi teh di pabrik teh PT. Candi Loka Jamus

Ngawi berdasarkan kriteria inklusi.

2) Melakukan pemilihan acak sederhana dengan undian untuk

menentukan kelompok perlakuan.

4.4 Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini dikaji keterhubungan antara satu variabel bebas dengan

satu variabel terikat.

4.4.1 Variabel bebas adalah Breathing exercise

4.4.2 Variabel terikat adalah Kapasitas Vital Paru (KVP) dan Volume Ekspirasi

Paksa 1 detik (FEV1)

4.5 Definisi Operasional Variabel

4.5.1Breathing exercise

Breathing exercise adalah suatu teknik pernafasan atau susunan gerakan

pernafasan yang sistematis bertujuan untuk memperbaiki ventilasi, meningkatkan

kapasitas paru dan mencegah kerusakan paru. Teknik yang digunakan adalah

Deep Breating Exercisemerupakan latihan pernapasan dengan tehnikbernapas

secara perlahan dan dalam, menggunakan otot diafragma, sehingga

memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh.

Pursed lip breathing merupakan latihan pernapasan yang menekankan pada

proses ekspirasi dengan tujuan untuk memudahkan proses pengeluaran udara

yang terjebak oleh saluran napas yang floppy. Dalam pelaksanaannya breathing

exercise yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bentukperlakuan :latihan DeepBreathing Exercise dan Pursed Lip

Page 80: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

61

Breathing

b. Waktulatihan :30menit.

c. Frekuensipelatihan : 3 kali seminggu.

4.5.2 Kapasitas Vital Paru (KVP)

Kapasitas Vital adalah volume udara yang dikeluarkan melalui ekspirasi

maksimal setelah sebelumnya melakukan inspirasi maksimal.

4.5.3 Volume ekspirasipaksadalamsatudetik (FEV1)

Volume ekspirasi paksa dalam satu detik adalah volume udara yang dapat

diekspirasikan selama satu detik pertama ekspirasi pada penentuan kapasitas vital.

Nilai volume ekspirasi paksa dalam satu detik biasanya adalah sekitar 80% yang

berarti dalam keadaan normal 80% udara yang dapat dikeluarkan dalam satu detik

pertama.

4.6 Instrument Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

pengumpulan data (Soekidjo, 2005). Instrumen dalam penelitian ini adalah:

1. Alat untuk mengukur kapasitas vital paru

Alat ukur : Spirotest

Skala pengukuran : Interval

Hasil rata-rata kapasilas vital paru adalah 4500 ml dan nilai volume

ekspirasi paksa dalam 1 detik adalah 80% dari nilai kapasitas vital paru.

2. Kuesioner, yaitu daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah

matang, dimana subjek (dalam hal angket) dan interviewer (dalam hal

wawancara) tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-

tanda tertentu (Soekidjo, 2005). Kuesioner dalam penelitian ini diberi daftar

Page 81: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

62

pertanyaan tentang nama, alamat, jenis kelamin, umur, masa kerja dan

beberapa pertanyaan.

3. Alat Tulis untuk mencatat data

4. Stopwatch untuk mengukur frekuensi pernafasan.

4.6.1 Cara penggunaan alat

Cara pengukuran fungsi paru tenaga kerja adalah sebagai berikut:

a. Mengukur kapasitas vital paru-paru adalah:

1) Spirotest, panah di arahkan ke angka 0

2) Subjek diminta mengambil napas semaksimal mungkin, kemudian

menghembuskan napas semaksimal mungkin melalui mouth

piecesecara perlahan-lahan.

3) Seketika itu panah akan bergerak, dan diperoleh hasil dari penilaian

kapasitas vital paru.

4.7 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terdiri dari tahap-tahap penelitian, dapat dijelaskan

sebagai berikut :

4.7.1 Tahap persiapan

Tahap persiapan meliputi :

4.7.1.1 Observasi tempat penelitian.

4.7.1.2 Mengurus surat-surat penelitian persetujuan penelitian kepada

Direktur PT. Candi Loka Jamus Ngawi

4.7.1.3 Melakukan penentuan sampel yaitu tenaga kerja yang terpapar oleh

debu dan diperoleh yaitu bagian sortasi

4.7.1.4 Membuat jadwal pelaksanaan penelitian

Page 82: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

63

4.7.2 Tahap penentuan sampel

4.7.2.1Semua responden diberi formulir persetujuan dengan tujuan apakah

responden bersedia mengikuti proses penelitian ini sampai selesai.

4.7.2.2 Setelah diperoleh responden yang bersedian mengikuti proses penelitian,

responden diberi kuisioner dan di anjurkan untukmenjawab semua

pertanyaan yang ada.

47.2.3 Setelah responden mengisi kuisioner, responden dilakukan pemeriksaan

kapasitas vital paru dengan menggunakan spirotest dan diperoleh sampel

yang sesuai dengan kriteria inklusi.

4.7.3 Tahap pelaksanaan

4.7.3.1 Sebelum pelaksanaan penelitian responden diberikan penjelasan

tentang tujuan dan manfaat penelitian, jadwal dan tempat penelitian,

tatalaksana penelitian, dan hak-hak subjek dalam pelaksanaan penelitian.

4.7.3.2Tindakan pemeriksaan denyut nadi terhadap responden

4.7.3.4 Tindakan pemeriksaan pernafasan terhadap responden

4.7.3.5 Tindakan breathing exerciseterhadap responden.

4.7.4 Tahap Akhir

Peneliti melakukan pengumpulan data, analisa data dan pembuatan laporan hasil

penelitian.

Page 83: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

64

4.7.5 Alur Penelitian

Gambar 4.2 Bagan alur penelitian

4.8 AnalisisData

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Statistik Diskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik fisik

sampel yang meliputi umur, denyut nadi, pernafasan dan masa kerja yang

datanya diambil sebelum tes awal dimulai.

Sampel n : 10

Kriteria Inklusidan ekslusi

Pemeriksaan paru

Nilai FEV1

Breathing Exercise30 menit, 3x dalam

seminggu selama 6 minggu

PemeriksaanKVP dan FEV1

Analisis Data

Nilai KVP

Populasi

Sebelum perlakuanbreathing exercise

acak sederhana

Breathing Exercise30 menit, 3x dalam

seminggu selama 6 minggu

Page 84: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

65

2. Uji normalitas data dengan shapiro wilk test, bertujuan untuk

mengetahui distribusi data peningkatan kapasitas vital paru (KVP) lebih

besar daripada volume ekspirasi paksa dalam 1 detik (FEV1)sebelum dan

sesudah perlakuan. Batas kemaknaan yang digunakan adalah p = 0,05.

Jika hasilnya p>0,05 maka dikatakan bahwa data berdistribusi normal dan

apabila p<0,05 menunjukan bahwa data tidak berdistribusi normal.

3. Uji homogenitas data dengan uji Levene test, untuk mengetahui distribusi

data peningkatan kapasitas vital paru (KVP) dan volume ekspirasi paksa

dalam 1 detik (FEV1) sebelum dan sesudah perlakuan pada kedua

kelompok. Batas kemaknaan yang digunakan adalah p = 0,05. Dengan

pengujian hipotesis Ho diterima bila p>0,05 maka data homogen dan Ho

ditolak bila nilai p<0,05 berarti data tidak homogen.

4. Uji hipotesis I menggunakan uji parametrik (paired sampel t-test) karena

data berdistribusi normal. Batas kemaknaan yang digunakan adalah p =

0,05. Ho diterima bila nilai p>0,05, sedangkan Ho ditolak bila nilai

p<0,05.

5. Uji hipotesis II menggunakan uji parametrik (paired sampel t-test) karena

data berdistribusi normal. Batas kemaknaan yang digunakan adalah p =

0,05. Ho diterima bila nilai p>0,05, sedangkan Ho ditolak bila nilai

p<0,05.

6. Ujihipotesis III menggunakan uji parametrik (independent sample t-test)

karena data berdistribusi normal. Uji ini bertujuan untuk membandingkan

rerata hasil peningkatan kapasitas vital paru kedua kelompok setelah

perlakuan. Batas kemaknaan yang digunakan adalah p = 0,05. Dengan

Page 85: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

66

pengujian hipotesis Ho diterima bila nilai p>0,05, sedangkan Ho ditolak

bila nilai p<0,05.

Page 86: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

67

67

BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian telah dilaksanakan di Pabrik teh PT Candi Loka Jamus

Ngawiselama delapan minggu menggunakan rancangan eksperimental terhadap

10 orang. Hasil perlakuan yang telah dilakukan terhadap 10

orangdenganpemberian breathing exercise frekuensi satu minggu tiga kali selama

enam minggu dan di dapatkan data untuk dilakukan analisa. Data awal yang

didapat berupa karakteristik kondisi fisik subyek penelitian yang meliputi jenis

kelamin, umur, denyut nadi, frekuensi pernafasan, masa kerja yang datanya

diambil sebelum tes awal dimulai.

5.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Deskripsi karakteristik subjek penelitian disajikan pada tabel-tabel di bawah ini.

Tabel 5.1

Karakteristik Subjek penelitian di Perkebunan Teh Jamus Ngawi

KarakteristikSubjek

Rentangan n=10 %Rerata±SB

KLP (n=10)

Usia (tahun) 25 – 34

35 - 44

3 30

7 70

1,70±0,48

DN (x/mnt) 88

90

92

5 50

3 30

2 20

89,4±1,64

RR (x/mnt) 20

21

22

2 20

4 20

4 20

21,2±0,78

MK (tahun) 1 – 5

6 - 10

4 40

6 60

1,6±0,51

Page 87: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

68

Keterangan :

KLP = Kelompok Perlakuan Breathing Exercise

n = Jumlah Sampel

SB = Simpang Baku

DN = Denyut Nadi

RR = Respirasi Rate

MK = Masa Kerja

Tabel 5.1 memperlihatkan karakteristik sampel dalam penelitian

ini berupa umur,denyut nadi, frekuensi pernafasan, masa kerja sebelum

perlakuan. Dapat dilihat bahwa usia antara 35-44 tahun yang lebih dominan

dari pada usia 25-34 tahun.Usia antara 25-34 tahun sebanyak 3 orang (30%)

dan usia antara 35-44 tahun sebanyak 7orang(70%).

Dapat dilihat juga jumlah subyek frekuensi denyut nadi tertinggi yaitu

88 kali per menit sebanyak 5 orang dan jumlah subyek frekuensi denyut

nadi terendah yaitu 92 kali per menit sebanyak 2 orang.

Jumlah subyek frekuensi pernafasan tertinggi yaitu 21 dan 22 kali per

menit masing-masing 4 orang dan jumlah subyek frekuensi pernafasan

terendah yaitu 20 kali per menit sebanyak 2 orang.

Masa kerja antara 1-5 tahun sebanyak 4 orang (40%) dan masa kerja

antara 6-10 tahun sebanyak 6 orang (60%). Dapat dilihat bahwa masa kerja

antara 6-10 tahun yang lebih dominan dari pada usia 1-5 tahun.

Page 88: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

69

5.2 Distribusi Subjek berdasarkanJenis Kelamin

Tabel 5.2

Distribusi Subjek penelitian berdasarkan Jenis Kelamin

JenisKelamin

KLP(n=10)

%

Laki-laki

Perempuan

3

7

30

70

Total 10 100

Berdasarkan Tabel 5.2 jenis kelamin perempuan lebih dominan

daripada laki-laki. Perempuan sebanyak 7 orang (70%) dan laki-laki

sebanyak 3 orang (30%).

5.3Uji Normalitas Data

Sebagai prasyarat untuk menentukan uji statistik yang digunakan,

maka dilakukan uji normalitas data hasil nilai Kapasitas Vital Paru (KVP)

danvolume ekspirasi paksa detik pertama(VEP1) sebelum dan setelah

perlakuan.Uji normalitas dengan menggunakan uji Saphiro Wilk test, yang

hasilnya tertera pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3

Hasil Uji Normalitas Data Nilai KVP dan FEV1

Sebelum dan Setelah Perlakuan

Variabel p Uji Normalitas

(Saphiro Wilk- Test)

KVP Pre

KVP Post

VEP1 Pre

VEP1 Post

0.177

0.258

0,287

0,691

Page 89: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

70

Berdasarkan tabel 5.3hasil uji normalitas data (shapiro wilk test)

sebelum dan setelah perlakuan menunjukan bahwa dari uji tersebut pada

kelompok perlakuan memiliki nilai p>0,05, yang berarti data kapasitas vital

(KV) dan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) pada sebelum dan

setelah perlakuan berdistribusi normal.

5.4Uji Homogenitas Data

Untuk mengetahui adanya kesamaan data Kapasitas Vital(KV) dan

volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) makadilakukan pengujian

homogenitas menggunakan Levene test, yang hasilnya tertera pada Tabel

5.4.

Tabel 5.4

Hasil Uji Homogenitas Data Nilai KVP dan VEP1

Sebelum dan Setelah Perlakuan

Variabel p Uji Homogenitas(Levene Test)

KV &VEP1 Pre 0.616

KV&VEP1 Post

Selisih KV & VEP1

0.407

0,757

Berdasarkan Tabel 5.5 hasil uji homogenitas data (Levene-Test)

hasilnya nilai KV dan VEP1sebelum perlakuan p = 0,616 dan KP dan VEP1

setelah perlakuan p = 0,454dimana (p = > 0,05) serta hasil uji selisi KV dan

VEP1 yaitu p =0,757 (p > 0,05) yang berarti data bersifat homogen.

5.5Pengujian Peningkatan nilai Kapasitas Vital(KV)Sebelum dan Setelah

perlakuan.

Page 90: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

71

Data variabel nilai Kapasitas Vital (KV) sebelum dan setelah

perlakuan Breathing Exercise selama6 minggu, berdistribusi normal dengan

(p>0,05),maka untuk mengetahui peningkatan KVpengujian menggunakan

uji parametrik yang hasil analisis kemaknaan dengan uji pairedsampel t-test

(dua sampel berpasangan), yang hasilnya tertera pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5

Uji Peningkatan Nilai Kapasitas Vital(KV)

Sebelum dan Setelah perlakuan Breathing Exercise.

Data n Rerata±SB

Uji paired sample t-test

t p

KV Pre 10 2360,0±107,49-16,71 0,000KV Post 10 2750,0±84,98

Berdasarkan Tabel 5.5nilaiKapasitas Vital(KV) setelah 6 minggu

diberikan breathing exerciseyang dianalisis dengan uji paired sampel t-test

(dua sampel berpasangan) denganKV Pre dan KV Post nilai p = 0,000

(p>0,05). Hasil nilai tersebut menyatakan ada pengaruh yang signifikan

pada pemberian breathing exercise terhadap peningkatan Kapasitas Vital

(KV).

5.6Pengujian Peningkatan Nilai Volume Ekspirasi Paksa Detik

Pertama(VEP1)Sebelum dan Setelah pemberian breathing exercise.

Data variabel nilai volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1)

sebelum dan setelah pemberianBreathing Exercise selama6 minggu,

berdistribusi normal dengan (p>0,05), maka untuk mengetahui peningkatan

volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) pengujian menggunakan uji

Page 91: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

72

parametrik yang hasil analisis kemaknaan dengan uji pairedsampel t-test

(dua sampel berpasangan), yang hasilnya tertera pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6

Uji Peningkatan Nilai Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1)

Sebelum dan Setelah perlakuan Breathing Exercise.

Data VEP n Rerata±SB

Uji paired sample t-test

t p

VEP1 Pre

VEP1 Post

10

10

2030,0±94,86

24,10±119,72 -19,00 0,000

Berdasarkan Tabel 5.6nilaivolume ekspirasi paksa detik pertama

(VEP1) sebelum dan setelah pemberian Breathing Exercise selama 6 minggu

yang dianalisis dengan uji paired sampel t-test (dua sampel berpasangan)

dengan VEP1 Pre dan VEP1 Post nilai p = 0,000 (p>0,05). Hasil nilai

tersebut menyatakan ada pengaruh yang signifikan pada pemberian

breathing exercise terhadap peningkatan volume ekspirasi paksa detik

pertama (VEP1).

5.7 Analisis Beda selisih peningkatan Nilai Kapasitas Vital(KV) dan Volume

Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1)

Uji beda selisih rerata bertujuan untuk membandingkan selisih nilai

kapasitas vital (KV) dan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1)

sebelum dan setelah pemberian Breathing Exercise selama6 minggu. Hasil

analisis kemaknaan dengan uji Independent t-test. yang tertera pada Tabel

5.7.

Page 92: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

73

Tabel 5.7Uji Selisih Rerata Nilai Kapasitas Vital (KV) dan Volume Ekspirasi Paksa

Detik Pertama (VEP1)

Uji Independent t-test

Selisih n Rerata ± SB t p

Selisih KV 10 390,0 ± 73,780,325 0,749Selisih VEP1 10 380,0 ± 63,24

Tabel 5.7 di atas menunjukkan bahwa beda selisih rerata nilai

kapasitas vital (KV) dan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dengan

analisis kemaknaan dengan uji Independent t-test, menunjukkan bahwa nilai p

adalah p = 0,749 (p>0,05). Hasil nilai tersebut menyatakan tidak ada pengaruh

yang signifikandalam meningkatkan nilai KV dan VEP1sesudah

perlakuan.Artinya pemberian breathing exercise sama-sama meningkatan nilai

kapasitas vital (KV) dan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1).

Page 93: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

74

74

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kerja sortasi yang mengalami

gangguan parunya. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 10 orang, usia antara

25-34 tahun dan 35-45 tahun, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, frekuensi

pernafasan antara 20 - 22 kali permenit, denyut nadi antara 88 – 92 kali permenit.

Kelompok berjumlah 10 orang di berikan Breathing Exercise.

Data karakteristik subjek penelitian yang didapat dilihat pada tabel 5.1

distribusi subjek menurut golongan usia menunjukan golongan usia antara 35 - 44

tahun merupakan jumlah terbanyak, yaitu sejumlah 7 dari 10 subjek. Data statistik

ini menunjukkan bahwa semua subyek tergolong dalam subyek yang mengalami

penurunan daya tahan kardiorespirasi.

Sesuai dengan penelitian Kumendong (2011) yang melakukan penelitian

tentang hubungan antara lama paparan dengan kapasitas paru tenaga kerja industri

mebel diperoleh bahwa usia yang dominan mengalami gangguan fungsi paru pada

tenaga kerja di industri mebel yaitu antara usia 30 – 40 sebesar 76,7%

Sebagaimana pernyataan Maryam (2008), bahwa pertambahan usia

seseorang mempengaruhi jaringan pada tubuh. Fungsi elastisitas jaringan paru

berkurang, sehingga kekuatan bernapas menjadi lemah, akibatnya volume udara

pada saat pernapasan akan menjadi lebih sedikit. Sifat elastisitas paru tidak

berubah pada usia 7-39 tahun, tetapi ada kecenderungan menurun setelah usia 25

Page 94: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

75

tahun dan penurunan ini terlihat nyata setelah usia 30 tahun. Dikatakan

demikian karena daya tahan kardiorespirasi meningkat dari masa kanak kanak dan

mencapai puncaknya pada usia 20-30 tahun, sesudah usia ini daya tahan

kardiorespirasi akan menurun. Penurunan ini terjadi karena paru, jantung, dan

pembuluh darah mulai menurun fungsinya. Kecuraman penurunan dapat dikurangi

dengan melakukan latihan breathing exercise secara teratur.

Berdasarkan Tabel 5.2 jenis kelamin diperoleh 15 orang berjenis kelamin

perempuan dan 5 orang berjenis kelamin laki-laki. Data statistik tersebut

menunjukkan bahwa subyek berjenis kelamin perempuan yang lebih dominan.Hal

ini sejalan dengan pernyataan Yunus (1997) sampai masa pubertas, daya tahan

kardiorespirasi anak perempuan dan anak laki-laki tidak berbeda, tetapi setelah

usia 30 tahun keatas nilai daya tahan kardiorespirasi pada wanita lebih rendah dari

pada pria yaitu sebesar 15 – 25%.

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa masa kerja antara 6-10 tahun

yang lebih dominan dari pada usia 1-5 tahun. Hasil penelitian ini sejalan dengan

pendapat Anderson tahun 2006, masa kerja merupakan faktor resiko terjadinya

gangguan fungsi paru pada tenaga kerja, tenaga kerja dengan masa kerja >5 tahun

berpotensi mengalami gangguan fungsi paru yang lebih besar dibandingkan

tenaga kerja yang bekerja <5 tahun.

Sejalan dengan penelitian Kumendong (2011) diperoleh bahwa ada 3 orang

(30%) yang mengalami gangguan paru dalam masa kerjanya ≤ 5 tahun dan masa

kerja > 5 tahun sebanyak 7 orang (70%).

Page 95: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

76

Penelitian lain yang dilakukan Budiono (2007), hasil analisis menunjukkan

bahwa masa kerja berhubungan dengan terjadinya gangguan fungsi paru pada

pekerja pengecatan mobil, dengan rasio prevalens sebesar 15,74%. Hal ini berarti

bahwa pekerja pengecatan mobil yang telah bekerja lebih dari 10 tahun

mempunyai risiko hampir 15 kali lebih besar untuk mengalami gangguan fungsi

paru dibanding dengan pekerja yang masa kerjanya kurang dari 10 tahun. Artinya

seseorang yang terpapar oleh debu dalam waktu lama akan berisiko untuk

mengalami gangguan fungsi paru.

Pada Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa rerata frekuensi

pernapasan21,20±0,789. Data tersebut menyatakan bahwa adanya pernafasan

cepat dimana fekuensi normal pernafasan yaitu 16-18 kali permenit. Sesuai

pernyataan Alexandra (2001) dalam penelitian khotimah (2011) kontrol otot

pernafasan pada aplikasi Pursed lip breathing saat inspirasi akan memfasilitasi

peningkatan volume tidal / Vt, dan penurunan inspiratory flow rate serta

frekuensi pernafasan. Penurunan frekuensi pernafasan ini akan meningkatkan

efisiensi ventilasi alveolus (karena ventilasi alveolus adalah perkalian antara

volume tidal / Vt dan frekuensi pernafasan / RR) , serta meringankan beban

jantung memompa darah keseluruh tubuh. Penurunan frekuensi pernafasan juga

akan membuat otot pernafasan menjadi lebih efektif dan menurunkan beban kerja

pernafasan karena tidak banyak energy yang terbuang, sehingga potensial

menunda kelelahan, pasien dapat meningkatkan aktifitas sehari hari sehingga

kualitas hidupnya dapat meningkat.

Page 96: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

77

Berdasarkan Tabel 5.1 bahwa rerata denyut nadi adalah 89,40±1,64.

Frekuensi denyut nadi tertinggi 88 kali permenit. Data tersebut menerangkan

bahwa rata-rata denyut nadi pada tenaga kerja tidak terlalu tinggi.

Hasil tersebut sama halnya pada penelitian Khotimah (2011) yang

melakukan penelitian terhadap pasien penyakit paru obstruksi kronik diperoleh

denyut nadi terendah 76 kali permenit dan denyut nadi tertinggi 88 kali permenit

dengan rerata 83,82±4,24. Denyut nadi atau denyut jantung merupakan salah satu

ukuran tentang kemampuan tubuh untuk mengkonsumsi oksigen. Oksigen

diangkut oleh darah dari paru paru ke otot, kemudian darah dapat sampai ke otot

karena kekuatan pemompaan otot jantung. Oksigen ini diperlukan dalam

metabolisme sel otot sebagai pembakar glikogen untuk mendapatkan tenaga

bergerak. Semakin banyak tubuh memerlukan oksigen maka semakin tinggi

frekuensi denyut jantung, demikian juga sebaliknya.Kapasitas vital paru dapat

dipengaruhi oleh kebiasaan seseorang melakukan olahraga. Dengan laitah

pernafasan yang rutin dapat meningkatkan aliran darah melalui paru-paru

sehingga menyebabkan oksigen dapat berdifusi ke dalam kapiler paru dengan

volume yang lebih besar atau maksimum.

6.2 Distribusi dan Varian Subjek Penelitian

Distribusi subyek penelitian sebelum dan sesudah perlakuan, dilakukan uji

normalitas dengan Shapiro-Wilk, sedangkan homoginitas data pelatihan diuji

dengan Levene’s Test. Variabel yang diuji adalah volume ekspirasi paksa detik

pertama (VEP1) dan kapasitas vital(KV)sebelum dan sesudah perlakuan.

Berdasarkanuji normalitas dan uji homogenitas data kapasitas vital paru sebelum

Page 97: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

78

dan sesudah perlakuan, menunjukkan nilai p untuk kedua data tersebut lebih

besar dari 0,05 (p > 0,05). Dengan demikan data volume ekspirasi paksa detik

pertama dan kapasitas vital paru sebelum dan sesudah perlakuan, berdistribusi

normal dan homogen. Data yang memiliki sebaran normal dan homogen

merupakan data parametrik, sehingga uji selanjutnya digunakan uji parametrik

(Dahlan, 2011).

6.3 Pengujian peningkatan kapasitas vital(KV) dan volume ekspirasi paksa

detik pertama (VEP1)Sebelum dan Setelah perlakuan Breathing exercise.

Berdasarkan analisis data volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1)

kapasitas vital (KV) antara sebelum dan setelah perlakuan breathing exercise

dengan paired sampel t-test (dua sampel berpasangan) tertera pada Tabel 5.5

didapatkan data bahwa KV Pre dan Post nilai p = 0,000 (p<0,05). Pada Tabel 5.6

didapatkan data VEP1 Pre dan Post nilai p = 0,000 (p<0,05). Hasil nilai diatas

menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan dalam pemberian breathing

exercise terhadap peningkatan kapasitas vital paru (KVP) dan nilai VEP1. Artinya

dengan pemberian breathing exercise selama 6 minggu meningkatkan nilai VEP1.

Dan KV

Sejalan dengan penelitian Khotimah (2011) diperoleh hasil bahwa durasi

latihan pernafasan dengan teknik Pursed lips breathing, waktu antara 3 sampai 5

menitdengan jeda 2 detik selama 15 menit, meningkatkan volume paru dan

meningkatkan kualitas hidup pasien penyakit paru obstruksi kronik.

Hasil penelitian ini sesuai juga dengan Sherwood (2005) yang menyatakan

bahwa latihan dapat meningkatkan kekuatan otot dan ventilasi paru, hal ini

Page 98: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

79

disebabkan karena latihan dapat menyebabkan perangsangan pusat otak yang

lebih tinggi pada pusat vasomotor di batang otak yang menyebabkan peningkatan

tekanan arteri dan peningkatan ventilasi paru.

Dalam penelitian Westerdahl (2005) latihan deep breathing,latihan yang

terbukti dapat meningkatkan kemampuan otot inspirator. Kekuatan otot inspirator

yang terlatih akan meningkatkan compliance paru dan mencegah alveoli kolaps

(atelektasis). Dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa latihan deep

breathing dapat meningkatkan fungsi ventilasi dengan perbaikan karakteristik

frekuensi dan keteraturan pernapasan (Westerdahl, 2005).

Latihan deep breathing yang dilakukan secara rutin dapat meningkatkan

kemampuan organ pernapasan. Terlatihnya otot inspirator akan meningkatkan

kemampuan paru untuk menampung volume udara sehingga pada saat responden

melakukan pekerjaan dan kegiatan sehari-hari tanpa adanya gangguan (Basuki,

2008).

Dechman tahun 2004 menyatakan Pursed lip breating adalah inspirasi

dalam dan ekspirasi memanjang dengan mulut dimonyongkan dengan tujuan

untuk membantu pasien mengontrol pola napas, menurunkan sesak napas,

meningkatkan kekuatan otot pernapasan dan memperbaiki kelenturan rongga dada

sehingga fungsi paru menjadi meningkat.

6.4 Uji Beda selisih nilai kapasitas vital (KV) volume ekspirasi paksa

detik pertama (VEP1) sebelum danSetelah Perlakuan Breathing Exercise.

Komparabilitas atau perbandingan hasil nilai dan volume ekspirasi paksa

detik pertama (VEP1) dan kapasitas vital(KV) dengansetelah pemberian Breathing

Page 99: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

80

Exercise diuji dengan uji t-tidak berpasangan (t – independen test). Hasil uji

statistik menunjukkan nilai p untuk hasil VEP1 dan KV setelah perlakuan adalah p

= 0,749 (p > 0,05) yang tercantum dalam Tabel 5.7. Nilai tersebut memiliki

makna bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada pemberian breathing

exercise dalam meningkatkan nilai VEP1 dan KV pada tenaga kerja sortasi yang

mengalami gangguan paru. Artinya dengan pemberian brething exercise sama

baiknya dalam meningkatkan nilai VEP1 dan KV.

Pada tenaga kerja sortasi yang terpapar debu mengakibatkan adanya

penyumbatan jalan nafas yang ditandai dengan sesak nafas biasanya pernafasan

menjadi cepat dan pendek, ketika hal itu terjadi otot pernafasan yang digunakan

lebih dominan pernafasan dada yang seharusnya menggunakan otot-otot abdomen,

dimana otot-otot pernafasan dada adalah tipe otot 1 yaitu otot yang mudah lelah

sehingga jika tenaga kerja cepat lelah maka terganngu aktifitasnya.

Pemberian Breathing Exercise dengan teknik pursed lips breathing dapat

meningkatkan nilai volume ekspirasi paksa dalam 1 detik (VEP1) pada tenaga

kerja sortasi, dimana teknik pursed lips breathing adalah kontrol pernafasan

pendek dan teknik ini menekankan pada proses ekspirasi yang lebih panjang

daripada inspirasi dengan bibir di monyongkan seperti meniup lilin, tujuannya

adalah mempermudah pengeluaran udaya yang tesumbat oleh debu. Dengan

teknik pursed lips breathing, udara yang dihambat oleh bibir menyebabkan

tekanan dalam rongga mulut lebih positif yang akan menjalar ke saluran napas

yang tersumbat dan mempertahankan tetap terbuka.

Page 100: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

81

Selain penyumbatan saluran pernafasan akibat terpapar debu pada tenaga

kerja sortasi dapat juga mengakibatkan adanya gangguan pengembangan pada

parunya sehingga menurunnya nilai kapasitas vital (KV).

Pemberian Breathing Exercise dengan teknik deeb breathing dapat

meningkatkan nilai kapasitas vital (KV). Deeb breathing menekankan pada

pernafasan normal Vt sehingga otot bantu pernafasan tidak terlibat, teknik ini

menurunkan beban kerja otot pernafasan.

Sejalan dengan penelitian Nurhayati (2013) tentang bahwa Deep Breathing

lebih meningkatkan nilai Kapasitas Inspirasi daripada Diapragma Breathing

dengan frekuensi 3 kali per minggu selama 6 minggu sebesar 15,5%.

Hasil penelitian Nury (2008) mengatakan bahwa latihan pernapasan

dengan pernapasan diafragma dan pursed lips breathing meningkatkan kapasitas

paru sehingga memperbaiki kualitas hidup. Penelitian Stiller (2009) juga

menyatakan bahwa latihan pernafasan dapat meningkatkan penampilan fisik

seseorang yang terbebas dari kondisi kelemahan dan kelelahan.

Martinez (2006) mengatakan dalam penelitiannya, Pursed lips breathing

juga dapat menurunkan sesak napas, sehingga pasien dapat toleransi terhadap

aktivitas dan meningkatkan kemampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika

teknik ini dilakukan secara rutin dan benar dapat mengoptimalkan fungsi mekanik

paru, membatasi peningkatan volumeakhir ekspirasi paru dan mencegah efek

hiperinflasi.

Page 101: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

82

Penelitian Priyanto (2010) tengtang Pengaruh Deep Breathing Exercise

Terhadap Fungsi Ventilasi Oksigenasi ParuPada Klien Post Ventilasi Mekanik.

Menyatakan bahwa pemebrian Breathing exercise dengan teknik Deep Breathing

selama 1 menitdengan jeda 2 detik setiap pengulangan dengan periode istirahat 2

menit15 menit akan meningkatkan pola nafas dengan perbaikan karakteristik

frekuensi dan keteraturan pernafasan merupakan indikator peningkatan fungsi

ventilasi.

Latihan napas dalam (Deep Breathing Exercise) akan meningkatkan

oksigenasi dan membantu sekret atau mukus keluar dari jalan napas (Speer,

2007).Latihan pernapasan terdiri atas latihan dan praktik pernapasan yang

dirancang untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien untuk

mengurangi kerja pernapasan. Latihan pernapasan termasuk deep breathing

exercise dapat meningkatkan kemampuan pengembangan paru dan mempengaruhi

fungsi perfusi dan difusi sehingga suplay oksigen ke jaringan adequat.

Deepbreathing exercise diajarkan pada klien yang sadar dan kooperatif untuk

memperbaiki ventilasi, meningkatkan inflasi alveolar maksimal, meningkatkan

relaksasi otot, meningkatkan mekanisme batuk efektif, mencegah atelektasis,

meningkatkan kekuatan otot pernapasan, mobilitas dada dan vertebra thorakalis

serta mengoreksi pola pernapasan yang abnormal (Smeltzer, et al, 2008).

Deep breathing exercise dapat dipraktikkan dalam beberapa posisi, karena

distribusi udara dan sirkulasi pulmonal beragam sesuai dengan posisi dada. Deep

breathing secara perlahan merupakan pernapasan paling efisien dengan inspirasi

dalam secara efektif dapat membuka pori-pori khon, menimbulkan ventilasi

Page 102: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

83

kolateral sehingga alveolar tidak kolaps dan selama ekspirasi pori-pori khon

menutup untuk membantu ventilasi paru (Smeltzer, et al, 2008).

Pada keadaan normal, absorbsi gas lebih mudah karena tekanan parsial total

gas darah lebih rendah daripada tekanan atmosfer. Gaya ekspirasi yang lebih

besar, yaitu sesudah bernafas dalam, glotis tertutup dan kemudian terbuka tiba-

tiba seperti pada proses batuk normal (Price & Wilson, 2006). Deepbreathing

exercise dapat mencegah atelektasis, meningkatkan fungsi ventilasi dan

meningkatkan oksigenasi (Westerdahl, et al, 2005).

6.5 Kelemahan Penelitian

Penelitian menyadari bahwa penelitian yang telah dilakukan masih banyak

keterbatasannya. Keterbatasan-keterbatasan penelitian tersebut antara lain:

keterbatasan waktu, biaya dan tenaga menyebabkan penelitian ini tidak dapat

dilakukan dengan maksimal.

Keterbatasan lain dalam penelitian ini adalah pengukuran dalam penelitian

ini hanya menggunakan spirometer yang masih manual, sehingga pengukuran

volume ekspiasi paksa detik pertama (VEP1) dan kapasitas vital (KV) tidak

memperoleh hasil yang maksimal.

Peneliti tidak dapat mengontrol sampel dari kegiatan sehari-harinya,

termasuk aktivitas tenaga kerja sortasi di tempat tinggalnya.

Page 103: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

84

84

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan

bahwa :

1. Breathing exercise meningkatkan nilai kapasitas vital (KV) pada tenaga

sortasi yang mengalami gangguan paru di pabrik teh PT. Candi Loka

Jamus Ngawi.

2. Breathing exercise meningkatkan nilai volume ekspirasi paksa detik

pertama (VEP1) pada tenaga sortasi yang mengalami gangguan paru di

pabrik teh PT. Candi Loka Jamus Ngawi.

3. Breathing exercise sama baik dalam meningkatkan kapasitas vital (KV)

dan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) pada tenaga sortasi

yang mengalami gangguan paru di pabrik teh PT. Candi Loka Jamus

Ngawi.

7.2 Saran

Berdasarkan simpulan penelitian, disarankan beberapa hal yang berkaitan

dengan peningkatan kapasitas vital paru pada tenaga sortasi:

1. Karena pentingnya peningkatan kapasitas vital (KV) dan volume ekspirasi

paksa detik pertama (VEP1) pada tenaga kerja sortasi, peneliti

menyarankan dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui peningkatan

Page 104: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

85

2. kapasitas vital (KV) dan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1)

pada tenaga kerja sortasi dengan jangka panjang mengingat prevalensi dan

mortalitinya akan terus meningkat pada dekade mendatang dan penurunan

fungsi paru pada tenaga kerja sortasi lebih progresif dibandingkan paru

normal pertahunnya.

3. Dapat menggunakan alat ukur (spirometer) yang lebih baik (spirometer

digital) agar hasil pengukuran lebih tepat.

4. Dilakukan penelitian lanjut dengan latihan aerobik dalam meningkatkan

kapasitas vital (KV) dan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1)

pada tenaga kerja sortasi.

Page 105: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

85

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Tjandra.2002.Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Jakarta,Universitas Indonesia Press.

Alexandra, H. 2001. Physiotherapy in Respiratory Care. United Kingdom: NelsonThornes. p. 172

Alsagaff, Hood, Abdul Mukty. 2005. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Cetakan 3.Surabaya: Airlangga University Press, hal: 15-56

Anderson, 2006.Patofisiologi Proses-Proses Penyakit . Edisi 6, Jakarta, EGC.

Anonim. 2013. http://meditasizen.com/2013/01/22/menyadari-napas. Diakses 15September 2014

Anonim. 2014. http://www.drugs.com/cg/chronic-bronchitis-discharge-care.html.Diakses 15 September 2014

Astrawinata, D.A.W., dan Elly, S. 1997. Efektivitas AntibiotikaTurunanSefalosporin Terhada Kuman Di Jaringan Apendiks.CerminDuniaKedokteran. 89(4): 11-15.

Basuki, N .2008. Fisioterapi Kardiopulmonal. Politehnik Kesehatan Surakarta

Budiono, S. 2002. Bunga Rampai Hiperkes Dan Kesehatan Kerja, Jakarta : TriTunggal Tata Fajar.

Budiono, Irwan.2007. Faktor Risiko Gangguan Fungsi Paru Pada PekerjaPengecatan Mobil. Magister Epidemiologi Universitas Diponegoro.Semarang

Campbell. 1999. Biologi Edisi Kelm Jilid 1. Erlangga, Jakarta.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran (Hubungannya denganToksikologi Senyawa Logam), Penerbit : Universitas Indonesia Press,Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan RI, No.1407/MENKES/SK/XI/2002, Pedoman Pengendalian DampakPencemaran Udara. Jakarta.

Departemen Tenaga Kerja RI. 1997. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No: SE-01/MEN/1997, tentang Nilai Ambang Batas Faktor Kimia di UdaraLingkungan Kerja. Jakarta.

Page 106: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

86

Depkes RI. 2003.Modul Penelitian Bagi Fasilitas Kesehatan Kerja, Jakarta.

Dhaise. Abu, B.A., Rabi, A.Z., Zwary. 1997.Pulmonary Manifestation inCement Workers in Jordan, Ibrid, Int Jour Occup Med Environ Health.10:417-428.

El-Batanouny, M.M., Amin, M.A., Salem, E.Y. & El-Nahas, H.E. 2009. Effect ofexercise on ventilatory function in welders. Egyptian JournalofBronchology, Volume 3. No 1, Juni 2009, diperoleh 12 Pebruari 2010darihttp://www. essbronchology.com/journal/june_2009/PDF/7-mohamed_elbatanony.pdf

Ezmir. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta.PT. Raja Grafindo Persada.

Fadjar. 1980. Pengaruh Paparan Debu Terhadap Fungsi Ventilasi ParuTenaga Kerja Plywood, Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Vol.XXXIII No. 2:37-46. Jakarta; Pusat Hiperkes dan KK.

Fardiaz, Srikandi. 1999. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta : Kanisius

Faisal, Yunus. 1997. Dampak Debu Industri pada Paru Pekerja danPengendaliannya, Cermin Dunia Kedokteran, No.115.http:\\www.city.kobe.Dampak_Pencemaran_Udara_terhadap_Kesehatan_Manusia.ww.pdf.

Guyton C Arthur. 1995.Fisiologi Manusia dan Mekanisme penyakit, AlihBahasa: Petrus Adrianto, Jakarta: EGC.

Guyton, A.C. & Hall, J.E,. 2006. Textbook of medical physiology. 11th edition.Philadelphia:WB. Saunders Company, Misissipi

Guyton, C Arthur. 1995.Fisiologi Manusia dan Mekanisme penyakit, AlihBahasa: Petrus Adrianto, Jakarta: EGC.

Hall John E dan Guyton, Arthur C. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta: EGC.

Hiperkes & KK. 2003, Bunga Rampai Higiene Perusahaan, Ergonomi,Kesehatan Kerja dan Keselamatan Kerja, Badan Penerbit UniversitasDiponegoro. Semarang.

Ignatavicius, D.D. & Workman, M.L. 2006.Medical surgical nursing ;criticalthinking for collaborative care; fifth edition, volume 2, ElsevierSaunders, Westline Industrial Drive, St. Louis, Missouri.

Page 107: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

87

Jeremy, P.T.W., Jane, W., Richard, M.L., Charles, M.W. 2007. Sistem Respirasi.(Alih Bahasa Huriawati, H), Jakarta: Erlangga.

Kasim U. 2010.Waktu Kerja Lembur Lebih dari 54 Jam Seminggu. Availablefrom: URL: http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl4293 (18 Januari2013, 13.07)

Khotimah, Siti. 2011. Latihan Endurance Meningkatkan Kualitas Hidup LebihBaik Dari Pada Latihan Pernafasan Pada Pasien PPOK Di Bp4Yogyakarta. Thesis, Universitas Udayana. Denpasar

Khumaidah. 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan GangguanFungsi Paru Pada Pekerja Mebel PT. Kota Jati Furnindo Desa SuwawalKecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara, Thesis, Universitas Diponogoro,Semarang.

Kumendong, Donald J.W.M. 2011.Hubungan Antara Lama Paparan denganKapasitas Paru Tenaga Kerja Industri Mebel di CV. Sinar Mandiri KotaBitung. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Luttmann. 2003. Preventing Musculoskeletal Disorder in The Worplace,WHOLibrary Catalogaving in Pulication Data”.

Madina, Deasy S. 2007.Nilai Kapasitas Vital Paru Dan HubungannyaDenganKarakteristik Fisik Pada Atlet Berbagai CabangOlahraga.FakultasKedokteran Universitas Padjadjaran. Bandung.

Malaka, Tan. 1996. Evaluasi Bahan Pencemar Lingkungan di Udara. JurnalRespirologi Indonesia, vol 16, pp 32-127

Maryam, R. Siti. 2008.Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :Salemba

Mengkidi, Dorce. 2006. Gangguan Fungsi Paru Dan Faktor-Faktor YangMempengaruhinya Pada Karyawan PT. Semen Tonasa Pangkep SulawesiSelatan. Diakses 14 Juni 2014 darihttp://www.eprints.undip.ac.id/15485/1/Dorce_Mengkidi.pdf.

Mulyono, Djoko; Santoso DI. 1997. Tuberkulosis Milier DenganTuberkulonaIntrakrania Dalam Cermin Dunia Kedokteran 115; 30-31.

Murray, C.J.L. Lopez, A.D. 1996. The Global Burden of Disease. Geneva : WorldHealth Organization : 1-3.

Nugraheni, FS. 2004.Analisis factor risiko kadar debu organic di udaa tehadapgangguan fungsi paru pada pekerja industri penggilingan padi di kabupatenDemak. Thesis. Magister Ilmu Kesehatan Lingkungan. ProgramPascaSajana UNDIP. Semarang.

Page 108: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

88

Nurhayati. 2013. Latihan Deep Breathing Meningkatkan Kapasitas InspirasiLebih Besar Daripada Diaphragm Breathing Pada Pengendara Motor.Fakultas Kedokteran, Udayana Bali.

Nury, N. 2008. Efek latihan otot-otot pernafasan pada penyakit paru obstruksikronis di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUPN Dr.CiptoMangunkusumo.Jakarta. diperoleh 2 Pebruari 2010 dari http://www.fkui.org.

Peace, Evelyn. 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta ; PT.Gramedia Pustaka Utama.

Price, A. S., Wilson M. L. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-ProsesPenyakit. Alih Bahasa: dr. Brahm U. Penerbit. Jakarta: EGC

Priyanto, 2010. Pengaruh Deep Breathing Exercise Terhadap Fungsi VentilasiOksigenasi ParuPada Klien Post Ventilasi Mekanik. Fakultas IlmuKeperawatan Universitas Indonesia.Depok.

Pudjiastuti, Wiwiek. 2002. Debu Sebagai Bahan Pencemar yang MembahayakanKesehatan Kerja. http://www. Depkes. Go. Id/downloads/debu. Pdf.

Putranto, A. 2007. Pajanan Debu Kayu (PM10) dan Gejala Penyakit SaluranPernafasan pada Pekerja Mebel Sektor Informal di Kota PontianakKalimantan Barat, Thesis, PS-UI.

Rizki.2010.Hubungan Antara Paparan Debu Padi Dengan Kapasitas FungsiParu Tenaga Kerja Di Penggilingan Padi Anggraini, Sragen, JawaTengah.

Roslan, Rosidi. 2000. Exposure Debu Kapas Hubungannya dengan KesehatanFungsi Paru Pekerja pada Bagian Pelaksana Produksi di PT. IndustriSandang 1Unit Patal Bekasi, Skripsi FKM-UI,Jakarta.

Siswanto, 1991. “Penyakit Paru Kerja”. Surabaya: Balai Hiperkes danKeselamatan Kerja.

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi, EGC, Jakarta.

Sudadi, Mulyono. 1990. Biologi. Surakarta: Seti Aji

Suma’mur P.K. 1994. Keselamatan dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV.Gunung Agung.

Suma’mur. 1995. Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan. CV. HajiMasagung. Jakarta.

Page 109: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

89

Suma’mur, P. K. 1996. Hygiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja, CetakanKedua. CV. Haji Mas Agung. Jakarta.

Suma’mur P.K. 2009. Higene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta:Sagung Seto.

Suryabrata, Sumadi. 2008. Metode Penelitian. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

Suyono. 2001. Workshop on Studies of Hypertension. Jakarta.

Solech. 2001. Masa KerjaDan Kesadaran Penggunaan Alat Pelindung Diri.Dikutip dari http://www.scribd.com/doc/235730530/6411411183. Agustus2014

Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hincle, J.I., Cheever, K.H. 2008. Textbook of medicalsurgical nursing; brunner & suddart. eleventh edition, LipincottWilliams &Wilkins, a Wolter Kluwer Business.

Stiller K., Montarello J., Wallace M., Daff M., Grant R., Jenkins S., Hall B. AndYates H.1994. Efficacy of breathing and cuoughing exercises intheprevention of pulmonary complications after coronary artery surgery.diperoleh 12 Pebruari 2010 dari http://chestjournal.chestpubs.org

Syaifuddin. 1997.Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat, Jakarta:Kedokteran EGC.

Tabrani, rab. 1996. Ilmu Penyakit Paru.Hipokrates. Jakarta

Tambayong Jan. 2001. Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

Utomo, Budi. 2005. Faktor-faktor Risiko Penurunan Kapasitas Paru PekerjaTambang Batu Kapur (Studi Kasus di Desa DarmakradenanKecamatanAjibarang Kabupaten Banyumas. Thesis. MagisterEpidemiologi.Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang . 66 – 96.

Wardana, Arya Wisnu. 2001. Dampak pencemaran lingkungan.Yogyakarta.Penerbit Andi.

Wahyu, Purwanto. 2014. awancara Direktur PT. Candi Loka Perkebunan TehJamus, Ngawi. April 2014

Waluyo. 2008. Sepotong Kisah Tentang Kebun Teh Jamus. Ngawi ; Candi Loka.

Wahyuningsih. 2003. Dampak Inhalasi Cat Semprot Terhadap Kesehatan Paru,Cermin Dunia Kedokteran Edisi 138.

Westerdahl, E., Linmark, B., Ericksson, T., Friberg, O., Hedenstierna, G. &Tenling, A. 2005. Deep breathing exercises reduce atelectasis andimprove

Page 110: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

90

pulmonary function after coronary artery bypass surgery. diperoleh 12Pebruari 2010 darihttp://chestjournal.chestpubs.org/content/128/5/3482.full.html.

WHO. 1995.Deteksi dini penyakit akibat kerja. Alih bahasa Joko Suyono.EGC.Jakarta. 1995 : 64 - 69.

Yunus, Faisal. 1997. Dampak Debu Industri pada Paru Pekerja danPengendaliannya, Cermin Dunia Kedokteran, No.115 Tahun 1997.http:\\www.city.kobe.Dampak_Pencemaran_Udara_terhadap_Kesehatan_Manusia.ww.pdf.

Page 111: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital
Page 112: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

PT. CANDI LOKAKEBUN TEH JAMUS

Alamat Kantor : Jamus, Ds. Girikerto Kec. Sine Kab. NgawiAlamatSurat : PO. BOX. 01 NBE Ngawi 63263 Telp.( 0351 ) 7742310

Nomor: 17/Ad/CL/VII/2014

Hal : Surat Keterangan

Ngawi, 3 Juli 2014

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ir.Purwanto Wahyu Priyono. M.Si

Jabatan : Direktur PT.Candi Loka Perkebunan Teh Jamus, Ngawi

Menerangkan :

Nama : Dika Rizki Imania

NIM : 1290361023

Program studi : Magister Fisiologi Olahraga Konsentrasi Fisioterapi Universitas Negeri

Udayana Denpasar Bali

Bahwa nama tersebut di atas telah mengadakan penelitian di Perkebunan Teh Jamus

PT.CANDI LOKA desa Girikerto, Sine, Ngawi Jawa Timur pada bulan Mei - Juni 2014.

Demikian surat keterangan ini di buat agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Direktur,

Ir. Purwanto Wahyu P, M.Si.

Page 113: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

FORMULIR PERSETUJUANLAMPIRAN 3

Nama : Dika Rizki Imania

NIM : 1290361023

Judul Penelitian : Breathing Exercise Meningkatkan KapasitasVital Paru Terhadap Tenaga

Sortasi yang Mengalami Gangguan Paru Di PT. Candi Loka Perkebunan

Teh Jamus Ngawi.

Saya adalah mahasiswi Pascasarjana Program Magister Fisiologi Olahraga Konsentrasi

Fisoterapi Universitas Udayana Denpasar Bali. Dalam rangka penulisan tesis di Universitas

Udayana, penelitian ini sebagai salah satu tugas akhir dan syarat untuk kelulusan.

Saya mengharapkan partisipasi bapak/ibu untuk menjadi responden dalam penelitian saya.

Saya menjamin kerahasiaan identitas dan informasi yang bapak/ibu yang diberikan hanya akan

digunakan untuk proses penelitian.

Partisipasi bapak/ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, bapak/ibu bebas menerima

menjadi responden atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika bapak/ibu bersedia menjadi

responden silahkan mengisi identitas bapak/ibu dan menandatangani surat persetujuan dibawah

ini:

Nama Responden : ........................................................................

Umur : .......... tahun

Jenis Kelamin : L / P

Alamat : .........................................................................

Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti tentang maksud dan tujuan penelitian, prosedur

pelaksanaan dan segala resikonya maka dengan ini saya menyatakan:

1. Memahami sepenuhnya maksud dan tujuan penelitian, prosedur penelitian dan segala

resikonya.

2. Bersedia memberikan informasi sejujur-jujurnya tentang segala hal yang berkaitan dengan

keluhan saya.

3. Bersedia mengikuti dan melaksanakan program penelitian dengan sungguh-sungguh dan

bertanggung jawab.

4. Bersedia untuk bekerjasama dan dapat sewaktu-waktu mengundurkan diri dari penelitian.

..........................,........................2014

Subyek Penelitian

...........................................................

Page 114: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

LEMBAR KUISIONER PENELITIAN

A. Identitas Responden

1. Nama : ..............................................

2. Umur : ..................... Tahun.

3. Masa bekerja : ..................... Tahun

4. Tinggi Badan : ..................... Cm

5. Berat Badan : ...................... Kg

LAMPIRAN 4

B. Berilah tanda centang (√) pada kolom jawaban pilih Ya atau Tidak disetiap pertanyaan.

No PertanyaanJawaban

Ya Tidak1 Apakah selama bekerja disini, anda

sering merasakan sesak nafas?2 Apakah sebelum bekerja di PT. Candi

Loka anda sudah mepunyai riwayatsesak nafas?

3 Apakah anda menggunakan alatpelindung diri (masker) ketika bekerja?

4 Apakah anda mempunyai riwayatpenyakit asma?

5 Apakah anda mempunyai riwayatpenyakit pau-paru?

6 Apakah anda mempunyai riwayatpenyakit jantung?

7 Apakah anda pernah periksa ataukonsultasi atas keluhan yang andarasakan?

8 Apakah anda perokok aktif?

Peneliti,Dika Rizki Imania

Page 115: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

LAMPIRAN 5

HASIL STATISTIK

A. FREQUENCIESStatistics

USIA MSKRJA RR HR JNSKLMN

N Valid

Missing

10 10 10 10 10

0 0 0 0 0

Mean 1.70 1.60 21.20 89.40 1.30

Std. Error of Mean .153 .163 .249 .521 .153

Median 2.00 2.00 21.00 89.00 1.00

Mode 2 2 21a 88 1

Std. Deviation .483 .516 .789 1.647 .483

Variance .233 .267 .622 2.711 .233

Range 1 1 2 4 1

Minimum 1 1 20 88 1

Maximum 2 2 22 92 2

Sum 17 16 212 894 13

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

USIA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 25-34

35-44

Total

3 30.0 30.0 30.0

7 70.0 70.0 100.0

10 100.0 100.0

MSKRJA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1-5

6-10

Total

4 40.0 40.0 40.0

6 60.0 60.0 100.0

10 100.0 100.0

Page 116: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

RR

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 20

21

22

Total

2 20.0 20.0 20.0

4 40.0 40.0 60.0

4 40.0 40.0 100.0

10 100.0 100.0

HR

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 88

90

92

Total

5 50.0 50.0 50.0

3 30.0 30.0 80.0

2 20.0 20.0 100.0

10 100.0 100.0

JNSKLMN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid PEREMPUAN

LAKI-LAKI

Total

7 70.0 70.0 70.0

3 30.0 30.0 100.0

10 100.0 100.0

Page 117: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

B. UJI NORMALITY

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

KVPpre 10 100.0% 0 .0% 10 100.0%

KVPpost 10 100.0% 0 .0% 10 100.0%

VEPpre 10 100.0% 0 .0% 10 100.0%

VEPpost 10 100.0% 0 .0% 10 100.0%

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

KVPpre .245 10 .090 .892 10 .177

KVPpost .222 10 .178 .906 10 .258

VEPpre .224 10 .168 .911 10 .287

VEPpost .174 10 .200* .952 10 .691

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Page 118: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

C. UJI T-TEST

1. PAIRED KVpre - KVpost

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 KVPpre

KVPpost

2360.00 10 107.497 33.993

2750.00 10 84.984 26.874

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 KVPpre & KVPpost 10 .730 .017

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)Mean Std. Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of

the Difference

Lower Upper

Pair 1 KVPpre -

KVPpost-390.000 73.786 23.333 -442.784 -337.216 -16.714 9 .000

Page 119: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

2. PAIRED VEPpre - VEPpost

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 VEPpre

VEPpost

2030.00 10 94.868 30.000

2410.00 10 119.722 37.859

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 VEPpre & VEPpost 10 .851 .002

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of

the Difference

Lower Upper

Pair 1 VEPpre -

VEPpost-380.000 63.246 20.000 -425.243 -334.757 -19.000 9 .000

Page 120: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

3. UJI INDEPENDEN SELISIH KV DAN VEP1

Group Statistics

KELOM

POK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

SELISIH KVP

VEP1

10 390.00 73.786 23.333

10 380.00 63.246 20.000

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

SELISIH Equal variances

assumed

Equal variances

not assumed

.099 .757 .325 18 .749 10.000 30.732 -54.565 74.565

.325 17.589 .749 10.000 30.732 -54.674 74.674

Page 121: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

Group Statistics

KELOMPOK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

DATAPOST KVP

VEP1

10 2750.00 84.984 26.874

10 2410.00 119.722 37.859

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

DATAPOST Equal variances

assumed

Equal variances

not assumed

.722 .407 7.323 18 .000 340.000 46.428 242.458 437.542

7.323 16.233 .000 340.000 46.428 241.692 438.308

Group Statistics

KELOMPOK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

DATAPRE KVP

VEP1

10 2360.00 107.497 33.993

10 2030.00 94.868 30.000

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

DATAPRE Equal variances

assumed

Equal variances

not assumed

.260 .616 7.279 18 .000 330.000 45.338 234.748 425.252

7.279 17.726 .000 330.000 45.338 234.642 425.358

Page 122: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital
Page 123: breathing exercise sama baiknya dalam meningkatkan kapasitas vital

DOKUMENTASI

Pemeriksaan Spirometri

Latihan Breathing Exercise

Spirometri Manual