BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka...

51
PEMERINTAH KABUPATEN BUOL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUOL NOMOR 08 TAHUN 2007 T E N T A N G PENGELOLAAN BARANG DAERAH KABUPATEN BUOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUOL Menimbang : a. bahwa Barang Daerah sebagai salah satu unsur penting dalam penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah, maka Barang Daerah perlu dikelola secara tertib agar dapat dimanfaatkan secara optimal dalam rangka mendukung penyelenggaraan Otonomi Daerah. b. bahwa dalam rangka pengamanan Barang Daerah, perlu dilakukan pemantapan administrasi pengelolaan secara profesional; c. bahwa dengan dilikuidasinya perangkat vertikal menjadi perangkat Daerah membawa konsekuensi bertambahnya Barang milik Pemerintah Daerah. d. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a,b,c di atas, perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Barang Daerah Kabupaten Buol. Mengingat : 1. Undang – Undang RI Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara RI Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 2043); 1

Transcript of BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka...

Page 1: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

PEMERINTAH KABUPATEN BUOL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUOLNOMOR 08 TAHUN 2007

T E N T A N G

PENGELOLAAN BARANG DAERAH

KABUPATEN BUOL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BUOL

Menimbang : a. bahwa Barang Daerah sebagai salah satu unsur penting dalam

penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah, maka

Barang Daerah perlu dikelola secara tertib agar dapat dimanfaatkan

secara optimal dalam rangka mendukung penyelenggaraan Otonomi

Daerah.

b. bahwa dalam rangka pengamanan Barang Daerah, perlu dilakukan

pemantapan administrasi pengelolaan secara profesional;

c. bahwa dengan dilikuidasinya perangkat vertikal menjadi perangkat

Daerah membawa konsekuensi bertambahnya Barang milik Pemerintah

Daerah.

d. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a,b,c di atas, perlu

ditetapkan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Barang Daerah

Kabupaten Buol.

Mengingat : 1. Undang – Undang RI Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara RI Tahun 1960 Nomor 104,

Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 2043);

2. Undang – Undang RI Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok

Kepegawaian (Lembaran Negara RI Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan

Lembaran Negara RI Nomor 3041) jo. Undang - Undang RI Nomor 43

Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang – Undang Nomor 8 Tahun

1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara RI Tahun

1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3041);

3. Undang – Undang RI Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara

Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme

(Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran

Negara RI Nomor 3815);

1

Page 2: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

4. Undang – Undang RI Nomor 51 Tahun 1999 tentang Pembentukan

Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali dan Kabupaten Banggai

Kepulauan (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 179, Tambahan

Lembaran Negara RI Nomor 3900);

5. Undang – Undang RI Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran

Negara RI Nomor 4286);

6. Undang – Undang RI Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan

Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan

Lembaran Negara RI Nomor 4355);

7. Undang – Undang RI Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang – undangan (Lembaran Negara RI Tahun 2004

Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4389);

8. Undang – Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lembaran Negara RI Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan

Undang - Undang RI Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah RI Pengganti Undang - Undang RI Nomor 3

Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang - Undang RI Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang - Undang

RI (Lembaran Negara RI Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan

Lembaran Negara RI Nomor 4548);

9. Undang – Undang RI Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara RI

Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara RI

Nomor 4438);

10. Peraturan Pemerintah RI Nomor 46 Tahun 1971 tentang Penjualan

Kendaraan Perorangan Dinas Milik Negara (Lembaran Negara RI

Tahun 1971 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 1967);

11. Peraturan Pemerintah RI Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara

(Lembaran Negara RI Tahun 1994 Nomor 69, Tambahan Lembaran

Negara RI Nomor 3573);

12. Peraturan Pemerintah RI Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan

Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom

(Lembaran Negara RI Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran

Negara RI Nomor 3952);

2

Page 3: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

13. Peraturan Pemerintah RI Nomor 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan

dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dalam Pelaksanaan

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara RI Tahun

2000 Nomor 203, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4023);

14. Peraturan Pemerintah RI Nomor 2 Tahun 2001 tentang Pengamanan

dan Pengalihan Barang Milik / Kekayaan Negara dari Pemerintah Pusat

kepada Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah

(Lembaran Negara RI Tahun 2001 Nomor 6, Tambahan Lembaran

Negara RI Nomor 4073);

15. Peraturan Pemerintah RI Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana

Perimbangan (Lembaran Negara RI Tahun 2005 Nomor 137,

Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4575);

16. Peraturan Pemerintah RI Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2005 Nomor 140,

Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4578);

17. Peraturan Pemerintah RI Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan

Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2006 Nomor

20, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4609);

18. Keputusan Presiden RI Nomor 40 Tahun 1974 tentang Tata Cara

Penjualan Status Rumah Negara;

19. Keputusan Presiden RI Nomor 81 Tahun 1982 tentang Perubahan Atas

Keputusan Presiden RI Nomor 134 Tahun 1974 tentang Perubahan

Penetapan Status Rumah Negeri;

20. Keputusan Presiden RI Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

21. Keputusan Presiden RI Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman

Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah (Lembaran Negara

RI Tahun 2003 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor

4330), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang Perubahan Keempat

Atas Keputusan Presiden RI Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman

Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

22. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 49 Tahun 2001 tentang

Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah;

23. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2002 tentang Nomor

Kode Lokasi dan Nomor Kode Barang Daerah

Propinsi/Kabupaten/Kota;

3

Page 4: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

24. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 153 Tahun 2004 tentang

Pedoman Pengelolaan Barang Daerah Yang Dipisahkan;

25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2006 tentang

Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintahan Daerah.

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BUOL

Dan

BUPATI BUOL

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN BARANG

DAERAH.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Buol.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur Penyelenggara

Pemerintahan Daerah.

3. Kepala Daerah adalah Bupati .

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Kabupaten Buol.

5. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah

dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan tugas pembantuan

dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang - Undang Dasar Republik Indonesia Tahun

1945.

6. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Otonom oleh Pemerintah

Daerah dan DPRD menurut azas Desentralisasi.

7. Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan

aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia;

4

Page 5: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

8. Sekretariat Daerah adalah Sekretariat Daerah Kabupaten Buol;

9. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Buol ;

10. Badan Pengawasan Daerah adalah Badan Pengawasan Daerah Kabupaten Buol.

11. Bagian Umum adalah Bagian Umum pada Sekretariat Daerah Kabupaten Buol.

12. Bagian Keuangan adalah Bagian Keuangan pada Sekretariat Daerah Kabupaten Buol.

13. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD, adalah Perangkat daerah

pada pemerintah daerah selaku pengguna Barang milik daerah.

14. Unit kerja adalah bagian SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa program.

15. Barang Milik Daerah adalah semua Barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau

berasal dari perolehan lainnya yang sah.

16. Pengelolaan Barang Daerah adalah rangkaian kegiatan dan tindakan terhadap Barang Daerah

yang meliputi perencanaan, penentuan, kebutuhan, penganggaran, standarisasi Barang dan

harga, pengadaan, penyimpanan, penyaluran, inventarisasi, pengendalian, pemeliharaan,

pengamanan, pemanfaatan, perubahan status hukum serta penatausahaannya.

17. Pengelola Barang adalah Pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab menetapkan

kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan Barang milik Daerah.

18. Pejabat yang berwenang adalah Pejabat Pemerintah dan/atau Pejabat Pemerintah Daerah yang

berwenang membina dan mengawasi penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

19. Pengguna Barang adalah Pejabat pemegang kewenangan penggunaan Barang milik Negara /

Daerah.

20. Pengurus Barang Daerah adalah Pegawai yang diserahi tugas untuk mengurus Barang Daerah

di luar kewenangan Pemegang Barang Daerah yang ada di setiap Unit Kerja/Satuan Kerja.

21. Rumah Daerah adalah rumah yang dimiliki/dikuasai oleh Pemerintah yang ditempati oleh

Pejabat tertentu atau Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Daerah yang ditetapkan.

22. Standarisasi Harga Barang adalah Pembakuan Harga Barang menurut jenis, spesifikasi serta

kualitasnya.

23. Standarisasi Barang adalah Pembakuan Barang sesuai jenis, spesifikasi dan kualitas dalam 1

(satu) periode tertentu.

24. Perencanaan adalah Kegiatan atau Tindakan untuk menghubungkan kegiatan yang telah lalu

dengan keadaan yang sedang berjalan dalam rangka sedang menyusun kebutuhan dan atau

Pemeliharaan Barang Daerah yang akan datang.

25. Penentuan Kebutuhan adalah kegiatan atau tindakan untuk merumuskan rincian kebutuhan

pada perencanaan sebagai pedoman dalam melaksanakan pemenuhan kebutuhan dan atau

pemeliharaan Barang Daerah yang dituangkan dalam anggaran.

26. Penganggaran adalah kegiatan atau tindakan untuk merumuskan penentuan kebutuhan Barang

Daerah dengan memperhatikan alokasi anggaran yang tersedia.

27. Pengadaan adalah Kegiatan untuk melakukan pemenuhan kebutuhan Barang Daerah dan atau

Pemeliharaan Barang Daerah.

5

Page 6: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

28. Penyimpanan adalah kegiatan untuk melakukan pengurusan penyelenggaraan dan pengaturan

Barang persediaan di dalam gudang atau ruang penyimpanan lainnya;

29. Penyaluran adalah kegiatan untuk menyalurkan/pengiriman Barang dari gudang atau tempat

lain yang ditunjuk ke unit kerja / satuan kerja pemakai;

30. Pemeliharaan adalah kegiatan atau tindakan yang dilakukan agar semua Barang Daerah selalu

dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna;

31. Pengamanan adalah kegiatan atau tindakan pengendalian dalam pengurusan Barang daerah

dalam bentuk fisik, administratif, pengasuransian dan tindakan upaya hukum;

32. Penghapusan adalah kegiatan atau tindakan untuk melepaskan pemilikan atau penguasaan

Barang Daerah dengan menghapus pencatatannya dari daftar inventaris Barang Daerah;

33. Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan Barang milik Negara/Daerah sebagai

tindak lanjut dari penghapusan dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan atau disertakan

sebagai modal pemerintah.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

Maksud pengelolaan Barang Daerah adalah untuk :

a. Mengamankan Barang Daerah;

b. Menyeragamkan langkah-langkah dan tindakan dalam pengelolaan Barang Daerah;

c. Memberikan jaminan/kepastian dalam pengelolaan Barang Daerah.

Pasal 3

Tujuan pengelolaan Barang Daerah adalah untuk :

a. Menunjang kelancaran pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah;

b. Terwujudnya akuntabilitas dalam pengelolaan Barang;

c. Terwujudnya pengelolaan Barang Daerah yang tertib, efektif dan efisien.

BAB III

KEDUDUKAN, WEWENANG, TUGAS DAN FUNGSI

Pasal 4

Pengelolaan Barang Daerah dilaksanakan secara terpisah dari pengelolaan Barang Pemerintah.

Pasal 5

(1). Bupati Buol mengatur pengelolaan Barang Daerah;

(2). Pencatatan Barang Daerah dilakukan sesuai Standar Akuntansi Pemerintah Daerah.

6

Page 7: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

Pasal 6

(1). Bupati Buol sebagai Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Barang Daerah berwenang dan

bertanggung jawab atas pembinaan dan pelaksanaan pengelolaan Barang Daerah.

(2). Bupati Buol selaku Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Barang Milik Daerah mempunyai

wewenang:

a. Menetapkan kebijakan pengelolaan Barang milik Daerah;

b. Menetapkan penggunaan, pemanfaatan, atau pemindahtanganan tanah dan bangunan;

c. Menetapkan kebijakan pengamanan Barang milik Daerah;

d. Mengajukan usul pemindahtanganan Barang milik Daerah yang memerlukan persetujuan

DPRD;

e. Menyetujui usul pemindahtanganan dan penghapusan Barang Milik Daerah sesuai batas

kewenangannya;

f. Menyetujui usul pemanfaatan Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan.

(3). Bupati Buol dalam rangka pelaksanaan pengelolaan Barang Daerah sesuai dengan fungsinya

dibantu oleh :

a. Sekretaris Daerah;

b. Kepala Bagian Umum;

c. Kepala Unit Kerja;

d. Pemegang Barang / Bendaharawan Barang;

e. Pengurus Barang.

(4). Sekretaris Daerah selaku Pengelola Barang milik Daerah.

(5). Sekretaris Daerah selaku Pengelola Barang milik Daerah berwenang dan bertanggung jawab:

a. Menetapkan pejabat yang mengurus dan menyimpan Barang Milik Daerah;

b. Meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan Barang milik Daerah;

c. Meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan pemeliharaan/perawatan Barang milik

Daerah;

d. Mengatur pelaksanaan pemanfaatan, penghapusan, dan pemindahtanganan Barang milik

Daerah yang telah disetujui oleh Bupati atau DPRD;

e. Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi Barang milik Daerah;

f. Melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan Barang milik Daerah.

(6). Kepala Bagian Umum sebagai Pembantu Pengelola Barang (PPB) dan Pusat Informasi

Barang Milik Daerah (PIBMD) bertanggungjawab mengkoordinir penyelenggaraan

pengelolaan Barang milik Daerah yang ada pada SKPD.

(7). Kepala SKPD sebagai pengguna Barang milik Daerah, berwenang dan bertanggung jawab

atas pengelolaan Barang milik Daerah di lingkungan SKPD masing-masing.

7

Page 8: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

(8). Pengurus Barang bertugas menerima, menyimpan, dan mengeluarkan Barang milik Daerah

dalam pemakaian.

Pasal 7

Kepala Bagian Umum sesuai tugas dan fungsinya duduk sebagai Tim Anggaran Eksekutif

Penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

BAB IV

PERENCANAAN DAN PENGADAAN

Bagian Pertama

Perencanaan, Penentuan kebutuhan dan Penganggaran

Pasal 8

(1). Kepala Bagian Umum dengan melibatkan unsur / unit kerja terkait menyusun :

a. Standar Barang;

b. Standarisasi kebutuhan/sarana dan prasarana kerja Pemerintahan Daerah;

c. Standarisasi harga.

(2). Standarisasi sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal 9

(1). Bupati menyusun Rencana Kebutuhan Barang Daerah (RKBD) dan Rencana Kebutuhan

Pemeliharaan Barang Daerah (RKPBD) yang disertai dengan kebutuhan anggaran yang

dihimpun dari Rencana Anggaran Satuan Kerja (RASK) masing-masing Unit Kerja/Satuan

Kerja sebagai bahan penyusunan Rancangan APBD.

(2). Penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Daerah (RKBD) dan Rencana Kebutuhan

Pemeliharaan Barang Daerah (RKPBD) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berpedoman

pada standar Barang standar kebutuhan/sarana dan prasarana kerja pemerintahan daerah dan

standar harga.

(3). Setelah APBD ditetapkan, Bupati menyusun Daftar Kebutuhan Barang Daerah (DKBD) dan

Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang Daerah (DKPBD).

Pasal 10

Tata cara perencanaan penentuan kebutuhan dan pengganggaran sebagaimana dimaksud Pasal 9

Peraturan Daerah ini, ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Bagian Kedua

P e n g a d a a n

Pasal 11

Pengadaan Barang milik Daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip efisien, efektif,

transparan/terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel.

8

Page 9: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

Pasal 12

(1). Pelaksanaan pengadaan Barang dan pemeliharaan Barang dilaksanakan oleh Bupati.

(2). Bupati dapat melimpahkan kewenangan pelaksanaan pengadaan dan pemeliharaan kepada

unit kerja/satuan kerja;

(3). Bupati menetapkan Panitia Pengadaan Pekerjaan Daerah (P3D) untuk melaksanakan

pengadaan Barang dan jasa, dan melaksanakan pemeliharaan Barang daerah.

(4). Bupati dapat menetapkan Panitia Pengadaan Pekerjaan Unit (P3U) untuk mengadakan

Barang daerah yang bersifat khusus.

Pasal 13

(1). Pengadaan Barang dan jasa dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang - undangan.

(2). Dalam hal pengadaan Barang yang bersifat umum dan menganut azas keseragaman,

pengadaan Barang/jasa dan pemeliharaan dilaksanakan oleh Tim P3D yang dipusatkan di

Bagian Umum.

(3). Pengaturan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan pengadaan melalui Panitia

Pengadaan Barang Daerah ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal 14

Pengadaan Barang dapat dilaksanakan dengan cara pembelian, pemborongan pekerjaan, membuat

sendiri dan swakelola.

Pasal 15

Hasil Pengadaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 Peraturan Daerah ini, yang dibiayai dari

APBD dilaporkan oleh SKPD kepada Bupati Buol melalui Kepala Bagian Umum berikut dengan

dokumen pengadaan dan dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima (BAST).

Pasal 16

(1) Setiap Tahun Anggaran, Bupati Buol membuat daftar hasil pengadaan (DHP) sebagaimana

dimaksud dalam pasal 15 Peraturan Daerah ini.

(2) Daftar hasil pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk lampiran

perhitungan APBD tahun yang bersangkutan.

Pasal 17

Bentuk dan format Berita Acara Serah Terima (BAST) Barang dan Jasa maupun Daftar Hasil

Pengadaan (DHP) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dan Pasal 16 Peraturan Daerah ini,

ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

9

Page 10: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

Pasal 18

(1). Penerimaan Barang dan Jasa dari pemenuhan kewajiban Pihak Ketiga kepada Pemerintah

Daerah berdasarkan perjanjian dan atau pelaksanaan dari suatu perizinan wajib diserahkan

kepada Bupati.

(2). Penerimaan Barang dan Jasa dari Pihak Ketiga yang merupakan sumbangan, hibah, wakaf

dan penyerahan dari masyarakat atau pemerintah diserahkan kepada Bupati.

(3). Kepala Bagian Umum mencatat, memantau, dan aktif melakukan penagihan kewajiban Pihak

Ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini.

(4). Penyerahan dari Pihak Ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dituangkan

dalam Berita Acara Serah Terima (BAST) dan disertai dengan dokumen

kepemilikan/penguasaan yang sah.

(5). Hasil penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) pasal ini, dicatat dalam

daftar inventaris.

(6). Tata cara pelaksanaan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat(4) dan

ayat (5) pasal ini, ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB V

PENYIMPANAN DAN PENYALURAN

Pasal 19

(1). Semua hasil pengadaan Barang Daerah yang bergerak diterima oleh Pengurus Barang Milik

Daerah, atau Pejabat/Pegawai yang ditunjuk oleh Kepala SKPD;

(2). Pengurus Barang milik daerah atau pejabat/pegawai yang ditunjuk melakukan tugas

pencatatan Barang milik daerah berkewajiban untuk melaksanakan administrasi

perbendaharaan Barang milik daerah;

(3). Kepala SKPD selaku atasan langsung pengurus Barang milik daerah, bertanggung jawab atas

terlaksananya tertib administrasi perbendaharaan Barang milik daerah sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) pasal ini.

(4). Penerimaan Barang Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, selanjutnya

disimpan dalam gudang / tempat penyimpanan lain.

(5). Tata cara penerimaan dan penyimpanan Barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) pasal ini, ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan

Bupati.

Pasal 20

(1). Penerimaan Barang yang tidak bergerak dilakukan oleh Kepala SKPD atau Pejabat yang

ditunjuk, dan selanjutnya dilaporkan kepada Bupati melalui Kepala Bagian Umum.

(2). Penerimaan Barang Daerah sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, dilakukan setelah

diperiksa oleh Panitia Pemeriksa Barang Daerah (PPBD).

10

Page 11: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

(3). Penerimaan Barang sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini, dilakukan setelah diperiksa

instansi teknis yang berwenang, dengan membuat Berita Acara Pemeriksaan.

(4). Dalam hal tertentu, Bupati dapat menetapkan Pembentukan Panitia Barang Unit atas usul

Kepala Bagian Umum.

(5). Panitia sebagaimana dimaksud ayat (4) pasal ini, ditetapkan dengan Keputusan Bupati

Pasal 21

(1). Panitia Pemeriksa Barang Daerah dan Panitia Pemeriksa Barang Unit Kerja / Satuan Kerja

sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 bertugas memeriksa, menguji, meneliti dan

menyaksikan Barang yang diserahkan sesuai dengan persyaratan yang tertera pada Surat

Perintah Kerja (SPK) dan/atau Kontrak dan dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP).

(2). Berita Acara sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini dipergunakan sebagai salah satu syarat

tagihan kepada Bagian Keuangan.

Pasal 22

(1). Pengeluaran/penyaluran Barang Daerah oleh Bendaharawan Barang dilaksanakan atas dasar

Surat Perintah Pengeluaran Barang (SPPB) dan untuk Barang-Barang inventaris disertai

dengan berita acara serah terima dari Kepala Unit Kerja / Satuan kerja yang ditunjuk oleh

Bupati.

(2). Setiap Tahun Anggaran Kepala Unit / Satuan Kerja wajib melaporkan stock atau sisa Barang

kepada Bupati melalui Kepala Bagian Umum.

BAB VI

P E N G G U N A A N

Pasal 23

(1) Status penggunaan Barang milik daerah ditetapkan oleh Bupati.

(2) Penetapan status penggunaan Barang milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

pasal ini, dengan tata cara sebagai berikut:

a. Pengguna Barang melaporkan Barang milik Daerah yang diterimanya kepada Pengelola

Barang disertai dengan usul penggunaan;

b. Pengelola Barang meneliti laporan tersebut dan mengajukan usul penggunaan dimaksud

kepada Bupati untuk ditetapkan status penggunaannya.

c. Khusus Barang Negara / Daerah berupa kendaraan roda 4 (empat) dan roda 2 (dua) yang

telah ditetapkan penggunaan pada SKPD bila terjadi mutasi pegawai / pejabat ke SKPD

lain, pension, meninggal dunia, maka PNS / Ahli waris wajib menyerahkan kendaraan

roda 4 (empat) dan roda 2 (dua) kepada PNS / pejabat pengganti paling lambat 3 (tiga)

hari setelah mutasi, pension atau meninggal dunia.

11

Page 12: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

Pasal 24

Barang milik Daerah dapat ditetapkan untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD,

untuk dioperasikan oleh pihak lain dalam rangka menjalankan pelayanan umum sesuai tugas

pokok dan fungsi SKPD yang bersangkutan.

Pasal 25

(1). Penetapan status penggunaan tanah dan / bangunan dilakukan dengan ketentuan bahwa tanah

dan / atau bangunan tersebut untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi

pengguna barang dan / atau kuasa pengguna barang.

(2). Pengguna barang dan / atau kuasa pengguna barang wajib menyerahkan tanah dan / atau

bangunan yang tidak digunakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, kepada

Bupati melalui Pengelola.

BAB VII

P E N A T A U S A H A A N

Bagian Pertama

P e m b u k u a n

Pasal 26

(1) Pengguna Barang harus melakukan pendaftaran dan pencatatan Barang Milik Daerah

ke dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP)/Daftar Barang Pengguna (DBP) menurut

penggolongan dan kodefikasi Barang.

(2) Pengelola Barang harus melakukan pendaftaran dan pencatatan Barang Milik Daerah berupa

tanah dan/atau bangunan dalam Daftar Barang Milik Daerah (DBMD) menurut

penggolongan dan kodefikasi Barang sesuai ketentuan yang berlaku.

Bagian Kedua

I n v e n t a r i s a s i

Pasal 27

(1) Pemerintah Daerah wajib melakukan inventarisasi terhadap seluruh Barang milik maupun

yang dikuasai baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak

(2) Inventarisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, meliputi pencatatan, penilaian,

pendokumentasian dan penggunaan Barang Daerah.

(3) Kepala SKPD bertanggung jawab untuk menginventarisasi seluruh Barang inventaris yang

ada di lingkungan tanggung jawabnya

(4) Daftar Rekapitulasi Inventaris sebagaimana dimaksud ayat (3) pasal ini, disampaikan kepada

Pengelola melalui Bagian Umum secara periodik.

Pasal 28

12

Page 13: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

(1) Kegiatan inventarisasi sebagaimana dimaksud Pasal 27 Peraturan Daerah ini, dilaksanakan

oleh Bagian Umum.

(2) Bagian Umum sebagai Pusat Inventarisasi Barang Daerah bertanggung jawab untuk

menghimpun hasil inventarisasi Barang Daerah.

Pasal 29

(1) Pemerintah Daerah wajib melaksanakan Sensus Barang Daerah sekali dalam 5 (lima)

tahun untuk mendapatkan Buku Inventaris dan Buku Induk Inventaris beserta

Rekapitulasinya.

(2) Bagian Umum sebagai pusat inventarisasi Barang Daerah bertanggung jawab atas

pelaksanaan sensus Barang.

(3) Pelaksanaan Sensus Barang Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini,

dilakukan dengan cara swakelola dan atau penyedia Barang/jasa.

(4) Kepala Unit/Satuan Kerja selaku pengguna Barang Daerah wajib mendukung

pelaksanaan sensus Barang Daerah.

(5) Pelaksanaan sensus Barang Daerah ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 30

(1) Kepala Bagian Umum bertanggung jawab untuk menyusun dan menghimpun seluruh laporan

mutasi Barang secara periodik dan daftar mutasi Barang setiap tahun dari semua unit

kerja/satuan kerja Pemerintah Daerah sesuai dengan kepemilikannya

(2) Kepala Bagian Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, membuat Rekapitulasi

Barang Daerah.

BAB VIII

P E M E L I H A R A A N

Pasal 31

(1) Pengguna Barang bertanggung jawab atas pemeliharaan Barang milik Daerah yang berada

di bawah penguasaannya.

(2) Kepala Bagian Umum wajib melakukan koordinasi atas pemeliharaan Barang Daerah

yang dilakukan oleh SKPD.

Pasal 32

(1) Pelaksanaan pemeliharaan Barang milik Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31

Peraturan Daerah ini, dilakukan oleh Kepala SKPD berdasarkan DASK SKPD.

(2) Pelaksanaan pemeliharaan Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini,

berpedoman pada Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang Daerah (DKPBD).

13

Page 14: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

Pasal 33

(1) Kepala Unit SKPD bertanggung jawab untuk membuat daftar hasil pemeliharaan

Barang dalam lingkungan wewenangnya dan wajib melaporkan/menyampaikan daftar hasil

pemeliharaan Barang tersebut kepada Pengelola melalui Kepala Bagian Umum setiap

semester.

(2) Kepala Bagian Umum meneliti laporan dan menyusun daftar hasil pemeliharaan Barang

yang dilakukan dalam 1 (satu) Tahun Anggaran sebagai lampiran perhitungan anggaran

tahun yang bersangkutan.

Pasal 34

(1) Barang bersejarah baik berupa bangunan dan atau Barang lainnya yang merupakan

peninggalan budaya yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah maupun Pemerintah atau

masyarakat wajib dipelihara oleh Pemerintah Daerah.

(2) Pemeliharaan Barang bersejarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, ditetapkan

dengan Keputusan Bupati.

(3) Biaya pemeliharaan Barang bersejarah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini,

dapat bersumber dari APBD atau sumber lain yang sah.

Pasal 35

Tata cara pelaksanaan pemeliharaan Barang Daerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB IX

P E N G H A P U S A N

Pasal 36

(1) Penghapusan Barang Milik Daerah meliputi:

a. Penghapusan dari Daftar Barang Pengguna / kuasa Pengguna.

b. Penghapusan dari Daftar Barang Milik Daerah.

(2) Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dilakukan dalam hal Barang

Milik Daerah sudah tidak berada dalam penguasaan Pengguna Barang.

(3) Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dilakukan dalam hal Barang

Milik Daerah sudah beralih kepemilikannya, terjadi pemusnahan atau karena sebab-sebab

lain.

Pasal 37

(1) Penghapusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf a, ditetapkan dengan

Surat Keputusan Penghapusan dari pengguna Barang setelah mendapat persetujuan Bupati

atas usul pengelola Barang.

14

Page 15: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

(2) Pelaksanaan atas penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, selanjutnya

dilaporkan kepada Pengelola Barang.

(3) Penghapusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf b, ditetapkan dengan

Surat Keputusan Penghapusan dari pengelola Barang setelah mendapat persetujuan Bupati

atas usul pengelola Barang.

Pasal 38

(1) Penghapusan Barang Milik Daerah dengan tindak lanjut pemusnahan dilakukan apabila

Barang Milik Daerah dimaksud tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan, dan tidak

dapat dipindahtangankan, atau alasan lain sesuai ketentuan perundang - undangan.

(2) Pemusnahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, dilaksanakan oleh Pengguna

Barang dengan surat keputusan dari Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan Bupati.

(3) Pelaksanaan pemusnahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini, dituangkan

dalam Berita Acara dan dilaporkan kepada Pengelola Barang.

BAB X

PEMINDAHTANGANAN

Pasal 39

(1). Setiap Barang Daerah yang sudah rusak dan tidak dapat dipergunakan lagi/ hilang/mati, tidak

sesuai dengan perkembangan teknologi, berlebih, membahayakan keselamatan, keamanan

dan lingkungan, terkena planologi kota dan tidak efisien lagi dapat dihapus dari daftar

inventaris.

(2). Setiap penghapusan Barang Daerah sebagaimana dimaksud ayat (1), dilaksanakan dengan

ketentuan sebagai berikut :

a. Pemindahtanganan tanah dan atau bangunan ditetapkan dengan Keputusan Bupati

setelah mendapat persetujuan DPRD.

b. Pemindahtanganan tanah dan atau bangunan yang sudah tidak sesuai dengan tata ruang

wilayah/penataan kota, peruntukan bagi pegawai negeri dan peruntukan bagi kepentingan

umum ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

c. Pemindahtanganan Barang milik Daerah selain tanah dan atau bangunan yang bernilai

lebih dari Rp. 5.000.000.000,- (Lima Milyar Rupiah) ditetapkan dengan Keputusan

Bupati setelah mendapat persetujuan DPRD.

d. Pemindahtanganan Barang milik Daerah selain tanah dan atau bangunan yang bernilai

sampai dengan Rp. 5.000.000.000,- (Lima Milyar Rupiah) dilakukan setelah mendapat

persetujuan Bupati.

(3). Barang Daerah yang dihapuskan sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) Pasal ini,

dilaksanakan melalui :

a. penjualan/pelelangan;

15

Page 16: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

b. ruilslag / tukar menukar;

c. hibah;

(4). Hasil pelelangan / penjualan harus disetorkan sepenuhnya kepada Kas Daerah.

(5). Tata cara penghapusan Barang Daerah sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini ditetapkan

dengan Peraturan Bupati.

Bagian Pertama

Penjualan Kendaraan Dinas

Pasal 40

Kendaraan Dinas yang dapat dijual terdiri dari Kendaraan Perorangan Dinas dan Kendaraan

Operasional Dinas.

Pasal 41

(1). Kendaraan perorangan dinas yang digunakan oleh pejabat Negara yang berumur 5 (lima)

tahun atau lebih dapat dijual 1 (satu) buah kepada pejabat yang bersangkutan setelah masa

jabatannya berakhir sesuai ketentuan perundang - undangan yang berlaku.

(2). Kesempatan untuk membeli kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, hanya

1 (satu) kali, kecuali tenggang waktu 10 (sepuluh) tahun.

(3). Penjualan Kendaraan Perorangan Dinas sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, tidak

boleh mengganggu kelancaran pelaksanaan tugas dinas di Daerah.

Pasal 42

(1). Kendaraan operasional Dinas yang berumur 5 (lima) tahun atau lebih dapat dijual kepada

yang bersangkutan.

(2). Pegawai pemegang kendaraan atau yang akan memasuki pensiun mendapat prioritas untuk

membeli kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini.

(3). Kesempatan untuk membeli kendaraan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, hanya 1

(satu) kali kecuali memiliki tenggang waktu 10 (sepuluh) tahun.

Pasal 43

(1). Kendaraan Operasional Dinas yang digunakan anggota DPRD dapat dijual kepada yang

bersangkutan yang mempunyai masa bakti 5 (lima) tahun dan umur kendaraan 5 (lima) tahun

atau lebih.

(2). Kesempatan untuk membeli kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, hanya

1 (satu) kali kecuali tenggang waktu 10 (sepuluh) tahun.

Pasal 44

16

Page 17: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

(1). Pelaksanaan penjualan kendaraan perorangan dinas kepada pejabat Negara Daerah

sebagaimana dimaksud Pasal 37 dan pelelangan kendaraan operasional dinas sebagaimana

dimaksud Pasal 38 dan Pasal 39 Peraturan Daerah ini, ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

(2). Hasil penjualan harus disetor sepenuhnya ke Kas Daerah;

(3). Penghapusan dari Daftar Inventaris ditetapkan dengan Keputusan Bupati setelah harga

penjualan/sewa-beli Kendaraan dimaksud dilunasi.

(4). Pelunasan harga penjualan kendaraan perorangan dinas dilaksanakan selambat-lambatnya

5 (lima) tahun.

(5). Pelunasan harga penjualan/pelelangan kendaraan dinas operasional dilaksanakan sekaligus.

Pasal 45

(1). Kendaraan Perorangan Dinas dan Kendaraan Dinas Operasional sebagaimana dimaksud

Pasal 40 Peraturan Daerah ini, belum dilunasi, Kendaraan tersebut masih tetap milik

Pemerintah Daerah dan tidak boleh dipindahtangankan;

(2). Selama Kendaraan tersebut belum dilunasi dan masih dipergunakan untuk kepentingan dinas,

biaya perbaikan dan pemeliharaan ditanggung oleh Pembeli.

(3). Bagi mereka yang tidak dapat memenuhi kewajibannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

pasal ini, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dapat dicabut haknya untuk membeli

kendaraan dimaksud dan selanjutnya kendaraan tersebut tetap milik Pemerintah Daerah.

Bagian Kedua

Penjualan Rumah Dinas

Pasal 46

Bupati menetapkan penggunaan rumah-rumah milik Daerah dengan memperhatikan Peraturan

Perundang-undangan yang berlaku tentang perubahan / penetapan status rumah-rumah negeri

sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 47

Penjualan rumah milik Daerah memperhatikan penggolongan rumah dinas sesuai Peraturan

Perundang-undangan dan pelaksanaannya ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 48

(1). Rumah Daerah yang dapat dijual-belikan adalah :

a. Rumah Daerah Golongan II yang telah diubah golongannya menjadi Rumah Daerah

Golongan III;

b. Rumah Daerah Golongan III yang telah berumur 10 ( sepuluh) tahun atau lebih dapat

dijual/disewa-belikan kepada Pegawai

17

Page 18: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

(2). Pegawai yang dapat membeli adalah pegawai sebagaimana dimaksud dalam Peraturan

Pemerintah RI nomor 40 Tahun 1994, sudah mempunyai masa kerja 10 (sepuluh) tahun atau

lebih dan belum pernah membeli atau memperoleh rumah dengan cara apapun dari

Pemerintah Daerah atau Pemerintah Pusat.

(3). Pegawai yang dapat membeli rumah adalah penghuni pemegang Surat Ijin Penghunian (SIP)

yang dikeluarkan oleh Bupati.

(4). Rumah dimaksud tidak dalam sengketa.

(5). Rumah Daerah yang dibangun di atas tanah yang tidak dikuasai oleh Pemerintah Daerah,

maka untuk perolehan Hak Atas Tanah tersebut harus diproses tersendiri sesuai dengan

ketentuan peraturan perindang-undangan yang berlaku.

Pasal 49

(1). Harga Rumah Daerah golongan III beserta atau tidak beserta tanahnya ditetapkan oleh Bupati

berdasarkan harga taksiran dan penilaian yang dilakukan oleh Panitia yang dibentuk dengan

Keputusan Bupati .

(2). Pelaksanaan penjualan/sewa beli Rumah Daerah golongan III ditetapkan dengan Keputusan

Bupati.

Pasal 50

(1). Pelunasan harga penjualan rumah dilaksanakan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) tahun.

(2). Hasil penjualan Rumah Daerah golongan III milik Daerah disetorkan sepenuhnya ke Kas

Daerah.

(3). Pelepasan hak atas tanah dan penghapusan dari Daftar Inventaris ditetapkan dengan

Keputusan Bupati setelah harga penjualan/sewa beli atas tanah dan atau bangunannya

dilunasi.

(4). Tata cara penjualan Rumah Dinas golongan III sebagaimana dimaksud dalam pasal 47

Peraturan Daerah ini, diatur dengan Peraturan Bupati.

Bagian Ketiga

Pelepasan Hak Atas Tanah dan atau Bangunan

Pasal 51

(1). Setiap tindakan hukum yang bertujuan untuk pengalihan atau penyerahan hak atas tanah dan

atau bangunan yang dikuasai oleh Daerah, baik yang telah ada sertifikatnya maupun belum,

dapat diproses dengan pertimbangan menguntungkan Pemerintah Daerah bersangkutan

dengan cara :

a. Pelepasan dengan pembayaran ganti rugi (dijual).

b. Pelepasan dengan tukar menukar /ruislag/ tukar guling.

18

Page 19: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

(2). Pelepasan hak atas tanah sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, ditetapkan dengan

Keputusan Bupati setelah mendapat persetujuan DPRD.

(3). Perhitungan perkiraan nilai tanah harus menguntungkan Pemerintah Daerah dengan

memperhatikan nilai obyek pajak dan harga pasaran umum setempat;

(4). Nilai ganti rugi atas tanah dan atau bangunan ditetapkan oleh Bupati berdasarkan

nilai/taksiran yang dilakukan oleh Panitia Penaksir yang dibentuk dengan Keputusan Bupati;

(5). Ketentuan dalam pasal ini tidak berlaku bagi pelepasan hak atas tanah yang telah ada

bangunan Rumah golongan III di atasnya.

(6). Tata cara pelepasan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, ditetapkan dengan

Peraturan Bupati.

Pasal 52

(1). Barang Daerah yang dijadikan sebagai Penyertaan Modal Daerah yang diserahkan kepada

Badan Usaha Milik Daerah dan atau kepada Pihak Ketiga ditetapkan dengan Keputusan

Bupati setelah mendapat persetujuan DPRD.

(2). Barang daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, sebelum dialihkan wajib

dinilai oleh Tim Penilai Internal dan atau dapat dilakukan oleh Lembaga Independen yang

bersertifikat di bidang penilaian aset.

(3). bersertifikat di bidang penilaian aset sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini,

ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

(4). Ketentuan mengenai penilaian dan penunjukan Tim Penilai Internal dan atau Lembaga

Independen

Pasal 53

Barang Daerah yang digunakan untuk melayani kepentingan umum dilarang digadaikan, dibebani

hak tanggungan dan / atau dipindahtangankan.

BAB XI

P E M A N F A A T A N

Bagian Pertama

Pinjam Pakai

Pasal 54

(1). Barang milik Pemerintah Daerah yang belum dimanfaatkan dapat dipinjam-pakaikan;

(2). Pinjam pakai hanya dapat diberikan kepada Instansi Pemerintah atau untuk sosial

keagamaan;

(3). Pinjam pakai tidak merubah status hukum kepemilikan Barang Daerah;

(4). Pelaksanaan pinjam pakai sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, diatur dengan Peraturan

Bupati.

Bagian Kedua

Penyewaan dan Retribusi

19

Page 20: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

Pasal 55

(1). Barang milik/dikuasai Pemerintah Daerah, baik Barang bergerak maupun tidak bergerak

yang belum dimanfaatkan oleh Pemerintah Daerah dapat disewakan kepada Pihak Ketiga

sepanjang menguntungkan Daerah.

(2). Barang milik/dikuasai Pemerintah Daerah yang disewakan tidak merubah status hukum.

(3). Penyewaan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, ditetapkan dengan Keputusan Bupati

dan tembusannya disampaikan kepada DPRD.

(4). Barang Milik/dikuasai Pemerintah Daerah, baik bergerak maupun tidak bergerak dapat

dipungut Retribusi atas pemanfaatan Barang tersebut.

(5). Pemungutan Retribusi sebagaimana dimaksud ayat (4) pasal ini, ditetapkan dengan

Peraturan Daerah.

(6). Hasil penerimaan sewa dan Retribusi disetor ke kas daerah.

Bagian Ketiga

Penggunausahaan

Pasal 56

(1). Barang Daerah yang belum dimanfaatkan dapat digunausahakan dalam bentuk kerja sama

(BGS, BSG dan KSO) dengan pihak ketiga;

(2). Barang Daerah yang digunausahakan paling lama 30 (tiga puluh) tahun, dan apabila

penggunausahaan lebih dari 30 (tiga puluh) tahun harus mendapat persetujuan DPRD.

(3). Penetapan Mitra Bangun Guna Serah (BGS) dan Bangun Serah Guna (BSG) dilaksanakan

melalui tender dengan mengikutsertakan sekurang-kurangnya 5 (lima) peminat / peserta;

(4). Barang milik Daerah yang digunausahakan tidak merubah status hukum;

(5). Tata cara pelaksanaan penggunausahaan ditetapkan dengan Keputusan Bupati;

(6). Perjanjian Kerja Sama dengan Pihak Ketiga dalam bentuk BTO, BOT dan KSO ditetapkan

dengan Keputusan Bupati dan tembusannya disampaikan kepada DPRD;

(7). Barang Daerah sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, dibuat Daftar inventaris tersendiri.

Pasal 57

(1). Hasil penerimaan dari penggunausahaan Barang Daerah (kontribusi) disetor ke kas daerah.

(2). Barang Daerah yang digunausahakan dicatat tersendiri dalam Daftar Inventaris dan

dilaksanakan oleh Bagian Umum.

BAB XII

P E N G A M A N A N

Pasal 58

(1). Pemerintah Daerah wajib mengamankan seluruh Barang milik/dikuasai Daerah baik Barang

bergerak maupun tidak bergerak.

(2). Pengamanan Barang Daerah dapat dilakukan secara fisik, administratif dan tindakan hukum.

20

Page 21: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

(3). Pengamanan administratif dilakukan dengan melengkapi sertifikat dan kelengkapan bukti

kepemilikan.

(4). Pengamanan fisik dilakukan dengan pemagaran dan pemasangan tanda kepemilikan Barang.

(5). Pengamanan tindakan hukum dilakukan dengan upaya hukum.

Pasal 59

(1) Barang Milik Daerah berupa tanah harus disertifikatkan atas nama Pemerintah Daerah

Kabupaten Buol.

(2) Barang Milik Daerah berupa bangunan harus dilengkapi dengan bukti kepemilikan atas

nama Pemerintah Daerah Kabupaten Buol.

(3) Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan harus dilengkapi dengan bukti

kepemilikan atas nama Pemerintah Daerah Kabupaten Buol.

Pasal 60

Untuk mengamankan Barang milik / dikuasai Daerah dapat diasuransikan sesuai dengan

kemampuan keuangan Daerah.

Pasal 61

(1) Bukti kepemilikan Barang Milik Daerah wajib disimpan dengan tertib dan aman.

(2) Penyimpan bukti kepemilikan dilakukan oleh Pengelola.

Pasal 62

Pihak manapun dilarang melakukan penyitaan terhadap :

a. Barang milik Daerah baik yang berada pada Instansi Pemerintah maupun Pihak Ketiga.

b. Barang milik Pihak Ketiga yang dikuasai oleh Daerah yang diperlukan untuk penyelenggaraan

tugas pemerintahan.

Pasal 63

Bidang-bidang tanah milik Daerah yang sudah diterbitkan sertifikat secara sah dan secara nyata

dikuasai, maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah tidak dapat lagi menuntut

pelaksanaan hak-hak yang ada apabila dalam kurun waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkan

sertifikat, tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada Pemerintah Daerah sebagai

pemegang sertifikat atau Badan Pertanahan Nasional / Kantor Pertanahan yang menerbitkan

sertifikat ataupun tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai penguasaan tanah atau

penerbitan sertifikat tersebut.

BAB XIII

P E N I L A I A N

Pasal 64

21

Page 22: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

Penilaian Barang Milik Daerah dilakukan dalam rangka penyusunan Neraca Daerah, pemanfaatan,

dan pemindahtanganan Barang milik Daerah.

Pasal 65

Penetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan

berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

Pasal 66

(1) Penilaian Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan dalam rangka

pemanfaatan atau pemindahtanganan dilakukan oleh tim yang ditetapkan oleh Bupati, dan

dapat melibatkan penilai independent yang ditetapkan oleh Bupati.

(2) Penilaian Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini,

dilaksanakan untuk mendapatkan nilai wajar, dengan estimasi terendah menggunakan NJOP.

(3) Hasil penilaian Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini,

ditetapkan oleh Bupati.

BAB XIV

PENGELOLAAN BARANG DAERAH YANG DIPISAHKAN

Pasal 67

(1). Direksi Perusahaan Daerah (PD) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sebagai

Penyelenggara Pembantu Pemegang Kuasa Barang Daerah berwenang dan bertanggung

jawab atas pengelolaan Barang Daerah dalam lingkungannya sebagai Barang Daerah yang

telah dipisahkan.

(2). Direksi bertanggung jawab untuk menyusun dan menghimpun mutasi Barang secara periodik

dan daftar mutasi Barang setiap tahun anggaran Perusahaan Daerah (PD) atau Badan Usaha

Milik Daerah (BUMD).

(3). Laporan mutasi Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini, selain Barang usaha

atau Barang dagangan disampaikan kepada Bupati melalui Bagian Umum sebagai Pengelola

Barang Daerah setiap Tahun Anggaran.

(4). Sensus Barang Daerah dilaksanakan oleh Direksi Perusahaan Daerah (PD) dan dilaporkan

kepada Bupati setiap 5 (lima) tahun sekali.

Pasal 68

Tata cara pengelolaan Barang Daerah yang dipisahkan ditetapkan dengan Peraturan Bupati sesuai

dengan peraturan Perundang-Undang yang berlaku.

BAB XV

PEMBINAAN, PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN

22

Page 23: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

Pasal 69

(1). Pembinaan terhadap tertib pelaksanaan pengelolaan Barang Daerah dilakukan sesuai dengan

peraturan Perundang – undangan yang berlaku;

(2). Pengendalian terhadap tertib pelaksanaan pengelolaan Barang Daerah dilakukan oleh Bupati

dalam hal ini dilaksanakan oleh Kepala Bagian Umum, Kepala Unit Kerja / Satuan Kerja

sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang – undangan yang berlaku;

(3). Pengawasan terhadap pengelolaan Barang Daerah dilakukan oleh Bupati.

(4). Pengawasan fungsional dilakukan oleh aparat pengawas fungsional sesuai dengan ketentuan

peraturan Perundang - undangan yang berlaku.

BAB XVI

P E M B I A Y A A N

Pasal 70

(1). Dalam pelaksanaan tertib pengelolaan Barang Daerah, disediakan biaya operasional yang

dibebankan pada APBD;

(2). Pengelolaan Barang Daerah yang mengakibatkan pendapatan dan penerimaan Daerah

diberikan biaya upah pungut/uang perangsang/insentif kepada aparat pengelola Barang yang

besarnya ditetapkan dengan Keputusan Bupati ;

(3). Bendaharawan Barang, pengurus Barang dan kepala Gudang dalam melaksanakan tugas

dengan memperhatikan kemampuan keuangan Daerah diberikan tunjangan insentif yang

besarnya ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

BAB XVII

TUNTUTAN PERBENDAHARAAN DAN TUNTUTAN

GANTI RUGI BARANG

Pasal 71

(1). Bendaharawan Barang yang lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam

Peraturan Daerah ini dan mengakibatkan kekurangan perbendaharaan dikenakan tuntutan

perbendaharaan;

(2). Dalam hal terdapat kekurangan perbendaharaan pada seorang Bendaharawan Barang atau

Bendaharawan Barang lalai membuat perhitungan, yang telah diberikan teguran 3 (tiga) kali

berturut-turut dalam 1 (satu) bulan dikenakan Tuntutan Perbendaharaan Biasa;

(3). Dalam hal Bendaharawan Barang meninggal, melarikan diri atau berada dibawah

pengampunan, lalai membuat perhitungan, yang telah diberikan teguran 3 (tiga) kali berturut-

turut dalam 1 (satu) bulan belum menyampaikan perhitungan dikenakan Tuntutan

Pengamanan Barang Daerah;

(4). Ketentutan mengenai tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi ditetapkan dengan

Keputusan Bupati.

23

Page 24: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

BAB XVIII

SENGKETA BARANG DAERAH

Pasal 72

(1). Penyelesaian terhadap Barang Daerah yang bersengketa, dilakukan terlebih dahulu dengan

cara musyawarah atau mufakat oleh Unit Kerja/Satuan Kerja atau Pejabat yang ditunjuk.

(2). Apabila penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, tidak tercapai dapat

dilakukan melalui upaya hukum baik secara pidana maupun secara perdata.

(3). Penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini, dilakukan oleh Bagian Hukum

dan atau Lembaga Hukum yang ditunjuk.

(4). Biaya yang timbul dalam penyelesaian sengketa dialokasikan dalam APBD.

(5). Tata cara penyelesaian Barang Daerah yang bersengketa sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) pasal ini, ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

BAB XIX

SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 73

(1). Pihak Ketiga atau masyarakat yang tidak melaksanakan kewajibannya dan atau melanggar

ketentuan dalam Peraturan Daerah ini dikenakan sanksi berupa sanksi administrasi, atau

denda atau ganti rugi;

(2). Pihak Ketiga atau masyarakat yang tidak melaksanakan kewajibannya dikenakan sanksi ganti

rugi dan pembatalan perjanjian;

(3). Pihak Ketiga atau masyarakat yang tidak melaksanakan kewajibannya dimaksud dikenakan

sanksi pembatalan perjanjian atau pembatalan perjanjian;

(4). Pihak Ketiga atau masyarakat yang tidak melaksanakan kewajibannya dikenakan sanksi

pembatalan persetujuan;

(5). Pihak Ketiga atau masyarakat yang tidak melaksanakan kewajibannya dikenakan sanksi

pembatalan persetujuan penyertaan modal;

BAB XVIII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 74

(1). Pelanggaran kewajiban yang telah dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud pasal 73

Peraturan Daerah ini, dikenakan tambahan sanksi Pidana kurungan selama 6 (enam) bulan

atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 5.000.000,- (lima Juta Rupiah);

(2). Selain ketentuan Pidana atau denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, dapat

dikenakan biaya paksa penegakan hukum sebagian atau seluruhnya;

(3). Pelaksanaan pengenaan biaya paksa sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini, ditetapkan

dengan Keputusan Bupati.

24

Page 25: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

BAB XIX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 72

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka peraturan-peraturan yang mengatur pengelolaan

Barang Daerah yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 73

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya

ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 74

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah

ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Buol

Disahkan di Buolpada tanggal 14 Mei 2007

BUPATI BUOL

H. A. KARIM HANGGI

Diundangkan di Buolpada tanggal 14 Mei 2007

Plt. SEKRETARIS KABUPATEN BUOL

H. JUSUF P. LASMAN

25

Page 26: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUOLTAHUN 2007 NOMOR 08

26

Page 27: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

P E N J E L A S A N

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUOL

NOMOR 09 TAHUN 2007

T E N T A N G

PENGELOLAAN BARANG DAERAH KABUPATEN BUOL

I. UMUM

Dalam kenyataannya urusan dan tanggung jawab roda Pemerintahan Kabupaten

Buol setiap tahunnya terus meningkat baik dalam penyelenggaraan pemerintahan,

pembangunan dan kemasyarakatan, terlebih lagi dengan diberlakukannya Undang – Undang

RI Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah RI Nomor

6 tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah, diperlukan kebijaksanaan

dan langka yang terkoordinasi serta terpadu mengenai pengelolaan Barang Daerah

Pemerintah Kabupaten Buol.

Pemerintah Kabupaten Buol banyak memiliki dan menggunakan barang yang

diperoleh dari berbagai sumber. Barang – barang tersebut, baik yang dipakai oleh aparat

maupun untuk pelayanan publik serta kesejahteraan masyarakat.

Barang Daerah merupakan kekayaan atau aset daerah yang harus dikelola dengan

baik agar dapat memberikan arti dan manfaat sebanyak-banyaknya dan tidak hanya sebagai

kekayaan Daerah yang besar tetapi juga harus dikelola secara efisien dan efektif agar tidak

menimbulkan pemborosan serta harus dipertanggungjawabkan.

Ketentuan Pengelolaan Barang Pemerintah Kabupaten Buol berpedoman pada

Peraturan Pemerintah RI Nomor 6 tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara /

Daerah dan Keputusan Menteri Nomor 152 tahun 2004 tentang Pengelolaan Barang Daerah.

Untuk lebih memberi kejelasan, maka Peraturan Daerah Kabupaten Buol ini diperlukan

sebagai landasan Hukum Pemerintah Daerah dalam mengelolah Barang Daerah dan

partisipasi masyarakat dalam pembangunan serta membantu mengamankan aset Daerah.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 angka 1 : Cukup Jelas

angka 2 : Cukup Jelas

angka 3 : Cukup Jelas

27

Page 28: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

angka 4 : Cukup Jelas

angka 5 : Cukup Jelas

angka 6 : Cukup Jelas

angka 7 : Cukup Jelas

angka 8 : Cukup Jelas

angka 9 : Cukup Jelas

angka 10 : Cukup Jelas

angka 11 : Cukup Jelas

angka 12 : Cukup Jelas

angka 13 : Cukup Jelas

angka 14 : Cukup Jelas

angka 15 : Cukup Jelas

angka 16 : Cukup Jelas

angka 17 : Cukup Jelas

angka 18 : Cukup Jelas

angka 19 : Cukup Jelas

angka 20 : Cukup Jelas

angka 21 : Rumah Daerah adalah milik Daerah yang terdiri dari rumah Daerah Golongan I yaitu yang disediakan untuk ditempati oleh Pemegang Jabatan tertentu yang berhubungan dengan staf Dinas dan jabatannya (Rumah Jabatan) ; Rumah Daerah golongan II yaitu yang tidak boleh dipindahtangankan dari suatu Dinas ke Dinas yang lain dan hanya disediakan untuk ditempati oleh pegawai dari Dinas yang bersangkutan (Rumah Instansi) dan Rumah Daerah yang disediakan untuk ditempati oleh pegawai negeri, dan tidak termasuk Rumah Daerah golongan I dan golongan II. Rumah Daerah golongan III dapat dijual / disewa -belikan kepada pegawai.

angka 22 : Cukup Jelas

angka 23 : Cukup Jelas

angka 24 : Perencanaan yang dimaksud adalah keterkaitan dengan penyusunan kebutuhan Barang Daerah dan / atau pemeliharaan Barang Daerah yang diwujudkan dalam bentuk Rencana Kebutuhan Barang Daerah (RKBD) dan rencana kebutuhan pemeliharaan Barang Daerah.

angka 25 : Cukup Jelas

28

Page 29: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

angka 26 : Cukup Jelas

angka 27 : Cukup Jelas

angka 28 : Cukup Jelas

angka 29 : Cukup Jelas

angka 30 : Cukup Jelas

angka 31 : Cukup Jelas

angka 32 : Cukup Jelas

Pasal 2 : Cukup Jelas

Pasal 3 huruf a : Cukup Jelas

huruf b : Akuntabilitas berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat bagi kelancaran tugas umum pemerintah dan pelayanan masyarakat sesuai dengan prinsip – prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam pengelolaan Barang Daerah.

huruf c : Cukup Jelas

Pasal 4 : Barang Pemerintah yang dimaksud adalah Barang Pemerintah Pusat yang dikenal dengan Barang Negara adalah Barang yang dimiliki dan dikuasai oleh Instansi Pusat, dibeli atas beban APBN dan perolehan lain yang sah. Wewenang dan pengaturannya dilaksanakan oleh Gubernur.

Pasal 5 : Cukup Jelas

Pasal 6 ayat (1) : Bupati sebagai Pemegang kekuasaan Barang Daerah adalah Pejabat tertinggi Pemerintah Daerah yang mempunyai kewenangan untuk mengambil tindakan yang mengakibatkan adanya penerimaan dan pengeluaran Barang Daerah dan sebagai pemegang kekuasaan Pemegang kekuasaan tunggal yang berwenang menguji, mengendalikan dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan pengelolaan Barang Daerah.

ayat (2) : Cukup Jelas

ayat (3) : Bupati dalam pelaksanaannya dapat dibantu oleh Sekretaris Daerah sebagai pengelola dalam rangka pembinaan pengelolaan Barang Daerah, bertugas dan bertanggung jawab atas terselenggaranya koordinasi dan sinkronisasi antar pengguna.

ayat (4) : Cukup Jelas

ayat (5) : Cukup Jelas

ayat (6) : Cukup Jelas

ayat (7) : Cukup Jelas

29

Page 30: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

ayat (8) : Pengurus Barang bertugas mengurus Barang persediaan dan Barang dalam pemakaian di lingkungan unit kerja / Satuan Kerja.

Pasal 7 : Cukup Jelas

Pasal 8 : Cukup Jelas

Pasal 9 ayat (1) : Cukup Jelas

ayat (2) : Standarisasi Barang Daerah adalah pembakuan menurut jenis dan spesifikasi serta kualitasnya. Standarisasi kebutuhan Barang Daerah adalah Pembakuan jenis , spesifikasi dan kualitas Barang Daerah menurut strata Pegawai Organisasi. Standar harga adalah patokan harga satuan barang sesuai jenis, spesifikasi dan kualitas barang dalam 1 (satu) periode tertentu.

ayat (3) : Cukup Jelas

Pasal 10 : Cukup Jelas

Pasal 11 : Cukup Jelas

Pasal 12 : Cukup Jelas

Pasal 13 : Cukup Jelas

Pasal 14 : Cukup Jelas

Pasal 15 : Cukup Jelas

Pasal 16 : Cukup Jelas

Pasal 17 : Cukup Jelas

Pasal 18 ayat (1) : Penerimaan kewajiban dalam bentuk Barang dari pihak ketiga kepada Pemerintah Daerah berdasarkan perijinan diantaranya bentuk Surat Ijin Penunjukan Penggunaan Tanah (SIPPT) ditindaklanjuti dengan penuangan dalam kesepakatan penyelesaian kewajiban (perjanjian), hal ini wajib diserahkan kepada Bupati.Penerimaan kewajiban dalam bentuk barang dari pihak ketiga kepada Pemerintah Daerah berdasarkan perjanjian kerjasama misalnya dalam bentuk Bangun Guna Serah (BGS), Kerjasama Operasi (KSO).

ayat (2) : Cukup Jelas

ayat (3) : Cukup Jelas

ayat (4) : Cukup Jelas

ayat (5) : Cukup Jelas

ayat (6) : Cukup Jelas

30

Page 31: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

Pasal 19 : Cukup Jelas

Pasal 20 : Cukup Jelas

Pasal 21 : Cukup Jelas

Pasal 22 : Cukup Jelas

Pasal 23 : Cukup Jelas

Pasal 24 : Cukup Jelas

Pasal 25 : Cukup Jelas

Pasal 26 ayat (1) : Daftar Mutasi Barang adalah daftar barang yang berkurang dan atau bertambah dan dilaporkan setiap semester atau 6 (enam) bulan yaitu mutasi yang terjadi sejak tanggal 1 januari sampai dengan 31 Desember tahun berjalan dilaporkan pada bulan januari tahun berikutnya. Jika tidak dapat mutasi atau nihil tetap diwajibkan menyampaikan laporan.

ayat (2) : Cukup Jelas

Pasal 27 : Cukup Jelas

Pasal 28 : Cukup Jelas

Pasal 29 ayat (1) : Buku Inventaris adalah berisi catatan data Barang Inventaris yang ada dan dilaksanakan oleh unit kerja / Satuan Kerja, sedangkan buku induk Inventaris adalah himpunan buku inventaris unit kerja/Satuan Kerja yang disusun oleh Bagian Umum dan berlaku untuk masa 5 (lima) tahun.Daftar rekapitulasi yaitu daftar inventaris yang disusun oleh Sekretaris Daerah selaku Pengelola Barang Daerah dengan mempergunakan bahan berasal dari data buku induk inventaris.

ayat (2) : Cukup Jelas

ayat (3) : Cukup Jelas

ayat (4) : Cukup Jelas

ayat (5) : Cukup Jelas

Pasal 30 : Cukup Jelas

Pasal 31 : Cukup Jelas

Pasal 32 : Cukup Jelas

Pasal 33 : Cukup Jelas

Pasal 34 ayat (1) : Barang bersejarah yang telah ditetapkan dengan Keputusan Bupati sebagai milik Daerah, wajib dipelihara oleh Pemerintah Daerah, sedangkan Barang bersejarah yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat atau masyarakat dapat dipelihara seluruhnya atau bagian oleh Pemerintah Daerah atau Pemerintah Daerah memfasilitasi partisipasi masyarakat untuk memelihara barang bersejarah.

31

Page 32: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

ayat (2) : Cukup Jelas ayat (3) : Yang dimaksud dengan sumber lainnya yang sah adalah bantuan

dari Pemerintah Pusat, kompensasi atau partisipasi / bantuan lainnya yang tidak mengikat.

Pasal 35 : Cukup Jelas

Pasal 36 ayat (1) : Yang dimaksud dapat dihapus dari daftar inventaris adalah penghapusan (bukan berarti dalam depresiasi) yang sesuai dengan kaidah / standar akuntansi barang yang berlaku.

ayat (2) : Cukup Jelas ayat (3) : Cukup Jelas

Pasal 37 : Cukup Jelas

Pasal 38 : Cukup Jelas

Pasal 39 ayat (1) : Yang dimaksud berlebih adalah barang-barang yang tidak dibutuhkan lagi untuk kepentingan unit kerja / Satuan Kerja.

ayat (2) : Cukup Jelas ayat (3) : Hibah kepada pihak lain dilakukan dengan Keputusan Bupati

dengan memperlihatkan kepentingan sosial, keagamaan, kemanusiaan dan dalam mendukung penyelenggaraan Pemerintahann dengan syarat – syarat : bukan merupakan barang penting Daerah, bukan barang yang merupakan barang yang menguasai hajat hidup orang banyak, tidak dibutuhkan oleh Pemerintah Daerah dan tidak mengganggu tugas-tugas pelayanan umum Pemerintah.

ayat (4) : Cukup Jelas

ayat (5) : Cukup Jelas

Pasal 40 : Cukup Jelas

Pasal 41 : Cukup Jelas

Pasal 42 : Cukup Jelas

Pasal 43 : Cukup Jelas

Pasal 44 ayat (1) : Cukup Jelas

ayat (2) : Cukup Jelas

ayat (3) : Cukup Jelas

ayat (4) : Jangka waktu pelunasan 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal ditetapkannya Keputusan Bupati.

32

Page 33: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

ayat (5) : Cukup Jelas

Pasal 45 : Cukup Jelas

Pasal 46 : Cukup Jelas

Pasal 47 : Cukup Jelas

Pasal 48 : Cukup Jelas

Pasal 49 : Cukup Jelas

Pasal 50 : Cukup Jelas

Pasal 51 ayat (1) : Menguntungkan Pemerintah Daerah apabila penggantian aset dalam bentuk uang nilai lebih besar dari harga penaksiran, dan jika dalam bentuk barang harus merupakan fasilitas yang dibutuhkan oleh Pemerintah Daerah dan masyarakat.

ayat (2) : Cukup Jelas

ayat (3) : Cukup Jelas

ayat (4) : Cukup Jelas

ayat (5) : Cukup Jelas

ayat (6) : Cukup Jelas

Pasal 52 : Cukup Jelas

Pasal 53 : Cukup Jelas

Pasal 54 ayat (1) : Pinjam pakai adalah penyerahan penggunaan Barang Daerah kepada instansi Pemerintah yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati atau Yayasan / Lembaga Sosial, Agama dan Kemanusiaan untuk jangka waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir Barang Daerah tersebut dikembalikan kepada Pemerintah Daerah.

ayat (2) : Cukup Jelas

ayat (3) : Cukup Jelas

ayat (4) : Cukup Jelas

Pasal 55 ayat (1) : Penyewaan adalah penyerahan hak pengelolaan Barang Daerah kepada pihak ketiga untuk jangka waktu tertentu dalam hubungan sewa menyewa dengan menerima uang pembayaran uang sewa baik sekaligus atau secara berkala.

ayat (2) : Cukup Jelas

ayat (3) : Cukup Jelas

ayat (4) : Cukup Jelas

ayat (5) : Cukup Jelas

33

Page 34: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

ayat (6) : Cukup JelasPasal 56 ayat (1) : Penggunausahaan adalah pedagang pendayagunaan Barang

Daerah oleh pihak ketiga dalam bentuk Bangun Guna Serah (BGS), Bangun Serah Guna (BSG), dan Kerjasama Operasi (KSO)

ayat (2) : Cukup Jelas

ayat (3) : Cukup Jelas

ayat (4) : Cukup Jelas

ayat (5) : Cukup Jelas

ayat (6) : Cukup Jelas

ayat (7) : Cukup Jelas

Pasal 57 : Cukup Jelas

Pasal 58 ayat (1) : Cukup Jelas

ayat (2) : Cukup Jelas

ayat (3) : Cukup Jelas

ayat (4) : Cukup Jelas

ayat (5) : Upaya Hukum adalah upaya hukum dari Pemerintah Daerah terhadap pengamanan Barang Daerah yang dilakukan dengan langkah-langkah yustisi, seperti aktifitas menghadapi kline atau gugatan atau peyerobotan, penghunian liar atau tindakan melawan hukum lainnya terhadap kepemilikan / penguasaan Barang Daerah oleh pihka lain.

Pasal 59 : Cukup Jelas

Pasal 60 : Pengasuransian Barang Daerah disesuaikan dengan keperluan dan kemampuan keuangan Daerah.Barang Daerah yang diasuransikan adalah Barang milik Pemerintah Daerah yang mempunyai resiko tinggi terhadap kemungkinan kerugian dan yang pemanfaatannya diharapkan akan berlangsung lama.

Pasal 61 : Cukup Jelas

Pasal 62 : Cukup Jelas

Pasal 63 : Cukup Jelas

Pasal 64 : Penilaian adalah proses pekerjaan seseorang penilai dalam memberikan estimasi dan pendapat atas nilai ekonomis pada saat tertentu terhadap Barang Daerah sesuai standar penilaian yang ditetapkan oleh Lembaga yang berkompeten.

Pasal 65 : Cukup Jelas

34

Page 35: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

Pasal 66 ayat (1) : Penilaian independent adalah Lembaga Independent Eksternal profesional yang berkualifikasi, bersertifikat serta memiliki tenaga ahli dibidang penilaian aset yang dikeluarkan oleh Lembaga yang berkompeten, seperti Departemen Keuangan, Masyarakat Profesi Penilaian Indonesia (MAPPI), Gabungan Perusahaan Penilai Indonesia (GAPPI).Penilai Internal adalah Pegawai Pemerintah Daerah yang ditetapkan sebagai Tim Penilai berkualifikasi yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati.

ayat (2) : Cukup Jelas

ayat (3) : Cukup Jelas

Pasal 67 ayat (1) : Cukup Jelas

ayat (2) : Mutasi Penambahan dan Mutasi Pengurangan Barang dilakukan 6 (enam) bulan sekali setiap tahun dan di himpun oleh Perusahaan Daerah dan BUMD.

ayat (3) : Laporan Mutasi Barang Kepada Bupati melalui pengelola setiap akhir tahun anggaran hanya terhadap aktiva tetap.

ayat (4) : Cukup Jelas

Pasal 68 : Pengelolaan Barang Daerah yang dipisahkan berpedoman pada Kepmendagri Nomor 153 tahun 2004 tentang pedoman Pengelolaan Barang Daerah yang dipisahkan.

Pasal 69 ayat (1) : Cukup Jelas

ayat (2) : Cukup Jelas

ayat (3) : Cukup Jelas

ayat (4) : Kepala Unit Kerja / Satuan Kerja melakukan pengawasan terhadap bawahan yang mengelola Barang Daerah dan kepanitian yang mendukung pengelolaan Barang Daerah sesuai mekanisme dan prosedur yang berlaku.

Pasal 70 : Cukup Jelas

Pasal 71 : Cukup Jelas

Pasal 72 ayat (1) : Cukup Jelas

ayat (2) : Cukup Jelas

ayat (3) : Penyelesaian Sengketa Aset antara masyarakat dan Pemerintah Daerah sesuai tugas dan fungsi dilakukan oleh Bagian Hukum dengan memberikan Bantuan Hukum terhadap Pengamanan Barang Daerah, sedangkan Penunjukan kepada Lembaga Hukum Profesional didasarkan kepada pertimbangan efisiensi, efektifitas, dan sesuai dengan kebutuhannya yang dilakukan melalui Surat Kuasa Bupati.

ayat (4) : Cukup Jelas

ayat (5) : Cukup Jelas

35

Page 36: BPK Perwakilan Provinsi SULAWESI TENGAH · Web viewPenetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan Neraca Daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan

Pasal 73 : Cukup Jelas

Pasal 74 : Cukup Jelas

36