Booklet kajian ukn
-
Upload
dipro-ismafarsi -
Category
Documents
-
view
220 -
download
2
description
Transcript of Booklet kajian ukn
Hasil kajian diambil dari kajian yangdilakukan oleh HPEQ Student
UJI KOMPETENSINASIONAL
Booklet Kajian III
Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh IndonesiaMempersembahkan
Pendidikan adalah kunci untuk mengembangkan dan mengubah metode serta kualitas
pelayanan kesehatan
Dalam kemampuannya di bidang lembaga pendidikan dan kesehatan profesional,
mahasiswa dianggap sebagai agen transformasi sosial yang berkelanjutan
Mahasiswa adalah agen perubahan dan mereka akan memiliki nilai yang besar dalam
berbagai perspektif, sehingga untuk memfasilitasi keterlibatan mahasiswa harus didorong
melalui suatu sesi mahasiswa dalam setiap proses akreditasi
(Majumdar et al).
(Lancet commission).
(Robert F. Woollard).
ari ketiga penjelasan tersebut diatas, sudah dapat disimpulkan
bahwa mahasiswa kesehatan memiliki peran yang sangat penting di Ddalam kualitas pelayanan kesehatan yaitu melalui sumbahsih peran
mahasiswa dalam setiap penyelenggaraan kegiatan dibidang lembaga
pendidikan dan kesehatan profesional. Selain itu, Mahasiswa sebagai konsumen
pendidikan berarti mahasiswa harus dilibatkan dalam setiap proses akreditasi.
Mahasiswa sebagai konsumen pendidikan, artinya mahasiswalah yang
paling tahu baik-buruknya suatu sistem pendidikan yang diselenggarakan di
dalam suatu institusi. Adapun, baik-buruknya suatu sistem pendidikan itulah yang
nantinya dirasakan oleh mahasiswa itu sendiri. Kualitas apoteker sangat
bergantung pada pendidikan sarjana farmasi. Pertanyaannya sekarang, apakah
calon apoteker saat ini dapat menjawab segala permasalahan dibidang
kefarmasian? Dan apakah calon apoteker sudah bisa menjawab tuntutan dunia
kesehatan yang lama-kelamaan semakin menjadi suatu permasalahan yang
kompleks?
Idealnya, kurikulum suatu sistem pendidikan bisa bersifat fleksibel sesuai
dengan perkembangan dan tuntutan yang diharapkan. Namun pertayaannya
apakah kurikulum yang sekarang berada di tengah mahasiswa sudah dapat
menjawab tuntutan yang diharapkan? Dan apakah kurikulum tersebut bisa
mempersiapkan mahasiswa untuk terjun ditengah masyarakat sebagai seorang
profesi kesehatan?
Booklet
UKN2
Salam Mahasiswa Farmasi
Indonesia!
Segala pertanyaan tersebut memang membingungkan
dan tidak bisa dijawab begitu saja dengan mudahnya,
mengingat Indonesia adalah Negara yang sangat luas dan
perkembangan sistem pendidikannya yang tidak merata.
Untuk itulah perlu diadakan suatu survey untuk mengetahui
kondisi kekinian pendidikan kefarmasian. Karena dengan
survey itulah kita bisa mengerti tuntutan seperti apakah
diperlukan oleh mahasiswa farmasi untuk mempersiapkan diri
sebagai salah satu profesi kesehatan. Selain itu survey ini juga
bisa menjadi langkah awal untuk mengetahui pengetahuan,
sikap, dan pandangan mahasiswa farmasi di Indonesia terhadap
permasalahan di bidang sistem pendidikan farmasi Indonesia.
Bagaimana dengan peran mahasiswa dalam sistem
pendidikan? Sesuai dengan UU RI No 20 th 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 6 bahwa “Setiap warga Negara
be r t anggung j awab t e rhadap kebe r l ang sungan
penyelenggaraan pendidikan”, serta UU RI No 20 th 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 8 bahwa
“Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi”, maka dapat
disimpulkan mahasiswa sebagai komponen masyarakat
wajib dan berhak ikut serta dalam proses perumusan
kebijakan sistem pendidikan. Peran Mahasiswa dalam sistem
pendidikan dapat berupa banyak hal, contoh yang paling
sederhana adalah dalam bentuk memberikan aspirasi baik
masukan, kritik, maupun saran dalam proses belajar-mengajar
yang mereka dapatkan. Aspirasi dari mahasiswa ini diperlukan
untuk memperbaiki Kualitas suatu institusi yang secara tidak
langsung juga akan memperbaiki Sistem pendidikan tinggi
kesehatan, karena dari aspirasi-aspirasi inilah akan diadakan
suatu perubahan-perubahan.
Wimzy Rizqy Prabhata
Staf Ahli Pendidikan dan Keprofesian
ISMAFARSI 2012-2014
Booklet
UKN 3
Salam Pembuka
Daftar Isi
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran
Keaslian Penelitian
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Dan Analisa Data Untuk Program Studi D3
Farmasi, S1 Pendidikan Farmasi, Dan Program Studi Apoteker
Kuisioner Pengetahuan Responden Terkait Uji
Kompetensi Nasional
Analisis Terhadap Pengetahuan Responden Terkait Uji
Kompetensi Nasional
Kuisioner Persepsi Responden Terhadap Uji Kompetensi
Nasional
Kuisioner Sikap Responden Terkait Uji Kompetensi
Nasional
Kuisioner Harapan Responden Terkait Uji Kompetensi
Nasional
Penutup
Daftar Isi
Booklet
UKN4
2
4
5
11
11
12
12
12
13
14
17
20
21
35
41
43
LatarBelakang
Booklet
UKN 5
www.lilalovetolearn.com
embangunan bidang kesehatan di Indonesia merupakan hal yang sangat
pent ing untuk diperhat ikan dan didukung penuh dalam
penyelenggaraannya karena pembangunan di bidang ini akan dapat Pmenunjang pembangunan sumber daya manusia, yakni dengan terciptanya sistem
dan lingkungan kesehatan yang baik, maka akan terbentuk pula sumber daya manusia
(SDM) yang sehat dan berkualitas sehingga memiliki daya saing yang kuat dalam
menjalani kehidupan pribadi dan sosialnya. Millenium Development Goals (MDGs)
adalah sebuah komitmen bersama masyarakat internasional untuk mempercepat
pembangunan manusia dan pengentasan kemiskinan, di mana terdapat 3 indikator
bidang kesehatan di dalamnya yang saat ini menjadi tantangan bagi Indonesia untuk
dapat tercapai sesuai target, yaitu menurunkan angka kematian anak, meningkatkan
kesehatan ibu, dan memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya.
Dalam upaya untuk mencapai target MDG's tersebut, maka diperlukan SDM di bidang
kesehatan yang berkualitas untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang berkualitas pula.
Pada dasarnya, upaya pemenuhan akan permintaan SDM di bidang kesehatan
dalam jumlah yang cukup dan berkualitas untuk mendukung penyelenggaraan
pelayanan kesehatan di Indonesia sangat erat kaitannya dengan kualitas tenaga
kesehatan yang dihasilkan oleh institusi-institusi pendidikan profesi kesehatan yang
ada di Indonesia. Akan tetapi, dunia pendidikan profesi kesehatan Indonesia justru
menghadapi masalah terkait upaya untuk menghasilkan tenaga kesehatan yang
berkualitas, yaitu terjadinya peningkatan jumlah institusi pendidikan profesi
kesehatan yang beragam jenisnya dengan kualitas sistem pendidikan dan kualitas
lulusan yang belum cukup baik. Padahal, kualitas pelayanan kesehatan masyarakat
sangat ditentukan oleh kualitas tenaga kesehatan yang sebelumnya telah
menyelesaikan pendidikan di institusinya masing-masing. Oleh karena itu, dibutuhkan
suatu sistem penjaminan mutu lulusan pendidikan tinggi kesehatan untuk
dapat menjamin kualitas tenaga kesehatan yang dihasilkan.
Berdasarkan UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 ditetapkan bahwa standar nasional
pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di
seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
kemudian dijelaskan lebih lanjut pada pasal 35 ayat (1) bahwa standar
nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan,
tenaga pendidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan
penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala, serta
ayat (3) yang menjelaskan bahwa pengembangan standar nasional pendidikan
serta pemantauan dan pelaporan pencapaiannya secara nasional dilaksanakan
oleh suatu badan standarisasi, penjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan.
Di samping itu, masih dalam UU RI No. 20 tahun 2003, Pasal 61 ayat (1), (2), dan (3)
ditetapkan bahwa sertifikat yang diberikan kepada peserta didik adalah
berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi, di mana ijazah diberikan kepada
peserta didik sebagai pengakuan terhadap prestasi belajar dan/atau penyelesaian
suatu jenjang pendidikan setelah lulus ujian yang diselenggarakan oleh satuan
pendidikan yang terakreditasi sedangkan sertifikat kompetensi diberikan oleh
penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan kepada peserta didik dan
warga masyarakat sebagai pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan
pekerjaan tertentu setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan
pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi. Dengan mengacu pada
ketiga pasal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa setiap peserta didik yang
telah menyelesaikan jenjang pendidikannya, harus mengikuti ujian yang
diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi, penyelenggara
pendidikan ataupun lembaga pelatihan yang merupakan bagian dari sistem
penjaminan mutu lulusan pendidikan tinggi kesehatan dan kompetensi tenaga
kesehatan di Indonesia. Salah satu bentuk penjaminan mutu tersebut adalah
diselenggarakannya uji kompetensi untuk masing-masing profesi kesehatan. Uji
Kompetensi adalah suatu proses untuk mengukur pengetahuan, keterampilan,
dan sikap tenaga kesehatan sesuai dengan standar profesi yang telah ditetapkan.
Booklet
UKN6
Mutu
Dalam UU RI No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi Pasal 17 ayat (2)
telah ditetapkan bahwa pendidikan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi dan bekerja sama dengan
Kementerian lain, LPNK, dan/atau organisasi profesi yang bertanggung jawab
atas mutu layanan profesi. Salah satu bentuk kerja sama yang dimaksud dalam
pasal tersebut adalah perihal penyelenggaraan uji kompetensi. Selain itu, masih
dalam UU RI No.12 Tahun 2012, terdapat tiga pasal lain yang berkaitan dengan uji
kompetensi profesi kesehatan, yaitu Pasal 29 tentang Kerangka Kualifikasi
Nasional, Pasal 51, dan Pasal 52 tentang Sistem Penjaminan Mutu. Peraturan
Presiden RI No. 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
Pasal 1 menetapkan bahwa Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) adalah
kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan,
menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang
pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan
kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor dan
capaian pembelajaran adalah kemampuan yang diperoleh melalui internalisasi
pengetahuan, sikap, keterampilan, kompetensi, dan akumulasi pengalaman kerja.
Keragaman pola pengelolaan institusi pendidikan dan jumlah institusi
pendidikan kesehatan yang sangat banyak memberikan tantangan tersendiri bagi
Indonesia untuk menjaga mutu lulusannya. Hingga saat ini, uji kompetensi telah
diterapkan pada dokter dan dokter gigi yang telah berlangsung sejak tahun 2007,
sedangkan untuk tenaga kesehatan lain, uji kompetensi sedang dikembangkan,
khususnya tenaga keperawatan dan kebidanan. Lembaga Pengembangan Uji
Kompetensi (LPUK) adalah lembaga ujian nasional mandiri berbadan hukum yang
bertanggung jawab terhadap implementasi, pengesahan dan pengembangan
strategi, metodologi serta perangkat uji dalam mengevaluasi kompetensi peserta
didik institusi pendidikan dokter, dokter gigi, perawat, bidan, farmasi, kesehatan
masyarakat, dan gizi. Program pendidikan yang dicakup adalah D3, akademik (S1),
profesi (dokter, dokter gigi, ners, apoteker) sebelum mereka lulus pendidikan dari
institusinya masing-masing.
Booklet
UKN 7
LPUK bekerja sama dengan institusi pendidikan tenaga kesehatan
dalam menyusun dan mengembangkan ujian nasional kompetensi
tenaga kesehatan bagi lulusan di tiap profesi, sesuai dengan standar
kompetensi nasional profesi. Masing-masing profesi menjadi
narasumber dalam penentuan dan penetapan substansi ujian, mulai
dari pengembangan blue print dan pengelolaan soal sampai dengan
standar kelulusan dari peserta ujian serta ditunjang oleh teknologi informasi.
Sebagai badan ujian nasional pembentukannya dilakukan melalui MOU antara
LPUK dengan lembaga penerbit sertifikat kompetensi. Uji Kompetensi yang
diselenggarakan merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penerbitan
sertifikat kompetensi.
Selain LPUK, juga terdapat lembaga uji kompetensi lainnya yang merujuk
kepada Peraturan Menteri Kesehatan No. 1796 Tahun 2011 Tentang Registrasi
Tenaga Kesehatan, yaitu Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia yang selanjutnya
disingkat MTKI. Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 1796 Tahun 2011
tersebut dikemukakan bahwa uji kompetensi bagi seluruh peserta didik, termasuk
peserta program pendidikan calon tenaga profesi kesehatan, wajib dilakukan.
Khusus untuk tenaga kesehatan dan tenaga medik ditambah dengan kewajiban
teregistrasi yang salah satu syaratnya adalah memiliki sertifikat kompetensi yang
untuk mendapatkannya peserta diharuskan lulus uji kompetensi sesuai standar
kompetensi profesi masing-masing, baru setelah itu mereka akan mendapatkan
sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh MTKI. MTKI adalah lembaga yang
berfungsi untuk menjamin mutu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan. MTKI merupakan unit fungsional yang bertanggung jawab kepada
Menteri Kesehatan melalui Kepala Badan PPSDM Kesehatan yang dipimpin oleh
seorang ketua. Sedangkan Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi (MTKP) merupakan
unit fungsional dari Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan Kementrian Kesehatan di bawah koordinasi MTKI yang
berperan dalam membantu pelaksanaan tugas MTKI.
Booklet
UKN8
Mutu
MTKI mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan operasional,
pembinaan dan pengawasan uji kompetensi dan registrasi tenaga kesehatan
dalam rangka meningkatkan mutu tenaga kesehatan. Uji kompetensi tenaga
kesehatan dilaksanakan pada akhir program pendidikan (exit exam). Uji
kompetensi diselenggarakan oleh MTKI, dilaksanakan di daerah dengan
penanggung jawab pelaksanaan adalah Ketua MTKP. MTKI terdiri dari 3 divisi,
yaitu divisi profesi yang mempunyai tugas penyiapan bahan penyusunan standar
operasional prosedur, materi uji kompetensi, materi pelatihan tim penguji, kriteria
penguji serta tempat uji kompetensi bagi tenaga kesehatan, divisi standardisasi
yang mempunyai tugas penyusunan standar operasional prosedur, materi uji
kompetensi, materi pelatihan tim penguji, penetapan penguji dan tempat uji
kompetensi serta pemberian nomor registrasi bagi tenaga kesehatan, dan yang
terakhir adalah divisi evaluasi yang mempunyai tugas monitoring dan evaluasi
pelaksanaan uji kompetensi, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan
pengembangan, pengawasan penyelenggaraan registrasi serta pencabutan surat
tanda registrasi tenaga kesehatan. Untuk divisi standardisasi, akan dibantu oleh
Tim Ad hoc dalam melaksanakan penyusunan materi uji kompetensi tenaga
kesehatan. Tim Ad hoc ini terdiri dari anggota-anggota profesi. Sekretariat MTKI
mempunyai tugas melakukan pelayanan teknis administrasi di lingkungan MTKI.
Untuk itu, berdasarkan penjelasan mengenai kondisi sistem pendidikan
tinggi kesehatan di Indonesia yang telah diuraikan di atas dan landasan
konstitusional, yaitu UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 1, Pasal 35 ayat (1) dan (3), Pasal 61 ayat (1), (2), dan (3), UU RI No. 12 Tahun
2012 tentang Pendidikan Tinggi Pasal 17 ayat (2), Pasal 29, Pasal 51, dan Pasal 52,
Peraturan Presiden RI No. 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia Pasal 1, serta Peraturan Menteri Kesehatan No. 1796 Tahun 2011 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan telah jelas bahwa uji kompetensi perlu diadakan bagi
setiap peserta didik yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan yang
dilewatinya sebagai suatu bentuk penjaminan mutu lulusan pendidikan tinggi
kesehatan dan kompetensi tenaga kesehatan di Indonesia, mengingat globalisasi
dalam bidang kesehatan
Booklet
UKN 9
merupakan suatu peluang untuk meningkatkan kualitas tenaga kesehatan sehingga
dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan kualitas tenaga kesehatan
agar mampu bersaing dengan tenaga kesehatan asing yang akan bekerja di
Indonesia maupun di pasar global.Hal ini pun sesuai dengan rencana pembangunan
jangka menengah (RPJMN) kesehatan tahap ke II (tahun 2010-2014), yaitu antara lain
meningkatkan kualitas sumber daya manusia kesehatan. Tujuan RPJMN 2010-2014
Kesehatan dalam Subsistem SDM adalah tersedianya SDM Kesehatan yang
kompeten sesuai kebutuhan yang terdistribusi secara adil dan merata serta
didayagunakan secara optimal dalam mendukung penyelenggaraan pembangunan
kesehatan guna mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.
Mengingat pentingnya penyelenggaraan uji kompetensi yang merata dan
terstandardisasi secara nasional untuk menjamin kompetensi para lulusannya dalam
menjalankan tugas profesi, maka perlu ditinjau sejauh mana tingkat pengetahuan
dasar dan persepsi mahasiswa terhadap uji kompetensi di profesi kesehatannya
masing-masing. Atas dasar inilah HPEQ Student akan melaksanakan kajian awal
tentang uji kompetensi yang berjudul “Tingkat Pengetahuan, Persepsi, dan Sikap
Mahasiswa Terhadap Uji Kompetensi Pendidikan Profesi Kesehatan di Indonesia”.
Kajian awal ini bekerjasama dengan 10 Organisasi Mahasiswa yang tergabung
dalam HPEQ student. ISMAFARSI (Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh
Indonesia) adalah salah satu dari organisasi mahasiswa tersebut. Mengingat
pentingnya hasil kajian awal ini untuk dilakukan suatu proses follow up berupa
audiensi kepada pimpinan kebijakan, maka ISMAFARSI memiliki inisiatif untuk
mendokumentasikan hasil kajian awal Uji Kompetensi Nasional dalam bentuk buku
kajian atau booklet. Selain digunakan sebagai data faktual untuk proses audiensi,
booklet kajian juga digunakan sebagai suatu bentuk sarana propaganda, serta
penyampaian informasi mengenai hasil kajian kepada mahasiswa farmasi
Indonesia.
Booklet
UKN10
enyelenggaraan uji kompetensi untuk profesi kesehatan di
Indonesia belum dapat dilaksanakan secara merata dan Pterstandardisasi secara nasional, hanya pendidikan dokter dan
dokter gigi saja yang baru melaksanakan uji kompetensi secara nasional tersebut,
sedangkan untuk profesi kesehatan lain, termasuk profesi apoteker masih dalam tahap pengembangan.
Padahal, perihal terkait penyelenggaraan uji kompetensi dalam rangka penjaminan mutu lulusan
pendidikan tinggi kesehatan dan kompetensi tenaga kesehatan di Indonesia telah diatur dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU RI No. 12
Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Peraturan Presiden RI No. 8 Tahun 2012 tentang Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia, serta Peraturan Menteri Kesehatan No. 1796 Tahun 2011 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan.
Oleh karena itu, sebagai langkah awal, melalui program Health Professional Education Quality ini,
penelitian tentang tingkat pengetahuan, persepsi, dan sikap mahasiswa terhadap uji kompetensi
pendidikan profesi kesehatan di Indonesia merupakan sesuatu hal yang penting untuk dilaksanakan.
ecara umum, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang sistem uji
kompetensi untuk pendidikan tinggi kesehatan yang diberlakukan di Indonesia. Secara Skhusus, penelitian ini memiliki tujuan:
Mengetahui tingkat pengetahuan dasar mahasiswa kesehatan tentang uji
kompetensi
Mengetahui persepsi mahasiswa kesehatan terhadap uji kompetensi
Mengetahui sikap mahasiswa kesehatan terhadap uji kompetensi
Perumusanmasalah
TujuanPenelitian
www.telegraph.co.uk
1
23
Booklet
UKN 11
ji kompetensi nasional merupakan suatu
proses atau tahapan penting dalam jenjang Upendidikan seseorang dan kelak akan
menjadi suatu kebutuhan atau bahkan keharusan ketika
seseorang yang telah menyelesaikan pendidikannya akan
terjun ke dalam dunia kerjanya. Sehingga, perlu adanya
masukan tentang teknis pelaksanaan uji kompetensi
nasional yang baik sesuai dengan persepsi mahasiswa
terhadap uji kompetensi tersebut. Hal ini bertujuan agar
nantinya kualitas penyelenggaraan uji kompetensi nasional
i tu akan menjadi lebih baik dan benar-benar
terstandardisasi secara nasional untuk seluruh profesi
kesehatan. Oleh karena itu, sebagai langkah awal, melalui
penelitian tentang tingkat pengetahuan, persepsi, dan
sikap mahasiswa terhadap uji kompetensi pendidikan
profesi kesehatan di Indonesia merupakan sesuatu hal
yang penting untuk dilaksanakan.
Bagaimana gambaran pengetahuan mahasiswa
kesehatan Indonesia terhadap uji kompetensi
nasional pendidikan profesi kesehatan Indonesia?
Bagaimana gambaran persepsi mahasiswa kesehatan
Indonesia terhadap uji kompetensi nasional
pendidikan profesi kesehatan Indonesia?
Bagaimana gambaran sikap mahasiswa kesehatan
Indonesia terhadap uji kompetensi nasional
pendidikan profesi kesehatan Indonesia?
Kerangka Pemikiran
asil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan masukan Hkepada para stakeholder
pendidikan kesehatan di Indonesia,
khususnya LPUK, dan MTKI mengenai
pengetahuan dan persepsi mahasiswa
terhadap uji kompetensi sehingga stake
holder mampu mendapatkan gambaran
mengenai bentuk sosialisasi pemahaman
urgensi uji kompetensi kepada para
mahasiswa. Selain itu, penelitian ini
diharapkan dapat menjadi penelitian
pendahuluan yang dapat di lakukan
penelitian lebih lanjut mengenai uji
kompetensi mahasiswa kesehatan di
Indonesia.
ManfaatPenelitian
ww
w.t
hek
an
ga
gro
up
.co
m
cou
nse
ling
cen
ter.
gsu
.ed
u
enelitian mengenai tingkat
pengetahuan, persepsi, dan Psikap mahasiswa terhadap uji
kompetensi pendidikan profesi kesehatan di
I n d o n e s i a b e l u m p e r n a h d i l a k u k a n
sebelumnya.
KeaslianPenelitian
Booklet
UKN12
htt
p://
ww
w.d
iap
erfo
rach
an
ge.
com
/
1
2
3
enelitian dilakukan oleh HPEQ
Student pada bulan januari-
maret 2013. Dari hasil analisa Pdata, diambil data khusus untuk program
studi farmasi baik itu D3 farmasi, S1
Pendidikan Farmasi, maupun program studi
profesi apoteker. Variabel dalam penelitian
yang dilakukan oleh HPEQ student adalah
beberapa variabel tunggal, yaitu:
Pengetahuan mahasiswa terhadap uji
kompetensi
Persepsi mahasiswa terhadap uji
kompetensi
S ikap mahasiswa terhadap uj i
kompetensi
MetodologiPenelitian
1
2
3
Booklet
UKN13
Hasil Penelitiandan Analisa Data untuk Program Studi D3 Farmasi,S1 Pendidikan Farmasi,dan Program Studi Apoteker
Booklet
UKN14
Jumlah Responden?
186Responden
Keterangan Jumlah RespondenLaki-Laki : 50Perempuan : 136
Jenjang pendidikan terakhir
Jenis Kelamin
Keterangan jumlah respondenProfesi/koass : 9S1 : 168D3 : 6Tidak mengisi : 3
Booklet
UKN15
Keterangan Jumlah Koresponden:Ya : 108Belum : 71Tidak Mengisi : 7
Apakah Saudara/i pernah mendengarinformasi tentang uji kompetensi?
Booklet
UKN16
Dari manakah informasi uji kompetensi Saudara/i dapatkan?
Jika mendapatkan informasi dari situs (website), situs manakah yang anda akses untuk mendapatkan informasi mengenai uji kompetensi tersebut?
Keterangan jumlah KorespondenSitus resmi pemerintah(hpeq.dikti.go.id) : 30 orangSitus HPEQ Student(hpeqstudent.org) : 23 orang
23
Keterangan Jumlah Responden:Sudah Pernah :11Belum Pernah :161Tidak Mengisi :14
Apakah Saudara/i pernah mengikuti \uji kompetensi ?
Analisiserdasarkan dari responden yang mengisi kuisioner, kebanyakan responden masih menempuh jenjang pendidikan S1 pendidikan farmasi (90%) sehingga Bresponden banyak yang belum pernah mengikuti uji
kompetensi nasional. Sebanyak lebih dari 38% responden mengaku belum pernah mendengar uji kompetensi nasional, hal ini sejalan dengan tingginya nilai dari mahasiswa yang belum pernah mengikuti uji kompetensi nasional (86,56%). Uji kompetensi nasional ditujukan bagi program studi profesi apoteker , sedangkan responden yang mengisi kebanyakan masih berada dalam jenjang S1 Pendidikan farmasi, sehingga hal ini dapat membuktikan tingginya nilai dari mahasiswa yang belum
pernah mengikuti uji kompetensi nasional (86,56%). Tingginya angka mahasiswa yang belum pernah mendengar uji kompetensi nasional dapat disebabkan karena uji kompetensi
nasional belum tersosialisasi dengan baik kepada mahasiswa farmasi Indonesia.
Booklet
UKN17
Uji kompetensi nasional diperlukan karena
adanya permasalahan keberagaman
kualitas tenaga kesehatan di Indonesia
Keterangan Jumlah Koresponden:Benar : 139Salah : 6Tidak Tahu : 13Tidak Mengisi : 28
Uji kompetensi ditujukan untuk menjamin
lulusan pendidikan tinggi kesehatan yang
kompeten dan terstandar secara nasional
Keterangan Jumlah Koresponden:Benar : 149Salah : 6Tidak Tahu : 3Tidak Mengisi : 28
Uji kompetensi nasional berguna untuk
meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap profesi kesehatan
Keterangan Jumlah Koresponden:Benar : 143Salah : 5Tidak Tahu : 10Tidak Mengisi : 28
Peserta uji kompetensi yang lulus akan
mendapatkan ijazah dan sertifikat
kompetensi
Keterangan Jumlah Koresponden:Benar : 125Salah : 4Tidak Tahu : 29Tidak Mengisi : 28
KUISIONER PENGETAHUAN RESPONDEN TERKAITUJI KOMPETENSI NASIONAL
Booklet
UKN18
Untuk saat ini, metode uji kompetensi yang
sesuai untuk menguji attitude, knowledge,
dan skills adalah uji tulis (MCQ) dan uji
keterampilan klinik (OSCE)
Keterangan Jumlah Koresponden:Benar : 86Salah : 5Tidak Tahu : 67Tidak Mengisi : 28
MCQ (Multiple Choice Questions)
merupakan metode uji paling banyak
digunakan untuk menguji pemahaman
tentang suatu konsep ilmu (knows atau
knows howKeterangan Jumlah Responden:Betul : 89Salah : 19Tidak Tahu : 44Tidak Mengisi : 34
OSCE (Objective Structure Clinical
Examination) merupakan salah satu
metode uji kompetensi yang bertujuan
untuk menilai kemampuan keterampilan
klinik dan komunikasi
Keterangan Jumlah Responden:Betul : 107Salah : 1Tidak Tahu : 44Tidak Mengisi : 34
Soal uji kompetensi disusun berdasarkan
masukan dari institusi, dengan
berpedoman blue print uji kompetensi dan
kurikulum pendidikan tinggi tiap bidang
Keterangan Jumlah Responden :Betul : 82Salah : 5Tidak Tahu : 65Tidak Mengisi : 34
Booklet
UKN19
Uji kompetensi dilaksanakan pada pusat uji
yang berada di institusi pendidikan yang
terakreditasi dan memenuhi syarat sebagai
pusat ujian kompetensi
Keterangan Jumlah Responden:Betul : 102Salah : 6Tidak Tahu : 44Tidak Mengisi : 34
Profesi saya sudah atau akan
melaksanakan uji kompetensi nasional
Keterangan Jumlah Responden:Betul : 80Salah : 5Tidak Tahu : 67Tidak Mengisi : 34
Analisis
Dilihat dari tingkat pengetahuannya, mahasiswa farmasi Indonesia sudah mengerti tentang tujuan utama diselenggarakannya uji kompetensi nasional, dibuktikan dari tingginya nilai responden yang menjawab benar pada berbagai pertanyaan terkait dengan tujuan diselenggarakannya uji kompetensi nasional :
Uji kompetensi nasional diperlukan karena adanya permasalahan keberagaman kualitas tenaga kesehatan di Indonesia (74,73%)
Uji kompetensi ditujukan untuk menjamin lulusan pendidikan tinggi kesehatan yang kompeten dan terstandar secara nasional (80,11%)
Uji kompetensi nasional berguna untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap profesi kesehatan (76,88%)
ANALISIS TERHADAP PENGETAHUAN MAHASISWA FARMASI INDONESIA TERKAIT UJI KOMPETENSI NASIONAL
Booklet
UKN20
Namun berdasarkan teknis penyelenggaraannya, mahasiswa farmasi Indonesia belum begitu mengerti tentang Uji Kompetensi nasional. Mahasiswa Farmasi Indonesia belum mengerti bahwa di kemudian hari profesi apoteker akan menyelenggarakan uji kompetensi nasional, dibuktikan dengan nilai jawaban betul yang rendah (43,01%) pada pertanyaan “Profesi saya sudah atau akan melaksanakan uji kompetensi nasional”. Selain itu mahasiswa farmasi juga belum begitu mengerti bahwa nantinya soal yang diujikan berasal dari masukan institusi, dibuktikan dengan masih rendahnya responden yang menjawab betul (44%) pada pertanyaan “Soal uji kompetensi disusun berdasarkan masukan dari institusi, dengan berpedoman blue print uji kompetensi dan kurikulum pendidikan tinggi tiap bidang”.
KUISIONER PERSEPSI RESPONDEN TERHADAP UJI KOMPETENSI NASIONAL
Mahasiswa sebaiknya mendapatkan
kesempat an untuk mengemukakan
pemikirannya dalam perencanaan atau
perubahan kebijakan uji kompetensi
nasional di masa depan
Keterangan Jumlah KorespondenSangat Setuju(SS) :76Setuju(S) : 63Ragu-ragu (RR) : 3Tidak Setuju(TS) : 0Sangat Tidak Setuju(STS) : 1Tidak Mengisi : 43
Booklet
UKN21
Sebaiknya dilakukan penyelerasan
substansi uji antara yang telah dilakukan di
fakultas dan rumah sakit pendidikan pada
tahap akademik dan profesi dengan soal uji
kompetensi nasional
Keterangan Jumlah KorespondenSangat Setuju(SS) : 63Setuju(S) : 70Ragu-ragu (RR) : 7Tidak Setuju(TS) : 1Sangat Tidak Setuju(STS) : 2Tidak Mengisi : 43
Analisisahasiswa sebagai konsumen pendidikan memiliki hak untuk mendapatkan proses pendidikan yang terbaik. Mahasiswa sebagai Mkomponen masyarakat memiliki hak dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi sistem pendidikan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan Uji kompetensi nasional mahasiswa sebaiknya mendapatkan kesempatan mengemukakan pemikirannya dalam pembuatan kebijakan uji kompetensi nasional. Hal ini didukung oleh responden penelitian dimana total 74,73 % responden setuju bahwa mahasiswa sudah selayaknya dilibatkan dalam proses perencanaan dalam pembuatan kebijakan uji kompetensi nasional
Analisisenghasilkan lulusan yang kompeten adalah salah satu tujuan diselenggarakannya uji kompetensi nasional. Kompeten artinya Mcalon tenaga kesehatan memiliki kualitas yang memadai pada
bidang kerjanya. Sehingga, dalam pelaksanaan uji kompetensi nasional, sudah selayaknya dilakukan penyelarasan substansi uji antara substansi yang telah dilakukan di institusi pendidikan tinggi dan bidang kerja yang sesuai, terutama di rumah sakit pendidikan.
Booklet
UKN22
U j i ko m p e t e n s i u n t u k p e n g a k u a n
kompetensi yang akuntabel dapat dicapai
lebih baik jika uji kompetensi dilaksanakan
sebagai exit exam di institusi pendidikan
Keterangan Jumlah KorespondenSangat Setuju(SS) : 29Setuju(S) : 63Ragu-ragu (RR) : 35Tidak Setuju(TS) : 13Sangat Tidak Setuju(STS) : 3Tidak Mengisi : 43
U j i ko m p e t e n s i u n t u k p e n g a k u a n
kompetensi yang akuntabel dapat dicapai
lebih baik jika uji kompetensi sebagai
bagian dari evaluasi hasil pembelajaran
Keterangan Jumlah KorespondenSangat Setuju(SS) : 47Setuju(S) : 70Ragu-ragu (RR) : 20Tidak Setuju(TS) : 4Sangat Tidak Setuju(STS) : 2Tidak Mengisi : 43
Analisisotal 62,9 % responden setuju bahwa uji kompetensi untuk pengakuan kompetensi yang akuntabel dapat dicapai lebih baik jika Tuji kompetensi sebagai bagian dari evaluasi hasil pembelajaran.
Sehingga sudah selayaknya jika dikemudian hari uji kompetensi nasional sebagai suatu persyaratan mutlak kelulusan (exit exam)
Booklet
UKN23
Analisiserahasiaan soal dan kualitas soal menjadi penting mengingat uji kompetensi sebagai bentuk evaluasi akhir dari jenjang pendidikan K(exit exam). Jika terjadi kebocoran soal, maka kompetensi dari calon
apoteker dipertanyakan. Sehingga kerahasiaan soal dan kualitas soal menjadi hal yang penting untuk memastikan lulusan apoteker memiliki kompetensi yang sesuai dengan tuntutan profesinya.
Analisisji kompetensi sebagai exit exam meningkatkan kompetensi lulusan calon apoteker sehingga meningkatkan pengakuan masyarakat akan Ukompetensi apoteker. Hal ini didukung oleh total responden yang
menyatakan sepakat 49,46 %
U j i ko m p e t e n s i u n t u k p e n g a k u a n
kompetensi yang akuntabel dapat dicapai
lebih baik jika kualitas dan kerahasiaan
soal uji dijamin melalui bank soal nasional
Keterangan Jumlah KorespondenSangat Setuju(SS) : 51Setuju(S) : 63Ragu-ragu (RR) : 24Tidak Setuju(TS) : 5Sangat Tidak Setuju(STS) : 0Tidak Mengisi : 43
Booklet
UKN24
U j i ko m p e t e n s i u n t u k p e n g a k u a n
kompetensi yang akuntabel dapat dicapai
lebih baik jika hasil uji kompetensi
diumumkan secara transparan kepada
masyarakat
Keterangan Jumlah KorespondenSangat Setuju(SS) : 52Setuju(S) : 47Ragu-ragu (RR) : 25Tidak Setuju(TS) : 17Sangat Tidak Setuju(STS) : 2Tidak Mengisi : 43
Analisisompetensi apoteker adalah suatu bentuk jaminan kepada masyarakat untuk mendapatkan layanan berbasis kefarmasian dari Kapoteker. Apoteker membutuhkan pengakuan dari masyarakat
sehingga pasien (masyatrakat) tidak ragu untuk mendapatkan layanan berbasis kefarmasian dari apoteker. Untuk mendapatkan pengakuan masyarakat dan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada tenaga kefarmasian, otomatis masyarakat harus tahu tentang hasil uji kompetensi yang dilaksanakan. Hal ini didukung oleh 53,23 % responden.
Metode uji Multiple Choice Question (MCQ)
akan lebih baik jika dilaksanakan dengan
computer based dibandingkan dengan
paper based
Keterangan Jumlah KorespondenSangat Setuju(SS) : 32Setuju(S) : 38Ragu-ragu (RR) : 46Tidak Setuju(TS) : 22Sangat Tidak Setuju(STS) : 5Tidak Mengisi : 43
Booklet
UKN25
Analisisingginya tingkat keraguan responden (31,72%) disebabkan karena responden tidak begitu mengerti metode OSCE. Sedangkan metode TOSCE (Objective Structure Clinical Examination) sebenarnya
merupakan salah satu metode uji kompetensi yang bertujuan untuk menilai kemampuan keterampilan klinik dan komunikasi
Analisisingkat keraguan responden masih tinggi dibuktikan dengan 24,73 % masih meragukan metode MCQ yang dilaksanakan dengan Tcomputer based. Hal ini dikarenakan mahasiswa belum begitu
mengenal metode computer based
Metode uji kompetensi profesi saya akan
lebih komprehensif apabila menggunakan
OSCE
Keterangan Jumlah KorespondenSangat Setuju(SS) : 31Setuju(S) : 48Ragu-ragu (RR) : 59Tidak Setuju(TS) : 3Sangat Tidak Setuju(STS) : 2Tidak Mengisi : 43
Booklet
UKN26
Penyelenggara uji kompetensi yang
akuntabel sebaiknya dilaksanakan oleh :
Analisis5,38 % responden setuju bahwa penyelenggaraan uji kompetensi yang akuntabel sebaiknya dilakukan oleh lembaga pemerintah. Persepsi 5responden bertolak belakang dengan kenyataan yang ada, dimana saat
ini sudah didirikan LPUK (lembaga pengembangan uji kompetensi) yang merupakan lembaga mandiri yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan uji kompetensi yang akuntabel untuk semua profesi kesehatan.
Sebaiknya uji kompetensi dilaksanakan
pada :
Keterangan Jumlah Koresponden
Lembaga pemerintah (seperti di bawah Kemkes dan Kemdikbud) : 103Lembaga mandiri (seperti lembaga pengembangan uji kompetensi) : 40Tidak Mengisi : 43
Keterangan Jumlah Koresponden
Institusi Pendidikan tempat peserta uji berasal : 89Pusat penyelenggara uji yang ada di tingak regional : 54Tidak Mengisi : 43
Analisisebanyak 48 % responden setuju bahwa uji kompetensi lebih baik dilaksanakan di institusi tempat peserta uji berasal. Namun perlu Sdigarisbawahi bahwa penyelenggaraan uji kompetensi hanya boleh
dilakukan oleh institusi yang menyelenggarakan program studi profesi apoteker.
Booklet
UKN27
Peserta yang belum lulus uji kompetensi
s e b a i k n y a m e n d a p a t k a n p r o g r a m
pembinaan khusus dari institusinya
Keterangan Jumlah Responden:Sangat Setuju : 68Setuju : 57Ragu-Ragu : 12Tidak Setuju : 3Sangat Tidak Setuju : 2Tidak Mengisi : 44
Analisisrogram pembinanan khusus ditujukan agar peserta uji kompetensi nasional yang tidak lulus dapat mempersiapkan diri untuk mengambil Puji kompetensi ulang (retaker). Program pembinaan ini ditujukan agar
peserta uji kompetensi yang tidak lulus uji kompetensi mengambil sesedikit mungkin retaker. Program pembinaan ini didukung oleh 67,21 % responden.
Biaya yang harus dibayarkan oleh
mahasiswa untuk uji kompetensi saat ini
masih terlalu tinggi
Keterangan Jumlah Responden :Sangat Setuju : 66Setuju : 43Ragu-Ragu : 32Tidak Setuju : 0Sangat Tidak Setuju : 1Tidak Mengisi : 44
Booklet
UKN28
Proporsi distribusi jumlah soal yang
mewakili pengetahuan setiap spesialisasi
keilmuan sebaiknya sesuai dengan luasnya
spesialisasi tersebut
Keterangan Jumlah Responden:Sangat Setuju : 52Setuju : 68Ragu-Ragu : 18Tidak Setuju : 3Sangat Tidak Setuju : 1Tidak Mengisi : 44
Analisisroporsi distribusi jumlah soal yang mewakili pengetahuan setiap spesialisasi keilmuan sebaiknya sesuai dengan luasnya spesialisasi Ptersebut, misalnya saja untuk profesi apoteker karena konsep “patient
centered” diterapkan dalam pelayanan kefarmasian, maka proporsi tinggi dalam soal uji kompetensi nasional ada pada spesialisasi ilmu komunikasi dengan pasien dan pengetahuan akan farmakoterapi. Namun hal ini perlu ditinjau ulang, karena sebenarnya ada dua bidang kerja apoteker yang sangat berbeda, yakni di bidang industri dan pelayanan yang memiliki urgensi spesialisasi keilmuan yang berbeda. Konsep “Patient centered” disini lebih kearah bidang pelayanan dibanding bidang industri. Sehingga seharusnya ada penyamaan proporsi soal untuk uji kompetensi nasional antar dua bidang tersebut.
Bat as ni lai kelulusan minimal uj i
kompetensi sebaiknya ditentukan oleh?
Keterangan Jumlah Responden:Nilai minimal dari total seluruh soal : 66Nilai minimal dari setiap spesialisasi keilmuan : 76Tidak mengisi : 44
Booklet
UKN29
Analisis9,15 % responden setuju bahwa biaya dikeluarkan untuk uji kompetensi nasional masih terlalu tinggi. Untuk uji kompetensi 5nasional profesi apoteker, data ini kurang valid, karena uji kompetensi
nasional belum dilaksanakan dan baru berada dalam uji coba saja, uji cobanya pun dilaksanakan setelah penarikan data penelitian ini dilaksanakan. Tapi, berdasarkan uji kompetensi nasional profesi kedokteran, lebih dari 50 % responden sepakat bahwa biaya UKDI masih terlalu tinggi, ini sebagai referensi bagi pelaksanaan uji kompetensi apoteker agar pembiayaan uji kompetensi apoteker tidak memberatkan pesertanya.
Seharusnya ada transparansi komponen
p e m b i ay a a n u j i k o m p e t e n s i y a n g
dibayarkan oleh peserta uji
Keterangan Jumlah Responden :Sangat Setuju : 95Setuju : 42Ragu-Ragu : 4Tidak Setuju : 1Sangat Tidak Setuju : 0Tidak Mengisi : 44
Analisisana yang dikeluarkan oleh peserta untuk mengikuti uji kompetensi, sudah seharusnya 100 % dialokasikan untuk pelaksanaan uji Dkompetensi nasional saja bukan untuk keperluan lain, sehingga
perlu adanya transparasi komponen pembiayaan uji kompetensi nasional yang dibayarkan oleh peserta uji. Hal ini disetujui oleh total 73,65 % responden.
Booklet
UKN30
Analisis0,86 % responden sepakat batas kelulusan minimal uji kompetensi nasional sebaiknya ditentukan oleh setiap spesialisasi keilmuan. 4Sedangkan 35,48 % responden sepakat batas kelulusan diambil dari
nilai minimal dari total seluruh ujian. Batas kelulusan minimal ini perlu difikirkan matang-matang agar dapat menjadi cermin kompetensi apoteker.
Peserta retaker (remidiasi) uji kompetensi
hanya akan mengulang ujian pada
spesialisasi keilmuan yang mendapat nilai
rendah
Keterangan Jumlah Responden:Sangat Setuju : 59Setuju : 60Ragu-Ragu : 14Tidak Setuju : 6Sangat Tidak Setuju : 2Tidak Mengisi : 44
Analisisotal 63,98 % responden setuju bahwa peserta remidiasi uji kompetensi nasional hanya akan mengulang ujian pada spesialisasi Tkeilmuan yang mendapatkan nilai rendah sehingga peserta retaker
hanya akan berfokus pada spesialisasi keilmuan yang nilainya rendah. Hal ini sudah tepat, karena setiap peserta memiliki keterbatasan tertentu dalam mencerna pengetahuan dari spesialisasi keilmuan tertentu. Dan setiap peserta juga memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing terhadap spesialisasi keilmuan tertentu.
Booklet
UKN31
Biaya uji kompetensi retaker jumlahnya
harus sama dengan jumlah yang dibayarkan
saat uji kompetensi pertama
Keterangan Jumlah Responden :Sangat Setuju : 18Setuju : 34Ragu-Ragu : 37Tidak Setuju : 39Sangat Tidak Setuju : 14Tidak Mengisi : 44
Analisis8,49 % total responden tidak setuju; 19,89 % responden ragu-ragu, dan 27,96 % total responden setuju bahwa biaya uji kompetensi 2retaker jumlahnya harus sama dengan jumlah yang dibayarkan saat uji
kompetensi pertama. Dalam penetapan biaya uji kompetensi untuk retaker seharusnya mempertimbangkan risk and benefit biaya uji retaker. Karena biaya yang tinggi dapat memberatkan calon peserta uji, sedangkan biaya yang rendah dapat menyebabkan calon peserta terlalu santai dalam mengikuti uji kompetensi nasional.
Pembiayaan uji kompetensi sebaiknya
ditanggung oleh ?
Keterangan Jumlah Respoden:Mahasiswa : 27Institusi : 114Tidak Mengisi : 45
Booklet
UKN32
Analisis1,29 % responden setuju bahwa pembiayaan uji kompetensi sudah seharusnya ditanggung oleh institusi sebagai penyelenggara program 6studi profesi apoteker. Sehingga seharusnya pembiayaan untuk uji
kompetensi nasional sudah termasuk dalam biaya yang dikeluarkan oleh calon apoteker untuk menempuh jenjang profesi apoteker di institusi penyelenggara program studi profesi apoteker.
Untuk menjaga kualitas pelayanan profesi
diperlukan pembaharuan ser tif ikat
kompetensi dengan cara
Keterangan Jumlah Responden :Uji kompetensi setiap beberapa periode (resertifikasi) : 16Pengumpulan kredit dari “pendidikan profesi berkelanjutan : 30Keduanya : 95Tidak mengisi : 45
Analisis1,08 % responden sepakat bahwa pembaharuan sertifikat kompetensi apoteker seharusnya dilakukan dengan pengumpulan kredit dan uji 5kompetensi ulang dalam periode tertentu. Hal ini bisa menjadi
masukan yang baik untuk lembaga penyelenggara uji kompetensi nasional dan organisasi profesi karena profesi apoteker sendiri, dikemudian hari uji kompetensi nasional hanya digunakan sebagai exit exam dan untuk pembaharuan sertifikat kompetensi hanya dilakukan dengan pengumpulan kredit dari pembelajaran yang berkelanjutan.
Booklet
UKN33
H a s i l d a r i u j i k o m p e t e n s i y a n g
dipublikasikan pada masyarakat sebaiknya
:
Keterangan Jumlah RespondenHanya menyatakan lulus/belum lulus : 73Menunjukkan nilai uji kompetensi : 67Tidak mengisi : 45
Analisisesponden mendukung publikasi kepada masyarakat terkait hasil uji kompetensi nasional, namun untuk konten yang dipublikasikan, dari Rtotal responden yang mengisi, masih sulit untuk menarik kesimpulan
apakah publikasi yang dilakukan sebaiknya hanya menyatakan lulus/tidak lulus atau juga dengan menunjukkan nilai uji kompetensi peserta.
Waktu pelaksanaan uji kompetensi
sebaiknya:
Keterangan Jumlah Responden Dilaksanakan secara reguler pada periode tertentu (misalnya: 4 kali dalam satu tahun) : 103Disesuaikan dengan jumlah peserta yang mendaftar uji kompetensi dengan kuota minimal : 37Tidak mengisi : 46
Booklet
UKN34
KUISIONER SIKAP RESPONDEN TERKAIT UJI KOMPETENSI NASIONAL
Saya sebagai mahasiswa pendidikan tinggi
kesehatan setuju dengan implementasi uji
kompetensi yang dapat menjamin lulusan
pendidikan t inggi kesehat an yang
kompeten dan terstandar secara nasional
Keterangan Jumlah KorespondenSangat Setuju(SS) : 74Setuju(S) : 57Ragu-ragu (RR) : 6Tidak Setuju(TS) 2Sangat Tidak Setuju(STS) : 1Tidak Mengisi : 46
Analisis5,38 % responden setuju bahwa waktu pelaksanaan uji kompetensi sebaiknya dilaksanakan secara reguler pada periode tertentu. 5Pelaksanaan uji kompetensi dalam periode waktu tertentu secara
reguler dapat mempermudah bagi calon peserta ujian apabila dikemudian hari peserta tidak lulus uji kompetensi nasional, sehingga peserta dapat mengambil kembali uji kompetensi nasional (retaker) pada waktu yang sudah ditentukan tanpa memikirkan jumlah peserta minimal yang harus dipenuhi untuk menyelenggarakan uji kompetensi nasional.
Booklet
UKN35
Analisisermasalahan terkait kompetensi apoteker di Indonesia yang ditemukan saat ini adalah permasalahan tentang keberagaman kualitas Papoteker di Indonesia, sehingga perlu adanya tindakan yang dapat
menseragamkan dan standarisasi kompetensi apoteker di Indonesia, sehingga dapat meningkatkan kompetensi apoteker di Indonesia dan meningkatkan kepercayaan masyarakat (pasien/klien) terhadap apoteker. Penseragaman dan standarisasi kompetensi dapat dilakukan salah satunya dengan pelaksanaan uji kompetensi nasional yang berlaku untuk semua calon apoteker di Indonesia. Dan 70,42 % responden mendukung pelaksanaan uji kompetensi nasional ini untuk menjamin lulusan pendidikan tinggi kesehatan yang kompeten dan terstandar secara nasional.
U n t u k m e n j a m i n k u a l i t a s y a n g
komprehensif dalam sistem pendidikan, uji
kompetensi sebaiknya dilaksanakan pada
masa pendidikan (sebagai salah satu syarat
kelulusan)
Keterangan Jumlah Responden Sangat Setuju(SS) : 40Setuju(S) : 57Ragu-ragu (RR) : 30Tidak Setuju(TS) : 9Sangat Tidak Setuju(STS) : 4Tidak Mengisi : 46
Analisisendidikan adalah proses untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman bekerja secara profesional bagi seorang calon apoteker. PUntuk menilai sejauh mana peserta didik mampu mencerna
pendidikan yang diterima, maka dilakukan proses evaluasi.
Booklet
UKN36
Evaluasi dilakukan untuk menjamin kualitas yang komprehensif dari peserta didik. Evaluasi akhir program profesi berarti evaluasi yang dapat menjamin proses komprehensif yang dilalui oleh seorang calon profesional untuk terjun ditengah masyarakat dan memiliki kompetensi yang sesuai dibidangnya. Oleh karena itu, evaluasi akhir sebaiknya memiliki standar tertentu yang berlaku secara keseluruhan agar tidak ada perbedaan kompetensi profesi apoteker di Indonesia. Jika Uji kompetensi nasional sebagai salah satu bentuk evaluasi akhir calon apoteker, maka hal ini dapat berpengaruh positif bagi peningkatan kompetensi apoteker dan menjawab pertanyaan tentang beragamnya kompetensi apoteker di Indonesia. Hal ini didukung oleh 52,14 % respoden yang setuju bahwa uji kompetensi nasional seharusnya merupakan syarat kelulusan program studi apoteker.
Metode CBT dan OSCE yang terintegrasi
akan mampu menilai attitude, skills dan
knowlegde peserta uji
Keterangan Jumlah KorespondenSangat Setuju(SS) : 28Setuju(S) : 70Ragu-ragu (RR) : 39Tidak Setuju(TS) : 2Sangat Tidak Setuju(STS) : 1Tidak Mengisi : 46
Analisisetode CBT ( computer based test ) yang berisi soal MCQ dan OSCE (Objective Structure Clinical Examination) merupakan dua Mmetode yang cocok bila dikombinasikan dalam pelaksanaan uji
kompetensi nasional. Metode CBT dapat menilai pengetahuan peserta uji sedangkan metode OSCE dapat menilai sikap dan keterampilan peserta uji melalui kemampuan keterampilan klinik dan komunikasi.
Booklet
UKN37
Kombinasi 2 metode ini didukung oleh 52,68 % responden. Sedangkan masih banyak responden yang ragu-ragu terhadap kombinasi 2 metode ini karena responden belum begitu mengerti metode CBT dan OSCE dibuktikan dengan tingkat pengetahuan yang rendah pada kuisioner pengetahuan responden terkait 2 metode ini.
U n t u k m e n j a m i n a k u n t a b i l i t a s
implementasi uji kompetensi, sebaiknya
penyelenggara uji kompetensi adalah
lembaga mandiri, dan uji kompetensi
dilaksanakan di institusi pendidikan yang
memenuhi syarat
Keterangan Jumlah KorespondenSangat Setuju(SS) : 28Setuju(S) : 55Ragu-ragu (RR) : 33Tidak Setuju(TS) : 19Sangat Tidak Setuju(STS) : 5Tidak Mengisi : 46
otal 44 % responden setuju bahwa untuk menjamin akuntabilitas implementasi uji kompetensi, sebaiknya penyelenggara uji Tkompetensi adalah lembaga mandiri, dan uji kompetensi
dilaksanakan di institusi pendidikan yang memenuhi syarat. Saat ini, sudah didirikan lembaga mandiri yang mengembangkan uji kompetensi nasional untuk profesi kesehatan melalui proyek HPEQ (High Professional Education Quality). Lembaga mandiri ini bernama LPUK (Lembaga Pengembangan Uji Kompetensi), yang memiliki tujuan untuk menyelenggarakan uji kompetensi nasional bagi semua profesi kesehatan yang akuntabel untuk meningkatkan kompetensi profesi kesehatan, termasuk di dalamnya apoteker.
Analisis
Booklet
UKN38
Pembiayaan uji kompetensi sebaiknya
tidak lagi dibebankan pada mahasiswa,
tetapi sudah terintegrasi pada biaya
pendidikan
Keterangan Jumlah KorespondenSSangat Setuju(SS) : 78Setuju(S) : 43Ragu-ragu (RR) : 10Tidak Setuju(TS) : 8Sangat Tidak Setuju(STS) : 1Tidak Mengisi : 46
embiayaan uji kompetensi sudah seharusnya ditanggung oleh institusi sebagai penyelenggara program studi profesi apoteker. Sehingga pseharusnya pembiayaan untuk uji kompetensi nasional sudah
terintegrasi dalam biaya yang dikeluarkan oleh calon apoteker untuk menempuh jenjang profesi apoteker di institusi penyelenggara program studi profesi apoteker. Hal ini didukung oleh 65,06 % total responden.
Analisis
Hasil uji kompetensi sebaiknya diumumkan
secara transparan (terutama melalui
website)
Keterangan Jumlah KorespondenKeterangan Jumlah KorespondenSangat Setuju(SS) : 68Setuju(S) : 63Ragu-ragu (RR) : 6Tidak Setuju(TS) : 3Sangat Tidak Setuju(STS) : 0Tidak Mengisi : 46
Booklet
UKN39
Analisis8,53 % responden mendukung transparansi hasil uji kompetensi nasional untuk dipublikasikan ke masyarakat. Uji kompetensi 6merupakan suatu jaminan kepada masyarakat bahwa tenaga kerja
kesehatan memiliki kompetensi yang memenuhi dalam melaksanakan pelayanan kesehatan. Sehingga apabila hasil uji kompetensi nasional dapat diakses oleh masyarakat, maka dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat akan tenaga kerja kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan.
Booklet
UKN40
KUISIONER HARAPAN RESPONDEN TERKAITUJI KOMPETENSI NASIONAL
UKN
Tahun 2015 adalah tahun pertama bagi mahasiswa calon profesi apoteker dalam menghadapi Uji Kompetensi Nasional. Pada tahun ini akan diadakan beberapa uji coba Uji Kompetensi Nasional. Dari uji coba tersebut akan dapat dilihat sejauh mana kesiapan dari mahasiswa calon profesi. Dari mahasiswa farmasi sendiri menyatakan kesiapannya untuk menghadapi uji kompetensi nasional profesi apoteker yang akan pertama kali diadakan pada tahun 2015 nanti, dengan catatan adanya sosialisasi lebih lanjut mengenai Uji Kompetensi yang akan diadakan nanti, dikarenakan masih banyak mahasiswa yang belum mengetahui tentang adanya uji kompetensi pada tahun 2015 nanti.
Selain itu, mahasiswa farmasi sadar akan pentingnya Uji Kompetensi Nasional untuk profesi apoteker, dikarenakan dengan adanya Uji kompetensi nasional ini, maka akan dapat meningkatkan kompetensi apoteker yang nantinya akan terjun di era SJSN dan akan mengurangi bervariasinya kompetensi apoteker di Indonesia.
ISMAFARSI dan mahasiswa farmasi berharap akan transparasi dari Uji Kompetensi yang nantinya akan diadakan. Dan mahasiswa farmasi juga berharap diadakan sosialisasi uji kompetensi lebih lanjut, dikarenakan uji kompetensi yang akan dilakukan adalah CBT (computer based test) metode OSCE (Objective Structure Clinical Examination) sehingga diperlukan pengetahuan tentang mekanisme yang harus dilakukan dalam uji kompetensi tersebut. Semoga Uji Kompetensi Nasional I bagi profesi apoteker akan dapat berlangsung dengan baik tanpa merugikan pihak manapun.
Adapun Permasalahan yang dapat ditarik dari pelaksanaan uji kompetensi nasional berdasarkan kuisioner harapan responden :
Booklet
UKN41
Uji Kompetisi bagi profesi apoteker akan pertama kali dilaksanakan pada tahun 2015, sehingga memerlukan kesiapan dari para calon apoteker untuk menempuh uji kompetensi nasional tersebut
Kurang tersosialisasinya Uji kompetensi nasional yang akan diadakan, dibuktikan masih banyak mahasiswa yang belum mengerti dan belum tahu tentang penyelenggaraan uji kompetensi nasional. Ditambah penyelenggaraan uji kompetensi nasional yang computer based, sehingga
diperlukan pengetahuan tentang mekanisme penyelenggaraannya.
Transparasi hasil uji kompetensi nasional yang dapat diakses oleh masyarakat diharapkan dapat terealisasi dikarenakan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada profesi apoteker. Selain transparasi hasil uji kompetensi, transparasi biaya pelaksanaan uji kompetensi nasional juga diperlukan.
Kerahasiaan soal juga menjadi hal yang urgen untuk dilakukan untuk menjamin kompetensi calon apoteker yang akan terjun ditengah masyarakat.
Masih beragamnya kurikulum pendidikan farmasi di Indonesia, dan hanya beberapa universitas saja yang akan dilibatkan dalam pembuatan soal, sehingga diperlukan adanya batasan soal yang jelas dari panitia penyelenggara. Selain itu, diperlukan juga penyamarataan kurikulum pendidikan tinggi farmasi di Indonesia sehingga kurikulum pendidikan tinggi farmasi bisa lebih seragam.
12
3
45
Booklet
UKN42
UKNPenutup
ari hasil survey diatas dapat disimpulkan bahwa Uji
Kompetensi Nasional sangat diperlukan dalam Dmeningkatkan kompetensi apoteker di Indonesia dan
menjawab bervariasinya kompetensi apoteker di Indonesia. Namun,
dalam pelaksanaan uji kompetensi nasional perlu di kaji berbagai macam
permasalahan yang dapat muncul selama proses pelaksanaan uji
kompetensi nasional. Mahasiswa sebagai komponen masyarakat,
memiliki hak untuk melakukan perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan evaluasi terhadap sistem pendidikan tinggi nasional.
Sehingga mahasiswa sebagai konsumen pendidikan juga sudah
seharusnya dilibatkan dalam setiap pembuatan kebijakan yang
berkaitan dengan uji kompetensi nasional.
Pelaksanaan penelitian atau kajian ini adalah salah satu bentuk
usaha dari HPEQ student dalam memfasilitasi mahasiswa untuk
menyuarakan suaranya terkait pelaksanaan uji kompetensi nasional.
HPEQ Student maupun ISMAFARSI merasa masih banyak permasalahan
yang harus dikaji lagi terkait pelaksanaan uji kompetensi nasional ini,
sehingga kami masih memerlukan bantuan kepada mahasiswa
kesehatan untuk kembali menyuarakan suaranya lagi terkait
pelaksanaan uji kompetensi nasional ini.
Pembuatan booklet kajian ini hanyalah sebagai salah satu bentuk
follow up ISMAFARSI terhadap program kerja HPEQ student, dan kami
merasa pembuatan booklet ini hanyalah satu langkah kecil untuk
membuka pengetahuan mahasiswa farmasi Indonesia terkait
pelaksanaan uji kompetensi nasional. Langkah kecil ini hanyalah sebagai
suatu bentuk stimulasi kepada mahasiswa farmasi Indonesia untuk
melaksanakan langkah besar dan langkah besar itu berada pada diri
masing-masing mahasiswa farmasi Indonesia.
Terakhir, kami yakin bahwa pembuatan booklet ini masih jauh dari
kata sempurna, namun kami berharap pembuatan booklet ini dapat
membuka wawasan dan pengetahuan mahasiswa farmasi Indonesia
terkait pelaksanaan uji kompetensi nasional.
Booklet
UKN43
www.ismafarsi.org