BONDED MAGNET NdFeB TERHADAP SIFAT FISIS DAN SIFAT …
Transcript of BONDED MAGNET NdFeB TERHADAP SIFAT FISIS DAN SIFAT …
PENGARUH PENAMBAHAN Fe PADA PEMBUATAN
BONDED MAGNET NdFeB TERHADAP SIFAT FISIS DAN
SIFAT MAGNET
SKRIPSI
HAFSAH KHAIRUNNISA
120801084
‘
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
PENGARUH PENAMBAHAN Fe PADA PEMBUATAN
BONDED MAGNET NdFeB TERHADAP SIFAT FISIS DAN
SIFAT MAGNET
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Oktober 2017
HAFSAH KHAIRUNNISA
120801084
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGHARGAAN
Alhamdulillahi robbil’alamin, segala puji dan syukur kepada Alloh SWT
telah memberi rahmat serta hidayah-Nya yang senantiasa melimpah kepada
penulis sehingga mampu melaksanakan dan menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “PENGARUH PENAMBAHAN Fe PADA PEMBUATAN BONDED
MAGNET NdFeB TERHADAP SIFAT FISIS DAN SIFAT MAGNET” sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan Sarjana (S1) jurusan
Fisika FMIPA Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat
dalam memberikan bimbingan, dukungan, semangat dan doa kepada penulis. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terima
kasih kepada:
1. Dr. Kerista Sebayang, M.Sc, sebagai Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Perdinan Sinuhaji sebagai ketua Departemen Fisika dan seluruh Bapak/Ibu
Staf pengajar serta pegawai Administrasi di Departemen Fisika Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan pendidikan dan fasilitas kepada
penulis selama perkuliahan.
3. Awan Maghfirah, S. Si., M. Si., sebagai sekretaris Departemen Fisika serta
sebagai dosen pembimbing yang telah sabar membimbing dan memberi
banyak masukan kepada penulis.
4. Dr. Kerista Sebayang, MS. dan Drs. Herli Ginting, MS, selaku dosen penguji
yang telah memberikan saran dan masukan serta membimbing penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
5. Ir. Muljadi, M. Si. sebagai dosen pembimbing di Pusat Penelitian Fisika LIPI
yang telah membagikan ilmu pengetahuan serta sabar membimbing penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini, pembimbing lapangan dan staf pegawai team
magnet Ibu Nenen, Bapak Dame, Bapak Candra, Bapak Arif Eko, Bapak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lukman, Bapak Amat yang sudah meluangkan waktunya dan dan banyak
memberi saran dalam proses penelitian di P2F LIPI.
6. Kedua orang tua ku yang tercinta, Bapak Drs. Sahru Romadona Siregar dan
Ibu drg. Nauli Efiarti, M. Kes., yang telah sangat sabar mendukung,
membimbing, dan seantisa mendoakan juga memberikan bantuan moril serta
materil kepada penulis. Dan kepada abang dan adik-adik semua yang selalu
memberi perhatian dan semangat.
7. Faza Amilivia Roviqi sebagai guru, kakak, dan sahabat yang sudah mau
mendengarkan keluhan dan memberikan banyak motivasi.
8. Bapak Yukinun sebagai wali serta semua guru, pengurus dan teman-teman di
Pondok Pesantren Al Falah yang telah memberi semangat dan motivasi.
9. Bapak Kustono dan istri yang sudah menyedikan makan dan meminjamkan
sepeda selama proses penelitian di LIPI dan semua tetangga di PAC
PUSPITEK, LDII.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
penyempurnaan skripsi ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
orang yang membacanya
Medan, Februari 2018
Penulis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH PENAMBAHAN Fe PADA PEMBUATAN
BONDED MAGNET NdFeB TERHADAP SIFAT FISIS DAN
SIFAT MAGNET
ABSTRAK
Pembuatan dan karakterisasi bonded magnet NdFeB telah berhasil dilakukan dengan menggunakan bahan baku serbuk NdFeB dan serbuk Fe. Variasi komposisi serbuk NdFeB dan serbuk Fe adalah 100:0, 95:5, dan 90:10 (%berat). Proses milling kedua bahan baku dilakukan dengan metode wet milling (toluene) menggunakan Planetary Ball Mill (PBM) selama 30 menit kemudian serbuk dikeringkan dengan oven. Selanjutnya, sebuk hasil milling dicampur dengan epoxy dengan perbandingan serbuk dan epoxy 96:4 (%berat) dari total massa sampel 5,2 gram kemudian dicetak secara isotropi pada tekanan 70 kgF selama 2 menit menggunakan Magnetic Field Press. Selanjutnya sampel pelet di simpan pada glove box sampai mengering. Karakterisasi material meliputi: Pengukuran diameter partikel, densitas, sifat magnetik (VSM), dan fluks magneik dengan Gaussmeter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahn Fe meningkatkan sifat fisis dan menurunkan sifat magnet. Densitas dan kuat medan magnet terbaik
diperoleh pada penambahan Fe 5% yaitu sebesar 5,5 g/cm3 dan
1408,4 G. Nlai Mr=6,41 kG, Ms = 10,25 kG, Hc = 3,885 koe, dan BHmax = 4,31 MGOe
Kata kunci: Bonded magnet NdFeB, penambahan Fe, binder epoxy, sifat fisis, sifat magnet.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
THE EFFECT OF ADDITIONAL Fe IN
MANUFACTURING BONDED MAGNET NdFeB ON PHYSICA;
PROPERTIES AND MAGNETIC PROPERTIES
ABSTRACT
Preparation and characterization of bonded magnets NdFeB has been successfully performed using NdFeB powder and Fe powder as raw materials. Variations in thecompotition of NdFeB powder and Fe powder are 100: 0, 95:5, and 90:10 (%wt). Milling process both raw materials was conducted by wet milling (toluene) using Planetary Ball Mill (PBM) for 30 minutes and then powder dried by oven. Furthermore, the powder of the milling product was mixed with epoxy with the ratio of powder and epoxy 96:4 (wt%) and then compacting isotropy at a pressure of 70 kgF using Magnetic Field Press of 5,2 gram from total mass of the sample. Furthermore, pellet samples are stored in the glove box until it dries. Material characterization includes: Measurement of particle diameter, density, magnetic properties (VSM), and magneic flux with Gaussmeter. The results showed that Fe enhancer improved physical properties and decreased magnetic properties. The density and strength of the best magnetic field were
obtained at the addition of Fe 5% is 5.5 g /cm3 and 1408.4G. Mr. N = 5.41 kG,
Ms = 10.25 kG, Hc = 3.885 koe, and BHmax = 4 , 31 MGO
Keywords: Bonded magnet NdFeB, additional Fe, binder epoxy, physical properties, magnetic properties.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. BatasanMasalah 2
1.4. Tujuan Penelitian 3
1.5. Manfaat Penelitian 3
1.6. SistematikaPenulisan 3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Magnet Secara Umum 5
2.2. Klasifikasi Bahan Magnet 6
2.2.1. Bahan Diamagnetik 7
2.2.2. Bahan Paramagnetik 7
2.2.3. Bahan Ferromagnetik 8
2.2.4. Bahan Anti Ferromagnetik 10
2.2.5. Bahan Ferrimagnetik 10
2.3. Magnet permanen dan Magnet Lunak 11
2.4. Histeresis Loop 13
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.4.1. Koersifitas 13
2.4.2. Remanen 14
2.5. Magnet Neodymium Iron Boron (NdFeB) 16
2.6. Proses Fabrikasi Magnet Permanen NdFeB 17
2.7. Bonded Magnet Neodymium iron Boron (NdFeB) 18
2.8. Besi (Fe) 18
2.9. Binder Epoxy 20
2.10. VSM (Vibrating Sample Magnometer) 21
2.11. Densitas 22
2.12. Mikro Struktur dan Miroskop Optik 22
2.13. Image-J 23
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat danWaktu Penelitian 25
3.1.1 Tempat Penelitian 25
3.1.2 Waktu Penelitian 25
3.2. Peralatan danBahan 25
3.2.1 Alat penelitian 25
3.2.2 Bahan penelitian 26
3.3. Diagram Alir percobaan 27
3.4. Proedur Percobaan 28
3.4.1. Preparasi bahan serbuk 28
3.4.1.1. Pencampuran Bahan Baku 28
3.4.1.2. Proses Milling 28
3.4.1.3. Pengeringan Serbuk Basah 28
3.4.2. Preparasi Sampel Uji (pelet) 28
3.4.2.1. Pencampuran Bahan 29
3.4.2.2. Proses Kompaksi 29
3.4.2.3. Proses Magnetisasi 29
3.4.3. Karakterisasi 29
3.4.3.1. Analisa Sifat Magnetik Serbuk 29
3.4.3.2. Analisa Densitas 30
3.4.3.3. Analisa Densitas fluks magnetik 30
3.4.3.4. Analisa tekstur Permukaan 31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.4.3.5. Analias Ukuran Partikel 31
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakterisasi Sifat Fisis 32
4.1.1 Hasil Pengujian OM (Optical Microscope) 32
4.1.2 Hasil pengujian densitas 33
4.2 Karakterisasi Sifat Magnet 35
4.2.1 Hasil Pengujian VSM 35
4.2.2 Hasil Pengujian Gaussmeter 36
BAB 5.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 37
5.2. Saran 37
DAFTAR PUSTAKA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1.
Parameter kemagnetan beberapa bahan ferromagnetik 12
2.2 Sifat NdFeB 17
2.3 Informasi dasar unsur besi 19
4.1 Data hasil perhitungan diameter rata-rata partikel 33
4.2 Data hasil densitas pelet bonded magnet NdFeB dengan variasi pengayaan Fe
0%, 5% dan 10 (%wt) 34
4.3 Data hasil pengujian sifat magnetik sampel pelet bonded magnet
NdFeB dengan variasi pengayaan Fe 0%, 5% dan 10 (%wt) 36
4.4 Nilai Fluks Magnetik pada sampel pelet bonded magnet NdFeB
dengan variasi penambahan Fe 0%, 5% dan 10 (%wt)
menggunakan Gaussmeter 36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
Hala
man
2.1 Skema (a) nikel paramagnetik dan (b) nikel ferromagnetik 9
2.2 Perbedaan koersifitas dan koersifitas intrinsik 14
2.3 Kurva magnetisasi 15
a. Induksi awal (B) versus medan magnet (H).
b. Loop histerisis (magnet lunak).
c. Loop histerisis (magnet keras).
2.4 Peralatan VSM (Vibrating Sample Magnetometer) (P2F LIPI) 21
4.1 Hasil foto menggunakan OM dan gambar setelah treshold
sampel dengan penambahan: (a) 0% Fe, (b) 5% Fe, dan (c) 10% Fe 32
4.2 Hubungan antara densitas pelet bonded magnet NdFeB dengan
variasi pengayaan Fe 0%, 5% dan 10 (%wt) 34
4.3 Kurva histeresis magnet NdFeB dengan variasi penambahan
Fe 0%, 5%, dan 10% (dalam %wt) 35
4.4 Grafik hubungan antara (%wt) Fe terhadap nilai fluks magnetik
pada pelet bonded magnet NdFe 37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
Lampiran
1. Gambar Bahan dan Peralatan
2. Perhitungan Nilai Bulk Densitas
3. Hasil Pengukuran VSM
4. Karakteristik NdFeB type MQPB+
5. Surat Keterangan Penelitian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Magnet permanen merupakan material magnet dengan aplikasi luas yang banyak
digunakan pada industri-industri di Indonesia, namun pemenuhan komponen
magnet permanen sampai saat ini masih bergantung pada produk impor, seperti
dari Jepang dan China. Hal ini dikarenakan belum adanya produsen magnet
permanen lokal dalam negeri (Sardjono, 2012). Dari tahun 1990 hingga 2000
konsumsi magnet meningkat mencapai 12,2% untuk setiap tahunnya.
Diperkirakan pada tahun 2000 nilai produksi magnet dunia mencapai $ 6,5 juta
(Deswita, 2007).
Berkembangnya industri mainan dan makin tingginya pemakaian alat
listrik rumah tangga memberikan peluang yang baik pada pengembangan dan
produksi magnet bonded. Magnet komposit ini dibuat dari bahan magnet yang
dicampur atau diikat (bonded) dengan bahan pengikat bukan magnet, seperti
bahan polimer (Yulianti, 2005).
Magnet permanen yang terbuat dari bubuk memiliki sifat mekanik yang
rendah. Tekanan mekanis yang terjadi pada magnet selamaperakitan dan dalam
pekerjaan normal dapat merusak mereka. Hal ini diperlukan untuk
mengembangkan magnet dengan sifatmekanik yang lebih baik. Sifat mekanik
magnet tergantung terutama pada komposisi magnet: jumlah serbuk magnetik
keras, jumlahresin dan teknologi manufaktur. Mencampur bubuk magnetik keras
dengan bubuk logam adalah salah satu cara untuk meningkatkansifat mekanik dari
material komposit magnetik keras. Penambahan serbuk logam meningkatkan juga
ketahanan korosi dari bahankomposit, dan sifat aplikasi magnet ini lebih tinggi
dibandingkan dengan magnet tanpa penambahan. Pembuatan material
kompositdengan penambahan bubuk logam mirip dengan pembuatan magnet
tanpa penambahan tetapi biaya yang digunakan dapat lebih rendah. (M. Dark,
2006).
Untuk memenuhi kebutuhan magnet permanen, dalam penelitian ini
dipelajari pembuatan bonded magnet dengan mencampurkan bahan serbuk Fe dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
serbuk Neodymium Iron Boron (NdFeB) komersil type MQPB+ dengan resin
epoxy, karena mempunyai sifat thermoset dan mudah dibentuk. Bonded magnet
merupakan magnet komposit atau magnet yang terdiri dari dua bahan, yaitu
matriks dan filler.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimana cara pembuatanbonded magnet NdFeB dengan penambahan Fe
dan binder resin epoxy?
2. Bagaimana pengaruh penambahan Fe 0%, 5% dan 10% (dalam %wt)
dalam bonded magnet NdFeB terhadap sifat fisis?
3. Bagaimana pengaruh penambahan Fe 0%, 5% dan 10% (dalam %wt)
dalam bonded magnet NdFeB terhadap sifat magnet?
1.3.Batasan Masalah
Untuk mendapatkan hasil penelitian dari permasalahan yang ditentukan, maka
perlu ada pembatasan masalah penelitian, yaitu sebagai berikut :
1. Sampel yang digunakan adalah serbuk NdFeB tipe MQP-B+, serbuk Fe
dan epoxy resin.
2. Variasi penambahan serbuk Fe 0%, 5%, dan 10% (dalam %wt) pada
serbuk NdFeB.
3. Karakterisasi bahan NdFeB hasil yang akan dilakukan meliputi :
a. Pengujian densitas untuk mengetahui densitas dari pelet magnet
permanen bonded NdFeB dengan penambahan serbuk Fe dan resin
epoxy.
b. Metode OM (Optical Microscope), untuk melihat ukuran partikel.
c. Karakterisasi sifat magnet dengan VSM (Vibrating Sample
Magnetometer) dan Gaussmeter
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.4.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menguasai teknik preparasi serbuk NdFeB dan Fe melalui metoda
wet milling process dengan menggunakan media toluen.
2. Untuk mengetahui pengaruh penambahan serbuk Fe 0%, 5%, dan 10%
(dalam %wt) pada serbuk NdFeB terhadap bulk densitas dan sifat magnet
dalam pembuatan bonded magnet NdFeB.
3. Untuk mengetahui penambahan optimum dari serbuk Fe yang dapat
menghasilkan sifat fisis dan sifat magnet yang lebih baik dalam bonded
magnet NdFeB.
1.5.Manfaat Penelitiaan
Dari tujuan yang telah disebutkan di atas, maka dalam penelitian ini diharapkan
manfaat dari penelitian adalah sebagai berikut:
1. Menambah pengetahuan baru pada dunia industri khususnya dalam pembuatan
magnet.
2. Memperoleh material magnet komposit NdFeByang lebih baik dengan
penambahan serbuk Fe
1.6.Sistematika Penulisan
Penulisan laporan tugas akhir ini terdiri dari lima bab dengan sistematika sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini mencakup latar belakang penelitian, batasan masalah yang
akan diteliti tujuan penelitian, manfaat penelitian, tempat
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas tentang landasan teori yang menjadi acuan
untuk proses pengambilan data, analisa data serta pembahasan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas tentang peralatan dan bahan penelitian, diagram
alir penelitian, prosedur penelitian, pengujian sampel.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang data hasil penelitian dan analisa data
yang diperoleh dari penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang diperoleh dari
penelitian dan memberikan saran untuk penelitian yang lebih
lanjut.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pengertian Magnet Secara Umum
Material magnet merupakan suatu benda atau bahan yang mempunyai daya tarik
terhadap benda yang mempuyai unsur logam atau besi di sekelilingnya. Magnet
memiliki dua kutub yaitu kutub utara dan kutub kutub selatan. Bila kedua kutub
berlawanan saling berhadapan maka akan terjadi gaya tarik menarik. Sedangkan
bila kedua kutub dihadapkan maka akan terjadi tolak menolak. Sejak zaman
dahulu telah diketahui beberapa bijih mineral atau batuan warna metalik bersifat
menarik partikel besi. Mineral atau batuan itu disebut magnetik atau batuan
bermuatan
Magnet atau magnit adalah suatu obyek yang mempunyai suatu medan
magnet. Kata magnet (magnit) berasal dari bahasa Yunani, magnitis lithos yang
berarti batu Magnesian. Magnesia adalah nama sebuah wilayah di Yunani pada
masa lalu yang kini bernama Manisa (sekarang berada di wilayah Turki) di mana
terkandung batu magnet yang ditemukan sejak zaman dulu di wilayah tersebut.
Magnet selalu memiliki dua kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan. Kutub
magnet adalah daerah yang berada pada ujung-ujung magnet dengan kekuatan
magnet yang paling besar berada pada kutub-kutubnya. Walaupun magnet dapat
dipotong-potong sampai kecil, potongan tersebut akan tetap memiliki dua kutub.
Pada tahun 1819 diketahui bahwa ada hubungan antara fenomena-
fenomena listrik dan magnet. Pada tahun itu seorang sarjana bangsa Denmark
Hans Christian Oersted (1770-1851) mengamati bahwa sebuah magnet yang
dapat berputar akan menyimpang apabila berada didekat kawat yang dialiri arus.
Dua belas tahun kemudian, setelah bertahun-tahun mengadakan percobaan,
Faraday menemukan bahwa akan ada aliran arus sebentar dalam sebuah circuit,
apabila arus dalam circuit lain didekatnya dimulai alirannya atau diputuskan.
Tidak lama kemudian setelah itu diketahui bahwa gerakan magnet menjauhi atau
mendekati circuit itu menimbulkan efek yang sama. (Sears, 1963)
Kemudian pada tahun 1821, Michael Faraday membuat suatu penemuan
penting. Dua tahun sebelumnya Oersted telah menemukan bahwa jarum magnit
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kompas biasa dapat menyimpang jika arus listrik dialirkan dalam kawat yang tidak
berjauhan. Hal ini membuat Michael Faraday menyimpulkan bahwa, jika magnet
didekatkan, yang akan bergerak adalah kawat yang dialiri listrik. Bekerja atas
dasar dugaan ini, Michael Faraday berhasil membuat suatu skema yang jelas
dimana kawat akan terusmenerus berputar berdekatan dengan magnit sepanjang
arus listrik dialirkan ke kawat. Sesungguhnya penemuan ini Faraday merupakan
motor listrik pertama, suatu skema pertama penggunaan arus listrik untuk
membuat sesuatu benda bergerak. Meskipun masih sangat primitif, penemuan
Michael Faraday ini merupakan “nenek moyang” dari semua motor listrik yang
digunakan dunia saat ini. Penemuannya berupa penggunaan arus listrik untuk
membuat benda bergerak adalah pembuka jalan yang luar biasa untuk penemuan-
penemuan motor listrik selanjutnya. Namun kegunaan praktisnya masih terbatas
karena belum ada metode untuk menggerakkan arus listrik selain dari baterei
kimiawi sederhana yang ada pada saat itu. Faraday yakin, pasti ada suatu cara
penggunaan magnit untuk menggerakkan listrik, dan beliau terus-menerus mencari
jalan bagaimana menemukan metode tersebut. Kini, magnit yang tak berpindah-
pindah tidak mempengaruhi arus listrik yang berdekatan dengan kawat (Stephen
M, 2011).
Magnet terbaik umumnya mengandung besi metalik. Namun, ternyata
bahwa unsur lain pun menampilkan sifat magnetik; selain itu, material
bukanlogam pun dapat memiliki sifat magnet. Dalam teknologi modern kini
banyak digunakan magnet logam maupun magnet keramik. Selain itu
dimanfaatkan pula unsur lain untuk meningkatkan kemampuan magnetik sehingga
memenuhi persyaratan. (Van Vlack, 1984)
2.2.Klasifikasi Bahan Magnet
Bahan magnetik adalah suatu bahan yang memiliki sifat kemagnetan dalam
komponen pembentuknya. Berdasarkan perilaku molekulnya di dalam Medan
magnetik luar, bahan magnetik terdiri dari: Diamagnetik, Paramagnetik,
Feromagnetik, Anti Ferromagnetik dan Ferrimagnetik.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.2.1. Bahan Diamagnetik
Diamagnetik merupakan sifat universal dari atom karena terjadi gerakan elektron
pada orbitnya mengelilingi nukleus. Elektron dengan gerakan seperti ini
merupakan suatu rangkaian listrik, dan dari hukum Lenz diketahui bahwa gerakan
ini diubah oleh medan yang diterapkan sedemikian rupa sehingga menimbulkan
gaya tolak. (Smallman,R.E. 2000). Bahan diamagnetik adalah bahan yang resultan
medan magnet atomis masing-masing atom/ molekulya adalah nol, tetapi medan
magnet akibat orbit dan spin elektronnya tidak nol (Halliday & Resnick, 1978).
Konstribusi diamagnetik yang berasal dari elektron valensi kecil, tetapi
apabila berasal dari kulit tertutup kontribusi sebanding dengan jumlah elektron di
dalamnya dan dengan kuadrat radius “orbit”. Pada berbagai logam, efek
diamagnetik ini dikalahkan oleh kontribusi paramagnetik yang berasal dari spin
elektron. Bahan diamagnetik tidak mempunyai momen dipol magnet permanen.
Jika bahan diamagnetik diberi medan magnet luar, maka elektron-elektron dalam
atom akan mengubah gerakannya sedemikian rupa sehingga menghasilkan
resultan medan magnet atomis yang arahnya berlawanan dengan medan magnet
luar tersebut.
Material diamagnetik mempunyai suseptibilitas magnetik negatif kecil,
yang berarti akan bersifat lemah terhadap medan magnetik luar yang diberikan.
(Matthew,2013).
Sifat diamagnetik bahan ditimbulkan oleh gerak orbital elektron. Karena
atom mempunyai elektron orbital, maka semua bahan bersifat diamagnetik. Suatu
bahan dapat bersifat magnet apabila susunan atom dalam bahan tersebut
mempunyai spin elektron yang tidak berpasangan. Dalam bahan diamagnetik
hampir semua spin elektron berpasangan, akibatnya bahan ini tidak menarik garis
gaya. Permeabilitas bahan ini: μ< μ0 dengan suseptibilitas magnetik bahan: χm <
0. Nilai bahan diamagnetik mempunyai orde -10-5m3/kg. Contoh bahan
diamagnetik yaitu: bismut, perak, emas, tembaga dan seng.
2.2.2. Bahan Paramagnetik
Bahan paramagnetik adalah bahan yang resultan medan magnet atomis masing-
masing atom/ molekulnya tidak nol, tetapi resultan medan magnet atomis total
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
seluruh atom/ molekul dalam bahan nol, hal ini disebabkan karena gerakan atom/
molekul acak, sehingga resultan medan magnet atomis masing-masing atom
saling meniadakan (Halliday & Resnick, 1978).
Setiap elektron berperilaku seperti magnet kecil dan dalam medan
magnetik memiliki salah satu dari dua orientasi, yaitu searah atau berlawanan
dengan arah medan, tergantung pada arah spin elektron tersebut. Oleh karena itu,
energi elektron berkurang atau bertambah dan dapat dipaparkan secara mudah
dengan teori pita. Jadi, apabila kita menganggap bahwa pita level energi terbelah
menjadi dua bagian pada gambar 2.1a, dan masing – masing bagian terdapat
elektron dengan spin berlawanan, maka bila terdapat medan, beberapa elektron
akan mengubah keterikatan dari pita yang satu ke pita yang lain sampai kedua pita
mempunyai level energi Fermi sama. (Smallman,R.E. 2000).
Di bawah pengaruh medan eksternal, mereka mensejajarkan diri karena
torsi yang dihasilkan. Sifat paramagnetik ditimbulkan oleh momen magnetik spin
yang menjadi terarah oleh medan magnet luar. Sifat paramagnetik ditimbulkan
oleh momen magnetik spin yang menjadi terarah oleh medan magnet luar.
Dalam bahan ini hanya sedikit spin elektron yang tidak berpasangan,
sehingga bahan ini sedikit menarik garis-garis gaya. Dalam bahan paramagnetik,
medan B yang dihasilkan akan lebih besar dibanding dengan nilainya dalam
hampa udara. Suseptibilitas magnet dari bahan paramagnetik adalah positif dan
berada dalam rentang 10-5 sampai 10-3 m3/Kg, sedangkan permeabilitasnya
adalah μ > μ0. Contoh bahan paramagnetik : alumunium, magnesium dan
wolfram. (Nicola,2003).
2.2.3. Bahan Ferromagnetik
Bahan ferromagnetik mempunyai resultan medan magnet atomis besar, hal ini
disebabkan oleh momen magnetik spin elektron. Pada bahan ini banyak spin
elektron yang tidak berpasangan, masing-masing spin elektron yang tidak
berpasangan ini akan menimbulkan medan magnetik, sehingga medan magnet
total yang dihasilkan oleh satu atom menjadi lebih besar (Halliday & Resnick,
1989).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Ferromagnetisme, seperti paramagnetisme, berasal dari spin elektron.
Namun, pada material ferromagnetik, dihasilkan magnet permanen dan ini
menunjukkan bahwa ada kecenderungan dari spin elektron untuk tidak berubah
arah meskipun medan ditiadakan. Mengenai struktur pita, ini berarti bahwa
setengah pita terkait dengan satu pin secara otomatis berkurang apabila level
kosong di puncak diisi oleh elektron dari puncak lainnya (Gambar 2.1b) dan
perubahan energi potensial berkaitan dengan transfer ini disebut energi pertukaran.
Jadi, meskipun secera energetik memang dimungkinkan adanya keadaan dimana
semua spin berada dalam satu arah, terdapat faktor bertentangan yaitu prinsip
pengecualian Pauli, karena apabila spin berada dalam satu arah banyak elektron
harus memasuki keadaan kuantum lebih tinggi yang berarti terjadi peningkatan
energi kinetik.
Gambar 2.1. Skema (a) nikel paramagnetik dan (b) nikel ferromagnetik
(Raynor,1958)
Pada logam ferromagnetik terjadi pengarahan spin elektron secara spontan, karena
interaksi yang kuat, meski tidak diterapkan suatu medan. Akan tetapi suatu
spesimen besi dapat berada dalam kondisi tanpa magnetisasi karena pengarahan
seperti itu terbatas di daerah kecil, atau domain, yang secara statistik saling
bertentangan. Domain ini berbeda dengan butir logam polikristalin dan dalam satu
butir terdapat beberapa domain. Dengan penerapan medan magnetik, domain
dengan orientasi yang diutamakan tumbuh dengan mendifusi domain lain oleh
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
migrasi batas domain sehingga seluruh spesimen mengalami magnetisasi.
(Smallman,R.E. 2000).
2.2.4. Bahan Anti Ferromagnetik
Bahan yang menunjukkan sifat antiferomanetik, momen magnetik atom atau
molekul, biasanya terkait dengan spin elektron yang teratur dalam pola yang
reguler dengan tetangga spin (pada sublattice berbeda) menunjuk ke arah yang
berlawanan. Hal ini seperti ferromagnetik dan ferrimagnetik,suatu bentuk dari
keteraturan magnet. Umumnya, keteraturan antiferromagnetik berada pada suhu
yang cukup rendah, menghilang pada di atas suhu tertentu. Suhu Neel adalah suhu
yang menandai perubahan sifat magnet dari antiferromagnetik ke paramagnetik.
Di atas suhu Neel bahan biasanya bersifat paramagnetik.
Pada bahan antiferromagnetik terjadi peristiwa kopling momen magnetik
di antara atom-atom atau ion-ion yang berdekatan. Peristiwa kopling tersebut
menghasilkan terbentuknya orientasi spin yang anti paralel. Satu set dari ion
magnetik secara spontan termagnetisasi di bawah temperatur kritis (dinamakan
temperatur Neel). Temperatur menandai perubahan sifat magnet dari
antiferromagnetik ke paramagnetik. Susceptibilitas bahan anti ferromagnetik
adalah kecil dan bernilai positif. Susceptibilitas bahan ini di atas temperatur Neel
juga sama seperti material paramagnetik, tetapi di bawah temperatur Neel,
susceptibilitasnya menurun seiring menurunnya temperatur. (Matthew,2013).
2.2.5. Bahan Ferrimagnetik
Material Ferrimagnetik seperti ferrit (misalnya Fe3O4) menunjukkan sifat serupa
dengan material ferromagnetik untuk temperatur di bawah harga kritis yang
disebut dengan temperatur Curie, TC. Pada temperatur di atas TC maka material
ferrimagnetik berubah menjadi paramagnetik. Ciri khas material ferrimagnetik
adalah adalah adanya momen dipol yang besarnya tidak sama dan berlawanan
arah. Sifat ini muncul karena atom-atom penyusunnya (A dan B) mempunyai
dipole dengan ukuran yang berbeda dan arahnya berlawanan. Material ini dapat
mempunyai magnetisasi walau dalam keadaan tanpa medan luar sekalipun.
Material ferrimagnetik seperti ferrit biasanya non konduktif dan bebas losses arus.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Ferimagnetik,material yang memiliki susceptibilitas yang besar tergantung
temperatur.
2.3.Magnet Permanen dan Magnet Lunak
Sifat – sifat kemagnetan permanen magnet dipengaruhi oleh kemurnian bahan,
ukuran bulir (grain size), dan orientasi kristal. Parameter kemagnetan juga
dipengaruhi oleh temperatur. Koersivitas dan remenensi akan berkurang apabila
temperaturnya mendekati temperatur curie (Tc) dan akan kehilangan sifat
kemagnetannya (Taufik, 2006).
Magnet permanen adalah suatu bahan yang dapat menghasilkan medan
magnet yang besarnya tetap tanpa adanya pengaruh dari luar atau disebut magnet
alam karena memiliki sifat kemagnetan yang tetap.
Jenis magnet tetap selama ini yang diketahui terdapat pada:
1. Magnet Neodymium, merupakan magnet tetap yang paling kuat. Magnet
Neodymium (juga dikenal NdFeB, NIB, atau magnet Neo), merupakan
jenis magnet tanah jarang (Rare Earth) terbuat dari campuran logam
Neodymium. Tetragonal Nd2Fe14B memiliki struktur kristal yang sangat
tinggi uniaksial anisotropi magnetocrystalline (HA ~ 7 tesla). Senyawa ini
memberikan potensi untuk memiliki tinggi koersivitas (yaitu, ketahanan
mengalami kerusakan magnetik).
2. Magnet Samarium-Cobalt, salah satu dari dua jenis magnet bumi yang
langka, merupakan magnet permanen yang kuat terbuat dari paduan
Samarium dan Cobalt. Samarium-kobalt magnet memiliki produk-produk
energi maksimum (BH max) yang berkisar dari 16 oersteds megagauss-
(MGOe) menjadi 32 MGOe; batas teoretis mereka adalah 34 MGOe. Jenis
magnet ini dapat ditemukan di dalam alat-alat elektronik seperti VCD,
DVD, VCR Player, Handphone, dan lain-lain.
3. Magnet keramik, misalnya Barium Hexaferrite. Bahan ini digunakan untuk
membuat magnet permanen, seperti core ferit untuk transformator, dan
berbagai aplikasi lain. Ferit keras banyak digunakan dalam komponen
elektronik, diantaranya motor-motor DC kecil, pengeras suara (loud
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
speaker), meteran air, KWH-meter, telephone receiver ,circulator , dan rice
cooker.
4. Plastic Magnets
Fleksibel (Karet) magnet dibuat dengan mencampur ferit atau
bubuk Neodymium magnet dan pengikat karet sintetis atau alami.
Fleksibel (Karet) magnet dibuat dengan menggulung atau metode ekstrusi.
Magnet plastik biasanya diproduksi dalam bentuk lembaran strip atau yang
banyak digunakan dalam mikro-motor.
5. Magnet Alnico
Alinco magnet adalah magnet paduan yang mengandung
Alumunium (Al), Nikel (Ni), Cobalt (Co). Karena dari tiga unsur tersebut
magnet ini sering disebut Alinco. Sebenarnya magnet alinco ini tidak
hanya mengandung ketiga unsur saja melainkan ada beberapa unsur
mengandung besi dan tembaga, tetapi kandungan besi dan tembaga
tersebut relative sedikit. Alinco magnet dikembangkan pada tahun 1930-an
dengan metode sintering atau lebih umum disebut metode casting. Jenis
magnet ini dapat ditemukan di dalam alat-alat motor (kipas angin, speaker,
mesin motor). (Theresya,2014).
Tabel 2.1. Parameter kemagnetan beberapa bahan ferromagnetik
Material Remanensi (Br) Koersivitas BHmax
(Tesla) (Hc) (kA/m) (kJ/m3)
36Co Steel 0,96 18,25 7,42
Alnico 2 0,7 52 13,5
Alnico 5 1,2 57,6 40
Alnico DG 1,31 56 52
Ba0.6Fe2O3 0,395 192 28
Pt Co 0,645 344 76
SmCo5 0,9 696 160
Nd2Fe14B 1,3 1120 320
Bahan magnetik lunak (soft magnetic) dapat dengan mudah termagnetisasi
dan mengalami demagnetisasi. Magnet lunak mempertahan kan sifat magnet.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Magnet lunak (soft magnetic) menunjukkan histerisis loop yang sempit, sehingga
magnetisasi mengikuti variasi medal listrik hampir tanpa hysterisis loss. Magnet
lunak (soft magnetic) digunakan untuk meningkatkan fluks, yang dihasilkan oleh
arus listrik didalamnya. Faktor kualitas dari bahan magnetik lunak adalah untuk
mengukur permeabilitas yang sehubungan dengan medan magnet yangditerapkan.
Parameter utama lainnya adalah koersivitas, magnetisasi saturasi dan
konduktivitas listrik. Bahan magnetik lunak ideal akan memiliki koersivitas
rendah (Hc), saturasi yang sangat besar (Ms), remanen (Br) nol, hysterisis loss dan
permeabilitas yang sangat besar. Kurva histerisis bahan magnetik lunak
ditunjukkan pada Gambar 5, beberapa bahan penting magnetik lunak diantaranya
Fe, paduan Fe-Si, Ferit lunak (MnZnFe2O4), besi silikon dll (Poja Clauhan,
2010).
2.4.Histeresis Loop
Sifat-sifat magnet suatu bahan dapat diperlihatkan dalam kurva histerisis yaitu
kurva hubungan intensitas magnet (H) terhadap medan magnet (B). Seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.3.
2.4.1. Koersivitas
Induksi suatu bahan dapat dikurangi hingga mencapai nol dengan memberikan
medan magnet luar yang berlawanan sebesar Hc pada bahan itu. Medan magnet
Hc itu disebut koersifitas. Koersifitas sangat tergantung pada keadaan sampel,
yaitu dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti perlakuan panas maupun
deformasi. Seperti halnya dengan remanen, perbedaan pengertian dibuat antara
medan koersif dan koersifitas. Medan koersif adalah kuat medan magnet yang
diperlukan untuk mengurangi magnetisasi atau induksi magnetik sampai mencapai
nol dari nilai sembarang. Sedangkan koersifitas adalah kuat medan magnetik yang
diperlukan untuk menurunkan magnetisasi atau induksi magnetik sampai nol dari
keadaan magnetisasi jenuh. Koersivitas intrinsik dilambangkan dengan Hci adalah
kuat medan magnet pada saat magnetisasi dikurangi sampai nol. Pada bahan soft
magnetic Hc dan Hci bernilai hampir sama, dan biasanya tidak perlu ada
pembedaan diantara keduanya. Sedang pada bahan hard magnetic terdapat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
perbedaan nyata antara Hc dan Hci. Koersifitas (Hc) adalah kuat medan magnet
eksternal yang diperlukan untuk membuat induksi magnetic sampel menjadi nol
sedangkan koersifitas intrinsik (Hci) adalah kuat medan magnetic eksternal yang
diperlukan untuk membuat magnetisasi bahan menjadi nol (Ahmad Y, 2006).
Perbedaan pengertian koersifitas dan koersifitas intrinsik ditunjukkan oleh gambar
2.2.
Gambar 2.2 Perbedaan koersifitas dan koersifitas intrinsik Koersivitas
digunakan untuk membedakan hard magnet atau soft magnet. Semakin besar gaya
koersivitasnya maka semakin keras sifat magnetnya. Bahan dengan koersivitas
tinggi berarti tidak mudah hilang kemagnetannya. Tinggi koersivitas, juga disebut
medan koersif, dari bahan feromagnetik. Koersivitas biasanya diukur dalam
Oersted atau ampere / meter dan dilambangkan Hc. (Pooja, 2010).
2.4.2. Remanen
Magnetisasi remanen adalah magnetisasi yang masih tersisa ketika medan magnet
luar dikurangi hingga nol atau remanensi terjadi pada saat intensitas medan
magnetik H berharga nol dan medan magnet B menunjukkan harga tertentu.
Dalam penggunaannya, istilah remanen (remanence) dibedakan dengan remanent .
Istilah remanen digunakan untuk menggambarkan keadaan magnetisasi atau
induksi yang tersisa setelah bahan mencapai kejenuhan kemudian medan magnet
luar dihilangkan hingga nol, sedang magnetisasi remanent digunakan untuk
menyatakan keadaan magnetisasi yang tersisa setelah bahan mengalamani
magnetisasi pada tingkat sembarang lalu medan magnet dikurangi hingga nol.
Oleh karena itu remanen menjadi batas atas untuk remanent. Bagaimanapun juga
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
koersivitas sangat dipengaruhi oleh nilai remanensinya. Oleh karena itu besar nilai
remanensi yang dikombinasikan dengan besar koersivitas pada magnet permanen
menjadi sangat penting (Jiles, 1996).
Magnet biasanya dibagi atas dua kelompok yaitu: magnet lunak dan
magnet keras. Magnet keras dapat menarik bahan lain yang bersifat magnet.
Selain itu sifat kemagnetannya dapat dianggap cukup kekal.Magnet lunak dapat
bersifat magnetik dan dapat menarik magnet lainnya. Namun, hanya memiliki
sifat magnet apabila berada dalam medan magnet dan sifat kemagnetannya tidak
kekal. Perbedaan antara magnet permanen atau magnet keras dan magnet lunak
dapat dilakukan dengan menggunakan loop histerisis.
Bila bahan magnet berada dalam medan magnet, H, “garis gaya yang
berdekatan” akan tertarik ke dalam bahan sehingga rapat fluks meningkat.
Dikatakan bahwa, induksi magnet, B meningkat. Dengan sendirinya, jumlah
induksi tergantung pada medan magnet dan jenis bahan. Pada contoh Gambar 2.3,
rasio B/H tidak linear, terjadi lompatan induksi mencapai level yang tinggi,
kemudian rasio tersebut hampir konstan dalam medan yang lebih kuat. (Van
Vlack, 1984)
Gambar 2.3 Kurva Magnetisasi (a) Induksi awal (B) versus medan magnet (H).
(b) Loop histerisis (magnet lunak) (c) Loop histerisis (magnet keras).
Baik induksi remanen (rapat fluks) dan medan koersif, B dan –HC masing-
masing, besar untuk magnet keras. Hasil perkalian BH merupakan patokan untuk
energi demagnetisasi.
Pada magnet lunak, terjadi penurunan kembali yang hampir sempurna jika
medan magnet ditiadakan. Medan magnet bolak-balik akan menghasilkan kurva
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
simetris dikuadran ketiga. Kurva histerisis magnet permanen sangat berbeda. Bila
medan magnet ditiadakan, induksi tersisa akan menghasilkan induksi remanen, Br.
Medan yang berlawanan, yang disebut medan koersif, -HC, diperlukan sebelum
induksi turun menjadi nol. Sama dengan magnet lunak, loop tertutup dari magnet
memiliki simetri 180o.
Karena hasil kali medan magnet (A/m) dan induksi (V.det/m2) merupakan
energi per satuan volume (J/m3) disebut dengan energi produk maksimum
(BH)max, luas daerah hasil integrasi di dalam loop histerisis adalah sama dengan
energi yang diperlukan untuk siklus magnetisasi mulai dari 0 sampai +H hingga –
H sampai 0. Energi yang dibutuhkan magnet lunak dapat diabaikan, magnet keras
memerlukan energi lebih banyak sehingga kondisi-ruang, demagnetisasi dapat
diabaikan. Dikatakan dengan magnetisasi permanen.
Magnet permanen dapat diberi indeks berdasarkan medan koersif yang
diperlukan untuk menghilangkan induksi. Patokan ukuran yang lebih baik adalah
hasil kali BH. Hasil kali BH maksimum lebih sering digunakan karena merupakan
barier energi kritis yang harus dilampaui. Magnet lunak merupakan pilihan tepat
untuk penggunaan pada arus bolak-balik atau frekuensi tinggi, karena harus
mengalami magnetisasi dan demagnetisasi berulang kali selama selang satu detik.
Spesifikasi yang agak kritis untuk magnet lunak adalah induksi jenuh (tinggi),
medan koersif (rendah), dan permeabilitas maksimum (tinggi). (Van Vlack, 1984)
2.5.Magnet Neodymium Iron Boron (NdFeB)
Magnet NdFeB adalah jenis magnet permanen rare earth (tanah jarang)
yang memiliki sifat magnet yang sangat baik, seperti pada nilai induksi remanen,
koersivitas dan energi produk yang lebih tinggi pula apabila dibandingkan dengan
magnet permanen lainnya. Dengan memiliki sifat magnetik yang tinggi, dalam
aplikasinya magnet NdFeB dapat berukuran lebih kecil. Magnet logam tanah
jarang (rare earth) terbentuk dari 2 atom unsur logam tanah jarang yaitu
Neodymium, unsur lainnya adalah 14 atom Besi dan 1 atom Boron, sehingga
rumus molekul yang terbentuk adalah Nd2Fe14B. (Novrita, 2006)
Magnet permanen Neodymium-Iron-Boron memiliki energi produk yang
paling tinggi (mencapai 55 MGOe) dari keseluruhan material magnetik. Magnet
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
NdFeB mempunyai dua proses utama; proses serbuk dan melt quenching. Energi
produk yang tinggi dari tipe magnet ini berarti secara signifikan volume material
yang dibutuhkan lebih kecil untuk penggunaan yang sama dengan magnet lain
dalam jumlah besar yang diproduksi seperti Alnico dan Ferrit. Akan tetapi,
NdFeB memiliki kerugian, yaitu temperatur Curie yang rendah dan sangat rentan
terhadap korosi. Temperatur Curie yang rendah (312ᵒC) ini menyebabkan magnet
NdFeB tidak mungkin diaplikasikan pada suhu yang tinggi. (Matthew,2013).
Magnet NdFeB secara komersil telah diproduksi dalam bentuk serbuk oleh
seatu perusahaan, misalnya saja NdFeB yang digunakan dalam percobaan ini,
merupakan NdFeB tipe MQPB+ yang memiliki sifat-sifat magnet sebagai berikut:
Tabel 2.2. Sifat NdFeB
Temperature Curie 330 0C
Maximum Operating Temperature 130-150 0C
Energy Product atau Bhmax 15,3-16,1 MGOe
Koersivitas HC 6,7 kOe
Density 7,63 g/cm3
Temperature Coefficient of Br -0,11 % /0C
Temperature Coefficient of jHC -0,35 % /0C
2.6.Proses Fabrikasi Magnet PermanenNdFeB
Magnet NdFeB biasanya dibuat dengan cara teknologi logam serbuk (powder
metallurgy). Magnet NdFeB ini dapat dibuat dengan 3 cara (Novrita,2006) yaitu:
1. Teknik sintering, yaitu dengan cara teknologi logam serbuk yaitu dengan
cara milling, dicetak, sintering, surface treatment, magnetisasi dan
dihasilkan produk akhir. Magnet yang dihasilkan dengan teknik ini
menghasilkan energy produk (BHmax) yang paling tinggi.
2. Teknik Compression bonded, yaitu dengan cara mencampurkan serbuk
NdFeB dengan suatu binder/pelumas, dikompaksi dan kemudian
dipanaskan. Energi produk yang dihasilkan dengan teknik ini lebih rendah
bila dibandingkan dengan cara teknik sintering.
3. Teknik Injection Molding, yaitu dengan cara mencampurkan serbuk
NdFeB dengan suatu binder/pelumas dan kemudian diinjeksi. Energi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
produk yang dihasilkan dengan cara teknik ini lebih rendah dibandingkan
dengan teknik sintering dan teknik Compression bonded.
2.7.Bonded Magnet Neodymium Iron Boron (NdFeB)
Bahan Bonded Magnet merupakan magnet komposit yang dibuat dari serbuk
magnet yang dicampurkan dengan bahan matriks (pengikat/binder) yang bersifat
non magnet. Bahan bonded magnet dapat bersifat kaku (rigid) atau lentur
(flexible) tergantung dari jenis pengikat yang digunakan. Bahan NdFeB
mempunyai sifat kemagnetan yang unggul (BHmax) dan dapat diaplikasikan
dalam bidang industri otomotif, kesehatan dan elektronik. Adapun fungsi dari
matriks adalah untuk menyatukan butiran serbuk magnet menjadi satu kesatuan
dalam bentuk komposit. Selain itu, bahan matriks sangat berpengaruh terhadap
sifat mekanik, listrik, maupun stabilitas termal dari magnet komposit. (Ihsan,
2005)
Bonded Magnet ini memiliki kelemahan pada hasil material magnetnya.
Hal itu dikarenakan oleh magnet isotropik memiliki sifat yang lebih rendah dari
pada magnet yang disintering. Akan tetapi, disamping kelemahan tersebut, hasil
dari Bonded Magnet ini memiliki keutungan-keuntungan sebagai berikut:
a. Sederhana dan biaya produksi rendah.
b. Mudah dibentuk dan variasinya juga beragam.
c. Ketahanan mekanik yang cukup baik.
Bonded Magnet dengan campuran logam transisi tanah jarang (rare earth
permanent magnets) mempunyai sifat magnet unggul dibandingkan sifat magnetik
bonded ferrit. Hal tersebut terlihat secara signifikan, karena magnet bonded ferrit
mempunyai koefisien temperatur positif terhadap Hc yang berarti koersivitas
meningkat dengan peningkatan temperatur. (Deswita, 2007).
2.8.Besi (Fe)
Besi adalah unsure kimia dengan simbol Fe (dari bahasa Latin: zat besi). Dan
nomor atom 26 .Ini merupakan logam dalam transisi deret pertama. Besi
merupakan logam transisi yang paling banyak dipakai karena relative melimpah di
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bumi. Besi juga merupakan elemen paling umum di Bumi, membentuk banyak
inti luar dan dalam bumi.
Besi juga diketahui sebagai unsur yang paling banyak membentuk dibumi,
yaitu kira-kira 4,7 – 5 % pada kerak bumi. Karakter endapan besi ini berupa
endapan yang berdiri sendiri namun seringkali ditemukan berasosiasi dengan
mineral logam lainya. Kadang besi sebagai kandungan logam tanah (residual),
namun jarang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Kebanyakan besi ini hadir
dalam berbagai jenis senyawa oksida, endapan besi yang ekonomis umumnya
berupa Magnetite, Hematite, Limonite, dan Siderite. Dari mineral-mineral bijih
besi magnetite adalah mineral dengan kandungan Fe paling tinggi, tetapi terdapat
dalam jumlah kecil. Sementara hematite merupakan mineral bijih utama yang
dibutuhkan dalam industri besi.(Syukri, 1999).
Beberapa jenis endapan yang memungkinkan endapan besi bernilai
ekonomisyaitu :
1. Magnetik: Magnetite dan Titaniferous magnetite.
2. Metasomatik kontak: magnetite dan specularite.
3. Pergantian/replacement: magnetite dan hematite.
4. Sendimentasi/placer: hematite, limonite, dan siderite.
5. Kosentrasi mekanis dan residual: hematite, magnetite, dan limonite.
6. Oksidasi: limonite dan hematite.
Tabel 2.3 Informasi Dasar Unsur Besi
Nama Unsur Besi
Simbol Fe
Nomor Atom 26
Massa Atom 55.845 g/mol
Titik Didih 3143 K
Titik Lebur 1811K
Struktur Kristal BCC
Warna Perak keabu- abuan
Konfigurasi Elektron [Ar] 3d6 4s2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.9.Binder Epoxy
Epoksi adalah suatu kopolimer, terbentuk dari dua bahan kimia yang berbeda. Ini
disebut sebagai "resin" dan "pengeras". Resin ini terdiri dari monomer atau
polimer rantai pendek dengan kelompok epoksida di kedua ujung. Epoksi resin
paling umum yang dihasilkan dari reaksi antara epiklorohidrin dan bisphenol-A,
meskipun yang terakhir mungkin akan digantikan dengan bahan kimia yang
serupa. Pengeras terdiri dari monomer polyamine, misalnya Triethylenetetramine
(Teta). Ketika senyawa ini dicampur bersama, kelompok amina bereaksi dengan
kelompok epoksida untuk membentuk ikatan kovalen. Setiap kelompok NH dapat
bereaksi dengan kelompok epoksida, sehingga polimer yang dihasilkan sangat
silang, dan dengan demikian kaku dan kuat. Proses polimerisasi disebut "curing",
dan dapat dikontrol melalui suhu, pilihan senyawa resin dan pengeras, dan rasio
kata senyawanya; proses dapat berlangsung beberapa jam. Beberapa formulasi
manfaat dari pemanasan selama masa curing, sedangkan yang lainnya hanya
memerlukan waktu, dan suhu ambien. Dalam bentuk asli epoksi resin keras dan
getas. Epoksi resin adalah termasuk kelompok plastik thermosetting. Yaitu tidak
meleleh lagi jika dipanaskan. Pengerasannya terjadi karena reaksi polimerisasi,
bukan pembekuan. Oleh karena itu epoksi resin tidak mudah didaur ulang.
Resin epoksi mampu bereaksi dengan pengeras yang cocok untuk
membentuk matriks silang dengan kekuatan besar dan daya ikat yang sangat baik
untuk berbagai macam subtrat. Hal ini membuat resin epoksi ideal untuk aplikasi
perekat yang membutuhkan kekuatan ikat tinggi. Beberapa karakteristik unik resin
epoksi yaitu hampir tidak mengalami penyusutan selama proses curing, ketahanan
kimia yang baik, kemampuan untuk mengikat subtrat yang tidak berpori dan
fleksibilitas yang besar (Goulding, 2003). Epoxie dikenal karena adhesi yang
sangatbaik, ketahanan kimia dan panasnya yang sangat baik, baik untuk sifat
mekanik yang sangat baik dan sifat isolasi listrik yang sangat baik, namun hampir
semua properti dapat dimodifikasi.Epoksi ini tahan lama, lemas dan liat, dapat
dibuat lapisan pelindung yang baik. Bahan ini terutama dipakai untuk cat dasar,
pelapis dan pernis, serta sebagai bahan pinggiran kaleng, drum, pipa tangki, dan
mobil-mobil tangki. Sebagai bahan perekat epoksi ini sangat menonjol. Juga telah
semakin meningkat pemakaiannya untuk mencetak, mengecor, dan melaminasi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lapisan atau lapisan gabungan, dari produk damar epoksi dan serat kaca telah
digunakan secara meluas dalam aliran listrik, pesawat udara, pipa saluran,
perumahan, tangki dan peralatan atau perkakas.
2.10. VSM (Vibrating Sample Magnetometer)
Vibrating Sample Magnetometer (VSM) merupakan salah satu jenis peralatan
yang digunakan untuk mempelajari sifat magnetik bahan. Dengan alat ini akan
dapat diperoleh informasi mengenai besaran – besaran sifat magnetik sebagai
akibat perubahan medan magnet luar yang digambarkan dalan kurva histeresis,
sifat magnetik bahan sebagai akibat perubahan suhu, dan sifat – sifat magnetik
sebagai fungsi sudut pengukuran atau kondisi anisotropik bahan.
Gambar 2.3 Peralatan VSM (Vibrating Sample Magnetometer) (P2F LIPI).
Salah keistimewaan VSM adalah merupakan vibrator elektrodinamik yang
dikontrol menggunakan arus balik. Sampel dimagnetisasi dengan medan magnet
homogen. Jika sampel bersifat magnetik, maka medan magnet akan
memagnetisasi sampel dengan meluruskan domain magnet. Momen dipol magnet
sampel akan menciptakan medan magnet di sekitar sampel, yang biasa disebut
magnetic stray field. Ketika sampel bergetar, magnetic stray field dapat ditangkap
oleh coil. Medan magnet tersebar tersebut akan menginduksi medan listrik dalam
coil yang sebanding dengan momen magnetik sampel. Semakin besar momen
magnetik, maka akan menginduksi arus yang semakin besar.
Dengan mengukur arus sebagai fungsi medan magnet luar, suhu maupun
orientasi sampel, berbagai sifat magnetik bahan dapat dipelajari. Dalam penelitian
ini, nilai magnetisasi diukur selain untuk mengetahui kemampuan magnetik
nanosfer yang dihasilkan juga untuk mendapatkan informasi komposisi nanosfer.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karakterisasi sifat magnetik dengan VSM, Data yang diperoleh dari karakterisasi
sifat magnet berupa kurva histeresis dengan sumbu x merupakan medan magnet
yang menginduksi sampel dalam satuan Tesla dan sumbu y merupakan
magnetisasi sampel dalam satuan emu/gram. (Thresya,2014)
2.11. Densitas
Salah satu sifat yang penting dari suatu bahan adalah densitas. Densitas
didefinisikan sebagai massa per satuan volum. Jika suatu bahan yang materialnya
homogen bermassa m memiliki volume v, densitasnya adalah
........................................................ (2.9)
dengan:
= densitas (gr/cm3)
m = massa sampel (gr)
V = volume sampel (cm3)
Secara umum, densitas suatu bahan tergantung pada faktor lingkungan
seperti suhu dan tekanan. (Young,D.H. 2002).
2.12. Mikrostruktur dan Mikroskop Optik
Struktur mikro merupakan butiran-butiran suatu benda logam yang sangat kecil
dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, sehingga perlu menggunakan
mikroskop optik atau mikroskop elektron untuk pemeriksaan butiran-butiran
logam tersebut. Struktur material berkaitan dengan komposisi, sifat, sejarah dan
kinerja pengolahan, sehingga dengan mempelajari struktur mikro akan
memberikan informasi yang menghubungkan komposisi dan pengolahan sifat
serta kinerjanya. (Ahmad Rifai M Nur Sagala, 2012).
Salah satu alat untuk analisa struktur mikroa dalah Optical Microscope.
Pada optical microscope, ketika cahaya dari lampu mikroskop melewati kondenser
dan kemudian melewati spesimen (spesimen dianggap adalah penyerap cahaya),
hanya sedikit saja cahaya yang melewati spesimen tanpa terganggu. Cahaya
tersebut disebut sebagai cahaya langsung atau cahaya tidak terdeviasi. Cahaya
pada mikroskop yang terpantul sering disebut mikroskopi metalurgical,
merupakan metode yang digunakan untuk fluorescence dan penggambaran
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
spesimen yang terlihat buram meski ketika diturunkan ketebalannya hingga 30
mikron. Rentang spesimen yang termasuk dalam kategori ini banyak sekali dan
termasuk logam, mineral, keramik dan berbagai jenis polimer, semikonduktor,
batubara, plastik, kertas, kayu, kain, dan material lainnya, karena cahaya tidak
mampu melewati spesimen tersebut, maka harus diarahkan langsung pada
permukaan dan akhirnya terpantul kembali ke objektif mikroskop baik oleh
refleksi spekular maupun terdifusi. (Davidson dan Abramowitz, 2002)
Dengan menerapkan teknik optical microscopy, mikroskop cahaya
digunakan untuk mempelajari mikrostruktur, dengan sistem optik dan iluminasi
adalah elemen dasarnya. untuk material yang buram pada cahaya tampak (semua
jenis logam, dan berbagai jenis keramik dan polimer), hanya permukaan
sampelnya yang diobservasi, dan mikroskop cahaya harus dipakai pada mode
pemantulan. Kontras pada gambar dihasilkan dari perbedaan pemantulan dari
berbagai bagian mikrostruktur. Investigasi dari tipe ini biasanya sering disebut
metallograhic, karena logam merupakan bahan pertama yang dianalisa memakai
teknik ini.
Persiapan specimen membutuhkan kehati-hatian dan ketelitian untuk
menampilkan detail penting mikrostrukturnya. Permukaan specimen pertama
harus diratakandan dipoles hingga halus dan seperti cermin. Hal ini dapat
dihasilkan dengan menggunakan kertas amplas.
2.13. Image-J
Image-J adalah software gratis (free-Software) untuk pengolahan gambar
digital berbasis Java yang dibuat oleh Wayne Rasband dari Research Services
Branch, National Institute of Mental Health, Bethesda, Maryland, USA (Podlasov,
2003) Penggunaan ImageJ dalam analisis gambar digital telah digunakan secara
luas dalam bidang kesehatan dan biologi (Abramoff Michael, 2004)
.Image-J merupakan perangkat lunak yang dapat diunduh secara gratis dari
http://rsb.info.nih.gov/ij/. Perangkat lunak yang telah diunduh dapat dipasangkan
ke komputer dengan menjalankan paket program tersebut. Ada dua macam versi
yang dapat diunduh melalui alamat tersebut yaitu versi-32 bit dan versi-64 bit.
Image-J dapat di-upgrade versi terbarunya dengan cara membuka Image-J lalu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mengklik Help > Update atau dengan cara membuka link
http://rsb.info.nih.gov/ij/upgrade/ (Ross Jacqui, 2009)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
3.1.1. Tempat Penelitian
Penelian ini dilaksanakan di Keltian Magnet, Pusat Penelitian Fisika LIPI
Puspiptek, Gedung 441 Serpong, Tangerang Selatan, Banten.
3.1.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada 10 Oktober 2016 sampai 30 Desember 2016.
3.2. Peralatan dan Bahan Penelitian
Bahan Peralatan dan bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah
sebagai berikut:
3.2.1. Peralatan Penelitian
Peralatan Penelitian Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut:
a. Spatula
Berfungsi sebagai alat untuk mengambil serbuk bahan baku pembuatan
sampel.
b. Neraca digital 3 digit
Berfungsi sebagai alat untuk menimbang bahan-bahan yang akan
digunakan dalam pembuatan sampel magnet NdFeB.
c. Shaker Mill
Berfungsi sebagai alat untuk mencampurkan serbuk magnet NdFeB
dengan polimer.
d. Cetakan (Moulding)
Berfungsi sebagai wadah cetakan sampel magnet berbentuk pellet.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
e. Press
f. Cawan
Berfungsi sebagai tempat meletakkan sampel saat proses pengeringan.
g. Jangka Sorong Digital
Berfungsi sebagai alat ukur dimensi sampel magnet.
h. Magnet-Physic Dr. Steingroever GmbH Impulse magnetizer K-
Series Berfungsi sebagai alat magnetisasi sampel yang telah dicetak.
i. Gaussmeter
Berfungsi sebagai alat untuk mengukur besarnya medan magnet
permukaan sampel magnet.
j. VSM (Vibrating Sample Magnetometer) / Permeagraph
Berfungsi untuk menganalisa sifat magnet dalam bentuk kurva B-H.
k. Kotak Hampa Oksigen (Glove Box)
Berfungsi untuk menyimpan sampel dalam keadaan vakum
.
3.2.2. Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
a. Powder Neodymium Iron Boron (NdFeB) komersil type MQP-B+
Berfungsi sebagai bahan baku dalam pembuatan bonded magnet NdFeB.
b. Serbuk Fe
Berfungsi sebagai campuran bahan baku.
c. Resin epoxy (bahan polimer termoplastik)
Berfungsi sebagai binder (perekat) dalam bonded magnet NdFeB.
d. Toluen
Berfungsi untuk membasahi bahan serbuk agar tidak terbakar saat proses
milling
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.3. Diagram Alir Penelitian
Diagram alir dari pembuatan pelet bonded magnet NdFeB dengan penambahan
serbuk Fe dan perekat resin epoxy dapat dilihat pada gambar berikut:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 3.1 Diagram alir
penelitian 3.4.Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dalam pembuatan bonded magnet NdFeB dengan variasi
pengayaan Fe. Tahap tersebut terdiri atas preparasi bahan serbuk (pencampuran
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bahan, proses wet milling dan pengeringan serbuk). Pembuatan pelet
(pencampuran bahan, kompaksi, pengeringan dan karakterisasi pelet). Dan akan
dijelaskan sebagai berikut:
3.4.1. Preparasi Bahan Serbuk
3.4.1.1.Pencampuran Bahan Baku
Pencampuran bahan serbuk dilakukan di dalan glovebox (vacum + gas Ar),
denagn menimbang serbuk NdFeB type MQPB+ dan serbuk Fe menggunakan
neraca digital 3 digit. Dalam hal ini dilakukan variasi tanpa penambahan Fe dan
dengan penambahan Fe, dengan komposisi penambahan Fe 5% dan 10% (dalam
%wt) di dalam NdFeB. Maka ditimbang serbuk NdFeB 10 gram untuk 0% Fe,
serbuk NdFeB dan Fe sebanyak 9,5 dan 0,5 gram untuk 5 %wt Fe dan 9 dan 1
gram untuk 10 %wt Fe.
3.4.1.2.Proses milling
Serbuk dimasukkan ke dalam jar mill yang sebelumnya sudah diisi dengan 10 bola
milling yang memiliki ukuran bervariasi, lalu ditambahkan toluen sampai serbuk
dan bola terendam. Kemudian jar mill di tutup rapat dan dikeluarkan dari
glovebox. Dimasukkan kedalam shaker mill kemudian diketatkan antara shaker
mll dan jar mill dengan kunci agar tidak terlepas saat proses shake. Milling
dilakukan selama 30 menit.
3.4.1.3.Pengeringan Serbuk basah
Serbuk hasil wet milling dipindahkan pada botol kaca kemudian dimasukkan ke
dalan vakum dryer yang diatur suhunya sebesar 320C dan tekanan sebesar 10
mBar kemudian dibiarkan sampai serbuk mengering.
3.4.2. Preparasi Sampel Uji (Pelet)
3.4.2.1.Pencampuran Bahan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Bahan serbuk NdFeB dan NdFeB + Fe yang telah mengering kemudian dicampur
dengan epoxy 4%wt, dalam hal ini satu sampel pelet akan dibuat dengan dengan
serbuk sebanyak 5 gram, maka ditambahkan epoxy sebanyak 0,2 gram kemudian
ditambahkan lagi hardener sebanyak satu tetes lalu semua bahan diaduk rata
menggunakan spatula.
3.4.2.2.Proses Kompaksi
Setelah pencampuran selanjutnya dilakukan kompaksi pada masing – masing
variasi serbuk NdFeB dengan gaya 70 kgF dan ditahan selama 2 menit dengan
suhu ruangan 30ᵒC menggunakan alat kompaksi hidroulic press. Hasil kompaksi
berbentuk pelet. Sampel yang telah dikompaksi kemudian dipindahkan ke tatakan
pelet dan disimpan sementara di dalam glove box agar mengering dan tidak
teroksidasi.
3.4.2.3.Proses Magnetisasi
Setelah pelet mengering maka tahap terakhir adalah melakukan magnetisasi
sampel. Magnetisasi dilakukan dengan menggunakan Magnet-Physic
Dr.Steingroever GmbH Impulse Magnetizer K-Series dengan V= 1500 Volt dan I
yang dihasilkan sekitar 5,13 – 5,14 kA.
3.4.3. Karakterisasi
3.4.3.1.Analisa Sifat Magnetik Serbuk
Analisa sifat magnet dan kuat medan magnet sampel serbuk NdFeB dilakukan
menggunakan VSM (Vibrating Sample Magnetometer), salah satu jenis peralatan
yang digunakan untuk mempelajari sifat magnetik bahan. Dengan alat ini akan
diperoleh informasi mengenai besaran-besaran sifat magnetik sebagai akibat
perubahan medan magnet luar yang digambarkan dalam kurva histerisis yang
dilengkapi dengan nilai induksi remanen (Br) dan gaya koersif (Hc), serta Momen
Magnetik sifat magnet bahan sebagai akibat perubahan suhu, dan sifat-sifat
magnetik sebagai fungsi sudut pengukuran atau kondisi anisotropik bahan. Pada
saat pengukuran berlangsung, terjadi proses magnetisasi pada sampel, sehingga
sampel akan memiliki sifat magnet setelah pengujian dilakukan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Setelah diberi medan magnet luar bahan baru akan memilki medan magnet,
cara pemberian medan magnet ini dilakukan secara perlahan-lahan sehingga pada
kondisi tertentu, sampel benar – benar mencapai titik kejenuhan magnetisasinya
(saturasi) dan medan magnetnya searah dengan medan dari VSM. Kemudian
pemberian medan magnet ini diturunkan secara perlahan sehingga terbentuk
remanensi Br. Hal inilah yang menentukan magnet tersebut merupakan magnet
permanen. Koersivitas magnet sendiri didapat saat H mencapai nol dan dicapai
nilai remanen arah balik, -Br. Kemudian medan magnet H diberikan kembali
hingga mencapai saturasi (kejenuhan). Akhirnya akan diperoleh kurva B-H (kurva
histeresis) dari sampel serbuk yang diuji.
3.4.3.2.Analisa Densitas
Analisa densitas sampel pelet dengan cara menimbang massa pelet NdFeB
menggunakan neraca digital dan menghitung diameter dan tebal sampel pelet
NdFeB dengan menggunakan jangka sorong digital untuk memperoleh volume
pelet NdFeB.
Pengukuran ini dilakukan melalui perbandingan massa pelet NdFeB
dengan volume pelet NdFeB setelah diberikan perlakuan panas (Heat Treatment).
Kemudian nilai densitas pelet akan diperoleh dengan persamaan:
p =
............................................................. (3.1)
Dimana :
p = Densitas sampel pelet NdFeB (gram/cm3)
= massa sampel pelet NdFeB (gram)
= volume sampel pelet NdFeB (cm3)
3.4.3.3.Analisa Densitas Fluks Magnetik
Analisa densitas fluks magnetik sampel pelet magnet NdFeB dalam penelitian ini
menggunakan Gaussmeter (Model GM-2 AlpaLab, Inc). Analisa ini dilakukan
dengan cara mengambil sampel yang telah dimagnetisasi dengan menggunakan
pinset dan sampel diletakkan di atas sebuah wadah kertas atau tisu kemudian
ujung pendeteksi Gaussmeter diletakkan pada permukaan sampel pelet NdFeB,
selanjutnya ujung sensor pendeteksi digerak – gerakkan pada permukaan sampel
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pelet. Kemudian nilai densitas fluks magnetik yang dihasilkan akan ditampilkan
pada display Gaussmeter. Penghitungan nilai densitas flus magnetik tersebut akan
diambil nilai peak tertinggi yang ditampilkan pada Gaussmeter.
3.4.3.4.Analisa Tekstur Permukaaan
Analisa tekstur permukaan dilakukan dengan menggunakan Optical Microscope
Bestcope dengan perbesaran maksimal 40x. Pelet yang akan dilihat tekstur
permukaannya sebelumnya dipoles sampai permukaan pelet rata dan mulus.
Kemudian sampel pelet diletakkan dimeja preparat pada mikroskop optikal dan
dilihat tekstur permukaanya yang ditampilkan pada monitor komputer.
3.4.3.5.Analisa Ukuran Partikel
Analisa ukuran partikel dilakukan dengan mengelola gambar yang di dapatkan
dari hasil Mikroskop OptikmenggunakanaplikasiImage J, dalam hal ini adalah
permukan pelet NdFeB hasil kompaksi.Dari image J didapat data diameter rata-
rata partikel.Analisasampelinimeliputitigatahap, yaitu :
1. Tahap persiapan gambar
Langkah pada tahap ini meliputi start open software Image-J > open file >
pilih menu Analyze > Set Scale (nm, µ m) > pilih menu Image> Crop
gambar.
2. Tahap threshold gambar
Tahap ini merupakan tahap segmentasi warna gambar. Pada tahap ini,
warna dibedakan menjadi warna partikel atau pori dan warna latar
belakang (baground). Langkah pada tahap ini adalah pilih menu Image >
Adjust > Threshold > Setting ukuran warna berdasarkan topografi gambar.
3. Tahap analisis gambar
Langkah dalam tahap ini adalah pilih menu Analyze > Set parameter > Ok,
pilih kembali menu Analyze > Analyze Particles. Nilai data hasil analisis
keluar dalam bentuk file Excel.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Karakterisasi Sifat Fisis
4.1.1. Hasil Pengujian Optical Microscope (OM)
Pengujian dengan menggunakan optical microscope (OM) dilakukan pada
sampel berbentuk pelet yang bertujuan untuk melihat penyebaran partikel
pada permukaan sampel dan mengukur diameter partikel. Pengukuran
diameter partikel diolah dari hasil foto OM dengan menggunakan software
Image J. Hasil foto sampel dengan perbesaran 100 kali kemudian di-
treshold untuk melihat bentuk partikel-partikel yang akan dianalisis
diameternya. Hasil pengujian diameter partikel sampel pelet bonded
magnet NdFeB dengan variasi penambahan 0%, 5%, dan 10% Fe dapat
dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar cuplikan asli (belum diolah) Gambar hasil treshold
(a)
(b)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(c)
Gambar 4.1 hasil foto menggunakan OM dan gambar setelah treshold
sampel dengan penambahan: (a) 0% Fe, (b) 5% Fe, dan (c) 10% Fe.
Hasil perhitungan diameter sampel pelet bonded magnet NdFeB dengan variasi
pengayaan Fe 0%, 5% dan 10 (%wt) dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Hasil
perhitungan diameter rata-rata partikel.
No. Penambahan Fe (% wt) Diameter partikel rata-rata (nm)
1. 0 81,6
2. 5 76,9
3. 10 51,2
Dari tabel 4.1. maka dapat dilihat bahwa sampel dengan kandungan
10%Fe (% wt) diameter partikel diperoleh lebih kecil yaitu 51,2 nm. Hal ini
diperkirakan karena kandungan serbuk Fe dengan diameter partikel 136 nm lebih
banyak.
Hubungan antara ukuran partikel serbuk terhadap penambahan %Fe pada
NdFeB adalah berbanding terbalik, artinya semakin banyak %Fe yang
ditambahkan maka ukuran partikel semakin kecil. Hal tersebut sesuai dengan
hubungan antara ukuran partikel dengan densitas yang berbanding terbalik.
Semakin tinggi densitas serbuk, maka semakin kecil ukuran partikel yang
dihasilkan.
4.1.2. Hasil Pengujian Densitas
Hasil penelitian densitas dari sampel pelet bonded magnet NdFeB dengan variasi
pengayaan Fe 0%, 5% dan 10 (%wt) dapat dilihat pada Tabel 4.1.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.2. Data hasil densitas pelet bonded magnet NdFeB dengan variasi
pengayaan Fe 0%, 5% dan 10 (%wt)
Fe ( %wt ) Densitas pelet (g/cm3)
0 5,4
5 5,5
10 5,53
Dari Tabel 4.2. di atas dapat dibuat grafik hubungan antara densitas pelet bonded
magnet NdFeB dengan variasi pengayaan Fe 0%, 5% dan 10 (%wt) seperti pada
gambar berikut ini:
Gambar 4.2. hubungan antara densitas pelet bonded magnet NdFeB dengan variasi
pengayaan Fe 0%, 5% dan 10 (%wt)
Dari Grafik 4.2. dapat dilihat bahwa variasi penambahan serbuk Fe pada NdFeB
sangat berpengaruh terhadap nilai densitas bonded magnet NdFeB. Sampel pelet
dengan penambahan Fe 10% memiliki nilai densitas paling besar yaitu 5,53
g/cm3dibandingkan sampel pelet dengan penambahan 0% dan 5% Fe. Hubungan
antara penambahan jumlah Fe berbanding lurus dengan nilai densitas sampel pelet
bonded magnet NdFeB. (M.Drak, 2007)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.2.Karakterisasi Sifat Magnet
4.2.1. Hasil PengujianVSM(Vibrating Sample Magnetometer)
VSM (Vibrating Sample Magnetometer) merupakanperalatan yang
digunakan untuk mempelajari atau menguji sifat magnetik suatu bahan. Pengujian
VSM dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai besaran-besaran sifat
magnetik sebagai akibat perubahan medan magnet luar yang digambarkan dalam
kurva histeresis yang dilengkapi dengan nilai induksi remanent (Br) dan gaya
koersif (Hc).
Hasil pengujian sifat magnet oleh VSM pada sampel magnet NdFeB
dengan variasi penambahan Fe akan ditunjukkan seperti pada gambar dibawah ini
:
Gambar 4.2. Kurva histeresis magnet NdFeB dengan variasi penambahan
Fe 0%, 5%, dan 10% (dalam %wt)
Untuk mengetahui nilai sifat magnetik dari hasil kurva histeresis pada
gambar 4.9 diatas akan ditunjukkan seperti pada tabel 4.3. dibawah ini :
Tabel 4.3. Data hasil pengujian sifat magnetik sampel pelet bonded magnet
NdFeB dengan variasi pengayaan Fe 0%, 5% dan 10 (%wt)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fe (%wt) Mr(kG) Ms(kG) Hc(kOe) Bhmax(MG
Oe)
0% 6,41 10,25 3,885 4,31
5% 6,17 10,54 5,146 4,38
10% 5,71 11,02 3,335 3,28
Dari hasil kurva histeresis dan tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa
magnet NdFeB dengan penambahan Fe merupakan hard magnetic material
(magnet permanen). Bahan magnet keras (magnet permanen) ditandai dengan
kurva histeresis yang besar dan nilai koersivitas (Hc) yang tinggi diatas 200Oe.
Koersivitas (Hc) merupakan besar medan magnet balik yang dibutuhkan untuk
meniadakan kemagnetan suatu bahan. Kekuatan magnet (magnetic field)
ditentukan oleh besarnya remanensi (Mr) dari suatu bahan. Remanensi (Mr)
merupakan magnet sisa yang terdapat pada bahan setelah pengaruh medan magnet
luar ditiadakan.
Hasil kurva histeresis di atas menunjukkan bahwa nilai koersivitas (Hc)
dan nilai remanansi (Br) lebih bensar pada penambahan 5 %wt serbuk Fe, sebesar
5,146 kOe dan 6,17 kG.nilai energi produk maksimum (BHmax) juga lebh tinggi
pada penambahn 5%wt serbuk Fe yaitu sebesar 4,38 MGOe. Besarnya nilai
produk maksimum didapat dari nilai maksimal perkalian antara B dan H pada
kuadran kedua kurva histeresis.
4.2.2. Hasil Pengujian Gaussmeter
Hasil pengujian kuat medan magnet menggunakan gaussmeter dapat dilihat
pada tabel 4.4.
Tabel 4.4. Nilai Fluks Magnetik pada sampel pelet bonded magnet NdFeB
dengan variasi penambahan Fe 0%, 5% dan 10 (%wt) menggunakan Gaussmeter
Fe ( %wt ) Fluks Magnetik (Gauss)
0 1205,3
5 1408,4
10 1170,5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dari tabel 4.4. dia atas dapat dibuat grafik hubungan antara (%wt) Fe
dengan nilai fluks magnetik seperti pada gambar berikut ini :
Gambar 4.4. Grafik hubungan antara (%wt) Fe terhadap nilai fluks
magnetik pada pelet bonded magnet NdFeB.
Dari hasil gambar 4.4. di atas menujukkan bahwa pada penambahan Fe
5%wt pada serbuk NdFeB memiliki nilai fluks magnetik tertimggi yaitu sebesar
1408,4 G dibandingkan dengan penambahn 0% dan 10% Fe. Pada bonded NdFeB
tanpa penambahan Fe nilai fluks magnetiknya adalah sebesar 1205,3 G tapi pada
penambahan 10% Fe nilai fluks magnetnya mengalami penuruan, yaitu menjadi
sebesar 1170,5 G.
Berdasarkan penelitian (Ayu, 2012) tentang korelasi ukuran butir dengan
sifat fisis dan sifat magnet, bahwa ukuran butir tidak secara langsung
mempengaruhi sifat magnet tapi berbanding lurus dengan nilai densitas.
Sementara pada hasil penelitian (Drak M, 2009) bahwa penambahan serbuk besi
menyebabkan penurunan sifat magnetik material komposit namun bermanfaat
dengan mempertimbangkan sifat mekanik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang “Pengaruh penambahan Fe pada bonded
magnet NdFeB terhadap sifat fisis dan sifat magnet”, maka dapat dibuat
kesimpulan sebagai berikut :
1. Telah berhasil dilakukan pembuatan pelet magnet NdFeB dengan variasi
penambahan serbuk Fe dengan menggunakan perekat epoxy.
2. Berdasarkan analisa didapatkan bahwa penambahan serbuk Fe dapat
meningkatkan nilai densitas magnet NdFeB, tapi mengurangi nilai
magnetik bahan tersebut.
3. Berdasarkan hasil pengujian VSM dan Gaussmeter pada penambahan 5%
Fe memiliki sifat magnet terbaik dibandingkan dengan tidak ditambahkan
Fe juga dengan penambahan Fe 10% dengan Mr sebesar6,17 kG; Hc =
5,146 kOe dan BHmax = 4,38 MGOe
5.2. Saran
Untuk penelitian selanjutnya dalam pembuatan bonded magnet NdFeB
dengan penambahan serbuk Fe disarankan:
1. Pada pengujian ukuran pertikel sebaiknya menggunakan PSA (Particle
Size Analyzer) agar hasil yang diperoleh lebih mudah dan tepat.
2. Untuk penambahan pemahaman tentang kurva histersis dan nilai energi
produk (BHmax) pada bonded magnet NdFeB, seharusnya dilakukan
pengujian Permeagraph.
3. Mengingat NdFeB mudah korosi, sebaiknya pada pembuatan
mahnetNdFeB dilakukan pelapisan (coaing) agar sampel tidak mudah
korosi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA
C. Kurniawan, dkk. 2015. AnalisisUkuranPartikelMenggunakan Free Softwere
Image J. PusatPenelitianFisika. LIPI.
Clauhan Pooja. 2010. Preparation and Characterization of Barium hexaferrite by
Barium Monoferrite. (In Materials and Metalurgical Engineering School
of physics and Material Science). [dissertation]. Punjab : Thapal
University Patiala.
Davidson dan Abramowitz. 2002. Optical Microscopy. John Wiley & Sons, Inc.
New York.
Deswita, Aloma Karo dan Sudirman. 2007. Pembuatan dan Karakterisasi Rigid
Bonded Magnet Berbasis Logam Tanah Jarang (Nd-Fe-B) berperekat
Resin Poliester. Jurnal Sains Materi Indonesia.
Drak, M. 2007. Corrosion of Nd-Fe-B Permanent Magnets. Journal of
Achievements in Materials and Manufacturing Engineering, Volume 20
Issues 1-2.
_______ 2007. Hard Magnetic Materials NdFeB/Fe with Epoxy Resin Matrix.
Volume 24 Issues 2.
2008. Manufacturing of Hard Magnetic Composite Materials Nd-Fe-B. Journal of
Achievements in Materials and Manufacturing Engineering.
Farr,Matthew. 2013. A Study On The Impact Of Surface and Bulk Oxidation On
The Recyclability Of NdFeB Magnets. [Thesis]. England : University of
Birmingham, Magnetic Materials Group.
Green Peace. 2006. April reports "our reproductive health and chemical
exposure".
Habibi Taufik. 2006. Pembuatan Magnet Komposit Berbasis Karet Alam dan
Serbuk Magnet Barium Ferrite (Studi kasus di Universitas Negeri
Semarang, Semarang). [Thesis]. Semarang: Universitas Negeri
Semarang. Pragram Sarjana S-1.
Halliday & Resnick. 1978. Fisika. Erlangga. Jakarta.
Ihsan, M. dkk. 2005. Ketahanan Korosi Bahan Magnet Berbasis Rigid Bonded
Magnet. Vol 7 No.1. Oktober 2005. Hal : 55-59
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jiles D. 1998. Introduction Ti Magnetism and Magnectic Material, 2nd Ed.
London New York: chapman and hall.
Novrita Idayanti., Dedi. 2006. Karakterisasi Komposisi Kimia Magnet NdFeB
dengan Energi Disfersive Spectroscopy (EDS). Edisi Kedua. Voume 20.
Ray Zailani. 2014. Hubungan Antara Ukuran Partikel pada Pembuatan Bonded
Permanen Magnet Nd-Fe-B Terhadap Struktur Mikro dan Sifat Magnet.
Medan : Universitas Sumatera Utara.
Ridha, Mohammad dan Darminto. 2016. Analisis Densitas, Porositas, dan
Struktur Mikro Batu Apung Lombok dengan Variasi Lokasi
menggunakan Metode Archimedes dan Software Image-J. Jurnal Fisika
dan Aplikasinya.InstitutTeknologi Sepuluh November.
Rifai, Ahmad. 2012. Meningkatkan Sifat Mekanis Tembaga Komersil Untuk
Bahan Propeller Kapal Nelayan Dengan Metode Accumulative Roll
Bonding. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Sardjono,P., Kurniawan,C., Sebayang,P. dan Muljadi, 2012, “Aplikasi Magnet
Permanen di Indonesia (Data Pasar dan Pengembangan Material
Magnet), Seminar Nasional Ilmu Pengetahuan Teknik, 1-5.
Sears dan Zamensky. 1963. Fisika Universitas. Erlangga : Jakarta.
Smallman,R.E., R.J. Bishop. 2000. Metalurgi Fisik Modern & Rekayasa Material.
Erlangga. Jakarta.
Spaldin, Nicola. 2003. Handbook of Magnetic Material: Fundamentals and
Applications. Second Edition. University of California. Pages: 95-110
Syukri. 1999. Kimia Dasar. Jilid 2. Jakarta : UI Press.
Theresya.2014. Pengaruh Temperatur Heat Treatment dan Holding Time
Terhadap Sifat Fisis, Mikrostruktur dan Sifat Magnet Permanen Bonded NdFeB.
[Skripsi]. Medan : Universitas Sumatera Utara, Program Sarjana. Vlack,
Lawrence H. Van. 1984. Elements of Materials Science and Engineering.
5th Edition. Erlangga. Jakarta. 553-554.
Yani Ahmad. 2006. Penentuan Parameter Model Jiles-Atherton Dengan
Algoritma Genetika. [Tesis]. Jakarta : Universitas Indonesia.
Young, D. Hugh. 2002. Fisika Universitas. Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Yulianti E dan Mujamilah. 2005. Sifat Magnetik Bahan Komposit Berbasis
Serbuk Magnet Ndfeb Hasil Milling Dan Polimer Termoplastik Lldpe.
Tangerang : BATAN.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN 1
Gambar Bahan dan Peralatan Penelitian
1. Bahan
Serbuk Fe serbuk NdFeB (MQPB+)
Toluen resin epoxy
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Alat
Spatula
Neraca digital
Cetakan sampel
beaker glass
Vacum dryer Gaussmeter
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Magnetic Field Press
Jangka sorong digital mikroskop optik
Magnetizer Glove box
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Shaker mill (wet milling)
VSM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN 2
Perhitungan Densitas Sampel Pelet Bonded Magnet NdFeB
1. Sampel untuk Fe 0%
Dik : m = 5,184 gr d = 1,89 cm
t= 0,52 cm
Dit : ρ = …?
Penyelesaian : = ( ) ( )
= 0,96 cm3
=
= 5,4 gr/cm3
2. Sampel untuk Fe 5%
Dik : m = 5,196 gr
d = 1,97 cm
t= 0,31 cm
Dit : ρ = …?
Penyelesaian : = ( ) ( )
= 0,9 445cm3
=
= 5,5 gr/cm3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Sampel untuk Fe 10%
Dik : m = 5,198 gr
d = 1,89 cm
t = 0,52 cm Dit : ρ = …?
Penyelesaian : = ( ) ( )
= 0,94 cm3
=
= 5,53 gr/cm3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN 3 Data Hasil VSM
1. Fe 0%
2. Fe 5%
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Fe 10%
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN 6
Karakteristik magnet NdFeB type MQPB+
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA