Blom Di Pake2689

9
Abstrak Keberhasilan berhenti merokok pada individu berbeda satu dengan lainnya. Masalah penelitian adalah aktor apakah yang berhubungan dengan keberhasilan berhenti merokok pada mahasiswa. ujuan penelitian untuk mengetahui aktor-aktor yang berhubungan dengan keberhasilan berhenti merokok pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Metode penelitian survei dengan pendekatan cross sectional, sampel diambil sebanyak 89 mahasiswa laki-laki reguler angkatan 2008-2010 FIK UMS dari populasi sebanyak 584. Sampel merupakan perokok akti atau pernah menjadi perokok akti, yang dipilih dengan menggunakan teknik Snowball Sampling. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi Square dan dil anju tkan dengan uji Logistic Regresion. Variabel lama merokok, alasan berhenti merokok, dan upaya berhenti merokok dianalisis berdasarkan hasil Fisher Exact (two-sided). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara aktor rekuensi merokok (p=0,001; OR=5,181) dan aktor niat berhenti merokok (p=0,001; OR=14,389) dengan keberhasilan berhenti merokok pada mahasiswa FIK UMS. idak ada hubungan antara jumlah rokok (p=0,158), lama merokok (p=0,093), alasan berhenti merokok (p=0,155), dan aktor upaya berhenti merokok (p= 0,706) dengan keberhasilan berhenti merokok. Simpulan penelitian adalah rekuensi merokok dan aktor niat berhenti merokok berhubun gan dengan keberhasilan berhenti merokok pada mahasiswa. KEMAS 8 (1) (2012) 1-9 Jurnal Kesehatan Masyarakat http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas PENENTU KEBERHASILAN BERHENTI MEROKOK PADA MAHASISWA Riska Rosita a, , Dwi Linna Suswardany a , Zaenal Abidin b a Prodi Kesehatan Masyaraka t, Fakultas Ilmu Kesehatan, Univ ersitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia b Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Malahayati, Indonesia Ino Artikel Sejarah Artikel: Diterima Maret 2012 Disetujui April 2012 Dipublikasikan Juli 2012 Keywords: Smoking Habitual Frequency   Alamat korespondensi: Jl. A Yani romol Pos 1 Pabelan Surakarta 57102 E-mail: [email protected] m  Abstr act Te success of stop smoking is dierent one another. Te research problem was whether  factors associated with su ccessful of sto p smok ing in co llege stu dents. Purpose of the stu dy to determine the factors associated with successful of stop smoking in Health Sciences Faculty students, Muhammadiyah Surakarta University. Survey research method with cross sectional approach, samples were taken amounts 89 male students from year 2008-2010 584 students FIK UMS. Samples were active smokers or had been active smokers, which was selected using snowball sampling. Te statistical test used Chi Square test followed by Logistic Regression. Duration of smoking, reason to stop smoking, and trial to stop smoking were analyzed by Fisher’s Exact (two-sided). Te results showed that there was a signicant association between smoking frequency (p=0.001; OR=5.181) and intention to stop smoking (p=0.001; OR=14.389) with stop smoking success on FIK UMS students. Tere was no correlation between the number of cigarettes (p=0.158), duration of smoking (p=0.093), the reasons to stop smoking (p=0.155), and smoking cessation (p=0.706) with the success of stop smoking. Te conclusion, frequency of smoking and intention associated with stop smoking success of students. © 2012 Universi tas Negeri Semarang ISSN 1858-1196 DETERMINANT FACTOR OF QUITTING SMOKING ON STUDENT 

Transcript of Blom Di Pake2689

8/16/2019 Blom Di Pake2689

http://slidepdf.com/reader/full/blom-di-pake2689 1/9

8/16/2019 Blom Di Pake2689

http://slidepdf.com/reader/full/blom-di-pake2689 2/9

Riska Rosita, dkk. / KEMAS 8 (1) (2012) 1-9

2

makin muda, yaitu sebanyak 1,7% perokokmulai merokok pada usia 5-9 tahun. Persentasenasional penduduk berumur 15 tahun ke atasyang merokok setiap hari sebesar 28,2%. Lebih

dari separuh (54,1%) penduduk laki-laki beru-mur 15 tahun ke atas merupakan perokok ha-rian. Persentase penduduk perokok yang me-rokok tiap hari tampak tinggi pada kelompokumur produkti (25-64 tahun) dengan rentang30,7%-32,2%.

Mahasiswa Universitas Muhammadi-yah Surakarta (UMS) yang merupakan ma-hasiswa laki-laki perokok akti sebesar 66,6%.Di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Mu-hammadiyah Surakarta (FIK UMS), diketahuipersentase mahasiswa yang perokok yaitu 63

orang (64,9%) dan persentase mahasiswa yangbukan perokok yaitu 34 orang (35,1%). Seda-ngkan Dekan FIK UMS sendiri telah mengelu-arkan SK nomor 928/KE/XII/2007 mengenaiperaturan larangan merokok di lingkungan FIKUMS, namun peraturan tersebut masih diabai-kan oleh mahasiswa. Hal ini terbukti karenamasih ditemukan mahasiswa yang merokok didepan kelas, taman, kamar mandi, atau tempatlainnya. Meskipun tidak dapat diketahui secarapasti apakah para perokok tersebut merupakan

mahasiswa FIK saja atau ada juga mahasiswanon FIK yang merokok di lingkungan FIKUMS.

Berdasarkan hasil survei pendahuluanpada beberapa mahasiswa FIK UMS yang pe-rokok, didapatkan 72% mahasiswa perokokberkeinginan berhenti merokok, sedangkan28% tidak ingin berhenti merokok. Faktor yangmendorong mereka untuk berhenti merokoksangat beragam, umumnya karena mahasiswaFIK UMS sudah mengetahui tentang dampak

rokok pada kesehatan, selain itu juga menjadi-kan perilaku boros, diremehkan wanita, danharam hukumnya.

Hasil penelitian Syafie (2009) pada man-tan perokok di Kota Semarang menunjukkanperbedaan keberhasilan berhenti merokokpada individu satu dengan lainnya, tergantungpada penyebab awal merokok, rentang waktumenjadi perokok, dosis rokok yang dihisap,dan kuatnya gejolak yang dialami. Meskipuntelah memiliki keinginan, berhenti merokokbukanlah hal yang mudah, terutama bagi per-okok berat, yakni rentang waktu merokok yang

Pendahuluan

Permasalahan akibat merokok saat inisudah menjadi topik yang terus-menerus dibi-

carakan. elah banyak artikel dalam media ce-tak dan pertemuan ilmiah, ceramah, wawancararadio atau televisi serta penyuluhan me-ngenaibahaya rokok dan kerugian yang timbul karenamerokok. Salah satunya adalah aspek sosialyang mempengaruhi keluarga, teman, dan re-kan kerja (Rochmayani, 2008).

Seseorang yang bukan perokok apa-bila terus-menerus terkena asap rokok dapatmenderita dampak risiko penyakit jantungdan kanker paru-paru. Menurut Fawzani danriratnawati (2005), masalah rokok juga men-

 jadi persoalan sosial ekonomi. erdapat 60%dari perokok akti atau sebesar 84,84 juta orangdari 141,44 juta orang adalah mereka yangberasal dari penduduk miskin atau ekonomilemah yang sehari-harinya kesulitan dalammemenuhi kebutuhan pokoknya. Selain itu,dengan berkurangnya hari bekerja yang di-sebabkan sakit, maka perokok menurunkanproduktivitas pekerja. Dengan demikian, jum-lah pendapatan yang diterima berkurang danpengeluaran meningkat untuk biaya berobat

(Chaudhuri, 2006).Menurut WHO (2002), Indonesia me-

nempati urutan kelima dalam konsumsi rokokdi dunia. Rokok telah menjadi salah satu pe-nyebab kematian terbesar di dunia. Berdasar-kan data, akibat rokok di Indonesia menyebab-kan 9,8% kematian karena penyakit parukronik dan emfisema pada tahun 2001. Selainitu rokok merupakan penyebab stroke sebesar5% dari jumlah kasus stroke yang ada. Lebihdari 40,3 juta anak Indonesia berusia 0-14 ta-

hun terpapar asap rokok di lingkungannya. Aki-batnya mereka mengalami pertumbuhan paruyang lambat dan lebih mudah terkena ineksisaluran pernapasan, ineksi telinga dan asma.Diperkirakan hingga menjelang 2030 kematianakibat merokok akan mencapai 10 juta perta-hunnya dan di negara berkembang diperkira-kan tidak kurang 70% kematian yang disebab-kan oleh rokok. Meningkatnya kematian akibatrokok berbanding lurus dengan jumlah remajaperokok yang setiap tahunnya cenderung me-ngalami peningkatan. Hasil riset kesehatandasar tahun 2010, di Indonesia usia perokok

8/16/2019 Blom Di Pake2689

http://slidepdf.com/reader/full/blom-di-pake2689 3/9

Riska Rosita, dkk. / KEMAS 8 (1) (2012) 1-9

3

lama dan dosis yang tinggi. Oleh karena ituakan dibutuhkan usaha yang lebih keras un-tuk dapat berhenti merokok. Penelitian terse-but merupakan penelitian kualitati yang lebih

mengutamakan pada inormasi tentang prosessosial mulai dari penyebab merokok hinggapada berhenti merokok. Pada penelitian kaliini, peneliti telah melakukan penelitian kuanti-tati untuk mempelajari distribusi karakteristikperokok dan mantan perokok serta hubungan variabel satu dengan lainnya pada tingkat in-dividu-individu. ujuan khusus penelitian iniadalah untuk mengetahui aktor-aktor yangberhubungan dengan keberhasilan berhentimerokok pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kese-hatan Universitas Muhammadiyah Surakarta,

yang meliputi aktor jumlah rokok, rekuensimerokok, lama merokok, alasan berhenti me-rokok, niat berhenti merokok, dan upaya ber-henti merokok, kemudian dilanjutkan denganmenghitung besarnya peluang keberhasilanberhenti merokok pada individu berdasarkankondisi variabel independennya.

Metode

Jenis penelitian ini adalah penelitiansurvei dengan desain potong lintang (cross sec-

tional.)  Populasinya yaitu semua mahasiswalaki-laki reguler angkatan 2008-2010 FIK UMSsebanyak 584 orang. Besar sampel dihitungdengan rumus dan diperoleh 89 sampel yangmerupakan mahasiswa laki-laki FIK UMS yangbenar-benar merokok dan atau pernah me-rokok. Sampel diambil dengan teknik snowballsampling (pencuplikan bola salju) karena tidakterdapat dafar mahasiswa perokok ataupunyang sudah berhenti merokok. Untuk mengeta-hui hubungan antara variabel independen de-ngan variabel dependen maka peneliti menggu-

nakan uji statistik chi square dan uji fisher exact  yang dilanjutkan dengan menghitung besarnyapeluang risiko individu berdasarkan kondisi variabel independennya dengan menggunakanuji statistik regresi logistik. Analisis data di-lakukan dengan tingkat signifikan p=0,05 (tarakepercayaan 95%).

Gambaran karakteristik responden pada penelitian seperti yang tergambar pada tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Responden

Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%)

Jumlah rokok (batang / hari)

(1) Ringan 74 83,1

(2) Berat 15 16,9

Frekuensi merokok (hari / minggu)

(1) Sering 72 80,9

(2) Kadang-kadang 17 10,1

Lama merokok (bulan)

(1) Pendek 7 7,9

(2) Panjang 82 92,1Skor alasan berhenti merokok 

(1) Positif 84 94,4

(2) Negatif 5 5,6

 Niat berhenti merokok 

(1) Kuat 31 34,8

(2) Tidak kuat 58 65,2

Skor upaya berhenti merokok 

(1) Baik 8 9,0

(2) Kurang 81 91,0

Keberhasilan berhenti merokok 

(1) Berhasil 32 36,0

(2) Tidak berhasil 57 64,0

Hasil dan Pembahasan

8/16/2019 Blom Di Pake2689

http://slidepdf.com/reader/full/blom-di-pake2689 4/9

Riska Rosita, dkk. / KEMAS 8 (1) (2012) 1-9

4

Responden yang berjumlah 89 maha-

siswa, 16,9% diantaranya adalah perokok berat.Berdasarkan rekuensi merokoknya, respondenyang memiliki kebiasaan merokok sering (³  4hari dalam satu minggu) atau hampir setiaphari merokok, yaitu sebesar 80,9%. Sebagianbesar responden telah merokok dalam jangkapanjang dengan kurun waktu lebih dari 12 bu-lan (satu tahun) yaitu sebesar 92,1%. Denganmelihat persepsi alasan berhenti merokok, res-ponden dengan persepsi negati atau yang tidakmenyadarinya pentingnya berhenti merokok

yaitu sebesar 5,6%, ini akibat dari keterbatasanpada pengalaman atau inormasi yang individuperoleh. Sedangkan pada saat individu memu-lai usaha untuk berhenti merokok, sebanyak65,2% responden memiliki niat tidak kuat yaituhanya sekedar mengurangi jumlah rokok yangdikonsumsi secara bertahap. Responden yangmelakukan upaya berhenti merokok dengankategori masih kurang (total skor ≤ 14) yangdilihat berdasarkan pada berbagai metodeupaya berhenti merokok sebanyak 91,0%. Dandari 89 responden tersebut, 64% diantaranyamerupakan perokok yang masih gagal dalammelakukan usaha untuk berhenti merokok.

Berdasarkan hasil analisis regresi lo-gistik (abel 2), nilai Pseudo R 2  sebesar 0,461yang berarti bahwa pada penelitian ini kedua variabel independen tersebut mampu menje-laskan variasi keberhasilan berhenti merokoksebesar 46,1 % dan sisanya yaitu sebesar 53,9% dijelaskan oleh aktor lain yang tidak diteli-ti. Kedua variabel independen tersebut adalahaktor rekuensi merokok ( p=0,020; OR=5,181;

CI 95%=0,048-0,774) dan aktor niat berhenti

merokok ( p=0,000; OR=14,389; CI 95%=4,692-

44,134). Sedangkan variabel independen yangtidak berhubungan dengan keberhasilan ber-henti merokok adalah aktor jumlah rokok,lama merokok, alasan berhenti merokok, danupaya berhenti merokok.

Berdasarkan hasil analisis uji chi square didapatkan nilai p=0,158 sehingga pada pe-nelitian ini tidak ada hubungan antara aktor jumlah rokok dengan keberhasilan berhentimerokok pada mahasiswa FIK UMS. Dengankata lain, pada penelitian ini mahasiswa yang

perokok akti atau pernah menjadi perokokbaik perokok ringan, sedang, maupun berat,sama-sama memiliki peluang untuk dapat ber-hasil atau tidak berhasil berhenti merokok.

Semakin banyak jumlah nikotin yangmenumpuk dalam tubuh maka perokok sema-kin sulit untuk meninggalkan rokoknya. Haltersebut disebabkan oleh nikotin yang mampumenimbulkan perasaan menyenangkan yangmembuat perokok ketagihan ingin merokok le-bih banyak dan akan menambah jumlah batangrokok yang dihisap per harinya. Bisa dikatakanbahwa perokok yang awalnya baru coba-cobanantinya akan menjadi perokok berat yang se-makin sulit untuk meninggalkan rokok. Padapenelitian ini, walaupun batang rokok yangdihisap sudah sangat banyak, namun ada ak-tor lain yang mempengaruhi keberhasilan ber-henti merokok ini (Ferketich, 2008; Mc Clure,2008; Rise, J., 2008). Susanna (2003) menyim-pulkan bahwa perokok akan semakin mudahuntuk berhenti merokok ketika kesehatannyaterganggu akibat semakin banyaknya jumlah

rokok yang dihisap. Hal tersebut terjadi karena

Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Logistik Faktor-aktor Keberhasilan Berhenti Merokok 

Variabel independen   p OR CI 95 %

 Lower Upper 

Frekuensi merokok 

a. Sering 1 b. Kadang-kadang ,020 5,181 ,048 ,774 Niat berhenti merokok a. Tidak kuat 1

 b. Kuat ,000 14,389 4,692 44,134

 N = 89Log lokelihood = 116,262Pseudo R 2 = 0,461

8/16/2019 Blom Di Pake2689

http://slidepdf.com/reader/full/blom-di-pake2689 5/9

Riska Rosita, dkk. / KEMAS 8 (1) (2012) 1-9

5

pada dasarnya toksisitas suatu zat ditentukanoleh besarnya paparan (dosis). Nikotin yangmasuk ke dalam tubuh perhari dapat dihitung.Meskipun dosis yang dihisap perharinya masih

di bawah dosis toksik, namun bila ini dilaku-kan secara terus-menerus maka dapat mengak-ibatkan gangguan kesehatan. Semakin banyak jumlah rokok yang dikonsumsi maka semakintinggi risiko terkena berbagai macam penyakit,sehingga perokok akan berusaha lebih kerasuntuk dapat berhenti menghisap rokok den-gan mengurangi jumlah rokok yang merekaisap atau langsung berhenti merokok secaratotal. Kepedulian terhadap status kesehatan se-seorang merupakan aktor protekti terhadapinisiasi merokok. Oleh karena itu orang cend-

erung akan berhenti atau tidak memulai mer-okok bila mengerti akibat buruknya terhadapkesehatan.

Jumlah batang rokok yang dihisap per-harinya oleh perokok berbeda satu denganlainnya. Meskipun mereka sama-sama berke-inginan untuk berhenti merokok namun belumtentu semuanya berhasil. Oleh karena itu tidakada perbedaan yang bermakna pada perokokringan maupun berat terhadap keberhasilanberhenti merokok. Hal ini mungkin disebabkan

karena kadar nikotin yang diisap berbeda-bedaberdasarkan merk rokok. Perbedaan ini dipe-ngaruhi oleh berbagai aktor antara lain jenisdan ramuan tembakau yang digunakan, jumlahtembakau dalam setiap batang rokok, senyawatambahan yang digunakan untuk meningkat-kan aroma dan rasa, serta ada tidaknya filterdalam tiap batang (Susanna, 2003). Oleh ka-rena itu meskipun jumlah rokok yang dihisapperharinya sama namun dosis nikotin yangdihisap perharinya dapat berbeda-beda antar-

individu dan pada akhirnya menimbulkan eeknikotin yang berbeda pula.

Berdasarkan hasil analisis uji chi squarediperoleh nilai p=0,001 dan dilanjutkan de-ngan uji regresi logistik diperoleh nilai p=0,020,maka dapat disimpulkan bahwa pada peneliti-an ini terdapat hubungan antara aktor rek-uensi merokok dengan keberhasilan berhentimerokok pada mahasiswa FIK UMS. Sedang-kan besar nilai OR=5,181 dalam penelitian inimenunjukkan bahwa mahasiswa yang rekuen-si merokoknya kadang-kadang (£ 3 hari dalamseminggu) memiliki peluang untuk dapat ber-

hasil berhenti merokok sebesar 5,2 kali lebihmudah dibandingkan dengan yang rekuensimerokoknya sering (³ 4 hari dalam seminggu).

Orang yang terlanjur memiliki kebiasaan

merokok akan sulit untuk menghentikannya.Semakin sering rekuensi merokoknya makasemakin tinggi kandungan nikotin dalam tu-buh. Semakin sering orang menghisap rokoksecara berulang-ulang maka nikotin dalamtubuh akan lebih kuat untuk memberikan per-asaan yang positi. Meskipun ia tidak merokoksetiap hari namun bila ia merokok pada saatkondisi psikis yang mendukung untuk mer-okok, maka ia akan merokok berulang-ulanghingga kondisi psikisnya dirasa membaik danakhirnya menjadi ketergantungan terhadap

rokok. Selain itu, secara psikis perokok yangsudah terbiasa sering mengambil batang rokokdan korek api dari dalam sakunya, maka ketikaia meninggalkan kebiasaan itu maka ia akanmerasa ada sesuatu yang hilang dalam hidup-nya. Dengan demikian perokok akan semakinsulit meninggalkan kebiasaan merokoknya.Oleh karena itu keberhasilan berhenti merokokdapat diprediksi melalui aktor rekuensi mer-okok (Cokkinides, 2005; Boardman, 2005; Ste-an, 2014; Abu, 2014).

Berdasarkan hasil analisis uji statistikchi square diperoleh nilai p=0,093 sehinggapada penelitian ini tidak ada hubungan anta-ra aktor lama merokok dengan keberhasilanberhenti merokok pada mahasiswa FIK UMS.Dengan kata lain, pada penelitian ini maha-siswa yang perokok akti atau pernah menjadiperokok dengan rentang merokok kurang dari12 bulan (satu tahun) atau bahkan lebih, mere-ka memiliki peluang yang sama untuk dapatberhasil berhenti merokok. Hasil penelitian ini

tidak sesuai dengan hasil penelitian Wismantodan Sarwo (2006), yang menyimpulkan bahwalamanya kebiasaan merokok memiliki korelasipositi dan sangat signifikan (r=0,251) denganperilaku merokok. Semakin lama kebiasaanmerokok dilakukan maka semakin kuat per-ilaku merokoknya. Jadi perokok akan semakinsulit untuk berhenti merokok.

Hal yang membuat seseorang sulit ber-henti merokok adalah nikotin. Semakin lamakandungan nikotin yang bersarang dalam tu-buh maka semakin kuat perilaku merokoknya,sehingga perokok semakin sulit untuk mening-

8/16/2019 Blom Di Pake2689

http://slidepdf.com/reader/full/blom-di-pake2689 6/9

Riska Rosita, dkk. / KEMAS 8 (1) (2012) 1-9

6

galkan rokoknya. Hal tersebut disebabkan olehnikotin yang mampu menimbulkan perasaanmenyenangkan yang membuat perokok ketagi-han untuk terus merokok. Ketika para perokok

berusaha mengurangi atau mencoba berhentimerokok, maka berkurangnya kadar niko-tin dalam tubuh mengakibatkan gejala yangdisebut “gejala stop nikotin”, baik secara fisikmaupun mental. Gejala-gejala tersebut antaralain pusing, mulut kering, cemas, gelisah, sulittidur, tidak sabaran atau mudah marah, sulitberkonsentrasi, berat badan naik, dan lain se-bagainya. Gejala stop nikotin ini berlangsung± 2 minggu. Jadi bila perokok tidak mampuberjuang melawan gejala tersebut maka dapatmenyebabkan orang tersebut akan kembali

merokok untuk mengembalikan kadar nikotindalam tubuhnya.

Semakin lama orang merokok maka ke-sehatannya akan semakin terganggu, sehinggaia akan semakin mudah untuk berhenti mer-okok. Perilaku merokok dalam kurun waktulebih dari satu tahun akan timbul gejala peng-kriputan kulit, batuk, sesak naas, stamina yangmenurun dan peredaran darah tidak lancar.Bila gejala tersebut sudah tampak pada per-okok, maka perokok akan berusaha keras untuk

segera berhenti merokok. Karena bila ia terusmerokok maka risiko terjadi kanker paru-parudan penyakit jantung akan semakin cepat. Olehkarena itu perokok akan lebih mudah untukmenghentikan kebiasaannya menghisap rokokhingga berhasil.

erjadinya perbedaan hasil penelitian inidengan hasil penelitian Wismanto dan Sarwo(2006), disebabkan karena adanya kemung-kinan gaya hidup yang berbeda. Ada perokokyang rutin melakukan olahraga dan juga men-

 jaga pola makan yang teratur sehingga merekamemiliki daya tahan tubuh yang lebih kuatdibanding dengan perokok yang pola hidupn-ya tidak sehat. Jika seseorang kondisi fisiknyaselalu terjaga dan terpenuhi akan kebutuhantubuh, maka risiko penyakit akibat rokok bisaberkurang atau tidak terasa walaupun sebe-narnya tetap berisiko, sehingga ia tidak berniatuntuk berhenti merokok. Namun di sisi lain,bila ingin berhenti merokok namun kesulitandengan gejala stop nikotin, maka ia harus ber- juang keras melawan gejala tersebut agar bisaberhenti merokok dengan mengingat bahwa

setelah beberapa minggu, ia tidak lagi kecan-duan nikotin secara fisik.

Berdasarkan hasil analisis uji statistik chisquare, diperoleh nilai p= 0,155> 0,05 sehingga

pada penelitian ini tidak ada hubungan antarapersepsi alasan berhenti merokok dengan ke-berhasilan berhenti merokok pada mahasiswaFIK UMS. Hasil penelitian ini bertentangandengan teori Azwar (2007), yang menyata-kan bahwa pengetahuan merupakan hal yangmendasari perilaku, sehingga bila pengetahu-an tinggi maka perilaku cenderung lebih baikdibandingkan bila pengetahuan tidak tinggi.Dalam penelitian ini terdapat 94,4% maha-siswa yang memiliki persepsi yang positi ter-hadap alasan berhenti merokok yang ditunjuk-

kan dengan sikap perokok terhadap pentingnyaberhenti merokok dengan memperhatikan ber-bagai dampak akibat merokok, baik pada aspekkeagamaan, kesehatan, sosial, ekonomi danpsikologi. Oleh karena itu mereka bekeinginanuntuk berhenti merokok. Meskipun perokokmengetahui dampak akibat merokok namunsecara psikis mereka tetap meyakini hal positiyang mereka peroleh jika mereka menghisaprokok, sehingga mereka masih kesulitan untukmenentukan berhenti merokok secara total.

erlebih pada saat mereka berkumpul denganteman-teman yang sesama perokok, atau padasaat kondisi stres, cemas, gelisah, marah, sulittidur, dan lain sebagainya. Sesungguhnya ke-tenangan yang mereka peroleh dari menghisaprokok berasal dari nikotin yang merangsangotak untuk memproduksi dopamin, yaitu se-buah senyawa yang membuat seorang perokokmendapatkan eek relaksasi dan rasa senang.Dopamin inilah yang mengakibatkan proseskecanduan pada perokok.

idak semua perokok yang memilikipersepsi positi terhadap alasan berhenti mer-okok tersebut dapat berhasil berhenti merokokdengan mudah. Demikian juga dengan perokokyang persepsinya negati, sebab berdasarkaninormasi dan pengalaman ia belum mengeta-hui pentingnya berhenti merokok. Meskipunpara perokok megetahui pentingnya berhentimerokok namun bila tanpa diikuti dengan niatdan tekad yang kuat, maka persepsi tersebuttidak dapat untuk memprediksi keberhasilanberhenti merokok.

Berdasarkan hasil analisis uji statistik chi

8/16/2019 Blom Di Pake2689

http://slidepdf.com/reader/full/blom-di-pake2689 7/9

Riska Rosita, dkk. / KEMAS 8 (1) (2012) 1-9

7

square diperoleh nilai p = 0,001 < 0,05 dan di-lanjutkan dengan uji regresi logistik diperolehnilai p = 0,000 sehingga disimpulkan bahwaada hubungan antara niat berhenti merokokdengan keberhasilan berhenti merokok padamahasiswa FIK UMS dengan tingkat keera-tan sangat lemah. Sedangkan besar nilai OR =14,389 maka disimpulkan bahwa niat kuat ber-henti merokok secara total memiliki peluanguntuk berhasil berhenti merokok sebesar 14,4kali lebih mudah dibandingkan dengan pe-rokok yang hanya berniat mengurangi jumlahrokok yang dikonsumsi. Hasil ini sesuai denganpenelitian Wismanto dan Sarwo (2006), yangmenyebutkan adanya hasil korelasi negati dansignifikan antara variabel niat untuk berhenti

merokok dengan perilaku merokok. Semakinkuat niat untuk menghentikan perilaku me-rokok maka semakin lemah perilaku merokok,demikian pula sebaliknya.

Hasil penelitian ini juga sejalan de-ngan penelitian yang menunjukkan bahwakeberhasilan seseorang dalam usahanya untuktidak merokok ditentukan oleh sejauh mananiatnya untuk berhenti merokok. Niat yang ko-koh untuk berhenti merokok secara total akanmenguatkan perokok untuk mengontrol pe-

rilakunya dalam kondisi apapun pada saat akanmelakukan aktivitas merokok. Lain halnyadengan yang hanya berniat untuk mengu-rangi jumlah batang rokok yang dikonsumsi.Misalnya, yang biasanya menghisap 10 batangrokok per hari maka kini menjadi 8 batangrokok per hari, dan semakin hari semakinberkurang jumlah rokoknya. Dengan kata lainia hanya mengurangi asupan nikotin secarabertahap dari waktu ke waktu. Sedangkan sebe-lumnya sudah dijelaskan bahwa yang membuat

seseorang sulit berhenti merokok adalah aktornikotin. Bila nikotin masih terkandung dalamtubuh dan belum lepas secara total, maka ke-mungkinan merokok lagi sewaktu-sewaktubisa terjadi. erlebih pada saat timbul kondisi-kondisi yang mendukung ia untuk merokok,seperti sedang stres, marah, cemas, gelisah ataulain sebagainya, maka sisa nikotin dalam tubuhakan bereaksi hingga dapat memicu ketagi-han merokok. Sehingga orang akan mencobakembali menghisap rokok dan kebisaan me-rokoknya akan terulang terus-menerus. De-ngan demikian, upayanya untuk berhenti me-

rokok telah gagal. Oleh karena itu, keberhasilanberhenti merokok dapat diprediksi melalui niatseseorang sebelum memulai berhenti merokok.

Sesuai dengan teori yang menyatakan

bahwa hal yang membuat remaja enggan ataukesulitan berhenti merokok karena aktor ke-tergantungan dengan zat kimia dan aktor ke-biasaan sosial. Usaha untuk berhenti merokokakan sia-sia apabila tidak didasari dengan niatyang kuat. Sedangkan niat untuk berhenti mer-okok itu sendiri masih dipengaruhi oleh aktordukungan sosial untuk menghentikan perilakumerokok. Apabila lingkungan sosialnya me-nolak dan tidak senang terhadap rokok makaindividu akan merasa mampu merealisasikanniatnya untuk berhenti merokok semakin kuat.

Sebaliknya, jika lingkungannya sesama perokokmaka bagi perokok yang berencana berhentimerokok supaya memberitahukan kepada ling-kungan sosialnya, terutama orang terdekat yai-tu orang tua dan teman-teman, sehingga mere-ka nantinya akan mendukung dan menghargaiusaha perokok tersebut. Namun jika lingku-ngan sosial di sekitarnya tidak tahu maka mere-ka akan merokok di hadapannya. Hal ini akanmembuat perokok terpengaruh untuk terusmerokok dan niatnya untuk berhenti merokok

menjadi tertunda atau tidak sama sekali. Olehkarena itu, langkah terbaik bagi perokok yangingin menghentikan kebiasaan merokoknyaialah memiliki niat berhenti merokok secaratotal. Dengan demikian, penetuan niat berhen-ti merokok dapat untuk mempredisksi peluangkeberhasilan berhenti merokok.

Berdasarkan hasil analisis uji statistik chisquare, didapatkan nilai p = 0,706 > 0,05 se-hingga pada penelitian ini tidak ada hubunganantara upaya berhenti merokok dengan keber-

hasilan berhenti merokok pada mahasiswa FIKUMS. Maka tidak ada perbedaan yang berartidalam upaya yang dilakukan untuk berhentimerokok antara mahasiswa yang tidak berhasilberhenti merokok dengan yang telah berhasilberhenti merokok, atau biasa disebut mantanperokok.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pe-nelitian Fawzani dan ritnawati (2005), yangmenyimpulkan bahwa pemilihan berbagaimetode upaya berhenti merokok tidak dapatmemprediksi keberhasilan berhenti merokokbila tanpa diikuti aktor yang lain. Misalnya

8/16/2019 Blom Di Pake2689

http://slidepdf.com/reader/full/blom-di-pake2689 8/9

Riska Rosita, dkk. / KEMAS 8 (1) (2012) 1-9

8

aktor niat, apabila tidak ada keinginan untukberhenti merokok pada diri perokok, maka me-tode tersebut tidak akan berhasil. Sebaliknya,ketika seseorang berkeinginan untuk berhenti

merokok, maka tidak cukup hanya denganmembulatkan tekad dan melawan keinginanmerokok saja, melainkan ada juga upaya yangharus dilakukan untuk berhenti merokok.

Menurut Jacken dalam Syafie (2009),ada dua metode yang dikembangkan para ahlidalam dunia rokok untuk menghentikan ke-canduan terhadap rokok, yakni metode yangmengandalkan perubahan perilaku dan me-tode yang mengandalkan terapi obat-obatan.Peneliti mengkelompokan kedua metode terse-but menjadi empat kategori, yaitu berdasarkan

perilaku, bahan dan alat bantu, motivator, dankonselor. Hasilnya, berbagai upaya berhentimerokok yang sudah dilakukan oleh maha-siswa yang telah berhasil berhenti merokoktidak berbeda jauh dengan mahasiswa yangtidak berhasil berhenti meorkok. Hal ini karenadipengaruhi oleh niat awal sebelum mahasiswamemulai berhenti merokok.

Selain niat, pikiran bawah sadar ikutberpengaruh pada keberhasilan metode yangdilakukan sebagai upaya berhenti merokok.

Pikiran bawah sadar pengaruhnya 9 kali lebihkuat dari pikiran sadar. Jadi perokok yang me-ngandalkan kekuatan otak bahwa dirinya saatitu juga harus berhenti merokok, maka ke-mungkinan besar upayanya untuk mengehenti-kan kebiasaan merokoknya akan berhasil. Olehkarena itu, seberapa besar upaya seseorang un-tuk berhenti merokok bila tanpa diikuti denganaktor lainnya, maka tidak dapat untuk mem-prediksi keberhasilan berhenti merokok. Fak-tor lain tersebut menurut hasil penelitian Syafie

(2009) adalah, tergantung pada penyebab awalmerokok, rentang waktu menjadi perokok,dosis rokok yang dihisap, dan kuatnya gejolakyang dialami.

Penutup

Keberhasilan berhenti merokok padamahasiswa dipengaruhi oleh aktor rekuensimerokok dan aktor niat berhenti merokok. Se-mentara aktor jumlah rokok, lama merokok,persepsi alasan berhenti merokok, dan upayaberhenti merokok tidak berhubungan dengan

keberhasilan berhenti merokok.Semakin banyak jumlah nikotin yang

menumpuk didalam tubuh perokok menyebab-kan rasa ketagihan dan rasa menyenangkan

sehingga ingin merokok lebih banyak lagi. Di-samping itu niat berhenti merokok yang besar,yang ditunjukkan dengan keinginan total ber-henti merokok akan sangat menentukan keber-hasilan untuk berhenti merokok.

Dafar Pustaka

Abdullah, A.S.; Stillman, F.A.; Yang, L.; Luo, H.;Zhang, Z.; & Samet, J.M. 2014. obacco Useand Smoking Cessation Practices amongPhysicians in Developing Countries: A Lite-

rature Review (1987–2010). Int. J. Environ.Res. Public Health, 11(1): 429-455.

Azwar, E. 2007. Determinan  perilaku merokok padamahasiswa Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Muhammadiyah Aceh ProvinsiNanggroe Aceh Darussalam. esis. Yogyakar-ta: Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masya-rakat Universitas Gadjah Mada.

Boardman, . 2005. Sel-efficacy and motivation toquit during participation in a smoking cessa-tion program. International Journal of Behav-ioral Medicine, 12 (4): 266-272

Chaudhuri, R. 2006. Effects o Smoking Cessationon Lung Function and Airway Inflammationin Smokers with Asthma.  American Journalof Respiratory and Critical Care Medicine, 174(2): 127-133

Cokkinides, V.E. 2005. Under-Use o Smoking-Ces-sation reatments Results rom the NationalHealth Interview Survey, 2000.  American Journal of Preventive Medicine, 28 (1): 119-122

Fawzani, N. & riratnawati, A. 2005. erapi berhentimerokok (studi kasus perokok berat).  Ma-kara, Kesehatan. 9(1): 15-24

Ferketich, A.K. 2008. Physician-Delivered Adviceto Quit Smoking Among Italian Smokers. American Journal of Preventive Medicine, 35(1): 60-63

McClure, J.B. 2008. Interest in an Online SmokingCessation Program and Effective Recruit-ment Strategies: Results From Project Quit.  J Med Internet Res, 8 (3): e14

Rise, J. 2005. Predicting Te Intention to Quit Smok-ing and Quitting Behaviour: Extending TeTeory o Planned Behaviour. British Journalof Health Psychology, 13(2): 291-310

Rochmayani, D.S. 2008. Faktor-aktor yang Ber-hubungan dengan kebiasaan Merokok Re-

8/16/2019 Blom Di Pake2689

http://slidepdf.com/reader/full/blom-di-pake2689 9/9

Riska Rosita, dkk. / KEMAS 8 (1) (2012) 1-9

9

maja (Studi di Kelurahan Ngaliyan, KotaSemarang ahun 2007). Jurnal Kemas, 3(2):126-138

Stean, K. & Minker, P. 2014. Smoke-Free Laws AndDirect Democracy Initiatives On Smoking

Bans In Germany: A Systematic Review AndQuantitative Assessment. Int J Environ ResPublic Health, 11(1): 685-700

Susanna, D., Hartono, B., & Fauzan, H. 2003. Penen-tuan Kadar Nikotin dalam Asap Rokok. Ma-kara, Kesehatan. 7(2)

Syafie R. dkk. 2009. Stop smoking : studi kualitatifterhadap pengalaman mantan pecandu rokokdalam menghentikan kebiasaannya. Sema-rang: Universitas Diponegoro

Wismanto, Y.B., & Sarwo, Y.B. 2006. Perilaku mer-

okok pada karyawan Sekretariat DaerahKabupaten/Kota di Jawa engah. Laporanpenelitian hibah bersaing angkatan XIVI/2ahap III tahun 2006. Semarang: UniversitasKatolik Soegijapranata