Bounding the Distance between a Loop Subdivision Surface ...
bounding A.
Click here to load reader
Transcript of bounding A.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bounding attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih
sayang dengan keterikatan batin antara orang tua dan bayi, menurut
(Subroto dalam Cit Lestari, 2002). Menurut (Perry, 2002) bounding
adalah proses pembentukan attachment atau membangun ikatan,
sedangkan attachment adalah suatu ikatan khusus yang
dikarakteristikkan dengan kualitas-kualitas yang terbentuk dalam
hubungan orang tua dan bayi. Bounding masa sensitif pada menit
pertama dan beberapa jam setelah kelahiran dimana kontak ibu dan
ayah ini akan menentukan tumbuh kembang anak menjadi optimal
( Ella, 2010).
Hal ini menjelaskan suatu perasaan menyayangi atau loyalitas
yang mengikat individu dengan individu lain. Hal ini bersifat unik,
spesifik, dan bertahan lama. Klaus & Kennel dalam bobak 2004
proses kasih sayang dijelaskan sebagai suatu yang linier, dimulai saat
ibu hamil, semakin menguat pada awal periode pasca partum, dan
begitu terbentuk akan menjadi konstan dan konsisten. Hal ini sangat
penting bagi kesehatan fisik dan mental sepanjang rentang kehidupan
(Parkes, Stevenson-Hinde, dalam bobak, 2004).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bounding attachment ?
2. Bagaiman tahap-tahap dalam bounding attachment ?
3. Bagaiman elemen-elemen bounding attachment ?
4. Apa prinsip-prinsip bounding attachment ?
5. Apa saja keuntungan, kekurangan, dan hambatan pada
bounding attachment ?
2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari bounding attachment.
2. Untuk mengetahui tahapan dalambounding attachment.
3. Untuk mengetahui elemen-elemen bounding attachment.
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip bounding attachment.
5. Untuk mengetahui keuntungan, kekurangan, dan hambatan dalam
bounding attachment.
3
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Bounding Attachment
Bounding attachment, dapat dimulai pada saat persalinan
memasuki kala IV, dengan cara diadakan kontak antara ibu-ayah-anak
yang berada dalam ikatan kasih sayang. Menurut Brazelton(1978).
Bounding merupakan Suatu keterkaitan mutual pertama antara individu,
misalnya antara orang tua dan anak pada saat pertama bertemu.
Attachment adalah suatu perasaan menyayangi atau loyalitas yang
mengikat individu dengan individu lain.
Menurut nelson & may (1996), bounding adalah dimulainya
interaksi emosi sensorik fisik antara orang tua dan bayi segera setelah
lahir, Attachment merupakan ikatan antara individu meliputi pencurahan
perhatian serta adanya hubungan emosi dan fisik yang akrab. Menurut
klause & kennel(1992), bounding attachment bersifat unik, spesifik, dan
bertahan lama. Ikatan orang tua terhadap anakanya dapat terus berlanjut
bahkan selamanya walau dipisahkan oleh jarak dan waktu dan tanda-
tanda keberadaan secara fisik tidak terlihat.
Menurut Saxton and Pelikan (1996), bounding adalah suatu
langkah untuk mengungkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu
kepada bayinya segera setelah lahir, attachment adalah interaksi antara
ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu. Menurut Maternal
Neonatal Health,bounding attachmentadalah kontak dini secara langsung
antara ibu dan bayi setelah persalinan, dimulai pada saat persalinan kala
III sampai dengan postpartum.
Beberapa pemikiran dasar dari keterkaitan ini antara lain :
a. Keterkaitan atau ikatan batin ini tidak di mulai saat kelahiran. Tetapi
si ibu telah memelihara bayinya selama kehamilan, baik si ibu maupun si
4
ayah telah berangan-angan tentang bayi mereka kelak. Hal ini bisa
menjadi perasaan positif, negatif, netral.
b. Kelahiran merupakan sebuah momen didalam kontinum keterkaitan
ibu dengan bayinya ketika si bayi keluar dari dalam tubuhnya.
c. Hubungan antara ibu dan bayi adalah suatu simbiosis yang saling
membutuhkan rasa cinta menimbulkan ikatan batin/keterkaitan. Untuk
memperkuat ikatan ibu dengan bayi (marshall Kalus) menyarankan ibu
agar menciptakan waktu berduaan bersama bayi untuk saling mengenal
lebih dalam dan menikmati kebersamaan yang disebut babymoon.
Ada tiga bagian dasar periode dimana keterkaitan antara ibu dan bayi
berkembang :
a. Periode Prenatal
Merupakan periode selama kehamilan, dalam masa prenatal ini ketika
wanita menerima fakta kehamilan dan mendefinisikan dirinya sebagai
seorang ibu, mengecek kehamilan, mengidentifikasi bayinya sebagai
individu yang berpisah dari dirinya, bermimpi dan berfantasi tentang
bayinya serta membuat persiapan untuk bayi. Para penelliti telah
memperlihatkan bahwa melodi yang menenangkan dengan ritme yang
tetap, seperti musik klasik atau blues membantu menenangkan
kebanyakan bayi, sedang sebagian besar dari mereka menjadi gelisah dan
menendang-nendang jika yang dimainkan adalah musik rock, ini berarti
bahwa para ibu dapat berkomunikasi dengan calon bayinya, jadi proses
pembentukan ikatan batin yang begitu penting dapat dimulai sejak
kehamilan.
5
b. Waktu kelahiran dan sesaat setelahnya
Keterkaitan pada waktu kelahiran ini dapat dimulai dengan ibu
menyentuh kepala bayinya pada bagian introitus sesaat sebelum
kelahiran, bahkan ketika si bayi ditempatkan di atas perut ibu sesaat
setelah kelahiran. Perilaku keterikatan ini seperti penyentuhan si ibu pada
bayinya ini dimulai dengan jari-jari tangan (ekstrimitas). Bayi lalu
meningkat pada saat melingkari dada bayi dengan kedua tangannya dan
berakhir ketika dia melindungi keseluruhan tubuh bayi dalam rengkuhan
lengannya. Perilaku lain dalam periode ini, meliputi kontak mata dan
menghabiskan waktu dalam posisi en face (tatap muka), berbicara
dengan bayi, membandingkan si bayi dengan bayi yang telah
diimpikannya selama kehamilan (jenis kelamin) dan menggunakan nama
pada si bayi. Keterkaitan ini menyebabkan respon yang menciptakan
interaksi dua arah yang menguatkan antara ibu dan bayinya hal ini di
fasilitasi karena bayi dalam fase waspada selama satu jam pertama
setelah kelahiran, ini membuat bayi reseptif terhadap rangsangan.
c. Postpartum dan pengasuhan awal
Suatu hubungan berkembang seiring berjalannya waktu dan bergantung
pada partisipasi kedua pihak yang terlibat. Ibu mulai berperan mengasuh
bayinya dengan kasih sayang, kemampuan untuk mengasuh agar
menghasilkan bayi yang sehat hal ini dapat menciptakan perasaan puas,
rasa percaya diri, dan perasaan berkompeten dan sukses terhadap diri ibu.
Ada ayah yang cepat mendapatkan ikatan kuat dengan bayinya, ada pula
yang membutuhkan waktu agak lama. Ada beberapa faktor yang ikut
mempengaruhi terciptanya bounding, salah satunya keterlibatan ayah saat
bayi dalam kandungan. Semakin terlibat ayah, semakin mudah ikatan
terbentuk.
Perkembangan bayi normal sangat tergantung dari respon kasih sayang
antara ibu dan bayi yang dilahirkan yang bersatu dalam hubungan
6
psikologis dan fisiologis. Ikatan ibu dan anak dimulai sejak anak belum
dilahirkan dengan suatu perencanaan dan konfirmasi kehamilan, serta
menerima janin yang tumbuh sebagai individu. Sesudah lahir sampai
minggu-minggu berikutnya, kontak visual dan fisik bayi memicu
berbagai penghargaan satu sama lain.
2.2 Tahap-tahap bounding attachment
Menurut Klaus, Kenell (1982), bagian penting dari ikatan ialah
1. Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata,
menyentuh, berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal
bayinya.
2. Bounding (keterikatan)
3. Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan
individu lain.
2.3 Elemen – elemen bounding attachment
1. Sentuhan - sentuhan atau indera peraba – dipakai secara ekstensif oleh
orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi
baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya.
2. Kontak mata – Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional
mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan
lebih banyak waktu untuk saling memandang. Beberapa ibu
mengatakan dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih dekat
dengan bayinya (Klaus, Kennell, 1982).
3. Suara – Saling mendengar dan merespon suara antara orang tua dan
bayinya juga penting. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya
dengan tegang.
7
4. Aroma – Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik
(Porter, Cernoch, Perry, 1983). Sedangkan bayi belajar dengan cepat
untuk membedakan aroma susu ibunya (Stainto, 1985).
5. Entrainment – Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur
pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyangkan tangan,
mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki, seperti sedang
berdansa mengikuti nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat
anak mulai berbicara. Irama ini berfungsi memberi umpan balik positif
kepada orang tua dan menegakkan suatu pola komunikasi efektif yang
positif.
6. Bioritme – Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan
senada dengan ritme alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu tugas bayi
baru lahir ialah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat
membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan
dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang
responsif. Hal ini dapat meningkatkan interaksi sosial dan kesempatan
bayi untuk belajar.
7. Rawat Gabung – Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan agar antara ibu dan bayi terjalin proses lekat akibat sentuhan
badan antara ibu dan bayinya.
8. Inisiasi dini – Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan di atas
ibu. Ia akan merangkak dan mencari puting susu ibunya. Dengan
demikiian, bayi dapat melakukan reflek suckling dengan segera.
9. Pemberian ASI eksklusif – Dengan dilakukannya pemeberian ASI
secara eksklusif segera setelah lahir, secara langsung bayi akan
mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu merasa
bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.
8
10. Kontak dini – Saat ini , tidak ada bukti-bukti alamiah yang
menunjukkan bahwa kontak dini setelah lahir merupakan hal yang
penting untuk hubungan orang tua–anak.
Namun menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa keuntungan
fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini :
1. Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat.
2. Reflek menghisap dilakukan dini.
3. Pembentukkan kekebalan aktif dimulai.
4. Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak (body warmth
(kehangatan tubuh); waktu pemberian kasih sayang; stimulasi
hormonal).
Berhasil atau tidaknya proses bounding attachment ini sangat dipengaruhi
oleh kondisi-kondisi sebagai berikut :
a. Kesehatan emosional orang tua
b. Tingkat kemampuan, komunikasi, dan keterampilan untuk merawat
anak
c. Dukungan sosial seperti keluarga, teman, dan pasangan
d. Pendekatan orang tua ke anak
e. Kesesuaian antara orang tua dan anak (keadaan anak, jenis kelamin)
2.4 Prinsip-Prinsip Bounding Attachment
Menurut Klaus dan Kennel (Reeder, 2002), terdapat psrinsip-prinsip
yang penting dalam bounding attachment, antara lain:
a. Tampak pada periode sensitif pada jam-jam atau menit-menit pertama
setelah lahir sehingga perlu bagi orang tua kontak dengan bayi mereka
agar perkembangan selanjutnya menjadi optimal.
b. Tampak respon-respon positif terhadap ibu dan ayah ketika bayi
diberikan pertama kali.
9
c. Pada saat bounding attachment dibangun, orang tua menjadi terikat
hanya berfokus pada bayinya.
d. Pada saat terjadi kecocokan, perlu untuk bayi merespon pada ibu dan
ayah dengan beberapa tanda seperti pergerakkan tubuh dan mata.
e. Individu yang menyaksikan langsung proses kelahiran menjadi terikat
kuat pada bayi.
f. Kejadian-kejadian awal pada bayi mungkin mempunyai pengaruh
panjang, misalnya ada gangguan sementara pada hari-hari pertama
menyebabkan cemas berlebihan, perhatian yang lama atau tidak, yang
mempunyai nimplikasi dan perkembangan selanjutnya.
2.5 Keuntungan, Kekurangan dan Hambatan
Adapun keuntungan, kekurangan serta hambatan dari bounding
attachment (dep.kes, 2002), yaitu:
1) Keuntungan bounding attachment
a. Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai,
menumbuhkan sikap sosial.
b. Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi.
2) Kekurangan bounding attachment
Apabila bounding attachment tidak terbina dengan baik, akan
menumbuhkan rasa tidak ada saling percaya antara ibu dan bayi.
3) Hambatan bounding attachment
a. Kurangnya support system
b. Ibu dengan risiko (ibu sakit)
c. Bayi dengan risiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan cacat
fisik)
d. Kehadiran bayi yang tidak diinginkan
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tahap-Tahap Bounding Attachment menurut Klaus, Kennel
adalah: Perkenalan (acquaintance), Bounding (keterikatan) dan
Attachment.
Cara untuk melakukan Bounding Attachment meliputi sentuhan,
kontak mata, suara, aroma, entrainment dan bioritme. Berhasil atau
tidaknya proses bounding attachment ini sangat dipengaruhi oleh
kondisi-kondisi sebagai berikut :
a. Kesehatan emosional orang tua
b. Tingkat kemampuan, komunikasi, dan keterampilan untuk
merawat anak
c. Dukungan sosial seperti keluarga, teman, dan pasangan
d. Pendekatan orang tua ke anak
e. Kesesuaian antara orang tua dan anak (keadaan anak, jenis
kelamin)
3.2 Saran
Saya berharap semoga penyusunan makalah tentang bounding
attachment ini dapat memberi ilmu dan pengetahuan dalam
pentingnya keterikatan batin antara anak dengan orang tuanya.agar
terjalinnya ikatan yang kuat antar keduanya dandapat membuat
perkembangan baik untuk anaknya.